web viewkalau kita berbicara tentang istilah tentunya tidak lepas dari pembahasan kosakata, ... guru...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………1
Bab I : Pendahuluan…………………………………………………………2
Bab II : Istilah dan Kalimat…………………………………………………...4
A. Istilah…………………………………………………………..4
B. Kalimat……………………………………………….……….14
Bab III : Teknik Pembelajaran………………………………………………...20
Bab IV : Kesimpulan………………………………………………………….22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahasa Indonesia pada saat sekarang ini makin meluas dalam
berbagai bidang kehidpan. Bahkan sangat berpeluang untuk menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Pelung itu tampak jelas dan makin nyata setelah bahasa Indonesia di angkat
dan di tetapkan sebagai bahasa nasional, yang menempatkan bahasa itu sebagai bahasa
yang resmi dalam pemerintahan dan bahasa pengantar dalam pendidikan serta bahasa
dalam pengembangan ilmu pengetahan dan teknologi (UUD 1945, pasal 36). Oleh sebab
itu, pengembangan peristilahan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang dan terutama
untuk kepentingan pendidikan putra-putri bangsa itu sangat di butuhkan.
Peradaban suatu bangsa yang maju dapat dilihat dari kekayaan peristilahan suatu
bahasa yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena itu merupakan salah satu sarana untuk
mengungkap ilmu yang ada dan teknologi serta seni. Kalau kita berbicara tentang istilah
tentunya tidak lepas dari pembahasan kosakata, karena diantara keduanya saling
melengkapi dalam suatu susunan kalimat.
Penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris sebagai bahasa internasional,
adalah awal dari munculnya berbagai macam peristilahan baru yang mewarnai dalam
perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Bersama dengan itu pula pola pikir dan
perilaku masyarakat mengalami masa transisi yang cukup besar dan itu akan mendorong
dan mengantarkan masyarakat pada suatu perubahan tatanan kehidupan dengan yang
baru.
Agar pedoman pembentukan istilah yang digunakan tetap relevan baik secara
nasional ataupun internasional, maka pedoman pembentukan peristilahan perlu di tinjau
dan dikaji kembali agar dapat menampung berbagai perubahan isilah/kosakata sesuai
dengan dasar perubahannya. Salah satu yang cukup penting yaitu berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, sebagai salah satu tolok ukur berkembang atau mundurnya
suatu peradaban bangsa.
Dengan adanya pedoman yang telah ditetapkan, diharapkan dapat mempercepat
laju perkembangan istilah bahasa Indonesia dan masyarakatnya mampu membuat
2
peristilahan sendiri berdasar pada pedoman yang ada. Dan kalimat yang tersusun pun
akan mengikui pada peristilahan yang telah terbentuk.
Dengan demikian diharapkan, atas adanya makalah ini mampu membawa pada
kita atas pemahaman yang lebih mendalam atas peristilahan-perstilahan bahasa Indonesia,
agar negara ini mampu berkembang lebih cepat dan maju. Dan tidak lupa kritik dan saran
yang bersifat membangun kami harapkan agar dapat terciptanya pemahaman yang
maksimal. Kami sampaikan terimakasih kepada sahabat dan teman-teman kami yang
selalu memberi semangat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan istilah?
2. Apa saja macam-macam peristilahan?
3. Apa saja aspek dasar dalam peristilahan?
4. Apa saja macam-macam dari kalimat?
5. Apa yang disebut dengan kalimat efektif?
6. Apa yang disebut dengan makna berganda?
7. Apa sajakah macam-macam kesejajaran satuan dalam kalimat?
8. Apakah yang disebut dengan komposisi?
3
BAB II
ISTILAH DAN KALIMAT
A. ISTILAH
1. Pengertian Istilah
Istilah adalah kata atau frase yang dipakai sebagai nama atau lembaga dan, yang
dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni1. Tata istilah adalah perangkat
peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang di hasilkannya. Tata nama
istilah adalah perangkat peraturan penamaan beberapa cabang ilmu, seperti kimia dan
biologi beserta kumpulan nama yang di hasilkan.
Contoh:
Anggaran belanja. Penilaian.
Daya. Radio.
Nikah. Takwa.
2. Macam-Macam Istilah
Istilah terdiri dari dua macam yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum
adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.
Contoh:
Anggaran belanja. Penilaian.
