rauvolfia verticillata lour. baillon

89
i PERSETUJUAN SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN RESERPIN PULE PANDAK (Rauvolfia verticillata Lour. Baillon) PADA VARIASI UNSUR FOSFOR (P) Oleh: Sinta Natalia NIM. M0405058 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tanda tangan Pembimbing I Solichatun, M. Si NIP. 197102211997022001 .......................................... Pembimbing II Dr. Sugiyarto, M. Si NIP. 196704301992031003 .......................................... Surakarta, 21 Januari 2010 Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi Dra. Endang Anggarwulan, M. Si NIP. 195003201978032001

Upload: lamhuong

Post on 12-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

i

PERSETUJUAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN RESERPIN

PULE PANDAK (Rauvolfia verticillata Lour. Baillon)

PADA VARIASI UNSUR FOSFOR (P)

Oleh:Sinta Natalia

NIM. M0405058

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Tanda tangan

Pembimbing I Solichatun, M. SiNIP. 197102211997022001 ..........................................

Pembimbing II Dr. Sugiyarto, M. SiNIP. 196704301992031003 ..........................................

Surakarta, 21 Januari 2010

Mengetahui,Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M. SiNIP. 195003201978032001

Page 2: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

ii

PENGESAHAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN RESERPIN

PULE PANDAK (Rauvolfia verticillata Lour. Baillon)

PADA VARIASI UNSUR FOSFOR (P)

Oleh:Sinta Natalia

NIM. M0405058

Telah dipertahankan di depan Tim Pengujipada tanggal 21 Januari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta, ……………………..

Penguji III/ Pembimbing I

Solichatun, M. SiNIP. 197102211997022001

Penguji I

Dra. Endang Anggarwulan, M. SiNIP. 195003201978032001

Penguji IV/Pembimbing II

Dr. Sugiyarto, M. SiNIP. 196704301992031003

Penguji II

Dr. Okid Parama Astirin, M.SiNIP. 196303271986012002

Mengesahkan,Dekan FMIPA

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.NIP. 196008091986121001

Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M. SiNIP. 195003201978032001

Page 3: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.

Surakarta,…………………………

Sinta NataliaM0405058

Page 4: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

iv

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN RESERPINPULE PANDAK (Rauvolfia vertillata Lour. Baillon)

PADA VARIASI UNSUR FOSFOR (P)

SINTA NATALIAJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

ABSTRAK

Nilai pule pandak (Rauvolfia verticillata) sebagai tanaman obat terletakpada kandungan alkaloidnya. Reserpin merupakan alkaloid utama pada tanamanpule pandak dan merupakan senyawa metabolit sekunder yang termasuk golonganindol alkaloid kompleks. Keberadaan alkaloid dalam tumbuhan sangat tergantungpada lingkungan terutama faktor-faktor yang mempengaruhi proses enzimatiksalah satunya unsur hara. Salah satu unsur hara makro yang penting bagipertumbuhan tanaman pule pandak adalah fosfor (P). Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengkaji pertumbuhan dan kandungan reserpin R. verticillata padapemberian unsur fosfor (P) yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) denganfaktor perlakuan yaitu variasi dosis pupuk fosfat (TSP) dengan masing-masing 5ulangan. Dosis pupuk TSP yang digunakan adalah: 0 (kontrol), 75, 150, 300kg/ha. Perlakuan diberikan selama 10 minggu (2,5 bulan). Parameter yangdianalisis adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat kering, rasiotajuk akar dan kadar reserpin tanaman pule pandak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur fosfor (P) berpengaruh nyataterhadap panjang akar, rasio tajuk akar dan kadar reserpin tanaman pule pandak.Perlakuan pupuk TSP pada dosis 150 kg/ha memberikan pengaruh terbaikterhadap peningkatan panjang akar, berat kering, dan kadar reserpin tanaman pulepandak.

Kata kunci: Rauvolfia verticillata, fosfor (P), pertumbuhan, reserpin.

Page 5: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

v

GROWTH AND RESERPINE COMPOUND OF SNAKE ROOT(Rauvolfia vertillata Lour. Baillon) AT PHOSPHOR (P)

UNSURE VARIATIONS

SINTA NATALIADepartement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,

Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

The quality of snake root (Rauvolfia verticillata) as a herbal depend oncontent of alkaloid. Reserpine is the important alkaloid into this plant and as asecondary metabolic compound include in group of complex alkaloid indol. Theexistence of alkaloid in this plant depend on their environment especially factorwhich influence the enzimatic, among them is substance of soil. One of thismacro subtance which important for growth snake root plant is phosphor (P). Theaims of the research were to study the growth and reserpine compound Rauvolfiaverticillata at supply phosphor (P) unsure which different.

The reseach was arranged in randomized completely design with onefactor treatment was variation dose of phosphate (TSP) fertilizing with 5replications. Dose of TSP which used were: 0 (control), 75, 150, and 300 kg/ha.The treatment have gived for 10 week (2,5 month). The parameters whichanalyses were reserpine content and the growth parameters, there are: plant height,the leaf number, root height, dry weight, and shoot to root ratio.

The result showed that phosphor unsure (P) significantly improved the rootheight, shoot to root ratio, and dry weight of snake root. The treatment TSPfertilizing in average 150 kg/ha showed maximum result to improvement of rootheight, dry weight, and reserpine content.

Keywords: Rauvolfia verticillata, phosphor (P), growth, reserpine.

Page 6: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

vi

MOTTO

Allah tidak menilai dari apa yang dihasilkan oleh seseorang tapi Allah menilai

dari setiap proses yang dilalui seseorang setahap demi setahap dari usahanya

Di tengah kesukaran pasti Allah akan menunjukkan jalan untuk dapat

menyelesaikannya. Yakinlah Allah selalu ada dalam ssetiap langkah kita.

Terus berusaha dan jangan menyerah. SEMANGAT…

Page 7: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan bundaku tercinta…….

Kakakku Topan Wibowo tercinta

Keponakanku si cantik Dinda

Keluargaku di Solo terimakasih atas

dukungannya

Kucingku pudel dan pororo yang selalu

menjadi penghibur aku,

Seseorag yang aku cintai dan aku sayangi

(Agus Rusmanto), serta

Teman-temanku yang telah memberikan

dukungan dan bantuannya

Terimakasih………I love you all………..

Page 8: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul:

“Pertumbuhan dan Kandungan Reserpin Pule Pandak (Rauvolfia verticillata Lour.

Baillon) pada Variasi Unsur Fosfor (P)”. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu

syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan sains pada Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat

berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada:

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi.

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta

sekaligus sebagai dosen penelaah I yang telah memberi banyak masukan dan

saran pada penulis.

Solichatun, M.Si selaku dosen pembimbing I, yang dengan penuh

kesabaran dalam membimbing, mengarahkan dan mendampingi selama

pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Dr. Sugiyarto, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan, saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

Dr. Okid Parama Astirin, M. Si selaku dosen penelaah II yang telah

memberikan banyak masukan dan saran pada penulis.

Kepala dan Staf Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Sub Laboratorium Biologi) yang

telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

Page 9: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

ix

Teman-temanku Sitri, Anis, Tari, Mutia, Gia, mas Guruh, Agus, dan

semua teman-teman jurusan biologi angkatan 2005 yang telah membantu penulis

dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi serta mbaku Emi yang

telah membantu penulis saat kesulitan dalam penulisan skripsi.

Ayah, Bunda dan kakakku tercinta akan kasih sayang dan doanya serta

keluargaku di Solo yang telah memberikan dukungan.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan tanggapan, kritik

dan saran demi kesempurnaannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 10: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

x

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................ v

HALAMAN MOTTO................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah..................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Manfaat penelitian....................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5

1. Pule Pandak (Rauvolfia verticillata L.) .................................. 5

2. Metabolit Sekunder Alkaloid Indol Monoterpenoid (Reserpin) 8

3. Fosfor (P) .............................................................................. 12

4. Pertumbuhan.......................................................................... 18

5. Hubungan Antara Fosfor, Pertumbuhan dan Produksi Reserpin 20

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 23

C. Hipotesis...................................................................................... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 25

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 25

Page 11: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

xi

B. Bahan dan Alat ........................................................................... 25

C. Cara Kerja ................................................................................... 26

D. Analisis Data ............................................................................... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 30

A. Pertumbuhan............................................................................. 30

1. Tinggi Tanaman..................................................................... 30

2. Jumlah Daun.......................................................................... 33

3. Panjang Akar ......................................................................... 35

4. Berat Kering .......................................................................... 37

5. Rasio Tajuk Akar................................................................... 41

B. Analisis kandungan Reserpin Tanaman Rauvolfia verticillata ...... 45

C. Korelasi Antara Parameter Pengamatan ....................................... 53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 55

A. Kesimpulan ................................................................................ 55

B. Saran .......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56

LAMPIRAN ............................................................................................ 62

RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................... 73

Page 12: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

xii

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 1. Rata-rata tinggi (cm) tanaman R. verticillata setelah 10 minggusetelah tanam pada variasi dosis pupuk fosfat (TSP)...................... 30

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman R.verticillata pada pemberianvariasi pupuk fosfat (TSP) setelah 10 minggu setelah tanam.......... 33

Tabel 3. Rata-rata panjang akar (cm) tanaman R. verticillata setelah 10minggu setelah tanam.................................................................... 35

Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman (gram) R. verticillata setelah 10minggu setelah tanam.................................................................... 38

Tabel 5. Rata-rata rasio tajuk akar (gram) tanaman R. verticillata setelah10 minggu setelah tanaman ........................................................... 42

Tabel 6. Rata-rata kadar reserpin (mg/g) tanaman R. verticillata padaperlakuan dosis pupuk fosfat (pupuk TSP)..................................... 45

Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi antar Parameter Pengamatan.................... 53

Page 13: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

xiii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Morfologi Pule pandak (R. verticillata)...................................... 6

Gambar 2. Struktur kimia dari Reserpin ...................................................... 9

Gambar 3. Biosintesis alkaloid indol monoterpenoid dari triptofan ............. 11

Gambar 4. Siklus fosfor (P) di dalam tanah................................................. 13

Gambar 5. Jalur asam shikimat dalam sintesis asam amino ......................... 22

Gambar 6. Skema kerangka pemikiran........................................................ 24

Gambar 7. Grafik perlakuan variasi dosis pupuk fosfat (TSP) terhadaptinggi tanaman R. verticillata .................................................... 31

Gambar 8. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan tinggi tanamanpule pandak (R. verticillata)....................................................... 31

Gambar 9. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan jumlah daun pulepandak (R. verticillata) .............................................................. 33

Gambar 10. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan panjang akartanaman pule pandak (R. verticillata).......................................... 36

Gambar 11. Kurva hubungan antara dosis pupuk dan berat kering tanaman pulepandak (R. verticillata)......................................................................... . 38

Gambar 12. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan rasio taju akartanaman pule pandak (R. verticillata)......................................... 43

Gambar 13. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan kadar reserpintanaman pule pandak (R. verticillata)………………………….. 46

Gambar 14. Adaptasi proses metabolik pada tanaman tingkat tinggi selamaketersediaan fosfat anorganik (Pi) rendah................................... 49

Gambar 15. Mekanisme penghantaran sinyal ekstraseluler pada membranplasma ....................................................................................... 51

Gambar 16. Grafik korelasi antara kadar reserpin (mg/g) tanaman R.verticillata dengan berat kering tanaman (gram) ........................ 53

Page 14: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Regosol Sebelum Perlakuan ................. 62

Lampiran 2. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Tinggi Tanaman (cm) R.verticillata ............................................................................ 62

Lampiran 3. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Jumlah Daun TanamanR. verticillata. ........................................................................ 63

Lampiran 4. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Panjang Akar Tanaman(cm) R. verticillata................................................................. 64

Lampiran 5. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Berat Kering TotalTanaman (cm) R. verticillata ................................................. 65

Lampiran 6. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Rasio Tajuk AkarTanaman (cm) R. verticillata. ................................................ 66

Lampiran 7. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Kadar Reserpin TanamanR. verticillata ......................................................................... 67

Lampiran 8. Hasil Análisis Korelasi antara Parameter Pengamatan............ 68

Lampiran 9. Kurva Standar Reserpin Murni............................................... 69

Lampiran 10. Hasil Spektrofotometer Sampel Tanaman Perlakuan .............. 70

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Kadar Reserpin ...................................... 71

Lampiran 12. Gambar Morfologi Akar Pule Pandak (R. verticillata L.) ....... 72

Lampiran 13. Morfologi Tanaman Pule Pandak (R. veticillata Lour.Baillon) Setelah 10 minggu setelah tanam pada variasi dosispupuk fosfat (TSP)................................................................. 72

Page 15: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

xv

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

ADP Adenosine Diphosphate

AIM Alkaloid Indol Monoterpenoid

AMP Adenosine Monophosphate

ATP Adenosine Triphosphate

B Boron

C Carbon

Ca Calsium

CITES Convention on InternationalTrade in Endangered

Spesies of Flora Fauna

Cl Clor

Cu Cuprum (Tembaga)

DMRT Duncan Múltiple Range Test

Fe Ferum (Besi)

H Hidrogen

IUCN International Union of Conservation of Nature

K Kalium

Mg Magnesium

Mn Mangan

Mo Molibdat

N Nitrogen

O Oksigen

P Phosphor

PEPCase Phosphoenolpyruvat Carboksilase

RuBP Rubisco-1,5-Bifosfat

S Sulfur (Belerang)

TSP Triple Super Phosphate

Zn Zeng

Page 16: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada saat ini pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku obat terus

meningkat. Peningkatan kebutuhan akan bahan baku tersebut sejalan dengan

kembalinya masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat alami

(Lestari dan Mariska, 1997). Salah satu jenis tumbuhan obat yang saat ini banyak

dibutuhkan adalah pule pandak (Rauvolfia verticillata). Pule pandak digunakan untuk

bahan baku obat tradisional maupun obat modern. Tumbuhan ini mengandung antara

lain reserpin, ajmalisin, sterol, dan alseroksilon (Lestari dan Mariska, 2001).

Senyawa-senyawa tersebut merupakan alkaloid indol monoterpenoid (Ramawat dan

Merillon, 1999). Kegunaannya antara lain sebagai obat penurun panas, penurun

tekanan darah tinggi, radang jantung, dan radang usus (Lestari dan Mariska, 2001).

