rachmia widiyana dan achmad nasroh. kuswadi

7
Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006 PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN DAN FERTILITAS LALAT BUAH Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK) Rachmia Widiyana 11 dan Achmad Nasroh. Kuswadi 21 I 11 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. 1) 21 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN ABSTRAK PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN DAN FERTILITAS LALAT BUAH Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK). Lalat buah mandul yang digunakan dalam pengendalian hama lalat buah dengan teknik serangga mandul (TSM) dapat diperoleh dengan cara mengiradiasi kepompongnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iradiasi tersebut terhadap kemampuan lalat B. carambo/ae dewasa untuk kawin dan fertilitas jantan radiasi dipasangkan dengan betina normal dan betina radiasi dengan jantan normal, untuk kemudian diamati selama seminggu terhadap jumlah lalat yang melakukan perkawinan, jumlah dan fertilitas telur yang dihasilkannya. Hasilnya menunjukkan bahwa radiasi menurunkan kemampuan kawin lalat jantan dan betina dari 100 persen (kontrol) menjadi antara 90 - 80 persen pada iradiasi dosis 30 - 120 Gy. Radiasi menurunkan kemampuan lalat betina untuk melakukan remating namun sebaliknya menaikkan kemampuan remating lalat jantannya. Radiasi dosis 30, 60, 90 dan 120 Gy menyebabkan fekunditas lalat betina normal yang kawin dengan jantan radiasi turun daTi 1703 butir menjadi berturut-turut 1051, 1023,948 dan 880 butir, sedangkan fekunditas pasangan betina radiasi dan jantan normalnya menurun drastis menjadi adalah berturut-turut 29, 9, 3 dan 0,5 butir. Fertilitas daTi pasangan tersebut diatas turun menjadi berturut-turut 8,6 , 1,8 , 0 dan 0 persen, dan 4,3 , 3,1 , 0 dan 0 persen. Kata kunci : lalat buah, TSM, perkawinan, remating, fekunditas dan fertilitas. ABSTRACT EFFCT OF GAMMA IRRADIATION ON THE CAPACITY OF Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK) FRUIT FLY TO MATE AND REPRODUCE. Sterile fruit flies to be released in the Sterile Insect Technique (SITI control programme may be obtained by irradiation of the pupae. In order to observe the effect of irradiation on the capacity of B. caramho/ae fruit flies to mate and reproduce, irradiated male flies were paired with normal female, and irradiated female with normal male and the mating, the fecundity and fertility of the eggs produced by the pairs were recorded. The results showed that the mating capacity of the irradiated flies of both sexes reduced from 100 percent (control I to between 90 - 80 percent when the pupae were irradiated with 30 - 120 Gy. Irradiation also reduced the capacity of the male flies to remate. On the other hand it, increased those of the female. Radiation of the doses 30, 60, 90 and 120 Gy caused the fecundity of the normal female flies paired with irradiated male reduced from 1703 (control I to 1051, 1023, 948 and 880 respectively, while those of the irradiated female paired with normal male reduced drastically to 29, 9,3 dan 0,5 respectively. The fertility of the above parings were 8,6 , 1,8,0 dan 0 percent, and 4,3,3,1, o and 0 percent. Key words: frui fly, SIT, mating, remating, fecundity and fertility. PENDAHULUAN Bactrocera spp. merupakan spesies-spesies lalat buah yang berasal dari daerah tropika. Secara ekonomis beberapa spesies merupakan hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika. Akan tetapi tidak semua jenis lalat buah secara ekonomis penting, hanya kira-kira 10 % jenis lalat buah merupakan hama. Lalat buah ini menyerang tanaman komersial seperti sayuran dan buah- buahan berdaging antara lain mangga, jeruk, nangka, melon, kluwih, cabai dan sebagainya (11. Kerusakan yang ditimbulkan dapat menjadi ancaman pengembangan bagi sentra-sentra produksi buah di berbagai propinsi (2). Serangan lalat buah mengakibatkan kerugian kualitatif dan kuantitatif yang sangat besar. Pengendalian lalat buah dapat dilakukan baik secara fisik, kimia maupun hayati. Di Indonesia pengendalian lalat buah dilakukan secara fisik yaitu dengan cara pembungkusan buah. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga kurang efektif dan efisien untuk usaha skala besar. Pengendalian dengap menggunakan bahan kimia yang dilakukan juga memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan kerusakan lingkungan serta besarnya biaya yang diperlukan. Akibat penyemprotan secara terus menerus mengakibatkan serangga menjadi resisten dan terbunuhnya musuh alami (31. Metode pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan Teknik Serangga Mandul (TSM). Metode TSM ini telah dikembangkan di PATIR - BATAN. Dalam metode ini, lalat buah 107

