penerapan terapi aktivitas kelompok (tak) …elib.stikesmuhgombong.ac.id/763/1/isnaeni restiana nim....
TRANSCRIPT
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL
HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners
Di Susun Oleh:
ISNAENI RESTIANA S. KEPNIM A31600898
PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA
N JUDUL
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Isnaeni Restiana, S.Kep
NIM : A31600898
Tanda Tangan :
Tanggal : 16 Agustus 2017
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwaKarya Ilmiah Akhir yang berjudul :
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL
HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Dipersiapkan dan disusun Oleh :
Isnaeni Restiana, S.KepA31600898
Telah disetujui dan dinyatakantelah memenuhi syarat untuk diujikan
Pembimbing,
( Tri Sumarsih, S.Kep, Ns, MNS)
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
(Isma Yuniar, M.Kep)
iv
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Gombong, saya yang bertandatangan dibawah ini :Nama : Isnaeni Restiana S.KepNIM : A31600898Program Studi : Program Ners KeperawatanJenis Karya : Karya Ilmiah Ners
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaSTIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL
HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini STIKes Muhammmadiyah Gombong berhak menyimpan,mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat danmempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan inisaya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Gombong, KebumenPada tanggal : 16 Agustus 2017
Yang menyatakan
(Isnaeni Restiana, S.Kep)
vi
ProgramNers KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah GombongKTA. Agustus 2017
Isnaeni Restiana,Tri Sumarsih
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONALHYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJOMAGELANG
Latar Belakang :Jumlah pasien skizofrenia di Indonesia terus bertambah,terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami skizofrenia mulai yang ringanhingga berat yang biasanya ditandai dengan kurangnya memperhatikan perawatandiri. Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri dapatdilakukan salah satunya dengan pemberian stimulus atau rangsangan yangmemicu timbulnya persepsi yang positif terhadap dirinya sendiri atau istilah lainTerapi Aktivitas Kelompok.Tujuan Penulisan :Menganalisis terapi aktivitas kelompokPersonal hygienepada pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diridi wisma Harjuna RSJ Prof.Dr. Soerojo MagelangHasil : Hasil evaluasipasien skizofrenia setelah dilakukan terapi aktivitaskelompok, pasien 1 mampu menyebutkan lima manfaat kebersihan diri, mampumenyebutkan lima alat kebersihan diri, mampu mempraktekan langkah-langkahkebersihan dengan dibimbing. Pasien 2 dan 3 mampu menyebutkan tiga manfaatkebersihan diri dan alat kebersihan diri, mampu mempraktekan langkah-langkahkebersihan diri dengan dibimbing. Pasien 4& 5 mampu menyebutkan empatmanfaat kebersihan diri, berbeda dalam menyebutkan alat kebersihan diri pasien 4menyebutkan empat dan pasien 5 menyebutkan lima, mampu mempraktekanlangkah-langkah kebersihan diri dengan dibimbing.Rekomendasi :TAK terbukti mampu meningkatkan kemandirian pasienskzofrenia dengan defisit perawatan diri, maka kegiatan tersebut perlu dilakukanlebih sering di dalam wisma.
Kata Kunci :terapi aktivitas kelompok personal hygiene, defisit perawatan diri,skizofrenia.
vii
PROFESI OF NURSING PROGRAMMUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG
Minithesis, August 2017
Isnaeni Restiana, Tri SumarsihTHE APPLICATION OF GROUP ACTIVITY THERAPY (TAK)PERSONAL HYGIENE TO ENHANCE THE INDEPENDENCE OFPATIENTS WITH SELF-CARE DEFICITS OF SCHIZOPHRENIA (DPD)AT WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO, MAGELANG
ABSTRACT
Background: The number of patients with schizophrenia in Indonesia continuesto grow. Consequently, there was a 14.1% of the population of Indonesia areexperiencing schizophrenia began from mild to severe that usually characterizedby a lack of regard for self care. Moreover, the treatment of schizophrenia patientswith self care deficit is by administering stimulus or stimuli that trigger the onsetof a positive perception toward himself or in other terms is Group ActivityTherapy .Objective :analyzing the activity group therapy Personal hygiene in patients withschizophrenia self-care deficit at wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo, MagelangResults :The results of evaluation of the patient state of schizophrenia after agroup activity therapy for 3 days, patient 1 able to mention five benefits of selfhygiene, be able to mention the five self-hygiene tool, able to practice stepscleand up. Patient 2&3 was able to mention three benefits of self hygiene and self-hygiene tool, able to practice steps cleand up with mentored. Client 4&5 was ableto mention the four benefits of self hygiene,different in cleanliness mention selfinstrumentPatients 4 mentioned four and patients 5 said five, able to practice stepscleand up with mentored.Recomendation : group activity therapi was evident to increase in patients withschizophrenia self-care deficit, so important to aplied in wisma.
Keywords: personal hygiene group activity therapy, self-care deficit,schizophrenia.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhirr ini
dengan judul “Penerapan terapi aktivitas kelompok (TAK) personal hygiene untuk
meningkatkan kemandirian pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
(DPD) di wisma harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis
mendapat kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini
Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapanterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Herniatun, M.Kep, Sp Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.