Daya. Radio.
Nikah. Takwa.
Istilah khusus adalah istilah yang pemakaiannya dan maknanya terbatas pada
suatu bidang tertentu.
Contoh:
Apendektomi Kurtosis
Bipatride Pleisosen
3. Syarat-Syarat Pembuatan Istilah Secara Baik dan Benar
1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Jakarta: Pusat Bahasa, 2007), hlm. 1
4
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dan pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia yang berikut 2:
a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frase yang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu.
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frase yang paling singkat diantara pilihan
yang tersedia yang mempuyai rujukan sama.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frase yang bernilai rasa (konotasi) baik.
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frase yang sedap didengar (eufonik).
e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frase yang bentuknya seturut kaidah bahasa
Indonesia.
4. Aspek Tata Bahasa Peristilahan
a. Kata Dasar Peristilahan
Kata dasar peristilahan ialah bentuk bahasa yang dipakai sebagai istilah dengan
tidak mengalami penurunan bentuk, atau yang dipakai sebagai alas istilah yang
berbentuk turunan.3 Kata dasar istilah dipilih di antara kelas kata utama, seperti
nominal, verbal, adjektif, dan numerial.
Contoh:
Desain didesain
Proklamasi memproklamasikan
Deklarasi mendeklarasikan
Lahan perlahanan
Kaidah pengkaidahan
b. Imbuhan Peristilahan
Imbuhan peristilahan adalah bentuk yang di tambahkan pada bentuk dasar
sehingga menghasilkan bentuk turunan yang dipakai sebagai istilah. Imbuhan berupa
awalan, akhiran, dan sisipan atau gabungan.4 Imbuhan peristilahan disusun dari
2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, …hlm. 23 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bagasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Bandung: Yrama Widya, 2001), hlm. 55.4Ibid; ..., hlm. 56.
5
bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks, dan konfiks seperti kaidah
pembentukan kata bahasa indonesia.
Contoh:
pen + citra + an pencitraan
ber + sistem bersistem
ke+ jenuh + an kejenuhan
c. Kata Ulang Peristilahan
Kata ulang peristilahan adalah istilah yang berupa ulangan kata dasar seutuhnya
atau sebagiannya, dengan atau tanpa pengimbuhan dan perubahan bunyi.5
i. Bentuk ulang utuh
Istilah bentuk ulang utuh mengacu kemiripan dapat dilahat pada contoh
berikut ini.
Ubur-ubur
Langit-langit
Anai-anai
ii. Bentuk ulang suku awal
Istilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui
pengulangan konsonan awal dengan penambahan ‘pepet’.6
Contoh:
Laki lelaki
Tangga tetangga
Rata rerata
iii. Bentuk ulang berafiks
Istilah bentuk ulang dengan afikasi dibentuk melalui paradigma berikut.
Daun dedaunan
Pohon pepohonan
5 Ibid;…hlm. 56.6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pembentukan Istilah,… hlm. 27.
6
Rumput rerumputan
Istilah bentuk ulang dedaunan, pepohonan, rerumputan yang mengacu ke
berbagai macam, keanekaan di bentuk dari dasar daun, pohon, dan rumput
yang mengalami perulangan.
iv. Bentuk ulang salin suara
Istilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan
perubahan bunyi.7
Contoh:
Warna warna-warni
Teka teka-teki
Balik bolak-balik
d. Istilah Bentuk Majemuk
Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan
dua bentuk atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu
berupa8:
1. Gabungan bentuk bebas
Istilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua bentuk atau
lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa:
1.1 Gabungan bentuk dasar
Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua
bentuk dasar atau lebih. Contoh:
Garis lintang
Masa depan
Rawat jalan
1.2 Gabungan bentuk dasar dan bentuk berafiks
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan gabungan bentuk
dasar dan bentuk berafiks atau sebaliknya.
Contoh:7 Ibid;..., hlm. 28.8 Ibid;..., hlm. 28-32.
7
Proses berdaur
Sistem pencemaran
1.3 Gabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan
bentuk berafiks dan bentuk berafiks.
Contoh:
Kesehatan lingkungan
Pembangunan berkelanjutan
Perawatan kecelakaan
2. Gabungan bentuk bebas dengan bentuk terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk,
atau lebih, yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah
bentuk terikat yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal
dari bahasa jawa kuno dan melayu.