Pule pandak (Rauvolfia verticillata) dinyatakan sebagai tanaman obat langka karena

pengambilannya secara langsung di habitatnya tanpa memperhatikan daya

regenerasinya, sehingga menurut CITES masuk pada appendix II atau menurut IUCN

termasuk kategori genting (endagered species) (Mulliken dan Crofton, 2008).

Dari segi ekonomi, pule pandak mempunyai nilai penting. Data menunjukkan

bahwa penggunaan simplisia pule pandak dalam negeri tahun 2000 sebesar 6.898 kg

dengan kecenderungan pertambahan sebesar 25,89% per tahun (Yahya, 2002).

Resepin adalah unsur yang paling penting karena lazim digunakan sebagai obat

hipertensi. Kadar reserpin merupakan faktor utama. Kadar reserpin dalam akar pule

Page 17: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

2

pandak dapat mencapai 0,004-0,15% lebih tinggi prosentasenya daripada alkaloid

jenis lain (ajmalin 0,05%; serpentin 0,08%; sarpagin 0,021%) (Sulandjari, 2008).

Mengingat khasiatnya sebagai tanman obat, diduga penggunaan dan

kebutuhan akan tanaman ini semakin meningkat. Pengambilan tanaman untuk obat

yang langsung diambil dari alam, khususnya yang tumbuh secara liar dipinggir

jalan, dikhawatirkan dapat berdampak negatif. Hal ini disebabkan tanaman tersebut

dapat saja mengandung logam berat seperti timah hitam dan kadmium. Disamping

itu, pengambilan pule pandak dari alam secara berlebihan, diduga merupakan salah

satu faktor yang mengamncam kelestarian tanaman obat ini. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan mendapatkan tanaman obat yang bebas bahan pencemar

serta tidak membahayakan kelestariannya, perlu dilakukan budidaya secara terarah,

sehingga didapatkan tanaman dengan metabolit sekunder yang tinggi dan berkualitas

(Sulandjari, 2008). Kadar metabolit sekunder tanaman tersebut antara lain dapat

ditingkatkan dengan aplikasi pemupukan fosfat.

Fosfor berperan penting terdapat disemua bagian tanaman karena fosfor sifat

mobilitasnya tinggi. Fosfor merupakan bagian asam nukleat, fosfolipid, koenzim

NADP yang merupakan pembentuk ATP sehingga fosfor dalam tanaman penting

untuk proses metabolisme (Sulandjari, 2008). Fosfor adalah unsur hara yang penting

untuk pertumbuhan normal tanaman dan metabolisme. Fosfor berperan penting

dalam semua proses metabolik utama, termasuk fotosintesis dan respirasi (Plaxton

dan Carswell, 1999).

Aliudin (1990) menyimpulkan bahwa aplikasi pemupukan fosfat 100 kg/ha

merupakan dosis maksimum untuk memperoleh produksi tertinggi pada bawang

merah varietas Bali ijo yang ditanam pada musim penghujan. Hasil penelitian Hilman

dan Suwandi (1990) menyatakan bahwa penggunaan pupuk fosfat akan tampak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada

dosis terendah yaitu antara 50 – 60 kg P/ha. Penelitian Bahl et al. (2000)

menunjukkan bahwa pemupukan dengan fosfat 30 t/ha atau lebih, nyata

Page 18: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

3

meningkatkan kandungan minyak bunga matahari. Fosfor diketahui penting dalam

metabolisme karbohidrat dan membantu perubahan karbohidarat menjadi minyak.

Pemupukan fosfat sampai dengan 150 kg/ha meningkatkan prosentase minyak atsiri

tanaman Mentha piperita (Sulandjari et al., 2007). Berdasarkan hal ersebut maka

dalam penelitian ini digunakan variasi pupuk fosfat untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap pertumbuhan dan produksi metabolit sekunder (reserpin) pule pandak.

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perumusan masalah yang diajukan

adalah:

1. Bagaimana pertumbuhan R. verticillata pada pemberian unsur fosfor (P) yang

berbeda ?

2. Bagaimana kandungan reserpin R. verticillata pada pemberian unsur fosfor (P)

yang berbeda ?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan, penelitian ini bertujuan

untuk:

Mengkaji pertumbuhan R. verticillata pada pemberian unsur fosfor (P) yang berbeda

Mengkaji kandungan reserpin R. verticillata pada pemberian unsur fosfor (P) yang

berbeda.

Page 19: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

4

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara praktis dan teoritis diharapkan dari penelitian ini,

adalah sebagai berikut:

Dapat memberikan informasi tentang pengaruh variasi konsentrasi unsur fosfor

dalam tanah terhadap pertumbuhan dan produksi reserpin pada R. verticilllata.

Diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan produksi reserpin melalui

pemberian unsur fosfor yang tepat terhadap tanaman R. verticillata.

Page 20: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

1. Pule Pandak {Rauvolfia verticillata (Lour.) Baillon}

1. 1. Klasifikasi

Menurut van Steenis (1978) klasifikasi pule pandak (R. verticillata) adalah

sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Apocynales

Familia : Apocynaceae

Genus : Rauvolfia

Species : Rauvolfia verticillata (Lour.) Baillon.

Sinonim dari R. verticillata adalah Dissolena verticillata dan Rauvolfia

perakensis (Spreng) (de Padua et al., 1999). Di Pulau Jawa R. verticillata disebut

sebagai pule sedangkan di Sumatra dikenal dengan nama salung-salung (de Padua et

al., 1999; Anonim, 2006).

1. 2. Morfologi

Habitus pule pandak berupa semak tahunan dengan tinggi bisa mencapai

± 1 m. Batangnya berkayu bulat, bercabang, dan permukaannya kasar. Daunnya

5

Page 21: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

6

tunggal, berkarang 2 - 3, lanset dengan ujung runcing, pangkal meruncing, tepi daun

rata, panjang antara 10 - 15 cm, lebar 3 - 7,5 cm, bertangkai, pertulangan daun

menyirip, dan warna daun hijau kekuningan. Bunganya majemuk, berbentuk payung,

terletak di ujung cabang, kelopaknya bertajuk lima, daun mahkota berjumlah lima,

panjang mahkota ± 2 cm, lebar ± 0,5 cm, berwarna jingga. Buahnya bulat, pipih, dan

biji berwarna putih. Akarnya berupa akar tunggang, bulat, dan berwarna kuning muda

(de Padua et al., 1999; Anonim, 2006). Morfologi dari tanaman pule pandak

(R. verticillata) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Morfologi tanaman Pule pandak (Rauvolfia verticillata)(Anonim a, 2009).

Page 22: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

7

1. 3. Ekologi

Tanaman pule pandak tumbuh tersebar di hutan sekunder dan vegetasi

semak pada ketinggian hingga 2100 m dpl, serta dapat tumbuh pada iklim lembab

atau iklim panas. Tanaman ini memerlukan curah hujan antara 250 - 500 cm dan suhu

10 – 38 ºC, pH tanah antara 5 - 6,5. Dapat tumbuh pada tanah yang berkapur, tanah

merah, tanah lempung, laterik hingga berpasir. Pertumbuhan yang paling subur pada

tanah kering dan tanah liat yang kaya humus. Tanaman ini sangat toleran terhadap

lindungan, terdapat ditempat yang terbuka seperti di tepi hutan dan sepanjang sungai

(Zumaidar, 2000). Di habitat alaminya pule pandak tumbuh di dataran rendah sampai

ketinggian 1.000 m dpl. Pule pandak tumbuh di tanah regosol, mediteran, dan litosol

serta menyukai naungan di bawah 25% (Tyler et al., 1988).

Tanaman pule pandak dapat dijumpai dari India ke Srilanka, Burma, Indo-

Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, Peninsula Malaysia, Filipina dan Indonesia. Di

Indonesia persebaran tanaman ini ada di Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan Lombok (de

Padua et al., 1999).

1. 4. Kandungan Fitokimia dan Khasiat

Nilai pule pandak sebagai tanaman obat terletak pada kandungan alkaloidnya.

Kadar alkaloid dari pule pandak akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur

tanaman. Akar merupakan bagian tanaman yang paling sering digunakan dan

memiliki kandungan alkaloid yang berbeda-beda, kadarnya berkisar antara 0,7-2,4%

(Sulandjari, 2008). Kandungan bahan kimianya meliputi alkaloid reserpin, spegatrin,

dan verticillin. Kandungan akar lainnya adalah polifenol, oleoresin, asam oleak, asam

Page 23: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

8

fumarat, glukosa, surkosa, sterol, aximetil anthraquinon, dan garam mineral. Terdapat

5 jenis alkaloid pule pandak yang digunakan dalam pembuatan obat yaitu: reserpin,

resinamin, deserpidin, roubasin (ajmalisin), dan ajmalin (Zumaidar, 2000).

Khasiat pule pandak antara lain sebagai pencegah kenaikan suhu badan, obat

penenang, obat tekanan darah tinggi, dan menormalkan denyut jantung. Diantara

alkaloid yang terkandung dalam akar pule pandak, reserpin adalah unsur yang paling

penting karena lazim digunakan sebagai obat hipertensi (Lily, 1990; Nigg dan

Seigler, 1992; Duke, 1992). Daun segar pule pandak digunakan untuk mengobati

gigitan ular, luka dan mata yang teriritasi (de Padua et al., 1999; Zumaidar, 2000).

Penelitian menunjukkan bahwa potensi akar pule pandak memiliki khasiat empat kali

lebih kuat sebagai antihipertensi daripada reserpin murni dengan jumlah setara dari

zat aktif yang dikandungnya (Sutrisno, 1979; Tyler et al., 1988). Saat ini telah dibuat

tablet dengan nama dagang tablet Reserpin, tablet Acom, dan tablet Maishujing

(Anonim, 2005).

2. Metabolit sekunder alkaloid indol monoterpenoid (Reserpin)

Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu sel atau

organ suatu organisme, tetapi tidak dimanfaatkan langsung sebagai sumber energi sel

atau organisme yang bersangkutan. Metabolit sekunder bersifat spesifik, sehingga

setiap sel dalam suatu organisme belum tentu memilikinya (Sumarno, 1992).

Secara garis besar, ada tiga golongan utama metabolit sekunder pada tanaman

yaitu terpen, fenol dan alkaloid. Alkaloid merupakan metabolit basa yang

mengandung nitrogen. Beberapa alkaloid memiliki atom nitrogen diluar cincin

Page 24: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

9

heterosiklis, sehingga membentuk gugus amina primer ataupun gugus amina

kuartener. Alkaloid biasanya tanpa warna dan kebanyakan berbentuk kristal

(Harborne, 1996; Ramawat dan Merillon, 1999). Alkaloid dibentuk sebagian besar

dari banyak asam amino yaitu lisin, ornitin, fenilalanin, tirosim dan triptofan, serta

kerangka-kerangka asam amino tersebut sebagian besar masih tetap asli di dalam

alkaloid-alkaloid turunannya. Mevalolat dan asetat merupakan titik awal yang penting

dari metabolisme primer (Manitto, 1992).

Sebagian besar dari rumpun alkaloid indol monoterpenoid (AIM) dengan lebih

dari 1800 anggota yang memiliki perbedaan struktur kimia (Kutchan, 1995). Alkaloid

indol monoterpenoid (AIM) umumnya dihasilkan oleh tanaman Loganiaceae,

Apocynaceae, dan Rubiaceae. Salah satu contoh AIM adalah reserpin yang berasal

dari akar pule pandak. Struktur kimia dari reserpin dapat dilihat pada Gambar 2

berikut:

Gambar 2. Reserpin (Anonim, 2005).

Pembentukan alkaloid indol dapat melalui jalur shikimat dan mevalonat.

Menurut Whitmer et al. (1998) dan Pierre et al. (1999) dari jalur shikimat, triptofan

terbentuk dari reaksi dekarbosilasi yang dikatalisis oleh triptofan dekarbosilase

(TDC) kemudian terbentuk triptamin yang digunakan sebagai substrat dari enzim

Page 25: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

10

striktosidin sintase. Pada jalur mevalonat, sekologanin terbentuk dari katalisis oleh

enzim geraniol 10 hidroksilase dan enzim sitokrom P-450 reduktase (CPR) yang akan

mengkatalisis geraniol menjadi 10-hidroksil-geraniol dan kemudian membentuk

loganin. Loganin dengan katalisis enzim sekologanin sintase (SLS) akan membentuk

monoterpen sekologanin. Kondensasi antara triptamin (jalur indol) dengan

sekologanin (jalur terpenoid) akan membentuk striktosidin yang merupakan prekursor

utama alkaloid indol monoterpenoid (salah satunya reserpin). Sintesis tersebut

melibatkan enzim striktosidin sintase (Kutchan, 1995; Shanks et al., 1998).

Page 26: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

11

Biosintesis alkaloid indol monoterpenoid (salah satunya adalah reserpin) dari

triptofan menurut Kutchan (1995) dan Shanks et al. (1998) disajikan pada Gambar 3

berikut:

JALUR SIKIMAT JALUR MEVALONAT

Geranil Difosfat

Geraniol

Korismat G10HCPR

10-Hidroksi-Geraniol

Antranilat Loganin

SLS

Triptofan Triptamin Sekologanin

3α (S)-Striktosidin

Gambar 3. Biosintesis alkaloid indol monoterpenoid dari triptofan (Kutchan, 1995; Shanket al., 1998).

Dekarboksilate

triptofan CO2

iptofan CO2

Striktosidinsintase

Alkaloid Indol Monoterpenoid

+

Page 27: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

12

3. Fosfor (P)

Fosfor adalah unsur hara penting untuk semua tanaman. Tanaman akan

tumbuh dengan lambat pada tanah yang fosfornya rendah, namun untuk keperluan

produksi pertanian, tanah harus menyediakan konsentrasi fosfor yang cukup untuk

pertumbuhan tanaman yang optimal (Watson dan Mullen, 2007). Paling sedikit ada

empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk

buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli

unsur ini yang organik dan anorganik yang terdapat dalam tanah (Buckman dan

Brandy, 1992).

