rangkuman materi pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi

33
i PENDIDIKAN PANCASILA Tugas Mata Kuliah PENDIDIKAN PANCASILA Semester 1 Tahun 2012/2013 Oleh : Fadlan Abrori 12303016 Dosen Pengampu : Ir.Djoko Soetrisno, MM PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA KOMPUTER POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN Jl. Letjend Suprapto No. 73 Kebumen Telp 0287-381116, 383800 Kebumen 54311

Upload: vanicaaudi

Post on 23-Oct-2015

10.793 views

Category:

Documents


201 download

TRANSCRIPT

i

PENDIDIKAN PANCASILA

Tugas Mata Kuliah

PENDIDIKAN PANCASILA

Semester 1 Tahun 2012/2013

Oleh :

Fadlan Abrori

12303016

Dosen Pengampu : Ir.Djoko Soetrisno, MM

PROGRAM DIPLOMA III

TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA KOMPUTER

POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN

Jl. Letjend Suprapto No. 73 Kebumen

Telp 0287-381116, 383800 Kebumen 54311

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat

limpahan rahmat dan nikmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk mencari,

menggali, membahas, dan mengamalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Pendidikan Pancasila adalah pelajaran yang wajib ada di setiap tingkatan

pendidikan mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK sampai tingkat

Perguruan Tinggi.

Buku “PENDIDIKAN PANCASILA” karangan Dr. H. Kaelan, M.S

seorang dosen Universitas Gajah Mada isinya sangat bagus. Dia menjelaskan

Pancasila secara rici mulai dari sejarah munculnya Pancasila, nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila, kegunaan Pancasila serta menjelaskan hubungan

Pancasila dengan UUD 1945.

Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua

kalangan karena dari sisi ekonomisnya itu sangat murah jika dibandingkan dengan

ilmu-ilmu yang terkandung dalam buku tersebut.

Kebumen, 22 November 2012

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Pendidikan Pancasila ................................................. 1

B. Tujuan Pendidikan Pancasila ..................................................... 2

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah ......................................... 3

D. Beberapa pengertian Pancasila ................................................... 4

BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

A. Zaman Kerajaan Kutai ............................................................... 7

B. Zaman Sriwijaya ........................................................................ 7

C. Zaman Kerajaan Sebelum Majapahit ......................................... 7

D. Zaman Majapahit ........................................................................ 7

E. Zaman Penjajahan ...................................................................... 7

F. Kebangkitan Nasional ............................................................... 8

G. Zaman Penjajahan Jepang .......................................................... 8

H. Sidang BPUPKI .......................................................................... 8

I. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI .............................. 9

J. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan .................................... 9

BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Filsafat Sebagai Produk Yang Mencakup Pengertian ................ 10

B. Filsafat Merupakan Suatu Sistem ............................................... 10

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pengertian etika .......................................................................... 13

B. Pengertian nilai, norma dan moral ............................................. 13

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental Dan Nilai Praktis ...................... 14

iv

BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Asal Mula Pancasila ................................................. 15

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila ............................................... 16

C. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Beberapa Paham ..... 18

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

A. Pembukaan UUD 1945 ............................................................... 25

B. Hubungan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 .............. 26

C. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila ................ 26

D. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi ............. 26

BAB VII PANCASILA SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN

DALAM BERMASYARAKAT,

BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pengertian Paradigma ................................................................. 27

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ............................. 27

C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi ................................... 27

D. Aktualisasi Pancasila .................................................................. 29

E. Tri Dharma Perguruan Tinggi .................................................... 29

F. Budaya Akademik ..................................................................... 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia

1. Disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945

2. Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945

3. Diundangkan dalam :

a. Berita RI Tahun2 No.7

b. Batang Tubuh UUD 1945

c. TAP MPR Tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998

d. Mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara

RI

A. Landasan Pendidikan Pancasila

Landasan Pendidikan Pancasila :

1. Landasan Historis

a. Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan

b. Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsafat hidup bangsa

berupa ciri khas, sifat, dan karakter.

c. Kausa Materialis Pancasila

2. Landasan Kultural

a. Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda

dengan bangsa lain.

b. Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki

melalui proses refleksi filosofis pendiri negara, diantaranya :Ir.

Soekarno, Moh.Yamin, Moh. Hatta, Soepomo

c. Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan

negara yang mendasarkanpandangan hidup suatu prinsip nilai.