Upload: dangtram

Post on 24-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006

PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN DANFERTILITAS LALAT BUAH Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK)

Rachmia Widiyana 11 dan Achmad Nasroh. Kuswadi 21I 11 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

1) 21 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN

ABSTRAK

PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN DAN FERTILITASLALAT BUAH Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK). Lalat buah mandul yang digunakan dalampengendalian hama lalat buah dengan teknik serangga mandul (TSM) dapat diperoleh dengan caramengiradiasi kepompongnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iradiasi tersebutterhadap kemampuan lalat B. carambo/ae dewasa untuk kawin dan fertilitas jantan radiasi dipasangkandengan betina normal dan betina radiasi dengan jantan normal, untuk kemudian diamati selama semingguterhadap jumlah lalat yang melakukan perkawinan, jumlah dan fertilitas telur yang dihasilkannya. Hasilnyamenunjukkan bahwa radiasi menurunkan kemampuan kawin lalat jantan dan betina dari 100 persen (kontrol)menjadi antara 90 - 80 persen pada iradiasi dosis 30 - 120 Gy. Radiasi menurunkan kemampuan lalat betinauntuk melakukan remating namun sebaliknya menaikkan kemampuan remating lalat jantannya. Radiasi dosis30, 60, 90 dan 120 Gy menyebabkan fekunditas lalat betina normal yang kawin dengan jantan radiasi turundaTi 1703 butir menjadi berturut-turut 1051, 1023,948 dan 880 butir, sedangkan fekunditas pasangan betinaradiasi dan jantan normalnya menurun drastis menjadi adalah berturut-turut 29, 9, 3 dan 0,5 butir. FertilitasdaTi pasangan tersebut diatas turun menjadi berturut-turut 8,6 , 1,8 , 0 dan 0 persen, dan 4,3 , 3,1 , 0 dan 0persen.

Kata kunci : lalat buah, TSM, perkawinan, remating, fekunditas dan fertilitas.

ABSTRACT

EFFCT OF GAMMA IRRADIATION ON THE CAPACITY OF Bactrocera carambolae (DREW& HANCOCK) FRUIT FLY TO MATE AND REPRODUCE. Sterile fruit flies to be released in the SterileInsect Technique (SITI control programme may be obtained by irradiation of the pupae. In order to observethe effect of irradiation on the capacity of B. caramho/ae fruit flies to mate and reproduce, irradiated male flieswere paired with normal female, and irradiated female with normal male and the mating, the fecundity andfertility of the eggs produced by the pairs were recorded. The results showed that the mating capacity of theirradiated flies of both sexes reduced from 100 percent (controlI to between 90 - 80 percent when the pupaewere irradiated with 30 - 120 Gy. Irradiation also reduced the capacity of the male flies to remate. On theother hand it, increased those of the female. Radiation of the doses 30, 60, 90 and 120 Gy caused thefecundity of the normal female flies paired with irradiated male reduced from 1703 (controlI to 1051, 1023,948 and 880 respectively, while those of the irradiated female paired with normal male reduced drastically to29, 9,3 dan 0,5 respectively. The fertility of the above parings were 8,6 , 1,8,0 dan 0 percent, and 4,3,3,1,o and 0 percent.

Key words: frui fly, SIT, mating, remating, fecundity and fertility.

PENDAHULUAN

Bactrocera spp. merupakan spesies-spesieslalat buah yang berasal dari daerah tropika.Secara ekonomis beberapa spesies merupakanhama penting yang berasosiasi dengan berbagaibuah-buahan dan sayuran tropika. Akan tetapitidak semua jenis lalat buah secara ekonomispenting, hanya kira-kira 10 % jenis lalat buahmerupakan hama. Lalat buah ini menyerangtanaman komersial seperti sayuran dan buah­buahan berdaging antara lain mangga, jeruk,nangka, melon, kluwih, cabai dan sebagainya (11.

Kerusakan yang ditimbulkan dapat menjadiancaman pengembangan bagi sentra-sentraproduksi buah di berbagai propinsi (2). Seranganlalat buah mengakibatkan kerugian kualitatif dankuantitatif yang sangat besar.