2. Isma Yuniar, M.Kep, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKESMuhammadiyah Gombong.
3. Ns. Tri Sumarsih MNS, selaku Pembimbing yang telah berkenan memberikanbimbingan dan pengarahan.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkanterimakasih atas bantuan dan dukungannya.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang telah diberikan
mendapat balasan sesuai dengan amal pengabdianya dari Allah SWT. Tiada
gading yang tak retak, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca dalam rangka perbaikan selanjutnya. Akhir kata
semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kebumen, 16 Agustus 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Tujuan ........................................................................................................ 6C. Manfaat ...................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Skizofrenia ................................................................................................. 8B. Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) .............................................. 15C. Terapi Aktivitas Kelompok ...................................................................... 20
BAB III LAPORAN MANAGEMEN KASUS KELOLAAN
A. Profil Lahan Praktik ................................................................................. 29B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan .................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ......................................................................................................... 41B. Aalisis Terapi Aktivitas Kelompok Personal Hygiene pada pasien
Skizofrenia dengan defisit perawatan diri ................................................ 45C. Inovasi Tindakan ...................................................................................... 48D. Keterbatasan Penulis ................................................................................ 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 50B. Saran ......................................................................................................... 51
x
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa dimasa yang serba kritis seperti sekarang ini
bukanlah hal yang mudah dengan tekanan hidup yang semakin berat yang
harus dihadapi. Bagi individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sebagai ancaman bagi
dirinya. Perasaan yang terancam terus menerus tanpa adanya proses
pemecahan masalah, dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan dan
dapat mengakibatkan skizofrenia( Rahwanda, 2013 ).
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar
terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah
pasien gangguan jiwa. Skizofreniamerupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunya
semua fungsi kejiwaan. Skizofreniaadalah gangguan dalam cara berfikir
(cognitive), kemauan (volition), emosi (affevtive), tindakan (psychomotor)
(Keliat, 2011).Pasien skizofrenia kronis pada umumnya tidak
mampumelaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan
diri, penampilan dan sosialisasi. Pasien skizofrenia mengalami kemuduran
dalam fungsi psikososialnya. Mereka mengalami penurunan kemampuan
untuk bergerak dan berkomunikasi dengan orang lain, serta tidak mampu
menghadapi realitas.
Menurut World Health Organisasion (2016), terdapat sekitar 35
juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Gangguan jiwa yang
menjadi salah satu masalah utama dinegara-negara berkembang adalah
skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari
2
seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012). Menurut National
Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
25% ditahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil
meningkatnya prevalensi skizofrenia dari tahun ke tahun diberbagai
negara. Skizofrenia menyerang siapa saja. Data APA (2014) menyebutkan
1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita
skizofrenia mulai mengidapnya usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
muda paling beresiko karena tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan
berbagai tekanan (stresor) (Sawono, 2010).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa atau gangguan otak kronis
yang mempengaruhi individu sepanjang kehidupanya yang salah satunya
ditandai dengan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
BerdasarkanRiset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien skizofrenia di
Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1 % penduduk Indonesia
mengalami skizofreniamulai dari yang ringan hingga berat. Trihono
(2011) mengatakan, dari temuan dilapangan terlihat prevalensi penderita
skizofrenia berat sebanyak 1,7/1000 orang.
Banyaknya jumlah penderita skizofrenia, Jawa Tengah merupakan
salah satu provinsi yang menempati urutan kelima terbanyak (Riskesdas,
2013). Prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0,23% dari jumlah
penduduk melebihi angka nasional 0,17% (Riskesda, 2013). Jumlah
kunjungan gangguan jiwa tahun 2012 di sarana pelayanan kesehatan
Provinsi Jawa Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan
dibanding tahun 2011 yang mencapai 198.387 kunjungan. Kunjungan
terbanyak yaitu dirumah sakit sebanyak 138.399 kunjungan (61,62%)
(Dinas Kesehatan/ Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila
orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
3
kebersihan kulit, tangan dan kuku dan kebersihan genetalia. Menurut
Thomas (2013) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang
sering ditemukan pada pasien dengan skizofrenia, dimana defisit
perawatan diri sering diidentikan dengan gangguan jiwa, 70% diantaranya
mengalami defisit perawatan diri, (Hardiyah, 2010).
Salah satu gangguan yang dialami pasien dengan skizofrenia
adalah kurangnya perawatan diri atau defisit personal hygiene. Menurut
Anggriana T.W (2010), personal hygiene adalah perawatan diri dimana
sesorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting,
kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Kurangnya perawatan diri
pada pasien skizofrenia terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun,
kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting ( Keliat dan
Akemat, 2010 ). Bertambahnya masalah personal hygiene pada pasien
dengan skizofrenia terjadi karena pasien dengan skizofrenia tidak dapat
mempertahankan kebersihan kulit, tangan dan kuku, rambut dan
kebersihan genetalia. Fakta yang ada dilapangan menunjukan bahwa
pasien dengan skizofrenia seringkali terlihat kumal, bau dan mengalami
berbagai macam gangguan pada kesehatan kulitnya.
