rancangan undang-undang republik …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · kekayaan negara/daerah yang...

62
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEKAYAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia; b. bahwa dalam rangka mencapai kemakmuran rakyat dan lebih memberikan rasa keadilan, pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud pada huruf a harus berpedoman pada asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, kepastian nilai, keadilan, manfaat, kehati-hatian, partisipatif, kearifan lokal, tanggung jawab, efisiensi, dan akuntabilitas; c. bahwa selama ini pengaturan mengenai Kekayaan Negara masih diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang belum komprehensif dan masih tumpang tindih; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Kekayaan Negara; Mengingat : Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 23C, danPasal 33 ayat (1), Pasal 33 ayat (2), Pasal 33 ayat (3), dan Pasal 33 ayat (4)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEKAYAAN NEGARA.

Upload: ngohuong

Post on 23-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  1  

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

KEKAYAAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia;

b. bahwa dalam rangka mencapai kemakmuran rakyat dan lebih memberikan rasa keadilan, pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud pada huruf a harus berpedoman pada asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, kepastian nilai, keadilan, manfaat, kehati-hatian, partisipatif, kearifan lokal, tanggung jawab, efisiensi, dan akuntabilitas;

c. bahwa selama ini pengaturan mengenai Kekayaan Negara masih diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang belum komprehensif dan masih tumpang tindih;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Kekayaan Negara;

Mengingat : Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 23C, danPasal 33 ayat (1), Pasal 33 ayat (2), Pasal 33 ayat (3), dan Pasal 33 ayat (4)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEKAYAAN NEGARA.

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  2  

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kekayaan Negara adalah semua bentuk kekayaan hayati dan non hayati berupa benda berwujud maupun tidak berwujud baik bergerak maupun tidak bergerak dan bentuk kekayaan lainnya, yang dikuasai, dimiliki, dan dipisahkan oleh Negara.

2. Kekayaan Negara Dikuasai adalah kekayaan Negara atas bumi, tubuh bumi, air, wilayah udara, antariksa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, serta kekayaan lainnya dalam wilayah dan yurisdiksi Republik Indonesia yang dikelola untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Kekayaan Negara Dimiliki adalah kekayaan Negaraberupa uang, piutang, utang, Barang Milik Negara/Daerah, Investasi Pemerintah/Daerah, Saham Pemerintah/Daerah yang berasal dari Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan.

4. Kekayaan Negara Dipisahkan adalah kekayaan negara yang bersumber dari kekayaan yang dimiliki oleh Pemerintah/Daerah, APBN/APBD yang merupakan bagian penyertaan modal baik dalam bentuk saham, maupun yang tidak terbagi atas saham pada BUMN/ BUMD/ Perseroan Terbatas/lembaga internasional, badan hukum lainnya, dan dalam bentuk surat berharga lainnya.

5. Barang adalah barang berwujud dan barang tidak berwujud.

6. Bumi adalah permukaan bumi, dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

7. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawahpermukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

8. Wilayah udaraadalah semua wilayah udara yang terdapat pada, di atas, maupun di bawah permukaan bumi dan air yang mengandung wilayah udara yang bersifat gas.

9. Antariksa adalah ruang beserta isinya yang terdapat di luar ruang wilayah udara yang mengelilingi dan melingkupi ruang wilayah udara.

10. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

11. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  3  

12. Saham Pemerintah/Daerah yang berasal dari Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkanadalah Kekayaan Negara/Daerah yang Dipisahkan yang berasal dari APBN/APBD.

13. Target fiskal adalah target penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak.

14. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkatBMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

15. Barang Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat BMD, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

16. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

17. Badan Usaha Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat BUMD, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

18. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

19. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

20. Badan Hukum Lainnya adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang seluruh atau sebagian modal atau kekayaan awalnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan ditetapkan sebagai Kekayaan Negara Dipisahkan.

21. Lembaga Keuangan Internasional adalah lembaga keuangan yang ditetapkan oleh lebih dari satu negara, dan merupakan subyek hukum internasional, yang pemiliknya atau pemegang sahamnya berbagai negara yang berdaulat, dan lembaga-lembaga internasional/organisasi internasional lainnya dimana Indonesia sebagai salah satu anggotanya.

22. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

23. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya.

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  4  

24. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan BMN/Dyang berada dalam penguasaannya.

25. Operator Kekayaan Negara Dikuasai, adalah pihak yang telah mendapatkan hak atau izin melaksanakan pengusahaan dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai.

26. Pengelola Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut Pengelola BMN, adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara.

27. Pengelola Barang Milik Daerah, yang selanjutnya disebut Pengelola BMD, adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Daerah.

28. Pengguna Barang adalah menteri/pimpinan lembaga pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik Negara atau kepala satuan kerja perangkat daerah pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik Daerah.

29. Pengadaan adalah Kegiatan untuk memperoleh BMN/D oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh BMN/D.

30. Penggunaan adalah pemakaian BMN/Doleh Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas dan fungsi yang bersangkutan.

31. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN/Dyang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dengan tidak mengubah status kepemilikan.

32. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN/D.

33. Penghapusan adalah kegiatan menghapus BMN/Ddari buku barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

34. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Kekayaan Negara.

35. Pengelola Fiskal dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai, untuk selanjutnya disebut Pengelola Fiskal, adalah Menteri.

36. Pengelola Sektor dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai, untuk selanjutnya disebut Pengelola Sektor, adalah menteri/pimpinan lembaga, pemerintah daerah,atau pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan sektoral diberikan kewenangan untuk melakukan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai.

37. Penilai Publik Bersertifikat adalah Penilai Publik yang telah memperoleh izin dari Menteri, yang memiliki kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang penilaian (appraisal).

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  5  

38. Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing,maupunbadanhukum.

39. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Kementerian/Lembaga dan satuan kerja perangkat daerah.

40. Target fiskal adalah target penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak.

41. Kerugian Negara adalah kekurangan Kekayaan Negara berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

42. Menteri adalah Menteri yang membidangi pengelolaan Keuangan.

BAB II

ASAS DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Asas Pengelolaan Kekayaan Negara meliputi:

a. fungsional;

b. kepastian hukum;

c. kepastian nilai;

d. keadilan;

e. manfaat;

f. kehati-hatian;

g. partisipatif;

h. kearifan lokal;

i. tanggung jawab;

j. efisiensi; dan

k. akuntabilitas.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang Lingkup Undang-Undang ini meliputi:

a. penyelenggaraan pengelolaan kekayaan negara; b. kekayaan negara yang dikuasai; c. kekayaan negara yang dimiliki; d. kekaaan negara yang dipisah; e. kekayaan negara lainnya; f. hak dan kewajiban masyarakat; g. perans serta masyarakat; h. larangan; dan i. sanksi.

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  6  

BAB III

PENYELENGGARAANPENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Kekayaan Negara Dikuasai berupa bumi, tubuh bumi, air, wilayah udara, antariksa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, serta kekayaan lainnya.

(2) Kekayaan Negara Dimiliki, berupa uang, piutang, utang, BMN/D, Investasi Pemerintah, Kekayaan Negara Dipisahkan dan Kekayaan Daerah Dipisahkan.

(3) Kekayaan Negara Dimiliki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa uang, piutang, utangdan Investasi Pemerintah, dan Saham Pemerintah/Daerah yang berasal dari Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan diatur dengan undang-undang tersendiri.

Bagian Kedua

Kekuasaan Pengelolaan Kekayaan Negara

Pasal 5

(1) Kekuasaan pengelolaan Kekayaa Negara berada di tangan Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

(2) Pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Kewenangan Pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai

Pasal 6

(1) Kekuasaan Presiden dalam pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5untuk Kekayaan Negara Dikuasai dikuasakan kepada Pengelola Sektor.

(2) Pengelola Sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai terkait aspek fiskal dilakukan bersama dengan Pengelola Fiskal.

