ragain genetik kerentanan tanainan kakao terhadap...

9
Pelita Perkebunan 2002, 18(1), 1-9 RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap Phytophthora palmivora (But!.) The Genetic Variance oj Pod Rot Susceptibility on Cocoa Agung Wahyu Susilo ' ), Dedy SUhendi 11 , dan Sri-Sukamto l ) Ringkasan Penyakit busuk buah yang disebahkan oleh Phywphthora palmivora merupakan salah salu penyakit penting pada tanaman kakao. Ragam genetik merupakan tolok ukur untuk menilai kemajuan seleksi. Penelitian ini bertujuan mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap P. palmivora rnelalui inokulasi buatan pada buah petik sebagai gambaran perilaku genetik ketahanan terhadap P. palmivora. Pereobaan disusun dalam raneangan aeak lengkap dengan 5 ulangan, dengan buah sebagai unit pereobaan. Bahan pereobaan adalah genotipe kakao, terdiri atas 33 genotipe hasil ekspJorasi di Kebun Jatirono, PTPN XII, klon Sea 12 dan GC 7 masing-masing sebagaipembanding sifat tahan dan sifat rentan. Isolat P. palmivora diambil dari buah sakit dan diinokulasikan pada setiap buah dengan kerapatan 100 zoospora per buah. Isolat diinokulasikan pada lingkungan berkelembaban udara 80-90%. Peubah yang diamati adalah luas bereak pada hari ke-3 dan ke-5 setelah inokulasi, dan keeepatan perluasan bereak. Hasil anal isis menunjukkan bahwa luas bereak dan keeepatan perluasan bereak berdayawaris ani luas sedang. Keeepatan perluasan bercak secara nyata memenuhi kurva linier. Nilai kovarian ragam genetik ketiga peubah yang diukur lehih hesar dari dua kaJi standar deviasi ragam genetik yang menunjukkan bahwa ekspresi kerentanan terhadap P. palmivora hervariabilitas luas, namun kemajuan genetik harapan herdasar asumsi intensilas seleksi sebesar 22,86% termasuk kategori sedang. Terdapat 25 genotipe yang memiliki luas hereak lehih rendah daripada Sea 12, dan 4 di anraranya, yaitu genotipe KW 235, KW 236, KW 233, dan KW 256 berpotensi sebagai bahan tanam ungguI. Summary Pod rot disease caused by Phytophthora palmivora is the most serious pest on cocoa. Generic variance is a variable to derect genetic gain on selection. The genetic variance of pod rot susceptibility was studied using artificial innoeulatiol1 on detached pods. Experiment was arranged by randomized complerely design with 5 replicarions, and the experimental unit was pod. The evaluared-genotypes comprised a/' 33 seleered-genotypes from Jatirono eSlQte, 1) Asislcn l'rnclili, Ahli Prncliti dan Pcnclili (Assislai1l Researcher. Senior Researcher and Researcher); Pusat Penclilian Kopi dan Kakao Indoncsia, JI. P.B. Sudirman 90, Jrmber 68118, Indoncsia. Naskah ditcrima 14 Dcscmbcr 2001 (Manuscript received 14 December 2001).

Upload: phungtuong

Post on 12-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Pelita Perkebunan 2002, 18(1), 1-9

RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap Phytophthora palmivora (But!.)

The Genetic Variance oj Pod Rot Susceptibility on Cocoa

Agung Wahyu Susilo '), Dedy SUhendi 11 , dan Sri-Sukamto l)

