geologi gempabumi

24
Definisi gempabumi menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana merupakan adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. Makalah PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI DAN UPAYA MITIGASI GEMPA BUMI ABSTRAK Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi dapat menimbulkan bencana yang cukup parah bagi wilayah-wilayah yang mengalaminya. Gempa bumi yang besar dapat mengguncang tanah permukaan bumi dengan hebat, bahkan retak yang timbul dipermukaan dapat membuat mobil dan motor terperosok kedalamnya. Banyak rumah dan bangunan besar lainnya yang menjadi rusak. Gempa bumi ini berbahaya, apalagi jika terjadi pada malam hari ketika orang-orang sedang tertidur lelap. Tentu saja akan menyebabkan korban jiwa. Gempa bumi terjadi begitu cepat. Getaran pertama (± 2 menit) dapat menimbulkan kerusakan paling banyak. Gempa bumi yang besar datang tiba-tiba dapat menghancurkan apa saja yang ada dipermukaan bumi ini. Tidak terkecuali bangunan, pepohonan, binatang dan juga manusia. Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut patahan. Patahan terbentuk karena batuan rapuh dan pecahan yang disebabkan oleh tekanan besar (meregang, menekan, atau memilin) yang mendesaknya tekanan yang timbul didaerah kerak ini disebabkan oleh gerakan perlahan-lahan lempeng- lempeng bumi. Gempa bumi terjadi ketika tekanan telah semakin meningkat didaerah batuan sampai pada tingkat tertentu sehingga terjadi pergerakan mendadak. Pergerakan ini dapat menciptakan patahan baru ketika batuan pecahan pada titik terlemah atau pergerakan menyebabkan batuan menggelincir

Upload: syahrezarahmadani

Post on 20-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Geologi

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi gempabumi

1

Definisi gempabumi menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana merupakan adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

Makalah PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI DAN UPAYA MITIGASI GEMPA BUMI

ABSTRAKGempa bumi merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan berguncangnya

bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi dapat menimbulkan bencana yang cukup parah bagi wilayah-wilayah yang mengalaminya. Gempa bumi yang besar dapat mengguncang tanah permukaan bumi dengan hebat, bahkan retak yang timbul dipermukaan dapat membuat mobil dan motor terperosok kedalamnya. Banyak rumah dan bangunan besar lainnya yang menjadi rusak. Gempa bumi ini berbahaya, apalagi jika terjadi pada malam hari ketika orang-orang sedang tertidur lelap. Tentu saja akan menyebabkan korban jiwa.

Gempa bumi terjadi begitu cepat. Getaran pertama (± 2 menit) dapat menimbulkan kerusakan paling banyak. Gempa bumi yang besar datang tiba-tiba dapat menghancurkan apa saja yang ada dipermukaan bumi ini. Tidak terkecuali bangunan, pepohonan, binatang dan juga manusia.

Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut patahan. Patahan terbentuk karena batuan rapuh dan pecahan yang disebabkan oleh tekanan besar (meregang, menekan, atau memilin) yang mendesaknya tekanan yang timbul didaerah kerak ini disebabkan oleh gerakan perlahan-lahan lempeng-lempeng bumi. Gempa bumi terjadi ketika tekanan telah semakin meningkat didaerah batuan sampai pada tingkat tertentu sehingga terjadi pergerakan mendadak. Pergerakan ini dapat menciptakan patahan baru ketika batuan pecahan pada titik terlemah atau pergerakan menyebabkan batuan menggelincir disepanjang patahan yang ada. Ketika ini terjadi, sejumlah besar energi dilepaskan bersamaan dengan dilepasnya tekanan.Energi yang dilepaskan menyebabkan batuan disekitarnya bergetar, sehingga terjadi gempa bumi.

Fenomena alam gempa bumi ini dapat meluluhlantahkan daerah dengan menimbulkan kerugian harta benda dan menelan korban yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk mencegah terjadinya gempa bumi sebagai fenomena alam memang mustahil, namun paling tidak kita harus berupaya mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda akibat fenomena alam yang berasal dari proses geologi yang menyebabkan terjadinya gempa bumi, perlu dilakukan upaya mitigasi.

Mitigasi adalah suatu tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu benda (tindakan-tindakan prabencana) yang meliputi kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangnan dampak yang ditimbulkan. 

Page 2: Geologi gempabumi

2

BAB IPENDAHULUAN

Bencana alam selalu menyisikan duka dan kerugian bagi masyarakat, termasuk kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Bencana alam yang terjadi tidak sepenuhnya menjadi otoritas Tuhan, tetapi terdapat juga bencana-bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia. Manusia membakar hutan, membuat hutan beton diatas resapan air, hutan ditebang dan digunduli secara tidak terkendali, ekosistem laut musnah dengan cara di bom, adalah contoh serentetan perilaku manusia yang dapat menjadi pemicu terjadinya bencana alam.

Salah satu bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap alam adalah bencana gema bumi (seisme). Bencana alam gempa bumi ini biasanya terjadi tiba-tiba dan sulit diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi bergetar dengan skala ringan sampai skala besar. Gempa bumi terjadi karena lempengan dan patahan bumi biasanya mengalami pergeseran (gempa tektonik) atau disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi (magma) yang menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik).

