qira’at dalam kitab tafsir -...
TRANSCRIPT
QIRA’AT DALAM KITAB TAFSIR
(Kajian atas Ayat-ayat Teologis dalam al-Kasysya>f dan Mafa>ti>h} al-Gaib)
Oleh:
Salimudin, S.Th.I
NIM: 1320510004
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister Humaniora
Yogyakarta
2016
Motto
ٱقبكر ق ب ٱ ب ق ر ب بيٱ رر لرقر لذ لرقر ١ خر ب نر ر ٱخر
لرق ق ٱ ٢ مب ق عرقبكر ق ر رر ق ر م ٱ ور
ر ٣ ق
بيٱ لذ ر ب لذ لر ب ٱ عر لذ ر ٤ ق ر ب نر ر ٱ عرلر ق ق ر ق ر ق مر
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk:
Para pecinta ilmu dan al-Qur’an
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji varian qira’at dalam ayat teologis yang
dikhususkan pada ayat-ayat terkait kehendak Allah (ira>dah) dan perbuatan
manusia (af’a>l al-iba>d). Qira’at dilihat dalam berbagai sisi, mulai dari ragam,
bentuk, kualitas, fungsi dan pengaruhnya dalam tafsir. Kitab primer penelitian
adalah al-Kasysya>f karya al-Zamakhsyari> dan Mafa>ti>h} al-Ghaib karya
Fakhruddi>n al-Ra>zi>. Kedua kitab tafsir tersebut dipilih dikarenakan dalam
menafsirkan al-Qur’an keduanya menggunakan qira’at sebagai sumber
penafsirannya, di samping kedua kitab tafsir adalah karya dari dua tokoh besar
dalam dua aliran yang berbeda. Tiga rumusan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah: 1). Bagaimana ragam qira’at dalam ayat-ayat teologis
kedua tafsir, 2). Apa pengaruh qira’at dalam penafsiran ayat teologis dan 3). Apa
kelebihan dan kekurangan dari kedua kitab tafsir terkait dengan bahasan qira’at.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan historis-
kebahasaan. Pendekatan ini digunakan untuk melihat latar belakang penulis
kitab, perkembangan qira’at serta untuk memahami konstruk pemikiran al-
Zamakhsyari> dan al-Ra>zi> terkait qira’at dan penggunaannya dalam penafsiran al-
Qur’an.
Dari kajian tersebut, beberapa hasil penelitian antara lain: pertama, ragam
qira’at yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an tidak lepas dari pemahaman
al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi> terhadap keberadaan qira’at. Al-Zamakhsyari>
memahami qira’at bersifat ijtiha>di> sedangakan al-Ra>zi> memahami qira’at bersifat
tauqi>fi, dengan demikian al-Zamakhsyari> tidak mengikutkan ittis}a>l al-sanad
sebagai syarat shahih sebuah qira’at sedangkan al-Ra>zi> mengikutkannya. Kedua, ragam qira’at dalam kedua kitab tafsir terbagi dalam ranah us}u>l dan farsy. Dari
segi kualiatas, keduanya memberikan porsi terhadap qira’at mutawa>tir, masyhur, a<h}ad dan juga qira’at di luar nilai tesebut seperti qira’at Ibn Mas’u>d, Ibn ‘Abba>s,
‘Ubay dan lainnya. Ketiga, tidak semua perbedaan qira’at berpengaruh dalam
penafsiran. Qira’at mempunyai implikasi dalam penafsiran jika perbedaan itu
terletak pada: 1). Perbedaan i’ra>b, 2). Perbedaan sharaf (asal kata), 3). Perbedaan
khita>b, 4). Ziya>dah al-Kalima>t, 5). Perbedaan harakat yang memungkinkan
terjadinya perbedaan makna.
Keempat, fungsi qira’at dalam tafsir al-Kasysya>f dan Tafsi>r Mafa>ti>h} al-Gaib yakni sebagai sumber penafsiran al-Qur’an, alternatif makna dan sebagai
pembelaan terhadap mazhab. Fungsi terakhir lebih dominan dalam kedua tafsir.
Kelima, al-Zamakhsyari> lebih konsen dengan qawa>’id nahwiyah dalam
membahas qira’at. Kinerja ini pada akhirnya akan menentukan penilaiannya pada
qira’at. Kajian nahwiyah ini sangat bermanfaat untuk mendalami qira’at. Namun
pada sisi yang lain al-Zamakhsyari> seringkali melewati kajian dan kritik riwayat
sebuah qira’at, di samping ia terlihat pasif dalam membahas perbedaan qiraat.
Sedangkan Mafa>ti>h} al-Gaib menyajikan informasi lebih luas terkait periwayatan.
Al-Ra>zi> juga lebih menjelaskan perbandingan antar ragam qira’at yang ada di
samping itu ia lebih aktif dan kritis terhadap perbedaan qira’at.
Kata Kunci: al-Kasysya>f, Mafa>ti>h} al-Gaib, Qira’at, Tafsir
x
KATA PENGANTAR
وهداها إلى قىلىا , ووفقىا على كيفيت اكتساب أكمل السعاداث, الحمد هلل الري وفقىا ألداء أفضل الطاعاث
وشسع في أداء كل الخيراث (بسم هللا السحمن السحيم), أعىذباهلل من الشيطان السجيم من كل املعاص ي واملىكساث
على (السحمن السحيم), بحسب كل الرواث والصفاث (زب العاملين)الري له مافي السمىاث (الحمد هلل), واملؤمىزاث
وإدخال الفجاز في الدزكاث , في إصال ألابساز إلى الدزجاث (مالك ىم الدن), أصحاب الحاجاث وأزباب الضسوزاث
بحسب كل أهىاع الهدااث (إهدهاالصساط املستقيم)في القيام بؤداء جملت التكليفاث (إاك وعبد وإاك وستعين)
من أهل الجهاالث (غير املغضىب عليهم والالضآلين)في كل الحاالث واملقاماث (صساط الرن أوعمت عليهم)
وعلى اله وصحبه بحسب تعاقب , والصالة والسالم على سيدها محمد املؤيد بؤفضل املعجزاث وألااث .والضالالث
.ألااث
Alh}amdulilla>h, penulisan tesis ini tidak pernah lepas dari rahmat dan
‘ina>yah-Nya. Meskipun dalam penulisan banyak rintangan yang disebabkan dari
kelalaian penulis sendiri. terkadang rasa malas, bosan, dan perasaan yang tidak
dimengerti penulis sendiri. sempat hilangnya data tesis karena virus juga tidak
pernah terpikirkan oleh penulis. Dari sini penulis bisa memahami bahwa, adanya
suatu kehendak yang tidak bisa manusia lawan, disamping adanya kehendak
manusia yang bersifat ikhtia>riyah (pilihan).
Shala>tulla>h wasala>muhu ‘alaika Ya> Rasu>lalla>h semoga selalu tercurahkan.
Engkaulah suri tauladan dan tokoh idolaku sepanjang masa. Akhlakmu menjadi
cita-citaku, dan al-Qur’anmu menjadi panduan hidupku. Begitu juga kepada
keluarga, sahabat, dan pengikutmu sampai akhir zaman. Penulis selalu berdoa
agar tetap istiqomah dalam barisan pengikutmu yang setia dalam membumikan
al-Qur’an. A<mi>n.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada :
xi
1. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A, M Phil, Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Ro’fah, BSW., M.A., Ph.D dan Ahmad Rafiq, M.A., Ph.D selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Agama dan Filsafat selaku Sekretaris UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Semoga Allah tetap memberikan kesehatan kepada Ibu
dan Bapak.
4. Al-Mukarra>m, Abi>na>, Dr. KH>. Hilmy Muhammad, M.A. Selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran
sampai tesis ini bisa terselesaikan. Dan kepada bapak Dr. Saifuddin, Lc. MA,
yang telah memberikan arahan untuk perbaikan tesis ini.
5. Segenap Dosen Prodi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Al-Qur’an dan
Hadis yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya. Baik spiritual,
intelektual bahkan ritual di antaranya Prof. Dr. KH. Muhammad Chirzin,
M.Ag, Dr. KH. Sahiron Syamsuddin, M.A, Dr. H. Waryono, M.Ag, Dr. H.
Abdul Mustaqim, M.Ag, Prof. Dr. Suryadi, M.Ag, Dr. Nurun Najwa, M.Ag,
dan beberapa dosen yang tidak bisa disebutkan namanya di sini.
6. Terimakasihku buat orangtuaku, Inaq-Amaq. Do’a tulus, semangat, senyum,
canda, tangis, kerja keras dalam bertani dan berdagang hanya untuk
membiayai kuliah saya adalah amal ibadah ja>riyah kalian dan pelajaran
berharga bagi saya sebagai anak. Semoga Allah membalasnya dengan janji-
Nya yang Maha Benar.
xii
7. Begitu juga kepada kakak-adek dan keponakanku. Kak Mulyani dan Rusydan,
kak Hatim dan Malayanti, terimakasih telah menjadi kakak yang selalu
mendukung adiknya dalam menuntut ilmu, kakak yang siap mendengarkan
adik-adiknya mengeluh. Kak Sali Ishak, My Twins sekaligus kolega dalam
memperjuangkan para penghafal dan mufassir al-Qur’an, disamping sebagai
kakak tempat curhatan dan bercerita apa adanya. Semoga kita panjang umur.
Adek Zakiyah dan para bidadari kecilku (Rita, Astri, Syauqia), senyum kalian
selau terbayang ditanah rantauan. Semoga kalian menjadi anak yang
bermanfaat bagi agama, orang terdekat, masyarakat dan bangsa.
8. Guru-guru ngaji dan sekolahku dari masa kecil. Khususnya kepada kakek
Tuan Guru Abdurrahman (alm), Abi> TGH Sabarudin, dan Abah TG Ramdhan
Ahmad, dari kalianlah saya mengenal Allah dan Rasul-Nya, bisa membaca
dan menghafal ayat-ayat-Nya. Namun maaf, saya tidak bisa melantunkan
seindah kalian. Insya> Allah anak-anakku kelak bakal menjadi Qa>ri’ wal
Huffa>z} yang akan melanjutkan perjuangan Qur’ani kita semua. A>mi>n.
Semoga amal ja>riyah kalian dan semua guruku yang tidak bisa penulis
sebutkan dibalaskan Allah swt.
9. Teman kelas SQH, semangat, canda tawa, motivasi dan inspirasi kalian
sangat berharga untuk masa depan.
10. Semeton-semeton di BERUGAQ INSTITUTE (TGH Azzami Ulama yang
Bijaksana, Syukuri Wahyu Sekdir yang jenius, Said sang tetangga yang
Sholeh, Muzakkir manusia multitalent, Habibi The Magister of Pertamax,
Suherman The King Of Pelecing, Hatim The Master Of Theory, Putera The
xiii
Excellent Man, Zidni Dagul, Rifki, Budiawan, Safwan (I Love You Sobat),
Burhan, Erwin Fadhli, Anteng, Hany Inta Dewi, Nitya Agustini, Fitria
Isnaini, Mustiani adek yang selalu ceria cerbik). Terimakasih atas
kekeluargaannya. Semoga keluarga besar yang kita bina di Jogja tetap terjaga
meskipun nasib di antara kita berbeda-beda.
11. Dan terakhir kepada ‘dia’ yang selalu sabar menanti hari kebahagiaan itu.
Semoga Allah memberkahi dan meridhai semuanya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
tesis ini. Segala kritik dan tegur sapa menjadi beban tanggung jawab penulis.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan serta kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan Tesis ini dan semoga Tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 15 Desember 2015
Penulis,
Salimudin, S.Th.I
NIM: 1320510004
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan tesis ini Berdasarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Nomor: 157/1987:
A. Konsonan Tunggal.
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
Alîf
ba’
ta’
S|a’
jim
h{a
kha
dal
z|al
ra’
zai
sin
syin
s}ad
d{ad
t{a’
z{a
‘ain
gain
fa’
qaf
Tidak dilambangkan
b
t
S|
j
h
kh
d
z\
r
z
s
sy
s}
d}
t}
z}
‘
g
f
q
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik di atas
ge
ef
qi
xv
ك
ل
م
ن
و
ه
ء
ي
kaf
lam
mim
num
wawu
ha’
hamzah
ya’
k
l
m
n
w
h
’
Y
ka
el
em
en
w
ha
apostrof
ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
دة متعد
ة د ع
Ditulis
Ditulis
Muta’addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan damah
ditulis atau h.