Contoh:
Adi- adikarya
Aneka- anekabahasa.
Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing barat, dengan
beberapa perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang
mengikutinya. Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata melayu-
indonesia:
Globalization globalisasi
Modernisation modernisasi
Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti –wan, dan –wati dapat
dilihat pada contoh berikut ini:
Ilmuwan scientist
Seniwati woman artist
Mahakuasa omnipotent
3. Gabungan bentuk terikat
8
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk
terikat, dan bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda
hubung.
Contoh:
Dasawarsa decade
Swatantra selfgovernment
e. Istilah Bentuk Analogi
Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada,
seperti berdasarkan bentuk pola pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari,
dengan pola analogi pada istilah tersebut dibentuk berbagi istilah lain, misalnya9:
Peglof (golfer)
Tata graha (hausekeeping)
Juru masak (cook)
f. Istilah Hasil Metanalisis
Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru
misalnya10 :
Kata mupakat (mufakat) di uraikan menjadi mu + pakat; lalu ada kata sepakat
Kata dasar perinci disangka terdiri atas pe+ rinci sehingga muncul istilah rinci dan
rincian.
g. Istilah Bentuk Singkatan
Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut
tiga cara berikut11.
1. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang di
lisankan sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya.
Contoh:
cm yang dilisankan sentimeter
l yang dilisankan liter
sin yang dilisankan sinus
tg yang dilisankan tangen
9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pembentukan Istilah,..., hlm.32.10 Ibid., hlm.32.11 Ibid., hlm.32.
9
2. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf.
Contoh:
DDT (diklorodiofeniltriklokloroetana) yang di lisankan de-de-te
KVA (kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a
TL (tube luminescent) yang dilisankan te-el
3. Istilah yang sebagian unsur di tanggalkan.
Contoh:
Ekspres yang berasal dari kereta api ekspres
Kawat yang berasal dari surat kawat
Harian yang berasal dari surat kabar harian
h. Istilah Bentuk Akronim
Istilah akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata12
Contoh:
Laser (light amplification by stimulated emission of radiation)
Radar (rdio detectingand ranging)
i. Huruf Lambang
Huruf lambang ialah suatu huruf atau lebih yang melambangkan konsep
dasar ilmiah seperti kuantitas, satuan dan unsur. Huruf lambang tidak diberi titik
di belakangnya, misalnya13:
F gaya
Hg air raksa
m meter
12 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bagasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, ..., hlm. 71.13 Ibid., hlm.71.
10
j. Gambar Lambang
Gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan
konsep ilmiah menurut konversi bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya14:
Kongruen (matematika)
Jumlah beruntun (matematika)
k. Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)
Satuan dasar System Internasional d’unites yang diperjanjikan secara
internasional dinyatakan dengan huruf lambang15.
Contoh:
Arus listrik labang “A” satuan dasar “ampera”
Waktu lambang “S” satuan dasar “skon, detik”
l. Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar
Untuk menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasaratau turunan
digunakan nama dan lambang bentuk terikat berikut16:
Faktor “ 1012 “ lambang “T” bentuk tarikan “tera-“
Contoh: “terahertz”
m. Sistem Bilangan Besar
Sistem bilangan besar diatas satu juta yang di anjurkan adalah sebagai
berikut17:
109 biliun jumlah nol 9
n. Tanda Desimal
Sistem satuan internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh
dinyatakan dengan koma atau titik. Dewasa ini beberapa negeri,termasuk Belanda
dan Indonesia, masih menggunakantanda koma desimal, misalnya18:
3,52 atau 3.52
14 Ibid;… hlm. 71.15Ibid; ..., hlm. 72.16 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Pembentukan Istilah,..., hlm.36.17 Ibid;…hlm. 36.18 Ibid;... hlm. 37.