Wilayah indonesia termasuk salah satu wilayah didunia yang paling rentan terjadinya gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, kita mengetahui terjadinya berbagai genpa bumi yang melanda berbagai daerah di indonesia, seperti di Niasm Sumatra Barat, Yogyakarta dan Jawa Barat bagian selatan (Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, Sukabumi)

Di dalam makalah yang berjudul PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI DAN UPAYA MITIGASI GEMPA BUMI ini, penulis menjelaskan tentang terjadinya gempa bumi, penyebab terjadinya gempa bumi, sampai bagaimana cara mengatasi gempa bumi.

Diharapkan dengan hadirnya makalah ini dapat menggugah kesadaran manusia akan arti pentingnya perlidungan/ pemeliharaan alam dan dapat mendorong masyarakat untuk lebih terlibat dalam proses pengulangan

kerusakan alam. Kerusakan alam yang mengakibatkan timbulnya berbagai bencana alam yang kerapkali melanda negara kita harus terus-menerus dievaluasi dan menjadi pelajaran bagi kita semua yang selama ini telah mengabaikam alam, tempat kita hidup dan pijak

Gerakan peduli terhadap alam dan lingkungan, ,mutlak perlu terus dilakukan agar bumi ini terselamatkan dari bencana alam yang dahsyat lagi.

BAB IIPEMBAHASAN

A.     Tipe-Tipe Gempa Bumi dan Proses Terjadinya      

Page 3: Geologi gempabumi

3

Gempa bumi atau seisme adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi. Menurut para ahli seismologi, terjadinya gempa bumi dapat dibedakan atas 3 macam yaitu, gempa vulkanik, gempa runtuhan, dan gempa tektonik.        

1.      Pengertian dan Proses Terjadinya Gempa Vulkanik        

Gempa vulkanik yaitu gempa bumi sebagai akibat letusan gunung api. Gunung api yang akan meletus selalu diiringi dengan gempa yang menggetarkan permukaan bumi disekitarnya, hal ini disebabkan oleh pergerakan magma yang akan keluar dari perut bumi ketika gunung akan meletus. Ketika magma bergerak kepermukaan gunung api, ia akan bergerak dan memecahkan bebatuan gunung api. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya getaran yang cukup kuat dan berkepanjangan sehingga menimbulkan gempa bumi.

Gempa vulkanik yaitu gempa bumi sebagai akibat letusan gunung api. Gunung api yang akan meletus selalu diiringi dengan gempa yang menggetarkan permukaan bumi disekitarnya, hal ini disebabkan oleh pergerakan magma yang akan keluar dari perut bumi ketika gunung akan meletus. Ketika magma bergerak kepermukaan gunung api, ia akan bergerak dan memecahkan bebatuan gunung api. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya getaran yang cukup kuat dan berkepanjangan sehingga menimbulkan gempa bumi.

Disamping akibat dari tumbukan antara magma dengan dinding-dinding gunung api, gempa vulkanik juga dapat disebabkan oleh tekanan gas pada letusan yang sangat kuat dan perpindahan magma didalam dapur magma. Pada umumya getaran yang kuat hanya ada disekitar gunung api itu saja. Gempa vulkanik terjadi sebelum dan selama letusan gunung api terjadi. Gempa vulkanik hanya sekitar 7% dari jumlah gempa yang terjadi didunia.

2. Pengertian dan Proses Terjadinya Gempa ReruntuhanGempa runtuhan disebut juga tanah terban. Gempa ini terjadi di daerah yang

terdapat banyak rongga-rongga dibawah tanah, seperti :a. Daerah kapur yang banyak terdapat sungai  atau gua dibawah tanah tidak dapat

menahan menahan atap guab. Daerah pertambangan yang banyak terdapat rongga-rongga dibawah tanah untuk

mengambil bahan tambang. Gempa runtuhan atau tanah terban ini jarang terjadi.3.  Pengertian dan Proses Terjadinya Tektonik

Sampai saat ini yang dianggap sebagi fenomena alam gempa bumi yangs ebenarnya adalah gempa tektonik.

Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena adanya pergeseran antara lempeng-lempeng tektonik yang berada jauh dibawah kulit permukaan bumi.

Pergeseran lempeng-lempeng tektonik itu menimbulkan energi yang luar biasa besarnya, sehingga menimbulkan goncangan yang dapat kita rasakan dipermukaan bumi. 

Page 4: Geologi gempabumi

4

B. Skala Kekuatan Gempa BumiPada setiap peristiwa gempa bumi yang terjadi, tentu kita pernah mendengar

istilah skala richter. Semakin besar kekuatan gempa (magnitudo), semakin besar pula kekuatan gempa yang terjadi. Ukuran skala gempa (magnitudo) berdasarkan yang dibuat richter dapat kita lihat pada tabel berikut.