Pada umumnya kandungan total fosfor di dalam tanah relatif tinggi, tetapi

sering terdapat dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Hanya sedikit fosfor yang

dibebaskan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pada tanah 80% fosfor menjadi

tidak dapat dipindahkan (immobile) dan tidak tersedia untuk diambil oleh tanaman

karena adanya adsorbsi, presipitasi atau perubahan ke bentuk organik (Schachtman et

al., 1998). Fosfor tersedia terdapat sebagai ortofosfat primer (H2PO4-) dalam larutan

tanah. Ortofosfat primer diimobilisasi oleh tanaman dan mikroorganisme. Bakteri dan

jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor

kemudian diambil oleh tumbuhan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut

dalam air tanah. Jumlah fosfor yang nyata dalam tanah diubah menjadi bentuk

organik selama pembentukan tanah. Fosfor organik dimineralisasi untuk melengkapi

sub siklus dari keseluruhan siklus fosfor (Moody dan Bolland, 2002).

Page 28: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

13

Berikut adalah siklus fosfor (P) di dalam tanah:

Gambar 4. Siklus fosfor (P) di dalam tanah ( Moody dan Bolland, 2002).

3. 1. Peranan Fosfor Bagi Tanaman

Tanaman tidak dapat berhasil tumbuh normal tanpa fosfor. Fosfor merupakan

bagian dari asam nukleat, fosfolipid, koenzim DNA dan NADP, dan ATP.

Fosfor menggaktifkan koenzim untuk menghasilkan asam amino yang digunakan

dalam sintesis protein. Fosfor menguraikan karbohidrat yang dihasilkan

selama fotosintesis dan fosfor terlibat dalam banyak proses metabolit yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, seperti fotosintesis, glikolisis, respirasi, dan sintesis

asam lemak (Ray, 1999).

Bahan organik

PupukP teradsorbsi

Reaksi pupuk

Biomassamikroba

P terlarut

Komponen organikterlarut

Tanaman

dekomposisi

adsorbsimineralisasi immobilisasi

mineralisasi

dissolution

dissolution

presipitasi

pengambilan

P tetap

Page 29: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

14

Fosfor berperan penting pada setiap proses perpindahan energi pada tanaman,

fosfat berenergi tinggi tersimpan sebagai bagian dari stuktur kimia ADP dan ATP

yang merupakan sumber energi dalam penyelenggaraan reaksi kimia di dalam

tanaman. Ketika ADP dan ATP mengangkut fosfat energi ke molekul lain (disebut

fosforilasi), pada tahap ini banyak proses penting yang terjadi (Alberta et al., 1999).

Selain itu, fosfor mempercepat perkecambahan biji, merangsang pembungaan,

meningkatkan pertumbuhan tunas, membantu dalam pembentukan biji, mempercepat

pematangan buah. Daerah meristem memiliki jumlah fosfor yang tinggi (Ray, 1999).

3. 2. Defisiensi fosfor

Fosfor yang cukup memungkinkan proses-proses yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman berjalan normal. Ketika ketersediaan fosfor

pada tanaman terbatas maka mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme.

Defisiensi fosfor mengurangi laju fotosintesis di daun karena berkurangnya

efisiensi karboksilasi sehingga berpengaruh terhadap metabolisme di daun. Selama

fotosintesis, karbon mengalami reaksi di kloroplas kemudian dipindahkan ke sitosol

sebagai triosefosfat. Triosefosfat kemudian diubah menjadi sukrosa di dalam sitosol

dengan melepaskan fosfat anorganik (Pi). Jika sintesis sukrosa di sitosol terbatas

menyebabkan terjadinya penurunan perpindahan triosefosfat ke kloroplas sehingga

fotosintesis masih dipertahankan dalam stroma untuk diubah menjadi pati. Di dalam

kloroplas, fosfat anorganik terlibat dalam penggabungan senyawa organik selama

fotofosforilasi. Ketersediaan fosfat anorganik yang cukup sangat penting untuk

Page 30: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

15

asimilasi karbon pada tanaman. Fosfat anorganik bersama CO2 dan H2O merupakan

substrat utama fotosintesis (Rychter dan Rao, 2003).

Rasio berat kering tajuk akar berkurang oleh peningkatan pembagian

karbohidrat ke akar dimana sukrosa terakumulasi. Hal ini merupakan respon tanaman

yang mengalami defisiensi fosfor sehingga untuk mendukung pertumbuhannya, akar

memanfaatkan fosfat yang diperoleh di dalam tanah dan hal ini ditandai dengan

terjadinya perubahan morfologi dan fisiologi akar. Akar yang terbentuk lebih sedikit,

jumlah dan panjang rambut akar meningkat, pembebasan asam organik dari kelat

fosfat tidak larut, pembebasan proton, dan merangsang aktivitas fosfatase pada

permukaan akar (Mengel dan Kirkby, 2001).

Pada daun aglaonema akan membuat daun terlihat lebih mengkilat dan warna

lebih keluar sebab fosfor juga mendukung proses fotosintesis. Gejala kekurangan

unsur fosfor menyebabkan warna hijau daun lebih gelap dari yang normal. Daun

di bagian bawah sering berwarna keunguan, terutama diantara tulang-tulang

daun. Pada tahap kritis daun akan terlihat rapuh dan mudah layu, seperti tidak

mempunyai kekuatan untuk berdiri dan akhirnya menghambat pertumbuhan daun

baru (Anonim b, 2009).

3. 3. Penyerapan Fosfor oleh Tanaman

Fosfor merupakan unsur yang mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman dan

ditranslokasikan melalui xilem. Fosfor masuk ke dalam tanaman melalui rambut akar,

ujung akar dan lapisan terluar dari sel-sel akar (Schachtman et al., 1998). Setelah

berada di akar, fosfor dapat disimpan atau diangkut ke bagian atas tanaman.

Page 31: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

16

Kemudian fosfor akan mengalami berbagai reaksi kimia dan membentuk atau

bergabung dengan senyawa organik termasuk asam nukleat (DNA dan RNA),

fosfoprotein, fosfolipid, gula fosfat, enzim, dan senyawa fosfat kaya energi (ATP)

(Alberta et al., 1999).

Masalah utama dalam pengambilan fosfor dari dalam tanah oleh tanaman

adalah daya larut yang rendah dari sebagian besar senyawa fosfor yang

mengakibatkan konsentrasi yang rendah untuk dapat digunakan dalam larutan tanah

pada suatu waktu. Ortofosfat (H2PO4-) diimobilisasi oleh tanaman dan jasad renik dan

sejumlah fosfor dalam tanah diubah menjadi bentuk organik yang terdemineralisasi

(Buckman dan Brandy, 1992).

3. 4. Ketersediaan Fosfor dalam Tanah

Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu fosfor organik

dan fosfor anorganik. Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah,

tetapi pada umumnya rendah (Handayanto dan Hairiyah, 2007).

Fosfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50 % dari fosfor total tanah dan

bervariasi sekitar 15 – 80 % pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fosfat ini berasal

dari sisa tanaman, hewan dan mikrobia. Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari

asam ortofosfat yaitu inositol, fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, dan gula fosfat.

Tiga senyawa yaitu inositol, fosfolipid dan asam nukleat sangat dominan dalam

tanah.

Bentuk fosfor anorganik dibedakan menjadi fosfor aktif yang meliputi Ca-P,

Al-P, Fe-P dan fosfor tidak aktif, yang meliputi occhided-P, reductant-P, dan mineral

Page 32: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

17

fosfor primer. Fosfor anorganik di dalam tanah pada umumnya berasal dari mineral

fluor apatit. Dalam proses hancuran iklim dihasilkan berbagai mineral fosfor

sekunder seperti hidroksi apatit, karbonat apatit, klor apatit dan lainnya sesuai

dengan lingkungannya. Selain itu, ion-ion fosfat dengan mudah dapat bereaksi

ion Fe3+, Al3

+, Mn2+ dan Ca2

+, ataupun terjerap pada permukaan oksida-oksida

hidrat besi, aluminium dan hidrat. Fosfor anorganik berupa senyawa 3Ca(PO4)CaF

Fluor apatit, Ca3(PO4)2CaCO3 Carbonat apatit, 3Ca2(PO4)2Ca(HO)2 Hidroksi apatit,

3Ca3(PO4)2CaO Oksi apatit, Ca3(PO4)2 Dikalsium fosfat, Ca(PO4)2CaCO3 Tri

kalsium fosfat, AlPO42H2O Variscit, FePO42H2O Strengit (Elfiati, 2005).

3. 5. Pemupukan Fosfat

Produktivitas suatu tanah banyak tergantung pada kapasitas memegang air

dari tanah tersebut, aerasi yang cukup dan ketersediaan unsur hara yang tercukupi,

baik unsur hara yang berasal dekomposisi bahan organik maupun mineral tanah.

Kebanyakan tanah yang diusahakan kurang produktif sehingga perlu ditambahkan

unsur hara melalui pemupukan disamping air (Sutanto, 2002).

Fosfor adalah unsur hara penting untuk semua tanaman. Tanaman akan

tumbuh lambat pada tanah yang fosfornya rendah, namun untuk keperluan produksi

pertanian, tanah harus menyediakan konsentrasi fosfor yang cukup untuk

pertumbuhan optimal bagi tanaman. Salah satunya dengan melakukan pemupukan

fosfat, sehingga ketersediaan akan unsur fosfor dapat terpenuhi (Watson dan

Mullen, 2007).

Page 33: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

18

Menurut Lingga dan Marsono (2002), kebutuhan fosfor pada tanaman kacang

panjang tipe merambat adalah sebesar 25 - 70 kg/ha P2O5. Pemupukan fosfat sebesar

6 g/pot dapat mempercepat saat munculnya kuncup bunga pada tanaman krisan pot

(Werginingsih dkk., 2002).

4. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah suatu proses rangkaian perubahan sistematik spesifik

yang diarahkan kepada suatu akhir yang dilalui tanaman untuk meningkatkan

ukurannya dengan menggunakan faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan

(Sitompul dan Guritno, 1995). Secara umum pertumbuhan tanaman didefinisikan

sebagai pertambahan dalam bahan yaitu bahan kering yang merupakan hasil

fotosintesis. Berat basah tanaman pada suatu waktu mengalami perubahan besar

dalam status kandungan airnya. Berat kering tanaman adalah senyawa-senyawa

organik (pati, amilum, karbohidrat) hasil fotosintesis pada bagian-bagian tanaman

(Fitter dan Hay, 1998).

Pertumbuhan tergantung pada aktifitas sistem fotosintesis. Fotosintesis

menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan untuk proses-proses pertumbuhan

yang ditandai dengan adanya peningkatan biomassa tanaman. Tanaman menggunakan

karbohidrat yang dihasilkan selama proses fotosintesis selain untuk pertumbuhan

juga untuk berbagai macam fungsi, seperti bertahan terhadap kompetisi, pembentukan

senyawa, penangkal terhadap predator, reproduksi dan sebagainya. Hal ini dapat

mengurangi kecepatan pertumbuhan dari potensi maksimumnya (Fitter dan

Hay, 1998).

Page 34: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

19

Kecepatan petumbuhan dapat diukur dengan beberapa cara antara lain

mengukur tinggi tanaman, luas daun, lebar daun, berat basah dan berat kering

masing-masing organ seperti akar, batang, dan daun (Noggle dan Fritz, 1983). Tinggi

tanaman merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan

maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tinggi

tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah diamati. Berat

kering umumnya digunakan sebagai petunjuk yang memberi ciri pertumbuhan

(Gardner et al., 1991).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua macam faktor. Faktor yang

pertama, yaitu faktor eksternal yang meliputi:

a. Iklim (cahaya, temperatur, air, dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Nitrogen (N) oksida,

Fe, Cl, dan O2).

b. Edafik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran

kation/cation exchange capacity (CEC), pH, kejenuhan basa dan ketersediaan

nutrisi.

c. Biologis (gulma, serangga, hama, nematoda, herbivora, mikroorganisme tanah,

mikorhiza).

Faktor yang kedua adalah faktor internal yang meliputi: ketahanan terhadap tekanan

iklim, tanah, dan biologis, laju fotosintetik, respirasi, pembagian hasil asimilasi

dan nitrogen (N), kandungan pigmen, tipe dan letak meristem, kapasitas

menyimpan cadangan makanan, aktivitas enzim, pengaruh gen dan diferensiasi

(Gardner et al., 1991).

Page 35: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

20

Fitter dan Hay (1998) mengatakan bahwa penambahan hara ke dalam tanah

dapat merubah vegetasi. Tanaman-tanaman yang tumbuhnya paling cepat ditemukan

pada habitat yang produktif, sedangkan tempat yang tidak baik dan beracun akan

menyebabkan pertumbuhan yang lambat. Salah satu unsur hara yang penting untuk

pertumbuhan adalah fosfor. Fosfor memegang peranan penting dalam kebanyakan

reaksi enzim yang terlibat dalam proses fosforilasi. Peranan fosfor pada tanaman

penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar,

memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah, pembentukan

bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit (Sumarno dan

Suryono, 2001).

Tanaman jagung (Zea mays) menyerap unsur fosfor dalam bentuk ion

sebanyak 17 kg/ha untuk menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha

(Premono, 2002). Dosis TSP 200 kg/ha tidak berpengaruh lebih baik dibandingkan

dengan dosis 133 kg/ha terhadap pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah cabang

tanaman nilam (Pogostemon cablin) (Indah dan Setyowati, 2002).

5. Hubungan antara Fosfor, Pertumbuhan dan Produksi Reserpin

Fosfor sangat berpengaruh terhadap metabolisme energi dalam tanaman yang

akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Fosfor merupakan komponen

struktural dari sejumlah senyawa penting, molekul pentransfer energi ADP, dan ATP,

NAD, NADPH dalam proses fotosintesis dan respirasi, selain itu juga sebagai

senyawa penyusun sistem informasi genetik (DNA dan RNA).

Page 36: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

21

Meningkatnya konsentrasi fosfat anorganik (Pi), ATP dan ADP di dalam

sitosol dapat mengaktifkan jalur EMP (glikolisis) dan juga jalur pentosa fosfat. Hal

ini dapat terjadi melalui suatu mekanisme pengaktifan difusi ATP atau fosfat

anorganik diantara mitokondria dan sitoplasma yang meningkat. Laju defosforilasi

ATP di mitokondria meningkat untuk reaksi sintesis. Fosfor anorganik atau ADP

terbentuk sebagai produk dari reaksi sintesis yang dapat mengaktifkan glikolisis.

