pustaka-indo.blogspot · 2018. 7. 19. · astaga, mana mungkin mereka nyaman meng-inap di kamarku...

260
http://pustaka-indo.blogspot.com

Upload: others

Post on 17-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian

    atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Jungkir Balik Dunia Mel

    Karya Indah Hanaco

    Diterbitkan pertama kali pada Januari 2012, oleh:

    Penyunting: Dila Maretihaq Sari

    Perancang sampul: Fahmi Ilmansyah

    Pemeriksa aksara: Intan & Prita

    Penata aksara: Gabriel

    Ilustrasi isi: Itsna Hidayatun

    Penerbit Bentang Belia

    PT Bentang Pustaka

    Anggota Ikapi

    Jln. Pandega Padma 19, Yogyakarta 55284

    Telp. (0274) 517373 – Faks. (0274) 541441

    Email: [email protected]

    http://www.mizan.com

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Indah Hanaco

    Jungkir Balik Dunia Mel/Indah Hanaco; penyunting, Dila Maretihaq

    Sari.—Yogyakarta: Bentang Belia, 2012

    vi + 254 hlm; 19 cm

    ISBN 978-602-9397-05-5

    I. Judul II. Dila Maretihaq Sari

    899.221 3K

    Didigitalisasi dan didistribusikan oleh:

    Gedung Ratu Prabu I Lantai 6

    Jln. T.B. Simatupang Kav. 20

    Jakarta 12560 - Indonesia

    Phone: +62-21-78842005

    Fax.: +62-21-78842009

    website: www.mizan.com

    email: [email protected]

    gtalk: mizandigitalpublishing

    y!m: mizandigitalpublishing

    twitter: @mizandigital

    facebook: mizan digital publishing

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Daft ar Isi

    Ucapan Terima Kasih vi1. Eciyeee …! 242. Jadian Enggak, Ya? 1053. Inikah Rasanya Pacaran? 1184. Mama, Tanktop, dan Cowok Keren 15. Antara Hair Exenion dan Kawat Gigi 1476. Cinta Butut Arland 487. Dag-Dig-Dug Akut 758. I Love You, Sister (Part 1) 1319. FYI, Persahabatan Itu Colorful 8910. I Love You, Sister (Part 2) 16011. Ada Cinta di Mana-Mana 17712. Hiks, Kenapa Kamu Datang Lagi? 198 13. Hati-Hati dengan Cinta Monyetmu! 22114. Cinta Naga 237Profil Penulis 250

    t t

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Allah Swt. selalu menjadi pemilik segala rasa syÃkur dan teri-ma kasih yang tak terkira. Menghadiahi hidupku dengan suka dan 倥sedikit倅 duka, memberi war°a dalam hidupku. Sehingga aku bisa menulis banyak kisah, mencapai banyak mimpi.

    UntÃk keluarga kecilku yang hebat: Aeron Hanaco, Axzel Maximillian Hanaco, dan Aimee Karenina Hanaco. PengerÁian dan cinta kalian membuat aku selalu ingin menjadi orang yang lebih baik.

    Mbak Dila yang cantik dan baik hati, terima kasih sudah bersedia membaca naskah ini. Suntinganmu membuat Mel tampil lebih menawan. Dan, tentà saja kesempatan luar biasa dari Ben-tang Belia. Kehor¬atan yang tak terhingga bisa menjadi salah satà penulis di sini.

    Spesial untÃk gÃrÃ-gÃrà SD-ku yang sudah memberi dasar pendidikan untÃkku. Membuatku sangat mencintai Bahasa Indo-nesia dan menyÃkai pelajaran mengarang.

    Tak lupa, untÃk semua pembaca setia yang selalu berÁanya kapan novel barÃku lahir. Aku persembahkan ini khusus untÃk kalian. Semua dukungan dan kata-kata penyemangat dari kalian sunggÃh sangat berarÁi untÃkku. Tanpa kalian, aku tidak akan ada.

    Oiya, jangan bingÃng ya baca urÃtan bab-nya ^^. Novel ini sengaja dibikin spesial. Kamu bisa baca dengan dua cara, sesuai urÃtan halaman atau urÃtan bab. Dua-duanya sama-sama serÃ! ^^

    Enjoy reading! v

    UCAPAN TERIMA KASIH

    i

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Contoh paling sederhana dari makna kata 佇dik-tator佶 adalah orangÁÃa. Sesuatà yang disukai atau dibenci bisa disulap Mama dan Papa menjadi undang-undang yang wajib dipatÃhi.(Mel)

    Mama, Tankt op,dan Cowok Keren

    4

    Hai, Tuhan yang baik, in i aku.Ter im a kasih kar ena m enghadiahiku de-

    ngan pa gi yang begit u indah. Mat ahar i yang ha ngat seolah m em ang keluar khusus m enyam -but ku. Langit cer ah t anpa cela.

    Apa, ya, yang kir a- kir a t er jadi har i in i? Ha-r ap anku, sih, enggak ada per ist i w a aneh. Min i-m al, enggak bikin be- t e at au ngeber ant akin m ood . Syukur - syukur m a lah bikin hepi.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2

    Mel menyibak gorden ungu muda yang senada dengan seprainya, perlahan. Kantuk sudah tak lagi menggelayut di matanya sejak tadi. Sinar matahari segera menerobos ma-suk tanpa terbendung. Menawarkan kecerahan dan gairah pagi nan hangat.

    Matanya langsung tertambat pada deretan bunga ma-war kuning yang sedang menuju puncak ranumnya. Mawar kesa yangan Mama. Masih ada sisa-sisa embun di sana sini.

    Baru pukul 6.00 pagi. Tapi, dia sudah tak punya ke-ingin an untuk melanjutkan tidur pada Minggu pagi nan cerah ini. Hmmm, bukan peristiwa biasa. Tergolong langka, malah.

    Biasanya aku lebih suka m er ingkuk d i baw ah selim ut hangat , sekaligus m enikm at i har i li-bur ku. Saat aku enggak per lu m em er as ot akku yang t ak cem er lang in i unt uk m em ecahkan r um us- r um us at au m enghafal. Har i saat aku m em ber i keleluas a an pada sel- sel kelabu it u unt uk r ehat dan ha nya ber pikir t ent ang hal-hal yang m enyenangkan. Oh, indahnya Minggu. Seneng banget ada har i it u dalam sem inggu.

    Mel meregangkan tubuhnya perlahan, lalu menghi rup udara sepenuh paru-parunya. Ada kegairahan yang me-ram bati sekujur nadinya saat mengingat rencana hari ini bersama tiga orang teman terbaiknya. Mereka akan meng-habiskan sehari an di ... Dufan.

    Dan, har i in i adalah keist im ew aan. UAN bar u saja selesai, dan aku enggak per lu m enyiksa d ir i

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3

    dengan m e m ikir kan hasilnya. Biar aja m engalir dengan alam i ah. Toh, saat w akt unya t iba, aku akan t au hasilnya. Enggak per lu st r es ber har i-har i m ikir in angka- angka yang akan t er can-t um . Kat a Sashi aku t er lalu sant ai dan ... m alas. Ter ser ahlah kom en or ang. Har i in i aku dan t e-m en- t em en akan m enghabiskan sehar i penuh ber senang- senang. Udah kebayang bet apa se-r unya. Hm m m ....

    Mel menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Ini salah satu keistimewaan yang selalu disyukurinya. Dia tak perlu berbagi kamar mandi dengan Jody, kakaknya, yang selalu menghabiskan lebih dari dua puluh menit hanya untuk mandi. Belum lagi yang lainnya. Atau Sashi, adiknya, yang saat buang hajat pun membawa-bawa majalah untuk di-baca!

    Mel mandi dengan santai. Dia masih punya waktu satu jam sebelum dijemput. Berempat dengan Fika, Yuri, dan Nef, dia akan bersenang-senang. Apalagi disopiri oleh Kak Fariz yang ganteng itu.

    Mel kerap membandingkan kakak Fika itu dengan Jody. Rasanya tak ada satu hal pun yang bisa membuatnya bang-ga pada Jody. Teman-temannya bilang Jody itu keren, tapi menurut Mel, Jody itu terlalu kurus. Kadang jerawatan. Merusak pemandangan saja. Ditambah dengan hubungan mereka yang tidak pernah akur. Selalu dipenuhi keributan dan adu urat leher. Dari hal-hal serius hingga masalah eng-gak penting.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4

    Mel pun sering berharap suatu ketika bisa punya pacar seperti Kak Fariz. Tampan, jago main gitar, jadi pusat per-hatian kaum cewek. Apalagi kalau ditambah bonus: pintar, ketua OSIS, atau atlet basket. Seperti sosok yang digam-barkan pada novel-novel remaja.

    Tapi, aku kur ang suka m elihat m at a Kak Far iz yang selalu jelalat an kalo ada cew ek di seki-t ar nya. Dia juga suka banget t ebar pesona. Me-m ang, sih, d ia cakep. Tapi, har usnya enggak per lu m elakukan hal- hal nor ak hanya unt uk m enar ik per hat ian. Toh, t anpa ber buat begit u pun dia udah punya banyak penggem ar . Mung-kinkah dia t er kena sindr om Jam es Bond? Ingin d ikelilingi cew ek- cew ek cant ik seolah d ia cow ok sat u- sat unya yang layak unt uk it u? Kayaknya enggak akan m er asa am an kalo punya cow ok kayak d ia. Selalu deg- degan, khaw at ir m ain m at a dengan cew ek lain. Hiii ....

    “Mel, jadi pergi, enggak? Lho?”Mama tak bisa menahan kaget melihat Mel keluar dari

    kamar mandi dengan rambut basah. Tadinya, Mama ingin membangunkan Mel karena yakin putrinya masih terlelap di bawah selimut.

    “Kenapa, Ma?” Mel tak mengerti dengan kekagetan sang Mama. Keningnya berkerut.

    “Tumben kamu sudah bangun?”

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5

    It ulah or angt ua. Selalu salah apa pun yang kit a la kukan. Melakukan hal bagus jar ang dipuj i, m a lah d i ir ingi kat a “ t um ben” yang m enjeng-kelkan it u. Ber buat sebaliknya? Siap- siap aja m endapat om el an yang digenapi dengan nasi-hat panjang- lebar yang m enyesakkan t elinga. Oh, Tuhan, t er nyat a jadi se or ang anak it u d ile-m at is banget .

    “Mama mau bangunin aku?”“Ya. Mama kira kamu masih tidur. Baguslah kalau sudah

    bangun. Coba kalau tiap Minggu kamu begini, Mama pasti enggak akan ngomel terus. Harus dibiasakan bangun lebih pagi.”

    “Iya, Ma.”“Lagi pula, sebentar lagi kamu sudah SMA. Sudah bu-

    kan ....”Mel dengan segera menulikan telinganya. Sederet pe-

    tuah mulai berhamburan dari bibir Mama. Dengan berlagak mendengarkan, Mel bermain dengan pikirannya sendiri.

    “... hati-hati. Ingat pesan Mama, ya ....”“Iya, Ma. Aku bisa jaga diri.”“Sarapan dulu sebelum pergi. Takut masuk angin.”“Oke.”Mama keluar dari kamar. Mel menarik napas lega tanpa

    sadar. Mel mencintai mamanya, tapi di usianya kini, ada ba-gian dari diri Mama yang kerap menjengkelkan hatinya. En-tah me ng apa, dia merasa kebawelan Mama menukik tajam. Sederet peraturan yang tak perlu mulai diberlakukan se-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6

    jak Mel rajin wisata mal dengan tiga sahabat akrabnya itu. Cewek-cewek unyu.

    “Aku udah gede, Ma,” debatnya suatu kali. “Kasih dong kepercayaan sama aku.”

    “Kamu belum gede, baru remaja,” ralat Mama. “Mama percaya, tapi tetap aja kamu harus diawasi. Enggak mung-kin dilepas begitu aja. Jangan sampai kamu salah langkah.”

    “Tapi, aku tau mana yang baik dan mana yang enggak,” bantah Mel keras kepala.

    “Belum cukup. Mama yang jauh lebih tau, makanya Mama selalu mengingatkan.”

    “Ma ....”“Apa kamu enggak lihat banyak remaja yang salah ja-

    lan? Mama enggak mau kamu mengalami hal-hal buruk, Mel. Tolong, kurangi ngebantahnya. Turuti kata-kata Mama.”