Pasien yang mengalami skizofrenia seringkali kurang
memperdulikan perawatan diri. Dalam teori Orem mengemukakan
mengenai perawatan diri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan
kesehatan serta kesejahteraan. Apabila seseorang menngalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan,
BAB dan BAK (toileting). Oleh karena itu, personal hygiene sangat perlu
diterapkan mengingat banyak manfaat yang ada untuk mencegah segala
penyakit yang bisa ditimbulkan.
4
Tindakan yang dapat diberikan pada pasien defisit perawatan diri
itu dapat dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok dengan topik
defisit perawatan diri (personal hygiene) yang terdiri dari menggosok gigi,
memakai sampo dan sabun. Terapi ini merupakan terapi yang bertujuan
untuk memberikan perawatan diri dengan tepat sehingga pasien dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dari defisit perawatan diri (Farida dan
Yudi, 2011). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Apabila tidak dilakukan
terapi maka akan terjadi dampak negative diantaranya yaitu dampak fisik,
psikosoial dan psikologis.
Pada penelitian Desy dkk, (2013) yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas mandiri : personal hygiene terhadap kemandirian
pasien DPD di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang menunjukan
hasil terdapat pengaruh yang signifikan antara aktifitas mmandiri personal
hygiene terhadap kemandirian pasien defisit perawatan diri. Terapi
akitivitas kelompok dengan topik defisit perawatan diri (personal hygiene)
ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal perawatan
diri, melatih pasien mampu merawat diri serta mengurangi perilaku mal
adaptive ( Purwaningsih dan Karina, 2011). Terapi ini dilakukan dalam
dua sesi diantaranya adalah pasien akan ditanya tentang manfaat
kebersihan diri, alat – alat membersihkan diri, mempraktekan cara
membersihkan diri. Terapi aktivitas kelompok personal hygiene ini
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam
membantu pasien dalam hal defisit perawatan diri.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal
01 Mei 2017 di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, diperoleh data jumlah
pasien defisit perawatan diri di wisma Harjuna pada bulan Maret 2017 ada
9 pasien, sedangkan dibulan April 2017 mengalami kenaikan jumlah yaitu
ada 10 pasien.Salah satu gangguan yang dialami oleh pasien yang berada
di wisma Harjuna adalah kurangnya pelaksanaan personal hygiene pada
5
pasien. Pasien jiwa masih seringkali terlihat dengan tubuh yang bau,
rambut yang tidak terawat, kuku yang panjang dan terjadi gangguan pada
kulit. Hasil pengamatan yang dilakukan penulis kepada 5 pasien yang
berada di wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, pasien jiwa
terlihat kumal, rambut tidak terawat, tercium bau yang kurang sedap dari
pasien jiwa tersebut. Terapi aktivitas kelompok tentang personal hygiene
kepada pasien masih jarang dilakukan di wisma harjuna. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa terapi aktivitas
kelompok dengan topik personal hygiene sangatlah penting untuk
kemandirian pasien dalam melakukan perawatan diri yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa latihan dan terapi aktivitas kelompok seperti
mampu menyebutkan manfaat kebersihan diri, menyebutkan alat – alat
membersihkan diri, dan mempraktekan membersihkan diri yaitu mandi
dengan menyikat gigi, sabun dan sampo.
Berhubungan dengan masalah diatas, penulis tertarik untuk
membahas tentang defisit perawatan diri dan akan membahas secara detail
pada bab selanjutnya dengan mengangkat judul penerapan terapi aktivitas
kelompok (TAK) personal hygiene untuk meningkatkan kemandirian
pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri (DPD) di Wisma Harjuna
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis terapi aktivitas kelompok (TAK)Personal hygiene pada
pasienskizofrenia dengan defisit perawatan diri (DPD)di wisma
Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
2. Tujuan Khusus
a) Memaparkan hasil pengkajian pada pasien skizofrenia dengan
defisit perawatan diri : personal hygiene
b) Memaparkan hasil diagnosa pada pasiensizofrenia dengan defisit
perawatan diri : personal hygiene
c) Memaparkan hasilrencana kegiatan TAK pada pasien skizofrenia
dengan defisit perawatan diri : personal hygiene
d) Memaparkan hasil implementasi menggunakan terapi aktivitas
kelompok (TAK)
e) Memaparkan evaluasi hasil kemampuan pasien dalam kegiatan
TAK : personal hygiene
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat keilmuan
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan
terapi aktifitas kelompok personal hygiene dalam menanggulangi
pasien dengan defisit perawatan diri
2. Manfaat Aplikatif
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat di
ruang perawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan terapi aktifitas
kelompok yang diwujudkan dengan meningkatnya kepuasan pasien
terhadap terapi aktifitas kelompok yang diberikan
3. Manfaat Metodologi
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
penemuan baru terkait penerapan strategi pelaksanaan dan terapi
7
aktifitas kelompok dalam mengurangi tanda gejala defisit perawatan
diri, sehingga dapat dijadikan sumber rujukan ilmiah bagi penulisan
karya ilmiah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta: EGC.