حكمة
علة
Ditulis
Ditulis
Hikmah
‘illah
’<Ditulis Kara>mah al-auliya كرامة الاولياء
Ditulis Zaka>h al-fit}ri زكاة الفطر
xvi
D. Vokal Pendek
E. Vokal Panjang
F. Vokal Rangkap
G. Vokal pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
أأهتم
تدأع
لئن شكرثم
Ditulis
ditulis
ditulis
a’antum
u’iddat
la’in syakartum
---------
----------
----------
fathah
kasrah
dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
a
i
u
1
2
3
4
Fathah+alif
جا هلية
Fathah+ya’ mati
ثنس ى
Kasrah+ya’ mati
كريم
Dammah + wawu mati
فروض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
a>
ja>hiliyyah
a>
tansa>
i>
kari>m
u>
furu>d
1
2
Fathah+ya’ mati
بينكم
Fathah+wawu mati
قول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ai
bainakum
au
qaulun
xvii
H. Kata Sandang Alif+ Lam
a. Bila diikuti Hurup Qomariyah
b. Bila diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf l (el).
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
al-Sama>’
Al-Syams
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ذوي الفروض
إذا علمت
Ditulis
Ditulis
Zawi> al-furu>d
Iz\a> ‘alimat
القرأن
القياس
Ditulis
Ditulis
al-Qur’a>n
al-Qiya>s
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an, bagi kaum muslim adalah Kalamulla>h yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril selama kurang lebih dua
puluh tiga tahun.1 Sejak turunnya sampai sekarang, al-Qur’an menjadi kitab
samawi yang mendapat perhatian umat manusia lebih besar dibanding dengan
kitab-kitab agama lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya studi al-
Qur’an yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri dan juga kalangan non-
Muslim (orientalis).2
Alford T. Welch membagi model kajian al-Qur’an sebagaimana tulis
Musnur Hery dalam disertasinya menjadi tiga bagian, studi teks al-Qur’an atau
yang sering disebut dengan istilah eksegesi, sejarah interpretasinya dan peran al-
1 Definisi seperti ini, pada umumnya disepakati para ulama al-Qur’an, meski dengan
menggunakan redaksi yang berbeda-beda. al-Zarqa>ni> dalam karyanya Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an mendefinisikan al-Qur’an dengan wahyu atau kalam Allah yang diterima Nabi
Muhammad, mulai surat al-Fa>tihah sampai akhir surat al-Na>s. Lihat; Abdul ‘Azhi>m al-Zarqa>ni, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Mesir: Isa> al-Ba>bi al-Halabi, t.t), Juz I, hlm. 19
2 Orientalis merupakan segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa-bahasa
dunia Timur dan kesusasteraannya, dan mereka juga menaruh perhatian besar terhadap agama -
agama dunia Timur, sejarahnya, adat istiadat dan ilmu-ilmunya. Lihat A. Hanafi, MA,
Orientalisme, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981), hlm. 9, dalam The oxford English Dictionary,
Oxford, 1933, vol. VII, p. 200 seperti yang dikutip oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, bahwa kajian
tentang Timur (Orient) termasuk tentang Islam, yang dilakukan oleh orang Barat telah bermula
sejak beberapa abad yang lalu. Namun gerakan pengkajian ketimuran ini diberi nama
Orientalisme baru abad ke 18. menurut Hamid Fahmy Zarkasyi, akar gerakan orientalisme dapat
ditelusuri dari kegiatan mengkoleksi dan menterjemahkan teks-teks dalam khazanah intelektual
Islam dari bahasa Arab ke bahasa Latin sejak Abad Pertengahan di Eropa. Kegiatan ini umumnya
dipelopori oleh para teolog Kristen. Untuk lebih jelasnya, lihat Hamid Fahmy Zarkasyi,
Liberalisasi Pemikiran Isam: Gerakan bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis, (Ponorogo:
CIOS, 2007), hlm. 56, lihat juga Richard King, Agama, Orientalisme, dan Poskolonialisme, pen.
Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Qalam, 2001), hlm. 162. Bandingkan dengan Dr. Hasan Abdul
Rauf M. el. Badawiy dan Dr. Abdurrahman Girah, Orientalisme dan Misionarisme, pen. H. Andi
Subarkah (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 3-4
2
Qur’an dalam kehidupan muslim, serta kajian metodologi tafsir.3 Dari ketiga
bentuk kajian tersebut, bentuk pertama (tafsi>r/eksegeses) memiliki peminat yang
paling ‘subur’, sedangkan sedikit sekali yang menaruh perhatian pada bidang
kedua dan ketiga. Kajian tafsir diupayakan untuk mendapatkan makna yang
terkandung dalam al-Qur’an. Demikian pentingnya tafsir, para ulama berupaya
menggunakan berbagai macam ilmu bantu seperti hadis atau riwa>yah, ta>rikh,
fiqih, bahasa, ilmus sosial dan umum.
Salah satu ilmu yang menjadi refrensi para mufassir dalam memaknai al-
Qur’an adalah ilmu qira>’a>t. Penafsiran al-Qur’an dengan mempertimbangkan
ilmu ini sudah banyak dilakukan para mufassir awal sampai sekarang. Ibn Jari>r
al-Thabari>,4 al-Qurthubi>,
5 al-T{aba>’thaba>i,
6 Fakhruddi>n al-Ra>zi>, dan al-
3 Masnur Hery, ‚Hermeneutika Relijius Paul Ricoeur (1913-2005) dan Fazlur Rahman
(1919-1988)‛, Disertasi. Yogyakarta: Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008.
4 Abu ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kas \ir bin Galib Al-Thabari yang lebih
populer dengan nama al-Thabari> atau Abu> Ja’far. Lahir di Amul (Thabaristan) tahun 224 H./ 839
M. atau 225 H./ 840 M dan Wafat tahun 310 H. di Bagdad dalam usia 81 tahun. Kitab agungnya
adalah Ja>mi’ al-Baya>n fi> Tafsir al-Qur’a>n. M. Husain Ad-Dzahabi, Tafsir Wa Mufasirun, (Kairo:
Maktabah Wahbah, 2003) vol I, 147
5 Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Ans}ari al-
Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi, seorang ahli tafsir dari Cordova (sekarang Spanyol). Ia
berkelana ke negeri timur dan menetap di kediaman Abu Khusaib (di selatan Asyut, Mesir). ‚Al-Jami’ li Ahka>m al-Qur’a>n wa al-Mubayyin Lima> Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqa>n‛. Dalam kitab tafsir tersebut, ilmu alat dan qira’at sangat dimanfaatkan al-Qurthubi>
dalam mendalami hukum-hukum yang ada. http://imamal-qurtubi.blogspot.com/2012/07/biografi-
imam-al-qurthubi-ulama-besar.html. diakses tanggal 7 Nopember 2014
6 Nama lengkapnya adalah Muhammad Husain bin Al-Sayyid Muhammad bin Mizra ‘Ali
Ashgar Syaikh al-Isla>m al- Thaba>thaba’i al-Tabrizi al-Qa>dhi, dan lebih familiar dengan nama
nama Thaba>thaba’i. Ia lahir di Tabriz (atau bisa juga Tibriz) pada 1321 H/1904M dan wafat pada
tahun 1360/1981. M. H. Thaba>thaba’I, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah, terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), hlm. 15. M. H.
T{aba>t}aba’i, Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an, Juz I (Beirut: Mu’assasat al-A’lami al-Mathbu’at:
1991), hlm. i. Bandingkan dengan Sayyed Hosain Nasr, ‚Muhammad Husain T{aba>t}aba’i (1903-
1981)‛, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia Of The Modern Islam World,
Vol. IV (New York: Oxford University Press: 1995), hlm. 161-162.
3
Zamakhsyari>7 adalah beberapa contoh sederetan mufassir lintas ‘aliran’ yang
memberikan perhatian dan ruang yang cukup kaitannya dengan perbedaan
qira’at.
Perhatian yang dilakukan para mufassir terhadap qira’at di atas memiliki
alasan tersendiri dari masing-masing individu, baik dilakukan murni untuk
mencari lautan pemahaman yang terkandung didalamnya, mencari hukum
‘alternatif’ yang terkandung dalam berbagai sistem qira’at dan bahkan tidak
sedikit yang mencari justifikasi dan pembenaran ideologi tertentu dengan
memanfaatkan perbedaan ragam qira’at yang ada.
Keterpengaruhan tafsir oleh qira’at tidak lepas dari perbedaan analisis para
ulama al-Qur’an. Ulama mayoritas menjadikan perbedaan qira’at sebagai
alternatif pencarian makna dan sekaligus sebagai sumber penafsiran.8 Pendapat
ini didukung oleh Imam Mujahid yang pernah menyatakan:9
7 Kedua tokoh ini yang nantinya menjadi pembahasan dalam penelitian tesis.
8 Argumen lain yang mendasari perbedaan qiraat ini memiliki konsekuensi pada perbedaan
makna atau hukum, itu berkaitan dengan permohonan Rasulullah. agar bacaan al-Qur’an
ditambahkan dari satu huruf menjadi tujuh huruf: Pertama,al-Qur’an itu berbahasa Arab yang
turun di kalangan mereka, maka mustahil di antara mereka ada yang tidak mampu membacanya
dengan satu huruf (ragam bacaan), sedangkan orang yang dari luar Arab pun mampu
membacanya dengan baik kalau mereka mau belajar, karena itu kalau faidah tujuh huruf tersebut
hanya untuk memudahkan bacaan saja, tidaklah mungkin. Kedua, Sabda Rasulullah yang secara
tersurat mengindikasikan hal tersebut: ‚Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf, pada setiap hurufnya ada makna yang lahir maupun bathinnya‛. Ketiga, setiap kali minta tambahan huruf,
Rasulullah senantiasa mengiringinya dengan ucapan ‚Allahumma Igfir Li Ummati‛ diulanginya
dua kali. Ini menunjukkan bahwa bahwa Rasulullah melihat ummatnya tidak mampu kalau hanya
diberikan satu macam huruf dalam membacanya dan juga dalam penerapan hukumnya. Kalau
hanya satu macam huruf saja, maka pasti umatnya tidak akan mampu dan pada akhirnya akan
tercatat sebagai hamba yang berdosa. Keempat, bahwa alasan beliau adalah, ‚Aku diutus untuk umat yang buta huruf, diantara mereka ada yang tua, anak-anak, wanita dan orang yang tidak mampu membaca sama sekali‛. Kelima, sebagaimana diketahui, bahwa dalam bahasa Arab itu
kadang-kadang perbedaan harakat saja menjadikan makna yang berbeda, apalagi jika itu berbeda
sama sekali dalam segi penulisannya. Meskipun dikatakan lafadz itu persamaan katanya
(synonim), tetapi sangat memungkinkan adanya penafsiran lain dari kata tersebut. Karena itu,
perbedaan qira’at memiliki implikasi hukum dan atau penafsiran. Lihat Muhammad Abu
4
لو كنت قرأت قراءة ابن مسعود قبل أن أسأل ابن عباس ما احتجت أن أسأله عن كثير مما
سألته عنه
Jika saja dulu aku membaca qira>’ah Ibn Mas’u>d sebelum bertanya kepada
Ibn ‘Abba>s, maka saya tidak perlu banyak bertanya tentang berbagai
persoalan kepadanya (al-Qur’an).
Dengan argumen yang telah dibangun tersebut lebih lanjut para ulama yang
mendukung pendapat ini menyatakan suatu kaidah:
اختالف القراءات يظهر إلاختالف فى ألاحكام
Perbedaan qiraat menyebabkan terjadinya perbedaan hukum.10
Adanya ragam qira’at tidak lain merupakan bentuk rahmat Allah yang
diberikan kepada umat Muhammad.11
Kenyataan adanya faktor pluralitas sistem
artikulasi pada kabilah-kabilah Arab ini sejak awal telah disadari oleh Rasulullah.