Pasal 7

(1) Pengelola Fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) mempunyai wewenang dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai sebagai berikut:

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  7  

a. melakukan pembahasan bersama dengan Pengelola Sektor mengenai perencanaan target fiskal untuk masing-masing sektor;

b. menentukan besaran target fiskal, kontribusi, dan besaran bagi hasil terkait pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai atas usulan Pengelola Sektor;

c. menetapkan aturan mengenai besaran target fiskal, kontribusi, dan besaran bagi hasil terkait pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai;

d. melakukan klarifikasi data dan informasi yang terkait dengan aspek fiskal kepada Pengelola Sektor;

e. melakukan konsolidasi neraca kekayaan negara dari Pengelola Sektor dalam rangka menyusun daftar Kekayaan Negara secara keseluruhan;

f. melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi dari aspek fiskal, termasuk meminta audit atas pelaksanaan teknis pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai;

g. meminta audit terkait dengan penerimaan negara dari pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

h. melakukan koordinasi antar lembaga bersifat nasional yang dibentuk oleh Pengelola Sektor; dan

i. melakukan tugas-tugas kewenangan lain yang timbul dalam rangka pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai.

(2) Pengelola Sektor sebagaimana dimakud dalam Pasal 6 ayat (2) mempunyai wewenang dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai sebagai berikut:

a. menyusun rencana jangka panjang, menengah dan pendek mengenai pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai sesuai sektor yang berada dalam kewenangannya, termasuk rencana umum tata ruang dengan memperhatikan kebijakan teknis serta penetapan kawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. menyampaikan usulan perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek mengenai pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai kepada Presiden setelah dibahas dengan Menteri sesuai sektor yang berada dalam kewenangannya;

c. melakukan studi kelayakan dalam pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

d. menyusun kebijakan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai yang bersifat teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. melakukan inventarisasi, verifikasi dan validasi data dan informasi yang terkait pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai;

f. melakukan penilaian atas Kekayaan Negara Dikuasai;

g. menyusun neraca Kekayaan Negara Dikuasai masing-masing sektor yang dikelolanya;

h. menetapkan kawasan atau wilayah sesuai dengan masing-masing sektor yang dikelolanya;

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  8  

i. melaksanakan pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai yang berada dalam penguasaannya sesuai target yang telah ditetapkan;

j. memberikan, membekukan, atau mencabut hak atau izin Operator Kekayaan Negara Dikuasai untuk melakukan pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

k. melakukan pengaturan konservasi dan pemulihan dalam rangka pelestarian yang dilakukan oleh Operator Kekayaan Negara Dikuasai;

l. melakukan pengawasan atas pengelolaan Kekayaan Negara sesuai sektor yang menjadi kewenangannya;

m. melakukan pengawasan atas pelaksanaan kompensasi yang diwajibkan terhadap Operator Kekayaan Negara Dikuasai kepada masyarakat secara langsung; dan

n. memberikan, membekukan, dan mencabut hak atau ijin pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai.

Bagian Keempat

Subjek dan Kewenangan Kekayaan Negara Dimiliki

Pasal 8

(1) Kekuasaan Presiden dalam pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 untuk Kekayaan Negara Dimiliki dikuasakan:

a. Untuk BMN kepada:

1) Menteri selaku Pengelola BMN;

2) Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Barang dari Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya.

b. Untuk Kekayaan Negara Dipisahkan kepada Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Kekayaan Negara Dipisahkan.

(2) Presiden dalam rangka pengelolaan Kekayaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 untuk Kekayaan Negara Dimiliki menyerahkan:

a. Untuk BMD kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang selanjutnya dikuasakan kepada:

1) Sekretaris Daerah selaku Pengelola BMD; dan

2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Barang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya.

b. Untuk Kekayaan Daerah Dipisahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan Kekayaan Daerah Dipisahkan.

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  9  

Pasal 9

(1) Menteri selaku Pengelola BMN berwenang menetapkan kebijakan pengelolaan BMN

(2) Kewenangan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilimpahkan kepada pejabat pengelolaan BMN.

(3) Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola BMD berwenang menetapkan kebijakan pengelolaan BMD.

(4) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk.

Pasal 10

(1) Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Kekayaan Negara Dipisahkan berwenang melakukan pengelolaan KekayaanNegara Dipisahkan berupa saham, bentuk penyertaan lainnya pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas/Badan Hukum Lainnya/Lembaga Keuangan Internasional dan surat berharga lainnya, sesuai ketentuan perundangan.

(2) Peraturan perundangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan undang-undang yang terkait yaitu Undang-Undang BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas/badan hukum lainnya, perjanjian internasional yang berlaku, dan ketentuan yang berhubungan dengan surat berharga.

(3) Gubernur/Bupati/Walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan Kekayaan Daerah Dipisahkan berwenang melakukan pengelolaan Kekayaan Daerah Dipisahkan berupa saham atau bentuk penyertaan lainnya pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas.

Pasal 11

(1) Sebagian kewenangan Menteri dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas dan Badan Hukum Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat dikuasakan kepada Penerima Kuasa.

(2) Penerima Kuasa menyampaikan laporan pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan atas kewenangan yang dikuasakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri.

Pasal 12

(1) Sebagian kewenangan Menteri dalam pengelolaan kekayaan negara dipisahkan yang dapat dikuasakan kepada Penerima Kuasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (1) adalah:

a. melaksanakan kewenangan selaku pemegang saham, wakil Pemerintah, atau Rapat Umum Pemegang Saham pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. melakukan perencanaan strategis dalam rangka pengembangan BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas;

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  10  

c. melaksanakan kewenangan selaku pemilik Kekayaan Negara Dipisahkan pada Badan Hukum Lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d. melakukan perencanaan strategis dalam rangka pengembangan Badan Hukum Lainnya.

(2) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berdampak pada penurunan modal BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas atau Badan Hukum Lainnya harus mendapatkan persetujuan Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Negara Dipisahkan.

BAB IV

KEKAYAAN NEGARA YANG DIKUASAI

Bagian Kesatu

Lingkup Kegiatan

Pasal 13

(1) Pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai terbagi dalam sektor :

a. agraria/pertanahan;

b. pertanian;

c. perkebunan;

d. kehutanan;

e. pertambangan, mineral dan batubara;

f. minyak dan gas bumi;

g. panas bumi;

h. sumber daya lainnya yang berasal dari tubuh bumi;

i. energi;

j. kelautan dan perikanan;

k. wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

l. sumber daya air;

m. wilayah udara;

n. antariksa diatas wilayah teritorial Indonesia; dan

o. sektor lainnya.

(2) Kegiatan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai meliputi pengaturan, peruntukan, kemanfaatan, penatagunaan, penelitian dan pengembangan, eksplorasi, pengusahaan, penilaian, penatausahaan, pengawasan dan penertiban, dan penyelesaian perselisihan.

(3) Pembagian wewenang pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah dan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  11  

Bagian Kedua

Penatagunaan

Pasal 14

Pengelola Sektor menetapkan penatagunaan Kekayaan Negara Dikuasai yang berada dalam kewenangannya meliputi:

a. menyusun kebijakan penggunaan Kekayaan Negara Dikuasai sesuai dengan tugas dan fungsi Pengelola Sektor; dan

b. menetapkan kawasan, wilayah, ruang atau zonasi sesuai dengan masing-masing sektor yang dikelolanya.

Bagian Ketiga

Pengusahaan

Paragraf 1

Pemberian Hak atau Ijin

Pasal 15

(1) Pemberian hak atau ijin pengusahaan oleh Pengelola Sektor didasarkan pada:

a. optimalisasi pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai sesuai dengan rencana tahunan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai;

b. ketersediaan Kekayaan Negara Dikuasai dan keberlanjutannya; dan

c. distribusi manfaat yang berkeadilan bagi masyarakat.

(2) Pemberian hak atau ijin Operator Kekayaan Negara Dikuasai dilakukan melalui penawaran umum.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal pemberian hak atau ijin Operator Kekayaan Negara Dikuasai dapat dilakukan tidak melalui penawaran umumyang pelaksanaannya diatur lebih lanjutdalam Peraturan Pemerintah.

(4) Pelaksanaan pemberian hak atau ijin dilaporkan setiap tahun oleh Pengelola Sektor kepada Presiden.

(5) Dalam hal Pengelola Sektor adalah Pemerintah Daerah, pelaksanaan pemberian hak atau ijin dilaporkan setiap tahun kepada Presiden melalui menteri terkait.