    Itu contoh perdebatan yang kerap terjadi sejak se-tahun belakangan ini. Kadang Mel merasa kalau Mama mengi ra diri nya yang paling benar. Semua yang dilakukan dan dikatakan Mel tak cukup baik di mata Mama. Cuma Mama yang melakukan hal-hal baik dan tak menyimpang. Seolah Mel tak punya kapasitas yang memadai untuk membedakan hitam dan putih. Padahal, Mel yakin bahwa matanya masih normal. Kesal? Tentu saja. Namun, Mel tak berani terlalu jauh membantah.

    Dulu Mam a adalah or ang yang paling m enye-nangkan, selalu m enger t i aku. Apa pun bisa ku bicar akan dengan Mam a t anpa r asa cang-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 7

    gung at au khaw at ir . Kar ena, Mam a selalu bisa m em inim alkan kegundahanku. Sekar ang? Ih, Mam a lebih m ir ip m at a- m at a. Sem ua ger ak ger ikku d icur igai. Aku kadang m er asa jadi m i-r ip penjahat . Mam a punya segudang at ur an yang ser ing t anpa sengaja aku langgar . Sesekali aku m alah lupa m ana yang boleh dan yang enggak boleh. Bener - bener jauh dar i nyam an.

    Mel sesekali ingin menginap di rumah Fika atau Nef. Bergosip seru di kamar dengan teman-teman akrabnya hingga jauh malam. Namun, Mama tak pernah memberi izin.

    “Kamu itu anak perempuan, Mel. Tidak boleh sem ba-rang an menginap di rumah orang.”

    “Bukan di rumah orang, Ma! Di rumah Fika.”“Ya, Tuhan, anak ini semakin pintar saja membantah.

    Pokoknya, Mama tidak izinkan!”“Ma, Nef dan Yuri juga ikut. Mereka dibolehkan, tuh!

    Kenapa aku enggak, sih?” sungutnya.“Kamu bukan Nef atau Yuri. Kamu itu Mel.”“Ma ....”“Sekali tidak tetap tidak! Perempuan harus bisa jaga

    diri, tidak bisa sembarangan menginap di rumah orang meskipun itu teman baikmu ....” Lalu, sederet petuah melun-cur dari bibir Mama. “Mama lebih suka kalau mereka yang menginap di sini.”

    “Mama enggak lagi bercanda, kan?” Mel menatap Ma-ma dengan tatapan tak berdaya.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 8

    Ast aga, m ana m ungkin m er eka nyam an m eng-inap di kam ar ku yang sem pit it u? Ranjangku cum a ber ukur an 1 2 0 x 2 0 0 sen t im et er , un-t ukku sendi r i pun udah t er lalu kecil. Apalagi d it am bah t iga or ang t e m anku. Yur i dan Nef, sih, cukup langsing, t api Fika?

    “Ma, sekali ini aja,” bujuk Mel tak putus asa. Wajah-nya dibuat memelas, tatapannya penuh harap. Mel berdoa semoga hati Mama mencair karena ketidaktegaan.

    “Tidak!” tegas Mama. Kalau sudah begitu, tak ada obat penawarnya. Sekali

    tidak, akan tetap tidak. Meminta dukungan dari Papa adalah hal yang mustahil. Mel belum pernah melihat orangtua yang begitu kompak seperti mereka. Bila Mama telah memutus-kan sesuatu, dapat dipastikan Papa pun akan menyuarakan hingga ke huruf yang sama persis letaknya.

    Papa dan Mam a it u lebih m ir ip kem bar ident ik. Selalu seia sekat a dalam segala cuaca. Segala hal yang ber bau per izinan m enjadi hak m ut lak Mam a. Yang paling m enyebalkan, Mam a punya seder et per t im bangan yang sebenar nya eng-gak per lu. Apa pun hasilnya, Papa selalu ada di belakang Mam a. Begit u juga sebaliknya. Di-pr ot es bagaim anapun, m er e ka akan ber gem ing. A t et ap A . Kekom pakan yang m engher ankan sekaligus t er am at sangat m enyebalkan unt uk-ku. Sungguh!

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 9

    “Mel, jadi pergi, enggak? Ini udah siang. Jangan ke-lamaan dandannya! Nanti kamu telat,” suara Mama mem-bahana me nembus kamar Mel. Mel merengut tanpa sadar. Bibirnya mengerucut. Harusnya Mama cukup mengatakan, “Mel, awas telat, lho!”

    Mel melirik jam dinding sekilas. Kali ini Mama benar. Se-karang sudah hampir pukul 7.00 pagi dan dia belum sara-pan! Mel bergegas menyisir rambut, menyemprotkan par-fum, menyambar tas dari bahan jin yang berisi beberapa pernak-pernik khas remaja perempuan. Mel sebenarnya ingin memakai lipgloss supaya bibirnya terlihat lebih segar, tapi segera diurungkannya niat itu bila ingat reaksi mamanya.

    “Bisa-bisa Mama pingsan atau terkena serangan jan-tung,” gumamnya pelan. “Atau malah aku dilarang pergi. Mama, kan, suka lebay reaksinya. Nanti aja di mobil Fika.”

    Mel baru akan mengoleskan selai srikaya ke atas roti-nya ketika tiba-tiba Mama memekik dengan wajah dan su-ara yang sama paniknya. “Astaga, Mel, lihat penampilanmu!”

    Tanpa rasa bersalah, Mel melihat ke arah celana pen-dek dari bahan jin dan kaus hijau tanpa lengan yang melekat pas di tubuhnya. Rasanya tidak ada yang salah dengan pa-kaiannya. Mel sangat menyukai bayangan yang terpantul di cermin tadi. Cantik.

    “Kaus siapa itu? Mama tidak pernah membelikanmu pa-kaian yang membuatmu mirip lemper begitu.”

    Ast aga, kat a Mam a aku m ir ip lem per ? Yang be ner aja! Mam a m em ang enggak gaul!

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 10

    “Mel, jawab Mama! Kaus norak itu punya siapa?” tukas Mama penuh ketidaksabaran. Suara Mel langsung meng-keret. Rasanya ingin segera lenyap dari hadapan Mama.

    Andai aja saat in i aku punya jubah gaib kayak Har r y Pot t er ... at au punya cincin kayak Fr odo ....

    “Mel!” Mama menuntut jawaban. Mel menghela napas panjang, tak bisa lagi mengelak.

    “Punya Nef. Tapi, kaus ini enggak norak, Ma!” suaranya pelan, hampir tak terdengar.

    “Kalau celananya?”“Sama, punya Nef juga.”Mama melotot.“Apa kamu tidak punya pakaian yang layak sehingga ha-

    rus pinjam punya orang?” Mama tampak menahan marah. Bola matanya bergerak-gerak cepat. Mel menelan ludah.

    “Aku enggak punya celana pendek jin. Jakarta, kan, panas, Ma. Lebih nyaman ke Dufan pake celana pendek. Kalo kaus ini, kan, keren. Masak Mama bilang kayak lem-per?”

    “Kamu itu sudah gede, Mel! Mama tidak mau kamu pakai celana sependek itu dan kaus yang begitu ketat!”

    “Tapi, Ma, kami udah janjian untuk kompakan pake kaus dan celana pendek kayak gini.”

    “Pake baju kompakan? Dasar! Ganti baju atau enggak usah pergi sekalian!” Mama mengultimatum. Sadis.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 11

    Mam a m ulai m engeluar kan jur us andalannya. Ke kuasaan sebagai or angt ua kadang m em buat Mam a m enyebalkan. Seenaknya m em er int ah t anpa m au m enger t i apakah aku set uju at au enggak. Aku sam a sekali enggak punya hak jaw ab. Mam a jadi d ikt at or kecil- kecilan. Ma-salah pakaian aja bisa bikin kam i per ang. Apa-lagi hal lain. Ha r usnya aku t au, Mam a enggak akan m engizinkanku pake celana pendek w a-lau aku punya alasan yang sa ngat m asuk akal sekalipun. Har usnya aku t au ....

    “Dan, jangan pernah pinjam baju orang lagi!”

    ***

    Seperti yang dikhawatirkan Mel, Jakarta hari ini memang begitu panas. Entah menyentuh angka berapa suhu udara saat ini. Bogor pun rasanya kalah jauh. Matahari di Du-fan terasa membakar kulitnya. Bahkan, rasanya dia mampu mencium bau terbakar rambutnya. Keringat mengalir deras di sekujur tubuhnya tanpa ampun.

    “Kamu, sih, kenapa enggak jadi pake kausku?” tanya Nef dengan kening berkerut. Dahi Mel banjir oleh keringat. Sejak tadi cewek itu berkipas tanpa henti. Tiga temannya memegang janji sebelumnya, memakai celana pendek dan kaus tanpa lengan. Mel yang terpaksa menukar bajunya pada saat-saat terakhir dengan celana panjang dan kaus lengan pendek. Itu artinya cuma Mel seorang yang tak bisa menepati janji.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 12

    “Kalian, kan, tau betapa ajaibnya mamaku,” keluh Mel dengan bibir cemberut. “Kata Mama celanamu terlalu pen-dek dan kausmu terlalu ketat. Aku dibilang mirip lemper.”

    Nef dan Fika tak bisa menahan tawa. Bahu keduanya hingga terguncang-guncang.

    “Lemper hidup,” ujar Fika terkikik. “Mamamu Afgan, Mel! Sadis!”

    Yuri mendecakkan lidah. “Untung mamaku sangat penger tian.”

    Mel diam-diam merasa kesal. Yuri memang orang yang paling bisa mematahkan hati orang. Komentar-komentarnya sering menambah bad mood. Yuri kurang sensitif.

    “Sayangnya kamu enggak jadi aku,” balas Mel cem-berut. “Bersyukurlah untuk itu!”

    Nef memberi isyarat agar Yuri menutup mulut. Untung-nya kali ini Yuri menurut.

    “Jadi enggak kita naik tornado?” Nef mengganti topik pembicaraan. Menetralisasi.

    “Jadi, dong,” balas Fika antusias.“Kak Fariz mana?” Yuri memanjangkan leher, mencari-

    cari sopir sekaligus pengawal gadis-gadis remaja itu. “Huh, pasti lagi te-pe,” keluh sang Adik. “Makanya

    aku sebel banget kalo diantar sama dia. Bukannya jagain adiknya, malah sibuk jelalatan ke sana kemari. Lihat cewek cantik pasti mupeng.”

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 13

    Bukan salah Kak Far iz juga. Tam pangnya m e-m ang ker en. Diam - diam aku pun ber har ap suat u saat d ia “ m elihat ku”. Kat a Fika, nam a kakaknya dicom ot dar i nam a Far iz RM, om nya Sher ina. Konon, pada m asa jayanya Far iz RM it u luar biasa t am pan. Apa iya?

    Seper t inya keluar ga Fika suka m enam ai anak nya dengan nam a- nam a ar t is kesayangan m er e ka. Rafi ka Dur i it u penyanyi kesayangan opanya dan jadilah sahabat ku it u d iber i nam a Rafi ka. Mungkin kalo Fika punya adik per em -puan, akan dikasih nam a Ayu Ting Ting. Soal-nya, Mam a Fika belakangan in i gandr ung bet ul sam a penyanyi “ A la m at Palsu” it u.

    “Harusnya tadi aku ajak Liv sekalian. Pasti lebih seru kalo ada dia,” celetuk Yuri tiba-tiba.

    “Iya, kenapa enggak diajak sekalian? Kan, jadi lebih rame, lebih asyik,” balas Fika.

    “Dia lagi ada acara sama temen-temen sekelasnya. Belajar bersama atau apalah.”

    Liv itu adik Yuri satu-satunya. Setajam-tajamnya li-dah Yuri, dia berubah begitu penuh kasih tiap kali berha-dapan dengan Liv. Itu hal yang tidak akan pernah diikuti Mel. Hubung annya dengan Sashi selamanya akan seperti air dan minyak. Selalu perang.

    Mel melupakan udara panas dan keringat yang sedari tadi mengganggunya. Di antara deretan peristiwa hari ini, sesungguhnya yang paling mengesalkan adalah saat dipaksa

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 14

    Mama ganti baju. Setelahnya, mood-nya langsung berubah jelek dengan mudahnya.

    Ini kali pertama Mel naik tornado. Awalnya, ada rasa deg-degan. Bukan karena takut, melainkan lebih karena menebak-nebak seperti apa rasanya dibolak-balik di udara. Dan ....