Ringkasan

Penyakit busuk buah yang disebahkan oleh Phywphthora palmivora merupakan salah salu penyakit penting pada tanaman kakao. Ragam genetik merupakan tolok ukur untuk menilai kemajuan seleksi. Penelitian ini bertujuan mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap P. palmivora rnelalui inokulasi buatan pada buah petik sebagai gambaran perilaku genetik ketahanan terhadap P. palmivora. Pereobaan disusun dalam raneangan aeak lengkap dengan 5 ulangan, dengan buah sebagai unit pereobaan. Bahan pereobaan adalah genotipe kakao, terdiri atas 33 genotipe hasil ekspJorasi di Kebun Jatirono, PTPN XII, klon Sea 12 dan GC 7 masing-masing sebagaipembanding sifat tahan dan sifat rentan. Isolat P. palmivora diambil dari buah sakit dan diinokulasikan pada setiap buah dengan kerapatan 100 zoospora per buah. Isolat diinokulasikan pada lingkungan berkelembaban udara 80-90%. Peubah yang diamati adalah luas bereak pada hari ke-3 dan ke-5 setelah inokulasi, dan keeepatan perluasan bereak. Hasil anal isis menunjukkan bahwa luas bereak dan keeepatan perluasan bereak berdayawaris ani luas sedang. Keeepatan perluasan bercak secara nyata memenuhi kurva linier. Nilai kovarian ragam genetik ketiga peubah yang diukur lehih hesar dari dua kaJi standar deviasi ragam genetik yang menunjukkan bahwa ekspresi kerentanan terhadap P. palmivora hervariabilitas luas, namun kemajuan genetik harapan herdasar asumsi intensilas seleksi sebesar 22,86% termasuk kategori sedang. Terdapat 25 genotipe yang memiliki luas hereak lehih rendah daripada Sea 12, dan 4 di anraranya, yaitu genotipe KW 235, KW 236, KW 233, dan KW 256 berpotensi sebagai bahan tanam ungguI.

Summary

Pod rot disease caused by Phytophthora palmivora is the most serious pest on cocoa. Generic variance is a variable to derect genetic gain on selection. The genetic variance of pod rot susceptibility was studied using artificial innoeulatiol1 on detached pods. Experiment was arranged by randomized complerely design with 5 replicarions, and the experimental unit was pod. The evaluared-genotypes comprised a/' 33 seleered-genotypes from Jatirono eSlQte,

1) Asislcn l'rnclili, Ahli Prncliti dan Pcnclili (Assislai1l Researcher. Senior Researcher and Researcher); Pusat Penclilian Kopi dan Kakao Indoncsia, JI. P.B. Sudirman 90, Jrmber 68118, Indoncsia.

Naskah ditcrima 14 Dcscmbcr 2001 (Manuscript received 14 December 2001).

Page 2: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

SusiJo, Suhendi dan Sri-Suka11l1O

resistant Kenotype of Sca 12, and susceptible genof}pe of GC 7 were used in this study. Phyrophthora palmivora used in this study was isolated from infected pods and inoculated to each pod with 100 zoo.\pores. The pods were incubated at the chamber with 80-90% (~( air humidity. Data recorded cr~vererl

lession size at the 3'd and 5 r11 day ajier inoculation and velocity of the lessioll enlargement. All of the variables showed moderately broad sense hericability. T1Je lession enlargement increased linearly. Covariance genetic of all vari­ables showed more tlwn two times of its genetic variance performing broadly variability of pod rot susceptibility. At 22.86% of selection intensity, the ex­pected genetic gain was moderate. There were 25 genotypes showing smaller of less ion size than Sca J2 in which KW 235, KW 236, KW 233, and KW 256 are the promising clones.

Key words: Genetic variance, pod rot, P. palmivora, Theobrama cacao.

PENDAHULUAN ramah Jingkungan. Konsep terseblll

dirumuskan dalam sistem pengendalianPhyrophlhora palmivora (Butler) terpadu yang secara nasional telahmerupakan agcns pcnyebab penyakit busuk elikukuhkan melalui UU no. 12 tahun 1992. buah (pod rot) pada tanaman kakao. Salah satu komponen sis tern pengendalian Serangan penyakit terse but menyebabkan terpadu adalah bahan tanam tahan.pcnmunan hasil rata-rata 10 %, bahkan pada Penggunaan bahan tanam taban terbuktidaerah-daerah basah penurunan hasil bisa

mencapai 90% (Keane, 1992). Pada efektif mengendalikan serangan berbagai

pertanaman kakao di Jawa pernah dilaporkan jenis hama dan penyakit tanaman. Oleh

penUlunan hasil akibat penyakit busuk buah karena itu ketersediaan bahan tanam tahan

mencapai 50% (Wardojo, 1992). Penyakit terhadap penyakit busuk buah diharapkan

busuk buah tcrmasuk jenis penyaki t yang akan menjadi komponen sistcm pengen­

sebarannya cukup luas eli dunia. Oleh sebab dalian yang penting.