(6) Pemberian hak atau ijin dalam bentuk kontrak kerjasama asing harus mempertimbangkan :

a. alih teknologi dan pengetahuan;

b. pemberian prioritas pada rekrutmen tenaga kerja bagi tenaga kerja lokal/nasional/dalam negeri;

c. divestasi atau pengalihan kepemilikan; dan

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  12  

d. pengutamaan pengolahan dan pemurnian Kekayaan Negara Dikuasai di dalam negeri.

(7) Pemberian hak atas tanah tidak mengakibatkan timbulnya hak atau ijin pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai.

Pasal 16

Pengalihan kepemilikan Operator Kekayaan Negara Dikuasai yang berbentuk badan hukum atau badan usaha yang mengakibatkan peralihan pengendalian badan hukum atau badan usaha harus mendapat ijin dari Pengelola Fiskal berdasarkan rekomendasi dari Pengelola Sektor.

Pasal 17

(1) Operator Kekayaan Negara Dikuasai dapat mengalihkan ijin pengusahaan kepada Pihak Lain atau melaksanakan kerja sama pengusahaan dengan Pihak Lain.

(2) Pengalihan ijin pengusahaan atau pelaksanaan kerja sama pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan sepanjang memperoleh ijin dari Pengelola Sektor dan dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2

Pelaksanaan Pengusahaan

Pasal 18

(1) Pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pengelola Sektor merencanakan pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai untuk masing-masing sektor;

b. Pengelola Fiskal bersama dengan Pengelola Sektor membahas pencapaian target fiskal untuk sektor yang bersangkutan;

c. Pengelola Fiskal menetapkan target fiskal hasil pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai pada semua sektor;

d. Pengelola Sektor melaksanakan pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai yang berada dalam penguasaannya berdasarkan target yang telah ditetapkan;

e. Pengelola Fiskal bersama dengan Pengelola Sektor membahas besaran dan bentuk kompensasi secara langsung kepada masyarakat yang wajib dilaksanakan oleh Operator Kekayaan Negara Dikuasai;

f. Operator pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai mengusahakan Kekayaan Negara Dikuasai setelah memperoleh hak atau izin dari Pengelola Sektor; dan

g. Operator Kekayaan Negara Dikuasai dalam pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai memberikan kompensasi secara

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  13  

langsung kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf e.

(2) Dalam hal pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai memberikan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, menunjang pertumbuhan perekonomian nasional/daerah dan meningkatkan pendapatan negara, Pemerintah dapat memberikan fasilitasi dan/atau insentif kepada Operator Kekayaan Negara Dikuasai.

(3) Bentuk fasilitasi dan/atau insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Pengelola Fiskal atas usul Pengelola Sektor.

Pasal 19

Hasil pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai menjadi hak Operator Kekayaan Negara Dikuasai dengan memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Operator Kekayaan Negara Dikuasai wajib menyetor kepada negara berupa:

a. penerimaan bukan pajak;

b. pajak sesuai ketentuan undang-undang perpajakan; dan/atau

c. pajak daerah dan retribusi daerah.

(2) Besaran penerimaan bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Pengelola Sektor setelah mendapat persetujuan Pengelola Fiskal.

(3) Operator Kekayaan Negara Dikuasai wajib memberikan kompensasi kepada masyarakat.

(4) Operator Kekayaan Negara Dikuasai wajib memperhatikan hak-hak masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Operator Kekayaan Negara Dikuasai harus memperhatikan hak-hak masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan bukan pajak dan besaran bagian pemerintah dari perjanjian bagi hasil sebagaimana tersebut dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Penilaian

Pasal 21

(1) Penilaian Kekayaan Negara Dikuasai dilaksanakan dalam rangka:

a. penyusunan neraca Kekayaan Negara Dikuasai;

b. penetapan kebijakan fiskal atas Kekayaan Negara Dikuasai; dan/atau

c. pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai.

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  14  

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memperoleh nilai wajar dan/atau nilai ekonomi.

(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh penilai pemerintah bersertifikat.

(4) Dalam hal diperlukan, penilaian untuk Kekayaan Negara Dikuasai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan oleh penilai publik bersertifikat.

Bagian Keempat

Penatausahaan

Pasal 22

Pengelola Sektor melaksanakan penatausahaan Kekayaan Negara Dikuasai meliputi:

a. pembukuan;

b. inventarisasi; dan

c. pelaporan.

Pasal 23

(1) Pengelola Sektor menyusun neraca Kekayaan Negara Dikuasai sektor yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada Pengelola Fiskal setiap tahun.

(2) Berdasarkan neraca Kekayaan Negara Dikuasai yang diterima dari Pengelola Sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola Fiskal menyusun neraca konsolidasi Kekayaan Negara Dikuasai dan menyampaikannya kepada Presiden setiap tahun.

Bagian Kelima

Pengawasan dan Penertiban

Pasal 24

(1) Pengelola Sektor dan Pengelola Fiskal melakukan pengawasan dan penertiban atas pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri sesuai kewenangannya.

(2) Pengawasan dan penertiban pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai dilakukan oleh Pengelola Sektor atas penatagunaan, pengusahaan, dan penatausahaan Kekayaan Negara Dikuasai.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai oleh Pengelola Sektor.

(4) Pengawasan dan penertiban atas pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai yang dilakukan oleh Pengelola Fiskal meliputi:

a. pemantauan penerimaan negara; dan

b. evaluasi penerimaan negara.

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  15  

Pasal 25

(1) Sebagai tindak lanjut atas pengawasan dan penertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), Pengelola Sektor dapat melakukan:

a. pembekuan hak atau ijinpengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

b. pencabutan hak atau ijin pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

c. pengurangan wilayah pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai; dan

d. pengenaan denda administratif.

(2) Sebagai tindak lanjut atas pengawasan dan penertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), Pengelola Fiskal dapat meminta audit penerimaan negara dari pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai.

Pasal 26

(1) Setiap Operator Kekayaan Negara Dikuasai yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 ayat (3) pemberian kompensasi kepada masyarakat secara langsung, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. pembekuan hak atau ijinpengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

b. pencabutan hak atau ijin pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai;

c. pengurangan wilayah pengusahaan Kekayaan Negara Dikuasai; dan/atau

d. denda administratif.

(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), dikenakan denda paling sedikit 400% (empat ratus perseratus) dari besaran yang telah ditetapkan untuk digunakan sebagai pemenuhan kewajiban kompensasi kepada masyarakat.

Bagian Ketujuh

Penyelesaian Perselisihan

Pasal 27

(1) Penyelesaian perselisihan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi, sosial, dan aspek terkait lainnya.

(2) Perselisihan dalam pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai antara:

a. Pengelola Sektor dengan Operator Kekayaan Negara Dikuasai;

b. Pengelola Sektor dengan masyarakat;

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  16  

c. Masyarakat dengan Operator Kekayaan Negara Dikuasai;

d. Pengelola Fiskal dengan Operator Kekayaan Negara Dikuasai; dan/atau

e. Pengelola Fiskal dengan masyarakat,

diselesaikan melalui peradilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyelesaian perselisihan antara Pengelola Sektor dengan Operator Kekayaan Negara Dikuasai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan melalui arbitrase sepanjang diperjanjikan oleh para pihak.

(4) Penyelesaian perselisihan pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai antar sektor diselesaikan oleh Pengelola Fiskal dengan membentuk Tim Ad Hoc.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut atas pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai pada sektor lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf o diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

BAB V

KEKAYAAN NEGARA DIMILIKI

Bagian Kesatu

Barang Milik Negara/Daerah

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 29

(1) Kekayaan Negara Dimiliki berupa BMN/Dmeliputi barang berwujud dan tak berwujud yang berasal dari:

a. pembelian atau perolehan atas beban APBN/D; atau

b. perolehan lainnya yang sah.

(2) Barangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Paragraf Kedua

Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  17  

Pasal 30

Pengelolaan BMN/D meliputi:

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penggunaan;

d. pemanfaatan;

e. pengamanan dan pemeliharaan;

f. penilaian;

g. pemindahtanganan;

h. pemusnahan;

i. penghapusan;

j. penatausahaan;

k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Bagian Ketiga

Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Pasal 31

(1) Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah serta ketersediaan Barang Milik Negara/Daerah yang ada.

(2) Perencanaan Kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara/Daerah.

(3) Perencanaan Kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu dasar bagi Kementerian/ Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru dan angka dasar serta penyusunan rencana kerja dan anggaran.