11
123,45 atau 123.45
Bilangan desimal tidak dimulai dengan tanda desimal, tetapi selalu
dimulai dengan angka, misalnya:
0,52 bukan ,52
Jika perlu, bilangan desimal didalam daftar atau senarai dapat
diperkecualikan dalam aturan tersebut diatas, misalnya:
,550 234 atau .550 235
,556 1 aytau .556 1
Bilangan yang hanya berupa angka yang ditulis dalam tabel atau daftar
dibagi menjadi kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa
penggunaan tanda desimal, misalnya:
3 105 752 bukan 3, 125, 752 atau 3. 105. 725
5. Ejaan Dalam Peristilahan
a. Ejaan Fenomik
Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fenomik, artinya: hanya satu
bunyi yang berfungsi dalam bahasa indonesia yang dilambangkan dengan huruf,
misalnya19:
Presiden bukan President
Standar bukan Standrad
Teks bukan Texs
b. Ejaan Etimologi
Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain
dapat ditulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga
bentuknya berlainan walupun lafalnya mungkin sama, misalnya20:
Bank dengan bang
Saksi dengan sangsi
19 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bagasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, ..., hlm. 75.20 Ibid;… hlm. 75.
12
c. Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga dilakukan menurut aturan transliterasi, yakni
mengganti huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari lafal bunyi
yang sebenarnya, misalnya21:
Yaum ul-adha (hari qurban)
Suksma (sukma)
d. Ejaan Nama Diri
Ejaan nama diri termasuk merek dagang, yang didalam bahasa aslinya ditulis
dengan huruf latin tidak diubah, misalnya22:
Beakelund conizora
Aquadag daeron
Nama diri yang bentuk aslinya ditulis dengan huruf lain di eja menurut rekomendasi ISO,
ejaan inggris yang lazim, atu ejaan pinyin (Cina). Misalnya : keops, sokranaes.
e. Penyesuaian Ejaan
Unsur-unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa Indonesia yang tidak perlu
lagi diubah ejaannya, misalkan: sirsak, iklan, otonomi. Unsur asing yang belum terserap
kedalam bahasa Indonesia, seperti shutle cock, real estate. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara sasing. Unsur
yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam
hal ini diusahakan agar ejaan bahasa asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya, misalnya23:
Boal bal
Aktof oktaf
f. Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing
21 Ibid;… hlm. 75.22 Ibid;..., hlm. 76.23 Ibid;… hlm. 76.
13
Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima
kedalam bahasa indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya,
misalnya24:
Bd- : bdllium menjadi bd- : bdelium
-ch : block menjadi -k : blok
-ct : fact menjadi -kta : fakta
g. Penyesuaian Imbuhan Asing
1. Penyesuaian Akhiran
Disamping pegangan untuk penyesuaian huruf istilah asing tersebut diatas, berikut
ini di daftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti
implementasi, standarisasi, dan objektif diserap secara utuh disamping kata implemen,
standar dan objek.
2. Penyesuaian Awalan
Awalan asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan
pemakaiannya didalam peristilahaan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya,
misalnya:
a-, an- (‘tidak, bukan,tanpa’) tetap a-, an-
anemia anemia
aphasia afasia
B. KALIMAT
I. Pengertian kalimat
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh
alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh
kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Adapun
24 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bagasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, ..., hlm. 83-86.
14
kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya, dan
tanda perintah dan ruang kosong sebelum huruf kapital permulaan. Alunan titinada,
pada kebanyakan hal, tidak ada padanannya dalam bentuk tertulis25.
a) Macam-Macam Kalimat
i. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Ini
menunjukkan bahwa konstituen untuk tiap unsure kalimat seperti subjek
dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat
tunggal tentu saja terdapat semua unsur inti yang diperlukan. Di samping
itu, tidak mustahil ada pula unsur yang bukan inti seperti keterangan
tempat, waktu, dan alat26.
Contoh:
Kami mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri
ii. Kalimat Tidak Baku
a. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
b. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
iii. Kalimat Baku
a. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
b. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara.
iv. Ragam Tidak Baku
Contoh:
Memang kebangetan itu anak belum mandi sudah makan gado-gado.
v. Ragam Baku
Contoh:
Memang keterlaluan anak itu belum mandi sudah makan gado-gado.
vi. Kalimat Tidak Teratur
25 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), hlm: 254.26 Ibid;…hlm: 268.
15
Contoh:
Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak,
sehingga pada masa datang tidak seorangpun menuntut ganti rugi.
vii. Kalimat Teratur
Contoh:
Peristiwa itu perlu mendapat perhatian berbagai pihak agar pada masa
yang akan datang tidak ada seeorang pun yang menuntut ganti rugi.
b) Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkatkan gagasan pemakainya
secara tepat dan di pahami pula. Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu
(1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penutur atau penulis. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila
mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi27.