Oleh karena itu, beliau bersikukuh memohon kepada Allah agar menambah
ragam qira’at al-Qur’an yang diwahyukan kepada beliau melalui Malaikat Jibril.
Hal ini sebagaimana tercermin dalam sabda Rasulullah yang disebutkan di
dalam kitab S}ahi>h Muslim sebagai berikut:
ااب ب ب
لل د ب ب
يبل ع ب
لى الل
لاب د ب ب ع ي
لب ع
بد حل ااس حب د ب ل
ل ا يب د
لحد الل
د ب ي د يلحد الل
: ححدثن ع ب ي
فس رع حيب د
ى ب ي بب ب د
بتي ديحع ع حب ل اا
ب ي باي
ب ب ي
بلب ع
عت ا ب ي رب
بفس ري ى حب
بم ب
بال د اللل
يبل دييع ب
د د يبرب ي ب
Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Utbah, disebutkan bahwa Ibn ‘Abba>s
memberitahu dia bahwa Rasulullah telah bersabda, Jibril telah membacakan
Syuhbah, Al-Madkhal,...hlm. 193. Hasanuddin AF, Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo. 1995). Hlm. 224
9 Sebagaimana yang dikutip Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun
(Kairo: Maktabah al-Wahbah. 2000), cet. VII. Hlm. 33
10
Manna al-Qaththan, Maba>his\ fi ‘Ulum al-Qur’a>n, (Riyadh Mansyu>rat al-As}r al-Hadi>s\.
tth), cet. III. Hlm. 181
11
Dapat dipahami bahwa, salah satu hikmah diturunkannya al-Qur’an adalah fleksibilitas
bacaan dan hukum yang terkandung dalam teks al-Qur’an
5
al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, maka aku terus meminta di tambahkan
(sistem qira’at yang lain) dan ia pun menambahkan sampai tujuh huruf.12
Keberadaan sistem qira’at tersebut memberikan kemudahan bagi siapa saja
yang ingin mendalami makna al-Qur’an, baik berupa hukum, hikmah dan juga
pemaknaan secara luas. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa, dengan
adanya perbedaan ragam qira’at yang berimplikasi pada perubahan penafsiran
tersebut menjadikan seorang untuk menafsirkan al-Qur’an sesuai kepentingan
pribadi atau golongan tertentu. Hal ini tidak bisa dinapikan, karena
bagaimanapun seorang mufassir adalah seorang manusia, yang hidup dalam
politik keberagamannya. Atas dasar asumsi tersebut, bisa dikatakan dalam
menafsirkan al-Qur’an, sang mufassir tidak mungkin bisa melepaskan prejudice-
prejudic atau latar belakang kehidupannya. Dengan kata lain bahwa, masih
sangat kuatnya ideologi-ideologi yang dibawa seorang mufassir ketika sudah
berinteraksi dengan al-Qur’an.13
\
Dalam pada itu, terkait dengan tokoh sentral yang menjadi fokus
penelitian, al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Ra>zi> adalah mufassir yang hidup
pada masa abad pertengahan. Jika ditelaah, pada abad ini merupakan kejayaan
dalam bidang keilmuan,14
dan kemerosotan politik Islam pada waktu yang
12
Muslim Ibn Hajaj al-Naisaburi>, S}ahi>h Musli>m (Da>r Ihya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th), Juz I,
bab Baya>n anna al-Qur’a>n ‘ala> Sab’atu Ahruf wabaya>n ma’nahu . no 1355
13
Baca lebih lengkap dalam Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKIS. 2012)
14
Dalam Sejarah peradaban Islam tercatat bahwa, ilmu pengetahuan dalam dunia Islam
mengalami perkembangan yang significant dengan sikap terbuka, akomodatif dan juga selektif
pada masa dinasti Abbasiyah (750 M -1258 M), dan masa ini lebih dikenal dengan masa
‘kejayaan Islam’. M. Fida Busyro Karim ‚Islam Masa Dinasti Abbasiyah‛ dalam Hanung
Hasbullah dkk, Mozaik Sejarah Islam (Yogyakarta: Nusantara Press. 2011), hlm. 132
6
bersamaan. Selain keadaan tersebut, masa ini juga merupakan masa ‘perdebatan’
antara mazhab dan aliran dalam tubuh umat Islam. Masing-masing menganggap
bahwa aliran Islamnya-lah yang paling sesuai dengan kehendak Allah. Mu’tazilah
dengan aliran rasionalnya menjadi aliran yang lebih dominan, hal ini lebih
disebabkan karena ideologi Mu’tazilah merupakan mazhab resmi negara yang
telah diresmikan pada masa pemerintahan al-Makmun.15
Aliran lain seperti
Khawarij, Syi’ah, Sunni tentunya tetap memperlihatkan eksistensinya, meskipun
ajaran mereka tidak seirama dengan kepemerintahan ketika itu. Tidak bisa
dipungkiri, penguatan dan pembenaran ideologi tersebut, menggunakan al-
Qur’an sebagai senjata ampuh yang mereka ambil dengan tafsir.
Dengan keadaan ini, bisa dikatakan al-Qur’an sudah dialih-fungsikan
sebagai pembenar ideologi masing-masing. Terlebih jika sudah menyentuh ranah
penafsiran terhadap ayat-ayat teologis. Sampai di sini, penulis melihat
keragaman sistem qira’at yang ada juga menjadi rujukan penafsiran yang
dilakukan para mufassir pada masa tersebut. Al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-
Ra>zi> adalah contoh dua mufassir dari dua aliran yang berbeda. Keduanya
menafsirkan al-Qur’an meskipun dengan kecenderungan keilmuan dan ideologi
yang berbeda, namun penulis melihat kedua mufassir tersebut memiliki kesamaan
dalam merespon ragam qira’at yang ada. Dengan kata lain, al-Zamakhsyari> dan
15
Abdul Mustaqim lebih jauh melihat bahwa, dengan mazhab resmi negara yang bercorak
sangat rasional berimplikasi pada bentuk penafsiran al-Qur’an yang lahir pada masa itu, yakni
bentuk penafsiran yang lebih di tuntut untuk lebih rasional pula (tafsir bi al-Ra’yi), dengan kata
lain masa ini sudah menawarkan metode baru dalam tafsir al-Qur’an jika dilihat dari bentuk dan
model penafsiran sebelumnya yang lebih memilih tafsir bi al-ma’s\ur. Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an,..hlm. 97
7
al-Ra>zi> sangat mungkin menjadikan al-Qur’an (qira’at) sebagai penyelamat aliran
Mu’tazilah dan Sunni.
Dalam pada itu penelitian ini bermaksud untuk melihat lebih jauh qira’at
dalam penafsiran al-Zamakhsyari> dalam al-Kasysya>f ‘an Ḥaqqa>’iq al-Tanzi>l wa
‘Uyu>n al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h al-Ta’wi>l dan al-Ra>zi> dalam Tafsi>r Mafa>ti>h}} al-Gaib
yang difokuskan ke dalam ayat-ayat teologis terutama yang berbicara tentang
kehendak Allah dan kebebasan manusia (af’a>l al-‘Iba>d). Dengan demikian penulis
tekankan lebih awal, dalam penulisan teologis, maka yang dimaksudkan adalah
teologi secara khusus terkait ira>dah Allah dan af’a>l al-‘iba>d.
Kedua tokoh tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan; pertama,
metodologi tafsir yang digunakan keduanya relatif sama, begitu juga dengan
corak yang diambil adalah corak teologis.16
Kedua, al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi>
merupakan dua tokoh yang memiliki posisi penting dalam sejarah perhelatan
keislaman, terutama terkait aliran keduanya. Keduanya tidak mengenal lelah
dalam membela ideologi yang dianut. Kenyataan tersebut, dapat dilihat dan
diidentifikasi lewat beberapa karya yang dihasilkan. Ketiga, keduanya memiliki
pengaruh besar dalam ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam bidang ilmu
16
Terkait corak penafsiran, al-Ra>zi> memiliki corak yang relatif lebih luas. Dalam
penelitian yang lain, penulis menemukan bahwa, al-Ra>zi> dalam menafsirkan al-Qur’an memiliki
corak falsafi, i’tiqa>di, fiqhiyah, dan laun al-‘Ilmi. Dengan keragaman corak tersbut, penulis
berkesimpulan –dengan menggunakan klasifikasi Nashruddin Baidan, bahwa corak tafsir al-Ra>zi>
adalah courak umum (laun al-‘Ammiyah). Dengan demikian jika tafsir al-Ra>zi> dilihat dari satu
sisi yakni telogi, maka corak tafsir al-Ra>zi dimasukkan ke dalam laun i’tiqa>di. Lihat, Salimudin,
Mengaji Tafsir Al-Kabir Karya Al-Razi, hlm. 8-10. Makalah tidak diterbitkan. Terkait penjelasan
klasifikasi corak dalam tafsir, baca Nashruddin Baidan, Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011) cet II, hlm. 386-389
8
tafsir.17
Keempat, al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi> sama-sama memberikan perhatian
yang cukup dalam qira’at. Dengan studi perbandingan, akan ditemukan lebih
jauh komentar dan sikap mereka terkait qira’at, ragam dan kualitas qira’at yang
digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an. Begitu juga, penelitian ini lebih jauh
akan menganalisa implikasi qira’at yang digunakan dalam penafsiran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus kajian
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana ragam qira’at dalam Kitab tafsir al-Kasysya>f dan Tafsi>r
Mafa>ti>h} al-Gaib ?
2. Apa pengaruh qira’at dalam penafsiran ayat-ayat teologis?
3. Apa kelebihan dan kekurangan penafsiran al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi>
terkait qira’at dalam ayat teologis?
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
17
Al-Zamakhsyari> dengan karyanya al-Ksysya>f memiliki pengaruh yang tidak kecil dalam
keilmuan Islam, lebih khusus lagi dalam bidang tafsir kebahasaan. Quraish Shihab dalam
catatannya merekomendasikan bahwa al-Kasysya>f sangat bagus bagi kalangan mahasiswa karena
kitab tersebut sangat teliti dalam ilmu kebahasaan. Demikian juga dengan al-Ra>zi>, para ahli tafsir
al-Qur’an dan keilmuannya dewasa ini hampir semuanya merujuk kembali kepada tafsir al-Kabi>r, karena disamping menjadi rujuakan, karya ini sangat menarik dan kerap dijadikan objek
penelitian yang pada akhirnya menemukan temuan-temuan ilmiah lain. Diantara karya tafsir yang
merujuk pada pendapat-pendapat al-Ra>zi> adalah Tafsi>r al-Mana>r karya Muhammad Rasyid Ridha,
Ru>h al-Ma’a>ni> karya al-Alu>si. Sedikit gambaran tersebut memperlihatkan betapa besar pengaruh
al-Razi dalam dunia Islam, karena bagaimanapun, Islam (pemahaman) saat ini tidak bisa lepas
dari hasil temuan dan rumusan dari al-Razi. Aswadi, Konsep Syifa> dalam Tafsir Mafa>ti>h al-Gaib Karya Fakhruddin al-Ra>zi>. Tesis Pascasarjana UIN Syarif Haidayatullah Jakarta. 2007. Hlm. 72-
73
9
1. Untuk mengidentifikasi ragam qira’at dan sekaligus bentuk serta
kualitasnya yang terdapat dalam tafsir al-Kasysya>f karya al-
Zamakhsyari> dan Tafsi>r Mafa>ti>h} al-Gaib karya Fakhruddi>n al-Ra>zi>.
Khususnya mengenai ayat-ayat terkait teologis
2. Mengetahui pengaruh qira’at dan fungsinya dalam penafsiran al-
Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Ra>zi> khususnya pada ayat-ayat teologis.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing kitab tafsir
tersebut terkait dengan penafsirannya terhadap ayat-ayat teologis.
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
1. Memberikan sumbangan keilmuan akademis terkait ilmu tafsir dan
‘ulu>m al-Qur’an, lebih khusus lagi terkai qira’at bagi pihak akademisi,
Mahasiswa, peneliti dan begitu juga kepada Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Membuktikan pentingnya pengaruh qira’at dalam penafsiran al-Qur’an,
begitu juga, penelitian ini akan membuktikan tesis Hasanuddin AF yang
menyatakan bahwa perbedaan qira’at sebagian berimplikasi kepada
penafsiran al-Qur’an.