itu penyakit busuk buah termasuk katcgori Arah strategi pemuliaan ketahanan penyakit penting pada tanaman kakao, tanaman kakao terutama tertujll pada sehingga lindakan pcngendaliannya selalu penggunaan metode seJeksi, mengingat mendapal penanganan Ulama dalam tanaman kakao berdaur hidliP panjang pengelolaan tanaman kakao. sehingga kurang memungkinkan metode

Pengendalian jasad penganggu tanam­ persilangan berulang dapat diterapkan

an berbasis teknologi kimiawi kurang secara efisien dalam program pemuliaan.

ekonomis serta tidak ramah Iingkungan. Sifat tanarnan kakao yang menyerbuk silang

Pengembangan teknologi pengendalian jasad merupakan potensi £II am yang bermanfaat pengganggu tanaman mengarah pada bagi program pemuliaan. Persilangan penggunaan metode yang mampu mereka­ antartanaman kakao akan mclibatklUl tetua

yasa sumber daya aJamiah karena dinilai yang bukan gaJur murni (non-homozigous)

2

Page 3: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Ragam genclik kcrcl1lanan lanaman kakao tcrhadap P. palmivora (Bull.)

sehingga pada generasi turunannya akan

bermunculan segregan-segregan dalam

keanekaragaman sifat yang tinggi (Wood,

J973). Keanekaragaman sifat dalam suatu

spesies atau yang disebut plasma nurfah

merupakan kekayaan genetik yang

diperlukan dalam program pemuliaan

tanaman (Sastrapraja & Rifai, 1989).

Sifat tanaman terekspresi sebagai

pengaruh faktor genetik dan lingkungan

yang bertindak secara simultan (Allard,

1966). Parameter genetik digunakan sebagai

tolok ukur untuk mengetahui kontribusi

pengamh genetik terhadap penampakan sitat

tanaman. Karena itu pengukuran parameter

genetik merupakan tahapan yang hams

dilakukan dalam kegiatan pemuliaan

tanaman.

Pengujian ketahanan tanaman kakao

terhadap P. pCllmivora telah dikembangkan

secara buatan menggunakan metode

inokulasi potongan daun (Efron & Blaha,

1998) dan metode inokuJasi buah (Jwaro

ef Cll., 2000). Adanya kedua metode

tersebut mernungkinkan evaluasi ketahanan terl1adap P. palmivora dapat dilakukan

secara cepat pada sejumlah bcsar matcri

pengujian. Efron & Blaha (1998)

menyebutkan bahwa ada kesamaan bentuk

jari ngan antara permukaan daun bagian

bawah dan permukaan tongkol buah

schingga daun dapat dimanfaatkan untuk

pengujian ketahanan P. palmivora.

Penggunaan mctode potongan daun

diarahkan pada evaluasi ketahanan secara

dini terhadap tanamaIHanaman yang bclwll

menghasilka.J.l buah agar dapat mcmperecpat

siklus seleksi.

TulisaIl ini memaparkan basil pengujian

ketahanan rerhadap P. palmivora beberapa

genotipe kakao hasil eksplorasi di Kebun

Jatirono, PTPN XII melalui metode inokulasi buah guna mengkaji ragam

genetik ketahanan tanaman kakao terhadap 'penyakit busuk buah. Tolok ukur ketahaIlan

yang digunaka.J.l dalam penelitian ini adalah

luas bercak akibat infcksi P. palmivora

YaIlg sesungguhnya merupakan ekspresi kercntanan tanaman. Informasi ini

diharapkan akan berguna untuk kegiatan

pemuliaan tanaman kakao dalam memahaIni

mekanisme genetik ekspresi ketahanan

tanaman terhadap penyakit busuk buah.

