rangkuman hukum islam tentang mawaris

5
HUKUM ISLAM TENTANG MAWARIS A. PENGERTIAN ILMU MAWARIS Dari segi bahasa, mawaris () merupakan bentuk jamak dari kata راث ي مartinya harta yang diwariskan. Dari segi istilah, mawaris adalah ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraidh (). Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari () yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran. Dengan demikian dapat dirumuskan defini ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pusaka bagi ahli waris menurut hukum islam. Orang yang meninggal dunia (yang mewariskan) disebut Al- Muwaris () bentuk jamaknya () sedangkan ahli warisnya (yang mewarisi) disebut Al-Waris () bentuk jamaknya () dan harta peninggalannya atau harta pusakanya disebut Al- Mirats () atau Al- Irst (). Beberapa istilah dalam fiqih mawaris antara lain : 1. Waris adalah ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli waris yang dekat hubungan kekerabatanya tetapi tidak menerima warisan. Dalam fiqih ahli waris semacam ini disebut dzawil arham. Waris bisa timbul karena hubungan darah, karena hubungan perkawinan dan karena akibat memerdekakan budak.

Upload: ikafia-maulidia

Post on 17-Jan-2017

132 views

Category:

Education


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman hukum islam tentang mawaris

HUKUM ISLAM TENTANG MAWARIS

A. PENGERTIAN ILMU MAWARIS

Dari segi bahasa, mawaris () merupakan bentuk jamak dari kata ميراث artinya harta

yang diwariskan. Dari segi istilah, mawaris adalah ilmu tentang pembagian harta

peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut juga ilmu

faraidh (). Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari () yang berarti

ketentuan, bagian atau ukuran.

Dengan demikian dapat dirumuskan defini ilmu mawaris adalah ilmu yang

mempelajari tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pusaka bagi ahli waris

menurut hukum islam.

Orang yang meninggal dunia (yang mewariskan) disebut Al-Muwaris () bentuk

jamaknya () sedangkan ahli warisnya (yang mewarisi) disebut Al-Waris () bentuk

jamaknya () dan harta peninggalannya atau harta pusakanya disebut Al-Mirats () atau

Al- Irst ().

Beberapa istilah dalam fiqih mawaris antara lain :

1. Waris adalah ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli waris yang

dekat hubungan kekerabatanya tetapi tidak menerima warisan. Dalam fiqih

ahli waris semacam ini disebut dzawil arham. Waris bisa timbul karena

hubungan darah, karena hubungan perkawinan dan karena akibat

memerdekakan budak.

2. Muwaris artinya orang yang mewarisi harta peninggalannya, yaitu orang yang

meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki atau secara taqdiry (perkiraan),

atau melalui keputusan hakim. Seperti orang yang hilang (al mafqud) dan

tidak diketahui kabar berita dan domisilinya. Setelah melalui persaksian atau

tenggang waktu tertentu hakim memutuskan bahwa ia dinyatakan meninggal

dunia.

3. Al- Irs artinya harta warisan yang siap dibagi oleh ahli waris sesudah diambil

untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al janazah), pelunasan utang,

serta pelaksanaan wasiat.

4. Warasah yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Ini bedanya

dengan harta pusaka yang dibeberapa daerah tertentu tidak bisa dibagi, karena

menjadi milik kolektif semua ahli waris.

Page 2: Rangkuman hukum islam tentang mawaris

5. Tirkah yatiu semua harta peninggalan orang yang meninngal dunia sebelum

diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah, pembayaran utang,

pelaksanaan wasiat.

B. HUKUM MEMBAGI WARISAN

Rasulullah saw memerintahkan agar kita membagi harta warisan sesuai dengan

sabdanya :

“ bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.

C. TUJUAN ILMU MAWARIS

Tujuan dari ilmu mawaris antara lain yaitu :

1. Agar kaum muslimin bertanggung jawab dalam melaksanakan syariat islam

bidang pembagian harta warisan.

2. Supaya dapat memberikan solusi terhadap pembagian harta warisan sesuai

dengan perintah Allah SWT dan Rasulnya.

3. Agar terhindar dari pembagian yang salah (menurut kepentingan pribadi) bagi

umat islam.

4. Segala percobaan hidup manusia baik yang terkait dengan Allah ST dan yang

terkait dengan manusia lainnya adalah diatur didalam syariat islam.

D. SUMBER HUKUM ILMU MAWARIS

Sumber hukum ilmu mawaris adalah Al-Qur’an dan Hadist. Adapun sumber hukum

yang terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya surah an-Nisa’ ayat 7 yang berbunyi :

“bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,

dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan

kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. ”(QS. An-

Nisa’ :7)

Sabda Nabi Muhammad Saw :

“Allah telah menurunkan hukum waris bagi saudara-saudaramu yang perempuan itu

dan Allah telah menerangkan bahwa mereka mendapat bagian 2/3 dari hartamu.”

Page 3: Rangkuman hukum islam tentang mawaris

“seseorang yang membunuh tidak mendapat bagian warisan (dari harta terbunuh)”.

“Orang muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan orang kafir, dan

sebaliknya orang kafir tidak berhak mendapat warisan harta orang muslim”. (HR.

Jamaah).

E. HUKUM MEMPELAJARI ILMU MAWARIS

Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan fiqih mawaris adalah

wajib kifayah. Artinya kewajiban yang apabila telah ada sebagian orang yang

memenuhinya, dapat menggugurkan kewajiban semua orang. Tetapi apabila tidak ada

seorang pun yang menjalani kewajiban itu, amka semua orang menanggung dosa. Ini

sejalan dengan perintah Rasulullah saw agar umatnya mempelajari dan mengajarkan

ilmu faraidh sebagaimana mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an :

“Pelajarilah oleh kalian Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan pelajarilah

ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah orang yang bakal

terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja dua orang yang

bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorang pun yang dapat

memberikan fatwa kepada mereka” (Riwayat Ahmad, An Nasai dan Al Daruqutni).

Oleh karena itu, dilihat dari satu sisi, mempelajari dan mengajarkan ilmu mawaris

dapat berubah statusnya menjadi wajib ‘ain, terutama bagi orang-orang yang

dipandang sebagai pimpinan, terutama pemimpin keagamaan.

Mempelajari ilmu mawaris adalah fardu kifayah. Kita umat islam wajib mengetahui

ketentuan-ketentuan yang ditetappkan Allah SWT dalam pembagian harta warisan.

Nabi saw bersabda :

“Bagilah harta warisan antara ahli-ahli waris menurut kitab Allah (Al-Qur’an)”.

Karena pentingnya ilmu faraidh dalam masyarakat sehingga Nabi saw menyebutnya

dengan separuh ilmu, sebagaimana sabda berikut :

“Belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada manusia maka sesungguhnya (ilmu)

faraidh adalah separuh ilmu agama dan ia akan dilupakan (oleh manusia) dan

merupakan ilmu yang pertama diambil dari umatku.” (HR. Ibnu Majah dan

Daruqutni).