3. Landasan Yuridis

a. UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di

Perguruan Tinggi

2

b. Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib

memuat pendidikan :

Pancasila

Agama

Kewarganegaraan

c. SK Mendiknas No.232/U/2000

Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil BelajaMahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap

pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, danKewarganegaraan.

d. SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3) Untuk :

Mampu berpikir

Nasional

Dinamis

4. Landasan Filosofis

a. Sebelum merdeka

Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan

Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan

objektif)

b. Syarat mutlak suatu negara

Negara berpersatuan dan berkerakyatan

Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)

c. Konsekuensi rakyat

Rakyat

Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara

adalah rakyat

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003

Mengarahkan perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :

Memanfaatkan iman dan taqwa

Mendukung kerakyatan

3

Arti Tujuan Pendidikan

Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi

pada kompetensidan bidang profesi masing-masing.

Kesimpulan tujuan :

Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani

Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi

Mengenali perubahan dan perkembangan :

a. Ilmu pengetahuan

b. Teknologi

c. Seni

Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah

Syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku “Tahu dan Pengetahuan”

karangan I.R. Poedjawijatno ada 4, yaitu :

Berobjek

Objek Forma

Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila. Pancasila dapat

dipandang dari sudut :

o Moral Moral Pancasila

o Ekonomi Pancasila

o Pers Pers Pancasila

o Hukum Pancasila Yuridis

o Filsafat Filsafat Pancasila

Objek Materia

Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala

aspek budayanya yangmeliputi :

o Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat

o Moral Bukti Sejarah

o Religius Naskah Kenegaraan

o Lembaran Sejarah

4

Bermetode

Analitico Syntetic : Metode pembahasan Pancasila yang merupakan

perpaduan metode analisis dan sintetis

Hermeneutika :Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek

Koherensi Historis

Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi

Bersistem

Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan

Interpedensi artinya ketergantungan

Sifat sistem : Koheren (runtut)

Sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik

Universal

Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situsi, kondisi, dan

jumlah.

Makna sila-sila universal

Tingkatan pengetahuan ilmiah

Deskriptif : Bagaimana

Kausal : Mengapa

Normatif : Kemana

Essensial : Apa

Proses kausalitas Pancasila :

Materialis

Formalis

Effisien

Finalis

Pengamalan : Das Sollen : yang seharusnya

Das Sein : kenyataan

D. Beberapa Pengertian Pancasila

Secara Etimologis

Bahasa Sansekerta India

o Panca : lima

o Syila : batu sendi, alas, dasar

o Syiila : peraturan tingkah laku yang baik

Berbatu sendi 5 Dasar yang memiliki 5 unsur

5

Kitab Tripitaka

o Suttha Pitakao Abhidama Pitakao Vinaya Pitaka

Five Moral Principles, menurut Budha :

o Mateni : Membunuh

o Maling : Mencuri

o Madon : Berzina

o Mabok : Mabuk

o Main : Berjudi

Secara Historis

Menurut Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

o Peri Kebangsaan

o Peri Kemanusiaan

o Peri Ketuhanan

o Peri Kerakyatan

o Kesejahteraan Rakyat

Yang dituangkan menjadi :

o Ketuhanan Yang Maha Esa

o Kebangsaan Persatuan Indonesia

o Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Menurut Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

o Nasionalisme / Kebangsaan

Indonesia

o Internasionalisme /

Perikemanusiaan

o Mufakat / Demokrasi

o Kesejahteraan Sosial

o Ketuhanan yang Berkebudayaan

Dalam perkembangannya PANCASILA diusulkan menjadi TRISILA yang

berisi :

o Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme

o Sosiso Demokrasi : Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat

o Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam perkembangannya TRISILA diusulkan menjadi EKASILA yang

merupakan gotong royong

6

Menurut Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

o Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

o Kemanusiaan yang adil dan beradab

o Persatuan Indonesia

o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

pemusyawaratan perwakilan

o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Secara Terminologis

Bagian UUD 1945

o Pembukaan (4 alinea)

o 37 Pasal

o Peraturan Peralihan (4 pasal)

o Aturan Tambahan (2 ayat)

Konstitusi RIS (berlaku sejak 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)

o Ketuhanan Yang Maha

Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kerakyatan

o Keadilan Sosial

UUDS 1950 (berlaku sejak 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)

o Ketuhanan Yang Maha

Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kerakyatan

o Keadilan Sosial

Kalangan Masyarakat

o Ketuhanan Yang Maha

Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kedaulatan Rakyat

o Keadilan Sosial

Pembukaan UUD 1945 dan TAP MPR XX/MPRS/1966 dan INPRES

No.12,13 April 1968 menegaskan : Pengucapan, penulisan, dan rumusan

Pancasila yang sah dan benar adalah PEMBUKAAN UUD1945

7

BAB II

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam

kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman

sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang

berdasarkan suatu asa hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu

negara yang berdasarkan Pancasila

A. Zaman Kutai

Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah Indonesia

pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan.