Pengaktifan jalur pentosa fosfat (PPP) merupakan bagian dari katabolisme heksosa

pada banyak jaringan tanaman. Glikolisis mengangkut bagian utama dari katabolisme

heksosa dan jalur pentosa fosfat menyediakan senyawa antara untuk sintesis senyawa

lain (Rowan, 1996).

Jalur pentosa fosfat merupakan jalur alternatif bagi glikolisis yang

menghasilkan gliseraldehid-3-fosfat, asam fosfoenol piruvat dan asam piruvat

(Manitto, 1992). Jalur pentosa fosfat mempunyai dua fungsi penting, yang pertama

adalah menyediakan donor elektron NADP yang dibutuhkan untuk reaksi-reaksi

reduksi biosintesis. Untuk melakukan sintesis senyawa-senyawa metabolit sekunder

diperlukan ATP, dan NADH atau NADPH. NADPH digunakan khususnya untuk

membentuk ATP lewat fosforilasi oksidatif. Fungsi kedua jalur pentosa fosfat adalah

untuk menghasilkan pentosa fosfat yang merupakan prekursor ribosa dan

deoksiribosa dalam sintesis nukleotida. Selain itu terbentuknya eritrosa-4-P yang

merupakan senyawa antara jalur ini dan berperan sebagai prekursor biosintesis asam

amino aromatik, lignin, dan flavonoid (Hopkins, 1999).

Page 37: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

22

Hubungan antara fosfor, respirasi dan produksi reserpin disajikan pada

Gambar 5 berikut:

D-Erthrose-4-phosphate + Phosphoenolpyruvic acid(dari jalur pentosa fosfat) (dari glikolisis)

3-Deoxy-D-arabinoheptulosonic acid-7-phosphate

NADPH+H+

Shikimic acid

ADP ATP

Phosphoenolpyruvic acid

H2PO4

3-Enolpyruvyl shikimic acid-5-phosphate

Chorismic acid

Prephenic acid tryptofan

Arogenic acid AIM RESERPIN

Phenylalanine Tyrosin

Gambar 5. Jalur asam shikimat dalam sintesis asam amino (Taiz dan Zeiger, 1998).

Page 38: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

23

Dari gambar di atas terlihat bahwa fosfor berpengaruh terhadap produksi

alkaloid indol monoterpenoid (salah satunya reserpin) melalui jalur shikimat.

Phosphoenolpyruvic acid yang dihasilkan saat glikolisis (respirasi) dan D-erythrose-

4-phosphate dari jalur pentosa fosfat mensintesis prekursor karbohidrat (chorismic

acid). Chorismic acid akan menurunkan sejumlah derivat asam amino aromatik.

Salah satu derivat asam amino aromatik tersebut adalah triptofan yang merupakan

prekursor dari alkaloid indol monoterpenoid (salah satunya reserpin) (Taiz dan

Zeiger, 1998).

Kerangka Pemikiran

Tanaman pule pandak (R. verticillata Lour.) memiliki potensi yang tinggi

dalam memproduksi metabolit sekunder yang mengandung bermacam-macam

senyawa yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Untuk

memenuhi mutu standar sebagai bahan baku fitofarmaka, maka diperlukan upaya-

upaya pembudidayaan pule pandak yang tepat. Salah satunya dengan melakukan

pemupukan fosfat, sehingga ketersediaan akan unsur fosfor dapat terpenuhi.

Fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa penting yaitu

molekul pentransfer energi ADP dan ATP, NAD, NADPH yang sangat penting dalam

proses fotosintesis dan respirasi, selain itu juga sebagai senyawa penyusun sistem

informasi genetik (DNA dan RNA). Dari proses respirasi terjadi perombakan ATP,

NAD, NADPH sehingga mempengaruhi metabolisme energi dan menghasilkan

berbagai senyawa penting seperti asam amino (triptofan, fenilalanin, tirosin).

Triptofan yang dihasilkan tersebut merupakan prekursor dari alkaloid indol

Page 39: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

24

monoterpenoid (salah satunya reserpin). Ketersediaan fosfor dalam larutan tanah pada

batas tertentu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pule pandak dan

mempengaruhi sintesis reserpin pule pandak.

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 6

berikut:

Gambar 6. Skema kerangka pemikiran.

Hipotesis

1. Semakin meningkatnya ketersediaan fosfor bagi tanaman akan dapat

meningkatkan pertumbuhan pule pandak (R. verticillata).

2. Semakin meningkatnya ketersediaan fosfor bagi tanaman akan meningkatkan

kadar reserpin pule pandak (R. verticillata).

Pertumbuhantanaman

Unsur hara P(pupuk)

Metabolit sekunder

Reserpin

o Tinggi tanamano Jumlah dauno Panjang akaro Rasio tajuk akaro Berat kering tanaman

R. verticillata(pule pandak)

Tanaman obat dan langka

Budidaya

Page 40: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

25

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Sub Lab. Biologi, Laboratorium Pusat

MIPA UNS. Waktu penelitian adalah bulan November 2008 – Juni 2009 (7 bulan).

Analisis reserpin dilakukan di Sub Lab. biologi, Laboratorium Pusat MIPA UNS.

Analisis P tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian UNS.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Rauvolfia

verticillata (pule pandak) yang berumur 4 bulan; air untuk menyiram media; media

tanam berupa tanah tipe regosol yang diambil dari daerah Boyolali; pupuk Urea

(CO(NH2)2) dan pupuk KCl sebagai pupuk dasar; pupuk fosfor yang digunakan

adalah pupuk TSP (Ca(H2PO4)2); untuk analisis reserpin digunakan etanol, DDH2O,

0,3% sodium nitrit, dan 5% larutan asam sulfamat.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan selama

penanaman dan pengambilan data pertumbuhan tanaman meliputi polibag ukuran 15

x 20 cm, timbangan, cetok tanah, penggaris, cutter, handsprayer, kertas, alat tulis,

oven, dan timbangan analitik. Peralatan untuk analisis reserpin meliputi mortar,

25

Page 41: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

26

tabung reaksi dan rak,, vortex, erlenmeyer, mikropipet, pipet tetes, kertas saring,

corong, gelas ukur, kertas label, tabung film gelap, dan spektrofotometer UV-Vis.

C. Cara kerja

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu

faktor perlakuan yaitu variasi dosis unsur hara fosfor (P) dalam 4 taraf, masing-

masing sebagai berikut:

- P0 = 0 g TSP/polibag (kontrol)

- P1 = 0,5866 g TSP/polibag setara dengan 75 kg TSP/ha

- P2 = 1,1732 g TSP/polibag setara dengan 150 kg TSP/ha

- P3 = 2,3465 g TSP/polibag setara dengan 300 kg TSP/ha

(Nurodin, 1992).

Masing-masing perlakuan dilakukan dengan 5 ulangan.

2. Persiapan media tanah

Media tanam yang digunakan adalah tanah tipe regosol. Tanah

dikeringanginkan dan diayak. Setelah ditimbang masing-masing 1 kg tanah kemudian

dicampur dengan pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan pupuk Urea (0,7823

g/polibag setara dengan 100 kg/ha) dan pupuk KCl (0,3884 g/polibag setara dengan

50 kg/polibag) kemudian dimasukkan ke dalam polibag-polibag.

Page 42: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

27

3. Perlakuan

Tanaman pule pandak umur 4 bulan ditanam dalam polibag-polibag dan

diletakkan di rumah kaca. Perlakuan berupa pemberian unsur hara/pupuk fosfor

(TSP) dilakukan sesuai dengan perlakuan (0 kg/ha pupuk TSP, 75 kg/ha pupuk TSP,

150 kg/ha pupuk TSP, dan 300 kg/ha pupuk TSP). Tanaman pule pandak yang akan

ditanam dipilih yang mempunyai keseragaman baik dalam tinggi maupun jumlah

daun. Tiap polibag ditanam 1 tanaman pule pandak yang dipilih dengan baik dengan

ciri mempunyai daun yang hijau segar, tidak layu dan kering. Penanaman pule pandak

dilakukan selama 10 minggu.

4. Penyiraman

Melakukan penyiraman dengan air kran (air PDAM) disesuaikan dengan

kondisi tanah. Penyiraman dilakukan sehari sekali di waktu pagi hari, sampai

tanaman siap panen.

5. Pemanenan tanaman

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 6,5 bulan atau 10 minggu setelah

tanam.

6. Pengamatan

1. Pertumbuhan Pule Pandak:

1. Tinggi tanaman.

Melakukan pengukuran tinggi tanaman dari permukaaan tanah sampai ujung

daun tanaman tertinggi seminggu sekali dari mulai penanaman sampai akhir

perlakuan.

Page 43: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

28

2. Jumlah daun.

Jumlah daun dihitung pada awal penanaman dan pada akhir pengamatan.

3. Panjang akar

Mengukur panjang akar mulai dari batang akar sampai ujung akar. Akar

yang diukur adalah akar yang utama dan pengukuran dilakukan pada saat

panen.

4. Rasio akar tajuk

Membandingkan berat kering tajuk (daun dan batang) dengan berat kering

akar.

5. Berat kering tanaman.

Masing-masing tanaman dimasukkan ke dalam kantong-kantong kertas

untuk ditentukan berat keringnya dengan cara dioven dengan temperatur

60oC selama 2-3 hari sampai tercapai berat konstan.

2. Analisis reserpin.

Kadar reserpin yang diukur merupakan kadar reserpin total (menggunakan

sampel tanaman dalam keadaan kering). Kadar reserpin ditetapkan menurut

metode spektrofotometri (Singh et al., 2004) sebagai berikut:

1) Tanaman segar dikeringkan dalam oven dengan temperatur 60oC selama 2-3

hari.

2) Tanaman yang sudah kering digerus dengan mortar, kemudian serbuk

tanaman sebanyak 100 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 10 ml etanol p.a. lalu divortex sampai homogen.

Page 44: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

29

3) Setelah larutan homogen, DDH2O dimasukkan ke dalam erlenmeyer sampai

volume menjadi 100 ml.

4) Larutan ditambahkan 1 ml 0,3% sodium nitrit lalu divortex sampai larutan

homogen.

a) Larutan dipanaskan dengan water batch pada suhu 55oC selama 30

menit. Setelah dingin ditambahkan 0,5 ml 5% larutan asam sulfamat.

b) Larutan kemudian diukur nilai absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 399 nm dengan

menggunakan larutan pembanding reserpin murni (Singh et al., 2004).

D. Analisis data

Data-data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan menggunakan

analisis varian (ANAVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter

yang diukur. Apabila terjadi beda nyata dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple

Range Test) dengan taraf 5%. Disamping itu dilakukan pula analisis korelasi untuk

mengetahui keeratan hubungan antara parameter pertumbuhan terhadap kadar

reserpin pule pandak.

Page 45: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang paling sering diamati baik

sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini didasarkan

pada kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan tanaman yang

paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno, 1995). Tinggi tanaman merupakan

indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur dan dijadikan dasar

penentuan produktivitas (volume) tanaman (Lakitan, 1996).

Tabel 1. Rata-rata tinggi (cm) tanaman R. verticillata setelah 10 minggu setelahtanam pada variasi dosis pupuk fosfat (TSP).

Dosis pupuk TSP

(kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata tinggi (cm) 18.62a 19.40a 18.44a 20.40a

Keterangan: Tidak berbeda nyata

30

Page 46: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

31

15

16

17

18

19

20

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Minggu Ke -

Ting

gi T

anam

an (c

m)

TSP 0 kg/haTSP 75 kg/haTSP 150 kg/haTSP 300 kg/ha

Gambar 7. Grafik perlakuan variasi dosis pupuk fosfat (TSP) terhadap tinggi tanaman R.verticillata.

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 8. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan tinggi tanaman pule pandak (R.verticillata).

Rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada dosis 300 kg/ha pupuk TSP

(P3), sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah diperoleh pada dosis 150 kg/ha

pupuk TSP (P2) (Tabel 1).

Tinggitanaman

(cm)

Page 47: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

32

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa dosis pupuk fosfat (TSP) yang

diberikan pada tiap perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

(Lampiran 2). Hal ini diduga terjadi karena pemberian dosis pupuk TSP kurang

optimal untuk meningkatkan tinggi tanaman, kondisi ini juga dipengaruhi oleh waktu

perlakuan yang singkat (10 minggu) dan pemberian pupuk yang dilakukan hanya

sekali selama penelitian, sehingga kurang memperlihatkan pengaruhnya terhadap

tinggi tanaman. Hal ini serupa dengan penelitian Sulandjari et al. (2007) tentang

perlakuan fosfor pada tanaman poko (Mentha arvensis) menunjukkan bahwa

perlakuan fosfor berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman poko.

Hasil penelitian Purlani et al. (2001) pada tanaman wijen (Sesamum indicum)

yang ditambahkan pupuk fosfat sampai 0.36 gram/polibag tidak berpengaruh terhadap

tinggi tanaman. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fosfor tidak tersedia bagi

tanaman. Menurut Ray (1999) ciri-ciri fisika dan kimia tanah merupakan faktor utama

yang mengendalikan ketersediaan fosfor bagi tanaman dan mempengaruhi sifat

produk akhir yang dihasilkan jika pupuk fosfat diberikan pada suatu tanah. Ciri-ciri

fisika tanah meliputi aerasi dan pemadatan, temperatur, kelengasan tanah, pergerakan

dan kehilangan akibat adanya proses pelindian. Ciri-ciri kimia meliputi bentuk-bentuk

fosfor tanah, dan pH tanah.

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada

Gambar 8. Analisis regresi memperlihatkan bahwa pupuk TSP berpengaruh terhadap

tinggi tanaman dengan persamaan Y=18.55e0.000x (R2= 0.533).

Page 48: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

33

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan

juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi

seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi

oleh faktor genetik (genotif) dan lingkungan. Posisi daun pada tanaman yang

dikendalikan oleh genotif mempunyai pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan

daun. Jumlah daun semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman (Gardner

et al., 1991).

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman R.verticillata pada pemberian variasi pupukfosfat (TSP) setelah 10 minggu setelah tanam.