Pengendalian lalat buah dapat dilakukanbaik secara fisik, kimia maupun hayati. DiIndonesia pengendalian lalat buah dilakukansecara fisik yaitu dengan cara pembungkusanbuah. Teknik ini memiliki kelemahan yaitumembutuhkan banyak tenaga kerja sehinggakurang efektif dan efisien untuk usaha skalabesar. Pengendalian dengap menggunakan bahankimia yang dilakukan juga memiliki kelemahanyaitu dapat menimbulkan kerusakan lingkunganserta besarnya biaya yang diperlukan. Akibatpenyemprotan secara terus menerusmengakibatkan serangga menjadi resisten danterbunuhnya musuh alami (31. Metodepengendalian secara hayati dapat dilakukandengan menggunakan Teknik Serangga Mandul(TSM). Metode TSM ini telah dikembangkan diPATIR - BATAN. Dalam metode ini, lalat buah

107

Page 2: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006

yang telah dimandulkan kemudian dilepas kekebun agar dapat bersaing kawin dengan lalatfertil. Hanya perkawinan an tara lalat betina danjantan fertil saja yang dapat menghasilkanketurunan, maka pelepasan lalat mandul dapatmenurunkan populasi hama ini pada generasiberikutnya (4). Keberhasilan TSM untukmengendalikan hama lalat buah sudahdibuktikan di banyak Negara seperti Amerika,Jepang, dan Meksiko. Di negara yang sedangberkembang seperti di Filipina dan Thailand,program pengendalian lalat buah dengan TSMsedang berjalan. Oleh karena itu, sangat besarkemungkinannya bahwa TSM juga akan berhasilbila diterapkan untuk mengendalikan hama lalatbuah di Indonesia (3).

Salah satu eara pemandulan serangga dapatdilakukan dengan eara penyinaran sinar-sinarradioaktif. Radiasi dapat dilakukan pada fasetelur, larva, kepompong dan bahkan tehadapdew as a serangga itu sendiri. Penyinaran radiasiyang umum dilakukan pada famili Tephritidaeadalah pada fase kepompong. Hal inidikarenakan kepompong merupakan faseperkembangan yaitu terjadi transformasi organ­organ muda menjadi organ dewasa yakni terjadipembentukan sperma dan telur (5). Umurkepompong yang baik untuk dilakukan radiasiyaitu pada akhir fase kepompong (1 atau 2 harisebelum eklosil karena pada fase tersebutjaringan telah terbentuk hampir mendekatisempurna (61.

Kemampuan kawin lalat buah adalahaspek penting dalam program pengendalain hamadengan TSM. Misalnya, frekuensi perkawinanbetina akan berdampak langsung pada efisiensiTSM sebagai alat pengendalian dan eradikasi lalatbuah (7).

Pengaruh radiasi sinar gamma terhadapkemampuan kawin serta fekunditas dan fertilitasyang terjadi pada lalat buh B. carambo/ae radiasibelum banyak dilaporkan dan perlu pengkajianlebih lanjut.

BAHAN DAN METODE

Bahan: Lalat buah yang digunakan dalampenelitian adalah koloni Bactrocera carambo/aelaboratorium dari kelompok Hama di PusatAplikasi teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) ­BATAN Jakarta. Koloni terse but telah dipeliharaselama kurang lebih 30 generasi dengan makananbuatan. Makanan buatan untuk larva terbuat dari

eampuran sekam gandum, gula pasir, ragi roti,nipagin dan asam askorbat, sedangkan untuklalat dew as a adalah eampuran gula pasir danyeast hidrolysate.

108

Alat: Gamma cell,Kurungan ukuran 15 x 15 x 15 em, danKurungan ukuran 30 x 30 x 30 em.

Perlakuan Iradiasi: Kepompong denganumur seragam 9 hari (satu hari menjelang eklosi),masing-masing sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam tabung plastik (30 ml). Dibuat perlakuaniradiasi dosis 0, 30, 60, 90 dan 120 Gy masingmasing dengan empat kali ulangan. Setelahiradiasi masing-masing kelompok kepompongdiletakkan di dalam kurungan ukuran 30 x 30 x30 em. Pada umur 1 - 2 hari, lalat dewasa yangmuneul dipisahkan antara jantan dan betinanyauntuk kemudian digunakan dalam pengamatanlebih lanjut.

Pengamatan kemampuan kawin.Untuk mengamati kemampuan kawin dewasalalat buah radiasi dibuat perlakuan seperti padaTabel 1. Pemasangan dilakukan dalam kurunganukuran 15 x 15 x 15 em, ketika lalat berumurkurang dari tiga hari. Masing-masing perlakuandiulang 3 kali.

Tabel 1. Pemasangan lalat dalam pengamatankemampuan kawin lalat buah radiasi.