Skala Richter

No Magnitudo Ciri-Ciri/ Alibat1 2,0 – 3,4 Tidak dapat dirasakan oleh manusia, tetapi

dapat direkam oleh seismograf2 3,5 – 4,2 Hanya dapat dirasakan oleh sebagian kecil

orang3 4,3 – 4,8 Getaran dapat dirasakan oleh banyak

orang4 4,9 – 5,4 Dapat dirasakan oleh semua orang5 5,5 – 6,1 Terdapat sejumlah kecil bangunan yang

rusak6 6,2 – 6,9 Bangunan banyak yang rusak7 7,0 – 7,9 Kerusakan bangunan lebih besar,

bangunan runtuh, rel KA bengkok8 7,4 – 7,9 Terjadi kerusakan yang hebat9 > 8,0 Terjadi kerusakan total, semua bangunan

runtuh, peristiwanya tergolong bencana besar

Gempa bumi terkuat yang pernah terjadi sepanjang sejarah manusia adalh gempa bumi di chile, yang terjadi pada tahun 1960 dengan kekuatan 9.5 skala richter. Sementara gempa bumi diwilayah Indonesia yang tergolong besar pernah terjadi di Aceh yang menimbulkan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 berkekuatan 8,9 skala Richter, gempa di kepulauan Nias pada tanggal 28 mei 2005 berkekuatan 8,7 skala Richter, dan gempa bumi Yogyakarta mei 2006 dengan kekuatamn 5,9 skal Richter.

Sebenarnya skala yang dibuat oleh Richter bukan satu-satunya ukuran yang digunakan untukmengetahui kekuatan gempa. Disamping skala kekuatan gempa (magnitudo) yang dibuat Richter, ada skala lain yang bernama skala Intensitas.

Ukuran skala intensitas ini didasarkan pada getaran yang tersisa dipermukaan bumi, misalnya dari akibat gempa itu sendiri terhadap manusia dan alam sekitarnya. Skala intensitas ini disebut juga skala kekuatan relatif. Skala kekuatan relatif disusun oleh Mercalli dan Cancani terdiri dari tingkat atau intensitas I sampai dengan VII. Namun  Van Bemmelen membuat penyesuaian pengukuran yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

C.           Pembagian Gempa Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum

Page 5: Geologi gempabumi

5

Disamping skala kekuatan gempa berdasarkan intensitasnya, perlu kita ketahui kekuatan gempa disatu daerah selain di pengaruhi oleh jaraknya dari pusat gempa diatas itu sendiri dan kedalaman pusat gempa di dalam bumi (hiposentum). Makin dangkal hiposentrumnya, makin kuat gempa yang dirasakan dipermukaan bumi. Oleh karena itu berdasarkan kedalam hiposentrumnya gempa bumi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1.      Gempa dangkal, dengan kedalaman hiposentrumnya kurang dari 60 Km2.      Gempa menengah, dengan kedalaman hiposentrumnya antara 60-300 Km.3.      Gempa dalam, dengan kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 Km.D.           Kerusakan-kerusakan Yang Terjadi Akibat Gempa Bumi

Peristiwa-peristiwa bencana bumi selalu menimbulkan kerugian, baik berupa kerusakan infrastruktur, maupun korban jiwa. Dari catatan sejarah gempa bumi yang pernah terjadi di sleuruh dunia sejak 4.000 tahun yang lalu hingga kini, telah memakan korban jiwa lebih dari 13 juta orang. Sedangkan kerusakan-kerusakan yang umumnya terjadi sebagai gempa bumi antara lain :

1.      Kerusakan jalan karena terjadi keretakan, patah, terpotong, mengalami keamblasan, longsor dipinggir jalan, aspal terkelupas dan sebagainya.

2.      Kerusakan jembatan akibat terpotongnya konstruksi jembatan dengan jalan. Jalan yang menghubungkan jembatan mengalami ambles, konstruksi jembaran rusak (patah, bengkok, miring, putus), pondasi jembatan ambles kedalam tanah, dll.

3.      Kerusakan bangunan dipusat perekonomian dan pemerintahan seperti perkotaan, pusat perdagangan dan perkantoran. Bangunan-bangunan hancur berantakan akibat guncangan gempa.

4.      Turun atau amblesnya permukaan tanah hingga mengakibatkan permukaan tanah tersebut lebih rendah dari permukaan air laut dan menjadi tergenang oleh air laut. Contoh fenomena ini adalah guncangan gempa bumi di pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005 yang menyebabkan Desa Bozihena turun kurang lebih dari 1 meter.

Selain kerusakan fisik dan banyaknya korban jiwa, pengaruh khusus lainnya yang merugikan sebagai akibat dari gempa bumi, antara lain :

1.      Menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum : luka karena retak tulang merupakan masalah yang menyebar secara luas. Rusaknya kondisi-kondisi sanitas yang mengakibatkan terjadinya wabah penyakit.

2.      Tidak tersedianya cadangan air : kemungkinan terjadinya masalah serius yang disebabkan karena rusaknya sistem-sistem air, pencemaran air sumber mata air yang terbuka, dan perubahan skema air.

E.          Faktor-fakor yang mempengaruhi Besarnya kerusakan dan Banyaknya Korban Akibat Gempa

Banyaknya korban jiwa yang diakibatkan gempa bumi terjadi karena pusat-pusat kepadatan diperkotaan besar dan daerah industri. Kebanyakan terjadi akibat dari besarnya getaran yang menyebabkan runtuh Nya bangunan dengan struktur yang lemah.