Dosis pupuk TSP

(kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata jumlah daun 14.8a 18.8b 18ab 16.8ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkantidak beda nyata pada uji DMRT 5%.

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 9. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan jumlah daun pule pandak (R.verticillata).

Jumlahdaun

Page 49: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

34

Rata-rata jumlah daun tertinggi diperoleh pada dosis 75 kg/ha pupuk TSP

(P1), sedangkan rata-rata jumlah daun terendah pada dosis 0 kg/ha pupuk TSP

(kontrol/P0) (Tabel 2).

Hasil analisis varian dan uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa

pemberian pupuk fosfat (TSP) sampai dosis 300 kg/ha berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun. Jumlah daun pada perlakuan P0 dengan P1 menunjukkan berbeda

nyata, namun perlakuan antara P1, P2 dan P3 menunjukkan berbeda tidak nyata

(Lampiran 3).

Jumlah daun pada perlakuan P0 dengan P1 menunjukkan pengaruh yang

berbeda nyata. Perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh paling baik

dibandingkann perlakuan tanpa pupuk/kontrol (P0), hal ini berhubungan erat dengan

rendahnya kandungan fosfor tersedia pada tanah regosol yang dijadikan media tanam

(sebesar 12,35 ppm). Dengan ditambahnya pupuk fosfor ke dalam tanah respon

jumlah daun dapat terlihat nyata.

Jumlah daun pada perlakuan P1, P2, dan P3 menunjukkan pengaruh yang

tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pule pandak merupakan tanaman tahunan

sehingga munculnya respon pertambahan jumlah daun belum terlihat jelas dalam

selang waktu pengamatan 10 minggu dan menurut Gardner et al. (1991) pertambahan

jumlah daun lebih dipengaruhi oleh faktor genetik pada tanaman.

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Gambar

9. Analisis regresi memperlihatkan bahwa pupuk TSP tidak berpengaruh terhadap

jumlah daun dengan persamaan Y= 16.51e0.000x (R2= 0.083).

Page 50: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

35

Panjang Akar

Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan pucuk.

Fungsi akar adalah menyerap unsur hara dan air yang diperlukan tanaman untuk

metabolisme. Panjang akar merupakan salah satu parameter akar yang dapat diamati

langsung (Sitompul dan Guritno, 1995).

Rata-rata panjang akar tanaman tertinggi diperoleh pada dosis 150 kg/ha

pupuk TSP (P2), sedangkan rata-rata panjang akar terendah diperoleh pada dosis 300

kg/ha pupuk TSP (P3) (Tabel 3).

Hasil analisis varian dan uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa

pemberian pupuk fosfat (TSP) sampai dosis 300 kg/ha pengaruhnya signifikan

terhadap panjang akar. Panjang akar pada perlakuan P0 dengan P2 menunjukkan

pengaruh yang berbeda nyata, namun antara perlakuan P0, P1, dan P3 menunjukkan

pengaruh yang tidak berbeda nyata (Lampiran 4).

Tabel 3. Rata-rata panjang akar (cm) tanaman R. verticillata setelah 10 minggusetelah tanam.

Dosis pupuk TSP

(kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata panjang akar

(cm) 9,78ab 12,96bc 14,7c 8.48a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkantidak beda nyata pada uji DMRT 5%.

Page 51: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

36

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 10. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan panjang akar tanaman pule pandak(R. verticillata).

Panjang akar pada perlakuan P0 dengan P2 menunjukkan pengaruh yang

berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan serapan fosfor pada

tanaman R. verticillata akibat adanya pengaruh langsung dari pupuk fosfat.

Pemupukan fosfat meningkatkan kandungan fosfor dalam tanah karena tambahan

fosfor tersebut meningkatkan intensitas fosfor dalam larutan tanah sehingga terjadi

peningkatan fosfor total tanah (Ismunadji dan Sukardi, 1991). Hal ini serupa dengan

penelitian Isrun (2006), dimana terjadinya peningkatan serapan fosfor pada tanaman

jagung manis (Zea mays var.saccharata) karena adanya peningkatan ketersedian

fosfor tanah akibat penambahan pupuk fosfat yang diberikan. Meningkatnya fosfor

tersedia tanah dapat meningkatkan panjang akar tanaman jagung manis karena adanya

kontak secara difusi antara akar tanaman dengan fosfor yang ada di dalam tanah

menjadi lebih besar sehingga lebih banyak fosfor yang dapat diserap oleh tanaman

jagung manis. Hal ini sesuai dengan pendapat Barber (1994) yaitu besarnya serapan

Panjangakar (cm)

Page 52: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

37

fosfor tanaman tergantung ketersediaan unsur fosfor dalam larutan tanah dan

perakaran tanaman.

Menurut Soepardi (1999), fosfor berfungsi dalam perkembangan akar dan

rambut akar. Meningkatnya fosfor dalam jaringan tanaman akan meningkatkan laju

fotosintesis dan juga hasil karbohidrat yang terbentuk sehingga penyusun jaringan

akar menjadi lebih baik, yang akhirnya akan meningkatkan panjang akar. Hal tersebut

dapat dimengerti karena pemberian pupuk fosfat dalam bentuk TSP dapat

meningkatkan ketersediaan fosfor dalam larutan tanah, karena mengandung fosfat

yang mudah larut dalam tanah sehingga dapat menambah ketersediaan fosfor dalam

tanah. Panjang akar dapat digunakan untuk menilai daya penyerapan unsur hara dan

air, sehingga dapat mengetahui nilai potensi fotosintesis tajuk. Hasil fotosintesis

digunakan untuk pertumbuhan akar.

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap panjang akar dapat dilihat pada Gambar

10. Analisis regresi memperlihatkan adanya pengaruh yang kecil antara dosis TSP

terhadap panjang akar dengan persamaan Y= 12.21e-7E-0x (R2=0.110).

Berat Kering

Berat kering merupakan parameter pertumbuhan yang dapat digunakan

sebagai ukuran global pertumbuhan tanaman dengan segala peristiwa yang

dialaminya. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahan kering merupakan

manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan

tanaman. Berat kering tanaman didapatkan dengan proses pengurangan kadar air dan

penghentian aktivitas metabolisme hingga mencapai berat konstan.

Page 53: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

38

Hasil analisis varian dan uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa

pemberian pupuk fosfat (TSP) sampai dosis 300 kg/ha berpengaruh nyata terhadap

berat kering tanaman pule pandak. Berat kering total pada perlakuan P2 berbeda

nyata dengan P3, tetapi tidak berbeda nyata dengan P0 dan P1 (Lampiran 5).

Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman (gram) R. verticillata setelah 10 minggusetelah tanam.

Dosis pupuk TSP

(kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata berat kering

(gram) 0.57ab 0.59ab 1.05b 0.43a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkantidak beda nyata pada uji DMRT 5%.

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 11. Kurva hubungan dosis pupuk TSP dan berat kering tanaman pule pandak (R.verticillata).

Berat keringtanaman(gram)

Page 54: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

39

Rata-rata berat kering pule pandak tertinggi diperoleh pada dosis 150 kg/ha

pupuk TSP (P2) dan berat kering terendah diperoleh pada dosis 300 kg/ha pupuk TSP

(P3) (Tabel 4 dan Gambar 11).

Pada perlakuan P2 dengan P3 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hal

ini menunjukkan bahwa unsur fosfor yang diberikan melalui pupuk ini dapat berperan

dalam proses pertumbuhan tanaman pule pandak, karena fosfor berfungsi pada

berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

dapat menunjang pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan berat kering. Berat

kering yang besar menunjukkan berat kering tajuk yang besar pula. Fosfor mampu

mengubah fosfat ester (C-P) seperti glukosa-6-fosfat yang kaya energi. Energi dari

glukosa-6-fosfat tersebut berhubungan dengan peristiwa glikolisis, fosforilasi

oksidatif atau fotosintesis untuk membentuk ATP dan energi ini dibebaskan selama

hidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik (Mengel dan Kirkby, 2001).

Hopkins (1999) menyatakan bahwa proses fotosintesis dipengaruhi oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah suplai nutrisi dalam tanaman. Fosfor sangat

dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Selama fotosintesis dibutuhkan fosfat yang

kaya energi berupa ATP. Pembentukan ATP di dalam kloroplas melalui reaksi

fotofosforilasi. Reaksi fotofosforilasi ini sangat penting mengingat dalam proses

reduksi CO2 memerlukan ketersediaan ATP dan juga NADPH.

Ketersediaan fosfor yang tidak cukup dalam jangka panjang akan menurunkan

laju fotosintesis yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan regenerasi RuBP yang

Fotosintesis = CO2 + H2O O2 + KarbohidratKlorofil

CahayaEnergi fosfat

Page 55: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

40

dibutuhkan untuk karboksilasi. Menurunnya regenerasi RuBP ini dipengaruhi oleh

penurunan ketersediaan karbon akibat meningkatnya pengalihan asimilasi karbon

untuk sintesis pati yang disebabkan oleh penurunanan ketersediaan ATP. Defisiensi

ATP di daun yang fosfornya rendah akan memperlambat aktivitas reduksi karbon

dengan demikian mengurangi regenerasi ATP (Rychter dan Rao, 2003).

Fosfor juga mempunyai pengaruh timbal-balik dengan nitrogen. Menurut

Prawiranata et al. (1995) asimilasi nitrogen dalam tanaman mempengaruhi

penggunaan karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis, sehingga jumlah

karbohidrat yang telah ada atau karbohidrat yang akan dibentuk menjadi berkurang.

Dalam proses asimilasi nitrogen, dibutuhkan energi pereduksi yang berasal dari

proses respirasi berupa NADH untuk mereduksi nitrat menjadi asam amino.

Pembentukan NADH atau NADPH dalam proses respirasi membutuhkan peran

fosfor, sehingga konsentrasi fosfor dalam tanaman secara tidak langsung

mempengaruhi asimilasi nitrogen untuk menghasilkan asam amino.

Blair dan Edwards (2000) mengatakan bahwa meningkatnya unsur hara fosfor

dalam tanaman akan meningkatkan terbentuknya fosfolipid, sehingga memperbesar

kelarutan lipida yang menyusun membran sel, dan akan memperbesar pula laju zat

hara yang melewati membran sel (Haryadi, 1994), disamping itu meningkatnya laju

sintesis fosfolipid akan menambah kesempurnaan membran sel sehingga berpengaruh

baik terhadap beberapa proses seperti respirasi, pengambilan ion dan penyatuan

energi. Meningkatnya penyatuan energi dalam kloroplas akan memperlancar

fotofosforilasi sehingga meningkatkan laju fotosintesis (Blair dan Edwards, 2000).

Meningkatnya fotosintesis akan memperbesar kemampuan tanaman menghasilkan

Page 56: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

41

karbohidrat dan jumlah karbohidrat dalam jaringan tanaman akan semakin meningkat.

Dengan demikian pertumbuhan tanaman lebih baik dan berat tanamanpun akan

meningkat.

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap berat kering tanaman dapat dilihat pada

Gambar 11. Analisis regresi memperlihatkan tidak adanya pengaruh dosis TSP

terhadap berat kering tanaman dengan persamaan Y= 0.686e-8E-0x (R2=0.066).

Rasio Tajuk Akar

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbagi menjadi dua fase yaitu fase

pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan

vegetatif, perbandingan atau rasio tajuk dan akar sangat menentukan perkembangan

selanjutnya terutama dalam hal produksi tanaman itu sendiri (Tjionger’s, 2009).

Alometri dari pertumbuhan tajuk dan akar biasanya dinyatakan sebagai rasio

tajuk akar, yang dapat menggambarkan salah satu tipe toleransi terhadap kekeringan.

Walau rasio tajuk akar dikendalikan secara genetik, rasio juga sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan (Gardner et al., 1991). Pada umumnya tiap tanaman

mempunyai karakter hubungan antara tajuk dan akar. Homeostasis tajuk dan akar

merupakan upaya organ tanaman tersebut mempertahankan keseimbangan fisiologis,

sehingga masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.

Hal ini dapat diamati pada rasio tajuk akar tanaman yang relatif stabil sebagai akibat

dari fungsi keseimbangan dari kedua bagian tanaman (Hidayat, 1995).

Pucuk berfungsi sebagai efektivitas fotosintesis juga sangat berperan dalam

penentuan jarak tanam efektif, semakin lebar laju tajuk yang terbentuk maka jarak

Page 57: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

42

tanam yang diberlakukan juga semakin lebar, sedangkan akar berfungsi untuk

menyerap unsur hara dan air yang diperlukan dalam proses metabolisme tanaman

(Sitompul dan Guritno, 1995). Rasio tajuk akar berfungsi untuk mengetahui

sejauh mana tingkat pertumbuhan bagian tajuk tanaman berupa daun, batang

maupun organ reproduksi dengan alokasi hasil fotosintesis untuk pertumbuhan akar

(Cahyaningsih, 2003).

Hasil analisis varian dan uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa

pemberian pupuk fosfat (TSP) sampai dosis 300 kg/ha pengaruhnya signifikan

terhadap rasio tajuk akar. Rasio tajuk akar antara perlakuan P0 dengan P1 dan P2

menunjukkan berbeda tidak nyata, tetapi berbeda nyata dengan P3 (Lampiran 6).

Tabel 5. Rata-rata rasio tajuk akar (gram) tanaman R. verticillata setelah 10 minggusetelah tanaman.

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata rasio tajuk akar

(gram) 3.59a 3.51a 3.76a 5.69b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkantidak beda nyata pada uji DMRT 5%.

Page 58: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

43

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 12. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan rasio tajuk akar tanaman pulepandak (R. verticillata).

Rata-rata rasio tajuk akar tanaman tertinggi diperoleh pada dosis 300 kg/ha

pupuk TSP (P3), sedangkan rata-rata rasio tajuk akar terendah diperoleh pada dosis

75 kg/ha pupuk TSP (P1) (Tabel 5 dan Gambar 12). Pada dosis 75 kg/ha pupuk TSP

(P1) rasio tajuk akar lebih kecil daripada kontrol/P0 (0 kg/ha pupuk TSP). Hal ini

diduga karena pada dosis 75 kg/ha pupuk TSP (P1) belum memperlihatkan

pengaruhnya terhadap rasio tajuk akar atau dikarenakan pada dosis tersebut (75 kg/ha

pupuk TSP) diperoleh berat kering akar yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan

tanpa pupuk sehingga rasio tajuk akar yang diperoleh lebih rendah.