Coventry, P. A., Hudson, J. L., Kontopantelis, E., Archer, J., Arichards, D.,
Gilbody, S., et al. (2014). Characteristics of Effective Collaborative Care
for Treatment of Depression: A Systematic Review and Meta-Regression
of 74 Randomised Controlled Trials. Plos, 9(9).
Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Rafika Aditama.
Davison, G. C. (2010). Psikologi Abnormal. Depok: Raja Grafindo Persada.
Desy Nurla Laili, D. H. (2013). Pengaruh Aktivitas Mandiri : Personal Hygiene
Terhadap Kemandirin Pasien Defisit Perawatan Diri pada Pasien
Gangguan Jiwa. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Halgin, R. P. (2014). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi, Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ifteni, P. L., Burtea, V., Szalontay, A. S., & Moga, M. A. (2015, September).
Ethics of Treatment in Early Psychosis. Revista Romania de Bioetica, 13.
J, B. (2010). Psikiatri Klinis - Kaplan & Sadock (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Jannah, Intasari. (2012). Aplikai Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko
Kekerasan Diarahkan Pada Orang Lain Dan Gangguan Persepsi Sensori. Moco
Medika : Yogyakarta
Keliat, A. (2011). MOdel Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Notoatmojo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Novita Pinedendi, J. V. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit
Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene pada Pasien di
RSJ. Prof. V.L. Ratumbuysang Manado Tahun 2016. e Journal
Keperawatan, 4.
Purwaningsih, W. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahwanda. (2013). Pelayanan dan PenerapanAsuhan Keperawatan Pasien
dengan Harga Diri Rendah dan Defisit Perawatan Diri di Ruang Sipiso-
Pisao Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi. Fakultas Kedokteran. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas 2013. Badan
Pengembangan dan Penelitan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Sarwono. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta : Grafindo.
Semiun, Y. (2009). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Stuart, G. W. (2009). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Elsevier.
Susanti, Herni. (2010). Defisit Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia: Aplikasi
Teori Keperawatan Orem. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol.13,
Tarwoto. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. (4th, Penyunt.) Jakarta: Salemba
Medika.
Thomas. (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa. (1st, Penyunt.) Yogyakarta.
Townsend, M. C. (2009). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri
(3rd ed.). Jakarta: EGC.
Videbeck, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
WHO. (2013). Perilaku Kekerasan dan Defisit Perawatan Diri. Dipetik April 21,
2017, dari http//perilaku-kekerasan.htm
Wiramihardja. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi.
Fitria, N. (2010). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan
dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7
diagnosis keperawatan jiwa berat bagi program S-1 keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika
Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model PraktikKeperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta:EGC.
Maramis. (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya : Unair.
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN MASALAH UTAMA
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI WISMA HARJUNA
RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG
Di susun Oleh :
ISNAENI RESTIANA
A31600898
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017
Ruang Rawat : Wisma Harjuna
Tanggal dirawat : 26 – 04 – 2017
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Inisial klien : Tn. T
Umur : 30 Tahun
Alamat : Banjarnegara
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Status : Duda
No. RM : 83453
Diagnosa : F.20.3
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Alamat : Banjarnegara
Hubungan dg Klien : Kaka kandung
2. Alasan masuk
Klien mengatakan mengamuk banting kursi ke kaca sampai pecah. Mengurung
diri dikamar selama 1 bulan.
3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan belum pernah mengalami gangguan jiwa. Pertama kali mondok
di RSJ Magelang. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik ataupun melakukan
aniaya fisik. Tidak pernah melakukan atau menjadi korban seksual. Tidak ada
penolakan dari lingkungan tempat tinggal. Tidak pernah mengalami kekerasan
dalam keliarga dan tidak pernah terlibat urusan kriminal. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jjiwa. Riwayat perkembangan sekolah sampai
SMA, prestasi saat sekolah tidak ada, prestasi cenderung biasa saja, klien
mengatakan karakternya sejak keccil pendiam.
4. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan berduka atas kematian ayahnya 3 bulan yang lalu, kemudian
ditinggalkan istri dan anaknya entah kemana setelah 1 minggu ayahnya
meninggal.
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m
N : 82 x/m S : 37 º C
Ukur : BB : 55 kg TB : 160 cm
C. Psikososial
1. Genogram
= laki – laki = tinggal satu rumah
= pasien = garis keturunan
= laki-laki meninggal
= perempuan
2. Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien mengatakan
b) Identitas diri
Klien berjenis kelamin laki-laki, berumur 30 tahun, klien lulusan SD dan
pernah bekerja sebagai tukang bakso keliling.
c) Peran
Klien mengatak anak ke 3 dari 5 bersaudara. Klien merupakan seorang ayah,
klien merasa rendah diri, tidak berguna dimana anaknya dibawa pergi oleh
istrinya dan ditinggal pergi entah kemana karena tidak bisa mencukupi
kebutuhan istri.
d) Ideal diri
Klien mengatakan tidak inngin apa apa. Apabila pulang pasien ingin
memperbaiki diri dan semangat membangun masa depan yang lebih baik lagi
e) Harga diri
Klien mengatakan rendah diri, tidak berguna karna ditinggal istri dan anaknya
pergi entah kemana.