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian adalah 33 genotipe

kakao hasil eksplorasi pada populasi dasar

di Perkebunan Jatirono, PTPN XII yang

dilaksanakan pada tahun 2001. Pemilihan

genotipe tersebut berdasarkan kriteria berbuah lebat dan secara visual tanlpak tahan

terhadap penyakit busuk buah. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

Tanaman Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia di Jcmber dengan perlakuan­

perlakuan disusun dalam raneangan aeak

lengkap diulaIlg 5 kali dengan buah sebagai

unit pcrcobaan, klon Sea 12 sebagai kontl'ol

klon tahaIl dan GC 7 sebagai kontrol klon rentan.

Sampel buah diambil dari setiap pohon induk terpilih dalam kondisi telah ber­kembang penuh namun belum memasuki

fase pemaSakaIl, dan dilakukaIl pada waktu pagi hari. Sewaktu pengambilan sampel

3

Page 4: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Susilo, Suhendi clan Sri-SukamlO

buah, dihindari timbulnya luka pada buah,

kellludian buah diletakkan pada bak

pengujian dengan kelembaban udara dijaga

pada kondisi 80-90%. 1solat diambiJ dari

buah yang terscrang P. palmivora di

lapangan, kellludian buah tel'sebut

diinkubasikan di dalam bak kaca pada suhu 25°C untuk menumbuhkan zoospora.

Zoospora dipanen dan disuspensikan pada

air dengan karapatan 105 ml- I kCllludian

diinoknlasikan pada masing-masing buah

menggunakan mikropipet sebanyak 10 ~O

per buah.

Pengamatan dilakukan terhadap luas

bercak yang dicatat sehari setelah inokulasi,

kemudian dilanjutkan seeara berturuHurut hingga hari ke-5 setelah inokulasi.

Berdasarkan data luas bereak dihitung nilai keeepatan perluasan bereak. Data luas

bel'eak hal'i ke-3 dan ke-5, serta keeepatan

perluasan bereak digunakan sebagai tolok

ukur ketahanan terhadap P. palmivora.

Bcrdasarkan peubah tersebut dihitung nilai duga parameter genelik yang meliputi nilai

dayawaris arti luas 012b)' kovarian ragam genetik (KVG), respons seleksi (R), dan kemajuan genelik (KG%) menurut rumus

(Singh & Chaudary, 1979):

0 2

P 0 2

g +0 2 ,

c

h2 bs

o2/ 0 2 g P

R i. h\.. Op

[ftI]KYO X x 100%

KG (%) [~] x 100%

Keterangan (Note) :

X l'erala (mean)

intensi tas seleksi (selection incensicy)

h\, dayawaris arti luas (broadsense heritability)

R respons seleksi (response to selection)

8 2 varians genetik (genetic variance) g

o2 varians penotipe (phenotypic variance) p

KYO: kovarian ragam genetik (covariance of genetic variance)

KO : kemajuan genetik (genetic gain)

Sualu sifat alau peubah memiliki

variabilitas genetik Juas apabila nilai varians

genetiknya (8/ ) lebih besar daripada dua kal i standal' deviasi ragam genelik (Hallauer & Miranda, 1981). Klasifikasi

nilai duga dayawaris (h2b) tcrgolong tinggi

(>50%), sedang (20% S; h\sS; 50%), dan

rendah « 20 %) menurut Me Whriter (1979), sedangkan klasifikasi kemajuan genetik menurul Begum & Sobhan (1991).

yaitu; rcndah; 0-7, sedang 7,1-14,1, d'ill tinggi > 14,1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil anal isis ragam menunjukkan

tel'dapat pengaruh nyata genotipe terhadap

peubah luas bereak hari ke-3, hari ke-5.

dan keeepatan perluasan bcreak pada aras 5 %. Keeepatan perluasan bercak seeara

nyata mengikuli pola kurva linier dengan

persamaan Y = -12.39* + 12.86**X. Peubah-peubah tersebut merupakan tolok

ukur ketahanan tanaman paseapenelrasi pada buah sehingga hal ini menunjukkan

bahwa faktor genetik berpengaruh nyata

4

Page 5: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

terhadap ketahanan tanaman terhadap P. palmivora. Luas bercak pada buah merupakan tolok ukur utama kerentanan

tanaman kakao terhadap P. palmivora (Twaro et at., 2000), sehingga bahasan hasil kegiatan ini akan menitikberatkan pada peubah luas bercak.