(4) Perencanaan Kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali untuk Penghapusan, berpedoman pada:

a. standar barang;

b. standar kebutuhan; dan/atau

c. standar harga.

(5) Standar barang dan standar kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b ditetapkan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara setelah berkoordinasi dengan instansi terkait; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah setelah berkoordinasi dengan dinas teknis terkait.

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  18  

(6) Penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri.

(7) Standar harga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32

(1) Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan kantor yang dipimpinnya.

(2) Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pengelola Barang.

(3) Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usul rencana kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dan menetapkannya sebagai rencana kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah.

Bagian Keempat

Pengadaan

Pasal 33

Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, non diskriminatif dan akuntabel.

Pasal 34

Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam suatu peraturan perundangan.

Bagian Kelima

Penggunaan

Pasal 35

Barang Milik Negara/Daerah ditetapkan status penggunaanya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja pemerintah daerah (SKPD), dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang bersangkutan.

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  19  

Pasal 36

Status Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah ditetapkan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 37

Penetapan status Penggunaan tidak dilakukan terhadap:

a. Barang Milik Negara/Daerah berupa:

1. barang persediaan;

2. konstruksi dalam pengerjaan; atau

3. barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.

b. Barang Milik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan kepada Pemerintah Daerah terkait.

c. Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang; atau

d. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 38

(1) Pengelola Barang dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan atas Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola Barang Milik Daerah.

Pasal 39

(1) Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

a. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Negara yang diterimanya kepada Pengelola Barang disertai dengan usul Penggunaan; dan

b. Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menetapkan status penggunaannya.

(2) Penetapan status Penggunaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

a. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Daerah yang diterimanya kepada Pengelola Barang disertai dengan usul Penggunaan; dan

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  20  

b. Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada huruf a dan mengajukan usul Penggunaan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk ditetapkan status penggunaannya.

(3) Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat menetapkan status Penggunaan Barang Milik Negara pada Pengguna Barang tanpa didahului usulan dari Pengguna Barang.

Pasal 40

Barang Milik Negara/Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah, guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

Pasal 41

(1) Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Negara tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pengelola Barang.

(2) Barang Milik Daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Daerah tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota.

Pasal 42

(1) Barang Milik Negara dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang.

(2) Pengalihan status Penggunaan Barang Milik Negara dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.

Pasal 43

(1) Barang Milik Daerah dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Pengalihan status Penggunaan Barang Milik Daerah dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota, dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  21  

Pasal 44

(1) Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara/ Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.

(2) Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang, kepada:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik Daerah.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila tanah dan/atau bangunan tersebut telah direncanakan untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh:

a. Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 45

(1) Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2), dikenakan sanksi berupa:

a. pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan tersebut; dan/atau

b. penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau Penghapusan Barang Milik Negara.

(2) Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan tersebut.

(3) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau tidak dimanfaatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicabut penetapan status penggunaannya oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 46

(1) Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara yang harus diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang

Page 22: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  22  

dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Barang Milik Daerah yang harus diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain.

(3) Dalam menetapkan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pengelola Barang Milik Negara atau Gubernur/Bupati/Walikota memperhatikan:

a. standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk menyelenggarakan dan menunjang tugas dan fungsi instansi bersangkutan;

b. hasil audit atas Penggunaan tanah dan/atau bangunan; dan/atau

c. laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain.

(4) Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. penetapan status Penggunaan;

b. pemanfaatan; atau

c. pemindahtanganan.

Bagian Keenam

Kriteria Pemanfaatan

Pasal 47

(1) Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya;

b. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang;

c. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang; atau

d. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum.

Page 23: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  23  

Bagian Ketujuh

Bentuk Pemanfaatan

Pasal 48

Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:

a. Sewa;

b. Pinjam Pakai;

c. Kerja Sama Pemanfaatan;

d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau

e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Pasal 49

(1) Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota;

c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;

d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau

e. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh Pengelola Barang.

(3) Sewa Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota.

(4) Sewa Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.

(5) Hasil penerimaan sewa Barang Milik Negara/Daerah disetor ke kas negara/daerah sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Pasal 50

(1) Barang Milik Negara/Daerah dapat disewakan kepada Pihak Lain.

(2) Jangka waktu Sewa Barang Milik Negara/Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Jangka waktu Sewa Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk:

a. kerja sama infrastruktur;

b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun; atau

c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.

Page 24: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  24  

(4) Formula tarif/besaran Sewa Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan ditetapkan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Besaran Sewa atas Barang Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a atau untuk kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dapat mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur.

(6) Formula tarif/besaran Sewa Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan ditetapkan oleh:

a. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota dengan berpedoman pada kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik Daerah.

(7) Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan perjanjian, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran Sewa, dan jangka waktu;

c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu Sewa; dan

d. hak dan kewajiban para pihak.

(8) Hasil Sewa Barang Milik Negara/Daerah merupakan penerimaan negara dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah.

(9) Penyetoran uang Sewa harus dilakukan sekaligus secara tunai paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian Sewa Barang Milik Negara/Daerah.

(10) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9), penyetoran uang Sewa Barang Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat dilakukan secara bertahap dengan persetujuan Pengelola Barang.

Pasal 51

(1) Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

(2) Jangka waktu Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

(3) Pinjam Pakai dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu;

Page 25: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  25  

c. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan

d. hak dan kewajiban para pihak.

Pasal 52

Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dengan Pihak Lain dilaksanakan dalam rangka:

a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Barang Milik Negara/Daerah; dan/atau

b. meningkatkan penerimaan negara/pendapatan daerah.

Pasal 53

(1) Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota;

c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;

d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau

e. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh Pengelola Barang.

(3) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

(4) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/ Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang.

Pasal 54

(1) Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/ Daerah dilaksanakan dengan ketentuan:

a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan terhadap Barang Milik Negara/Daerah tersebut;

b. Mitra Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan melalui tender, kecuali untuk Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. Penunjukan langsung mitra Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan oleh Pengguna Barang

Page 26: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  26  

terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Mitra Kerja Sama Pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah;

e. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh:

1) Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara pada Pengelola Barang dan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan serta sebagian tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang;

2) Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan;

3) Pengguna Barang dan dapat melibatkan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau

4) Pengelola Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

f. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan harus mendapat persetujuan Pengelola Barang;

g. dalam Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan, sebagian kontribusi tetap dan pembagian keuntungannya dapat berupa bangunan beserta fasilitasnya yang dibangun dalam satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek Kerja Sama Pemanfaatan;

h. besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya sebagai bagian dari kontribusi tetap dan kontribusi pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada huruf g paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari total penerimaan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan selama masa Kerja Sama Pemanfaatan;

i. bangunan yang dibangun dengan biaya sebagian kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dari awal pengadaannya merupakan Barang Milik Negara/Daerah;

j. selama jangka waktu pengoperasian, mitra Kerja Sama Pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan Barang Milik Negara/Daerah yang menjadi objek Kerja Sama Pemanfaatan; dan

k. jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.

(2) Semua biaya persiapan Kerja Sama Pemanfaatan yang terjadi setelah ditetapkannya mitra Kerja Sama Pemanfaatan dan biaya pelaksanaan Kerja Sama Pemanfaatan menjadi beban mitra Kerja Sama Pemanfaatan.

(3) Ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k tidak berlaku dalam hal Kerja Sama Pemanfaatan

Page 27: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  27  

atas Barang Milik Negara/ Daerah untuk penyediaan infrastruktur berupa:

a. infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan laut, sungai dan/atau danau, bandar wilayah udara, terminal, dan/atau jaringan rel dan/atau stasiun kereta api;

b. infrastruktur jalan meliputi jalan jalur khusus, jalan tol, dan/atau jembatan tol;

c. infrastruktur sumber daya air meliputi saluran pembawa air baku dan/atau waduk/bendungan;

d. infrastruktur air minum meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan/atau instalasi pengolahan air minum;

e. infrastruktur air limbah meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan/atau jaringan utama, dan/atau sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan/atau tempat pembuangan;

f. infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi;

g. infrastruktur ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi, distribusi dan/atau instalasi tenaga listrik; dan/atau

h. infrastruktur minyak dan/atau gas bumi meliputi instalasi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan/atau distribusi minyak dan/atau gas bumi.

(4) Jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah untuk penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.