3. Hubungan sosial
a) Klien mengatakan tidak ada orang yang berarti. Klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat. Selama diwisma orang yang dikenal klien hanya sdr.
R dan srd. S.
b) Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat, lebih sering
menyendiri dikamar. Saat menikuti TAK klien terlihat tenang dan pendiam,
nada suara lirih, kontak mata kurang.
c) Klien mengatakan ingin memiliki teman, namun malu apabila berkenalan
terlebih dahulu. Klien mengatakan binggung akan memulai pembicaraan.
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : klien mangatakan dirinya tidak tau kenapa. Klien hanya
disuruh berobat kemagelang oleh saudaranya
b) Kegiatan ibadah : klien beragama islam, klien rutin melaksanakan sholat 5
waktu
D. Status Mental
1. Penampilan : klien tampak lusuh, berpakain sesuai jadwal RS, kancing baju tidak
sesuai. Rambut terlihat gondrong, kuku tangan dan kaki panjang. Gigi tampak
kekuningan.
2. Pembicaraan : klien mampu menjawab pertanyaan dengan nada pelan, kontak
mata kurang, sering menunduk.
3. Aktifitas motorik : klien taampak lesu, jarang melakukan aktiftas, lebiih sering
duduk dan melamun sambil merokok
4. Alam perasaan : sedih
5. Afek : klien mempunyai afek tumpul
6. Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang, serig menunduk, volume suara
pelan.
7. Persepsi : klien mengatakan tidak pernah mendengan duara-suar bisikan
8. Proses pikir : sirkumtansial
9. Isi pikir : tidak ada
10. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pasien baik. Klien masih disorientasi waktu.
11. Memori : jangka pendek : klien mampu mengingat nama mahasiswa.
Jangka panjang : klien mampu mengingat keluarga, pekerjaan dan
kehidupannya dimasa lalu
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : konsentrasi klien tidak mudah dialihkan.
Klien mampu menjawab hitungan
13. Kemampuan penilaian : klien mampu memilihantara mandi dulu atau makan dulu.
Klien memilih tidur dulu karena ingin menyendiri.
14. Daya tilik diri : klien mengatakan saat ini dirinya sedang dirawat. Namun tidak tau
alasanya dirinya dirawat.
E. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : klien mampu megambil makan sendiri, porsi makan selalu habis. Makan
dengan cara yang benar ( berdoa, memakai sendok, tidak berceceran).
2. BAB/BAK : klien mampu mengontrol BAB/BAK. Buang hajat sesuai tempatnya.
3. Mandi : klien mengatakan mandi 2x sehari kadang menggunakan sabun, kramas
seminggu sekali. Gosok gigi sehari sekali. Klien melakukanya dengan dibimbing
4. Berpakaian : klien mampu berpakaian secara mandiri, memakai pakaian sesuai
jadwal RS.
5. Istirahat dan tidur : klien mengatakan sering tidur siang, tidur malam jika sudah
mengantuk ± jam 20.00 WIB. Sebelum tidur kliien berdoa.
6. Pengguanaan Obat : klien selalu meminum obat yang telah disiapkan
7. Pemeliharaan Kesehatan : klien mampu memelihara kesehatan seperti mandi
makan dll.
8. Kegiatan didalam rumah : klien mampu menyiapkan makanan, menjaga
kebersihan seperti menyapu.
9. Kegiatan diluar rumah : klien rutin mengikuti senam, jalan-jalan, olahraga
F. Mekanisme Koping
1. Maladaptif : reaksi lambat, banyak menyendiri, merokok
G. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien jarang mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat
2. Masalah dengan Pendidikan
Klien mengatakan lulus SD, ingin melanjutkan SMP namun tidak mampu
3. Masalah dengan Pekerjaan
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pekerjaan. Klien bekerja
sebagai buruh. Tidak ada teman yang dibenci dilingkungan tempat kerja.
4. Masalah dengan Perumahan
Klien mengatakan tinggal bersama ibunya karna ditinggal pergi istri dan anaknya.
5. Masalah Ekonomi
Klien mengatakan tidak memiliki uang karena sudah lama tidak bekerja
H. Pengetahuan Kurang Tentang
I. Aspek Medik
Diagnosa medic : F.20.3 ( Skizoprenia tak terinci)
Terapi medik : Trihexyperidole 2mg x 12 j
Fumania 20 mg x12 j
J. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Defisit perawatan diri
ANALISA DATA
No. Hari
Tgal/Jam
Data Fokus Diagnosis Paraf
1. Rabu
04-05-2017
11.30 wib
Ds : Klien mengatakan rendah diri,
tidak berguna karna ditinggal istri dan
anaknya pergi entah kemana.
