qfd journal review (integrate logistics into system design)
TRANSCRIPT
TUGAS PERORANGAN
MANAJEMEN TEKNOLOGI DAN INOVASI
REVIEW JURNAL
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD): INTEGRATION OF LOGISTICS
REQUIREMENTS INTO MAINSTREAM SYSTEM DESIGN
OLEH : HASTYO RISANI PUTRO (163.090.009)
MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2010
80�
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD): INTEGRATION OF LOGISTICS
REQUIREMENTS INTO MAINSTREAM SYSTEM DESIGN
Dinesh Verma
Rajesh Chilakapati
Benjamin S. Blanchard
Systems Engineering Design Laboratory (SEDL)
Industrial and Systems Engineering, Virginia Tech
Blacksburg, Virginia 24061
ABSTRACT
Sejumlah kasus dijadikan referensi untuk integrasi kegiatan logistik dalam proses sistem
engineering. Hal ini dapat konsisten dengan menggunakan sistem engineering yang baik
dan dengan konkuren serta konsep engineering yang simultan. Untuk mendapat desain
yang efektif dan efisien dan untuk pengembangan proses atau sistem produksi yang
responsif terhadap kebutuhan kompetitif dalam ekonomi global. Integrasi ini harus
berkembang dari awal desain. Sementra Quality Function Deployment (QFD) adalah
suatu metode desain yang dapat memfasilitasi (meng-translate) suatu tujuan (keinginan).
Tulisan ini membahas tentang metode QFD, proses yang mendasari suatu aktivitas desain
dan akhirnya membahas kesempatan bagi insinyur logistik untuk berkontribusi, dan
berintegrasi dengan, mainstream aktivitas system desain. Sebuah ilustrasi matriks QFD
digunakan untuk menggambarkan integrasi ini.
Introduction And Background
QFD adalah metode yang dikembangkan di Kobe Shipyard Mitsubishi Heavy
Industries,Ltd, dan telah berkembang cukup lama. QFD memfasilitasi translasi dari set
prioritas dari sisi subjektif keinginan pelanggan ke satu set system level persyaratan
system yang konseptual desain. Pendekatan yang sama dapat digunakan untuk secara
subsequently menterjemahkan beberapa level kebutuhan menjadi satu set kebutuhan yang
lebih mendetail pada tiap level kebutuhan dari desain dan proses development.
Sebagai tool quality yang umum (dalam TQM context), Matriks QFD sering disebut”
HOQ (House of Quality). Dalam konteks system engineering. QFD menfasilitasi
hubungan yang kuat antara keinginan customer dan kebutuhan (keperluan) untuk desain.
Dengan demikian metode memerlukan proses yang lama dalam mewujudkan customer
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam desain sintesis, analisis, dan evaluasi
kegiatan.
The QFD Process
Identifikasi kebutuhan fungisional utama dalam masukan untuk proses QFD seperti yang
ditunjukkan dalam Figure 1.
Metode seperti surveys, interviews, trend analysis, and competition analysis sering di
gunakan untuk menfasilitasi identifikasi data supaya lebih valid.
Detail aktivitas dari tiap tahap akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Need analysis and identification of customer requirements.
Sebagai langkah pertama, kebutuhan fungsional dianalisis dan diterjemahkan ke
dalam keinginan pelanggan yang lebih spesifik. Pada dasarnya, tujuan langkah ini adalah
untuk mendapatkan the “Voice of Customer”, yang meliputi tidak hanya pengguna akhir,
tetapi juga peraturan yang berlaku dan standar-standar, antara distributor, installer,
pengecer, dan pengembang. Dengan demikian, ini adalah kesempatan signifikan untuk
mengintegrasikan persyaratan logistic dan isu-isu ke dalam rancangan utama dan
pengembangan proses.
Proses pengidentifikasian dapat menggunakan cara dengan membuat daftar periksa dan
taksonomi supaya dapat membantu dan memastikan secara komprehensif dan lengkap
terhadap kebutuhan pelanggan. Setelah tahap pengidentifikasian, customer yang similar
di kelompokkan ke dalam grup dan sub grup. Ini dibentuk menjadi sebuah hierarchy
keinginan customer, dari yang paling abstrak sampai yang paling spesifik. Jumlah
populasi dari level klasifikasi tergantung kepada capabilitas system atau dari detail yang
di representasikan.
2. Importance of customer requirements
Keinginan pelanggan yang terpilih sering saling menyebabkan impact negative ke
satu sama lain keinginan pelanggan. Sebagai contoh, “Customer ingin kendaraan yang
irit bahan bakar, namun tetap dengan akselerasi dan kenyamanan yang optimal”.