Faktor lain yang mempengaruhi kerusakan akibat gempa adalah lokasi, misalnya longsoran, batuan/tanah yang mengembang, struktur geologi, goncangan air didanau/waduk, patahan dan likuifaksi. Gempa yang besar ini dapat menimbulkan

Page 6: Geologi gempabumi

6

terjadinya longsoran, retakan, patahan, likuifaksi, serta tsunami yang dahsyat pula dan banyak memakan korban.

Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, banyaknya kerusakan dan kerugian akibat gempa juga ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :

1.      Skala atau magnitudo gempa2.      Durasi dan kekuatan getaran3.      Jarak dan sumber gempa terhadap perkotaan.4.      Kedalaman sumber gempa.5.      Kualitas tanah dan bangunan6.      Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai

F.           Upaya Dalam Mitigasi Gempa BumiUntuk mengurangi dan meredam korban dan kerugian harta benda akibat

fenomena alam yang berasal dari proses geologi yang menyebabkan terjadinya gempa bumi, perlu dilakukan upaya Mitigasi. Mitigasi adalah istilah gabungan yang digunakan untuk semua tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu bencana (tindakan-tindakan pra-bencana) yang meliputi kesiapan, dan tindakan-tindakan pengurangan resiko.

G.            Penanggulangan Sesudah Terjadi Bencana Gempa BumiDalam tahapan penanggulangan bencana, pemulihan merupakan salah satu

komponen penting setelah terjadinya bencana. Sesudah bencana terjadi, biasanya korban perlu ditangani dengan cepat.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada tahap pemulihan bencana gempa, adalah sebagai berikut :

1)              Melakukan evakuasi dan mendirikan tenda-tenta pengungsian bagi korban.2)              Melakukan penyelamatan3)              Menyediakan bantuan medis4)              Menyediakan MCK, air minum dan makanan5)              Menyediakan pendidikan darurat6)              Melakukan upaya pemulihan psikologis para korban7)              Memperbaiki dan membanun kembali gedung, sarana dan failitas lainnya.

BAB IIISIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :a. Gempa bumi adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi. Gempa bumi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu gempa Vulkanik, gempa runtuhan dan gempa tektonik.

b. Skala untuk mengukur kekuatan gempa (Magnitudo) adalah Skala Richter. Skala yang dibuat oleh Richter bukan satu-satunya ukuran yang digunaakn untuk mengetahui kekuatan gempa. Disamping skala kekuatan gempa yang dibuat Richterm ada skala yang bernama skala intensitas.

Page 7: Geologi gempabumi

7

c. Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi dpat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1.      Gempa dangkal, dengan kedalam hiposentrumnya <60 km="" span="">2.      Gempa menengah, dengan kedalaman hiposentrumnya antara 60-300 Km.3.      Gempa dalam, dengan kedalaman hiposentrumnya > 300 Km

d. Kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi bukan hanya kerusakan fisik saja, tetapi juga menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum misalnya luka karena retak tulang dan terjadinya wabah penyakit

e. Faktor yang mempengaruhi kerusakan akibat gempa bumi adala lokasi, misalnya longsoran, batuan/tanah yang mengembang, struktur geologi, goncangan air danau/waduk, patahan dan likuifaksi.

f.

g. Mitigasi adalah istilah gabungan yang digunakan untuk semua tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu bencana (tindakan-tindakan pra-bencana) yang meliputi kesiapan dan tindakan-tindakan penanggulangan resiko.

h. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada tahap pemulihan bencana gempa bumi adalah sebagai berikut :

1.      Melakukan evakuasi dan mendirikan tenda-tenda pengungsian bagi korban2.       Melakukan penyelamatan3.      Menyediakan bantuan medis4.      Menyediakan MCK, air minum dan makan5.      Menyediakan upaya pemulihan psikologis para korban6.      Menyediakan pendidikan darurat7.      Memperbaiki dan membanun kembali gedung, sarana dan fasilitas lainnya.

Page 8: Geologi gempabumi

8

Geologi dalam Mitigasi Bencana Gempabumi

Geologi gempabumi (earthquake geology) merupakan suatu studi tentang sesar-sesaraktif dengan tujuan memahami potensi gempanya (Pantosti, Schwartz & Okumura, 2000). Sasaran utama geologi gempabumi adalah untuk memeri sumber gempa dari kacamata geologi dan geomorfologi serta melacaknya sampai beberapa ribu tahun ke belakang guna memperoleh karate gempabumi di dalam rekaman geologi.