Do :
- Kontak mata kurang
- Klien terlihat bingung
- Volume suara lemah
Gangguang Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
2. Rabu
04-05-2017
10.40 wib
Ds : Klien mengatakan mengurung
diri dikamar selama 1 bulan.
Do :
- Klien terlihat sering menyendiri
- Klien tidak bisa memulai
pembicaraan
Isolasi Sosial
3. Rabu
04-05-2017
Ds : -
Do : klien tampak lusuh, kancing baju
tidak sesuai. Rambut terlihat
gondrong, kuku tangan dan kaki
panjang. Gigi tampak kekuningan.
Defisit Perawatan
Diri
Intervensi Keperawatan
No. Dx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Gangguan
konsep diri :
harga diri
rendah
TUM : klien
memiliki konsep
diri yang positif
TUK :
1. Klien
mengidentifi
kasi aspek
positif dan
kemampuan
yang dimiliki
1. Klien
menyebutkan :
- Aspek positif
dan
kemampuan
yang dimiliki
klien
- Aspek positif
keluarga
- Aspek positif
lingkungan
klien
1. Diskusikan dengan klien
tentang :
- Aspek positif yang
dimilki klien,
keluarga,
lingkungan
- Kemampuan yang
dimiliki klien
2. Bersama klien buat daftar
tentang :
- Aspek positif klien,
keluarga,
lingkungan
- Kemampuan yang
dimiliki klien
3. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi
penilaian negatif
2. Kien dapat
menilai
kemampuan
yang dimiliki
untuk
dilaksanakan
2. Klien mampu
menyebutkan
kemampuan yan
dapat
dilaksanakan
1. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan
2. Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pelaksanaan
3.
3. Klien dapat 3. Klien mampu 1. Rencanakan bersama
merencanaka
n kegiatan
sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki
membuat rencana
kegiatan harian
klien aktifitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
klien
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan
bantuan
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan
4. Klien dapat
melakukan
kegiatan
sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki
4. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang
dibuat.
1. Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien
3. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien
4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
5. Klien dapat
memanfaatka
n sistem
pendukung
yang ada
5. Klien mampu
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada
dikeluarga
1. Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat
klien dengan harga diri
rendah
2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah
Implementasi Keperawatan
No. Hari/Tgal/Jam Dx/SP Implementasi Evaluasi
1. Rabu
04-05-2017
Jam 11.15 wib
HDR /
SP I
1. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
klien
2. Membantu klien menilai
kemampuan klien yang
masih dapat digunnakan
3. Membantu klien memilih
kegiatan yang akan
dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
4. Melatih klien kegiatan
yang dipilih sesuai
kemampuan
5. Membimbing klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
S : klien mengatakan mampu
menyapu, mengepel,
mencuci piring, melipat baju
dan memainkan gitar
- Klien mengatakan senang
setelah berbincang-
bincang
O : - klien terlihat sring
menunduk
-Kontak mata kurang
-Volume suara pelan
A : SP 1 Harga diri rendah
telah tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
- SP 2 Harga diri
rendah
2. Kamis HDR /
SP 2
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Melatih kegiatan kedua
(atau selanjutnya) yang
dipilih sesuai
kemampuan
3. Membimbing klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
S : klien mengatakan sudah
melakukan kegiatan yang
direncanakan seperti
menyapu dan mengepel
- Klien mengatkan
senang setelah
berbincang-bincang
O : klien terlihat sering
menunduk
- Konntak mata kurang
- Volume suara pelan
A : SP 2 HDR tercapai
P : lanjutkan intevensi
SP 2 halusinasi latihan
selanjutnya
Format Pengkajian Tanda dan Gejala
No. Tanda dan Gejala Ya TidakData subyektif1. Pasien mengatakan mandi sehari 1kali2. Pasien mengatakan mandi sehari 2kali3. Pasien mengatakan gosok gigi sehari 1kali4. Pasien mengatakan gosok gigi sehari 2kali5. Pasien mengatakan keramas sehari 1kali6. Pasien mengatakan keramas 2hari 1 kali7. Pasien mengatakan keramas 3hari 1kali
Data obyektif1. pasien tampak lusuh2. pasien tampak rambut acak-acakan & panjang3. pasien tampak rambut berketombe4. pasien bau badan5. pasien tampak kulit gatal-gatal6. pasien tampak kulit berdaki tebal7. pasien bau mulut8. pasien tampak gigi kekuningan
Tabel tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Tarwoto, (2009).
Jadwal Harian
Nama :
Wisma :
Hari / tanggal Mandi menggunakan sabun M B T ParafPerawat
Pagi Sore
Hari / tanggal Menggosok gigi M B T ParafPerawat
Pagi Sore
Hari / tanggalKeramas menggunakan sampo
M B TParaf
Perawat1hari1kali
2hari1kali
3hari1kali
RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI
DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015
No. Revisi:
-
Halaman:
1/7
Tanggal Terbit
19 Mei 2015
Ditetapkan,
Direktur Utama,
dr. Bambang Prabowo, M.Kes
NIP.196007071988021001
PENGERTIAN
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yangmenggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait denganpengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok,dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsiatau alternatif penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri :melatih mandi adalah kegiatan terapi yang dilakukan secaraberkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atauyang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimuluspersepsi terhadap pengalaman terkait cara mandi yang pernahdilakukan.