Sementara untuk mendapatkan kemampuan akselerasi dan kenyamanan yang optimal,
memerlukan CC yang besar. Jadi untuk mengatasi konflik tersebut perlu adanya prioritas
pemilihan. Namun perlu di ingat prioritas pemilihan harus merefleksikan keinginan
pelanggan.
Ada beberapa metode pendekatan untuk mendapatkan prioritas pemilihan (rank).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan AHP dan faktor cost technical. Umumnya
5 (rank) prioritas yang digunakan, (Excellent, Very good, Good, Fair, Poor) namun ada
juga menggunakan pendekatan skala numerical untuk penentuan rank (prioritas),
linguistic scales (digunakan pada fuzzy set theory).
3. Identification of design dependent parameters (DDPs).
Desain parameter dan technical performance diukur dari sisi karakteristik
engineering dan di control oleh desainer. Parameter – parameter ini dibuat supaya dapat
secara langsung atau tidak langsung menginfluence (menterjemahkan) keinginan dari
customer. Dalam konteks ini, keinginan customer sering diterjemahkan ke dalam satu
kata, yaitu ”WHAT” (What customer want ?) Sementara dari sisi parameter desain sering
diterjemahkan dalam kata “HOW” (How to develop customer want ?)
Desain dependent Parameter (DDP) haruslah “Tangible” , menjabarkan produk
kedalam spesifikasi2 yang terukur dan secara langsung berpengaruh kepada cara pandang
customer. Hal penting, develop produk ini harus tetap focus dari checklist. DDP yang
komplit dan komprehensiv haruslah berhubungan bukan hanya kepada parameter yang di
perlukan, tetapi juga kepada impact system (Cause & Effect) also cost.
4. Korelasi antara keinginan customer dan dependent parameter.
Dalam tahap ini QFD process melibatkan populasi korelasi antar matriks dalam
HOQ ”House of Quality” . Setiap DDP “Design Dependent Parameters” dianalisa
hubungan dan pengaruhnya terhadap prioritas keinginan customer dan kebutuhan desain.
Umumnya skala prioritas dibagi kedalam 5 tahap, detail dapat dilihat dalam table 1.
5. Check korelasi matrix.
Dalam tahapan ini, proses pengecekan dari korelasi antar matriks sebelum proses,
sangat dibutuhkan. Pengecekan ini, meliputi :
1.Baris kosong dari matriks korelasi.
Hal ini menggambarkan keinginan customer yang tak dapat di identifikasikan dari
sisi desain. Harus di cari tahu apa yang menyebabkan. Bila perlu, dilakukan
identifikasi DDP (Desain Dependent Parameters) baru.
2.Kolom Kosong dari matriks korelasi.
Hal ini menggambarkan parameter desain yang tidak perlu. Paramater yang
desain yang tidak mencerminkan keinginan customer.
Selain dari 2 kemungkinan diatas ada juga ketidakpastian yang lain yang berkaitan
dengan keinginan customer, kepentingan mereka dan korelasi-nya dengan desain
parameter. Hal ini harus di diskusikan dan dicari solusinya, supaya tercipta sistem dan
development desain yang baik.
6. Benchmarking Customer Requirements.
Benchmarking dari persepsi customer dilakukan dengan cara : Customer Surveys,
Customer Interviews, Demos, Media, and feedback from marketing or (sales & services).
Aktivitas ini memberikan intangible view, dimana tantangan kompetitiv dapat di gunakan
secara efektif.
7. Technical Assesment of DDP (Design Dependent Parameter).
Aktivitas ini lebih menekankan dari sisi perspektif technical. Dimana desainer dan
engineer, secara aktiv berpartisipasi dalam tahap QFD ini.
[Cavanagh , 90] mengindentifikasikan beberapa metode dan teknik untuk menfasilitasi
supaya mendapat hasil yang efektif. Antara lain :
1.Product Testing (Competitiv system atau produk).
2. Informal Evaluation (membeli competitors products) dan
3.Contract laboratories.
Pendekatan dari sisi technical dilakukan secara kuantitatif dan objective. Namun perlu
pula adanya pendekatan secara R n Tech. Development untuk mewujudkan dan
memuaskan keinginan customer.