    Ya, Tuhankuuu, per ut ku r asanya diaduk- aduk oleh sebuah blender ber kecepat an luar biasa. Di posisi yang begin i t inggi, t iba- t iba kepalaku ada di baw ah. Sensasi luar biasa t er asa m enjalar i kaki hingga kepala. Aku enggak bisa m enahan m ulut ku unt uk ber t er iak sekencang- kencang-nya. Sekaligus m em unt ahkan kekesalan pada Mam a yang t elah m em buat ku kepanasan dan enggak m enepat i jan j i pada t em en- t em enku. Aaar r r ggghhhhhh .........

    Per asaan cam pur aduk yang kualam i t er -nyat a ber buah ket agihan set elah t ur un dar i t or nado. Rasanya ... ingin m encoba lagi. Ada ke t akut an yang ent ah kenapa, kok, m alah t e-r a sa asyik. Sayang, Yur i m alah m unt ah- m un-t ah dengan par ahnya. Jadi, aku enggak m ung-kin naik t or nado lagi. Nant i d ikir a enggak set ia kaw an.

    Kasihan juga lihat w ajah Yur i seput ih ker t as. Tapi, dalam hat i ada kepuasan juga. Habis, d ia suka ngom ong yang m enyakit kan hat i. Jahat enggak, sih, aku in i?

    “Kita makan dulu, ya? Kayaknya Yuri masuk angin, nih!” Fika iba melihat kondisi Yuri. Padahal, masih banyak wahana

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 15

    yang belum mereka nikmati. “Kak Fariz kemana, sih?” cele-tuk nya gusar.

    “Aku masih kenyang,” cetus Mel. Di mobil tadi dia me-ngunyah roti isi abon yang dibawa Fika.

    “Aku juga,” Nef membeo.“Jangan! Aku muntah karena enggak kuat naik tornado,

    kayaknya. Perutku langsung mual, kepalaku pusing. Perutku enggak lapar sama sekali,” Yuri menyela sambil meringis.

    Siapa juga yang ber seler a m akan sehabis m e-m unt ahkan isi per ut dengan sukses? Ups, aku lupa kalo Fika m em ang pem uja m akanan. Kalo enggak, m ana m ungkin bobot nya m enyent uh angka 6 7 kilogr am ?

    Aku dan Fika ibar at angka sepuluh. Dengan t inggi yang sam a- sam a ber ada di angka 1 6 2 sent im et er , bobot ku cum a 4 4 kilogr am . Lum a-yan kur us, kan? Cender ung ceking, m alah. Pa-dahal, aku sam a r akusnya dengan Fika. Tapi, ent ah m engapa susah banget m enaikkan bo-bot ku. Padahal, aku ingin ber at ku nam bah 5 sam pai 6 kilogr am lagi. Fika bilang, aku cacing-an. Fuih, sor i, ya ....

    “Kita istirahat dulu. Kasihan Yuri,” kata Nef akhirnya. Tangannya masih memijat tengkuk Yuri.

    Nefer t it i m em ang punya hat i yang lem but dan penuh penger t ian. Aku sangat m enyukainya.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 16

    Empat remaja itu akhirnya duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon berdaun lebat. Entah pohon apa. Kak Fariz benar-benar lenyap bagai disulap Cyril Takaya-ma. Dihubungi ponselnya berkali-kali pun tak ada jawaban. Tersambung, tapi tak dijawab.

    “Mamaku udah wanti-wanti supaya Kak Fariz jangan ninggalin kita. Coba lihat, entah di mana dia sekarang. Nanti aku aduin ke Mama, biar tahu rasa!” Fika mengomel.

    “Biarin aja, deh, Ka, apa kamu mau kita dijagain kayak bayi? Kita, kan, udah gede, bentar lagi masuk SMA,” meski masih pucat, Yuri sudah bisa bicara dengan lancar. “Kita juga bisa te-pe.”

    “Iya, aku setuju sama Yuri,” imbuh Mel. “Kan, lebih asyik kita berempat aja tanpa pengawal?”

    “Tapi, kalo kenapa-kenapa?”“Kenapa-kenapa apanya? Kita, kan, baik-baik aja,”

    ban tah Nef sembari mengibaskan tangannya ke depan wa-jah.

    “Ada Kak Fariz malah jadi aneh, enggak leluasa lihat cowok cakep,” imbuh Yuri lagi.

    Yur i m em ang cant ik. Banget . Dan, d ia t ahu be t ul it u. Cow ok m ana yang enggak t er t ar ik sam a dia? Kalo ada, ber ar t i bukan cow ok nor m al. Past i ada penyim pangan.

    Sejak kelas sat u SMP, d ia udah keban-j ir an per hat ian dar i kakak kelas. Sem ent ar a kam i bar u belajar pake m iniset , Yur i udah fasih m enolak cow ok.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 17

    “Kamu pasti lagi ngirim sinyal ke cowok berkaus hitam itu, kan?” tebak Fika tiba-tiba. “Telepati, ya?”

    “Ada penerus Mama Loren, nih!” Yuri berkata riang. Senyum manis terlukis di bibirnya. Si Cantik itu sudah segar kembali.

    Refl eks aku dan Nef m encar i- car i bayangan m anusia yang m engenakan kaus hit am . Ada sat u or ang di sebelah ut ar a, t api uff f ... t idak. Wajahnya bukan seler a Yur i alias ... jelek. Sepu-luh m et er dar i t em pat kam i duduk m alah ada dua or ang cow ok m em akai kaus hit am seka-ligus. Tapi ... t er lalu dew asa. Jelas bukan level sahabat ku it u.

    “Apa sekarang lagi ngetren kaus hitam? Liat, banyak banget cowok yang pake kaus hitam,” Mel setengah me-ngeluh. Memakai kaus hitam dalam cuaca panas begini, ter-bayang panasnya.

    “Warna hitam melambangkan sesuatu yang macho, barangkali,” tebak Nef sok tahu.

    “Atau, supaya enggak keliatan kalo belum dicuci,” desis Mel lagi.

    “Yuri dari tadi curi pandang sama cowok itu,” tunjuk Fika tiba-tiba ke arah seorang cowok yang memang sedang menatap keempat cewek itu penuh perhatian. Bibirnya meng ulas senyum tipis. Dari jauh pun sudah terlihat garis-garis wajah yang menawan.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 18

    “Oh,” desah Nef sembari mengangguk-anggukkan ke-pala. “Cakep, pas sama Yuri.”

    Yuri tersipu. Dibanding yang lain, Yuri tampak bagai permata. Hidungnya mencuat, warisan sang ayah yang berdarah Jerman. Kulitnya putih. Rambutnya tebal kecoke-latan. Warna asli tanpa efek dari pewarna rambut. Alisnya pun melengkung indah. Mirip alisnya Kristen Stewart. Bola matanya kehijauan. Fika sering menggodanya karena itu. Tubuh Yuri tinggi. Di usianya yang baru menginjak angka 15 tahun, Yuri benar-benar sudah menjelma menjadi sekun-tum bunga.

    “Ssst, dia datang,” bisik Mel heboh. Gadis-gadis itu sa-ling menyikut dengan salah tingkah. Yuri tampak memper-baiki duduknya dan dalam dua detik sudah bersikap tenang dan anggun. Seolah-olah mengisyaratkan kesiapannya un-tuk diajak ngobrol.

    Yur i udah per nah beber apa kali punya “ t em en dekat ”. Yur i enggak m er asa janggal m em bicar a-kan cow ok. Kebet ulan sekar ang dia lagi enggak punya cow ok. Kayaknya dia m em ang t er t ar ik sam a cow ok ber kaus hit am it u. Ent ah apa yang akan t er jadi sebent ar lagi, t api seper t inya aku udah bisa m em ba yangkan. Hm m m ....

    “OMG! Cakepnya ...,” desah Fika dengan suara rendah. “He-eh,” ujar Mel.“Bikin migrain,” Fika mulai ngacau.“Migrainmu, sih, karena kurang konsumsi air bersih,”

    balas Mel geli.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 19

    Cuma Nef yang bersikap biasa saja. Nef memang so-sok yang tenang dan tidak gampang terpesona. Apalagi sa-lah ting kah. Meskipun itu berhubungan dengan cowok, topik paling diagung-agungkan para remaja seusia mereka.

    “Hai ....” Cowok itu menyapa tanpa canggung. Tangan-nya terulur kepada Yuri yang duduk diapit Mel dan Fika. Se-mentara Nef berada tepat di sebelah Mel. Perhatian yang begitu terus terang. Nef sampai terbengong-bengong meli-hat pemandangan itu.

    “Aku Edgar.”“Yuri. Ini temen-temenku. Mel, Nef, dan Fika.”

    Cow ok in i bener - bener m enunjukkan per a-saannya dengan blakblakan. Dia sangat t er t ar ik pada Yur i. Dan, d ia enggak m er asa per lu ber -basa- basi un t uk m enut upinya. Siapa, sih, yang enggak t er pesona? “ Cant ik” aja enggak cukup unt uk ngegam bar in t ent ang Yur i. Kadang, ada seper cik ir i ngelihat Yur i dengan segala kesem -pur naan fi siknya. Tapi, it u nor m al, kan? Bukan sesuat u yang jahat , m enur ut ku. Aku cum a m a-nusia biasa.

    Edgar menyalami gadis-gadis itu bergantian dengan si-kap hangat seorang remaja. Senyum manis tak lepas dari bibirnya. Semua bisa menangkap binar di matanya.

    “Kalian berempat?” tanyanya, tapi dengan mata ha-nya tertuju pada Yuri. Yang lain tahu diri, merasa tak perlu menjawab pertanyaan itu. Biarlah itu menjadi bagian Yuri saja.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 20

    “Berlima dengan Kak Fariz.”“Oh,” gumamnya. Sekilas tampak sorot bingung di ma-

    tanya. Gadis-gadis itu seketika mengerti.“Kakakku. Dia yang menyopiri dan menjaga kami, tapi

    sejak tadi dia menghilang entah ke mana,” jelas Fika sem-bari mengerling jenaka. Ada senyum tertahan di bibirnya.

    “Oh.”Kali ini nada kelegaan terdengar di sana.“Kamu sendirian?” Yuri balik bertanya.“Enggak, berlima. Tapi, temen-temenku entah di ma na.”Fika tahu diri. Dia segera bangkit dari tempat duduknya

    dan pindah ke sebelah Nef. Yuri dan Edgar segera akrab. Me reka berbincang seru seolah sudah saling kenal lama.

    Yur i m em ang supel. Makanya dia punya t em en banyak. Beda dengan aku yang gam pang m er a-sa canggung. A t au Nef yang agak pendiam . Di ant ar a banyak kelebihan Yur i, hal in ilah yang diam - diam bikin aku m er asa “ kalah”. Kapan, ya, aku bisa segit u nyam an ngobr ol dengan or ang yang bar u d ikenal? Ah, aku past i akan bingung luar biasa m encar i t opik pem bicar aan yang pas. Suasana past i akan kaku sekali. Yur i selalu bisa m encar i t r ending t opic yang ker en.

    “Naik tornado lagi, yuk!” ajak Mel tiba-tiba.“Hah? Makasih. Enggak, ah, aku mual lihat Yuri mun-

    tah.” “Kamu, Nef?” Mel berharap.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 21

    “Enggak mau. Naik tornado cukup sekali seumur hidup. Aku enggak pengin lagi.”

    “Hysteria?”“Enggak. Nanti takut jadi histeris seumur hidup,” geleng

    Fika.“Malas.”Mel bersandar lemas.

    Tem en- t em enku enggak asyik. Enggak punya nya li. A t au adr enalin d i dalam t ubuh m er e-ka kadar nya m in im banget , ya? Kalo Fika, sih, aku m asih bisa m aklum . Bobot nya yang ber -lebih m em ang agak ... hm m m ... m enyusahkan m eski t adi d ia yang paling ant usias. Tapi, Nef, kan, sehat w alafi at ? Sedangkan Yur i lagi asyik ngobr ol, m ana m ungkin bisa d iganggu. Lagian, d ia t adi udah m unt ah. Enggak bakalan m au diajak naik w ahana it u lagi. Aku yakin it u.

    Sebener nya, kam i ke Dufan, kan, m au m en-coba ber m acam w ahana. Menjajal nyali. Kalo aku sendir i an, d i m ana ser unya? Kenapa m e-r eka m alah lupa sam a t ujuan kam i? Saat in i Yur i m alah “ t er jebak” dengan cow ok ber nam a Edgar in i.