No I Perlakuan pasangan lalatJumlah Pasanganantan

Betina

IOGyOGy10 pasang

230 GyOGy10 pasang

360GyOGy10 pasang

490GyOGy10 pasang

5120 GyOGy10 pasang

6OGy30 Gy10 pasang

7OGy60Gy10 pasang

8

OGy90Gy10 pasang9

OGv120 Gv10 oasan

Pengamatan kawin dilakukan seeara visualpukul 17.00 - 23.00 mulai dewasa beru.mur 4hari, dalam waktu 7 hari. Setiap pengamatandicatat jumlah pasangan yang kawin, saat danlamanya kawin. Lalat yang telah melakukanperkawinan dipindah, untuk dipasangkankembali dengan lalat normal yang belum kawin,untuk mengetahui terjadinya kawin yang keduakalinya (re-mating).

Pengamatan fekunditas imago betina.Imago B. carambo/ae yang telah diradiasi

sesuai perlakuan dimasukkan dalam sangkarperlakuan berukuran 15 x 15 x 15 em,pemasangan botol film dilakukan pada hari ke­10. Botol film yang telah diberi lubang keeil-keeilkemudian diletakkan ke dalam sangkar sebagaitempat peneluran. Di dalam botol terse but

Page 3: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Dimana

diletakkan spon jenuh air. Setelah 24 jam didalam sangkar pemeliharaan botol film diambildan diharapkan dalam botol tersebut terdapattelur B. carambo/ae. Pemasangan botol filmdilakukan setiap 3 hari sekali selama 2 minggu.Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahuikemampuan bertelur dari betina radiasi yangdipasangkan dengan jantan normal maupun daribetina normal yang dipasangkan dengan jantanradiasi.

Pengamatan fertilitas imago.Fertilitas imago betina dapat diketahui

dengan mengamati berapa besar jumlahpersentasi telur yang dapat menetas menjadilarva. Perhitungan jumlah telur yang men etasdilakukan dengan mengambil 100 telur. Telurdiletakkan di atas cawan petri yang beralaskankertas hitam untuk mempermudah pengamatandan kapas jenuh air yang diletakkan untukmenjaga kelembaban. ]umlah telur yang menetasselama 48 jam kemudian diamati dengan lupkemudian di hitung hasilnya. Telur yang sudahmenetas akan terlihat lebih transparan dari padatelur yang belum menetas. Telur yang belummenetas terlihat berwarna putih.Untuk menghitung persentase telur yangmen etas digunakan perhitungan,

ap = - x 100%

bP = Persentase tetas

a = ]umlah telur yang men etasmenjadi larva

b = Total telur yang diamati

Penelitian disusun berdasarkan rancanganacak kelompok [RAK) yang terdiri dari 9perlakuan dan masing-masing perlakuan diulangsebanyak 3 kali. Data yang diperoleh kemudiandianalisis dengan menggunakan Analisis Ragamapabila terdapat perbedaan yang nyata makadilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan Kawin Lalat RadiasiPengamatan yang mulai dilakukan pada imagoberumur 4 hari dari pukul 17.00 - 23.00. Hasilpengamatan menunjukkan bahwa kemampuankawin lalat buah B. carambo/ae terjadi pada umur7 hari, walaupun tidak semua pasangan dari tiap­tiap perlakuan dapat melakukan perkawinanpada hari yang sarna. Setiap pasang imago B.carambo/ae rata-rata mampu kawin lebih dari duajam dan perkawinannya berlangsung saatmenjelang senja. Hasil Analisis Ragammenunjukkan bahwa dengan meradiasikepompong pada dosis berbeda dapat memberipengaruh yang berbeda terhadap kemampuan

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Is%p dan Radiasi, 2006

kawin imago lalat buah B. carambo/ae. Rata-ratapersentase jumlah lalat buah B. carambo/aedisajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase kawin pasangan B. carambolae betina

radiasi dengan jantan normal dan pasangan B.

carambolae betina normal dengan jantan radiasi.

Perlakuan JumlahRata·rata kawin (matingl~ :0'

B. carambolae (%1

~ N x 0' N (kontrol)

10: 10lOOe

~ 30 Gy x 0' N

lO: 1090 b

~ 60 Gyx 0' N

10: 1086.667 ab

~ 90 Gy x 0' N

10: 1083.333 ab

~ 120 Gy x 0' N

10: 1083.333 ab

~ N x 0' 30 Gy

10: lO90 b

~ N x 0' 60 Gy

10: 1086.667 ab

~ N x 0' 90 Gy

10: 1086.667 ab

~ N x 0' 120 Gy

10: 1080 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sarna

dalam kolom yang sarna menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %.