8. QFD Matriks dan Inconsistency Analysis.
Sumber dan implikasi dari beberapa parameter yang tidak pasti dalam QFD Matriks,
harus dialamatkan pertama ke definisi desain yang di inginkan. Sebagai contoh jika hasil
yang di dapat dari sisi aktivitas technical bertentangan dengan hasil yang berkaitan
dengan customer benchmarking. Hal ini dapat memberi tanda bahwa terjadi kesalahan
pengukuran atau kesalahan interpretasi dari keinginan (persepsi) customer. Saat ini
penelitian sedang dilakukan di Virginia Univ. untuk mengembangkan system EXPERT
based on QFD. Detail dapat di lihat di Figure 2.
9. Definition of design dependent parameter target values.
Tahap ini adalah tahap paling kritikal dari aktivitas desain system, karena DDP
target values, menghasilkan kelayakan desain dan keputusan desain yang subsequent.
Strategi yang didapat harus di identifikasi dan di explore. Pengalaman dan kesamaan
dari system yang sama tidak memberi nilai hasil untuk tingkat efektivitas selama
proses ini. Sekali lagi untuk kelengkapan, hubugan dengan kebutuhan logistic harus di
integrasikan dalam tahap ini. Pendefenisian yang baik dari kebutuhan desain,
memfasilitasi support analsisis yang berhubungan dengan konsep maintenance, level dari
repair analysis, dan analisis (Failure Method Effect Analysis) FMEA.
Verma telah mendevelop 2 indeks (indicator), IPN Indeks (Improvement Potential
and Necessity) and TOF (Tolerance of Fuzziness) untuk membantu dalam
mendefinisikan dari DDP (Design Dependent Parameter). Perkembangan dari indeks ini
diberikan sebagai dasar untuk prioritas keinginan customer, dan hubungan mereka
dengan DDP, pandangan customer, berdasar pada system yang ada dan penekanan
teknikal.
10. Delineation of design dependent parameter relative importance.
Untuk memfasilitasi aktivitas desain analisis dan evaluasi, DDP relative harus di
gambarkan . Lalu, untuk menjaga traceability, relative prioritas dari DDP (Desain
Dependent Parameter) di kalkukasi dari level yang paling penting dari keinginan
customer yang telah ditetapkan dan korelasi-nya dengan DDP’s.
Cara ini memperbolehkan penggambaran hubungan positif atau negative dari
korelasi antara desain dependent parameter, dimana menfasilitasi menjadi trade-off.
Application Of The QFD Method
Metode QFD ini memberikan suatu framework untuk mendefine dan
mengklarifikasi sistem level objectives dan kebutuhan. QFD proses membantu dalam
mengkonsolidasi-kan variasi data dari beberapa sumber yang berbeda. Hal ini menjadi
unggulan karena QFD melihat dari sisi perspektif objektif antara lain melalui
penyederhanaan alasan berdasarkan emosi (rasa), membawa ke identifikasi masalah yang
kritikal, dan menghasilkan keputusan yang efektif. Keuntungan dari QFD ini telah
diterapkan ke berbagai bidang.
Aplikasi QFD untuk Logistics.
Suatu desain yang sulit dan usaha development yang kuat memerlukan dukungan
yang besar dari suatu system desain. Dukungan ini haruslah konsisten dengan system
kerja engineering yang baik. Juga perlu adanya pengendailian kebutuhan customer yang
bersangkutan yang diawali dengan penggunaan utilisasi checklist, taksonomi, dan
kuesioner. Identifikasi awal ini terdiri dari kebutuhan customer yang bersangkutan dan
haruslah bertahan (stabil) dan berevolusi menjadi suatu set korelasi dari system support
requirement customer dan berevolusi secara subsequent menjadi sub-system dan
component-level requirement.
Multiple sub-system link ini disebut juga “HOQ” House of Quality sering
digunakan untuk menjaga traceablity-nya dan untuk tetap menjaga “Voice of Customer”.
Melalui desain dan development. Integrasi awal antara system support issues dengan
desain memastikan penyebaran dari ”Ke-efektifan biaya” dari suport infrastruktur tidak
hanya kepada system primer (kebutuhan desain itu sendiri) tetapi juga manufacturing dan
fasilitas konstruksi.
KESIMPULAN
Integrasi antara logistics issues dengan system proses desain tidak lagi menjadi
pilihan. Saat ini dibutuhkan suatu sistem yang supportability yang dapat digunakan dalam
pendefenisian suatu proses desain, dan dan berevolusi menjadi suatu sistem desain based
on keinginan customer.
Keuntungan menggunakan QFD antara lain :
1. Pengembangan produk fokus pada keinginan customer.
QFD menfasilitasi ”Voice of customer” ke proses desain awal.