    “Hei, kenapa kalian malah bengong?” seseorang tiba-tiba mengejutkan dengan suaranya.

    “Kak Fariz! Ke mana aja, sih, dari tadi? Ditelepon bolak-balik enggak diangkat. Yuri tadi muntah sehabis naik tornado. Kakak malah ngilang entah ke mana,” Fika me-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 22

    numpahkan kejengkelannya pada sang Kakak. Wajahnya merengut dengan mata menyorot tajam.

    “Cuma lihat-lihat, siapa tau ada yang menarik perha-tian. Aku, kan, enggak perlu jagain kamu terus. Lagian, aku, kan, bukan baby si er,” bilang sang Kakak dengan cueknya.

    “Kak, aku bilangin ke Mama, ya?” Fika melotot de-ngan jurus andalannya: mengancam. “Kalo mau lihat-lihat, harus nya ge-pe-el. Bukannya seharian,” omelnya lagi.

    Cowok itu mengabaikan Fika. “Yah, kasihan, deh. Kalian dikacangin. Jadi obat nyamuk,” suara Kak Fariz nyaris tak terdengar. Diliriknya Yuri dan Edgar.

    Yuri segera memperkenalkan dua cowok itu sambil ter-sipu. Pipinya kemerahan. Suasana kian ramai saat beberapa menit kemudian teman-teman Edgar pun bergabung.

    Ast aga, dar i m ana, sih, asalnya cow ok- cow ok in i? Vir lo, Ar land, Dennis, dan Vit o seper t i m akhluk dar i dunia lain. Sem uanya cuakeeeppp luar bia sa. Lut ut ku sam pai t er asa lem as. Bah-kan, seor ang Nef yang paling cuek pun t angan-nya ber ubah di ngin saat kusent uh t adi. Pant as aja banyak cew ek yang m elir ik ir i pada kam i.

    Lima cowok itu ternyata sudah SMA. Kelimanya satu sekolah di SMA Angkasa Bogor. Sekolah yang cukup punya nama. Boleh dibilang tergolong sekolah favorit.

    “Wah, kalian kayaknya bakal satu sekolah, nih!” cele-tuk Kak Fariz. Seperti biasa, matanya masih tak bisa fokus. Pandangannya diarahkan ke sekeliling, seolah ada yang di-

    tt

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 23

    cari. Yuri sering meledek Kak Fariz dengan sebutan “mata maling ayam” yang membuat Fika mencak-mencak.

    “Oh, ya?” Virlo yang berambut ikal itu tampak begitu tertarik. Alisnya ditautkan dengan mimik penuh minat. Di-tatapnya berganti-ganti wajah-wajah di depannya.

    “Begitulah,” Mel yang menjawab. “Bagus itu,” kali ini Vito yang bersuara.Akhirnya, mereka menghabiskan sisa hari bersepuluh.

    Suasana begitu ramai. Dengan segera terlihat Yuri dan Ed-gar tak bisa dipisahkan lagi. Ke mana-mana selalu berdua. Persis motor dan sadelnya.

    “Yuri udah dapat ‘mangsa’. Aku jamin, enggak lama lagi akan ada yang memproklamirkan hubungan baru,” Fika berbisik sambil menahan geli. Suaranya begitu rendah hing-ga Mel hampir tak mampu menangkap kalimatnya. “Yuri itu kayak ikan lentera1, langsung menarik perhatian.”

    “Kamu ngomong apa, Ka?” tanya Mel bingung. “Aku enggak dengar kata-katamu.”

    Dengan sabar Fika mengulangi kalimatnya. Kali ini bahu-nya sampai terguncang-guncang pelan menahan tawa yang mengiringi.

    Aku suka dengan Ar land. Dibanding Edgar , d ia m em ang kalah ker en. Tapi, kalahnya, sih, t i-piiiiiisss. Mungkin sifat cueknya it u yang bikin gem as, ya? Kalo aku m em ang bisa sat u sekolah dengannya, seneng banget . [ ]

    1 Ikan yang hanya hidup di laut dalam dan memiliki sungut yang dapat bersinar seperti lampu.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • JatÃh cinta ter°yata tak hanya membuat tÃbuh bereaksi norak, tapi juga menyÃlap otak jadi kacau sehingga bisa menciptakan ide-ide genius yang sebelumnya tak ter³ikirkan.(Mel)

    Tuhan yang paling hebat , in i aku. Aku ingin m elom pat hingga m enyent uh

    langit . A t au ber t er iak sam pai suar aku habis. Bu kan, bukan kar ena aku st r es, m elainkan ka-r e na aku lagi bahagia. Bahagia yang over dosis.

    Har i in i um ur ku genap t iga belas t ahun. Har i ber sejar ah. Aku dan t em en- t em en punya acar a har i in i. Kam i akan nont on fi lm Shr ek .... Aku udah enggak sabar m enunggu har i in i, t er u-t am a kar ena Wing. Dia akan ada di dekat ku beber apa jam .

    Eciyeee ...!

    1

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 25

    Wing t am pan dan (akan) jangkung. Kulit -nya kecokelat an, hidungnya lur us dengan ben-t uk yang sem pur na. Giginya m em ang agak ber ant akan, t api buat ku it u just r u jadi daya t ar iknya. Kalo Wing senyum , dunia kayaknya ikut t er senyum bar eng dia.

    Di m at aku, Wing m akin sem pur na kar ena dia t er golong or ang yang m enjaga sikapnya banget . Enggak genit sam a cew ek. Mist er ius, sih, enggak. Cum a, kesannya “ m ahal”.

    Mel mematut diri di kamar. Hari ini adalah hari yang is-timewa. Mama memberi izin untuk nonton bersama teman-teman sekolahnya pada hari ulang tahunnya kali ini. Bahkan, Mama memberi uang saku lebih. Selain tiga besies-nya, Mel juga mengajak Wing, Adro, dan Bian. Mereka sekelas dan sering belajar bersama. Namun, perhatian utamanya tentu saja ada pada Wing. Teman sekelas yang entah sejak ka-pan “menye trumnya” tiap mereka berdekatan dan membuat tulang-tulang Mel berubah menjadi jeli.

    “Wing ...,” panggil Mel dengan suara tercekik. Bel pu lang sudah berdentang sepuluh menit lalu. Mel menung-gu hingga kelas sepi. Dia sebenarnya terlalu malu untuk melakukan ini. Namun, Mel tak punya pilihan lain kalau ingin Wing turut serta lusa.

    “Ya, ada apa, Mel? Kenapa kamu belum pulang? Temen-temenmu mana?” tanya Wing santai sambil mengenakan tas ranselnya di punggung. Jemarinya mengusap wajah sekilas.

    Wing tampaknya tak memperhatikan wajah Mel yang merah padam. Padahal, Mel saja bisa merasakan panas di wajahnya yang terasa membakar hingga ke punggungnya.

    t

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 26

    “Hmmm ... lusa kamu ada acara, Wing?” susah payah rasanya Mel membuka mulutnya.

    Pertanyaan Wing tadi menguap begitu saja dari otak Mel.

    “Lusa?” kening Wing berkerut beberapa detik. Ada jeda sejenak, Wing tampak berpikir. Bagi Mel, saat itu te-rasa berjalan begitu lambat. Waktu seakan berhenti. Diam-diam dia diterpa cemas, seolah-olah sedang menunggu vonis dijatuhkan.

    Menant i jaw abannya seper t i enggak ada akhir -nya. Aku har us m enahan napas panjang. Aku t a kut kalo ber napas Wing akan m em ber i ja-w ab an yang enggak kuhar apkan. Ya, Tuhan .... Pipiku t er asa panas, jant ungku ham pir m ele-dak, lut ut ku ber get ar hebat . Bahkan, per ut ku pun m endadak m ulas. Aku ingin ngebat alin n iat m engajak Wing, t api sem ua udah t er lalu t er lam bat . Tem en- t em en sialan, kenapa m er e-ka m aksa aku bicar a langsung t anpa dit em ani? Mana t oler ansi m er eka? Kat anya kaw an se-jat i? Gilir an aku gugup begin i, kenapa m alah d it inggal ?

    “Sepertinya, sih, enggak ada. Emangnya ada apa, Mel?”

    Mel kembali merasa tercekik. Kali ini jauh lebih hebat dari yang tadi. Lidahnya terasa kelu. Menelan ludah pun dia butuh tenaga luar biasa untuk melakukannya.

    “Aku ... lusa ... aku ulang tahun ...,” kalimat Mel ter-penggal. Gadis itu menunduk.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 27

    “Ya?” Wing menunggu dengan sabar.“Kami ... aku ... ingin mengajakmu nonton. Itu kalo kamu

    enggak, eh, ... keberatan.”“Non ....”“Tapi, bukan kita berdua aja, kok! Ada temen-temen

    yang lain juga,” imbuh Mel buru-buru.Wing mengangguk-anggukkan kepalanya tanda me ng-

    erti. Ada senyum tipis di sudut bibirnya.“Oh. Tentu aku mau ikut.”“Sungguh?” Mel memandang tak percaya. Telinganya

    terasa tuli. Entah mengapa dia yakin ada kerusakan di gen-dang telinganya. Jawaban Wing seolah berasal dari dunia antah-berantah. Tadinya, Mel sudah menyiapkan mental untuk sebuah penolakan dengan sederet kata-kata peng-hiburan. Mel hampir yakin, Wing akan menolak.

    Wing past i enggak per nah t au kalo jaw abannya it u m em buat ku m er asa t er bang ke Sat ur nus. Ter nyat a m engajak “ kencan” seor ang cow ok begin i r asanya. Am puuunnn ....

    “Ya. Jam berapa?”Mel terpana melihat antusiasme pada suara dan

    ekspresi yang ditunjukkan cowok itu. Dia ingin mengguncang bahu cowok 13-an tahun itu untuk menegaskan kata-ka-tanya tadi. Benar kah dia bersedia ikut dan bukan sedang menggoda Mel?

    “Mel, kok, malah ngelamun?”

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 28

    “Eh ... maaf ...,” Mel tergagap. Diam-diam dia mengu-tuki dirinya sendiri. “Nanti aku SMS, ya?”

    “Oke. hanks, ya, Mel, sudah mengajakku di hari is-timewamu,” Wing menepuk pundak Mel dengan gerakan perlahan. “Aku pulang duluan, ya?” imbuhnya lagi.

    “Ya,” balas Mel.Saat Wing berbalik, Mel langsung terduduk di bangku.

    Percakapan singkat dengan Wing ternyata menguras tena-ganya demikian hebat. Tubuhnya mendadak terasa tanpa tulang. Tak ada lagi yang menyangga. Tiba-tiba 206 tulang itu berubah menjadi busa. Mel seperti dilanda lumpuh tem-porer yang demikian hebat tanpa bisa dicegah.

    Ast aga, kenapa aku m ir ip or ang id iot begin i? Jant ungku r asanya naik hingga ke leher . Ja-ngan- jangan Wing bisa m endengar suar anya? Badanku le m aaasss banget . Kayaknya unt uk ber jalan pulang pun aku enggak punya t enaga lagi. Kenapa Wing bisa m em buat ku begin i, ya? Apa dia punya “ ilm u” yang begit u hebat nya? Tepukannya di pundakku kayaknya akan t er a-sa selam anya. Hadoh!

    “Ketahuan kalo kamu bener-bener naksir Wing,” sese-orang berteriak mengejutkan Mel. Ternyata Yuri! Dan, ada Nef serta Fika di belakangnya tertawa-tawa. Tiga cewek unyu itu bertingkah menjengkelkan.

    “Kalian belum pulang?” tanya Mel bodoh.“Tentu saja belum,” Yuri mengedipkan matanya dengan

    genit. Mel mendadak kesal.

    T

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 29

    “Kenapa tadi enggak mau menemaniku ngomong sama Wing? Kalian ngerjain aku, ya?”

    “Ha ... ha ... ha ...,” ketiga remaja itu malah kompak tertawa. Mel kian merasa jengkel.

    “Lihat, Mel sampai lemas begitu. Emangnya kamu di-apain Wing?” Fika mulai mengusili. Wajah Mel seketika me-manas. Kalimat Fika membuatnya malu setengah mati.