Secara khusus, penelitian ini juga memberikan cara pandang baru dalam
menilai sebuah kitab tafsir seperti al-Kasysya>f dan Tafsi>r Mafa>ti>h} al-Gaib.
D. Telaah Pustaka
Berdasarkan tema pokok tesis ini, penulis dapat mengelompokkan telaah
kepustakaan ini dalam dua kategori; Pertama, kajian yang membahas tentang
10
qira’at al-Qur’an baik terkait ilmu qira’at maupun yang terkait dengannya.
Kedua, kajian atau hasil penelitian baik terkait qira’at maupun tentang dua tokoh
dan kitab tafsir yang menjadi objek material. Kaitannya dengan kategori
pertama, penulis menemukan beberapa karya para ulama dan peneliti
diantaranya: al-Sab’ah Fi> al-Qira>’at li Ibnu Muja>hid karya Ibn Muja>hid. Dalam
kitab tersebut Ibnu Muja>hid memberikan banyak perhatian terkait ‘ulu>m al-
Qira’at, biografi dan historisitas para Imam qira’at yang tujuh, dan perbedaan
bacaan yang terdapat dalam qira’at tujuh. Lebih lanjut, Ibn Muja>hid membagi
qira’at dalam dua kategori, yakni qira>’at mutawa>tir dan qira>’at syaz\. Istilah
mutawa>tir menurut Ibn Mujahid adalah sesuatu yang diterima secara talaqqi dari
generasi ke generasi, dan sudah masyhur di kalangan ummat, sehingga banyak
sekali orang yang mengambil dan menisbatkan kepadanya. Qira’at jenis ini
sebagaimana lebih dikenal dengan qira>’at Sab’ah. Sedangkan istilah qira>’at syaz\
yang dimaksudkannya adalah qira’at yang kedudukannya di bawah qira’at tujuh.
Ini artinya bahwa, selain qira’at tujuh yang dikompilasikannya, masih
memungkinkan untuk di jadikan hujjah dalam penggunaannya.18
Kemudian karya Abdul S}abur Syahin yakni Dhifa>’ Dhidd Hujuma>t al-
Istisyra>q; Ta>rikh al-Qur’an > yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh
Khaerul Amru Harahap dan Ahmad Faozan dengan redaksi ‚Saat al-Qur’an
Butuh Pembelaan‛. Karya ini banyak berbicara qira’at dilihat dalam kacamata
dan kritik sejarah, yang dimulai dengan pembahasan masalah hadis tentang
sab’atu ah}ruf, tanggapan terhadap kajian qira’at orientalis, Qira>’ah Syaz\ah, dan
18
Ibn Muja>hid, Ibn Mujahid, Kitab al-Sab’ah fi al-Qira’at. Kairo: Dar al-Ma’arif. 1119
11
lainnya.19
Karya semacam ini, penulis gunakan sebagai pijak dalam membahas
qira’at baik sebagai ilmu dan/ataupun sejarah.
Dalam kitabnya Maba>hiṡ Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, Manna>’ al-Qaṭṭa>n
mendeskripsikan mengenai syarat-syarat suatu qira’at dinyatakan s}ahih yaitu:
pertama, qira’at tersebut sesuai dengan bahasa Arab serta pengambilannya
dengan sanad bukan dengan ra’yu semata, kedua, qira’at tersebut sesuai dengan
mus}af utsma>ni, sekalipun secara ihtima>l. Ketiga dalam qira’at tersebut harus
mengandung syarat yang sah, qira’at tersebut adalah sunnah muttabi’ah harus
berpedoman pada catatan yang valid dan riwayat yang sah.20
The History Of The Qur’anic Text From Revelation to Compilation; A
Comparative Study With The Old and new Testament merupakan hasil buah
tangan Musṭafa> al-A’ẓami dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Shohirin Sholih dkk dengan judul Sejarah teks Al-Qur’an dari Wahyu
sampai Kompilasi, Kajian Perbandingan dengan Perjanjian lama dan perjanjian
baru. Dalam bukunya, al-A’ẓami> membahas keragaman bacaan yang ada sebagai
sunnah. Hal ini memang sangat diperlukann guna penyederhanaan bacaan bagi
mereka yang tak biasa dengan bahasa Arab (non Arab). Al-A’ẓami> juga
menuturkan faktor utama terjadinya keragaman qira’at baik yang disampaikan
oleh Ulama klasik dan kalangan orientalis seperti Goldziher.21
19
Abdul S}abur Syahin, Dhifa>’ Dhidd Hujuma>t al-Istisyra>q; Ta>rikh al-Qur’a>n terj. Khaerul
Amru Harahap dan Ahmad Faozan (Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006)
20
Manna>’ Khalil al-Qaṭṭa>n, Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Qur’a>n, terj: Halimuddin (Jakarta:
Rineka Cipta. 1975), hlm. 192-193.
21
Mustafa al-A‘ẓami>, The History Of The Qur’anic Text From Revelation to Compilation, terj. Ṣohirin Ṣolihin dkk. (Jakarta. Gema Insani. 2005), hlm. 172
12
Hidayat Noor, dalam Ilmu Qira’at al-Qur’an: sebuah Pengantar
menjelaskan bahwa qira>’at sab’ah bukanlah sab’ah ahruf, tetapi qira>’at sab’ah
adalah qira’at yang diriwayatkan oleh para imam qira’at yang tujuh, dan
merupakan bagian dari sab’ah ahruf. Selain itu ia menyimpulkan bahwa qira’at
‘Asyrah adalah sahih dan sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah, maka
boleh membaca al-Qur’an dengan qira’at manapun diantara salah satu dari yang
sepuluh. Diluar itu adalah qira>‘at syaz\ah serta tidak boleh dipakai untuk
membaca al-Qur’an. Namun qira’at s}ahih maupun syaz\ah dapat dipakai untuk
menetapkan hukum syar’i.22
Ta>rikh al-Qur’an yang ditulis oleh M. Hadi Ma’rifat yang telah
diterjemahkan oleh Toha Musawa dengan judul Sejarah al-Qur’an. Dalam buku
ini beliau menguraikan dengan gamblang hal-hal yang berkaitan dengan qira’at
dimulai dari pembahasan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi
perbedaan qira’at serta penjelasan mengenai al-Qur’an yang diturunkan dengan
tujuh huruf.
Abd al-Fatta>h Abdul Ga>ni al-Qa>ḍi dalam karyanya, Orientalisme
Menggugat al-Qur’an mengemukakan bahwa sumber timbulnya permasalahan
dalam qira’at adalah adanya nas} berupa sabda Rasulullah dalam hadisnya yang
menyatakan bahwa al-Qur’an telah diturunkan dalam tujuh huruf. Perbedaan pola
bacaan bukan berarti pertentangan akan tetapi lebih kepada penunjukan akan
kemukjizatan al-Qur’an dan menunjukkan ketinggian dan keutamaan al-Qur’an
dan qira’at itu sendiri. Abd al-Fatta>h secara tangkas dan lugas dalam menolak
22
Muhammad Hidayat Noor. Ilmu Qira’at al-Qur’an: Sebuah Pengantar, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis, III, Juli 2002, hlm. 1-17
13
argumentasi Ignaz Goldziher dan yang lain, yang dengan ‘sengaja’ membuat
tuduhan-tuduhan keji terhadap al-Qur’an serta berlaku sombong seolah-olah
telah melakukan pengkajian yang jujur dan benar terhadap al-Qur’an.23
Al-Taisi>r fi> al-Qira>‘at al-Sab’i karya al-Ima>m Abi> ‘Amru ‘Utsma>n ibn
Sa‘i>d al-Da>ni>. Karya ini dibagi menjadi dua bagian yakni; bagian pertama:
pembahasan mencakup perbedaan qira’at tujuh dan mazhab-mazhab mereka.
Kategori bacaan ini terdapat qiya>s seperti perbedaan izha>r, idga>m, mad, qas}r,
hamzatain, ima>lah, waqaf dan yang lainnya. sementara sistematika disusun
dengan bab-bab dan pasal. Bagian kedua; adalah pembahasan seputar perbedaan
huruf yang ada pada al-Qur’an. Pembahasan ikhtila>f pada bagian kedua ini lebih
luas dibanding dengan bagian pertama karena menyangkut juga pada perbedaan
jamak, tunggal (mufrad) istifha>m, khabar, khitha>b, akhbar dan yang lainnya.
Terakhir, penulis melihat penting untuk ditelaah kitab Safha>t fi> ‘Ulu>m al-
Qira>‘at, karya Abd al-Qayyu>m bin Abd al-Gafu>r al-Sindi>. Dalam bukunya ini
Abd al-Qayyu>m secara gamblang memberikan pengantar mengenai ta’rif qira’at
beserta ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, juga di sini beliau jelaskan sejarah
dan perkembangan qira’at dari masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in dan disertai
dengan pencantuman tarjamah dari para Imam qurra>.24
Sedangkan kategori yang kedua, penulis menemukan beberapa karya
dan/atau hasil penelitian terkait pembahasan pokok dalam penelitian ini.
Misalkan Muḥammad Husein al-Żahabi> dengan kitabnya al-Tafsi>r wa al-
23
Abdul Fatta>h Abdul Ga>ni al-Qa>ḍi, Orientalisme Mengguagat..., hlm. 5-7.
24
Abd al-Qayyūm bin Abd al-Gafūr al-Sindi, S}afh}a>t Fī Ulu<m al-Qira>’at (Makkah:
Maktabah al-Imdadiyah. 2001)
14
Mufassiru>n telah mengklasifikasikan para mufassir dan kitabnya yang
berdasarkan priode. Di sini beliau memasukkan al-Kasysya>f dalam pembahasan
Tafsi>r fi> ‘Us}u>r al-Tadwi>n. Dalam pembahsannya al-Żahabi> memaparkan al-
Kasysya>f dari segi historisitasnya serta mu’allifnya, metode dan kerangka
penafsiran dalam kitab tersebut serta lebih jauh membahas pengaruh ideologi
mu’tazilah al-Zamakhsyari> dalam kitabnya. Setidaknya, dengan penjelasan al-
Żahabi> dalam kitabnya tersebut, penulis jadikan sumber sekunder dalam telaah
ideologis sang mufassir.25
Hasanuddin AF dengan disertasinya yang telah dibukukan dengan judul
Anatomi al-Qur’an; Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath
Hukum al-Qur’an, mengkaji qira’at dari segi sejarah dan kualitasnya serta sejauh
mana pengaruh qira’at dalam istinbat hukum.26
Dalam tulisan ini juga
menyimpulkan bahwa qira>’at syaz\ juga dapat berpengaruh dalam penafsiran.
Penelitian tesis Ali Fahruddin dengan judul Pengaruh Perbedaan Qira’at
dalam ayat-ayat relasi gender. Dalam penelitian ini, Ali membahas pengaruh
perbedaan qira’at dalam penafsiran yang difokuskan dalam ayat-ayat gender
(fiqih perempuan), seperti permasalah perempuan tentang shalat, zakat,
perempuan dan publik, aurat, perceraian dan lainnya. Kesimpulan dalam
penelitian tersebut diantaranya adalah ayat-ayat tentang relasi gender yang
terdapat perbedaan qira’at memberikan pengaruh positif terhadap penafsiran al-
25
Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun (Kairo: Maktabah al-
Wahbah. 2000)
26
Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo, 1995)
15
Qur’an. Pengaruh tersebut tidak ada yang kontradiksi melainkan ‚pilihan
hukum‛ yang dapa dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi.27
Skripsi yang ditulis oleh Zamam Suyuthi yang berjudul ‚Ragam Qira’at
dalam surat al-An’a >m (Studi atas Kitab Al-Kasysya>f ‘An Ḥaqqa>’iq Al-Tanzi>l wa
‘Uyu>n Al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h Al-Ta’wi>l)‛. Dalam tulisannya ini, Zamam lebih
memfokuskan pada ragam qira’at yang dipakai al-Zamakhsyari> dalam menafsiri
al-Qur’an yang dikhususkan penelitiannya pada surat al-An’a>m. Lebih lanjut
dalam hasil penelitiannya, qira’at- qira’at yang digunakan al-Zamakhsyari> dalam
tafsir al-Kasysya>f-nya prosentase antara qira’at mutawa>tir dan syaz\ adalah (bisa
dikatakan) seimbang, hal ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan jenis qira’at,
al-Zamakhsyari> lebih memilih qira’at yang menunjang terhadap penafsiran yang
dia kehendaki tanpa melihat sisi validitas qira’at tersebut. Hal ini tidak lain
dikarenakan karena dalam menafsirkan al-Qur’an, al-Zamakhsyari> sebisa
mungkin akan ikut membela ideologi kelompok atau aliran yang ia anut;
Mu’tazilah, bahkan lewat dan atau memanfaatkan ragam qira’at yang berbeda-
beda.28
Selain karya-karya yang membahas tentang qira’at, penulis juga
menjadikan karya-karya yang membahas tentang teologi pada umumnya sebagai
acuan dan bahan kajian dalam skripsi ini. Harun Nasution misalnya, dalam
karyanya yang berjudul Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa
27
Ali Fahruddin, Pengaruh Perbedaan Qira’at dalam Ayat-ayat Relasi Gender. Tesis UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2006, hlm. 16
28
Zamam Suyuthi, ‚Ragam Qira’at dalam surat al-An’am Studi atas Kitab Al-Kasysyaf
‘An Haqqaiq Al-Tanzil Wa al-‘Uyun Al-‘Aqawil Fī Wuju>h Al-Ta’wi>l‛, skripsi, Fakultas
Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam tahun 2008.