Pelacakan sejarah aktivitas sesar aktif ini selain melalui rekaman geologi juga denganmenelusuri sejarah kegempaan yang terekam oleh seismometer. Dari studi geologi gempabumi dapat diperoleh gambaran sklus gempabumi pada suatu sesar. Di satu pihak bisa memberikan kontribusi pemahaman proses / genesa gempabumi dan waktu ulang gempabumi besar di suatu daerah; di lain pihak studi geologi gempabumi akan memberikan dampak sosial berkaitan dengan aplikasinya di dalam mitigasi bencana gempabumi. Geologi gempabumi seringdisamakan dengan studi tektonika aktif, studi tentang gerak tektonik yang diperkirakan akanterjadi di masa mendatang yang menjadi concern bagi masyarakat (Wallace, 1986). Studigeologi gempabumi merupakan ilmu multi disiplin yang melibatkan geologi, geomorfologi, geodesi, geofisika (termasuk di dalamnya: seismik pantul dan seimik bias, gaya berat, kemagnetan, dan aliran panas), geologi struktur dan seismotektonika, stratigrafi Kuarter beserta cara pentarikhan umurnya (Yeats, Sieh & Allen, 1997).

Secara deterministik, geologi bisa memberikan gambaran tentang gempabumi yang telah terjadi termasuk di dalamnya besaran maksimum dan selang waktu ulangnya, sebaran sesar(aktif)nya beserta peristiwa pengikut gempabumi (liquefaction, tanah longsor), kecepatan geser sesarnya. Berdasar pengetahuan penulis, di Indonesia, usaha mitigasi bencana gempabumi telah banyak dilakukan, antara lain dapat dilihat dari penerbitan berbagai instansi. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi telah menerbitkan Peta Seismotektonik. Kerjasama ilmiah Indonesia-Perancis telah meneliti secara geodesi dengan menggunakan GPSuntuk menghitung pergeseran sesar Sumatra (Sebrier dkk., 1993). Pengamatan sebaran sesar aktif berdasarkan analisa citra di sepanjang sesar Sumatra, sesar Palu-Koro, dan dugaan sesar aktif di Semarang (Bellier dkk., 1994). Usaha memahami karakter gempabumi Sesar Sumatra dengan pendekatan seismologi danfraktal (Sukmono dkk., 2001), gayaberat (Kadir dkk., 2001). Kerjasama Geoteknologi LIPI dengan California Institute of Technology juga meneliti gempabumi purba berdasar terumbu karang (Sieh dkk., 2000) dan masih banyak lagi penelitian yang tersebar di berbagai instansi dan di berbagai daerah tentang parameter bencana gempa (Harjono dkk., 1994). Di laboratorium juga dilakukan pemodelan dan simulasi (Triatmojo dan Pramumijoyo, 1994). Masih banyak lagi penelitian geologi gempabumi yang belum disebut di sini, tetapi dari paparan di atas telah banyak yang dilakukan ahli geologi di Indonesia di dalam mitigasi bencana geologi.

Page 9: Geologi gempabumi

9

DAFTAR PUSTAKA

Syafrezani, sampaguita. (2010). Tanggap Bencana Alam Gempa Bumi. Bandung:Angkasa.Watt, Fiona.(2009). Gempa Bumi Dan Gunung Api.Bandung:Felicity Brooks.ww.google.com    

Mitigasi Bencana Gempabumi

1. Pendahuluan

Bencana alam di Indonesia sering kali mengakibatkan kerusakan baik materiil maupun non materiil. Salah satu bencana alam yang sering kali terjadi di Indonesia adalah gempabumi. Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia diantaranya adalah lempeng Eurasia, Australia dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempabumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan – patahan yang dapat berpotensi menjadi sumber gempa. Selain itu Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana karena ternyata selain pertemuan lempeng benua, wilayah ini juga merupakan zona pertemuan dua jalur gempa yaitu jalur Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transasiatic yang menyebabkan kerawanan terhadap aktivitas gempabumi yang cukup tinggi dan tsunami apabila gempa tersebut terjadi dalam kekuatan yang besar dan pusat gempanya berada dalam jarak yang tidak jauh dari dasar laut.

2.1.1 Ancaman Gempabumi

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Euro-Asia. Penunjaman lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Euro- Asia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempabumi dan rangkaian gunungapi aktif sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, belok ke utara ke Maluku dan Sulawesi Utara, sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng.

Page 10: Geologi gempabumi

10

Gambar 2.1. Tektonik dan sebaran sesar aktif di Indonesia (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/PVMBG, 2008).

Daerah rawan gempabumi di Indonesia tersebar pada daerah yang terletak dekat zona penunjaman maupun sesar aktif. Daerah yang

terletak dekat zona penunjaman adalah pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, Maluku Utara, pantai utara dan timur Sulawesi dan pantai utara Papua. Sedangkan daerah di Indonesia yang terletak dekat dengan zona sesar aktif adalah daerah sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatra, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Pulau Papua. Beberapa sesar aktif yang telah dikenal di Indonesia antara lain adalah Sesar Sumatra, Cimandiri, Lembang, Baribis, Opak, Busur Belakang Flores, Palu-Koro, Sorong, Ransiki, sesar aktif di daerah Banten, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan sistem sesar aktif lainnya yang belum terungkap. Tabel 2.1. menyajikan data beberapa kejadian gempabumi di Indonesia dengan jumlah korban jiwa yang besar.