    “Kalian ini!” sungutnya.“Wing bisa ikut nonton?” giliran Nef yang membuka su-

    ara. Dia tak seusil Fika atau berlidah setajam Yuri. Namun, segaris senyum nakal di bibirnya itu sudah cukup mewakili. Mel gemas.

    “OMG! Mel, bengong mulu! Kamu kesambet, ya? Wing jadi ikut nonton bareng kita, enggak?” desak Fika. Entah sejak kapan Fika hobi mengucapkan OMG atau oh, my God.

    Mel mengangguk pelan. Wajahnya terasa terbakar. Dia tak berani menatap teman-temannya.

    “Asyik.”“Hebat.”“Ulang tahun yang berkesan.”“Ciyeee ….”Kata-kata saling bersahutan ditingkahi tawa kecil nan

    menggoda. Kepala Mel kian tertunduk dalam. Mukanya makin terasa membara. Mel yakin, pipinya sudah berubah warna.

    “Kenapa malu, Mel? Bukannya ini yang kamu mau?” goda Yuri untuk kesekian kali.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 30

    “Pasti entar malam ada yang mendadak kena insomnia akut. Bisa-bisa enggak akan tidur semalaman. Wajah Wing pasti akan tercetak jelas di dinding kamar,” imbuh Fika.

    “Enggak akan mandi dan makan karena lebih enak ngu-lang percakapan tadi berkali-kali,” balas Yuri. “Adegannya bakalan di-rewind ribuan kali,” celotehnya heboh.

    Fika merasa kian mendapat angin. “Wah, kalo gitu, hati-hati aja, Mel! Jangan sampai badanmu itu makin kurus ke ring. Entar enggak ada bedanya sama triple-x. Jangan sampai, deh, jadi kayak penguin emperor1 jantan.” Yuri dan Fika makin kencang tertawa.

    “Udah, udah! Kalian jangan menggoda Mel terus. Lihat, wajahnya udah ungu,” lerai Nef.

    Nef m em ang t em en yang m enger t i aku. Pada saat - saat paling kubenci, d ia bisa m enenang-kan. Nef enggak t er lalu suka m enggoda. Dia t au bat as, t au kapan har us ber hent i.

    “Iya, deh, enggak akan menggoda Mel lagi. Nef me-mang enggak pernah membiarkan kita bahagia,” sindir Yuri kesal dengan bibir dimonyongkan. Dia sedang menikmati wa-jah Mel yang berganti warna tiap beberapa detik itu.

    “Jadi, apa rencanamu, Mel?” Nef tak menghiraukan Yuri.

    “Rencanaku?” Mel garuk-garuk kepala, reaksi khas orang yang sedang bingung. Atau pura-pura bingung.

    1 Penguin emperor bertugas mengerami telurnya. Mereka harus berdiri selama 2 bulan tanpa makan sehingga membuat berat badan menyusut hingga 40%.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 31

    “Iya, rencana untuk hari ulang tahunmu, Mel. Tuh, li-hat! Mel mendadak jadi telmi. Lola.”

    Mel melirik Fika sekilas. “Udah, deh, Ka, jangan ngele-dek aku terus!” gerutunya.

    “Ya, sori, deh, kalo gitu. Aku cuma gemas kamu jadi ba nyak bengong. Kita, kan, penasaran dengan hasil ‘perunding an’ kalian,” balas Fika dengan mimik jenaka. Mel tersenyum juga akhirnya. Dipandanginya wajah teman-temannya satu per satu sebelum menjawab.

    “Kita nonton Shrek. Aku enggak bisa mikirin nonton film lain,” putusnya seolah-olah itu baru saja dipikirkan. Pada-hal, Mel sudah menimbang-nimbang sejak minggu lalu!

    “Lalu?” Yuri penasaran.“Makan. Aku masih bingung kita harus makan apa dan

    nonton yang pukul berapa?”Diskusi diiringi debat di sana sini pun segera dimulai. Ada

    adu argumen, saling bantah. Kritik di sana sini, pembelaan diri yang kadang terdengar aneh dan konyol.

    Saat t em en- t em enku bicar a, sebenar nya pi-kir anku m elayang- layang enggak t ent u ar ah. Ra sanya seper t i m engalam i m im pi indah yang aku sendir i enggak yakin bisa kesam paian. Se-or ang cow ok t er nyat a bisa m em engar uhim u sedem ikian hebat . Menger ikan. Apakah in i pe-r a saan yang nor m al? Begin ikah yang dir asakan Yur i t iap dekat dengan Adr o? A t aukah cum a aku dan r eaksi no r akku aja yang kayak gin i? Aku udah cukup um ur unt uk nger asain in i, kan?

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 32

    “Udah, Mel, jangan ngelamun terus! Entar malam aja dilanjutinnya! Masak sekarang pun masih sempet-sempet-nya bengong? Kita, kan, lagi mikirin acara ulang tahunmu,” gerutu Fika.

    “Banyak ngelamun bisa bikin umur berkurang, lho!” Yuri mengompori.

    “Siapa yang ngelamun? Enak aja! Aku masih lemas,” Mel keceplosan. Kalimat itu terucap begitu saja tanpa sem-pat dicegah. Begitu kalimatnya selesai diucapkan, refleks Mel menutup mulutnya. Dia sama kagetnya dengan teman-temannya.

    ***

    Dengan blus biru pucat cantik dengan aksen kerut di bagian dada dan celana jin tiga perempat biru laut, Mel merasa diri nya cukup menarik. Untuk kesempatan langka ini, Mel sengaja menjauhkan kaus bergambar kartun-kartun lucu atau kemeja motif kotak-kotak yang selama ini menjadi kegemarannya. Mel tak ingin terlihat kekanak-kanakan. Dia tak ingin menampilkan kesan yang salah di mata Wing.

    “Blus ini menyelamatkanku,” gumam Mel lirih sembari menatap bayangannya di cermin dengan puas. Mel berkaca sambil memutar badannya ke kanan dan ke kiri, mencari-cari kekurangan dari penampilannya hari ini. Sedapat mung-kin, Mel ingin tampil cantik. Blus ini mirip dengan blus yang dipakai Yoona SNSD dalam salah satu iklannya.

    Dada r at aku “ t er t olong” dengan ker ut an d i bagian dada blus in i. Hm m m , aku m em ang ge-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 33

    nius w akt u m em belinya. Siapa sangka aku akan begit u m em but uhkan per t olongan ker ut an-ker ut an it u? Andai aku cum a pake t - shir t , apa kat a Wing m elihat dadaku yang m ir ip papan penggilasan? Beda dengan t em en- t em en yang lain.

    Mel lupa, seragam sekolah dan pakaian olahraganya su-dah “bicara” terlalu banyak. Semua orang bisa menangkap bentuk tubuhnya yang ceking dengan dada yang masih “po-los”. Apalagi dengan rambut pendeknya, Mel kerap disangka anak lelaki. Kulit kuningnya yang cantik selalu terabaikan. Cuma saat memakai rok, orang-orang mendapat penegasan bahwa se sungguhnya Mel adalah seorang perempuan. Se-lama ini, dia tak pernah terganggu dengan kenyataan itu. Baru belakang an ini saja Mel sedikit lebih memperhatikan penampilan.

    Itu karena Wing.Wing membuat dunia Mel tak pernah sama lagi.

    Dadaku m asih kur ang m enonjol. Masih t er lalu r at a. Apa yang har us kulakukan? Per gi ke Mak Er ot ? Ah, it u jalan sesat unt uk or ang put us asa. Lagi pula, m em per besar dada bukanlah keah-lian Mak Er ot , kan? Hebat , ot akku m akin ka-cau aja. Kayaknya m akin lam a aku enggak bisa m ikir de ngan bener . Apa ot akku ada vir usnya?

    Mel tiba-tiba tergelitik dengan sebuah ide konyol. Awal-nya, terasa aneh dan tak masuk akal. Sekuat tenaga Mel

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 34

    mengabaikannya. Namun, entah kenapa pikiran itu malah kian ngotot menempel di kepalanya. Makin dipikir, kok, rasa-nya makin masuk akal.

    Gim ana kalo aku am bil jalan pint as aja? Gum -palan t isu d i dalam m iniset , bukankah it u ide yang cem er lang? A t au m ungkin sebaiknya aku pake br a yang dibeli Mam a it u? Sam pai saat in i, sih, belum per nah kupakai kar ena m em ang r asanya belum ku but uhkan. Tapi, m ungkinkah in i saat yang t epat unt uk m em akainya?

    “Bener-bener bodoh! Gimana kalo pas nonton ganjal-an tisu itu berhamburan keluar? Bukankah itu akan sa ngat memalukan?” desisnya pada diri sendiri. Mel tersenyum ka-ku. Wing ternyata mampu membuat otaknya berubah sin-ting. Sim salabim.

    Pikiran Mel saling berbantahan. Ada yang setuju dan ada yang menolak mentah-mentah. Dirinya seolah terjepit di antara dua orang yang saling bertolak belakang.

    Akal sehat vs hasrat konyol.

    Duh, sialan. Kenapa ide unt uk ber m ain- m ain dengan t isu, kok, t er asa m enyenangkan, ya? Ada dor ongan yang kuat agar aku seger a m ew ujudkan nya. Apa per lu? Makin aku coba unt uk m engabaikan, aku, kok, just r u kian m er asa penasar an.

    Mel berkaca lagi. Kali ini dia berusaha lebih fokus. Juga lebih lama menatap pantulan dirinya. Mel memandang dari

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 35

    segala arah yang dimungkinkan. Andai cerminnya bisa bicara ....

    Mel mencoba menatap kejujuran yang ditawarkan oleh cermin di dalam kamarnya.

    Inilah dia ....

    Aku jelas- jelas enggak punya t ubuh yang bagus. Cer m inku jujur banget . Dadaku r at a. Mir ip ja-lan t ol. Mungkin per t um buhanku t elat . Ber at ku pun t idak ideal. Aku m asih agak kur us. Kor eksi: TERLALU KURUS. Tinggi, sih, t idak m asalah.

    Hm m m , aku m em ang punya banyak keku-r ang an. Aku juga m er asakan banyak ket idak-puasan. Aku ingin secant ik Yur i, sepint ar Fika, sekalem Nef. Kadang ke t am akan m em buat ku m eng angankan gabungan dar i ket iganya. Tapi, m ust ahil, kan? Kalo soal dada, aku ingin kayak Yur i. Dadanya jauh le bih bagus diban ding kam i sem ua. Tapi, apakah aku m em but uhkan t isu it u? Hm m m ... r asanya t idak.

    Mel menggosok-gosokkan telapak tangannya perla-han. Aneka pikiran berkecamuk di kepalanya. Wajah Wing bermain-main di pelupuk matanya. Teman-temannya sangat benar. Sejak ia mengundang Wing nonton pada hari ulang tahunnya, jam tidurnya terpangkas demikian drastis. Rasa kantuk mendadak enggan merapat ke matanya.

    Semua mendadak berubah jadi serba-Wing. Lukisan cowok di kaver majalah remaja mendadak berubah jadi mi-rip Wing. Model-model keren di majalah remaja pun punya

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 36

    garis wajah serupa Wing. Intinya, ke mana pun mata Mel ditambatkan, hanya ada Wing di sana.

    Untungnya, bayangan Wing enggan menempel di wa-jah-wajah yang kurang komersial. Jody, Papa, satpam sekolah ....

    Aku r aj in ber doa. Tapi, kenapa Tuhan t ak m e-nga bulkan doa- doaku? Tubuhku t et ap aja se-per t i anak ber um ur sepuluh t ahun. Bayangkan, Sashi bahkan ham pir m enyusulku! Kadang m a-lah aku yang dikir a sebagai si bungsu. Tr agis-nya lagi, sam pai det ik in i pun aku belum m ens. Hm m m , gim ana r asanya, ya? Aku ket ing-galan d ibanding yang lain. Apa m em ang aku bener - bener kekur angan gizi? Sem akin d ipikir , kem ungkinan it u, kok, r asanya m akin m asuk akal.

    “Mel, ngapain dari tadi bengong di kaca?”Mel hampir kena serangan jantung. Padahal, Sashi

    menegurnya dengan suara rendah.“Halooo, ada apa dengan ketuk pintu? Ini, kan, kamar

    pribadiku,” dengus Mel kesal.“Aku tadi udah ketuk pintu sampai tanganku kram. Tapi,

    kamu enggak jawab,” balas Sashi santai tanpa rasa ber-salah. Si Bungsu itu terus melangkah masuk ke kamar Mel.