16
Perbandingan. Dalam bukunya ini Harun Nasution mendeskrifsikan sejarah
timbulnya persoalan-persoalan teologi dalam Islam yang terdiri dari Khawarij,
Murji’ah, Qadariyah dan Jabariyah, Mu’tazilah serta Ahl al-Sunnah wa al-
Jama>’ah. Harun juga memaparkan perbandingan aliran-aliran tersebut dilihat dari
sisi teologis yang bermuara sekitar akal dan wahyu, fungsi wahyu, kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan,
serta konsep iman.29
Buku Menyelami kebebasan manusia; Telaah Kritis terhadap Konsepsi al-
Qur’an yang ditulis oleh Machasin. Buku ini pada awalnya merupakan karya
ilmiah dalam jenjang Pascasarjana penulisnya (tesis), di dalamnya membahas
konsep al-Qur’an terkait kebebasan dan kekuasaan Allah serta kebebasan
manusia. Pada akhirnya buku ini menyimpulkan bahwa kebebasan manusia bukan
kebebasan yang tak memiliki batas sama sekali. Manusia hanya bebas dalam
melakukan perbuatan yang betul-betul bersifat ikhtiya>riyah (alternatif pilihan).
tidak semua aspek bebas dilakukan manusia, karenanya yang harus
dipertanggung jawabkan adalah yang benar-benar merupakan hasil pilihannya
dalam berbuat. sedangkan Allah mempunyai kebebasan yang tak terbatas atas
segala makhluk-Nya, namun Dia memberikan kebebasan kepada manusia untuk
memilih sendiri perbuatannya yang bersifat ikhtiariah.30 Kemdian buku yang
berjudul Pemahaman Syaikh Nawawi tentang ayat Qadar dan ayat Jabar dalam
29
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI
Press, 1986), hlm. 3-147.
30
Machasin, kebebasan manusia; Telaah Kritis terhadap Konsepsi al-Qur’an (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. tth) Cet I
17
tafsirnya Mara>h} Labi>d (terbitan Litbang Depag RI). Dalam buku ini dijabarkan
pemahaman syaikh Nawawi dalam menafsirkan ayat-ayat yang terkait dengan
qadar dan Jabar. Menurutnya, Nawawi dalam memahami ayat al-Qur’an (baik
Qadar atau Jabar) ia lebih dekat kepada pemikiran Sunni Maturidi Samarkand
dan pemikiran kalangan Mu’tazilah, lebih-lebih terkait kebebasan manusia dalam
berkehendak.31
Kedua buku tersebut setidaknya membantu penulis dalam kajian
terkait kehendak Allah dan kebebasan manusia.
E. Kerangka Teori
Istilah qira>’a>t merupakan bentuk plural dari kata qira>’ah yang tidak lain
adalah bentuk mas}dar dari fi’il qa-ra-‘a. Kata qira>‘at sendiri secara etimologi
berarti beberapa bacaan. Sedangkan secara terminologi, maka ada beberapa
pendapat ulama yang penting untuk diperhatikan. Di antaranya adalah yang
dikemukakan oleh Abu> Sya>mah al-Dimasyqi> (w. 665/1266)32
yakni ‚disiplin
ilmu yang mempelajari cara melafadzkan kosa kata al-Qur’an dan perbedaannya
yang disandarkan pada perawinya.‛ Sedangkan definisi yang tawarkan Ibn al-
Jaza>ri> adalah: ‚sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tata cara melafadzkan
beberapa kosa kata al-Qur’an dan perbedaan kosa kata tersebut yang didasarkan
pada orang yang meriwayatkannya‛.33
Dalam pada itu, qira’at menurut al-Banna>
dalam kitabnya Itha>f Fud}ala>’ al-Basya>r bi al-Qira>’at al-Arba’ah ‘Asyar adalah
31
tn, Pemahaman Syaikh Nawawi tentang ayat Qadar dan ayat Jabar dalam tafsirnya Mara>h} Labi>d (Jakarta: Litbang Depag RI. 2006)
32
al-Dimasyqi>, Ibra>z al-Ma`a>ni> min Hirz al-‘Ama>ni> fi> al-Qira>’a>t al-Sab’ li al-Ima>m al-
Sya>thibi>, (Mesir: Maktabah Mus}thafa> Alba>niy al-Halabiy wa Aula>duhu, tth.), hlm. 12
33
Ibn al-Jazari>, Munjid al-Muqri’i>n wa Mursyi>d al-Tha>libi>n, (Bairut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1980), hlm. 3. Lihat juga Muhammad Abdul Azhi>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil,.., hlm. 284
18
perbedaan lafadz-lafadz al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya dalam al-
Qur’an maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti Takhfi>f, Tasydi>d,
dan yang lainnya.34
Pengertian qira’at yang diberikan para ulama’ di atas, dapat
diambil kesimpulan sebagaimana yang ditulis Abdul Jalal dalam karyanya ‘Ulu>m
al-Qur’an bahwa yang dimaksud dengan qira’at ialah cara membaca ayat-ayat al-
Qur’an yang berupa wahyu Allah, dipilih oleh salah satu imam ahli qira’at
berbeda dengan ulama lain, berdasarkan riwayat mutawa>tir sanadnya dan selaras
dengan kaidah-kaidah bahasa arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan al-
Qur’an yang terdapat dalam salah satu mushaf usmani.35
Dalam membentengi keabsahan al-Qur’an dan bacaannya (qira>’at), para
ulama memiliki standar dan syarat-syarat yang berbeda satu sama lainnya dalam
menetapkan bacaan yang dapat diterima (ṣah}i>h) ataupun bacaan yang ditolak.
Hal ini dilakukan karena dalam perjalanannya, qira’at telah menngalami
perusakan dan pemalsuan. Ibn Al-Jazari> (w. 833 H) memberikan syarat sebagai
berikut: 1). صح اللنح , qira’at tersebut harus memiliki ketersambungan sanad
yang ṣahih, 2). م ا ق ال رب مطلقا , qira’at tersebut harus sesuai dengan kaidah
bahasa Arab secara mutlak. 3). مطا ق الر ل تقحيرا , qira’at tersebut sesuai dengan
rasm al-mus}h}a>f meskipun tidak harus sama.
Dari persyaratan di atas, para ulama mengklasifikasi macam-macam dan
tingkatan qira’at dipandang dari berbagai segi. Qira’at jika ditinjau dari kuantitas
34
Aḥmad bin Muḥammad Al-Banna, Itha>f Fudala>’i al-Basya>r bi al-Qira>’at al-Arba’ah ‘Asyar (Beirut: ‘Ilmul Kutub.1987), hlm. 69. Lihat juga Badr al-Dīn Muḥammad al-Zarkasyi> Al-Burha>n Fi Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Isa al-Bab al-Halabi, tth ), Juz I, hlm. 318.
35
Abdul Jalal, ‘Ulum Al-Qur’a>n (Surabaya: Dunia Ilmu. 2000), cet II, hlm. 328-329.
19
atau perawinya ulama mengklasifikasikannya menjadi enam macam:36
, املت اتر .(1
qira’at yang diriwayatkan oleh sekelompok besar perawi dan tidak mungkin
mereka sepakat untuk berbohong.37
Sebagai contoh, qira’at yang masuk dalam
kategori ini adalah qira>’at Sab’ah. 2). اململه , qira’at yang diriwayatkan orang
banyak dan s}ahih meskipun belum sampai kepada derajat mutawatir, disamping
iru bacaannya sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan salah satu rasm utsmani.38
Adapun qira’at yang termasuk dalam kategori masyhur yakni qira’at yang
dinisbatkan kepada tiga imam qurra>’, yakni: Abu> Ja’far ibn Qa’qa>’ al-Madani> (w.
120 H), Ya’qu>b al-Haḍrami (w. 205 H), dan Khalaf al-Bazza>r (w. 229 H).39
3).
qira’at yang memiliki sanad s}ahih namun bacaannya menyalahi kaidah , الاحاد
bahasa Arab dan rasm al-mus}h}a>f. Para ulama tidak membolehkan membaca al-
Qur’an dengan qira’at semacam ini. 4). الملاذ , qira’at yang tidak memiliki sanad
s}ahih, bertentangan dengan rasm al-mus}h}a>f dan kaidah bahasa Arab.40
Sebagai
contoh dalam surat al-fa>tihah ayat 4, terdapat bacaan dengan versi ( يي دمب الح كب يب ي
بل (مب
dan selanjutnya dalam kalimat (ح اكب يع ي ب ي qira’at yang tidak memiliki , امل ض ع .(5 .( د
36
Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an,..hlm. 141
37
Jalal al-Dīn al-Suyūṭi, Al-Itqa>n Fī ‘Ulu>m al-Qur’an..., jilid I hlm. 335. Manna>’ Khalīl al-
Qaṭṭa>n, Maba>hiṡ Fī ‘Ulu>m al-Qur’a>n..., hlm. 178.
38
Sya’ba>n Muḥammad Isma’il, Al-Madkhal Ila ‘Ilmi Al-Qira>’at (Mekkah: Maktabah
Sa>lim, 2001), hlm. 54. Jalal al-Dīn al-Suyūṭi, Al-Itqa>n Fī ‘Ulu>m al-Qur’a>n..., hlm. 335
39
Hasanuddin AF, Anatomi Al-Qur’an..., hlm. 141
40
Nabil ibn Muḥammad ibra>hīm al-Isma>’īl, ‘Ilm al-Qira>’at, Nasy’atuhu, Aṭwa>ruhu, As\aruhu fi> al-’Ulu>m al-Syar’iyyah..., hlm. 44
20
sandaran dan tidak bersumber kepada Nabi. Sebagai contoh: ما لد ييكبس ب ت ب ب مع ي
للبك 41 ب
Qira’at tersebut merupakan versi lain dari firman Allah dalam surat An-Nisa,
ayat 164: ما لد ييكبس ب ت ب ع مع ي
للبك merupakan qira’at yang berfungsi sebagai ,املح ج .(6 < ب
tafsir atau penjelasan dalam suatu ayat tertentu. Sebagai contoh qira’at Sa’ad ibn
Abi waqa>s} yang dituangkan oleh Sa’i>d ibn Mansu>r dalam membaca firman Allah:
د م ع مس ي
ع يخع ي ب ع ب ع
بل . ب
Kemudian, qira’at hubungannya dengan penafsiran terbagi menjadi dua
wilayah, yakni yang qira’at yang berpengaruh terhadap penafsiran dan qira’at
yang tidak berpengaruh terhadap penafsiran. Bagian pertama yang dimaksudkan
adalah qira’at yang meliputi aspek bentuk dan bunyi. Aspek bentuk ini termasuk
dalam ranah kajian morfologi (s}arf).