Parera (1984:42) mendefinisikan kalimat efektif adalah bentuk atau kalimat-
kalimat sadar dan disengaja disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik seperti
yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Selain pengertian-pengertian di atas ada beberapa ahli bahasa berpendapat
bahwa kalimat efektif memiliki syarat dan pola-pola untuk membentuknya, seperti yang
dikemukakan oleh Putrayasa (2007: 66) bahwa Kalimat efektif adalah kalimat yang
mampu menyampaikan informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat
pembentuk kalimat efektif tersebut. Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu
harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya, kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
27 Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta, Gramedia, 1994), hal : 129.
16
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakansuatu pernyataan yang (omong)
kosong28.
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu29:
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan,
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan ciri kalimat efektif
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi
kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek
lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
1. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa
tersebut,
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif ,
3. Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan
gagasan-gagasan,
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang kalimat efektif di atas, dapat
disimpulkan bahwa kailmat efektif adalah kalimat yang memiliki kekuatan atau
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca. Jadi, kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dengan menggunakan
penekanan agar dapat diterima dengan baik oleh para pembaca.
Contoh kalimat kurang efektif:
Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan
kepada kami.
Contoh kalimat efektif:28 Razak, Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi, (Jakarta, Gramedia, 1988), hal; 7.
29 http://Makalah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar//2009//
17
Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, harap di laporkan kepada
kami.
c) Kalimat Bermakna Ganda
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan
tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif.
d) Membuat Kalimat Secara Cermat
Pemilihan kata, pembentukan kata, atau pembuatan kaliamat yang tidak cermat
mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu.
e) Kesejajaran Satuan dalam Kalimat
Yang dimaksud satuan disini adalah satuan bahasa. Unsur pembentukan
kalimat seperti subjek, predikat objek dan sebagainya dapat disebut satuan. Mungkin
terjadi bahwa subjek, predikat dan objek itu sendiri atas beberapa unsur, tiap-tiap
unsur tersebut dapat juga disebut sebagai satuan.
Contoh:
Saya akan mengambil roti, mentega dan kacang.
a. Kesejajaran bentuk
Imbuhan yang di gunakan untuk membentuk kata berperan dalam
menentukan kesejajaran.
Contoh yang memperlihatkan ketidak-sejajaran bentuk
Kegiatan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman
buku.
b. Kesejajaran Makna
Seperti telah dinyatakan di atas, bentuk dan makna berkaitan erat. Dapat di
umpamakan keduanya merupakan dua sisi dari keping uang yang sama. Berikut
ini di utarakan makna terkandung dalam suatu fungsional. Satuan fungsional
18
adalah unsur kalimat yang berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan
sebagainya.
c. Kesajajaran dalam perincian pilihan
Soal ujian kadang-kadang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang
baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi peluang yang
sama untuk dipilih.
Berikut ini contoh perincian pilihan yang tidak sejajar.
Pemasangan telepon akan menyebabkan?
a. Melancarkan tugas
b.Untuk menambah wibawa
c. Meningkatnya pengeluaran
f) Komposisi
Komposisi adalah bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang
tercermin dalam susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk hanya
dalam satu untaian kalimat dan dapat pula berupa rangkaian kalimat. Untaian kalimat
yang mencermikan satu gagasan yang padu membangun satu paragraf atau alinea.
Skripsi, makalah, berita di Koran, pidato, dan surat adalah contoh komposisi.
g) Ungkapan Penghubung Antar Kalimat
Ada beberapa ungkapan unuk menyatakan pertentangan konsekuensi logis
dengan hal yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Misalnya, biarpun demikian,
sekalipun begitu, sungguhpun demikian, walaupun demikian, dan meskipun
demikian. Berikut ini adalah salah satu contoh pemakaiannya:
a. Ia tidak mempunyai bekal yang cukup, ia tetap akan berangkat ke Riau.
b. Ia tidak mempunyai bekal yang cukup, biarpun demikian ia tetap akan
berangkat ke Riau.
BAB III
19
TEKNIK PEMBELAJARAN
Dalam setiap pembelajaran tentunya akan maksimal ketika diikuti dengan teknik
atau strategi pembelajaran yang baik pula. Terlebih ketika masih dalam taraf untuk
belajar mengembangkan apa yang dan memahami istilah dan kalimat. Karena tujuan
pokok dari stra tegi pembelajaran adalah memberi kemudahan belajar dengan demikian
mempunyai perhatian atau penekanan khusus pada pihak pembelajar.