    Ast aga, sangat ber lebihan, kan? Mana m ungkin jar inya kr am hanya kar ena m enget uk pint u sat u at au dua kali? Sashi m em ang t ebal m uka.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 37

    Mungkin it u sebabnya badak t er ancam punah kar ena ba nyak m anusia yang m endadak “ ber -m uka badak”.

    “Kalo aku enggak jawab, kenapa kamu nekat masuk? Itu, kan, namanya enggak menghargai privasi, enggak so-pan. Seenaknya masuk ke kamar orang lain tanpa diper-silakan terlebih dahulu,” omelnya panjang lebar. Hampir pas ti, tiap bersama mereka pasti bertengkar. Jangan per-nah mengharapkan adegan saling peluk dan sejenisnya. Itu pemandangan yang haram terjadi di rumah mereka. Me-reka lebih mirip musuh bebuyutan.

    “Aku takut kamu bunuh diri. Makanya aku masuk aja,” balas Sashi santai sambil duduk di bibir ranjang. Mel merasa alasan sang Adik begitu anehnya. Matanya bersinar polos, benar-benar menampilkan sorot tanpa dosa yang justru membuat Mel makin kesal.

    “Dasar sesat!” maki Mel sebal.“Kamu mau ke mana?” Sashi tampaknya tak peduli de-

    ngan kegeraman sang Kakak.“Nonton,” jawabnya. Lalu, dengan dagu terdongak

    angkuh, Mel melirik adiknya dengan dramatis. “Hari ini umurku, kan, udah tiga belas tahun. Bukan anak-anak lagi kayak kamu,” cetusnya penuh kepuasan. Sengaja kata “kayak kamu” diberi tekanan.

    “Alaaa, setahun setengah lagi aku juga tiga belas ta-hun. Bukan cuma kamu doang di dunia ini yang ngerasain umur tiga belas! Apa istimewanya, sih? Bahkan, orang bule

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 38

    selalu percaya kalo angka tiga belas itu angka sial,” ujarnya terprovokasi oleh kata-kata Mel.

    Mereka memang bagai Tom and Jerry. Selalu berteng-kar. Akur adalah barang langka bagi dua saudara itu.

    “Terserahlah. Yang penting, mau apa kamu ke sini? Mau berantem?” tanya Mel galak.

    “Mau ikut nonton Shrek,” celetuk Sashi dengan nada ringan. Kini dia mematut diri di cermin, menggantikan Mel yang sedang memeriksa tasnya yang tergeletak di kasur.

    “Apa?” Mel mendadak terserang tuli akut. Orang yang barusan mengejek umurnya kini malah ingin ikut nonton? Dan, hal itu diucapkan dengan begitu terus terang.

    Ent ah apa yang ada di ot ak Sashi. Mau apa dia ingin ikut nont on? Apa dia enggak t ahu ka lo per m int aannya it u akan kut olak t anpa m i kir dua kali? Siapa sudi ber bagi kegem bi-r aan sam a m akhluk yang paling nyebelin in i? Cum a kar ena kenya t aan pahit bahw a kam i ber saudar a m akanya aku enggak m engu bur nya hidup- hidup sejak dulu. Pa da hal, belakangan in i aku m akin r aj in nont on “ Cr i m i nal Minds” unt uk nyar i ide cem er lang gim ana car anya “ m enying kir kan” Sashi t anpa t er lacak.

    “Aku mau ikut nonton Shrek bareng kamu,” ulang Sashi lagi tanpa rasa canggung.

    “Siapa yang ngizinin kamu ikut nonton bareng aku? Apa kamu termasuk yang diundang? Seingatku, enggak ada,

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 39

    tuh, nama Sashi di antara orang yang kuharapkan datang,” sindir Mel tajam. “Sori, ini bukan acara untuk anak umur sebelas setengah tahun.”

    Wajah Sashi berubah. Kegeraman tergambar jelas di wajahnya. Ada gelap menaunginya. Mel yang tadinya marah, kini tersenyum puas karena bisa membuat adiknya kesal.

    “Aku mau ikut nonton. Mama udah ngasih izin, kok. Ja-ngan takut, aku enggak akan minta ditraktir. Duitku lebih dari cukup untuk bayar tiket,” Sashi menepuk-nepuk saku celananya dengan ekspresi puas.

    Mel seketika menyadari bahwa adiknya itu memang telah bersiap-siap untuk pergi. Kaus dekil dan celana batik kegemar annya sudah bertukar dengan celana jin dan kaus bergambar stroberi. Sepertinya kaus baru karena Mel be-lum pernah melihatnya.

    “Aku enggak mau kamu merusak acaraku,” Mel sete-ngah berteriak. Sashi kaget.

    “Siapa yang mau merusak acaramu yang enggak keren itu? Aku cuma mau nonton Shrek!”

    “Kalo acaraku enggak keren, lalu kenapa kamu mau ikut? Cuma bikin sumpek aja!”

    ”Enggak lucu! Aku juga terpaksa ikut karena enggak ada temen untuk nonton,” balas Sashi tak kalah sengit.

    “Memang enggak lucu. Supaya lucu, NONTON SENDI-RIAN!” Mel nyaris histeris.

    Mereka berdebat, saling tuding, dan saling benci. Mirip George W. Bush dan Saddam Hussein kalau ada kemung-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 40

    kinan dipertemukan, barangkali. Bersahut-sahutan kata demi kata yang diucapkan dengan nada tak bersahabat. Urat-urat leher Mel bertonjolan. Sashi pun enggak beda. Masing-masing bersikukuh dengan pendapat sendiri.

    “Ada apa ini? Apa kalian enggak bisa damai sede-tik pun?” Mama tiba-tiba menerobos kamar dengan masih mengenakan celemek dan mengacung-acungkan sutil.

    Mam a em ang ber lebihan. Kalo d ihit ung- hit ung, aku dan Sashi enggak t er libat adu m ulut sela-m a lebih dar i lim a belas jam . Hit ung aja sendir i. Cukup lam a, kan?

    “Sashi mau ikut nonton. Aku enggak setuju,” Mel meng-adu. Wajahnya merah dengan alis dikerutkan.

    “Lho, kenapa enggak setuju? Dia, kan belum pernah nonton Shrek juga. Mama udah ngasih izin untuk Sashi.”

    “Tapi, kenapa Mama enggak ngomong sama aku? Ini, kan, acaraku? Dan, aku enggak mau Sashi yang resek ini ikut nonton bareng temen-temenku. Aku enggak mau!” Mel meledak. Air matanya berhamburan. Sashi hanya terpana melihat kakaknya begitu marah.

    “Mel, apa salahnya kalau Sashi ikut? Mama udah kasih duitnya. Jadi, kamu enggak usah bayarin dia,” Mama ber-usaha membujuk Mel yang tampak murka. Wajahnya keruh.

    “Enggak, pokoknya aku enggak mau!”“Mel ....”“Ma, aku enggak mau Sashi ikut nonton! Ini ulang ta-

    hunku, Ma! Wajar, kan, kalau aku memilih temen yang mau

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 41

    kuajak?” Mel terisak. Kekesalan rasanya memenuhi tiap he-lai rambutnya.

    Mama akhirnya mengalah melihat Mel yang begitu ku-kuh menolak mengajak adiknya.

    Or ang id iot m ana yang baw a adik saat ket em u cow ok ker en seper t i Wing? Apalagi dengan se-le r a baju Sashi yang “ pint ar ” it u. Halooo, apa sem ua anak per em puan har us selalu pake pink? St r ober i lagi. As t aga, or ang genius m ana yang m enent ukan it u?

    “Nanti juga kamu boleh nonton bareng temen-temen-mu. Tapiiiiii, itu masih satu setengah tahun lagi,” Mel menge-jek sambil mengusap air mata yang meleleh di pipinya saat Sashi yang hampir menangis itu dipaksa Mama keluar kamar. Wajah Sashi merah padam. Dia kelihatan sangat marah pada kakaknya. Tangannya mengepal.

    “Satu setengah tahun lagi Shrek udah keburu mati,” gerutunya sambil mengacungkan tinju.

    “Marah? Capek, deeehhh ....”

    ***

    Mel nyaris terserang asma mendadak menunggu detik-detik yang begitu menegangkan. Seluruh sarafnya berjaga de-ngan dada berdebur memainkan irama tak beraturan yang naik-turun. Terasa begitu kuat memukul-mukul dadanya. Susah payah Mel mengambil napas.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 42

    “Mel, kamu cantik banget hari ini. Beda,” puji Yuri de-ngan senyum mengulum.

    Mel merasa dadanya mengembang oleh rasa bangga. Berapa kali dalam setahun Yuri mau melenturkan lidah untuk memuji orang lain? Selama ini dia yang selalu dihujani puja-puji. Dan, Yuri seolah merasa kalau semua itu memang su-dah semestinya.

    “ hanks, Ri.”Yuri cuma mengangguk. Mereka sudah berada di bios-

    kop yang letaknya di lantai paling atas mal. Mel setengah memaksa untuk datang lebih siang. Padahal, film baru akan dimulai satu setengah jam lagi! Untungnya, teman-temannya mau menuruti permintaannya. Wing dan para cowok lainnya? Oh ... tentu saja belum ada yang datang.

    Kenapa Wing lam a sekali? Jangan- jangan dia eng gak jadi dat ang? Apa dia ber ubah pikir an?

    “Tenang aja, Mel, Wing pasti datang,” Nef menyentuh jari Mel dengan pengertian.

    “Hmmm ....” Mel makin gugup karena Nef bisa mem-baca isi hatinya dengan begitu pas.

    “OMG! Kamu dari tadi ngeliat jam terus. Mungkin tiap dua detik,” imbuh Fika sambil tertawa kecil sambil memasang tampang tak berdosa. Mel ingin menjitaknya.

    “Adro bilang mereka akan datang barengan. Lagian, janjinya, kan, masih lebih setengah jam lagi. Jadi, jangan tegang gitu, dong!” giliran Yuri yang menenangkan Mel.

    T

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 43

    “Oh ...,” gumamnya.

    Ot akku t er asa lum puh. Aku enggak bisa m em i-kir kan apa pun. Ter lalu ber at unt uk m encer na.

    “Apa perlu aku telepon Adro?” tukas Yuri tiba-tiba.“Jangan ...,” cegah Mel cepat. Kepalanya menggeleng

    kencang hingga poninya berayun.“Bener, nih, enggak perlu telepon?” Fika menggoda.

    Bola matanya mengerling nakal. “Bener!” tegas Mel. “Dan, enggak perlu mengedipkan

    matamu dengan genit begitu! Awas juling, lho!” Tawa Fika pecah seketika. “Sori, Mel, aku kelilipan.”

    Per ut ku t er asa m ulas. Seolah ada t angan im aj i-ner yang m er em as- r em as di sana. Es kr im fa-vo r it ku yang dit aw ar kan Fika pun kut olak m en t ah- m ent ah. Saat in i aku enggak punya naf su unt uk m elakukan apa pun! Yang kuingin-kan hanyalah Wing seger a m uncul!

    Bagi Mel, rasanya sudah bertahun-tahun berlalu saat Wing benar-benar muncul! Cowok itu tampak begitu tampan dengan celana panjang hitam dari bahan jin dan kaus sena-da dengan gambar bendera Inggris di bagian depan. Sangat tampan. Senyumnya mengembang sempurna saat melihat Mel. Langkah kakinya berderap mantap.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 44

    Tuhan, kenapa jant ungku r asanya naik ke t eng gor okan dan bikin susah napas? Dan, ke-napa kepalaku ham pir m eledak? Lalu, per ut ku yang m akin enggak ker uan. Juga, lut ut ku, kok, kian enggak ber t enaga? Dejavu. Per sis seper t i saat ngajak Wing kem ar in.

    “Selamat ulang tahun, ya, Mel. Maaf, aku cuma bisa ngasih ini,” Wing menjabat tangan Mel dengan hangat sambil menyerahkan sebuah kotak mungil berbungkus cantik. Mel yang mendadak terserang demam tampak tak siap mene-rima hadiah.

    “Apa ini?” tanyanya gugup.“Hadiah kecil,” Wing tertawa kecil. Tampak sekali kalau

    sekarang dia pun sama gugupnya dengan Mel.

    Dunia in i t iba- t iba m engecil begit u saja. Suasa-na begit u hening, adegan slow m ot ion t er ekam di kepalaku. Cum a ada aku dan Wing. Sisanya m engabur dalam kabut .