Dalam kajian linguistik Arab, morfologi dikenal dengan disiplin ‘ilm al-
s}arf. Kata s}arf secara bahasa bermakna pengubahan. Ilm s}arf atau disebut juga
ilmu morfologi merupakan studi yang mengkaji tentang struktur dan bentuk kata
(isytiqa>q al-kalima>t), dengan kata lain ia memuat aturan-aturan pembentukan
kata dari satu wazan ke beberapa wazan, menentukan mana i’rab dan yang
mabni>.42Analisis morfologi akan menjelaskan perubahan-perubahan wazan dan
implikasinya terhadap makna kata atau bahkan kata tersebut menjadi tidak
bermakna.
41
Sebagaimana yang diungkapkan Labib al-Said bahwa qira’at ini merupakan salah satu
contoh qira’at ahli bid’ah dari sekelompok Mu’tazilah.
42
Must}afa> al-Gula>yaini, A Reference Grammar, (Cambridge: Cambridge University Press.
2005), hlm. 207
21
Yang kedua adalah qira’at yang tidak berpengaruh pada penafsiran yakni
qira’at yang masuk dalam aspek bunyi atau fonologi. Aspek ini hanya merubah
cara pengucapan suatu kata atau kalimat. Kaitannya dengan ilmu qira’at,
termasuk dalam fonologi adalah ima>lah, isyma>m, tarqi>q, tafkhi>m, tashi>l, ibdal,
takhfif, gunnah, ikhfa’ dan lain sebagainya. Ibrahim al-Abyari> yang dikutip
Apriadi menuturkan fonologi ini terjadi karena perbedaan sistem artikulasi
bahasa yang digunakan oleh kabilah-kabilah Arab yang masing-masing dari
mereka tidak bisa mengucapkan seperti pengucapan kabilah lain.43
Lebih lanjut,
analisis fonologi ini lebih bertujuan kepada membedakan mana yang termasuk
dalam ruang lingkup qira’at dan mana yang termasuk bidang tajwid.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah
penelitian. Bahkan keberadaan metode tersebut akan membentuk karakter
keilmiahan dari penelitian, tentunya sesudah keberadaan objek, karena eksistensi
metode dalam penelitian ini berfungsi sebagai jalan bagaimana penelitian ini
diselesaikan.44
Terkait dengan metode dalam penelitian ini, ada beberapa poin
yang akan penulis tegaskan:
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
43
Apriadi Putra, Perbedaan Qira’at dan Implikasinya Terhadap Penafsiran al-Qur’an; Studi atas Kitab Tarjuma>n al-Mustafi>d Surat al-Baqarah. Tesis UIN Sunan Kalijaga. 2015, hlm.
16
44
M. Amin Abdullah, "Metodologi Penelitian Untuk Pengembangan Studi Islam:
Perspektif Delapan Poin Sudut Telaah," Makalah dalam Workshop Metodologi Penelitian Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian, diselenggarakan Pusat Penelitian IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 19 Februari 2004, hlm. 3
22
Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian library
research (penelitian kepustakaan), karena obyek penelitian yang
digunakan adalah kitab-kitab tafsir atau buku-buku. dalam hal ini
literatur yang menjadi kajian utama adalah kitab tafsir al-Kasysya>f ‘An
Ḥaqqa>’iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n Al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h al-Ta’wi>l karya al-
Zamakhsyari> dan Tafsir Mafa>ti>h} al-Gaib karya Fakhruddi>n al-Ra>zi>.
Sedangkan sifat penelitian ini adalah kualitatif karena tidak
menggunakan mekanisme statistika dan matematis untuk mengolah
data. Data dihadapi dengan jalan menguraikan dan menganalisisnya
dengan mekanisme verstehen (memahami), dan bukan erlebnis
(menjelaskan) ala ilmu-ilmu alam.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yaitu:
a. Data primer, yaitu kitab al-Kasysya>f karya al-Zamakhsyari> dan Tafsi>r
Mafa>ti>h} al-Gaib.
b. Data sekunder, yaitu meliputi berbagai macam kitab atau buku-buku
lainnya yang masih berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
penelitan ini baik karya al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Ra>zi>
maupun karya orang lain yang masih terkait dengan tema kajian.
3. Metode Pengumpulan Data
Yang dimaksud dengan metode pengumpulan data adalah metode
atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
23
dalam penelitian melalui prosedur yang sistematik dan standar. Adapun
yang dimaksudkan dengan data dalam penelitian adalah semua bahan
keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau fernomena yang
ada kaitannya dengan riset.45
Data yang dikumpulkan dalam suatu
penelitian harus relevan dengan pokok persoalan. Untuk mendapatkan
data yang dimaksud diperlukan suatu metode yang efektif dan efisien
dalam artian metode harus praktis, dan tepat dengan obyek penelitian.
Mengingat penelitian ini adalah library research maka teknik yang
digunakan adalah dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan catatan-
catatan, buku-buku, surat kabar dan bahan-bahan tertulis lain yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Karena sumber primernya adalah
al-Kasysya>f dan Tafsi>r Mafa>ti>h} al-Gaib, maka sumber-sumber lain tetap
dijadikan rujukan guna untuk mempertajam analisis tesis ini. Setelah
data terkumpul kemudian dianalisa dan diklarifikasi data-data yang
ada.
4. Teknik Analisis Data
Adapaun metode yang digunakan dalam menganalisa data yang
diperoleh dari penelitian pustaka adalah sebagai berikut:
a. Deskriptif
Yaitu penelitian yang menuturkan, menganalisis, serta
mengklasifikasikan yang pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada
45
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian. (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm. 3
24
pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data.46
Dalam hal ini, peneliti bermaksud meneliti ragam-ragam qira’at yang
digunakan oleh al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Ra>zi> dalam
menafsirkan al-Qur’an yang ia tuangkan dalam kitabnya al-Kasysya>f
‘An Ḥaqqa>’iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n Al-‘Aqa>wi>l fi Wuju>h al-Ta’wi>l dan
Tafsir Mafa>ti>h} al-Gaib. Namun objek penelitian di sini adalah
mengenai ayat-ayat teologis. Sedangkan langkah yang ditempuh
adalah memetakan qira’at-qira’at yang digunakan al-Zamakhsyari>
dan al-Fakhruddi>n al-Ra>zi> kemudian mengungkapkan status qira’at
tersebut dari segi kualitasnya disertai dengan alasan-alasan yang
melatarbelakangi penggunaan qira’at tersebut. Kemudian langkah
selanjutnya adalah analisis terhadap pengaruh qira’at yang digunakan
terhadap penafsiran dan pemaknaan ayat-ayat terkait.
Kemudian perlu dijelaskan lebih dini, dalam inventarisasi qira’at,
penulis menggunakan DVD Rom Maktabah al-Rawdhah. Ini digunakan
untuk mempermudah penelitian karena mempertimbangkan banyaknya ayat
yang menjadi bahasan penelitian. Sedangkan dalam penafsiran kajian, yang
digunakan adalah Tafsi>r Mafa>ti>h}} al-Gaib, cetakan 3, Beirut: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiyah. 2009. Begitu juga dengan Tafsi> al-Kasysya>f, yang digunakan
dalam analisa kajian adalah Tafsi>r al-Kasysya>f ‘an H{aqa>’iq Ghawa>mid} al-
Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wuju>h al-Ta’wi>l, Cetakan Riyadh: al-
‘Abi>ka>n. 1998.
46
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah D asar Metode Tehnik, (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 45
25
b. Pendekatan Historis dan Kebahasaan
Pendekatan historis digunakan untuk melihat kembali latar
belakang penulis kitab, al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Razi. Yang
meliputi biografi, latar belakang sosial dan ataupun alirannya, serta
kiprahnya dalam bidang keagamaan. Selain hal tersebut pendekatan
ini juga akan membantu untuk menganalisa sejarah pertumbuhan dan
perkembangan dari qira’at. Hal ini terutama untuk mengetahui
konstruk pemikiran al-Zamakhsyari> dan Fakhruddi>n al-Ra>zi>, terutama
mengenai sikapnya dalam menggunakan suatu qira’at dalam
menafsirkan al-Qur’an.
Pendekatan kebahasaan digunakan untuk menganalisa lebih
dalam perbendaharaan kata dalam suatu ayat yang dilihat dalam
ranah nahwu s}araf dan ilmu qira’at secara langsung. Pendekatan
kebahasaan juga akan lebih berfungsi kepada penarikan makna dalam
penafsiran al-Qur’an.
G. Sistematika Pembahasan
Bab pertama sebagai pendahuluan akan memuat tentang latar belakang dan
rumusan masalah yang akan dikaji, dilanjutkan dengan manfaat dan tujuan
penelitian ini dilakukan. Metode penelitian, uraian tentang kajian pustaka
dimaksudkan untuk melihat kajian-kajian yang telah ada sebelumnya sekaligus
akan nampak orisinalitas kajian penulis yang membedakannya dengan sejumlah
penelitian sebelumnya. Dalam bab pertama ini juga dijelaskan metodologi
26
penelitian yang ditempuh dan diakhiri dengan sistematika pembahasan untuk
melihat keseluruhan bab-bab dalam penelitian yang dikajinya.
Bab kedua selanjutnya merupakan pembahasan yang menitikberatkan
kepada pengantar ilmu qira’at yang dilihat dari segi historisitasnya mulai sejak
zaman nabi Muhammad sampai sekarang yang disertai dengan deskripsi singkat
tentang karya-karya ulama dalam bidang ilmu Qira’at. Pembahasan ini penulis
tekankan, sebagai pijakan analisis penelitian, terutama terkait kualifikasi qira’at
baik mutawa>tir, masyhur dan bahkan dha’if. Karena dalam penelitian ini, salah
satu rumusan masalah yang akan diidentifikasi adalah ragam dan kualitas qira’at
itu sendiri.
Bab tiga menguraikan biografi intelektual dari al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi>
sekaligus gambaran tentang masing-masing kitab tafsir yang menjadi sumber
primer. Biografi intelektual dimaksudkan meliputi riwayat hidup, kondisi sosial
politik dan aktifitas keilmuannya, dan karya-karya beliau. Pembahasan ini
penting karena bagaimanapun latar belakang kehidupan sangat mempengaruhi
intelektualitas seseorang, terlebih lagi dengan tafsir. dengan cara ini, penulis
menganalisa keterpengaruhan ideologi yang dibawa ke dalam ranah tafsir al-
Qur’an. Dalam bab ini juga akan dijelaskan gambaran umum tentang kitab al-
Tafsi>r al-Kasysya>f dan Mafa>ti>h} al-Gaib yang meliputi setting historis penulisan,
bentuk dan metode tafsir yang digunakan. dalam pada itu pembahasan kitab ini
akan diakhiri dengan komentar para ulama.
Bab keempat, merupakan inti dari peneltian. Dalam bab ini penulis
berusaha memetakan ragam-ragam qira’at yang digunakan dalam menafsirkan
27
ayat-ayat al-Qur’an yang penulis spesifikasi dalam ayat-ayat teologis (kehendak
Allah dan perbuatan manusia). Dengan ini dimaksudkan akan dapat diketahui
sikap al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi> terhadap perbedaan qira’at yang ada.
Kemudian pada sub selanjutnya, dari hasil penelitian penggunaan qira’at tersebut
akan dianalisis bentuk dan fungsional qira’at yang kemudian dilanjutkan dengan
pengaruh qira’at dalam penafsiran dan diakhiri dengan analisa kritik kajian
Qira’at dan perbandingan antar kedua kitab tafsir.
Bab kelima merupakan bab terakhir sebagai penutup skripsi ini. Bab ini
berisi kesimpulan yang dibuat oleh penulis dari pembahasan telah yang dilakukan
disertai saran-saran dari penulis.
226
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan di atas menjabarkan secara umum bahwa al-Qur’an memiliki
varian makna yang sangat fleksibel nan luas. Perbedaan qira’at juga sangat
berpengaruh dalam menentukan ragam makna tersebut. Beberapa poin yang
menjadi kesimpulan dalam penelitian ini antara lain:
Pertama, ragam qira’at yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an tidak
lepas dari pemahaman al-Zamakhsyari> dan al-Ra>zi> terhadap keberadaan qira’at.