B. Zaman Sriwijaya

Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuetu negara tlah tercemin

pada kerjaan sriwijaya yang berbunyi yaitu ”marvuat vanua criwijaya

siddhayara subhika”(suatu cita-cita negara yang adil dan makmur)

C. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit

Pada zaman ini diterapkan antara lain/ raja aiar langgi sikap tolerensi dalam

beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang dan kerjasama dengan

benggala, chola, dan chompa) serta perhatian kerjahteraan pertanian bagi

rakyat dengan dengan membangun tanggul dan waduk.

D. Zaman Kerajaan Majapahit

Sumpah palapa / gajmada berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara.

E. Zaman Penjajahan

Setelah majapahit runtuhan maka berkambanglah agama islam dengan

pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka berkambang pula kerajaan-

karajaan islam seperti kerajaan denak, disebut. Selain itu, berdatangan juga

bangsa-bangsa eropa di nusantara.

Bangsa asing yang masuk ke Indonesia pada awalnya berdangan, namun

kamudian berubah menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat

perlawanan dari rakyat indonesia di berbagai wilayah nusantara, namun

8

karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka maka

perlawanan tersebut senantiasa sia-sia.

F. Kebangkitan Nasional

Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional / mewujudkan suatu

bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya

sendiri.

G. Zaman Penjajahan Jepang

Jepang menjanjikan kamardekaan tanpa syarat kapada bangsa indonesia.

Bahkan / mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa indonesia maka

sebagai realisasi janji tersebut maka di bentuklah suatu badan yang bertugas /

menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia yaitu badan

penyelidik usaha-usaha kemerdekaan indonesia (BPUPKI)

H. Sidang BPUPKI

1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945) Sidang pertama PPKI dihadiri 27

orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut :

Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang

kemudian berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan

Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai

perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta,

kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.

Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.

2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945) Pada sidang kali ini, PPKI berhasil

menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sumatera

Borneo

Sulawesi

Maluku

Sunda Kecil

3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang „Badan

Penolong KeluargaKorban Perang, adapun keputusan yang dihasilkan

9

adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal

2 dibentuklah suatu badan yang disebut Badan Keamanan Rakrat (BKR)

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945) Pada sidang keempat PPKI

membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia,

yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

I. Proklamasi Kemerdekaan Dan Sidang PPKI

Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak

memberikan kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perancang

kemerdekaan Indonesia. PPKI beranggotakan 21 orang

J. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :

1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum

kolonial, dan mulai berlakunya hukum nasional.

2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas

dari penjajahan danmemiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

Pembentukan Negara RIS

Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan.

Oleh karena itu, persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan,

melainkan pengalihan atau pengakuan kedaulatan.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi :

Membubarkan Konstituante

UUDS 1950 tidak berlaku lagi dengan diberlakukannya UUD 1945

Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :

Hukum tata negara darurat subjektif dan objektif

Masa Orde Baru

Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI yang berisi :

Pembubaran dan Pembersihan kabinet dari unsur PKI

Penurunan harga kebutuhan pokok

10

BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu

sumbernya rasio maka orang tersebut berfilsafat rasionalisme. Jikalau seseorang

berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan,

kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme. Secara

etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :

1. Philein yang berarti cinta

2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom

Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan Bidang ilmu yang

mencakup filsafat :

1. Manusia

2. Alam

3. Pengetahuan

4. Etika

5. Logika

Filsafat secara menyeluruh berarti :

A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran

dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu

aliran.

2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai

hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran

yang timbul dari persoalan yang bersumberpada akal manusia.

B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.

1. Metafisika

Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi

bidang-bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.

2. Epistemologi

Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

3. Metodologi

Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.

11

4. Logika

Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil

berfikir yang benar.

5. Etika

Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

6. Estetika

Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekarja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu

kesatuan utuh yang memiliki ciri-ciri :

a. Suatu kesatuan bagian-bagian

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

d. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan

sistem)

e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada

hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis

Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis,

memiliki hakikat secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasar

ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila

yaitu hakikat manusia.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida

Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan

Pancasila yaitu :

12

Tuhan

Manusia

Satu

Rakyat

Adil

Hakikat dan inti Pancasila :

Ketuhanan

Kemanusiaan

Persatuan

Kerakyatan

Keadilan

Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Kesatuan Sistem Filsafat

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar

ontologis, dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan

sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,

komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan sila lima merupakan

cita-cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam

kehidupan.

Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa Dan Negara

Republik Indonesia

1. Dasar Filofofis

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara

Inti Isi Sila Pancasila

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

3. Sila Perstuan Indonesia

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

13

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang

bersifat kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan

sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran

filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman

dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat

mendasar. Norma-norma tersebut meliputi :

1. Norma moral

Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun

buruk.

2. Norma hukum

Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

A. Pengertian Etika

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita

mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil

sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.

Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Etika Umum

2. Etika Khusus:

Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri

Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.

B. Pengertian nilai, norma, dan moral.

a. Pengertian nilai

Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

untuk memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau

kualitas yang melakat pada suatu objek,bukan objek itu sendiri.

14

b. Hierarki Nilai

Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :

Nilai - nilai kenikmatan

Nilai - nilai kehidupan

Nilai - nilai kejiwaan

Nilai - nilai kerohanian

Golongan manusia menurut Walter G.Everet :

Nilai - nilai ekonomis

Nilai - nilai kejasmanian

Nilai - nilai hiburan

Nilai - nilai sosial

Nilai - nilai watak

Nilai - nilai estetis

Nilai - nilai intelektual

Nilai - nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :

Nilai material

Nilai vital

Nilai kerohanian :

1. Nilai kebenaran

2. Nilai keindahan

3. Nilai kebaikan

4. Nilai religius

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental Dan Nilai Praktis

1. Nilai Dasar

Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan

dengan tingkah laku manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang

bersifat nyata.

2. Nilai Instrumental

Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga

dapat dikatakan bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu

eksplisitasi dari nilai dasar.

3. Nilai Praksis

Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-

beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan

tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai

praksis merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak boleh

menyimpang dari sistem tersebut.

15

BAB V

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Asal Mula Pancasila

Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa

Indonesia. Secara kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar

filsafat negara, nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia

sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius.

1. Asal Mula yang Langsung

Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan

dengan asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang

langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal

mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu

sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama.

Adapun rincian asal mula langsung Pancasila adalah sebagai berikut :

a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)

Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang

terdapat dalam kepribadian dan pandangan hidup.

b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.

Hatta serta anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan

membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama

Pancasila.

c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)

Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas

kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar

negara yang sah.

d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)

Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan

termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan

16

dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai

dasar negara yang sah.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam

pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :

a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara

yaitu :

Nilai Ketuhanan

Nilai

Kermanusiaan

Nilai Persatuan

Nilai Kerakyatan

Nilai Keadilan

b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum

membentuk negara yaitu :

Nilai adat istiadat, kebudayaan dan religius

c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau

asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau

bahkan hasil sintesa paham-paham besar dunia, melainkan

pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”

Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam

sejarah kebangsaanIndonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri

Prakara, yaitu :

a. Pancasila Asas Kebudayaan

b. Pancasila Asas Religius

c. Pancasila Asas Kenegaraan

B. Kedudukan Dan Fungsi Pancasila

Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta

dimensi masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek

yang berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Pandangan hidup yang

terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu wawasan

17

yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hidup berfungsi

sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi

maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam

sekitarnya.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :

a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber

hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.

b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-

Undang Dasar 1945

c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.

d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah

memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada

pandangan hidup dan budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila

memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

a. Pengertian Ideologi

Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita

sebut sebagai cita-cita. Pengertian ideologi secara umum dapat

dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan

yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :

Bidang Politik

Bidang Sosial

Bidang Kebudayaan

Bidang Keagamaan

Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan

bangsa pada hakikatnyamerupakan asas kerohanian yang memilki ciri

khas diantaranya :

Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan

kenegaraan.

Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,

pandangan hidup, pedoman hidup,pegangan hidup yang

18

dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada

generasiberikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan

kesediaan berkorban.

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang

membenarkan pengorbanan masyarakat. Ideologi terbuka merupakan

suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya dibenarkan,

dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar

melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan

budaya masyarakat itu sendiri.

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun

secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas

sosial tertentu dalam masyarakat.

Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran

menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial yang memiliki

cita-cita melakukan transformasi sosial besar-besaran menuju bentuk

tertentu.

d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi

Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya

ideologi seperti liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme,

maupun nazisme dan facisme bersumber kepda aliran-aliran filsafat

yang berkembang disana.

C. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Paham Ideologi Besar Lainnya

Di Dunia

1. Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila

mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu yang berarti tetap

mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.

19

2. Negara Pancasila

Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara.

Maka bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu

karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan oleh

keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini mendirikan

suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan,

Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.

a. Paham Negara Persatuan

Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat,

wilayah, dan kedaulatan pemerintah.

Bhineka Tunggal Ika

Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu

pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas

bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat istiadat,

kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang

berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara

Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu

persatuan bangsa dan negara Indonesia.

b. Paham Negara Kebangsaan

Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa,

dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki

tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai negara.

Hakikat Bangsa

Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat

manusia dalam merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.

Namun, bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok masyarakat yang

menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa

sosialiskomunis.

Teori Kebangsaan

20

Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa,

diantaranya :

Teori Hans Kohn

“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama,

peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa

tumbuh dan berkembang dari anasir serta akar yang

terbentuk melalui suatu proses sejarah.”

Teori Kebangsaan Ernest Renan

Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :

o Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.

o Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.

o Bangsa bukan sesuatu yang abadi.

o Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

Teori Geopolitik Frederich Ratzel

“Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki

hubungan wilayah geografisdengan bangsa.”

Negara Kebangsaan Pancasila

Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang

membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut :

o Kesatuan Sejarah

o Kesatuan Nasib

o Kesatuan

Kebudayaan

o Kesatuan Wilayah

o Kesatuan Asas Kerohanian

c. Paham Negara Integralistik

Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada

hakikatnya merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan

serta religius. Dalam pengertian ini, Indonesia dengan

keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu

bangsa yang merdeka. Berdasarkan pengertian paham integralistik

tersebut maka rincian pandangannya adalah sebagai berikut :

21

Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.

Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan

erat satu dengan lainnya.

Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan

masyarakat yang organis.

Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan

bangsa seluruhnya.

Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau

golongannya saja namun menjaminkepentingan manusia

seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.

d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan

Yang Maha EsaSetiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah

sebagai makhluk Tuhan. Maka, bangsa dan negara sebagai totalitas

yang integral adalah berketuhanan, demiian pula setiap warganya juga

berKetuhanan Yang Maha Esa.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis

mengandung makna terdapatkesesuaian hubungan sebab akibat antara

Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan dasaruntuk memimpin

cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi

masyarakat danpenyelenggara negara.

Hubungan Negara dan Agama

Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama

sebagai penjelmaan sifatkodrat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar kodratmanusia tersebut

merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi

kodratmanusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain

untuk mencapai tujuan bersama.

22

Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan

manusia karena manusia adalahsebgaai pendiri negara. Hubungan ini

sangat ditentukan oleh dasar ontologis setiap individu.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila

Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :

o Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa

o Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang

Maha Esa dengan konsekuensisetiap warga memiliki hak

untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai agama

masing-masing.

o Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.

o Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama,

inter serta antar pemeluk agama tertentu.

o Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.

o Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang

menjalankan ibadah.

o Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

o Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi

Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan

berdasarkan firman-firman Tuhan,segala tata kehidupan dalam

masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas firman Tuhan.

o Negara Theokrasi Langsung

Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara

Theokrasi langsung sebagai upayamemperkuat dan

meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam

negara.

23

o Negara Theokrasi Tidak Langsung

Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara,

melainkan Kepala Negara atau Raja yang memerintah

negara atas kehendak Tuhan.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme

Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama

dan negara. Bentuk, sistemsegala aspek kenegaraan tidak ada

hubungannya dengan agama. Sekularisme bepandanagnbahwa

masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa

Tuhan.

e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan

Yang Adil dan Beradab Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan

yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab, mendasarkan

nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia.

Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan,

bukan suatu kebangsaan yang Chauvimisme.

f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam

penyelenggaraan negara dapat dirinci sebagai berikut :

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai

kedudukan dan hak yang sama.

Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan

mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat. Karena

mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada

dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.

Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.

Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.

Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.

g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial

Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara

Indonesia harus mengakui danmelindungi hak asasi manusia. Dalam

24

hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negaraharus

terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang meliputi 3 hal :

Keadilan Distributif

Keadilan Legal

Keadilan Komutatif

3. Ideologi Liberal

Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat

bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi

bahkan merupakan unsur fundamental. Pemahaman atas eksistensi rakyat

dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber perbedaan konsep,

antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah

sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun

negara, bahkan komunisme menekankanbahwa rakyat adalah suatu

totalitas di atas eksistensi individu.