Berat kering tajuk lebih besar dibandingkan akar karena penggunaan fotosintat

lebih digunakan untuk perkembangan tajuk daripada perkembangan akar. Penyerapan

garam mineral sebagian besar dikendalikan oleh tajuk. Tajuk akan merangsang akar

untuk meningkatkan penyerapan garam mineral dan secara cepat menggunakan

garam mineral tersebut dalam produk pertumbuhan (misalnya protein, asam nukleat

Rasiotajuk akar

(gram)

Page 59: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

44

dan klorofil). Tajuk memasok karbohidrat melalui floem yang digunakan akar untuk

respirasi menghasilkan ATP (Salibury dan Ross, 1995).

Widiastuti dkk. (2003) menyatakan bahwa rasio tajuk akar dipengaruhi oleh

pemupukan, terutama pupuk fosfat. Pemupukan fosfat meningkatkan secara nyata

rasio tajuk akar. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan bahwa dengan

pemupukan fosfat meningkatkan berat kering tajuk dan menurunkan berat kering

akar. Pertumbuhan akar yang tinggi pada tanaman yang tidak dipupuk menunjukkan

bahwa tanaman menderita kekurangan hara fosfor sehingga terjadi aliran fotosintat

ke bagian bawah tanaman (akar). Dengan demikian kadar dan serapan hara fosfor

tajuk antara tanaman yang tidak di pupuk berbeda nyata dibandingkan dengan

yang dipupuk. Kekurangan fosfor akan menurunkan transport energi dari kloroplas

ke bagian tanaman yang lain. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tajuk.

Hernadez et al. (2007) menyatakan bahwa menurunnya pertumbuhan tajuk

disebabkan oleh terjadinya penurunan laju fotosintesis. Tanaman yang mengalami

defisiensi fosfor menyebabkan menurunnya fotosintat yang dibutuhkan oleh tajuk

sehingga terjadi akumulasi karbohidrat dan menurunnya hasil bersih fotosintesis.

Morcuende et al. (2007) menambahkan bahwa adanya penekanan fotosintesis

kemungkinan merupakan respon sekunder yang berhubungan dengan rendahnya

kebutuhan fotosintat dan besarnya level sukrosa selama keterbatasan fosfor.

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap rasio tajuk akar dapat dilihat pada

Gambar 12. Analisis regresi memperlihatkan adanya pengaruh yang berbeda nyata

antara dosis TSP terhadap rasio tajuk akar dengan persamaan Y= 3.267e0.001x

(R2=0.830).

Page 60: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

45

Analisis Reserpin dalam Tanaman R. verticillata

Reserpin merupakan senyawa metabolit sekunder dari kelompok Alkaloid

Indol Monoterpenoid (AIM). Kelompok alkaloid ini pada dasarnya merupakan

turunan dari satu unit asam amino triptamin dan satu unit C9 dan C10 dari terpenoid

(sekologanin) (Ramawat dan Merillon, 1999).

Hasil analisis varian dan uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa

pemberian pupuk fosfat (TSP) sampai dosis 300 kg/ha memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kadar reserpin. Kadar reserpin antara perlakuan P0 dengan P1,

dan P3 tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P2 (Lampiran 7).

Tabel 6. Rata-rata kadar reserpin (mg/g) tanaman R. verticillata pada perlakuan dosispupuk fosfat (pupuk TSP).

Dosis pupuk TSP

(kg/ha)

(P0)

0

(P1)

75

(P2)

150

(P3)

300

Rata-rata kadar reserpin

(mg/g) 324.88a 350.76a 729.12b 287.22a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti menunjukkantidak beda nyata pada uji DMRT 5%.

Page 61: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

46

Dosis pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 13. Kurva hubungan antara dosis pupuk TSP dan kadara reserpin tanaman pulepandak (R. verticillata).

Rata-rata reserpin tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis 150 kg/ha pupuk

TSP (P2), sedangkan rata-rata reserpin terendah diperoleh pada dosis 300 kg/ha

pupuk TSP (P3). Hal ini kemungkinan terjadi karena pada dosis pupuk TSP 150

kg/ha, kebutuhan fosfor telah tercukupi untuk meningkatkan reserpin total tanaman

maka penambahan pupuk fosfat kurang berpengaruh terhadap peningkatan hasil

(reserpin total). Hal ini serupa dengan penelitian Sulandjari et al. (2007), dimana

pemupukan fosfat sampai dengan 150 kg/ha meningkatkan prosentase minyak atsiri

tanaman Mentha piperita. Akhtar (2002) menambahkan bahwa Pemupukan dengan

dosis 60 kg/ha P2O5 mampu meningkatkan hasil alkaloid total. Pule pandak yang

ditanam melalui budidaya dapat menghasilkan 2000 kg/ha akar kering pada umur 18

bulan sampai 2 tahun. Kandungan alkaloid di akar pada tanaman budidaya lebih besar

daripada tumbuhan yang tumbuh secara alami.

Kadarreserpin(mg/g)

Page 62: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

47

Menurut Wattimena (1992), ekspresi senyawa metabolit sekunder tidak hanya

tergantung pada diferensiasi sel-sel yang aktif membelah (dapat menyebabkan

kenaikan biomassa jaringan tanaman) melainkan juga tergantung pada aktivitas

enzim. Sejumlah enzim yang aktif dalam metabolisme sekunder merupakan resultan

dari sintesis dan degradasi enzim yang terjadi selama proses metabolisme. Produksi

metabolit sekunder di dalam sel pada dasarnya dikontrol oleh serangkaian faktor,

salah satunya adalah lokalisasi serangkaian enzim yang diperlukan untuk sintesis.

Enzim yang spesifik dalam sintesis reserpin selama ini belum diketahui dengan pasti.

Rendahnya kadar reserpin pada dosis 75 kg/ha pupuk TSP (P1) diduga karena dosis

fosfornya kurang efektif dalam mengaktifkan enzim yang mensintesis reserpin.

Kandungan reserpin dipengaruhi oleh konsentrasi dan metabolisme nitrogen

dalam sel (Sulandjari, 2007). Metabolisme nitrogen sendiri membutuhkan energi

yang diperoleh dari metabolisme karbohidrat (Ramawat dan Merillon, 1999). Fosfor

mempunyai pengaruh timbal-balik dengan nitrogen. Jika fosfat yang tersedia tidak

cukup banyak maka nitrogen juga berkurang (Prawiranata et al., 1995). Berdasarkan

pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa metabolisme nitrogen dalam sel tanaman

melibatkan peran fosfor.

Schrisema dan Verpoortee (1992) menyatakan bahwa pemupukan fosfat

meningkatkan pertumbuhan dan kandungan alkaloid. Terjadinya peningkatan suplai

nitrogen mengakibatkan tingginya akumulasi alkaloid. Reserpin sebagai alkaloid

merupakan senyawa metabolit sekunder yang termasuk golongan indol alkaloid

kompleks. Sebagai alkaloid, reserpin merupakan cadangan penyimpanan nitrogen

yang tertimbun dan tidak mengalami metabolisme lagi, oleh karena itu dengan

Page 63: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

48

pemupukan fosfat ketersediaan nitrogen juga akan meningkat sehingga meningkatkan

sintesis asam amino sebagai prekursor alkaloid juga meningkat. Nitrogen merupakan

unsur penyusun asam amino yang merupakan prekursor metabolit sekunder. Pada

penelitian ini diketahui bahwa terjadi penurunan produksi reserpin pada dosis 300

kg/ha pupuk TSP (P3). Hal ini diduga karena menurunnya kemampuan pertumbuhan

tanaman karena terhambatnya pengangkutan asam amino sehinnga mempengaruhi

sintesis protein. Dimana asam amino dan protein bertindak sebagai prekursor

pembentukan metabolit sekunder (reserpin) sehingga apabila transport asam amino

terhambat maka pembentukan metabolit sekundernya (reserpin) akan kecil/rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Kondracka dan Rychter (1997) menunjukkan bahwa

pada daun bayam yang fosfornya rendah dapat meningkatkan laju sintesis asam malat

dan memperbesar akumulasi aspartat dan alanin, serta produk dari metabolisme PEP

(fosfoenol piruvat). Defisiensi fosfor pada daun bayam, meningkatkan aktivitas dari

PEP karboksilasi dan pemanfaatan PEP untuk sintesis asam amino.

Ketersediaan fosfor dapat memberikan informasi mengenai pengaturan

respirasi dan aktivitas jalur alternatif. Defisiensi fosfor menyebabkan perubahan jalur

metabolit (jalur lintas adenilat dan fosfat serta jalur sitokrom) sehingga terjadi

perubahan selama glikolisis dan respirasi. Selain itu, defesiensi fosfor juga membatasi

jalur sitokrom dimana dapat mengurangi ubikinon yang dihasilkan. Dengan demikian

keterbatasan fosfor dapat menghambat transport elektron melalui jalur sitokrom,

sebaliknya kemungkinan memperbesar aktivitas jalur alternatif. Jalur alternatif dapat

berperan sebagai jalur lintas fosfat untuk mengatur transport elektron (Gonzalez-

Page 64: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

49

Meler et al., 2001). Pengaturan fosfor dalam proses metabolik pada tanaman tingkat

tinggi disajikan pada Gambar 14 berikut:

Gambar 14. Adaptasi proses metabolit pada tanaman tingkat tinggi selama ketersediaan fosfatanorganik (Pi) rendah (Plaxton dan Carswell, 1999).

Page 65: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

50

Jalur alternatif untuk glikolisis di sitosol dan transport elektron mitokondria,

dan pemompaan ion hidrogen (H+) tonoplas kemungkinan memudahkan respirasi dan

mempertahankan pH di vakuola selama sel tanaman mengalami defisiensi fosfat

anorganik (Pi). Hal ini terjadi karena proses metabolik tergantung pada adenilat dan

fosfat anorganik. Apabila ketersediaan fosfat anorganik sangat rendah maka kedua

senyawa tersebut menjadi menurun. Asam organik dihasilkan oleh PEPCase yang

kemungkinan juga dikeuarkan melalui akar untuk meningkatkan ketersediaan ikatan

mineral fosfat anorganik oleh kelarutan Ca-, Fe-, dan Al-fosfat. Besarnya aliran PEP

pada jalur aromatik (sikimat) berperan penting untuk melindungi senyawa seperti

antosianin. Senyawa yang berperan penting dalam proses pendaurulangan fosfat

anorganik selama defisiensi adalah enzim yang terlibat dalam jalur glikolisis, seperti

enzim PFP, PEP fosfatase, dan PEPCase, tonoplas H+-PPiase, dan beberapa senyawa

dari jalur aromatik (Plaxton dan Carswell, 1999).

Fosfor merupakan bagian esensial dari banyak gula fosfat yang berperan

dalam nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari fosfolipid pada membran.

Fosfor berperan penting pula dalam metabolisme energi, karena keberadaannya dalam

ATP, ADP, AMP dan pirofosfat (PPi) (Salisbury dan Ross, 1995). Adanya fosfor

tersedia di dalam larutan tanah dapat mempengaruhi proses sintesis metabolit

sekunder. Martin (2004) menyatakan bahwa fosfat mampu mengontrol sinyal dalam

biosintesis antibiotik. Kontrol fosfat terhadap metabolit sekunder (biosintesis

antibiotik) tersebut terjadi pada proses transkripsi dan sesudah transkripsi. Fosfor

berperan sangat penting dalam proses fotosintesis terutama dalam pembentukan

karbohidrat (sukrosa) (Gardner et al., 1991; Jumin, 1992). Menurut Wattimena (1992)

Page 66: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

51

pengaruh fosfor dalam membentuk metabolit sekunder diduga bekerjasama dengan

sukrosa. Menurut Jang dan Sheen (1997) dalam Merillon dan Ramawat (1999) gula

selain sebagai sumber energi dan komponen struktural, juga mampu bertindak dalam

pengaturan sinyal yang berpengaruh terhadap ekspresi gen pada beberapa proses

penting sel, salah satunya adalah sintesis metabolit sekunder. Sel tanaman

menggunakan heksokinase sebagai sensor gula dan fosfatase protein serta protein

kinase dipengaruhi oleh sinyal tersebut.

Mekanisme penghantaran sinyal dapat dijelaskan pada gambar 15 berikut ini:

Gambar 15. Mekanisme penghantaran sinyal ekstraseluler pada membran plasma (Srivastavadan Gupta, 1996).

Sinyal

Reseptor

PI� PIP� PIP2�

ADP� ATP� ADP�IP3�

Fosfolipase C

Membran plasma

Diasil Gliserol(DG)

Protein kinase C

Ca2+ATP

Enzim

Kalmodulin

Protein kinase

Protein fosforilasi

Retikulum endoplasmaVakuola

Respon seluler (produksi metabolit)

Page 67: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

52

Sinyal dari luar (fosfor) ditangkap oleh reseptor yang ada pada membran

plasma. Fosfatidilinositol (PI) yang merupakan second messenger didegradasi

menjadi fosfatidil inositol bifosfat (PIP) oleh kinase. Fosfoinositid didegradasi

menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol oleh fosfolipase-C dan IP3

dapat mengeluarkan kalsium dari retikulum endoplasma atau vakuola masuk ke

sitosol. Naiknya Ca2+ di sitosol akan mengaktifkan beberapa enzim tertentu termasuk

protein kinase. Protein kinase memfosforilasi protein atau enzim yang mengatur

berbagai tahap metabolisme termasuk produksi metabolit sekunder (Ramawat dan

Merillon, 1999).

Hubungan dosis pupuk TSP terhadap kadar reserpin dapat dilihat pada

Gambar 13. Analisis regresi memperlihatkan tidak adanya pengaruh langsung antara

dosis TSP terhadap kadar resepin dengan persamaan Y= 403.6e-2E-0x (R2=0.003).

Page 68: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

53

Korelasi antara Parameter Pengamatan

Hasil analisis korelasi didapatkan bahwa berat kering (r=0.989*) mempunyai

hubungan korelasi positif sangat nyata dengan kadar reserpin. Semakin tinggi berat

kering maka semakin baik pertumbuhan tanaman pule pandak sehingga kadar

reserpin yang dihasilkan juga semakin tinggi (Tabel 7).

Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi antar Parameter Pengamatan

Parameter Tinggi

tanaman

Jumlah

daun

Panjang

akar

Berat

kering

Rasio tajuk

akar

Jumlah daun 0.135

Panjang akar -0. 623 0.686

Berat kering -0.740 0.351 0.858

Rasio tajuk akar 0.840 -0.113 -0.659 -0.483

Kadar reserpin -0.641 0.390 0.824 0.989* -0.354

Keterangan*: Korelasi signifikan pada taraf 5%

Berat kering tanaman R. verticillata (gram)

Gambar 16. Grafik korelasi antara kadar reserpin (mg/g) tanaman R. verticillata dengan beratkering tanaman (gram).

Kadarreserpin(mg/g)

Page 69: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

54

Berat kering memiliki hubungan korelasi positif yang signifikan dengan kadar

reserpin pule pandak (Tabel 7 dan gambar 16). Hal ini menunjukkan bahwa berat

kering total berpengaruh langsung terhadap kadar reserpin pule pandak. Artinya

peningkatan berat kering total diikuti dengan peningkatan kadar reserpin pule pandak

dengan korelasi sebesar r= 0.989*, sehingga usaha untuk meningkatkan kadar

reserpin dapat dilakukan dengan meningkatkan berat kering total tanaman pule

pandak.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahan kering merupakan manifestasi

dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman,

ditambahkan oleh Rao et al. (1994) bahwa lebih dari 94% bahan kering total berasal

dari fotosintesis. Peningkatan akumulasi fotosintat dalam tanaman dapat

mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kandungan reserpin dipengaruhi oleh

konsentrasi dan metabolisme nitrogen dalam sel. Metabolisme nitrogen sendiri

membutuhkan energi yang diperoleh dari metabolisme karbohidrat. Pemupukan fosfat

meningkatkan pertumbuhan dan kandungan alkaloid. Dengan pemupukan fosfat

ketersediaan nitrogen juga akan meningkat sehingga meningkatkan sintesis asam

amino sebagai prekursor alkaloid juga meningkat.

Page 70: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pule pandak

(R. verticillata). Pemupukan P berpengaruh nyata meningkatkan panjang akar

dan rasio tajuk akar pule pandak (R. verticillata) dan tidak berpengaruh

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering total pule pandak (R.

verticillata).

2. Pemupukan P berpengaruh nyata meningkatkan kadar reserpin pule pandak

(R. verticillata).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlu dilakukan penelitian

penggunaan pupuk organik bersama dengan pupuk fosfat terhadap

pertumbuhan dan kadar reserpin R. verticillata dan perlu dilakukan

pengamatan parameter pertumbuhan yang lain seperti: luas daun, analisis kadar

klorofil, laju respirasi, kadar karetenoid. Selain itu juga dilakukan penelitian

yang lebih lanjut terhadap dosis pupuk P dari dosis 150-300 kg TSP/ha untuk

mengetahui dosis yang optimum untuk pertumbuhan dan kadar reserpin R.

verticillata.

55

Page 71: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

56

DAFTAR PUSTAKAAkhtar, H. 2002. Rauvolfia serpentina. Medicinal Plants and their Cultivation.

Banajata: 84-89.

Alberta, J., A. Manitoba, and S. Saskatchewan. 1999. Functions of Phosphorus inPlants. Better Crops. 83:1-7.

Aliudin, E. 1990 Pengaruh Berbagai Penempatan Pupuk Fosfat TerhadapPertumbuhan dan Hasil Umbi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.)Varietas Bali Ijo pada Andosol Coban Rondo. Tesis. Fakultas Pasca SarjanaUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonim. 2005. Reserpine. http://www.jergym.hiedu.cz/.../alkaloid/prirlatk/a.html.[23 Agustus 2008].

Anonim. 2006. Rauwolfia verticillata Lour. http://www.Ngajuk.warintek.com.[21 Agustus 2008].

Anonim a. 2009. Rauvolfia verticillata. www.myopera.com/Thachthaotim84/blog.[1 Oktober 2009].

Anonim b. 2009. www.sulsel.litbang.deptan.go.id/index. [4 Oktober 2009].

Bahl, G.S., N.S. Pasricha, dan KL. Ahuja. 2000. Effect of Fertilizer Nitrogen andPhosphorus on the Grain Yield, Nutrient Uptake and Oil Quality ofSunflower. Journal of the Indian Siciety of Soil Science. 45 (2): 292-296.

Barber, S.A. 1994. Soil Plant Interactions in the Phosphorus Nutrition of Phosphorusin Agriculture. ASA, CSAA ans SSSA, Madison, WI.

Blair, L.C. and D.G. Edwadrs. 2000. Soil Acidity and Its Amelioration. IBSRAMTech, Notes 5: 9-29.

Buckman, O. H. dan Brady, N. C. 1992. Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh: Soegiman.Penerbit PT. Bhatara Karya Aksara, Jakarata.

Cahyaningsih. 2003. Analisis Pertumbuhan Padi (Oriza sativa) pada Dosis Pupukyang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,Surakarta.

de Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara, dan R.H.M.J. Lemmens. 1999. “Pule Pandak”PROSEA Plant Resources of South-East Asia, Bogor.

Duke, J.A. 1992. Promising Phytomedicinals. Advances in New Crops. Timber Press,Portland.

Page 72: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

57

Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut P terhadap Pertumbuhan Tanaman.Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Fitter, A.H. and R.K.M. Hay. 1998. Environmental Physiology of Plant. AcademicPress Inc, London.

Gardner, F. P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Diterjemahkan oleh: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.

Gonzalez-Meller, M.A., L. Giles, R.B., Thomas, and J.N. Siedow. 2001. MetabolicRegulation of Leaf Respiration and Alternative Parthway Activity in Responseto Phosphate Supply. Plant, Cell and Environmental, 24:205-215.

Handayanto, E. dan K. Hairiyah. 2007. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan TanahSehat. Edisi 3. Pustaka Adipura.

Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia. Diterjemahkan oleh: Kosasih Padmawinatadan Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung.

Haryadi, S.S. 1994. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.

Hernadez, G., R. Mario, O.V. Lopez, M.Tesfaye, M.A. Graham, T. Czechowski, A.Schlereth, M. Wandrey, A. Erban, F.C. Cheung, H.C. Wu, M. Lara, D. Town,J. Kopka, M.K. Udvardi, and C.P. Vance. 2007. Phosphorus Stress inCommon Bean: Root Transcipt and Metabolic Responses. Plant Physiology144: 752-767.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Press, Bandung.

Hilman, N. dan Suwandi. 1990. Pengaruh Pemupukan Dengan Pupuk MajemukMakro Berbentuk Tablet Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah.Jurnal Hortikultural. 7 (3): 773-780.

Hopkins, W.G. 1999. Introduction to Plant Physiology. John Willey and sons Inc,New York.

Indah, R.D. dan N. Setyowati. 2002. Pemanfaatan Limbah Penyulingan Nilam danPemupukan TSP Pada Pertumbuhan Tanaman Nilam (Pogostemon cablin).Akto Agrosia. 5 (1): 8-13.

Ismunadji, P. dan F. Sukardi. 1991. Solubilization of Organic Calcium PhosphatesSolubization Mechanisms. Soil Biology Biochemistry. 27 (3): 257-263.

Page 73: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

58

Isrun. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk P dan Pupuk Kandang Terhadap Beberapa SifatKimia Tanah, Serapan P dan Hasil Jagung Manis (Zea mays var. saccharata)pada Inceptisols Jatinangor. Jurnal Agrisains. 7 (1): 9-17.

Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman, Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press,Jakarta.

Kondracka, A. and A.M. Rychter. 1997. The Role of Pi Recycling Processes duringPhotosynthesis in Phosphate-Deficient Bean Plants. Journal of ExperimentalBotany. 48 (312): 1461-1468.

Kutchan, T.M. 1995. Alkaloid Biosynthesis The Basis for Metabolic Engineering ofMedicinal Plant. Plant Cell. 7(7): 1059-1070.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. RajaGrafindo Perkasa, Jakarta.

Lestari, E.G. dan I. Mariska. 1997. Kultur in vitro Sebagai Metode PelestarianTumbuhan Obat Langka. Buletin Plasma Nutfah. 2 (1): 1-8.

Lestari, E.G. dan I. Mariska, 2001. Perbanyakan dan Penyimpanan TanamanRauvolfia serpentina Secara in vitro. Buletin Plasma Nutfah. 7 (1): 40-45.

Lilly, L.M. 1990. Atributed Properties and Uses Medicinal Plants of East andSoutheast Asia. The Mitt Press Cambridge. Massachusetts, and London.England.

Manitto, P. 1992. Biosynthesis of Natural Producs. John Wiley and Sons, New York.

Martin, J.F. 2004. Phosphate Control of The Biosynthesis of Antibiotics and OtherSecondary Metabolities is Mediated by The PhoR-PhoP System: anUnfinished Story. Journal of Teriology. 186 (16): 5197-5201.

Mengel, K. and E.A. Kirkby. 2001. Principles of Plant Nutrition. Edisi5. SpringerPress, Switzerland.

Moody, P.W. and M.D.A. Bolland. 2002. Soil Analyzer. Plant Physiology. 49: 207-211.

Morcuende, R., R. Bari, Y. Gibon, W. Zheng, B.D. Pant, O. Blasing, B. Usadel, T.Szechowski, M.K. Udvardi, and M. Sttitt. 2007. Genome Wide,Reprogramming of Metabolism and Regulatory Net Work of Arabidopsis inResponses to Phosphorus. Plant Cell Enviromental. 30: 85-112.

Page 74: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

59

Mulliken, T. and P. Crofton. 2008. Review of the Status, Harvest, Trade andManagement of Seven Asian CITES-listed Medicinal and Aromatic PlantSpecies. Federal Agency for Nature Conservation. Bonn, Germany: 93-112.

Nigg, H.N. and D.S. Seigler. 1992. Phytochemia: Resources for Medicine andAgriculture. Plenum Press, New York.

Noggle, G.A. dan G.J. Fritz. 1983. Introduction Plant Physiology. Prentice Hall ofIndia, New Delhi.

Nurodin, A. 1992. Kajian Penambahan Fosfat dengan Berbagai Kelengasan Tanahterhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfat pada Tanah Grumoso ldenganTanaman Uji Jagung (Zea mays L). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pierre, St., F.A. Vazquez, Floto, dan V. De Luca, 1999. “MulticellulerCompartementation of Catharanthus roseus Alkaloid Biosynthesis PredictIntracelluler Translocation of Pathway Intermediate”. Plant Cell. 11: 887.

Plaxton, W.C. and M.C. Carwell. 1999. Metabolic Aspects of the PhosphateStarvation Responses in Plants. Queen’s University, Kanada: 350-370.

Prawiranata, W., S. Harran, dan P. Tjondronegoro. 1995. Dasar-dasar FisiologiTumbuhan. Jilid 2. Departemen Botani Fakultas Matematika dan IPA. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Premono, N. dan R. Widyastuti. 2002. Pengaruh BPF terhadap Serapan KationUnsur Mikro Tanaman Jagung (Zea mays) pada Tanah Masam. Bandung.

Purlani, E., T. Suryopitono, dan J. triwanta. 2001. Pengaruh Dosis Pupuk P dan Kpada Tanaman Wijen (Sesamum indicum) yang Ditanam Setelah TembakauBurley. Jurnal Tropika. 9 (2): 148-152.

Ramawat, K.G. 1999. Production in Culture Optimization. In: Ramawat, K.G. andJ.M. Merillon (Edc.) Biotechnology Secondary Metabolities. SciencePublisher, New Hampshire: 11-33.

Rao, I. M., A.L. Fredeen, and N. Terry. 1994. Influence of Phosphorus Limitation onPhotosynthesis, Carbon Allocation and Partitioning in Sugar Beet and SoybenGrown with a Short Photoperiod. Plant Physiology and Biochemistry. 31:223-231.

Ray, T. 1999. Essential Plant Nutrients: Their Presence in North Carolina Soils andRole in Plant Nutritions. The California Fertilizer Foundation, California.

Rowan, K.S. 1996. Phosphorus Metabolism in Plants.Plant Physiology.116:91-99.

Page 75: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

60

Rychter, A.M. and I.M. Rao. 2003. Role of Phosphorus in Photosynthetic CarbonMetabolism. CRC Press, Enggland.

Sahid, H. dan A. Nurhayati. 1992. Bioteknologi Pertanian 2. PAU IPB, Bogor.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerbit ITB,Bandung.

Schachtman, D.P., R.J. Reid, and S.M. Ayling. 1998. Phosphorus Uptake by Plants:From Soils to Cell. Plant Physiology 116: 447-453.

Schrisema, J. and R. Verpoorte. 1992. Search for Factors Related to The IndoleAlkaloid Production in Cell Suspension Cultures of Tabernaemontanadivaricata. Planta Medicine. 58: 245-249.

Shanks, J.V., R. Bhadra, J. Morgan, and S. Rihjwani. 1998. “Quantification ofMetabolities in The Indol Alkaloid Pathways of Catharanthus roseus.Implication for Metabolic Engineering”. Biotechnal Bioeng 58: 333-338.

Singh, K.D., A. Sahu, and B. Srivastava. 2004. Spectrophotometric determination ofRauwolfia Alkaloid; Estimation of Reserpin in Pharmacenticals. AnalyticalSciences. The Japan Society for Analytical Chemistry.20: 571-573.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press,Yogyakarta.

Soepardi, G. 1999. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor: 591.

Srivastava, P.C. and U.C. Gupta. 1996. Trace Element in Crop. Production SciencePublishers Inc, New Delhi.

Sulandjari, Linayanti, dan Wartoyo. 2007. Phosphor dan Paktobutrazol, Pengaruhnyaterhadap Kuantitas Hasil dan Minyak Atsiri Metha arvensis L. Prosidingseminar Nasional Horikultural. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,Surakarta: 556-559.

Sulandjari. 2008. Ekofisiologi dan Budidaya Tanaman Obat Pule Pandak (R.Serpentina Benth.). UNS Press, Surakarta.

Sumarno. 1992. Analisis Metabolit Sekunder dengan HPLC. PAU BioteknologiUGM, Yogyakarta.