(5) Dalam hal mitra Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah untuk penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berbentuk Badan Usaha Milik Negara/Daerah, kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh per seratus) dari hasil perhitungan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e.

(6) Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk Menteri.

Pasal 55

(1) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan

b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.

Page 28: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  28  

(2) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang.

(3) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang Milik Daerah setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

(4) Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang dan telah direncanakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang yang bersangkutan, dapat dilakukan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna setelah terlebih dahulu diserahkan kepada:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan mengikutsertakan Pengguna Barang sesuai tugas dan fungsinya.

Pasal 56

Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah sebagai hasil dari pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang untuk Barang Milik Negara, dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga terkait; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota untuk Barang Milik Daerah, dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah terkait.

Pasal 57

(1) Jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani.

(2) Penetapan mitra Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui tender.

(3) Mitra Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian:

a. wajib membayar kontribusi ke rekening Kas Umum Negara/Daerah setiap tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;

b. wajib memelihara objek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; dan

c. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau memindahtangankan:

1) tanah yang menjadi objek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;

Page 29: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  29  

2) hasil Bangun Guna Serah yang digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Pusat/Daerah; dan/atau

3) hasil Bangun Serah Guna.

(4) Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna harus digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Pusat/Daerah paling sedikit 10% (sepuluh per seratus).

(5) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang sekurang- kurangnya memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. objek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;

c. jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; dan

d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian.

(6) Izin mendirikan bangunan dalam rangka Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna harus diatasnamakan:

a. Pemerintah Republik Indonesia, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pemerintah Daerah, untuk Barang Milik Daerah.

(7) Semua biaya persiapan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna yang terjadi setelah ditetapkannya mitra Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dan biaya pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna menjadi beban mitra yang bersangkutan.

(8) Mitra Bangun Guna Serah Barang Milik Negara harus menyerahkan objek Bangun Guna Serah kepada Pengelola Barang pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah.

(9) Mitra Bangun Guna Serah Barang Milik Daerah harus menyerahkan objek Bangun Guna Serah kepada Gubernur/Bupati/Walikota pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah.

Pasal 58

(1) Bangun Serah Guna Barang Milik Negara dilaksanakan dengan tata cara:

a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan objek Bangun Serah Guna kepada Pengelola Barang setelah selesainya pembangunan;

b. hasil Bangun Serah Guna yang diserahkan kepada Pengelola Barang ditetapkan sebagai Barang Milik Negara;

c. mitra Bangun Serah Guna dapat mendayagunakan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada huruf b sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian; dan

Page 30: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  30  

d. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek Bangun Serah Guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Pengelola Barang.

(2) Bangun Serah Guna Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan tata cara:

a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan objek Bangun Serah Guna kepada Gubernur/Bupati/ Walikota setelah selesainya pembangunan;

b. hasil Bangun Serah Guna yang diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota ditetapkan sebagai Barang Milik Daerah;

c. mitra Bangun Serah Guna dapat mendayagunakan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian; dan

d. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek Bangun Serah Guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota.

Pasal 59

(1) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan pada Pengelola Barang/Pengguna Barang;

b. Barang Milik Negara/Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau

c. Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(3) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah pada Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c dilaksanakan oleh:

a. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengguna Barang dengan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 60

(1) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah dilakukan antara Pemerintah dan Badan Usaha.

(2) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan usaha yang berbentuk:

Page 31: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  31  

a. perseroan terbatas;

b. Badan Usaha Milik Negara;

c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

d. koperasi.

(3) Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperpanjang.

(4) Penetapan mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(5) Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang telah ditetapkan, selama jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur:

a. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau memindahtangankan Barang Milik Negara/Daerah yang menjadi objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur;

b. wajib memelihara objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur; dan

c. dapat dibebankan pembagian kelebihan keuntungan sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian dimulai (clawback).

(6) Pembagian kelebihan keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c disetorkan ke Kas Umum Negara/Daerah.

(7) Formula dan/atau besaran pembagian kelebihan keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c ditetapkan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(8) Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur harus menyerahkan objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur kepada Pemerintah pada saat berakhirnya jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sesuai perjanjian.

(9) Barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur menjadi Barang Milik Negara/Daerah sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian.

Bagian Kedelapan

Tender

Pasal 61

Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan Pasal 36 dilakukan dengan tata cara:

a. Rencana tender diumumkan di media massa nasional;

b. Tender dapat dilanjutkan pelaksanaannya sepanjang terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra yang memasukkan penawaran;

c. Dalam hal calon mitra yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta, dilakukan pengumuman ulang di media massa nasional; dan

Page 32: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  32  

d. dalam hal setelah pengumuman ulang:

1) terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra, proses dilanjutkan dengan mekanisme tender;

2) terdapat 2 (dua) peserta calon mitra, tender dinyatakan gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan mekanisme seleksi langsung; atau

3) terdapat 1 (satu) peserta calon mitra, tender dinyatakan gagal dan proses selanjutnya dilakukan dengan mekanisme penunjukan langsung.

Bagian Kesembilan

Pengamanan dan Pemeliharaan

Pasal 62

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya.

(2) Pengamanan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

Pasal 63

(1) Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah harus disertipikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

(2) Barang Milik Negara/Daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

(3) Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pengguna Barang.

(4) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Pasal 64

(1) Bukti kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.

(2) Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Pengelola Barang.

(3) Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

(4) Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Daerah dilakukan oleh Pengelola Barang.

Page 33: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  33  

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal 65

(1) Pengelola Barang dapat menetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Negara tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota dapat menetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Daerah tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara asuransi Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 66

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di bawah penguasaannya.

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang.

(3) Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

(4) Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Bagian Kesepuluh

Penilaian

Pasal 67

(1) Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan Barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan secara tertulis Daftar Hasil Pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala.

(2) Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah.

Page 34: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  34  

Pasal 68

Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk:

a. Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai; atau

b. Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.

Pasal 69

Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Pasal 70

(1) Penilaian Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh:

a. Penilai Pemerintah; atau

b. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh:

a. Penilai Pemerintah; atau

b. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota.

(3) Penilaian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Penjualan Barang Milik Negara berupa tanah yang diperlukan untuk pembangunan rumah susun sederhana.

(5) Nilai jual Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan perhitungan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

Pasal 71

(1) Penilaian Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, dan dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, dan dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota.

Page 35: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  35  

(3) Penilaian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa melibatkan Penilai, maka hasil Penilaian Barang Milik Negara/Daerah hanya merupakan nilai taksiran.

(5) Hasil Penilaian Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh:

a. Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 72

(1) Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara/Daerah yang telah ditetapkan dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah.

(2) Keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional.

(3) Keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional.

Pasal 73

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan Dalam Negeri mengacu pada Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Kesebelas

Pemindahtanganan

Pasal 74

(1) Barang Milik Negara/Daerah yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi pemerintahan negara/daerah, dapat dipindahtangankan.

(2) Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:

a. Penjualan;

b. Tukar Menukar;

c. Hibah; atau

d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah.

Page 36: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  36  

Pasal 75

(1) Pemindahtanganan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 untuk:

a. tanah dan/atau bangunan; atau

b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah untuk:

a. tanah dan/atau bangunan; atau

b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(3) Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, apabila:

a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran;

c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;

d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau

e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

Pasal 76

(1) Usul untuk memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) diajukan oleh Pengelola Barang.

(2) Usul untuk memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) diajukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 77

(1) Pemindahtanganan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) dilaksanakan dengan ketentuan:

a. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang dengan sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Menteri;

Page 37: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  37  

b. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Presiden;

c. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai lebih besar dari Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Usul untuk memperoleh persetujuan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diajukan oleh Pengelola Barang.

Pasal 78

(1) Pemindahtanganan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan dengan ketentuan:

a. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

b. b. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

c. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Presiden;

d. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Presiden;

e. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang; atau

f. untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang.

(2) Usul untuk memperoleh persetujuan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d diajukan oleh Pengelola Barang.

Page 38: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  38  

Pasal 79

(1) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(3) Usul untuk memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 80

Penjualan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah yang berlebih atau tidak digunakan/dimanfaatkan;

b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara/daerah apabila dijual; dan/atau

c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 81

(1) Penjualan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan secara lelang, kecuali dalam hal tertentu.