Page 11: Geologi gempabumi

11

Tabel 2.1. Korban jiwa signifikan beberapa kejadian gempabumi di Indonesia (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/PVMBG, 2008)

No. Tahun Magnitudo(Mw)

MMI KorbanJiwa (org)

Daerah

1. 1896 - VIII 25 Pulau Timor2. 1926 7,8 I 35 Sumatra Barat3. 1943 - I 21 Yogyakarta

Jawa Tengah4. 1994 7 I l.207 Liwa, 5. 2000 7, X 100 Bengkulu6. 2005 8, VII > 1.000 Pulau Nias7. 2006 6,

2VIII

> 5.700 Yogyakarta Jawa Tengah

2. Mitigasi

Gempabumi sampai saat ini belum dapat diperkirakan saat kejadiannya kapan, dimana dan berapa besarannya. Dapat terjadi siang hari pada saat kita bekerja ataupun malam pada saat sedang tidur lelap, sehingga tidak dapat menyelamatkan diri karena kejadiannya berlangsung sangat cepat tertimpa runtuhan bangunan,longsoran bukit ataupun tersapu badai tsunami.

Upaya untuk mengurangi kehi langan nyawa dan harta benda dengan memperkeci l dampak bencana sering kali disebut sebagai Mitigasi Bencana sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana untuk menghadapi kemungkinan bencana yang akan datang. Salah satu bentuk mitigasi untuk meminimisasi dampak korban gempabumi yaitu dengan mengetahui karakteristik setiap wilayah untuk mengetahui tingkat kerawanannya terhadap bencana, sebagai pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana gempabumi sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

3. Peran PJ dan SIG dalam mitigasi bencana

Bencana yang sering kali menimpa Indonesia dan tidak sedikit mengakibatkan dampak yang kerugian serta korban jiwa yang besar, semakin meningkatkan kesadaran akan perlunya suatu sistim informasi kebencanaan yang berbasis data spasial. Sistim informasi spasial ini sangat diperlukan pada segala tahapan manajemen bencana, dari mulai aktifitas pra-bencana seperti studi tentang resiko suatu daerah terhadap suatu bencana dan penyusunan berbagai scenario

Page 12: Geologi gempabumi

12

bencana; aktifitas sesaat setelah bencana terjadi seperti pemetaan sebaran kerusakan dan kebutuhan pengungsi yang sangat diperlukan oleh para petugas dan relawan pemberi bantuan; sampai ke aktifitas rehabilitasi dan rekonstruksi suatu daerah pasca bencana. Dengan adanya sistim informasi spasial ini, maka keputusan akan dapat diambil lebih tahapan pada segala tahapan tersebut (Bakosurtanal, 2010).

Data spasial memiliki peran besar dalam manajemen bencana, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana-bencana tersebut terjadi. Sumber utama data spasial tersebut salah satunya berasal dari data PJ untuk kemudian diintegrasikan dengan data spasial lainnya menggunakan SIG untuk kegiatan analisis wilayah kerentanan bencana di Indonesia. Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG melalui analisis dan pemodelan data bisa menghasikan informasi baru dalam bidang geospasial dan diaplikasikan untuk tujuan tertentu seperti dalam managemen bencana. Kemampuan dan aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam manajemen bencana secara mendasar adalah :

3.1. Satelit-satelit dapat mendeteksi tahap awal kejadian-kejadian sebagai “keganjilan/ anomali” pada suatu periode waktu

Banyak jenis dari bencana-bencana, seperti banjir, musim kering, angin topan, letusan volkanis, dan lainnya akan memiliki tanda-tanda pendahuluan tertentu. Satelit-satelit itu dapat mendeteksi tahap awal dari kejadian ini sebagai keganjilan-keganjilan/anomali di suatu periode waktu. Gambaran-gambaran ada tersedia pada interval waktu pendek yang reguler, dan dapat yang digunakan untuk ramalan atau memprediksi bencana-bencana lambat dan yang cepat (Gambar 2).

Gambar 2. Prediksi angin topan (Hurricane) dengan data Penginderaan Jauh (NOAA)

Page 13: Geologi gempabumi

13

Kemarau 1994

Kemarau 1997

Penghujan 2002

Kemarau 2002

Citra satelit memberikan gambaran synoptic yang menyeluruh dan menyediakan informasi lingkungan yang sangat baik mulai dari daerah yang sangat luas (benua) sampai yang sempit dalam beberapa meter persegi saja. Penginderaan jauh dan SIG menyediakan suatu database dari bukti yang ditinggalkan oleh bencana-bencana dan dapat ditafsirkan, dikombinasikan dengan informasi yang lain untuk membuat peta rawan bencana, dengan menandakan daerah-daerah yang berpotensi berbahaya.

Data penginderaan jauh, seperti citra satelit dan foto udara dapat memberikan informasi dan peta dengan bermacam variabel medan seperti : vegetasi, air, dan geologi, baik dalam aspek ruang dan waktu. Zonasi resiko dapat digunakan sebagai dasar dalam setiap manajemen bencana yang digunakan oleh perencana dan pengambil keputusan.