Tabel 2. menunjukkan bahwa semua (100%) lalat normal melakukan perkawinan selama 7hari pengamatan. Berdasarkan Tabel 2, diketahuibahwa kemampuan kawin pasangan B.carambo/ae betina radiasi dosis 30 Gy. 60 Gy, 90Gy, dan 120 Gy dengan jantan normal tidakterlihat adanya perbedaan yang nyata pada tarafuji BNT 5 % (antara 83,3 - 90 %1. tetapi terdapatbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % jikadibandingkan dengan kontrol. Demikian jugahalnya pada pasangan B. carambo/ae betinanormal dengan jantan radiasi dosis 30 Gy, 60 Gy.90 Gy. dan 120 Gy terlihat adanya beda nyatadengan kontrol terhadap perilaku kawinnya.Pada pasangan betina normal dan jantan radiasi120 Gy kemampuan kawinnya rendah. inimungkin disebabkan karena terjadi kelainansomatis yaitu kerusakan pada sayap yangmengakibatkan kemampuan terbang lalat jantanradiasi berkurang sehingga lalat tersebut tidakmemiliki kemampuan untuk menarik perhatianbetina. Ini berarti serangga radiasi mempunyaidaya saing kawin yang rendah dibandingkandengan serangga normal. Fried (81

mengemukakan bahwa ketidakmampuan kawindapat terjadi pada serangga jantan maupunbetina, selain dapat merusak sel kelamin radiasijuga dapat merusak sel somatik sehinggaserangga menjadi lemah dan tidak mampumelakukan perkawinan dengan baik. Halterse but mengakibatkan serangga radiasimempunyai daya saing perkawinan yang rendahdibandingkan dengan serangga normal.

109

Page 4: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006

Selanjutnya hal yang terpenting dalamkomponen perilaku kawin dari programpengendalian lalat buah dengan TSM adalahperkawinan yang kedua (re-mating) (9). Hasilanalisis Sidik Ragam menunjukkan bahwadengan meradiasi kepompong pada dosis berbedadapat memberi pengaruh yang berbeda terhadapperkawinan kedua (re-mating) imago B.carambolae. Rata-rata persentase "re-mating" lalatbuah B. carambolae dapat dilihat pada Tabel 3.Pada Tabel 3 diketahui bahwa perkawinan kedua(re-mating) tidak terlihat adanya perbedaan nyatapada betina B. carambolae radiasi dosis 30 Gy dan60 Gy yang dipasangkan dengan jantan normalbelum kawin, hal yang sarna ditemukan padabetina radiasi dosis 90 Gy dan 120 Gy yangdipasangkan dengan jantan normal belum kawin.

Bahkan dari pengamatan yang dilakukan"re-mating" tidak terjadi pada pasangan betinaradiasi dosis 90 Gy dan 120 Gy dengan jantannormal belum kawin. Namun jika dibandingkandengan kontrol "re-mating" pada betina radiasiyang dipasangkan dengan jantan normal belumkawin terdapat perbedaan yang nyata.

Tabel3. Persentaseperkawinan kedua (re-mating)pasanganB. carambo/ae betina radiasi denganjantan normalbelum kawin dan pasangan B. carambo/ae jantanradiasidenganbetinanormalbelumkawin(virgin).

Perlakuan JumlahRata-ratakawinkedua(re-~ :0'

mating!B. carambolae(%)

~ Nx 0' N (Kontroll

10: 1043,333c~ 30Gyx 0' N

10: 1013,333b~ 60Gyx0' N

10: 1013,333b~ 90Gyx 0' N

10: 10Oa

~ 120Gyx 0' N10: 10Oa

~ Nx 0' 30Gy10: 1090e

~ Nx 0' 60Gy10: 1086,667d

~ Nx 0' 90Gy

10: 1086,667d~ Nx 0' 120Gy

10: 1080d

Keterangan: Angka-angkayang diikuti huruf yang sarnadalam kolom yang sarna menunjukkantidakberbedanyata pada taraf ujiBNT5 %. ')

Pemberian radiasi sinar gamma dengandosis berbeda memberikan pengaruh yangberbeda nyata terhadap persentase "re-mating"jantan radiasi B. carambolae. Persentase "re­mating" terlihat berbeda nyata jika dibandingkanpada "re-mating" betina radiasi maupun kontrol.Lalat jantan radiasi dengan dosis 30 Gy, 60 Gy,90 Gy, dan 120 Gy dapat melakukan "re-mating"pada pasangan betina baru yang belum kawin.Hal ini sesuai dengan pernyataanHatmosoewarno (1972) yang menyebutkanbahwa serangga jantan kawin lebih dari satu kali

110

sehingga jantan radiasi dapat mengawinisejumlah besar betina normal.