    Mel menyambut kado itu dengan perasaan tak keruan. “Kamu enggak perlu bawa kado, Wing. Kita cuma non-

    ton dan makan aja,” sergahnya kaku.“Ah, enggak apa-apa. Aku memang ingin ngasih ke

    kamu sejak dulu,” balas cowok itu kalem. Fika berdehem jahil, disambut senyum simpul yang lain-

    nya. Mel dan Wing seketika tersadarkan bahwa mereka tak cuma berdua. Wajah mereka sontak berubah merah.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 45

    “Hei, kenapa kalian tiba-tiba berubah menjadi paprika merah?” usik Fika lagi. Nef menyikut sahabatnya pelan, memberi isyarat agar tak menggoda Mel dan Wing terus.

    “Hmmm, kadonya buka dong!” Bian ketularan usilnya. Bahkan, sampai sikut-sikutan dengan Adro. Yuri pun men-coba menyembunyikan tawa. Fika pun senada. Seperti bi-asa, cuma Nef yang bisa tenang. Mel dan Wing tentu saja makin salah tingkah.

    Di saat yang genting itu, tiba-tiba terdengar suara aneh yang cukup nyaring. Dengan segera, sekumpulan remaja itu bisa menebak suara ajaib dan siapa biang keladinya.

    “Pasti kamu yang kentut, kan?” tunjuk Fika pada Bian dengan terang-terangan. Fika mungkin salah satu manusia paling blakblakan yang pernah diciptakan.

    “Iya, aku juga yakin,” Yuri menambahi.Yang dituding cuma mengukir senyum kecil. Tidak ada

    rasa bersalah di wajahnya.“Kamu memang paling bisa merusak suasana. Kita, kan,

    lagi nungguin Mel buka kado, kamu malah kentut dengan su-ara luar biasa itu. Momennya jadi rusak, deh. Kayak sinet-ron aja, pas lagi seru-serunya tiba-tiba aja iklan. Sebeeelll ...,” gerutu Fika kesal.

    Bian cuma senyum-senyum saja dicecar sana sini. Tidak membela diri dengan kalimat apa pun. Fika bahkan menjuluki nya Mr. Skatole1 atau Joseph Pujol2. Ada-ada saja.

    1 Salah satu unsur utama pada kentut.2 Lelaki berkebangsaan Prancis yang hidup pada abad ke-19 dan mencari

    nafkah dengan memainkan suara kentutnya yang variatif.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 46

    Unt unglah Bian “ m enyelam at kanku”. Padahal, selam a in i aku paling be- t e dengan kebiasaan jeleknya it u.

    Di bioskop, semua bersekongkol mengatur tempat duduk agar Mel dan Wing bisa bersebelahan. Reaksi awal keduanya menolak dengan setengah hati, tentunya. Ada bantahan di sana sini dengan suara kikuk dan sikap cang-gung yang lucu.

    “Udah, deh, jangan nolak! Atau kamu mau duduk dekat Bian?” bisik Fika setengah mengancam. Mel bergidik. Duduk dekat cowok yang selalu berkeringat dan hobi kentut itu? Cuma karena Bian itu kawan karibnya Wing dan Adro-lah makanya dia ikut nonton hari ini.

    Aku per nah baca kalo or ang nor m al m engeluar -kan 5 0 0 - 7 0 0 m l ker ingat t iap har i. Khusus Bian, d ia bisa m em pr oduksinya hingga t iga kali lipat . Ba yangkan aja!

    “Oke, deh, aku duduk dekat Wing,” desah Mel akhirnya, berpura-pura terpaksa.

    “Hmmm ... asyiknya,” Fika menggoda lagi. Tapi, Mel ber lagak tak mendengar.

    Mel sebenarnya takut Wing bisa mendengar suara jantungnya yang begitu kencang memukul-mukul dadanya. Telapak tangannya pun terasa dingin dan berkeringat. Tu-buhnya terasa hampir terbang oleh semua reaksi fisik yang tak keruan ini.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 47

    Aku sangat suka Shr ek , t api aku sungguh-sungguh enggak t ahu jalan cer it a fi lm ket iga-nya in i. Sem uanya jadi sam ar - sam ar . Ber ka-but . Walau duduk di depan layar bioskop, aku kayak sedang ber ada di dunia ant ah- ber ant ah yang sepiii. Aku cum a ingat sesekali t anganku dan Wing ber seng golan enggak sengaja w akt u ngam bil popcor n . Kadang bahu kam i pun ber -sent uhan saat ber ger ak unt uk ngebener in posisi duduk. Kenapa, ya? Gaje. Aku enggak t ahu.

    Saat lampu bioskop menyala, Mel merasa kecewa. Mo-men yang begitu menakjubkan itu begitu cepat berlalu. Ta-ngannya meraba kado Wing yang tersimpan di dalam tas.

    Setelah diskusi akan makan apa yang lebih mirip adu argumen, tujuh remaja itu memutuskan makan piza. Saat itu, tiba-tiba Nef menarik tangan Mel dan mengajaknya me-nyingkir ke toilet.

    “Kamu mau pipis?”“Bukan. Kamu yang harus benerin blusmu,” bisik Nef

    misterius.“Lho, memangnya kenapa blusku?” “Itu, ada tisu yang nongol.”“Apa?”

    Wakt u ngaca di t oilet , aku r asanya ham pir pingsan! Ada gum palan t isu yang m encuat dar i dadaku dan t er lihat jelas d i gar is leher blusku! Ya, Tuhan ... sem oga Wing enggak sem pat m e-

    lihat nya. [ ]

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • Sebuah pengkhianatan bisa menghancurkan hi-dup, ità sebabnya balas dendam ità rasanya ma-nis.(Yuri)

    Tuhan Yang Maha Menger t i, in i aku .... Har i in i kenapa t er asa begit u lam bat , ya?

    Mem bosankan juga. Apa kar ena har i per t am a m asuk sekolah set elah sekian m inggu libur ? Jadi keenak an, penginnya libuuuuuur r r m elulu. Apa kar ena libur anku sam a sekali enggak m e-nyenangkan, ya?

    Di m inggu t er akhir libur , Mam a m alah pu-nya ide yang sangat genius: m enginap di Ci-panas. It u ar t inya, har us m elalui Puncak yang langgan an m acet pada saat - saat begin i. Dit o-lak gim anapun, Mam a t et ap aja cuek. Akibat -nya bisa d it ebak, kan?

    Cint a But ut Arland

    6

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 49

    Ber angkat dar i r um ah Jum at pukul lim a so-r e, bar u nyam pe di Cipanas Sabt u pukul set e-ngah delapan pagi! Coba pikir , Bogor - Cipanas yang jar aknya enggak sam pai 4 5 kilom et er it u d it em puh selam a lebih dar i lim a belas jam ! Bayangkan bet apa put us asanya kejebak d i t engah kem acet an par ah yang enggak ber pe-r asaan it u.

    Masih d it am bah kejengkelan kar ena polisi seenak nya aja m engaw al m obil- m obil pr ibadi dan m em aksa pengguna jalan lainnya unt uk m inggir . Pake acar a m ar ah- m ar ah lagi kalo d ianggap t er lalu lam a nger espons. Tiba d i Ci-panas enggak ada hepi- hepinya. Be- t e, iya.

    Mel memandang ke arah halaman sekolah yang luas dan biasa digunakan saat upacara tiap Senin dengan tatapan bosan. Minggu lalu anak-anak baru sudah menjalani MOS, tapi sisa-sisa “penjajahan” itu masih bisa terlihat jelas di sana sini. Saat ingat bahwa tahun lalu dirinyalah yang men-jadi korban penjajahan, Mel hampir merasa mual.

    Dia disuruh ini-itu, dimarahi dan dibentak-bentak, di-bikin malu di depan anak-anak. Namun, tahun lalu yang pa-ling malang tetaplah Yuri. Keberadaannya langsung menarik minat penghuni lama. Yuri pun sukses jadi bulan-bulanan para kakak kelas. Parahnya lagi, hampir semua panitia ce-wek merasa pa ling berhak untuk menghukum Yuri. Apalagi Yuri memang paling cantik dan unyu.

    “Tuh, lihat, Arland lagi memanfaatkan posisinya sebagai si paling senior,” cibir Fika.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 50

    “Mana?” tanpa sadar, keingintahuan Mel melompat ke-luar. Matanya mencari-cari.

    “Ituuuuu, di dekat pohon sawo. Di dekat lab komputer,” Nef menunjuk dengan dagunya. Empat remaja itu sedang berjalan menyeberangi halaman sekolah. Jarak mereka de-ngan Arland tidak jauh lagi, hanya tersisa beberapa meter. Kini Mel bisa melihat dengan jelas sosok Arland dan seorang cewek asing yang berwajah ketakutan.

    Ar land yang t am paknya cool it u nyat a nya eng-gak lebih dar i cow ok buaya. Liat aja aksi nya har i in i. Mem bent ak- bent ak seor ang cew ek ber kulit put ih yang m enar ik. Ber am but sepunggung de -ngan layer yang ker en, m at a bulat , bibir t ipis ke m er ahan. Apa dia kir a m em bent ak- bent ak = ker en? A t au m enar ik? A t au bikin penasar an? Sem oga cum a aku seor ang yang begit u bodoh. Jangan ada Mel lainnya.

    “Coba tebak, cewek itu mirip siapa?” tukas Nef tiba-tiba. Mendadak tiga pasang mata lainnya menatap anak baru itu dengan penuh perhatian. Mereka memperhatikan dengan saksama sembari berpikir keras, mirip siapa, ya? Artis, barangkali?

    Mir ip siapa, ya, kir a- kir a? Kayaknya m em ang per nah lihat , t api aku, kok, lupa, ya?

    “OMG! Mel!” Fika yang ekspresif hampir berteriak. Ka-ta-kata saktinya keluar setiap kali dia merasa shock. Semua

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 51

    terkaget-kaget mendengar suaranya yang melengking tinggi itu. Pandangan berisi “peringatan” segera diterimanya.

    “Apaan, sih? Aku belum tuli,” protes Mel sembari me-nutup telinganya yang berdengung.

    “Sori, aku bukan manggil kamu. Tapi, cewek itu mirip kamu. Mirip Mel. Melissa Anggraini. Mantannya Arland,” Fika hampir seperti mengeja, memperjelas maksudnya.

    Mel terbeliak kaget. Benarkah anak baru itu berwajah mirip dengannya? Ah ... rasanya tidak. Dipandanginya lagi sosok yang tak jauh dari mereka dengan penuh perhatian. Mencari-cari kebenaran kata-kata Fika barusan. Rasanya tetap saja tidak.

    “Jangan ngaco, Ka!” ujarnya sembari mengibaskan ta-ngan kanannya ke udara kosong. Itu gerakan tiruan untuk kebiasaan Nef.

    Namun, Mel tak bisa mencegah matanya yang makin terpaku pada sosok itu dengan penuh rasa penasaran. Mel meraba hatinya diam-diam. Sudah tidak ada rasa cembu-ru atau ketidaknyamanan akibat melihat pemandangan ini. Hmmm, pertanda bagus.

    “Siapa yang ngaco? Coba lihat baik-baik!” gerutu Fika sewot. “Memang mirip kamu, kok! Cuma model rambutnya aja yang beda. Panjangnya juga,” celotehnya lagi.

    Mel menggeleng. “Enggak mirip,” cetusnya keras. Bah-kan, dirinya sendiri pun kaget mendengar nada suaranya. Mel tak pernah bermaksud membantah demikian tegas. Tanpa sadar, jemarinya memegang rambutnya sendiri yang saat ini sudah menyentuh punggung. Mel kini tak lagi beram-but pendek.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 52

    Apa m em ang kam i ber dua m ir ip? Ent ahlah, aku enggak yakin. Fika m em ang kadang jago bikin heboh. Tapi, kalo m em ang m ir ip, apa aku secant ik it u? Wah ....

    “Memang mirip kamu, Mel.”Mel mengalihkan tatapannya ke arah Nef. Nef sangat

    tidak suka berlebihan, apalagi berbohong. Mel jauh lebih bisa percaya pada kata-kata Nef ketimbang yang lain.