Sumarno dan Suryono. 2001. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 TerhadapJumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol.Agrosains. 2 (2): 54-58.

Page 76: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

61

Sutanto. 2002. Hara, Air, Tanah, Tanaman. Jurusan Tanah. Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya Malang, Malang: 73-80.

Sutrisno, B.R., 1979. The S.E.E.E Theory dalam Reverses Aproach in The QualityControl of The Indonesia Traditional Drug. International Conference onTradisional Asian Medicine, Canbera.

Tjionger’s, J. 2009. Tekhnologi Bahan dan Pupuk. Fakultas Pertanian. UNS.Surakarta.

Taiz, L. and E. Zeiger, E. 1998. Plant Physiology. Sindeur Asosiates Inc,Massachusett.

Tyler, V. E. 1988. Phytomedicine : Back to the Future. Journal of Natural Product62: 1589-1592.

van Steenis. C.G.G.J. 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,Jakarta Pusat.

Watson, M. and R. Mullen. 2007. Understanding Soils Test for Plant-AvailablePhosphorus. THE Ohio State University, Columbus.

Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman, Bogor: PAU Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Werginingsih, N. Novizan dan Suwandi. 2002. Pengaruh Dosis dan Waktu AplikasiPemupukan Phospat pada Tanaman Krisan pot. Buletin PenelitianHortikultura Lembang. 18 (1): 67 - 73.

Whitmer, S., C. Canel, D. Hallard, C. Cancalves, and R. Verpoorte. 1998. Influenceof Precursor Availability on Alkaloid Accumulation by Transgenic Cell Lineof Catharanthus roseus. Plant Physiology. 116 (2): 853-857.

Widiastuti S., R.S. Mieke, dan N.F. Betty, 2003. Pengaruh Aplikasi Inokulan BakteriPelarut Fosfat (Pseudomonas cereviseae dan Pseudomonas sp) dan PupukOrganik Terhadap Ketersediaan P dan Populasi BPF pada Humic HapdludultsSeri Jatinangor. Prosiding Kongres Nasional VI HITI. Jakarta: 12-15Desember 2005.

Yahya, F.A., E. Sandra, dan E.A.M. Zuhud. 2002. Pertumbuhan Biomassa danKandungan Alkaloid Akar Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth) HasilKultur in vitro. Seminar Nasional XXII TOI. Purwokerto: 11 – 12 Oktober2002.

Zumaidar. 2000. Pule Pandak [Rauvolfia serpentina (L) Benth. ex Kurz] LembaranInformasi PROSEA (Plant Resources of South. East Asia). 2 (14): 85-90.

Page 77: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Regosol Sebelum Perlakuan.

Macam analisis Satuan Hasil Harkat Metode

N tersedia % 0.27 sedang Rajendra Prasad

P tersedia ppm 12.35 rendah Bray I

Lampiran 2. Hasil Analisis Sidik Ragam (Anava) dan Homogenitas TinggiTanaman (cm) R. Verticillata tanpa dilanjutkan Uji DMRT

Test of Homogeneity of Variances

tinggi_tanaman

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.108 3 16 .954

ANOVA

tinggi_tanaman

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 11.965 3 3.988 .131 .940

Within Groups 487.040 16 30.440

Total 499.005 19

Page 78: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

63

Lampiran 3. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Jumlah Daun Tanaman R.verticillata tanpa dilanjutkan Uji DMRT.

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah_daun

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.383 3 16 .284

ANOVA

Jumlah_daun

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 45.400 3 15.133 2.802 .073

Within Groups 86.400 16 5.400

Total 131.800 19

Post Hoc TestsHomogeneous Subsets

jumlah_daun

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

1= 0 kg/ha TSP 5 14.80

4= 300 kg/ha TSP 5 16.80 16.80

150 kg/ha TSP 5 18.00 18.00

2= 75 kg/ha TSP 5 18.80

Sig. .054 .215

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 79: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

64

Lampiran 4. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Panjang Akar Tanaman (cm) R.verticillata dilanjutkan dengan Uji DMRT

Test of Homogeneity of Variances

Panjang_akar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.915 3 16 .066

ANOVA

Panjang_akar

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 122.400 3 40.800 5.752 .007

Within Groups 113.493 16 7.093

Total 235.893 19

Post Hoc TestsHomogeneous Subsets

panjang_akar

Duncan

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

4= 300 kg/ha TSP 5 8.475

1= 0 kg/ha TSP 5 9.780 9.780

2= 75 kg/ha TSP 5 12.960 12.960

150 kg/ha TSP 5 14.700

Sig. .450 .077 .317

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 80: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

65

Lampiran 5. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Berat Kering Tanaman (cm) R.verticillata tanpa dilanjutkan Uji DMRT.

Test of Homogeneity of Variances

Berat_kering

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.172 3 16 .351

ANOVA

Berat_kering

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.065 3 .355 2.262 .120

Within Groups 2.512 16 .157

Total 3.577 19

Post Hoc TestsHomogeneous Subsets

Berat_kering

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

4= 300 kg/ha TSP 5 .44040

1= 0 kg/ha TSP 5 .57260 .57260

2= 75 kg/ha TSP 5 .58520 .58520

150 kg/ha TSP 5 1.04940

Sig. .592 .089

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 81: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

66

Lampiran 6. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Rasio Tajuk Akar Tanaman(cm) R. verticillata dilanjutkan dengan Uji DMRT.

Test of Homogeneity of Variances

rasio_tajuk_akar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.511 3 16 .096

ANOVA

rasio_tajuk_akar

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 16.262 3 5.421 7.329 .003

Within Groups 11.835 16 .740

Total 28.097 19

Post Hoc TestsHomogeneous Subsets

rasio_tajuk_akar

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

2= 75 kg/ha TSP 5 3.50580

1= 0 kg/ha TSP 5 3.58500

150 kg/ha TSP 5 3.75540

4= 300 kg/ha TSP 5 5.68740

Sig. .670 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 82: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

67

Lampiran 7. Hasil Uji ANAVA dan DMRT 5% Kadar Reserpin Tanaman R.verticillata dilanjutkan dengan Uji DMRT.

Test of Homogeneity of Variances

kadar_reserpin

Levene Statistic Df1 df2 Sig.

1.771 3 16 .193

ANOVA

kadar_reserpin

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 634959.074 3 211653.025 11.036 .000

Within Groups 306860.996 16 19178.812

Total 941820.070 19

Post Hoc TestsHomogeneous Subsets

kadar_reserpin

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

4= 300 kg/ha TSP 5 287.220

1= 0 kg/ha TSP 5 324.880

2= 75 kg/ha TSP 5 350.760

150 kg/ha TSP 5 729.120

Sig. .502 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi antar Parameter.

Page 83: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

68

Correlations

tinggi

jumlah_

daun

panjang_

akar

berat_

kering

rasio_tajuk_

akar kadar_reserpin

tinggi_tanaman Pearson Correlation 1 .135 -.623 -.740 .840 -.641

Sig. (2-tailed) .865 .377 .260 .160 .359

N 4 4 4 4 4 4

jumlah_daun Pearson Correlation .135 1 .686 .351 -.113 .390

Sig. (2-tailed) .865 .314 .649 .887 .610

N 4 4 4 4 4 4

panjang_akar Pearson Correlation -.623 .686 1 .858 -.659 .824

Sig. (2-tailed) .377 .314 .142 .341 .176

N 4 4 4 4 4 4

berat_kering Pearson Correlation -.740 .351 .858 1 -.483 .989*

Sig. (2-tailed) .260 .649 .142 .517 .011

N 4 4 4 4 4 4

rasio_tajuk_akar Pearson Correlation .840 -.113 -.659 -.483 1 -.354

Sig. (2-tailed) .160 .887 .341 .517 .646

N 4 4 4 4 4 4

kadar_reserpin Pearson Correlation -.641 .390 .824 .989* -.354 1

Sig. (2-tailed) .359 .610 .176 .011 .646

N 4 4 4 4 4 4*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 84: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

69

Lampiran 9. Kurva Standar Reserpin Murni.

Standard

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

20000 40000 60000 80000 1000000

mg/l

Abso

rban

si

Hasil Analisis Regresi Kurva Standar Reserpin

0.0040.005

0.0060.007

0.009

0.0040.005

0.0060.007

0.008

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

20000 40000 60000 80000 1000000

mg/l

Abso

rban

si

absorbansi linear (absorbansi)

y = 0.0012x + 0.0026R2 = 0.973

File Name: RESERPINCreated: 14:03 06/30/09Data: OriginalWavelength: 399.0Slit Width: 2.0Multi-Point Working CurveConc = k1 A + k0k1 = 16670 k0 = -43.33Chi-Square: 0.00006Number of Points: 5

Std # Conc. Abs.1 20.000 0.0042 40.000 0.0053 60.000 0.0064 80.000 0.0075 100.00 0.009

Page 85: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

70

Lampiran 10. Hasil Spektrofotometer Sampel Tanaman Perlakuan.File Name: pupuk TSP 0 kg/haCreated: 13:34 06/30/09Data: OriginalWavelength: 399.0Slit Width: 2.0Multi-Point Working CurveConc = k1 A + k0k1 = 16670 k0 = -43.33Chi-Square: 0.00006Number of Points: 5

ID Conc. Abs.1 2798 0.1712 2398 0.1463 2379 0.1454 4261 0.2585 4408 0.267

File Name: pupuk TSP 75 kg/haCreated: 13:34 06/30/09Data: OriginalWavelength: 399.0Slit Width: 2.0Multi-Point Working CurveConc = k1 A + k0k1 = 16670 k0 = -43.33Chi-Square: 0.00006Number of Points: 5

ID Conc. Abs.1 5753. 0.3482 4147. 0.2513 2192. 0.1344 1671. 0.1035 3775. 0.229

File Name: pupuk TSP 150 kg/haCreated: 13:34 06/30/09Data: OriginalWavelength: 399.0Slit Width: 2.0Multi-Point Working CurveConc = k1 A + k0k1 = 16670 k0 = -43.33Chi-Square: 0.00006Number of Points: 5

ID Conc. Abs.1 5576. 0.3372 6473. 0.3913 7211. 0.4354 1063 0.6415 6566. 0.397

File Name: pupuk TSP 300 kg/haCreated: 13:34 06/30/09Data: OriginalWavelength: 399.0Slit Width: 2.0Multi-Point Working CurveConc = k1 A + k0k1 = 16670 k0 = -43.33Chi-Square: 0.00006Number of Points: 5

ID Conc. Abs.1 2335. 0.1432 2764. 0.1683 3171. 0.1934 2680. 0.1635 3411. 0.207

Page 86: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

71

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Kadar Reserpin.Kadar reserpin hasil spektrofotometer dalam bentuk mg/l pelarut dikonversikan

menjadi mg/g tanaman kering.

Misalnya pada perlakuan pupuk TSP 0 ulangan 1:

Diketahui: absorbansi = 0.171

Kosentrasi reserpin 2798 mg/l = 2.798 mg/ml

Volume pelarut (etanol) = 10 ml

Berat serbuk sempel = 0.1 g

Perhitungan:

R = S x V

B

Dimana:

R : Kadar reserpin (mg/g) berat kering tanaman

S : Kadar reserpin sampel hasil spektrofotometer (mg/l) pelarut

V : Volume pelarut (l)

B : Berat kering serbuk sampel yang dispektrofotometer (g)

2.798 mg/ml x 10 mlKadar reserpin =

0.1 g

= 279.8 mg/g

Page 87: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

72

Lampiran 12. Morfologi Akar Pule (R. veticillata Lour. Baillon) Setelah 10minggu setelah tanam pada variasi dosis pupuk fosfat (TSP).

Keterangan: P0 = dosis 0 kg/ha pupuk TSP (kontrol)P1 = dosis 75 kg/ha pupuk TSP)P2 = dosis 150 kg/ha pupuk TSPP3 = dosis 300 kg/ha pupuk TSP

Lampiran 13. Morfologi Tanaman Pule Pandak (R. veticillata Lour. Baillon)Setelah 10 minggu setelah tanam pada variasi dosis pupuk fosfat(TSP).

Keterangan: P0 = dosis 0 kg/ha pupuk TSP (kontrol)P1 = dosis 75 kg/ha pupuk TSP)P2 = dosis 150 kg/ha pupuk TSPP3 = dosis 300 kg/ha pupuk TSP

P0 P1 P3P2

P0 P1 P2 P3

Page 88: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

73

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap : Sinta Natalia

Tempat dan tanggal lahir : Surakarta, 18 Desember 1986

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat asal : Jl. Sersan Idris RT 004/003 No. 28 Bekasi selatan

17141

Alamat diSolo : Jl. Kutilang IV RT 03/08 Cinderejo Kidul Surakarta

No Hp : 085642462737

Alamat E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan Nama Tahun mulai Tahun selesai

SD

SLTP

SLTA

SDN 2 Bekasi

SMPN 4 Bekasi

SMAN 3 Bekasi

1993

1999

2002

1999

2002

2005

Pendidikan Non Formal

Nama pelatihan/kursus Nama instansi

penyelenggara

Tahun

1. Komputer Tingkat Dasar2. Test EAP (English for Academic

Purposes)3. Seminar dan Konsolidasi Nasional

Mahasiswa Agranomi Indonesia

SMA Negeri 3 Bekasi

UPT P2B UNS

HIMAGRON UNS

2002

2006

2007

Prestasi

Prestasi Tahun

Runer up Lomba Busana Daerah Kategori Remaja di Grand Mall

Bekasi

1999

Page 89: Rauvolfia verticillata Lour. Baillon

74

Pengalaman OrganisasiOrganisasi Jabatan Tahun

1. HIMABIO2. Komunitas Remaja Mesjid

Al- Falah Cinderejo Kidul3. Kelompok Studi Biodiv

Biro UsahaBendahara I

Administrator II

2006-20072006-2008

2009-sekarang

Pengalaman BekerjaPekerjaan Tahun

1. Asisten Praktikum Genetika dan Fisiologi Tumbuhandi Jurusan Biologi FMIPA UNS

2. Asisten Pengajar Privat Alfa Century3. Pengajar Privat Anak SD Kelas 6 dan 2

2008-2009

20092009-Sekarang

Surakarta, Januari 2010

Sinta Natalia