4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara,

keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-

undangan sangat ditentukan oleh kesepakatan individu-individu sebagai

warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis

Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari

manusia sebagaimakhluk komunal. Mengubah masyarakat secara

revolusioner harus berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas

proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada hakkolektif, sehingga

hak individual pada hakikatnya tidak ada.

6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme

Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat

antitheis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi

dalam negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh

materi.

25

BAB VI

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

A. Pembukaan UUD 1945

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal

UUD 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan

diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7.

1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi Kedudukan

Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia

memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :

a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum

Indonesia

b. Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib

hukum tertinggi.

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum

Indonesia Syarat-syarat tertib hukum Indonesia diantaranya adalah :

a. Adanya kesatuan subjek

b. Adanya kesatuan asas

kerohanian

c. Adanya kesatuan daerah

d. Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang

Fundamental

a. Dari segi terjadinya

Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu

pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara

untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai dasar-dasar negara yang

dibentuknya.

b. Dari segi isinya

Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :

1) Dasar tujuan negara

2) Ketentuan diadakannya UUD Negara

26

3) Bentuk negara

4) Dasar filsafat Negara

4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup

Negara Republik Indonesia Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan

UUD 1945 sebagai naskah Proklamasi

Tujuan Pembukaan UUD 1945

Alinea I : mempertanggung jawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan

sudah selayaknya.

Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan

kemerdekaan.

Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi

permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh

orang Indonesia yang luhur dan suci dalam lindungan Tuhan Yang

Maha Esa.

Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-

dasar tertentu sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap.

5. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang

Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

B. Hubungan Pembukaan Dan Batang Tubuh UUD 1945

Menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat

penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV inilah

yang menjadi inti sari Pembukaan dalam arti sebenarnya.

C. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Pancasila

Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai

dasar filsafat Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD

1945 adalah bersifat timbal balik sebagai hubungan secara formal dan

hubungan secara material.

D. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Proklamasi

Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuan yang utuh dan apa yang

terkandung dalam pembukaan adalah merupakan amanat dari seluruh Rakyat

Indonesia tatkala mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.

27

BAB VII

PANCASILA SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN DALAM

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pengertian Paradigma

Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis

yang umum sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta

penerapan dalam ilmu pengetahuan.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa

dan kehendak, aspek raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek

pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam

bebagai bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya,

hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi serta agama.

C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering

diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan

perubahan terhadap sumbernya itu sendiri.Reormais harus memiliki tujuan,

dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsaIndonesia Nilai-Nilai

Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total tersebut.

Gerakan Reformasi

Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden

Soeharto pada 21 Mei 1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil

Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden.

Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang

akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara

menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi

harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta

reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.

28

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, begitu pula dengan cara

berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis.

Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh

manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan

didalamnya. Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang

diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat

bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara Indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional, reformasi,

dan pendidikan pada khususnya.

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik

Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat

manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan HAM. Sehingga

sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral,

diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi

pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur.

Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena

Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di

Indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter. Berdasar pada hal diatas,

pengembangan politik di Indonesia harus berlandaskan atas moral ketuhanan,

moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka

sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada

pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas

ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya

pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan bebas,

yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi pada

abad ke-18, yaitu tumbuhnya perekonomian kapitalis. Tujuan ekonomi adalah

memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh

29

sebab itu kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan

yang lainnya yang berakibat pada penderitaan dan penindasan manusia.

D. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi

objektif dan subjektif.Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam

berbagai bidang kehidupan kenegaraanyang meliputi kelembagaan negara

antara lain legislatif, eksekutif maupun yudhikatif.Sedangkan aktualisasi

subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama

dalamaspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.

E. Tridharma Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan

menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat malainkan, senantiasa

mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP no.60

Tahun 1999, bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut

Tridharma Perguruan Tinggi, yatu :

1. Pendidikan Tinggi

2. Penelitian

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

F. Budaya Akademik

Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :

1. Kritis

2. Kreatif

3. Objektif

4. Analitis

5. Konstruktif

6. Dinamis

7. Dialogis

8. Menerima Kritik

9. Menghargai Prestasi Ilmiah /

Akademik

10. Bebas dari Prasangka

11. Menghargai Waktu

12. Memiliki dan Menjunjung Tinggi

Tradisi Ilmiah

13. Berorientasi ke Masa Depan

14. Kesejawatan / Kemitraan