    “Tapi ....”“Bener, sumpah!” Yuri menguatkan. “Ternyata seleranya Arland kebaca. Tipenya yang be-

    gini. Kalo gitu, kenapa dulu jahatin Mel? Sekarang mau nyari yang mirip? Ada yang asli, malah dibuang. Sekarang malah berminat sama yang abal-abal. Aneh, enggak ngerti jalan pikirannya,” Fika mengoceh tak keruan.

    “Hush! Ka, suaramu kekencengan,” Nef mengingatkan sembari menaruh telunjuk di depan bibirnya. Fika malah meng angkat bahu, menegaskan kalau dia tak peduli.

    “Iya, sekarang malah unjuk gigi di depan KW-nya Mel,” dengus Yuri.

    Mel diam saja. Tidak ada yang tertawa meski ucapan Yuri itu menggelitik. Ingat Arland berarti ingat banyak hal. Ingat sakit hati. Ingat kebohongan. Ingat pengkhianatan. Ingat cewek bernama Cinta. Ingat pertemuan di Ekalokasari.

    Mereka lalu menuju kantin. Hari pertama sekolah, mana ada yang belajar. Tadi mereka hanya bertukar cerita tentang liburan. Bahkan, terkadang guru kelas untuk tiap

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 53

    kelas pun belum ditentukan. Jarak para cewek dengan Ar-land sudah kian dekat.

    “Arland, kamu bisanya cuma ngerjain anak baru aja, ya?” tegur Fika dengan sikap menantang. Teman-temannya tidak menyangka kalau Fika bereaksi begitu frontal.

    Arland menoleh cepat dan wajahnya langsung mencetak ekspresi kaget. Dan, pucat.

    “Kenapa? Ngelihat hantu, ya?” ejek Yuri pedas. Gadis itu menatap Arland dengan jijik secara terang-terangan. “Kayak nya kita-kita masih lebih bagus dibanding hantu.”

    “Ini udah zaman apa, kok, masih pake bentak-bentak anak baru segala? Apa belum puas ngerjain pas MOS ke-marin? Masak, sih, mau diperpanjang lagi? Sampai kapan?” Bahkan, seorang Nef pun tidak sanggup menahan lidah un-tuk mengoreksi perilaku Arland.

    Aku ingat per t em uan per t am a kam i d i Du-fan dulu. Ar land begit u m enar ik per hat ian kar ena sikap d iam nya yang penuh m ist er i it u. Bicar a seadanya, ir it senyum , t at apan t ajam , d it am bah bonus yang m ena r ik: w ajah ker en. Mana m ungkin aku enggak t er goda? Ar land adalah sosok yang t er lalu m enar ik unt uk d ile-w at kan. Nyat anya? Kem asan yang m enaw an it u bukanlah segala- gala nya. Aku t er t ipu.

    Penam pilan m em ang ser ing m engabur kan isi da r i kem asannya. Padahal, isi jauh lebih pen-t ing. Ar land m em bodohiku dan aku ber sum pah enggak akan per nah t er t ipu lagi.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 54

    Entah mendapat dorongan dari mana, tiba-tiba Mel me-misahkan diri dari teman-temannya dan berjalan mendekati Arland dengan langkah-langkah panjang. Anak baru itu memandang ke arahnya dengan tatapan takut. Sementara Arland seperti kehilangan lidahnya. Banyak yang memper-hatikan kejadian itu. Namun, Mel tidak peduli.

    “Namamu siapa?”“Melly, Kak.”

    Ast aga, bahkan nam a kam i pun m ir ip! Melissa dan Melly. Luar biasa, bukan?

    “Ayo, kamu ikut!”“Tapi, Kak, aku ....” Melly mengalihkan tatapannya pada

    Arland yang hanya berdiri terpaku.“Jangan takut, Arland enggak akan marah. Enggak

    akan PUNYA NYALI. Percaya sama aku. Jangan kaget, Arland memang biasa menunjukkan perhatian dengan cara-cara yang aneh,” Mel melirik Arland dengan tajam. Jika lirik annya bisa melukai, niscaya wajah Arland sudah ter-gores dan berdarah-darah. Cowok itu tak berkutik.

    “Kak ....”“Kamu mau dibebasin, enggak?” Mel setengah berbisik.

    Melly mengangguk pelan.“Kalo dia merayu, jangan terbujuk! Jangan takluk

    sama cowok kayak gitu! Gayanya, sih, oke, cool banget. Nyatanya? Dia cowok yang enggak bisa setia. Aku pernah dikhianati,” lanjut Mel lagi dengan enteng. Kali ini dia sengaja memberi tekanan di seluruh kalimatnya. Ada senyum tipis yang terukir di bibirnya. Senyum kemenangan.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 55

    Arland mati kutu. Nef hampir bertepuk tangan melihat cara Mel mempermalukan Arland. Hubungan Mel dan cowok itu sudah kandas dua bulan silam, tapi baru sekarang Mel berani menghadapi Arland dengan cara yang tak pernah terduga.

    “Bukan cuma Arland yang berengsek. Empat temen akrabnya juga sama. Edgar, Virlo, Dennis, dan Vito. Ingat nama-nama itu, ya! Entar kalo ada temen kamu yang di-taksir lima sekawan itu, segera cegah! Jangan sampai ada yang mau sama cowok cemen kayak mereka. Rugi dan nye-sel nantinya,” celoteh Yuri dengan begitu fasih.

    “Iya, Kak ...,” Melly menjawab dengan kepala menun-duk. Ada kelegaan di matanya.

    Yur i sam a apesnya denganku. Edgar nyat a nya sam a ber engseknya dengan t em annya. Yur i d i-m ain in. Enggak sem pet d ijadiin pacar kar ena kebur u belangnya ket ahuan. Edgar it u punya ba nyak cew ek. Em ang, m odalnya cukup unt uk nyar i cew ek sesuai keinginannya. Tapi, kenapa enggak punya keset iaan? Kelebihan, kok, m alah d im anfaat in unt uk nger jain cew ek. Apa enggak m ikir in per asaan cew ek- cew ek it u?

    Cow ok- cow ok t ipe kayak gin i kalau udah dew asa t akut nya jadi t he next Don Juan. Who know s? Masih r em aja aja udah enggak bisa na-han dir i unt uk m enclok d i sana sin i. Gim ana nant i kalau udah punya har t a m elim pah dan kedudukan t er pandang? Past i m akin ogah set ia sam a sat u cew ek.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 56

    “Kalian bener-bener sukses bikin pasaran Arland dan cs-nya hancur di mata anak baru.” Empat sekawan itu ter-tawa serempak mendengar kalimat yang diutarakan Fika.

    “Biar pada kapok,” timpal Mel. “Dan, jadi lebih ngehargai cewek,” imbuh Nef, ikut-

    ikut an kesal. Tangannya dikepalkan ke udara.Peristiwa dua bulan silam saat mendapati Arland jalan

    dengan cewek lain terbayang kembali. Nef dan Mel yang memergoki saat itu. Jadi, Nef tahu persis detail dari ke-jadian yang membuat perasaan Mel hancur lebur dan patah hati. Nef ikut sakit.

    “Balas dendam itu manis, ya? Nikmat sekali rasanya,” celoteh Yuri sembari menjilat bibirnya setelah mereka me-ninggalkan Arland. Kali ini, ada Melly yang mengikuti.

    “He-eh.”“Aku enggak nyangka kamu bisa berbuat kayak tadi.

    Hebat, Mel! Harusnya kamu lakukan itu sejak dulu. Waktu dia seenaknya punya cewek lagi. Tuh, lihat, anak-anak pada be ngong. Semua merasa surprise. Mel, aku baru tau kalo kamu punya nematosista1 juga,” Fika memuji Mel sembari mengelus pundaknya.

    “Kamu pun ternyata masih punya dendam kesumat, ya?” Fika menoleh ke arah Yuri.

    1 Sel penyengat yang menutupi tentakel ubur-ubur. Bagian ini akan meledak ke-tika disentuh dan melepaskan benang-benang racun ke tubuh korbannya.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 57

    Yur i bener , aku bisa m er asakan m anisnya ba las dendam it u. Apakah aku t elat m em balas Ar -land? Enggak juga, m enur ut ku. Just r u seka-r ang adalah w akt u yang paling t epat . Saat aku enggak lagi nger asa nyer i d i dada kalo ngelihat w ajahnya. Saat aku enggak lagi nger asa ber de-bar kalo m enat ap m at a elangnya. Saat aku m er asa t er bebas dar i sosoknya. Saat enggak ada lagi r asa sakit bila ingat pengkhianat annya. Aku seka r ang bener - bener yakin, per asaanku udah NOL. Lu, gue, ... end !

    “Melly, kamu boleh kembali ke kelasmu sekarang. Kalo Arland berani mengganggumu lagi, bilang sama aku, ya? Oh, ya, kenalin. Aku Mel, dari kelas XI-C. Ini temen-temenku. Yuri, Nef, dan Fika,” Mel memperkenalkan si anak baru pada karibnya.

    “Baik, Kak. Terima kasih.” Melly membalikkan tubuh. Wajahnya dipenuhi kata “terima kasih” yang tak terucap-kan.

    ***

    Meski t ahu Ar land banyak pengagum nya, aku dulu begit u m em uja Ar land. Di m at aku, d ia adalah sosok cow ok pa ling kom plet yang m endekat i im pianku. Ker en, enggak banyak bicar a, cender ung m ist er ius. Aku enggak suka cow ok yang pecicilan. Ent ah kenapa.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 58

    Tadinya, kukir a d ia bukan or ang yang gam -pang t e- pe. Sikap diam nya it u bikin aku t er -kecoh. Aku yakin akan “ am an” punya kekasih Ar land. Tapi, kenyat aannya? Wow , jauuuuhhhh dar i ha r apanku. Bar u bulan keem pat pacar an, Ar land nya t anya enggak m er asa cukup puas ngasih hat i nya padaku.

    Pada suat u sor e yang dr am at is, aku m e-m er goki nya sedang m em ilih- m ilih CD di sebuah t oko m usik yang ada di lant ai dua Ekalokasar i Plaza. Wakt u it u aku seneng banget ket em u cow okku dan set engah ber lar i m enuju Ar land. Lalu, t iba- t iba seor ang cew ek m enggam it le-ngan Ar land dengan m esr a sam bil nunjukin se-buah CD di t angannya. Mer eka saling ber bisik yang past inya m ew akili kat a “ m esr a”.

    “Ar ...,” suara Mel tercekat di kerongkongan. Lang-kahnya langsung terhenti. Wajahnya pias. Saat itu dia ha nya berdua dengan Nef. Tadinya, Mel hanya ingin menemani sa-habatnya itu mencari kado untuk mamanya yang akan ulang tahun.

    “Arland, kamu punya cewek lagi?” Nef yang akhirnya memuntahkan tanya dengan tatapan marah setelah Mel hanya bisa terpaku dengan tatapan yang membuat hati Nef terpilin-pilin.

    Tangan Mel mencengkeram lengan Nef, sementara Ar-land membeku dalam diam yang menyakitkan. Gadis itu masih tak memercayai matanya. Diam-diam dia berdoa semoga matanya sedang mengkhianati kenyataan. Dia hanya salah lihat. Itu bukan Arland.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 59

    Namun, cowok itu memang Arland. Arland yang dipuja Mel sepenuh jiwa. Arland-nya.

    Ar land, t olong jaw ab dengan gelengan kepala dan kalim at t egas bahw a cew ek cant ik it u cum a sepupu at au t em anm u aja. Tolong, ja-ngan m enyakit iku, kum ohon ....

    “Arland, kenapa diam? Siapa cewek ini?” tunjuk Nef pada si cewek yang tampak terheran-heran. Berganti-ganti ditatapnya wajah Arland dan dua cewek di depannya.

    “Aku Cinta,” gadis itu berinisiatif memperkenalkan diri. Namun, tanpa jabat tangan.

    “Aku enggak nanya namamu. Aku pengin tahu kamu itu apanya Arland?” Nef berubah total. Wajahnya yang biasanya teduh dan sikapnya yang kalem, kini bertransfor-masi. Kemarahan nan hebat mendominasi di sana. Mel sendiri terpuruk dalam beku.

    “Cinta ini ...,” Arland mencoba mendahului.“Aku pacarnya Arland!” potong Cinta dengan tegas.

    Ujung dagunya terangkat dan matanya berbinar indah saat mengucapkan kata-kata itu. Kebanggaannya tampak begitu pekat tatkala menyebut status hubungannya dengan Pacar Mel itu. Kebanggaan yang memorak-porandakan hidup Mel. “K