Sebagaimana halnya ulama Ahlussunnah, al-Ra>zi> memahami qira’at bersifat
tauqi>fi sedangkan al-Zamakhsyari> berpandangan qira’at masuk dalam ranah
ijtiha>di, karena merupakan hasil ijtihad dari para Qurra>. Implikasinya, dengan
pandangannya al-Zamakhsyari> tidak mengikutkan ketersambungan sanad dalam
syarat maqbul nya sebuah qiraat.
Kedua, ragam qira’at yang terdapat dalam kedua kitab tafsir terbagi dalam
ranah us}u>l dan farsy. Kemudian jika dilihat dari kualiatas qira’at, keduanya
sama-sama memberikan porsi terhadap qira’at yang di luar riwayat mutawa>tir
baik yang tergolong dalam ‘Asyrah, Arba’a ‘asyrah begitu juga selainnya seperti
qira’at Ibn Mas’u>d, Ibn ‘Abba>s, ‘A<isyah, Ubay dan lainnya. Tidak adanya
filterisasi dalam qira’at tersebut, penulis melihatnya sebagai kritikan disatu sisi
dan menjadi kelebihan dalam sisi yang lain karena dengan riwayat-riwayat
tersebut lebih memudahkan dan memperluas wawasan dan pemaknaan al-Qur’an.
227
Ketiga, tidak semua perbedaan qira’at berpengaruh dalam penafsiran.
Qira’at mempunyai implikasi dalam penafsiran jika perbedaan itu terletak pada:
1). Perbedaan i’ra>b (kedudukan kalimat), 2). Perbedaan sharaf (asal kata), 3).
Perbedaan khita>b, 4). Penambahan dalam kalimat (Ziya>dah al-Kalima>t), 5).
Perbedaan harakat yang memungkinkan terjadinya perbedaan makna.
Keempat, fungsi qira’at dalam tafsir al-Kasysya>f dan Tafsi>r Mafa>ti>h} al-
Ghaib memiliki kesamaan yakni: sebagai sumber penafsiran al-Qur’an, alternatif
pencarian makna, dan sebagai pembelaan terhadap mazhab. Fungsi terakhir yang
terlihat lebih banyak dalam kedua kitab tafsir kajian. Dengan kesimpulan ini
berimplikasi pada adanya dua model tali rantai antara al-Qur’an dengan mazhab
yakni, perbedaan pemahaman al-Qur’an berimplikasi kepada perbedaan mazhab
atau aliran. Atau bisa juga perbedaan mazhab akan berimplikasi pada perbedaan
pemahaman terhadap al-Qur’an. Kedua kitab tafsir lebih mencerminkan kepada
model kedua atas dasar keduanya hadir sama-sama dalam rangka membela
masing-masing mazhab. Dan tidak bisa dinafikan, qira’at sebagai salah satu
‘alat’ tersebut.
Kelima, masing-masing kitab tafsir memiliki kelebihan dan kekurangan
terkait bahasan qira’atnya. al-Zamakhsyari> dalam menampilkan dan mengkaji
qira’at sangat konsen dengan bahasan qawa>’id nahwiyah. Kinerja ini pada
akhirnya akan menentukan penilaian al-Zamakhsyari> pada sebuah qira’at. kajian
nahwiyah ini pada prinsipnya sangat bermanfaat dan menjadi panduan banyak
ulama belakangan terkait kajian pemaknaan qira’at. Namun pada sisi yang lain
228
al-Zamakhsyari> seringkali melewati kajian dan kritik riwayat sebuah qira’at, di
samping al-Zamakhsyari juga sedikit pasif dalam membahas perbedaan qiraat.
Sedangkan kelebihan dalam tafsir Mafa>ti>h} al-Gaib yakni penyajian
informasi yang lebih luas terkait periwayatan. Selain menampilkan ragam qira’at,
al-Ra>zi> seringkali menjelaskan perbandingan antar ragam qira’at yang ada. Di
samping itu, al-Ra>zi> dalam banyak tempat lebih aktif dan kritis jika
dibandingkan dengan al-Zamakhsyari> dalam merespon ayat yang ada perbedaan
qira’atnya. Meskipun demikian, penafsiran yang dilakukan al-Ra>zi> kadang terlalu
luas dan bertele-tele sehingga makna yang dikandung suatu ayat menjadi kabur.
Keempat, dalam ranah teologis kajian, penulis menyimpulkna bahwa Allah
mempunyai kebebasan kekuasaan yang tak terbatas atas segala yang diciptakan-
Nya. Namun, ia memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih sendiri
perbuatannya yang bersifat ikhtiya>riyah sebagai ujian bagiannya. Sehubungan
dengan itu, Ia memberikan janji-janji dan ancaman yang akan dilaksanakannya
sepanjang Ia menghendakinya. Hukum-hukum alam (sunnatulla>h) diadakan-Nya
sebagai landasan perbuatan manusia didunia. ‘ala kulli ha>l Allah Maha berkuasa
dengan segala sifat Kebijaksanaan-Nya.
B. Saran
a. Peneltian ini hanyalah satu bagian saja dari kajian qira’at secara umum.
Karenanya diperlukan kajian-kajian terkait qira’at serta pengaruhnya
dalam penafsiran dengan tema-tema lainnya, hal ini untuk menunjukkan
keluasan makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Begitu juga terkait
229
kajian qira’at jika dilihat dari berbagai sisi; sejarah, pengaruh, dan masa
depan ilmu Qira’at sangat perlu dilakukan penelitian lebih mendalam.
b. Disarankan kepada pihak Perpustakaan untuk mengadakan penambahan
literatur yang lebih terkait kepada semua bentuk literatur kajian, dalam
hal ini literatur terkait ilmu Qira’at dan pemikiran Mu’tazilah yang
menjadi kajian dalam tesis ini. Beberapa kitab yang perlu ditambah
seperti al-Kasysya>f, al-Kasyf fi> al-Qira>’a>t karya al-Zamakhsyari> dan al-
Burha>n fi> al-Qira>’a>t karya al-Ra>zi> dan karya-karya qira’at lainnya.
c. Kepada pihak Pascasarjana untuk memberikan kuliah yang lebih spesifik
kepada qira’at terkait ilmu dan pengaruhnya dalam penafsiran. Karena hal
ini akan sangat bermanfaat dalam penafsiran guna memunculkan Tafsir
Indonesia yang lebih berorientasi kepada mukjizat makna al-Qur’an.
230
DAFTAR PUSTAKA
‘Abdillah, Abi> al-Baqa>’. Al-Tibya>n Fi> I’ra>b al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Fikr,
1997
Afrizal M, Ibn Rusyd; 7 Perdebatan dalam Teologi Islam. Jakarta: Pnerbit
Erlangga. 2006.
Ahmad, Muhammad. Tauhid Ilmu Kalam Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKDU (Bandung: CV. Pustaka Setia.
1998)
Akaha, Abdul Zulfikar. Al-Qur’an dan Qira>’at. Jakarta: Pustaka Al-Kaus\ar.
1996.
Amin, Ahmad. Fajr al-Isla>m. Kairo: An-Nahdhah. 1965
___________. Zuhr al-Isla>m. Kairo: al-Nahdhah. T.tp
Al-Andalu>si>, Ibn ‘Athiyyah. Al-Muharrar al-Wajiz fi tafsir al-Kitab al-‘aziz. tkp: Dar Ibn Hazm. t.th.
Al-A‘ẓami>, Mustafa. The History Of The Qur’anic Text From Revelation to Compilation, terj. Ṣohirin Ṣolihin dkk. Jakarta. Gema Insani. 2005.
Al-‘Arid}, Ali Hasan. Ta>rikh Ilm al-Tafsi>r wa Mana>hij al-Mufassiri>n, terj.
Ahmad Akrom. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994.
Akhḍori>, Imam. Jauhar al-Maknu>n, terj: Abdul Qadi>r Hami>d. Surabaya: al–
Hida>yah, t.th.
Anwar, Abdul Rozak dan Rosihon. Ilmu Kalam Edisi Revisi. Bandung:
Pustaka Setia. 2012.
Aswadi. Konsep Syifa>’ dalam Tafsir Mafa>ti>h} al-Ghaib, Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah. 2007.
As\ir, Ibn. Asad al-Gha>bah fi> Ma’rifat al-Shaha>bah. Kairo: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyah. 1995.
A Jeffery, (ed) Al-Maba>ni>, Muaqaddimatan Fi> Ulu>m al-Qur’a>n. Kairo: t.tp.
1954.
Al-Baghda>di>, al-Farq bayn al-Firaq. Kairo: Muhammad Ali> Shubhi wa
Awla>duh. Tth.
231
Al-Banna>, Ah}mad bin Muh}ammad. Ith}a>f Fud}ala>’i al-Basyr bi al-Qiara>’a>ti Arba’ata ‘Asyar, Tahqi>q: Sya’ba>n Muh}ammad Isma>’i>l. tkp: ‘A<lam al-Kutub.
1987.
Al-Ba>qi>, Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd, Tafs}i>l A<ya>ti al-Qur’a>ni al-H{aki>m. ttp.
Da>r Ihya>’ al-Kutub al-‘arabiyyah. tth.
___________________________, Al-Mu’jam Mufahras li Alfa>z \ al-Qur’a>ni al-Kari>m karya Muhammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi. Beirut: Da>r al-Fikr. 1981.
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2011.
________________. Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2005.
Al-Bu>t}i, Muhammad Sa’i>d Ramadha>n. Min Rawa>’i al-Qur’a>n. Syiria:
Maktabat al-Farabi>. 1972.
Al-Da>ni>, Abi> ‘Amr ‘Us \ma>n bin Sa’i>d. Kita>b al-Taisi>r Fi> al-Qira>’at al-Sab’i.. Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2005.
Darra>z, Abdulla>h. al-Naba’ al-‘Az}i>m: Naz}rah Jadi>dah fi> al-Qur’a>n. Qatar:
Dar al-Saqafah, 1985.
Al-Dimasyqi>, Ibra>z al-Ma’a>ni> min Hirz al-‘Ama>ni> fi> al-Qira>’a>t al-Sab’ li al-Ima>m al-Sya>thibi>. Mesir: Maktabah Mushthafa> Alba>ni> al-Halabi> wa Aula>duhu,
tth.
Esha, Muhammad In’am. Teologi Islam Isu-Isu Kontemporer. Malang: UIN
Malang Press. 2008.
Al-Fadali>, Abd al-Ha>di>. al-Qira>’at Wa al-Qur’a>niyyah. Beirut: Dar al-
Majma’ al-‘Ilmi, 1979Abdul Jalal, ‘Ulum Al-Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
2000.
Al-Farmawi>, Abdul Hayy Husain. Rasm al-Musha>f wa Naqthuhu. Jedah :
Dar Nur al-Maktabah, 2004.
Al-Fa>risi>, Abi> ‘Ali> al-Hasan bin ‘Abd al-Gaffa>r. Al-Hujjah li al-Qira>’at al-Sab’ah. Beirut: Da>r al-Makmu>n Littura>s\. 1992.
Al-Farra>’, Abi> Zakariya> Yah}ya> Ibn Ziya>d. Ma’a>ni al-Qur’a>n. Ed: Ah}mad
Yu>suf Najati>. tkp. tp. t.th
232
Al-Ga>midi>, S|a>lih ibn Garmi Allah. Al-Masa>’il al-I’tiza>liyyah fi> Tafsi >>r al-Kasysya>f Li al-Zamakhsyari>. Andalusia: Da>r al-Andalu>si> li An-Nasyr wa at-
Tawzi>’. 1998.
Al-Ghazali>, Jawa>hir al-Qur’a>n. Beirut: Da>r Ihya>’ al-‘Ulu>m. 1985.
Goldziher, Ignaz. Maza>hib al-Tafsi>r al-Isla>mi>, Terj: Alaika Salamullah.
Yogyakarta: Elsaq Press. 2006.
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir al-Qur’a>n. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani. 2007.
Al-Hama>wi>, Syiha>b al-Di>n Ibn Abd Alla>h Ya>qu>t. Mu’jam al-Bulda>n. Beirut: Da>r Sa>dir, t.th.
Haryono, Yudi. Bahasa Politik al-Qur’an; Mencurigai Makna Tersembunyi di Balik Teks. Jakarta: Gugus Press. 2002.