Pekunditas Lalat Radiasi

Fekunditas adalah jumlah telur yangdihasilkan oleh imago betina. Perhitunganfekunditas pad a betina radiasi yang dipasangkandengan jantan normal maupun pada betinanormal yang dipasangkan dengan jantan radiasiperlu dilakukan untuk mengetahui kemampuanbertelurnya lalat buah terhadap dosis yangdiberikan.

Hasil pengamatan yang dilakukan selama 2minggu dengan 3 ulangan setelah dilakukanAnalisis Ragam menunjukkan bahwa denganpemberian dosis radiasi yang berbeda dapatmemberi pengaruh terhadap jumlah telur yangdihasilkan oleh imago betina B. carambolae. Rata­rata jumlah telur yang dihasilkan oleh imagobetina B. carambolae dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. jumlah telur yang dihasilkan oleh pasangan B.

carambo/ae betina radiasi yang dikawinkandenganjantan normal dan pasangan betina normal yangdikawinkandenganjantan radiasi.

PerlakuanJumlahJumlahteluryangdihasilkan~:O'

(fekunditaslB. carambolae~ Nx 0' N (kontrol!

10: 101703c

~ 30Gyx0' N

10: 1029a

~ 60Gyx 0' N

10: 109a

~ 90Gyx 0' N

10: 103 a

~ 120Gyx 0' N10: 100,5a

~ Nx 0' 30Gy

10: 101051b

~ Nx 0' 60Gy

10: 101023b

~ Nx 0' 90Gy

10: 10948b

~ Nx 0' 120Gy

10: 10880b

Keterangan: Angka-angkayang diikuti huruf yang sarnadalam kolom yang sarna menunjukkan tidakberbedanyata pada tarafuji BNT5 %.

Pada Tabel 4 menunjukkan bahw:a padabetina radiasi dosis 30 Gy, 60 Gy, 90 Gy, dan 120Gy yang dikawinkan dengan jantan normal tidakberbeda nyata terhadap fekunditas. Begitu jugapada betina normal yang dikawinkan denganjantan radiasi dosis 30 Gy, 60 Gy, 90 Gy, dan 120Gy tidak berbeda nyata terhadap fekunditas.Fekunditas pada pasangan betina normal denganjantan radiasi masih cukup tinggi tetapi hasil inimasih berbeda nyata dengan fekunditas padakontrol.

Faktor yang menyebabkan berkurangnyajumlah telur pada betina akibat pemberian dosisradiasi yang semakin besar, kemungkinan karenameningkatnya kerusakan pada sel telur at au sel­sel nutritif (sel troposit) yang terdapat di dalam

Page 5: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

ovarium. Pupa yang digunakan adalah pupa yangdiradiasi pada umur 10 hari atau 1 hari sebelumeklosi, pada saat itu perkembangan organ-organdalam tubuh serangga khususnya ovarium sudahmendekati sempurna sehingga sel telur mud asudah terbentuk dan pada umur 11 hari pupasudah menetas menjadi imago. Rusaknya seltelur dan sel troposit dapat mengakibatkanpenurunan fekunditas, karena kerusakan padasel tersebut dapat menghentikan proses prosespembentukan telur. Kerusakan sel telur yangsangat parah dapat menyebabkan infekunditaspermanen sedangkan pada sel tropositmengakibatkan tidak tersedianya makanan untukpertumbuhan dan perkembangan dalamoogenesis (5).

Fertilitas Latat Radiasi

Fertilitas adalah kemampuan dalammenghasilkan keturunan yang dapat dilihatdengan cara menghitung jumlah telur yangmenetas menjadi larva. Hasil Analisis Ragammenunjukkan bahwa radiasi sinar gammamemberikan pengaruh nyata terhadap fertilitastelur imago betina lalat buah B. carambo/ae. Rata·rata persentase fertilitas telur pada imago betinalalat buah B. carambo/ae dapat dilihat dalamTabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa

dengan pemberian dosis radiasi yang berbedamenyebabkan perbedaan nyata pada fertilitastelur betina radiasi yang dikawinkan denganjantan normal. Pada betina B. carambo/ae radiasidengan dosis 60 Gy, 90 Gy, dan 120 Gy yangdikawinkan dengan jantan normal tidak terlihatadanya perbedaan terhadap fertilitas telurnya.Kemampuan telur untuk menetas menurun padapasangan betina radiasi dosis 60 Gy denganjantan normal.