Nilai duga dayawaris arti luas peubah luas bercak hari ke-3, hari ke-5 setelah inokulasi, dan kecepatan perluasan bercak tergolong sedang (Tabel 1). Nilai duga dayawaris ini merupakan parameter genetik yang mengungkap proporsi ragam genetik terhadap ekspresi sifaL-sifat tersebut. Dengan demikian tampak bahwa kontribusi ragam genetik terhadap ekspresi luas bercak hari ke-3, hari ke-5 setelah inokulasi, dan kecepatan perluasan bercak masing-masing mencapai 46 %, 47 %, dan 48 %. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi faktor genctik terhadap ekspresi kerenLanan tanaman terjadi secara berimbang dcngan

pengaruh faktor non-genetik (Iingkungan). Karena itu ekspresi kerentanan tanaman terjadi secara maksimum apabila kondisi

lingkungan memberi dukungan opLimum bagi pertumbuhan P. palmivora.

Nilai dayawaris terscbut merupakan tolok ukur pendugaan keefekrifan seJeksi (Johnson ef ai., 1995). Berdasarkan hasil ini, seleksi akan kurang efekrif bila

dilakukan saaL kondisi faktor-faktor non­generik kurang mendukung ekspresi luas

bercak secara maksimum. Peran faktor non-genetik terhadap ekspresi luas bercak

tersebut diduga terkaiL dengan bioekologi P. palmivora. Ada 2 faktor yang diidentifikasi berpengaruh terhadap ekspresi kerentanan tanaman kakao

terhadap P. paimivora, yaitu tingkat kelebatan buah (Kebe et ai., 1996; Nyasse et ai., ] 996) dan kemampuan tanaman menghindari (escape) infeksi P. palmivora (Kebe et al., 1996). Disebutkan bahwa semakin banyak jumlah buah maka intensitas serangan P. paimivora akan

semakin tinggi sebab tersedia media

tumbuh yang cukup bagi P. paimivora untuk berkembang, sedangkan kemampuan tanaman menghindari infeksi P. paimivora

Tabel J. Nilai duga ragam genetik luas bercak serelah inokulasi hari ke-3, hari ke- 5, dan kecepatan perluasan bereak

Tahle I. Expected genetic varial/ces of the lesion size at J'" and 5'" day after inocularion and stare of the lession KrOlvth

Parameter genelik Genetic l'ariables

Peubah (Variables) SO KGRerata 8 2 8 2 H KVG R g 8g

2 ' "., (%) ('Yo)"

Luas bercak har; ke-3, cm' 34.07 8.7 0.35 18.85 0.46 68.91 0.45l 0.66 Le.uion area at J'" after inoculation, C/ll'

Luas bereak hari ke-5. cm' tILl3 2H6 0.58 50.14 0.47 61.91 076 964 Lession area at 5'" after inoculation, ("/II'

Kee. perJuasan bercak, cm'/hari 22.23 4.33 0.24 903 0.48 55.94 0.33 8.86

Rate ollession growth, cm 2/day

5

Page 6: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Susilo, Suhendi dan Sri-Sukamto

Tabel 2. Nilai tolok ulmr kercnlanan beberapa genotipe kakao [erhadap P. palmimra

Table 2. Value of The suscepTibiliTy of cocoa !?enoTypes To P. palmivDra

Intensilas serangan 1) Luas hereak hari Luas hereak hari Keecpalan pcrlua~an

No Gcnolipc Geniifypes

di lapangan, % Disease severiTy of

ke-3, em 2

Lessioll size aT The ke-5, i:m'