2. Membuat menjadi shorter system development cycles dalam pengembangan
produk.
3. Memudahkan efesiensi system desain.
Refer to [Slabey,90] QFD lebih ke arah pendekatan proactive dari pada reactive
untuk system product design dan development.[Slabey,90]. Hal ini menyebabkan
impact langsung kepada efesiensi desain dengan perubahan desain menjadi lebih
cepat, mudah dan sederhana. Hal ini penting, karena kemudahan dan biaya
investasi suatu perubahan desain adalah bagian penting dari suatu tahap
perancangan system.
Berikut adalah perubahan yang dicapai dari perusahaan jepang yang
menggunakan QFD kompare dengan perusahaan amerika dalam desain produk
yang tidak menggunakan QFD. Figure 4 menjelaskan komparasi dan reduksi dari
sejumlah perubahan yang diperlukan dengan dan tanpa persiapan yang cukup
dalam menggunakan aplikasi QFD.
Dari gambar diatas dapat terlhat, Japanesse Company dapat lebih cepat dalam
desain changes pada suatu level, dibanding dengan US Company yang
memerlukan waktu lebih lama.
4. Effective early system desain trade-off.
Representasi terintegrasi dari beberapa informasi dari berbagai sumber yang
berbeda ditunjukkan di dalam QFD Matriks. Dalam QFD matriks tersebut
menunjukkan kemudahan dalam mereview dan mencapai suatu desain yang
efektif dan dapat di jual (mempunya nilai sales). Lebih jauh, keputusan untuk
menjual produk dapat di siapkan melalui explore strategi dari competitor dan
customer benchmarking. Serta tetap harus mengacu korelasi-nya dengan DDP’s.
5. Fewer production start-up problems.
Dengan menggunakan QFD methods dapat memudahkan menemukan product
defect lebih awal, sebelum Mass Production. Dapat lebih awal menganalisa defect
dari sisi manufacturing, distribution, installation, operation dan membantu dalam
mempertahankan kualitas. Dari gambah di bawah ini, dapat terlihat Japanesse
Company, TOYOTA, sebelum menerapkan QFD dan setelah menerapkan QFD,
dalam mem-prevent dan meng-countermeasure product complaints. Terjadi
perbedaan yang sangat signifikan before and after QFD implement.
6. Lower start-up Costs.
Lebih sedikit start-up problems pasti memberi efek pula kepada penurunan start-
up cost. Dalam figure 6. menunjukan 2 buah kurva, hasil TOYOTA Auto Body
menerapkan QFD selama periode 7 tahun. Dapat terlihat penurunan index start-up
cost dari 100 (1977) to 35 (1984). Terjadi penurunan sebesar 61 % dalam start-up
cost selama periode 7 tahun.
7. Reduce Warranty and Support costs.
Keuntungan menggunakan QFD, dapat membantu menurunkan tingkat claim
a tau problem dari customer. Yang dapat memberi efek kepada penurunan
warranty cost dan supporting cost.
[REFERENCES]
[ARM94] Armacost, R. L., P. J.
Componation, M. A.
Mullens, and W. W. Swart, “AHP
Framework for
prioritizing customer requirements in
QFD: An
industrialized housing application”, IIE
Transactions, Vol. 26, No. 4, July 1994.
[BLA91] Blanchard, B. S., System
Engineering
Management, John Wiley and Sons,
New York,
1991.
[BLA95] Blanchard, B. S., D. Verma, E.
L. Peterson,
Maintainability: A Key to Effective
Serviceability and Maintenance
Management,
John Wiley and Sons, New York, 1995.
[BUR94] Burgar, P., “Applying QFD to
course design
in higher education”, Proceedings,
ASQC
Congress, Las Vegas, Nevada, 1994.
[CAD93] Cadogan, D. P., A. E. George,
and E. R.
Winkler, “Aircrew helmet design and
manufacturing enhancements through
the use of
advanced technologies”, Proceedings,
SPIE - The
International Society of Optical
Engineering,
Munich, Germany, 1993.
[CAV90] Cavanagh, J., “What Do I Put
On My QFD
Charts?”, Transactions, Second
Symposium on
QFD, Novi, Michigan, June 1990.
[FUN93] Funk, P. N., “How we used
quality function
deployment to shorten new product
introduction
cycle time”, Proceedings, APICS
International
Conference and Exhibition, San
Antonio, Texas,
1993.
[GUI93] Guinta, L. R. and N. C. Praizler,
“The QFD
Book”, AMACOM Books, American Management Association, 1993