3.2. Satelit-satelit membuat kemungkinan untuk memonitor kejadian dari bencana

Ketika suatu bencana terjadi, kecepatan pengumpulan informasi dari wahana udara dan wahana ruang angkasa dapat digunakan merekam dan diperoleh informasi wilayah bencana dengan cepat tanpa kendala sehingga dapat digunakan untuk memonitor kejadian dari bencana. Banyak bencana mempengaruhi daerah yang luas dan tidak ada sistem atau teknologi yang se-efektif teknlogi penginderaan jauh untuk merekam secara spasial liputan daerah bencana. Data penginderaan jauh dapat untuk monitoring peristiwa selama waktu kejadian bencana (Gambar 3).

Gambar 3. Monitoring Tutupan Lahan di sekitar D. Tempe (LAPAN)

Posisi satelit-satelit memberi keuntungan dalam perencanaan, operasional, dan monitoring peristiwa bencana. Penginderaan Jauh dan SIG dapat digunakan

Page 14: Geologi gempabumi

14

untuk perencanaan rute evakuasi, perancangan pusat-pusat untuk operasi darurat. Integrasi data satelit dengan data yang relevan dapat digunakan dalam perencanaan sistem peringatan dini bencana (Disaster Warning System). Sebagai contoh dari data penginderaan jauh untuk monitoring wilayah yang mengalami kekeringan pada suatu periode ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini.

3.3. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat membantu di dalam penilaian kerusakan (damage assessment)

Pada tahap tanggap darurat, data PJ dan SIG di kombinasi dengan Global Positioning System (GPS) bermanfaat di dalam operasi pencarian dan pertolongan pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Dampak setelah terjadinya bencana mengakibatkan kerusakan infrastruktur. Penginderaan jauh dapat membantu di dalam penilaian kerusakan dan pemantauan akibat bencana dan memberikan dasar kuantitatif dalam operasi penanggulangan bencana.

Di dalam tahap rehabilitasi bencana SIG digunakan untuk mengorganisir informasi kerusakan berdasarkan informasi sensus, dan dapat digunakan dalama evaluasi tapak untuk proses rekonstruksi. Penginderaan jauh digunakan untuk memetakan situasi baru dari kejadian bencana dan membaharui database untuk rekonstruksi daerah, dan dapat digunakan dalam membantu proses pencegahan jika terjadi bencana lagi.

Gambar 4. Penginderaan Jauh dan SIG untuk penilaian kerusakan

3.4. Penginderaan jauh dapat digunakan untuk memetakan situasi terbaru dan membaharui database (update the databases) untuk rekonstruksi

O Rusak Berat

O Rusak Sedang

O Rusak Ringan

Page 15: Geologi gempabumi

15

Data sangat diperlukan perlu untuk manajemen bencana, terutama sekali dalam konteks pengembangan dan perencanaan yang terintegrasi, dengan basisdata yang baik akan membuat penanganan bencana menjadi lebih hemat waktu dan efisien. Sebagai contoh setelah bencana dilaporkan gedung-gedung rusak dan jumlahnya ribuan. Masing-masing gedung perlu dievaluasi secara terpisah untuk memutuskan bangunan dengan tingkat kerusakan tak terbaiki (berat) atau bisa diperbaiki. Setelah itu dapat dikombinasikan dengan data lain untuk menurunkan zona rekonstruksi. Satu keuntungan utama dalam integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis adalah dapat dimodelkan zona rawan bahaya bencana sehingga dapat digunakan pengambil keputusan untuk pembangunan kedepan dengan wawasan kebencanaan.

Data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit adalah teknik yang baik dalam pemetaan daerah bencana yang menggambarkan distribusi spasial pada suatu periode tertentu. Banyak satelit dengan perbedaan sistem sekarang ini, dengan karakteristik resolusi spasial, temporal, dan spektral tertentu. Data penginderaan jauh dapat direlasikan dengan data lain, sehingga dapat juga digunakan untuk penyajian data bencana. Metode perolehan data dapat dengan 2 cara, yaitu dengan interpretasi visual dan pengolahan citra digital seperti teknik klasifikasi.

Managemen bencana memerlukan disiplin pengetahuan lain dan perlu integrasi. Melalui integrasi data dan disiplin bidang tertentu akan memperkuat SIG. Contoh aplikasi hasil integrasi tersebut antara lain :

- Data fenomena bencana seperti: tanah longsor, banjir, gempabumi, dengan informasi lokasi kejadian, frekuensi, dan besarnya

- Data lingkungan di mana kejadian bencana terjadi : topografi, geologi, geomorfologi, tanah, hidrologi, penggunaan lahan, vegetasi, dan sebagainya

- Data elemen yang hancur karena bencana : infrastruktur, permukiman, penduduk, sosial ekonomi dan sebagainya

- Data sumber-sumber pertolongan seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, kantor pemerintahan, dan sebagainya.

Penggunaan data satelit untuk managemen bencana banyak mengunakan satelit sumberdaya (Earth Resource Satellites) dan satelit cuaca/meteorologi (meteorological satellites). Satelit sumberdaya dengan sistem orbit polar yang dapat digunakan, yaitu :

a. Satelit dengan sensor optik, yang tidak dapat menembus awan dengan resolusi rendah (AVHRR), menengah (LANDSAT, SPOT, IRS), dan resolusi spasial tinggi (IKONOS)

b. Satelit dengan gelombang mikro, yang dapat menembus awan, dengan resolusi tinggi seperti Synthetic Aperture Radar (SAR) (RADARSAT, ERS, JERS) dan sensor pasif resolusi rendah (SSMI) .