TUJUAN
Tujuan TAK SP DPD sesi 2: Melatih Mandi1. Klien dapat mengidentifikasi pengertian mandi2. Klien dapat mengidentifikasi tujuan mandi3. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan mandi4. Klien dapat mengidentifikasi alat yang dibutuhkan selama mandi
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
2/7
PROSEDUR
1. Persiapana. Alat dan bahan
1) Persiapan tempat yang aman dan tenang2) Tempat yang cukup luas atau longgar3) Alat dan bahan : Handuk, sabun, gayung, papan
tulis, Whiteboard, jadwal kegiatan Harian, Spidolatau Bullpoint
4) Form CPT (Catatan Perlembangan TerintegrasiDan Bollpoint)
5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jikaklien bisa membaca)
6) Form Logbook SKP Harianb. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien.2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan
privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja.2. Pelaksanaan
Persiapana. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan
dalam TAK SP DPD sesi I dan pernah dilatihmandi secara individual
b. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.Fase Orientasia. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis atau perawat (misalnyadengan selamat pagi atau selamat siang)
2) Perkenalkan nama perawat dan namapanggilan (lebih bagus paki papan nama)
3) Memberi kesempatan kepada klien untukmemperkenalkan nama masing – masing(dan diberi papan nama)
5. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan mandi6. Klien dapat memperagakan kemampuan mandi seperti yang sudah
didemonstrasikan.
KEBIJAKANSurat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015tentang Kebijakan Pelayanan Keperawatan RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
3/7
PROSEDUR
b. Evaluasi Validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi PersepsiSesi I: mengidentifikasi manfaat kebersihan diriyang pernah dilakukan
d. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP
DPD sesi 2 : melatih mandi2) Menjelaskan aturan permainan sebagai
berikut :a) Jika ada anggota kelompok yang ingin
meninggalkan kelompok harus minta ijinb) Mengikuti kegiatan sampai selesaic) Mempersilahkan klien untuk minum, atau
kencing dulu sebelum acara dimulaid) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit
Tahap Kerjaa) Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas
kelompok yang akan dilakukan, perawatmenanyakan pada pasien tentang pengertianmandi.
b) Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan pengertian mandi
c) Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien tentang pengertian mandi.
d) Perawat memberikan penguatan positif ataskemampuan klien menyebutkan dan menanggapipengertian mandi.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
4/7
PROSEDUR
e) Perawat menyimpulkan pengertian mandif) Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan tujuan dari mandig) Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuan
dari mandih) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi
jawaban klien.i) Perawat memberikan penguatan postif atas
kemampuan klien menyebut dan menanggapitujuan dari mandi
j) Perawat menyimpulkan tujuan mandik) Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan alat yangdibituhkan dalam mandi
l) Perawat meminta klien untuk menuliskan alatmandi yang dibutuhkan pada papan.
m) Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saatmandi
n) Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapi alatyang dibituhkan dalam mandi
o) Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkandalam mandi
p) Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan waktupelaksanaan mandi
q) Perawat meminta klien untuk menuliskan waktupelaksanaan mandi pada papan.
r) Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait waktu pelaksanaan mandi
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
5/7
PROSEDUR
s) Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapiwaktu pelaksanaan mandi
t) Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaanmandi.
u) Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan langkah – langkahmandi
v) Perawat meminta klien untuk menuliskan langkah
– langkah mandipada papan.w) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi
jawaban klien terkait langkah – langkah mandix) Perawat memberikan penguatan postif atas
kemampuan klien menyebut dan menanggapilangkah – langkah mandi.
y) Perawat menyimpulkan langkah – langkah mandi1) Melepas pakaina dan celana2) Membersihkan muka dengan air bersih dan
sabun kemudian membilas kembali sampaibusa hilang
3) Memabasahi badan dengan air bersih4) Mengambil sabun dan menggosokan
keseluruh tubuh sampai merata dan bersih5) Kemudian membilasnya dengan air bersih
sampai semua busa hilang6) Ambil handuk untuk mengeringkan badan7) Pakai kembali pakaian.