Lession size aT The hereak, cm 21hari

VelociTy of lession jield incidellce" 3"" day. em2

! 5 f/l day, em lJ enlargement, cm21d

KW 259 0(67) 74.47 2J7.30 43.46

2 KW261 o (1IR) 21.21 • 100.68 * 20.14 *

3 KW262 32.3 (65) 38.00 * 125.17 " 25.03 *

4 KW260 0(20) 26.09 * 123.48 * 24.69 "

5 KW263 3.29 (91) 29.38 76.69 • 15.34 "

6 KW255 0(112) 25.94 103.03 * 20.61 *

7 KW 253 0(22) 7.39 * 52.68 " 10.53 * 8 KW231 15 (40) 95.09 259.37 51.87

9 KW 235 1.88 (159) o * 0.00 " 0*

10 KW 237 3.03 (66) 0.10 • 8.!!3 " 1.77 *

II KW 232 0(35) 16.98 " 4431 • 8.86 " 12 KW233 0(198) 29.70 * 136.73 " 27.35 * 13 KW 234 0(52) o • 0.00 * 0*

14 KW 258 0(84) 0.37 " 1l.08 * 2.22 " 15 KW 249 5.26 (19) 16.49 " 42.23 " 8.42 * 16 KW245 5.66 (53) 5.83 " 76.06 " 15.21 "

17 KW 256 0(124) 0* 0.00 * () " 18 KW251 0(28) 32.40 " 146.38 29.28

19 KW 252 0(59) 89.64 259.73 51.95

20 KW254 o (102) 13.72 • 82.43 * J6.49 " 21 KW257 4.54 (22) 129.53 285R2 57 16

22 KW 244 3.29 (91) 14.33 " 80.15 * 16.03 * 23 KW240 285 (140) 53.18 53.18 • 10.64 " 24 KW243 0(30) 26.53 * 136.07 " 12.56 "

25 KW241 0(95) o * 46.65 " 9.33 '"

26 KW 248 o (5J) 25.03 " 73.41 * 14.68 "

27 KW 247 0(39) 26.55 * 123.59 " 24.72 "

28 KW238 0(65) 85.12 246.51 49.30

29 KW246 J2.96 (54) 128.37 333.00 666

30 KW250 0(33) 49.12 228.. 86 45.77

31 KW 239 o(17) o • 0.00 * 0"

32 KW 242 10 (30) 2.64 • 23.24 • 4.65 "

33 KW236 0(134) o • 7.58 " 1.52 "

34 GC 7 85.53 3J2.87 62.57

35 Sea 12 43.58 145.87 29.17

Keterangan (NOles) . I) angka dalam kurung adalah jlllniah buah (nllmber ill Ihe brackel is rhe pod flwllber) 2) angka yang diikut; landa asterik (*) menunjukkan lehih rendah dari klon Sea 12 (nllmber/of/olved by G.<feric means Ihat il is lower 'hallihe

resiSla1ll clone o/Sea 12)

6

Page 7: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Ragam gcnclik kcrcnlanan ranaman kakao lcrhadap P. palmivora (Bull.)

terkait dengan kemampuan tanaman berbuah

di luar musim infeksi. Oleh sebab itu

kegiatan seleksi di lapang seharusnya

dilakukan saat kondisi lingkungan

mendukung pertumbuhan P. palrnivora secara optimum, yaitu saat puncak

pembuahan pada musim hujan. Pada saat

musim hujan kondisi udara berkelembaban

tinggi yang merupakan kondisi optimum

bagi pertumbuhan P. palmivora (Keane,

1992).

Nilai koefisien ragam genetik (KVG)

merupakan tolok ukur variabilitas genetik

tanaman. Berdasarkan tolok ukur ini

variabi Iitas kerentanan terhadap P. pal­mivora termasuk kategori luas scbab nilai

KVG ketiga peubah yang diukur lebih

besar daripada dua kali standar deviasi

ragam genetik (Tabel 1). Pada Tabel 3

terlihat adanya variasi yang tinggi pada nibil

ketiga peubah yang diukur. Hal ini

menunjukkan adanya variasi yang tinggi

sifal kerentanan terhadap P. palmivora. Karena itu peluang perbaikan genetik

ketahanan terhadap P. palmivora melalui cara seleksi cUkup baik sebab tersedia

variasi genctik yang besar.