Hasbullah, Hanung dkk. Mozaik Sejarah Islam. Yogyakarta: Nusantara
Press. 2011.
Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo, 1995
Hayya>n, Abu>. Bah}r al-Muhi>t Juz 4, hlm. 447. dalam DVD ROM. Maktabah
al-Sya>milah.
Housma, M. et.al (ed), First Ensiclopedia of Islam 1913-1936. Leiden: EJ.
Brill. 1993.
Al-Isma>’i>l, Nabil bin Muhammad Ibrahim. ‘Ilm al-Qiraat Nasy’atuhu, Atwaruhu, atsaruhu fi al-‘Ulum al-syar’iyyah. Riyadh: Maktabah al-Taubah,
2000.
‘Iya>zi>, Sayyid Muhammad Ali. Al-Mufassiru>n, Haya>tuhum wa Manhajuhum. Teheran: Mu’assasat al-Thiba’ah wa al-Nasyr Wizarat al-Saqafat
al-Irsyad al-Islami. 1373.
Ismail, Ahmad Qusyairi. Trilogi Ahlusunah Akidah Syariah dan Tasawuf. Sidogiri: Pustaka Sidogiri. 2012.
Al-Jabiri, Muhammad Abid. Madkhal ila al-Qur’a>n al-Kari>m. Beirut:
Markaz Dirasat al-Wihdah al-‘Arabiah. 2006.
Jahja, HM. Zurkani. Teologi Al-Ghazali; Pendekatan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996.
233
Jalal, Abdul. Ulum Al-Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000.
Al-Jazari>, Ibn. Munjid al-Muqri’i>n wa Mursyid al-Tha>libi>n. Bairut: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1980.
___________. Al-Nasyr fi al-Qira>’at al-‘Asyr. Mesir: Da>r a-Fikr, T.th.
___________. Tah}bi>r al-Taisi>r. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiah. 1983.
___________. Taqri>b al-Nasyr fi> al-Qira>’a> al-‘Asyr, tahqi>q: Jamaluddi>n
Muhammad Syaraf. Kairo: Da>r al-Tura>s\: 2002.
Jubaedah, Siti. Qira>’at dalam Tafsir Muqa>til bin Sulaima>n. Tesis UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.
Al-Juwaini, Mus}t}afa> al-Sa>wi>. Manhaj al-Zamakhsyari> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n.
Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, t.th.
Junaidi, Jujun. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. 1996.
Karman, Supiana dan M. Ulum al-Qur’a>n dan Pengenalan Metodologi Tafsir. Bandung : Pustaka Islamika. 2002.
Khallika>n, Ibn. Wafa>yat al-A’ya>n wa Anba’ Abna>’ al-Zama>n. Beirut; Dār
al-Sādir. t.th.
Khalawayh, Ibn. al-H{ujjah fi> al-Qira>’a>t al-Sab’. Kairo: Da>r al-Shuruq.
1977.
Khaldu>n, Ibn. al-Muqaddimah. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993.
Khalil al-Mys ‚Mashadir al-Mafa>ti>h al-Ghaib‛ dalam Muqaddimah Tafsir al-Fakhr al-Ra>zi>. Beirut: Dar al-Fikr. t.th.
King, Richard. Agama, Orientalisme, dan Poskolonialisme, terj. Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Qalam. 2001.
Lahin, Mu>sa> Sya>hin. Al-La’a>li al-Hisan Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Kairo: Da>r al-
Syuru>q. 2002.
Ma>jah, Ibn. Sunan Ibn Majah, Bab Iftira>q al-Umam, Dalam Maktabah al-
Sya>milah.
234
Majid, Nurcholis. Islam Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta: P3M.
1989.
Matdawam, Noor. Aqidah dan Ilmu Pengetahuan Dalam Lintasan Sejarah Dinamika Budaya Manusia. Yogyakarta: Bina Karier. 1990.
Ma’rifat, Muḥammad Hadi. Ta>rikh al-Qur’a>n, terj: Toha Musawa. Jakarta:
Al-Huda. 2007.
Muhsin, Imam. Tafsir Rasional al-Zamakhsyari; Telaah terhadap Tafsir Al-Kasysya>f .Yogyakarta: Adab Press. 2012.
Muja>hid, Ibn. Kita>b al-Sab’ah fi al-Qira’at. Kairo: Dar al-Ma’arif. 1119.
Musaddad, Endad. Munasabah dalam Tafsir Mafa>tih al-Ghaib. Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKIS.
2012
______________. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’a>n Dari Periode Klasik,
Pertengahan, Hingga Modern-Kontemporer. Yogyakarta: Pondok LSQ. 2012.
______________, Mazahibut Tafsir; Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Priode Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Nun Pustaka. 2003.
Al-Naisaburi>, Muslim Ibn Hajaj. Shahi>h Musli>m. Da>r Ihya>’ al-Tura>ts al-
‘Arabi>, t.th.
Nasution, Harun. Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press. 1986.
_______________. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992.
_______________. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Bandung:
Mizan. 1995.
Noor, Muhammad Hidayat. Ilmu Qira>’at al-Qur’a>n: Sebuah Pengantar, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’a>n dan Hadis, III, Juli 2002.
Al-Nuh}a>s, Abi> Ja’far. I’ra>b al-Qur’a>n. Beirut: ‘A>lim al-Kita>b. 1988.
Nur, Muḥammad Hidayat. ‚Ilmu Qira>’at al-Qur’a>n: Sebuah Pengantar‛.
Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis, III, Juli 2002.
235
Al-Qa>di>, Abd al-Fatta>h. Al-Qira>’at al-Syazzah. Beirut: Da>r al-Kita>b al-
‘Arabi. 1981.
Al-Qaṣṭala>ni>, Syiha>bu al-Di>n. Lata>if Al-Isya>ra>t Li funu>n al-Qira>’at. Mesir:
al-Majelis al-A’la>li al-Syu’u>n al-Isla>miyyah, 1972.
Al-Qat}t}a>n, Manna. Maba>his\ fi> ‘Ulu >m al-Qur’a>n. Riyadh Mansyurat al-Ashr
al-Hadis. Tth.
Al-Qurt}u>bi>, Muhammad Ibn Ahmad. Al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n. Kairo:
Da>r al-Syu’b. 1372 H.
Qutb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an. Terj. As’ad Yasin dkk. Jakarta:
Gema Insani Press. 2003.
Raya, Ahmad Thib. Fungsi al-Baya>n dalam Tafsir al-Kasysya>f. Jakarta:
SPS UIN Jakarta. 1999.
Rauf, Hasan Abdul M. el. Badawiy dan Dr. Abdurrahman Ghirah.
Orientalisme dan Misionarisme, terj. H. Andi Subarkah. Bandung: Rosdakarya,
2007
Al-Ra>zi>, Fakhruddin. Roh itu Misterius, Ed: Muhammad Abd al-Aziz al-
Hillawi. Terj.Muhammad Abdul Qadiral-Kaf. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim.
2001.
_______________, Tafsi>r Mafa>ti>h} al-Ghaib. Beirut: Dar al-Fikr. 1981
_______________,Khalq al-Qur’a>n wa Ahlissunnah. Tahqi>q: Ah}mad Hija>zi>
(Beirut: Da >r al-Ji>l. 1993
Ridha, Rasyid. Tafsi>r al-Mana>r. Cairo: Dar al-Manar, 1947.
Al-Rumi, Abdurrahman, Ulum al-Qur’an, Studi Kompleksitas al-Qur’an.
t.tp: Titian Ilahi Press. 1977.
Said, Edward. Orientalisme. Terj. Asep Hikmat. Bandung: Pustaka. 1985.
Salam, Abu ‘Ubaid al-Qasim bin. Fada’il al-Qur’an. Beirut: Dar Ibn Kasir.
tth.
S}a>lih}, Subh}i>. Maba>h}is\ Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-‘Ilmi li al-
Mala>yin. 1997.
236
Al-Sa>mi’ra>’i>, Fa>d}il Sha>lih. al-Dira>sa>t al-nahwiyah wa al-Lughawiyah ‘inda al-Zamakhsyari>. Bagdhad, Da>r al-Nazhi>r. 1970.
Shihab, Muhammad Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan.
2009.
_______________________. Studi Kritis Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha. Bandung: Pustka Hidayah. 1994.
_______________________. Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2003.
Volume 1
_______________, Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. Volume 2
_______________, Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. Volume 7
As-Shiddiqi, M Hasbi. Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’a>n. Jakarta: Bulan
Bintang. 1989.
Shiddiqi, Nourouzzaman. Sunni Dalam Perspektif Sejarah. Dalam
Aljami’ah: Journal Of Islamic Studies. No 57. 1994.
Sirajuddin, Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Howe. 1993.
Smith, Wilfred Cantwell. Kitab Suci Agama-agama terj. Dede Iswadi.
Jakarta: Teraju, 2005.
Al-Sindi>, Abd al-Qayyūm bin Abd al-Gafūr. S}afha>t fī Ulu>m al-Qira>’at. Makkah: Maktabah al-Imdadiyah. 2001
Al-Suyu>ṭi, Jala>l al-Di>n. Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Fikr.
1979.
Sya>hin, Abdul Shabur. Dhifa>’ Dhidd Hujuma>t al-Istisyra>q; Ta>rikh al-Qur’a>n. terj. Khaerul Amru Harahap dan Ahmad Faozan. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2006.
Syuhbah, Muhammad Abu. Al-Madkhal Lidira>sah al-Qur’a>n. Kairo:
Maktabah al-Sunnah. 1992.
Syahrur, Muhammad. Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, terj. Sahiron
Syamsuddin. Yogyakarta: Elsaq Press. 2004.
Syukri, Ahmad Khalid. Muqaddimah fi> ‘Ilm-al-Qira>’a>t. Oman: Da>r
Amman. 2001.
237
Al-Tammi>mi, Muhammad bin Khali>fah bin ‘Ali. Mu’taqad Ahlussunnah Waljama’ah Fi> Tauhid al-Asma>’ wa al-Sifa>t. Maktabah al-Sya>milah. 2007.
Al-Ṭabari>, Ibn Jari>r. Ja>mi’ al-Baya>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-
Ma’a>rif. 1978.
T{aba’t}aba>’i>, al-Mi>za>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n. Tkp: Mu’assasah nas}r al-Isla>mi>.
Ttp.
Ṭa>lib, Makki bin Abi>. Musykil I’ra>b Al-Qur’a>n. Damaskus: Majma’
Lughah Al-ArAbi>yah. 1974.
Al-‘Umari, ‘Ali Muhammad Hasan. Al-Ima>m Fakhruddi>n al-Ra>zi> Haya>tuhu wa As\aruhu. Saudi: Lajnah al-Qur’a>n Walhadi >s\. 1969.
Us\ma>n, Husni Syaikh. Haqq al-Tila>wah. Urdun: Maktabah al-Mana>r.
1988.
‘Umar, Ahmad Mukhtar. Mu’jam al-Qira>’a>t al-Qur’a>niyyah. ttp: ‘A<lam al-
Kutub. tth.
Yusuf, Muḥammad (dkk). Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks Yang
Bisu. Yogyakarta: Teras. 2004.
Al-Zamakhsyarī, Mahmu>d bin ‘Umar. Al-Kasysya>f ‘An Ḥaqqa>’iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h al-Ta’wi >l. Teheran: Intisyarat Aftab. t.th
Al-Zarqa>ni>, Abdul ‘Azhi>m. Mana>hril al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Mesir:
Isa> al-Ba>bi al-Halabi, t.th.
Al-Z|ahabi>, Muhammad Husain. Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Kairo:
Maktabah al-Wahbah. 2000.
___________________________. Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Beirut: Da>r
al-Fikr al-Kutub al-Hadi>s\ah. 1976.
Zahrah, Abu>. Ta>rikh al-Mazahib al-Islamiyyah. Beirut: Da>r al-Fikr. tth.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. Liberalisasi Pemikiran Isam: Gerakan bersama
Missionaris, Orientalis dan Kolonialis, Ponorogo: CIOS, 2007
Al-Zuhaili, Wahbah. al-Tasfi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>’ah wa al-Manhaj terj. Abdul Hayyie. Jakarta: Gema Insani. 2013.