(2) Pengecualian dalam hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus;

b. Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang; atau

c. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Penentuan nilai dalam rangka Penjualan Barang Milik Negara/Daerah secara lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhitungkan faktor penyesuaian.

(4) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan batasan terendah yang disampaikan kepada:

a. Pengelola Barang/Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah,sebagai dasar penetapan nilai limit.

Pasal 82

Penjualan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh:

Page 39: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  39  

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 83

(1) Penjualan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82huruf b dilakukan dengan tata cara:

a. Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul Penjualan Barang Milik Negara kepada Pengguna Barang untuk diteliti dan dikaji;

b. Pengguna Barang mengajukan usul Penjualan Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Penjualan Barang Milik Negara yang diajukan oleh Pengguna Barang dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Penjualan Barang Milik Negara yang diajukan oleh Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

e. untuk Penjualan yang memerlukan persetujuan Presiden atau Dewan Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang mengajukan usul Penjualan Barang Milik Negara disertai dengan pertimbangan atas usulan tersebut; dan

f. penerbitan persetujuan pelaksanaan oleh Pengelola Barang untuk Penjualan sebagaimana dimaksud pada huruf e dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden atau Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Penjualan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf c dilakukan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Penjualan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota disertai pertimbangan aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

b. Gubernur/Bupati/Walikota meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya Penjualan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Gubernur/Bupati/ Walikota dapat menyetujui dan menetapkan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang akan dijual sesuai batas kewenangannya; dan

d. untuk Penjualan yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Gubernur/Bupati/ Walikota mengajukan usul Penjualan disertai dengan pertimbangan atas usulan tersebut.

Page 40: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  40  

(3) Hasil Penjualan Barang Milik Negara wajib disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara sebagai penerimaan negara.

(4) Hasil penjualan Barang Milik Daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah sebagai penerimaan daerah.

Pasal 84

(1) Tukar Menukar Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan;

b. untuk optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah; dan

c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

(2) Tukar Menukar Barang Milik Negara dapat dilakukan dengan pihak:

a. Pemerintah Daerah;

b. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki Negara; atau

c. Swasta.

(3) Tukar Menukar Barang Milik Daerah dapat dilakukan dengan pihak:

a. Pemerintah Pusat;

b. Pemerintah Daerah lainnya;

c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara; atau

d. swasta.

Pasal 85

(1) Obyek tukar Menukar dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan:

1. yang berada pada Pengelola Barang untuk Barang Milik Negara; atau

2. yang telah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, untuk Barang Milik Daerah;

b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah, sesuai batas kewenangannya.

(3) Tukar Menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh:

Page 41: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  41  

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(4) Tukar Menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh:

a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

b. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Tukar Menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang.

b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 86

(1) Tukar Menukar Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf a dan ayat (5) huruf a dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengelola Barang mengkaji perlunya Tukar Menukar Barang Milik Negara dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

b. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menetapkan Barang Milik Negara yang akan dipertukarkan sesuai batas kewenangannya;

c. Tukar Menukar Barang Milik Negara dilaksanakan melalui proses persetujuan dengan berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1), Pasal 75 ayat (3), Pasal 76ayat (1), dan Pasal 77 ayat (1); dan

d. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2) Tukar Menukar Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf b dan ayat (5) huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Tukar Menukar Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya Tukar Menukar Barang Milik Negara tersebut dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

Page 42: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  42  

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Tukar Menukar Barang Milik Negara yang diajukan oleh Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

d. Pengguna Barang melaksanakan Tukar Menukar dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

e. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Pasal 87

(1) Tukar Menukar Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Tukar Menukar Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada Gubernur/Bupati/Walikota disertai pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Gubernur/Bupati/Walikota meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya Tukar Menukar Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridi

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Gubernur/Bupati/ Walikota dapat menyetujui dan menetapkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;

d. proses persetujuan Tukar Menukar Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2), Pasal 75 ayat (3), dan Pasal 75 ayat (2);

e. Pengelola Barang melaksanakan Tukar Menukar dengan berpedoman pada persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota; dan

f. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2) Tukar Menukar Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Tukar Menukar Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji pertimbangan tersebut dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Tukar Menukar Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya;

d. Proses persetujuan Tukar Menukar Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84;

Page 43: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  43  

e. Pengguna Barang melaksanakan Tukar Menukar dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

f. Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Pasal 88

(1) Hibah Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/ daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. Bukan merupakan barang rahasia negara;

b. Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; dan

c. Tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

Pasal 89

(1) Hibah dapat berupa:

a. Tanah dan/atau bangunan:

1. Yang berada pada Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara;

2. Yang telah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, untuk Barang Milik Daerah;

b. Tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. Selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah, sesuai batas kewenangannya.

(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh:

a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

b. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

Page 44: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  44  

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 90

(1) Hibah Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf a dan Pasal 89 ayat (5) huruf a dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengelola Barang mengkaji perlunya Hibah Barang Milik Negara berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88;

b. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan sesuai batas kewenangannya;

c. Proses persetujuan Hibah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 75 ayat (1), Pasal 75 ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 ayat (1); dan

d. Pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2) Hibah Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) huruf b dan Pasal 89 ayat (5) huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Hibah kepada Pengelola Barang disertai dengan pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Hibah Barang Milik Negara berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat mempertimbangkan untuk menyetujui usul Hibah yang diajukan oleh Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

d. Pengguna Barang melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

e. Pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Page 45: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  45  

Pasal 91

(1) Hibah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Hibah Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota disertai dengan pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Gubernur/Bupati/Walikota meneliti dan mengkaji usul Hibah Barang Milik Daerah berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Gubernur/Bupati/ Walikota dapat menyetujui dan/atau menetapkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan;

d. Proses persetujuan Hibah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 75 ayat (2), Pasal 75 ayat (3), dan Pasal 76 ayat (2);

e. Pengelola Barang melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota; dan

f. Pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2) Hibah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Hibah Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Hibah Barang Milik Daerah berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88;

c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Hibah Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya;

d. Pengguna Barang melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola Barang; dan

e. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Pasal 93

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan dan/atau meningkatkan kapasitas usaha Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan pertimbangan:

Page 46: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  46  

a. Barang Milik Negara/Daerah yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/ Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara dalam rangka penugasan pemerintah; atau

b. Barang Milik Negara/Daerah lebih optimal apabila dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Pasal 94

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah dapat berupa:

a. Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Pengelola Barang untuk Barang Milik Negara dan Gubernur/Bupati/Walikota untuk Barang Milik Daerah;

b. Tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang;atau

c. Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Pusat/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah, sesuai batas kewenangannya.

(3) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(4) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh:

a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

b. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau

c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Page 47: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  47  

Pasal 95

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat atas Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) huruf a dan Pasal 94 ayat (5) huruf a dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengelola Barang mengkaji perlunya Penyertaan Modal Pemerintah Pusat berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89;

b. Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Pusat sesuai batas kewenangannya;

c. Proses persetujuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 75 ayat (1), Pasal 75 ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 ayat (1);

d. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan melibatkan instansi terkait;

e. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan Pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan; dan

f. Pengelola Barang melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Pemerintah ditetapkan.

(2) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat atas Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1) huruf b dan Pasal 92 ayat (5) huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada Pengelola Barang disertai dengan pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang diajukan oleh Pengguna Barang berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang diajukan oleh Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

d. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan melibatkan instansi terkait;

e. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan Pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan; dan

f. Pengguna Barang melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Pemerintah ditetapkan.

Page 48: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  48  

Pasal 96

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas Barang Milik Daerah berupa tanah dan/ atau bangunan kepada Gubernur/Bupati/Walikota disertai dengan pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Gubernur/Bupati/Walikota meneliti dan mengkaji usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna Barang berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Gubernur/Bupati/ Walikota dapat menyetujui dan/atau menetapkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah;

d. Proses persetujuan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 75 ayat (2), Pasal 75 ayat (3), Pasal 77 ayat (2) dan Pasal 80;

e. Pengelola Barang melaksanakan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;

f. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

g. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk ditetapkan; dan

h. Pengelola Barang melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

(2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna Barang mengajukan usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

b. Pengelola Barang meneliti dan mengkaji usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna Barang berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola Barang dapat menyetujui usul Penyertaan Modal Pemerintah Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang diajukan oleh Pengguna Barang sesuai batas kewenangannya;

Page 49: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  49  

d. Pengelola Barang menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

e. Pengelola Barang menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk ditetapkan; dan

f. Pengguna Barang melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

Bagian Keduabelas

Pemusnahan

Pasal 97

Pemusnahan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam hal:

a. Barang Milik Negara/Daerah tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau

b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 98

(1) Pemusnahan dilaksanakan oleh:

a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(2) Pelaksanaan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pasal 99

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau cara lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 100

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pemusnahan Barang Milik Negara diatur dalam Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100, diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Page 50: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  50  

Bagian Ketigabelas

Penghapusan

Pasal 101

Penghapusan meliputi:

a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan

b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah.