Pcubah luas bercak merupakan tolok

ukur ketahanan yang menggambarkan

respons kcrcntanan tanaman. Olch scbab

itu seleksi yang mendasarkan kriterium

ini dianggap sebagai proses seleksi

ncgatif. Artinya bahwa kemajuan genctik

diukur berdasarkan intensitas seleksi

tcrhadap gcnotipc yang tidak diikulkan

dalam proses seJeksi Janjul. Berdasarkan

hasil ini terdapat 25 gcnotipe yang nilai

luas bercaknya lebih rendah dari Sea 12,

dan 8 klan lainnya tidak layak diikutkan

dalam seleksi lanjut. Dengan demikian nilai

intensitas seleksi adalah i = 8/35 x ] 00 % = 22,86 %. Berdasarkan nilai intensitas

seleksi ini maka niJai kcmajuan genetik

harapan (KG, %) yang diperoleh termasuk kategori sedang menurut Begum & Sobhan (1991), sehingga meskipun variabilitas

genetik kerentanan terhadap P. palmivora

termasuk luas, namun tidak selalu diikuli

dengan kemajuan genelik yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan nilai

genetik antargenotipe yang diuji tidak rerlalu besar.

Gcnotipe yang dapat dipilih dalam

proses selcksi lanjut sebanyak 25, yaitu;

KW 26\, KW 262, KW 260, KW 263,

KW 255, KW 253, KW 235, KW 237, KW 232, KW 233, KW 234, KW 258,

KW 249, KW 245, KW 256, KW 25],

KW 254, KW 244, KW 243, KW 241,

KW 248, KW 247, KW 239, KW 242,

dan KW 236. Hal ini menwljukkan bahwa

keefektifan seleksi di Japang terhadap

tanaman tahan penyakit busuk buah

mencapai 75,75 % yang termasuk kategori tinggi. Pada Tabel 2 tampak bahwa

meskipun suatu genotipe memiliki nilai

intensitas serangan di lapang rendall, tidak

selalu diikuti dengan nilai luas bercak yang

juga rendah. Namun dcmikian tcrdapat kecenderungan bahwa genoripc yang

memiliki intensitas serangan tinggi akan menghasilkan luas bcrcak yang juga tinggi.

Hal ini terkait dengan adanya pengaruh

lingkungan terhadap ekspresi kctahanan

tanaman di lapang. Kegiatan selcksi lapang ini dilakukan saar kondisi lingkungan

optimum bagi pertumbukan P. palmivora sehingga intensitas serangan di lapang

tersebut diasumsikan sebagai ekspresi

7

Page 8: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Susilo, Suhendi dan Sri-Sukamto

maksimum ketahanan tanaman terhadap

penyakit busuk buah. Meskipun demikian

tampak bahwa sebagian besar genotipe yang

terseleksi menghasilkan nilai luas bercak

lebih rendah daripada Sca 12.

Genotipe yang terpilih dalam seleksi

ini merupakan plasma nutfah sumber

genctik kctahanan tcrhadap P. palmivora.

Pemanfaatannya hams diselaraskan dengan

tahapan kegiatan pemuliaan tanaman.

Di antara genotipe terseleksi tersebut,

terdapat 4 genotipe, yaitu KW 235,

KW 236, KW 233, dan KW 256 yang

memenuhi karakteristik sifat-sifat unggul

bahan tanam kakao.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan ini dapat

disimpulkan bahwa:

I. Ekspresi luas bercak buah akibat

penetrasi P palmivora pada tanaman

kakao bersifat genetik. Luas bercak hari

ketiga dan hari kelima setelah inokulasi,

serta kecepatan perluasan bcrcak

berdayawaris ani luas tergolong sedang

dengan nilai masing-masing 0,46; 0,47;

dan 0,48. Kecepatan perluasan bercak

secara nyata mcmenuhi kurva Iinier.

2. Berdasarkan nilai kovarian ragam genetik

ketiga peubah yang diukur, ekspresi

kerentanan tcrhadap P. palmivora

bervariabilitas luas yang menunjukkan

bahwa sifat ketahanan tanaman kakao

terhadap P. palmivora termasuk

bervariabilitas genetik luas.

3. Kemajuan genetik harapan seleksi

ketahanan terhadap P palmivora ter­

masuk kategori scdang berdasarkan

nilai intcnsitas selcksi sebcsar 22,86%.

