rabab merangin

4
EKSISTENSI RABAB DALAM MUSIK DAERAH MERANGIN KONTEKSTUALITAS EVOLUSIONER KOMPROMISTIK Wiko Antoni*) Rabab yang dikenal luas hampir di seluruh daerah Nusantara menjadi salah satu instrumen pen dalam khazanah tradisi masyarakat Melayu. Rabab merupakan alat musik menggunakan tali yang direntang dengan digesek untuk memainkannya. Dalam ansambel Jawa rabab digunakan iringan musik tarian kuda lumping. Di Sumatera Barat rabab malahan jadi nama salah satu ans daerah yakni pesisir selatan. Rabab juga dikenali di daerah Merangin (Jambi) iringan musik kerinouk yang kerap dijadikan iringan tari tauh menggunakan rabab, gendang dan sebuah canang (semacam gong kecil). Ansambe karinouk ini biasanya dilengkapi dengan lagu yang menuangkan perasaan hati baik nasib, percin dan sebagainya. Selain krinouk ada ansambel musik lain yang menggunakan rabab didaerah ini yakni pantau. Musik pantau adalah iringan dendang pantun yang dinyanyikan dengan iringan rebab, gendang dua muka dan gambus.Masih ada ansmbel lain di Merangin yang kerap disajikan di hari lebaran yakni mu pencak atau iringan pencak silat tuo. Ansambel ini juga menggunakan rabab. Tepatny gendang dua muka dan canang atau sejenis gong kecil. Keberadaan rabab yang dominan dalam ansambel musik di Merangin tentunya membuktikan bahwa rarab memiliki peran penting dalam khazanah musik tradisional Merangin. Alat musik rebab di viul yang berasal dari kata viol, atau violin. Perpaduan rabab dengan gendang, gam menjadi bukti dari segi peralatan musik tradisi Merangin telah lama mendapat pen berbagai jenis musik baik dari barat maupun lokal. Rabab yang ada di Merangin saat ini Memang bukan lagi rabab yang banyak dikena daerah di tanah Melayu, bila di Jawa rebab berbadan bulat dengan lengan kecil seperti di pa (sumatera Barat) di Pesisir lebih mirip biola maka di Merangin rababnya adalah viol atau bi

Upload: brahim-ivanez-nalo

Post on 22-Jul-2015

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

EKSISTENSI RABAB DALAM MUSIK DAERAH MERANGIN KONTEKSTUALITAS EVOLUSIONER KOMPROMISTIK Wiko Antoni*) Rabab yang dikenal luas hampir di seluruh daerah Nusantara menjadi salah satu instrumen penting dalam khazanah tradisi masyarakat Melayu. Rabab merupakan alat musik menggunakan tali yang direntang dengan digesek untuk memainkannya. Dalam ansambel Jawa rabab digunakan dalam iringan musik tarian kuda lumping. Di Sumatera Barat rabab malahan jadi nama salah satu ansambel daerah yakni pesisir selatan. Rabab juga dikenali di daerah Merangin (Jambi) iringan musik kerinouk yang kerap dijadikan iringan tari tauh menggunakan rabab, gendang dan sebuah canang (semacam gong kecil). Ansambel karinouk ini biasanya dilengkapi dengan lagu yang menuangkan perasaan hati baik nasib, percintaan dan sebagainya. Selain krinouk ada ansambel musik lain yang menggunakan rabab didaerah ini yakni pantau. Musik pantau adalah iringan dendang pantun yang dinyanyikan dengan iringan rebab, gendang dua muka dan gambus. Masih ada ansmbel lain di Merangin yang kerap disajikan di hari lebaran yakni musik pencak atau iringan pencak silat tuo. Ansambel ini juga menggunakan rabab. Tepatnya rabab, gendang dua muka dan canang atau sejenis gong kecil. Keberadaan rabab yang dominan dalam ansambel musik di Merangin tentunya membuktikan bahwa rarab memiliki peran penting dalam khazanah musik tradisional Merangin. Alat musik rebab di sebut viul yang berasal dari kata viol, atau violin. Perpaduan rabab dengan gendang, gambus, canang menjadi bukti dari segi peralatan musik tradisi Merangin telah lama mendapat pengaruh dari berbagai jenis musik baik dari barat maupun lokal. Rabab yang ada di Merangin saat ini Memang bukan lagi rabab yang banyak dikenal diberbagai daerah di tanah Melayu, bila di Jawa rebab berbadan bulat dengan lengan kecil seperti di pariaman (sumatera Barat) di Pesisir lebih mirip biola maka di Merangin rababnya adalah viol atau biola alto.