Pasal 102

(1) Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 huruf a, dilakukan dalam hal Barang Milik Negara/Daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan dari:

a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau

b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(3) Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan Penghapusan dari Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, untuk Barang Milik Negara/Daerah yang dihapuskan karena:

a. Pengalihan Status Penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47;

b. Pemindahtanganan; atau

c. Pemusnahan.

(4) Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan persetujuan Penghapusan Barang Milik Daerah berupa barang persediaan kepada Pengelola Barang.

(5) Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan ayat (3) dilaporkan kepada Pengelola Barang.

(6) Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan ayat (4) dilaporkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 103

(1) Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf b dilakukan dalam hal Barang Milik Negara/Daerah tersebut sudah beralih kepemilikannya, terjadi Pemusnahan, atau karena sebab lain.

Page 51: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  51  

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:

a. Berdasarkan keputusan dan/atau laporan Penghapusan dari Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara/Daerah yang berada pada Pengguna Barang;

b. Berdasarkan keputusan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang; atau

c. Berdasarkan keputusan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang berada pada Pengelola Barang.

Bagian Keempatbelas

Penatausahaan

Pasal 104

(1) Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di bawah penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara/Daerah yang status penggunaannya berada pada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang ke dalam Daftar Barang Pengguna/Daftar Barang Kuasa Pengguna menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(3) Pengelola Barang menghimpun Daftar Barang Pengguna/ Daftar Barang Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Pengelola Barang menyusun Daftar Barang Milik Negara/Daerah berdasarkan himpunan Daftar Barang Pengguna/Daftar Barang Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan Daftar Barang Pengelola menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(5) Penggolongan dan kodefikasi Barang Milik Negara ditetapkan oleh Menteri.

(6) Penggolongan dan kodefikasi Barang Milik Daerah ditetapkan oleh Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan Menteri.

Pasal 105

(1) Pengguna Barang melakukan Inventarisasi Barang Milik Negara/Daerah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, untuk menyusun Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta rekapitulasi Barang Milik Negara/Daerah

(2) Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, Inventarisasi dilakukan oleh Pengguna Barang setiap tahun.

(3) Pengguna Barang menyampaikan laporan hasil Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Pengelola Barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya Inventarisasi.

Page 52: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  52  

Pasal 106

Pengelola Barang melakukan Inventarisasi Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 107

(1) Kuasa Pengguna Barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca satuan kerja untuk disampaikan kepada Pengguna Barang.

(2) Pengguna Barang menghimpun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan penyusunan Laporan Barang Pengguna Semesteran dan Tahunan.

(3) Laporan Barang Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah untuk disampaikan kepada Pengelola Barang.

Pasal 108

(1) Pengelola Barang harus menyusun Laporan Barang Pengelola Semesteran dan Tahunan.

(2) Pengelola Barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (2) serta Laporan Barang Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan penyusunan Laporan Barang Milik Negara/Daerah.

(3) Laporan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

Pasal 109

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pembukuan, Inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah diatur dengan Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109, diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempatbelas

Pembinaan, Pengawasan, Dan Pengendalian

Pasal 110

(1) Menteri melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik Negara dan menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kebijakan umum Barang Milik Negara/Daerah dan/atau kebijakan teknis Barang Milik Negara.

(3) Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan Dalam Negeri melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik Daerah dan menetapkan kebijakan sesuai dengan kebijakan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Page 53: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  53  

Pasal 111

Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan oleh:

a. Pengguna Barang melalui pemantauan dan penertiban; dan/atau

b. Pengelola Barang melalui pemantauan dan investigasi.

Pasal 112

(1) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di dalam penguasaannya.

(2) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kantor/satuan kerja dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang.

(3) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

Pengguna Barang menetapkan indikator kinerja di bidang pengelolaan Barang Milik Negara pada unit yang membidangi pengelolaan Barang Milik Negara.

Pasal 114

(1) Pengelola Barang melakukan pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah, dalam rangka penertiban Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemantauan dan investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditindaklanjuti oleh Pengelola Barang dengan meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk melakukan audit atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah.

(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 115

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan pengendalian atas Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud

Page 54: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  54  

dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, dan Pasal 115, diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VI

KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 116

(1) Kekayaan Negara Dipisahkan meliputi:

a. penyertaan modal pemerintah pusat pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas;

b. penyertaan modal pemerintah pusat pada Lembaga Keuangan Internasional; dan

c. penyertaan modal pemerintah pusat pada Badan Hukum Lainnya.

(2) Kekayaan Daerah Dipisahkan meliputi penyertaan modal pemerintah daerah pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas.

Bagian Kedua

Manfaat Pengelolaan

Pasal 117

(1) Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan dan Kekayaan Daerah Dipisahkan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesar-sebesarnya bagi kemakmuran rakyat.

(2) Manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa:

a. manfaat ekonomi;

b. manfaat sosial; dan/atau

c. manfaat lainnya.

(3) Kriteria pengukuran manfaat Kekayaan Negara Dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri secara sendiri atau bersama dengan menteri/pimpinan lembaga terkait sesuai kewenangannya.

(4) Kriteria pengukuran manfaat Kekayaan Daerah Dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.

Bagian Ketiga

Penetapan

Page 55: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  55  

Pasal 118

(1) Penetapan Kekayaan Negara Dipisahkan sepanjang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilakukan oleh Presiden berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(2) Penetapan Kekayaan Daerah Dipisahkan sepanjang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahdilakukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan menetapkan Peraturan Daerah.

(3) Penambahan Kekayaan Negara Dipisahkan yang bersumber dari selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah pusat.

(4) Penambahan Kekayaan Daerah Dipisahkan yang bersumber dari selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

(5) Dalam hal Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum menetapkan nilai Kekayaan Negara Dipisahkan, penetapan nilainya dilakukan oleh Menteri.

(6) Dalam hal Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) belum menetapkan nilai Kekayaan Daerah Dipisahkan, penetapan nilainya dilakukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Bagian Keempat

Pengelolaan

Pasal 119

(1) Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan dan Kekayaan Daerah Dipisahkan pada BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan.

(2) Pemerintah pusat/pemerintah daerah selaku RUPS menunjuk Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi BUMN/BUMD yang dinilai mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengelolaan BUMN/BUMD untuk menghasilkan manfaat bagi Pemerintah dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (1) dan Pasal 119 ayat (2).

Bagian Kelima

Pelaporan

Pasal 120

(1) Penerima Kuasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 berkewajiban untuk:

a. menyampaikan laporan keuangan dan laporan kinerja BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas/Badan Hukum Lainnya semesteran dan tahunan kepada Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Kekayaan Negara Dipisahkan;

b. membuat evaluasi laporan keuangan dan laporan kinerja BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas/Badan Hukum Lainnya

Page 56: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  56  

semesteran dan tahunan yang disampaikan kepada Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Kekayaan Negara Dipisahkan;

c. membuat ikhtisar laporan keuangan BUMN/BUMD/Perseroan Terbatas/Badan Hukum Lainnya;

d. menyampaikan pelaporan lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Menteri selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan Kekayaan Negara Dipisahkan dapat meminta Pengurus Kekayaan Negara Dipisahkan menyampaikan laporan keuangan dan laporan kinerja.

(3) Menteri selaku bendahara umum negara melaporkan nilai Kekayaan Negara Dipisahkan dalam laporan keuangan pemerintah pusat sebagai investasi permanen pemerintah.