Keefcktifan seleksi mencapai 75,75 %

termasuk kategori tinggi, dan terdapat

25 gCllotipe yang dapat dimanfaatkan

scbagai sumber genetik ketahanan

terhadap P Palmivora, yaitu KW 261,

KW 262, KW 260, KW 263, KW 255,

KW 253, KW 235, KW 237, KW 232,

KW 233, KW 234, KW 258, KW 249,

KW 245, KW 256, KW 251, KW 254,

KW 244, KW 243, KW 241, KW 248,

KW 247, KW 239, KW 242, dan KW 236.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W. (1966). Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons Inc., Sydney.

Begum, H. A. & M.A. Sobhan ([991). Genetic variabi lity, heri tabi lity, and correla­tion studied in Corcorus capsularis L. B.J. Jute Fiber Research. 1-14.

Efron, Y. & G. Blaha (1998). Negative selection of cocoa seedlings highly susceptible to PhylOphthora spp. using the leaf disc test. Newsleaer, December 1998, 18-20.

Hallauer, A.R. & J.B. Miranda (1981). Quan­lilalive Genetics in Maize Breeding. Iowa State Univ. Press.

Iwaro, A.D.; T.N. Sreenivasan; D.R. Butler & P. Umaharan (2000). Rapid screen­ing for PhywpJuhora pod rot resistance by means of detached pod inocula­tion. p. 109-113. Ill. A.B. Eskes, J.M.M. Engels & R.A. Lass (Eds.). Working Procedures for Cocoa Germplasm EvaluQlion and Selection. International Plant Genetic Resouces Institute, Rome.

8

Page 9: RagaIn Genetik Kerentanan TanaInan Kakao Terhadap ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · mengukur ragam genetik kerentanan tanaman kakao terhadap

Ragam gcnclik kercnlanan (anaman kakao lerhadap P. pa/mivora (BulL)

Johnson, H.W.; H.F. Robinson & R.E. Comstock (1955). Estimate of genetic and environmental variability in soy­beans. Agriculture Journal, 47, 314­318.

Keane. P.l (1992). Diseases and pest 0(' cocoa: an overview. p. 1-12. In: P.J. Keane & C.A.J. Putter (Eds.). Cocoa Pest and Diseases Manage­ment in Southeast Asia and Aus­tralasia. FAO, Rome.

Kebe, LB.; J.A.K. N'Goran; G.M. Tahi; D. Paulin; D. Clementy & A.B. Eskes (J 996). Pathology and breeding for resistance to black pod in Cote d'Ivoire. p. 135-139. In: F.L. Bekele (Ed.). Proceeding of the International Workshop on the Contribution of Diseases Resistance to Cocoa Variety Improvement. Salvador, 24th-26th No­vember 1996. International Group for Genetic Improvement of Cocoa.

McWriter (1979). Breeding of cross pollinated crop. p. 80-91. In: R. Knight (Ed.). Plant Breeding. Aus­tralia Vice Concelor Committee, Bisbane.

Nyasse, S., L. Bidzanga Nomo, G. Blaha, M.H. Flament, D. Berry, C. Cilas, A.B. Eskes & D. Despreaux (1996). Update on the work on selection of cocoa for resistance to Phytophthora spp. in Cameron. p. 142-148. In: F.L. Bekele (Ed.). Proceeding of the In­ternational Workshop on the Contri­blllion of Diseases ResistaJU'e to Cocoa Variety Improvement. Salvador. 24'h­26 'h November 1996. International Group for Genetic Improvement of Cocoa.

Sastrapraja, S.D. & A.M. Rifai (1989). Mengenal Swnber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya. Komisi PelestaLian Plasma Nutfah Nasional. Puslitbang Bioteknologi, LIPI. Bogor.

Singh, R.K. & B.D. Chaudhary (1979). Bio­metrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers, New Delhi.

Wardojo, S. (1992). Major pests and diseases of cocoa in Indonesia. p. 63-69. In: P.J. Keane & C.A.J. Putter (Eds.) Cocoa Pest and Diseases Manage­ment in Southeast Asia and Aus­tralasia. FAO, Rome.

I

Wood, G.A.R. (1973). Cocoa. Tropical Ag­3rdriculture Series. Ed. Longman.

***********

9