Page 16: Geologi gempabumi

16

Sedangkan satelit meteorologi yang sering digunakan untuk aplikasi kebencanaan antara lain:

a. Orbit geostasioner (GOES: METEOSAT, GMS, INSAT, GOMS) menghasilkan citra gelombang tampak (VIS) dan inframerah (IR) setiap setengah jam

b. Orbit polar (POES: NOAA and SSM/I), memutari bumi dua kali satu hari dan menyediakan citra VIS dan IR, serta gelombang mikro.

Dengan kemampuan merekam kejadian dan wilayah dengan tingkat kerincian dan kemampuan tertentu serta periode ulang tertentu maka data penginderaan jauh dapat digunakan dalam managemen bencana.

Berdasar beberapa kemampuan penginderaan jauh dan SIG di atas yang digunakan dalam managemen bencana atau penanggulangan bencana, beberapa hal yang mendasar yang dapat disimpulkan dari integrasi tersebut, adalah :

a. Data bencana alam (natural disaster) dapat di spasialkan

- Mayoritas informasi adalah spasial/ruang dan dapat direkam dan dipetakan

- Data yang dihasilkan berbagai organisasi pada dasarnya dapat digunakan dan dibagi bersama.

b. Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG dapat digunakan dalam mengelola dan visualisasi data

- Data dapat dikumpulkan, ditata, dianalisa, dan ditayangkan

- Visualisasi situasi darurat atau bencana secara efektif

- Membawa banyak sumber informasi pada suatu fokus (konsolidasi data).

c. Integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat digunakan dalam analisis dan modeling spasial

- Analisa dan mengestimasi kondisi (sebelum, selama, setelah) bencana alam

- Mengetahui di mana dan bagaimana caranya menanggapi bencana

- Mengetahui dengan baik lokasi yang merupakan daerah berbahaya melalui proses analisis dan modeling.

Mitigasi bencana gempabumi adalah hal yang paling sulit diatasi, hal ini dikarenakan berbagai faktor yang sangat komplek seperti:

i. Interval kejadian yang tidak pasti. Karena interval kejadian gempa yang tidak pasti disepanjang suatu patahan sehingga menyulitkan dalam perencanaan. Data yang sangat minim akan menyulitkan dalam penyesuaian peruntukan lahan secara spesifik serta dalam pembuatan aturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan di sekitar dan di sepanjang suatu patahan. Peraturan yang dibuat dengan data yang

Page 17: Geologi gempabumi

17

sangat minim secara politis akan sulit memperoleh dukungan.

ii. Penetapan lebar zona patahan. Di perbagai instansi, data tentang lebar suatu zona patahan dapat berbeda beda. Tanpa suatu dasar yang pasti maka untuk memprediksi patahan mana yang berikutnya yang akan bergerak/patah sangat sulit dilakukan, sehingga penyesuaian peruntukan lahan dan penyusunan aturan yang berkaitan dengan lahan juga menjadi sulit dipertahankan.

iii. Bangunan yang sudah terlanjur ada. Pembangunan yang dilaksanakan di tempat tempat yang berdekatan dengan zona patahan dan disepanjang jalur patahan akan sulit dilarang dan untuk menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan pembangunan di tempat tempat tersebut akan menjadi sia-sia, hal ini disebabkan karena pemerintah / lembaga yang berwenang tidak memiliki data yang memadai dan akurat terhadap kemungkinan bencana yang mungkin terjadi.

Berkaitan dengan ketidak pastian dan waktu terjadinya gempa, maka bencana gempa harus diposisikan dalam perhitungan dan pengambilan keputusan yang tepat didasarkan atas data-data yang tersedia. Oleh karena itu untuk bangunan bangunan, seperti perumahan, rumah sakit, sekolahan dilarang dibangun di zona patahan. Untuk itu diperlukan suatu peraturan yang melarang warga masyarakat membangun bangunan di tempat tempat yang berada di zona patahan aktif.

Mitigasi bencana geologi pada hakekatnya adalah mengurangi resiko bencana geologi terhadap harta benda maupun jiwa manusia. Mitigasi merupakan suatu upaya kerjasama antara ahli- ahli teknik dan para pembuat kebijakan dan menghasilkan peraturan peraturan pembangunan untuk suatu wilayah yang rentan bahaya geologi. Usaha-usaha dalam penanggulangan bencana untuk meminimalkan kerugian, baik kerugian harta benda ataupun jiwa manusia yang disebabkan oleh gempabumi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain adalah:

1. Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi gempa yang disajikan dalam bentuk Peta Rawan Bencana Gempabumi / Seismik.

2. Membuat peraturan peraturan yang berkaitan dengan desain struktur bangunan tahan gempa guna mencegah runtuhnya bangunan ketika terjadi gempa.

3. Tidak membangun bangunan di wilayah-wilayah yang rawan bencana gempa.

Page 18: Geologi gempabumi

18