Dan disini kami mencoba menggunakan strategi komunikatif, yaitu suatu strategi
pembelajaran bahasa yang mengembangkan bahasa sasaran sebagai komunikasi
berencana. Pendekatan komunikatif berbeda dengan strategi komunikatif. Strategi
komunikatif merupakan prosedur pengajaran yang unggul dalam pendekatan
komunikatif.
Agar dalam ruangan kelas tercipta proses belajar mengajar yang komunikatif,
diharapkan para pengajar mengacu pada Sembilan ciri pokok kelas komunikatif, yaitu30:
Hanya bahasa target yang dipakai.
Waktu terbanyak untuk berbicara.
Berbicara dengan pertakaran spontan.
Berfokus pada makna dan pertukaran informasi.
Struktur bahasa target tidak diajarkan secara eksplisit.
Kesalahan tidak dikoreksi secara langsung.
Pembelajar bukan sebagai tokoh utama.
Pembelajar dirangsang memecahkan masalah.
Pembelajar dirangsang memakai strategi komunikasi.
Selain ruangan kelas yang diharapkan terjadi proses pengajaran yang komunikatif,
guru juga dituntut untuk mampu memahami peranannya sebagai seorang
pendidik/pengajar. Peranan pengajar ialah :
30 Tarigan. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung, Angkasa, 2009), hal: 57.
20
Pemberi masukan.
Pemberi umpan balik.
Pengorganisasi kegiatan berbicara interaksional.
Sebagai mitra pembelajar.
Pemberi semangat pada pembelajar.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahawa, siswa sebagai sasaran
pengajar yakni dengan menuntut mereka lebih aktif dan banyak berperan dalam proses
pembelajaran, agar yang menjadi target dari proses itu dapat terpenuhi secara maksimal.
21
BAB IV
KESIMPULAN
1. Istilah adalah kata atau frase yang dipakai sebagai nama atau lembaga dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Istilah terbagi menjadi dua macam, yaitu isilah umum dan istilah khusus.
3. Aspek-aspek dalam peristilahan meliputi: kata dasar peristilahan, imbuhan peristilahan,
kata ulang peristilahan, istilah bentuk majemuk, istilah bentuk analogi, istilah hasil
matenalisis, istilah bentuk singkatan, istilah bentuk akronim, huruf lambang, gambar
lambang, satuan dasar internasional, kelipatan dan fraksi satuan dasar, sistem bilangan
besar dan yang terakhir adalah tanda desimal.
4. Kalimat itu terdiri dari kalimat tunggal, kalimat tidak baku, kalimat baku, ragam tidak
baku, ragam baku, kalimat tidak teratur, kalimat teratur.
5. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan di pahami pula.
6. Kalimat bermakna ganda adalah kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi
masih menimbulkan tafsiran.
7. Kesejajaran satuan dalam kalimat itu terdiri dari kesejajaran bentuk, kesejajaran makna,
dan kesejajaran dalam perincian pilihan.
8. Komposisi adalah bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang tercermin dalam
susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk hanya dalam satu untaian
kalimatdan dapat pula berupa rangkaian kalimat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, Jakarta: Gramedia, 1994.
Effendi, S. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988.
http://staff.blog.ui.ac.id/syahidin.badru/2009/10/23/bahasa-yang-baik-tetapi-tidak-benar/ /
http://Makalah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar//2009//Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas, Flores: Nusa Indah,
1991.
Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores: Nusa
Indah,1984.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa, 2003.
Razak, Abdul. Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi, Jakarta: Gramedia,1988.
Sabariyanto, Dirgo. Kebakuan dan Ketidak bakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia,
Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999.
Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu, 1989.
Tarigan, Henry Guntur, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Angkasa, 2009.
23
ISTILAH DAN KALIMAT
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
BAHASA INDONESIA II & PEMBELAJARANNYA
Dosen pengampu : Fifi Nofiaturrahmah, S.Pd.I, M.Pd.I
Oleh kelompok :
Triyani Ruqoyatun (08480073)
Rahmi Yusrina Hani (08480061)
M. Maskur (08480080)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
24