Pasal 121

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan, dan pelaporan Kekayaan Negara Dipisahkan dan Kekayaan Daerah Dipisahkan sebagaimana diatur dalam Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, dan Pasal 120 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VII

HAK, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 122

(1) Setiap orang berhak mendapatkan informasi pengelolaan kekayaan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap orang wajib menjaga agar kekayaan negara dapat digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(3) Setiap orang yang melakukan kegiatan dan/atau usaha berkaitan dengan pengelolaan kekayaan negara dikuasai wajib:

a. melakukan pengusahaan berdasarkan prinsip-prinsip berkelanjutan, transparan, akuntabel, efektif dan efisien; dan

b. melakukan konservasi dan pemulihan wilayah pengusahaan.

(4) Setiap orang yang melakukan kegiatan dan/atau usaha berkaitan dengan pengelolaan kekayaan negara dikuasai wajib memberikan informasi yang benar dan akurat kepada Negara.

(5) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara/daerah dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 123

Setiap orang dilarang menguasai dan/atau mengelola kekayaan negara tanpa hak dan/atau secara melawan hukum.

Page 57: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  57  

Pasal 124

(1) Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam pengelolaan kekayaan negara.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. pemberian saran pendapat;

b. penyampaian informasi; dan/atau

c. penyampaian pengaduan,

terkait dengan pelaksanaan pengelolaan kekayaan negara.

BAB VIII

LARANGAN

Pasal 125

(1) BMN/D dan/atau Kekayaan Negara Dikuasai dilarang:

a. digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman

b. diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah pusat/daerah.

(2) Kekayaan Negara Dikuasai dilarang disekuritisasi atau dijaminkan atas potensi yang akan didapat dari eksplorasi sumber daya alam.

(3) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud padal ayat (1) dan ayat (2) dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 126

Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:

a. BMN/D baik yang berada pada instansi pemerintah maupun pada pihak ketiga;

b. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

BAB IX

BADAN LAYANAN UMUM

Pasal 127

Page 58: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  58  

(1) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan pendapatan negara/daerah.

(2) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan pemanfaatan aset merupakan pendapatan negara/daerah.

(3) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan pemindahtanganan aset merupakan pendapatan negara/daerah yang harus disetorkan ke kas negara/daerah.

(4) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

(5) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

BAB X

BMN/D YANG TIDAK DIMANFAATKAN

Pasal 128

(1) BMN/D berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan Tidak Dimanfaatkan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Pengelola Barang.

(2) Pengelola Barang mengatur penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pemegang Kekuasaan BMD mengatur penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Setiap orang yang lalai tidak menyerahkan pemanfaatan BMN/D kepada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan perundangan.

BAB XI

PENGELOLAAN BMN DI LUAR NEGERI

Pasal 129

(1) Pengelolaan BMN di luar negeri dapat mengikuti ketentuan yang berlaku di negara setempat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan BMN di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XII

PEMBEBASAN PUNGUTAN NEGARA

Pasal 130

Page 59: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  59  

Pengalihan status penggunaan BMN/D atau pemindahtanganan BMN/D antar instansi pemerintah pusat, antara instansi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dibebaskan dari pungutan negara.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 131

(1) Setiap Operator Kekayaan Negara Dikuasai yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban pemberian kompensasi kepada masyarakat secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e dan huruf g, dikenakan sanksi berupa denda paling sedikit 200% (dua ratus per seratus) dari besaran yang telah ditetapkan untuk digunakan sebagai pemenuhan kewajiban kompensasi kepada masyarakat.

(2) Dalam hal Operator Kekayaan Negara Dikuasai tidak melakukan pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf d dipidana kurungan paling lama3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 132

(1) Pengguna BMN yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi instansi bersangkutan kepada Pengelola Barang dikenakan sanksi berupa pembekuandan/atau pengurangan anggaran belanja modal dan pemeliharaan.

(2) Pengguna BMD yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi instansi bersangkutan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dikenakan sanksi berupa pembekuan dan/atau pengurangan anggaran belanja modal dan pemeliharaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi bagi Pengguna Barang yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi bagi Pengguna BMD yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal 133

(1) Setiap orang dengan melawan hukum dan secara sengaja tidak melakukan kewajiban pengelolaan Kekayaan Negara yang mengakibatkan kerugian negara diwajibkan mengganti kerugian negara.

Page 60: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  60  

(2) Setiap orang dengan sengaja tidak melaporkan pengelolaan kekayaan negara yang diwajibkan dalam undang-unadng ini dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.

(3) Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 134

(1) Setiap orang dengan sengaja dan/atau tanpa hak menguasai, menduduki, menggunakan, memanfaatkan, dan/atau memindahtangankan BMN/D berupa tanah dan/atau bangunan, dipidana dengan hukuman penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda sekurang-kurangnya Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengakibatkan BMN/D musnah, rusak berat dan/atau tidak dapat dipakai lagi BMN/D, dipidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda sekurang-kurangnya Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 135

Ketentuan lebih lanjut sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, Pasal 6 ayat (3) huruf c, Pasal 6 ayat (3) huruf d, Pasal 6 ayat (3) huruf e, Pasal 6 ayat (3) huruf g, Pasal 6 ayat (3) huruf h, Pasal 8 ayat (3), Pasal 8 ayat (4), Pasal 11 ayat (1), Pasal 16, Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 54, Pasal 83 ayat (2), Pasal 89 ayat (1), Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 136

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

a. Semua perjanjian atau kontrak dan hak atau izin usaha di bidang pengelolaan Kekayaan Negara Dikuasai yang telah ditandatangani dan dikeluarkan berdasarkan undang-undang sektoral tetap berlaku sampai jangka waktu perjanjian atau kontrak dan hak atau izin usaha tersebut habis atau tidak berlaku lagi.

b. Semua kegiatan pengelolaan BMN/D yang telah mendapatkan persetujuan dan/atau penetapan dari Pengelola Barang atau pejabat berwenang, tetap berlaku sampai jangka waktu persetujuan dan/atau penetapan tersebut habis atau tidak berlaku lagi dan proses penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat penerbitan persetujuan dan/atau penetapan.

Page 61: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  61  

c. Semua kegiatan pengelolaan BMN/D yang belum mendapat persetujuan dan/atau penetapan dari Pengelola Barang, proses penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.

d. Peraturan pelaksanaan mengenai pengelolaan BMN/D yang ada dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 137

(1) BMN/D berupa tanah yang telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini wajib diselesaikan dokumen kepemilikannya dalam waktu 3 (tiga) tahun.

(2) Dalam hal BMN/D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki bukti perolehan atau alas hak, dokumen kepemilikan dapat diterbitkan oleh instansi yang berwenang atas dasar penguasaaan BMN/D oleh Pengguna Barang dan surat pernyataan kepemilikan BMN/D dari Pengguna Barang dan tidak ada sengketa.

(3) Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) dibebankan pada APBN/D.

Pasal 138

(1) Setiap orang yang menguasai, menduduki, menggunakan, dan memanfaatkan BMN/D berupa tanah dan/atau bangunan tanpa alas hak yang sah, wajib menyerahkan BMN/D kepada Pengelola Barang dalam waktu 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini.

(2) Pengelola Barang meneliti dan menentukan tindak lanjut pengelolaan BMN/D yang diserahkan, dengan ketentuan :

a. Apabila BMN/D digunakan Pemerintah, kepada orang yang menyerahkan BMN/D dapat diberikan kompensasi berupa uang pindah;

b. Apabila BMN/D dimanfaatkan atau dipindahtangankan, kepada orang yang menyerahkan BMN/D dapat diberikan prioritas memanfaatkan atau menerima pemindahtanganan BMN/D.

Dikecualikan dari butir a dan b, BMN/D berupa tanah yang bersertifikat.

(3) Ketentuan mengenai sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 129 ayat (1)tidak berlaku jika orang yang menguasai, menduduki, menggunakan, dan memanfaatkan BMN/D secara tanpa hak menyerahkan BMN/D yang dikuasainya kepada Pengelola Barang dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 139

Page 62: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/kn.pdf · Kekayaan Negara/Daerah yang dipisahkan. 4. ... dan dalam bentuk surat berharga lainnya. 5. ... perjanjian,

  62  

(1) Semua peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur Kekayaan Negara Dikuasai dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diterbitkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan undang-undang ini.

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan BMN/D yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 140

Undang-Undang ini mulai berlaku pada saat diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …NOMOR …