Tabel5. Persentase penetasan telur B. carambolae padapasangan betina radiasi yang dikawinkan denganjantan normal dan pasangan betina normal danjantan radiasi.

Perlakuan JumlahRata-rata telur B.carambolae

'i? : d'yani( menetas 1%)

'i? N x d' N Ikontroll

10: 1096,833 d

'i? 30 Gy x d' N

10: 108,580 c

'i? 60 Gy x d' N

10: 101,852 ab

'i? 90 Gy x d' N

10: 10Oa

'i? 120 Gy x d' N

10: 10Oa

'i? N x d' 30 Gy

10: 104,25 b

'i? N x d' 60 Gy

10: 103,167 b

'i? N x d' 90 Gy

10: 10Oa

'i? N x d' 120 Gy

10: 10Oa

Keterangan: Angka-angkayang diikuti huruf yang sarnadalam kolom yang sarna menunjukkan tidakberbedanyata pada taraf uji BNT5 %.

Risa/ab Seminar I/miah Aplikasi /SOIOp dan Rildiasi, 2006

Ketidak ada perbedaan pada persentasefertilitas telurnya. Kemampuan telur untukmen etas menurun pada pasangan betina normaldengan jantan radiasi dosis 90 Gy. Penyinarandengan radiasi sinar gamma yang dilakukan padastadium pupa dapat mengakibatkan kerusakanpada testes dan spermatozoa, karena padastadium terse but perkembangan alatreproduksinya sudah hampir sempurna.Kemungkinan tidak mampunya telur untukmenetas akibat jantan mengalami radiasi adalahketidakmampuan kawin, aspermia, inaktivasisperma, dan mutasi dominan letal. Radiasigamma kemungkinan juga menyebabkankerusakan pada sel somatis, yaitu kerusakanpada sayap. Kerusakan pada sayapmengakibatkan kemampuan terbang B.carambo/ae jantan berkurang sehingga dapatmenyebabkan berkurangnya kemampuan untukkawin. Radiasi sinar gamma ketika mengenaitestes dapat mengakibatkan tidak dihasilkannyasperma matang, sehingga lalat jantan dapatmengalami aspermia. Aspermia adalahketidakmampuan serangga jantan dalammenghasilkan sperma. Selain itu dapat jugamengakibatkan berkurangnya kemampuansperma untuk bergerak membuahi sel telursehingga lalat jantan mengalami inaktivasisperma. Radiasi sinar gamma jika mengenai intisel kemungkinan akan menyebabkan mutasidominan letal pada pasangan basa DNA. Mutasidominan letal terjadi karena radiasi sinar gammaketika mengenai sperm a mengakibatkanbeberapa kromosom hilang. Kromosom yanghilang mengakibatkan mitosis terhambatsehingga dapat mengakibatkan kematian padaembrio atau letaI(5).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadappemberian radiasi sinar gamma dengan 4 macamdosis yaitu 30 Gy, 60 Gy, 90 Gy, dan 120 Gypada stadium pupa B. carambo/ae menghasilkankesimpulan sebagai berikut :

Radiasi sinar gamma dengan dosis yangberbeda memberi pengaruh yang .berbedaterhadap kemampuan kawin pada betina radiasidan jantan radiasi, kemampuan kawin kedua (re­mating) pada betina radiasi dan jantan radiasi,fekunditas betina radisi yang dikawinkan denganjantan normal dan fekunditas betina normal yangdikawinkan dengan jantan radiasi, maupunterhadap fertilitas betina radiasi yang dikawinkandengan jantan normal dan fertilitas betina normaldengan jantan radiasi.

111

Page 6: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Risalal1 Semi/J8T /lmial1 Aplikasi lsofop daD Radiasi, 2006

DAFTAR PUSTAKA

1. Siwi, Sri. S. 2006. Jenis-Jenis Lalat BuahPenting Di Indonesia dan MacamTanaman Inangnya. Balai BesarPenelitian dan PengembanganBioteknologi dan Sumber DayaGenetik Pertanian. Bogor

2. Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2006.Panduan Lalat Buah. Direktorat

Jendral Bina Produksi Hortikultura.hUp '/Iwww deptan. go .idl ditlinhortil sdm.htm. (Verified 14 September 2006).