Untuk melihat substansi rabab sebagai musik asli Merangin dapatlah kiranya disimak motif melodi yang dimainkan atau ansambel lain yang mendukungnya. Perpaduan biola alto dengan gendang dan canang merupakan sesuatu yang unik. Di berbagai tempat di Melayu canang banyak digunakan untuk memanggil orang untuk berkumpul untuk kegiatan tertentu atau memberikan arahan dari penguasa kepada rakyat. Selain itu penggunaan teknologi cor logam untuk musik dominan terdapat pada ansambel gamelan jawa yang hanya dinikmati para priyayi pada zamannya. Dilain fihak rabab yang merupakan instrumen gesek dibawa oleh kebudayaan arab yang kemudian berkembang diseluruh asia tenggara. Disisi lain kesenian perkusi peninggalan budaya mesolitik masih tetap bertahan. Alat musik pukul dengan media kulit binatang yang diberi ruang resonansi dari lubang kayu menjadi bagian penting hampir diseluruh kesenian tradisional asia tenggara. Ini juga terdapat di Merangin, alat musik zaman logam diwakili oleh canang. Alat petik yang diwariskan kebudayaan persia juga menopang berbagai ansambel musik yang ditemui didaerah merangin. Banyaknya faktor yang terdapat dalam alat musik ini menjadi bukti bahwa kebudayaan Merangin telah mengadopsi berbagai alat musik yang datang dari luar. Ksimpulan yang dapat diambil adalah kenyataan bahwa nenek moyang orang Merangin terbuka dengan pengaruh dari luar semenjak dahulu. Struktur budaya yang terbentuk adalah sebuah personalisasi dari berbagai pengaruh yang masuk ke daerah tersebut. Merangin merupakan sebuah wilayah dihulu kerajaan Melayu jambi yang berbatasan dengan Minangkabau, Bengkulu dan Sriwijaya. Banyak sejarawan berpendapat kerajaan Melayu jambi merupakan sebuah kekuasaan Melayu tua yang punya hubungan dengan kerajaan Pagaruyung dan Mataram. Kuatnya pengaruh Sriwijaya juga terasa dalam keragaman budaya yang ada di jambi. Letaknya yang berhadapan dengan Selat Malaka juga memberikan kontribusi bagi perkembangan budaya kawasan tersebut.

Sebagai salah satu wilayah kesatuan rumpun Melayu musik tradisi Jambi merupakan genre motif musik Melayu dengan berbagai kekhasan sendiri. Pada berbagai reportoar yang diemui motif perkusi maupun melodi yang dekat dengan aneka model ansambel yang banyak berkembang di kawasan Melayu yang lain. Zapin dan maruas, atau dendang-dendang yang berkembang di Merangin sangat terasa sebagai alunan Melayu walaupun dengan ciri khas lokal yang kental. Musik petik yang dipadu dengan viol disebut dengan palapa atau Batanghari sembilan yang kerap didengar sebagai model ratap penuh perasaan. Musik tumbuk tebing merupakan model dendang yang paling populer yang dimiliki daerah ini dengan gaya yang sangat Melayu. Adapun pantau atau kerinouk adalah genre musik huluan yang berkembang di Merangin dengan ciri khas yang sangat signifikan. Sejarah yang diyakini bangsa Jambi mereka adalah keturunan minangkabau, Palembang dan mataram. Daerah yang meyakini mereka keturunan Mataram adalah daerah huluan seperti Jangkat, Kerinci. Sedangkan daerah yang merasa kerturunan Minangkabau di hilir Merangin dan tembesi seperti Perentak, Pangkalan jambu, Tabir Hulu dan Pulau Rengas. Daerah Limbur Merangin dan Tabir Hilir merasakan mereka perantauan Kerinci. Kerinci sendiri adalah turunan Mataram. Dari fakta diatas maka dapat ditarik sebuah simpulan umum bahwa kebudayaan Merangin adalah sebuah akulturasi kompleks dari keragaman asal-usul nenek moyang pembentuknya. Kekuasaan Melayu Jambi yang kuat dipengaruhi pendatang dari Minangkabau dan Sriwijaya ikut mempengaruhi kebudayaan Merangin. Pengaruh Turki yang dianggap datang dari Datuk Berhalo menyisakan peradaban eropa dengan kehadiran viol sebagai pengganti rebab klassik yang diperkenalkan kebudayaan Jawa pada era kedatangan orang Mataram di Merangin. Secara teoritis kenyataan ini dapat disebut evolusi kompromistik dari berbagai latar budaya yang akhirnya menemukan bentuk baru yang khas. Dari segi motif dan ritme musik Merangin lebih dekat kepada model ansambel musik daerah pesisir selatan. Keterpengaruhan ini dapatlah dianggap

sebagai keterpengaruhan yang disebabkan karena wilayah ini bertetangga dengan daerah Tapan (Sumatera Barat). Bila saja cerita rakyat bisa dijadikan sebagai sebuah sumber sejarah barangkali dapatlah cerita tentang persentuhan putera jangkat dengan Raja Tapan sebagai alasan berkembnagnya motif pesisir Selatan itu sebagai alasan berkembangnya motif Sumatera barat dalam reportoar Merangin namun ini perlu penelitian lebih lanjut. Evolusi kompromistik ini akibat dari persinggungan berbagai budaya yang bertemu di daerah Merangin pada zaman dahulu. Pepatah adat mengatakan adat turun dari Minang teliti naik dari Jambi. Adat datang dari Indian bersemedi di Majapahit, datang ke Melayu diambil Minang, Turun ke jambi jadi Teliti. Jadilah tambang berundang jadilah adat berteliti. Berpucuk jambi sembilan lurah. Sudah berundang berteliti adat menjadi ico pakai. Bak pakaian pelindung badan menutup malu melindung diri. Sebagai acuan dari kenyataan kompromistik budaya yant evolusioner keberadaan rabab yang kini sudah berganti viol di Merangin merupakan akulturasi dari berbagai pengaruh yang datang ke Merangin pada masa lampau. Kekayaan intelektual berbagai suku bangsa yang saling mendukung untuk kemajuan seni budaya yang ada di Merangin. Bercermin dari ini semua dapatlah di katakan seni budaya orang Merangin sudah lama maju. Bila kini mengalami kemerosotan disebab oleh kencangnya perkembangan informasi agaknya baiklah kita sama bercermin untuk segera menggenggam jari mengepalkan tangan. Merapat barisan menatap ke muka bahwa Merangin adalah masyarakat yang tinggi budaya dan mesti bersatu demi kemajuan bersama. Rantaupanjang 02 Juni 2012 *)Mahasiswa Pascarjana Seni Budaya Universitas Negeri Padang Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Merangin STKIP Bangko