3. Nasution, 1. A dan A. N. Kuswadi. 2005.Radiosterilisasi Lalat Buah Bactrocera

carambolae (Drew dan Hancock! danPenurunan Populasi AkibatPenglepasan Lalat Mandul. RisalahSeminar Ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Aplikasi Isotop danRadiasi. Puslitbang Teknologi danRadiasi - BATAN. Jakarta. 217-220him.

4. Kuswadi, A. N. 2004. Pengendalian HamaDengan Teknik Nuklir UntukMenyelamatkan Produksi Pertaniandan Menyehatkan Masyarakat DiMasa Depan. Pidato Pengukuhan AhliPeneliti Utama. BATAN - PuslitbangTeknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta.17-18 him.

5. Soegiarto, C. 1974. Beberapa MekanismeKerusakan Karena Radiasi padaSerangga Tertentu : Majalah BATAN.Jakarta. 3(4): 23-34.

6. Bakri, A., K. Mehta dan D. R. Lance. 2005.Sterilizing Insects With IonizingRadiation. Sterile Insect Technique.Principles and Practice in Area-WideIntegrated Pest Management. IAEA.Sprnger. Netherlands. 246 him.

112

7. Landolt, Peter. J. 2005. Mating Frequency ofThe Papaya Fruit Fly (Diptera :Tephritidae) With and Without HostFruit. Insect Attractants, Behivor, andBasic Biology Reseach Laboratory,Agricultural Research service U.S.Department of Agriculture,Gainesville. http;/164.233~179..1Q4/s.e.ar.cb?.q.=_cache..:m5.alNlz.Y.6.BkJ~w.w_w.

fcla.edu/FlaEnt/fe77p305.pdf + mating±PIQl2.ensitY-±QLtfly±fru.it&hL ••id.(Verified 20 Juni 20051.

8. Fried, M. 1971. Determination of SterileInsect Competitiveness. Journal ofEconomic Entomology. 64(4): page869-872.

9. Calkins, C. 0 dan A. G. Parker. 2005. SterileInsect Quality. Sterile InsectTechnique. Principles and Practice inArea-Wide Integrated PestManagement. IAEA. Sprnger.Netherlands. 277-279 him.

10.Hatmosoewarno, S. 1972. Sterile MaleTechnique Dengan Radiasi Atomuntuk Mengatasi Hama Tanaman.Dalam : Teknik Jantan Mandul olehPemberantasan Hama. BATAN.

Jakarta. 23-39 him.

Page 7: RACHMIA WIDIYANA dan ACHMAD NASROH. KUSWADI

Risa/aD Seminar I/miah Ap/ikasi Isotop daD Radiasi, 2006

DISKUSI

RAHA YU S.

1. Apabila diradiasi dengan dosis yang sama,manakah yang lebih baik jantan atau betina.

2. Bagaimana cara membedakan jantan danbetina.

RAHMIA WIDY ANA

1. Yang lebih baik adalah jantan.2. Cara membedakan adalah pad a betina lalat

buah di bagian abdomennya terdapatovipositor yang berfungsi sebagai tempatpeletakkan telur sedangkanpada jantan tidakada.

FIRSONI

Kenapa terjadi penurunan kemampuankawin serangga setelah di iradiasi, sementaradiharapkan serangga yang tinggi kemampuankawinnya dalam TSM?

RAHMIA WIDY ANA

Karena diharapkan penurunankemampuan kawin serangga iradiasi dapatmenurunkan fertilitas dari serangga tersebut.

IMAM SURYA

1. Setelah proses penelitian selesai bagaimanakondisi dari lalat-lalat tersebut, apakah lalathasil penelitian tersebut di lepas bebas ataudimusnahkan ?

2. Dalam hasil analisa data terlihat ada

pengujian dengan menggunakan BNT, namundalam metode tidak terlihat penjelasanmengenai rancangan percobaan apa yangdigunakan ?

RAHMIA WIDY ANA

1. Setelah penelitian lalat terse but diperlakukanseperti pada lalat biasa karena lalat radiasitidak berbahaya.

2. Rancangan percobaan yang digunakan adalahRAK (Rancangan Acak Kelompok).

ARWIN

Apa penyebab kemampuan re mating jantanyang diradiasi dosis 30 Gy yang kawin denganbetina normal justru menjadi meningkat sampai90% dan 80%. Mohon penjelasan?

RAHMIA WIDY ANA

Pada jantan yang sudah melakukan mating masihmampu untuk melakukan perkawinan kedua (Re­mating) pada betina yang berbeda karena jantanmampu melakukan perkawinan lebih dari 2X.

113