Tahap terminasia. Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan klien setelahmengikuti terapi aktivitas kelompok
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
6/7
PROSEDUR
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilankelompok dengan mengucapkan kata“Bagus”
b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien untuk melatih mandi dan
mendiskusikan dengan klien lain atau perawatlain
2) Membuat jadwal mengidentifikasi manfaatkebersihan diri
c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang1) Bersama dengan klien membuat rencana
untuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya :melatih keramas
2) Bersama klien menentukan waktu dan tempatterapi aktivitas kelompok yang akan datang
Pendokumentasiana. Mencatat kegiatan TAK stimulasi persepsi dalam
buku catatan/laporan TAK baik jenis TAK, topikTAK, klien yang diterapis, leader dan observeryang melakukan TAK serta hasil evaluasi proses
dan hasil serta membubuhkan tanda tangan dannama terang.
b. Mencatat tindakan keperawatan yang telahdilakukan ke dalam catatan perkembanganterintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasionalyang berlaku. Pendokumentasian CatatanPerkembangan Terintegrasi harus dilakukan olehperawat yang telah diberikan penugasan klinikoleh direktur utama.
c. Mencatat tindakan keperawatan pada logbook(SKP) harian
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
7/7
PROSEDUR
d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatih mandipada papan Jadwal Kegiatan untuk ditindaklanjuti perawat shift berikutnya
e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasipada status rekam medis pasien
3. Hal – hal yang harus diperhatikana. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien
selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatandiri.
b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dankeamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasipersepsi
c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikandengan kemampuan klien menerima informasi,belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatanyang dibuat oleh klien.
UNIT TERKAIT Instalasi Ranap I
RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI
DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen
HK.01.08/III/0788/2015
No. Revisi:
-
Halaman:
1/7
Tanggal Terbit
19 Mei 2015
Ditetapkan,
Direktur Utama,
dr. Bambang Prabowo, M.Kes
NIP.196007071988021001
PENGERTIAN
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yangmenggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait denganpengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok,dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsiatau alternatif penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri :melatih keramas adalah kegiatan terapi yang dilakukan secaraberkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atauyang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimuluspersepsi terhadap pengalaman terkait cara gosok gigi yang pernahdilakukan.
TUJUAN
Tujuan TAK SP DPD sesi 3: Melatih Keramas7. Klien dapat mengidentifikasi pengertian keramas8. Klien dapat mengidentifikasi tujuan keramas9. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan keramas10. Klien dapat mengidentifikasi alat yang dibutuhkan selama keramas
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
2/7
PROSEDUR
1. Persiapana. Alat dan bahan
1) Persiapan tempat yang aman dan tenang2) Tempat yang cukup luas atau longgar3) Alat dan bahan : Handuk, shampo, gayung, papan
tulis, Whiteboard, jadwal kegiatan Harian, Spidolatau Bullpoint
4) Form CPT (Catatan Perlembangan TerintegrasiDan Bollpoint)
5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jikaklien bisa membaca)
6) Form Logbook SKP Harianc. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien.2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan
privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja.2. Pelaksanaan
Persiapana. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan
dalam TAK SP DPD sesi I s/d 2 dan pernahdilatih keramas secara individual
b. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.Fase Orientasia. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis atau perawat (misalnyadengan selamat pagi atau selamat siang)
2) Perkenalkan nama perawat dan namapanggilan (lebih bagus paki papan nama)
3) Memberi kesempatan kepada klien untukmemperkenalkan nama masing – masing
11. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan keramas12. Klien dapat memperagakan kemampuan keramas seperti yang
sudah didemonstrasikan.
KEBIJAKANSurat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015tentang Kebijakan Pelayanan Keperawatan RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang.
(dan diberi papan nama)
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
3/7
PROSEDUR
b. Evaluasi/Validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi PersepsiSesi II: mengidentifikasi manfaat kebersihan diriyang pernah dilakukan
d. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP
DPD sesi 3 : melatih Keramas2) Menjelaskan aturan permainan sebagai
berikut :a) Jika ada anggota kelompok yang ingin
meninggalkan kelompok harus minta ijinb) Mengikuti kegiatan sampai selesaic) Mempersilahkan klien untuk minum, atau
kencing dulu sebelum acara dimulaid) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit
Tahap Kerjaa. Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas
kelompok yang akan dilakukan, perawatmenanyakan pada pasien tentang pengertiankeramas.
b. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan pengertiankermas
c. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien tentang pengertian keramas.
d. Perawat memberikan penguatan positif ataskemampuan klien menyebutkan dan menanggapipengertian keramas.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
No. DokumenHK.01.08/III/0787/2015 No. Revisi:
-
Halaman:4/7
PROSEDUR
e. Perawat menyimpulkan pengertian keramasf. Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan tujuan darikeramas
g. Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuandari keramas
h. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien tentang pengertian keramas.
i. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapitujuan dari keramas
j. Perawat menyimpulkan tujuan keramask. Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan alat yangdibituhkan dalam keramas
l. Perawat meminta klien untuk menuliskan alatkeramas yang dibutuhkan pada papan.
m. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saatkeramas
n. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapi alatyang dibituhkan dalam keramas
o. Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkandalam keramas
p. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan waktupelaksanaan keramas
q. Perawat meminta klien untuk menuliskan waktupelaksanaan keramas pada papan.
r. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait waktu pelaksanaan keramas
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
5/7
PROSEDUR
s. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapiwaktu pelaksanaan keramas
t. Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaankeramas.
u. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan langkah – langkahkeramas
v. Perawat meminta klien untuk menuliskan langkah– langkah keramaspada papan.
w. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait langkah – langkah keramas
x. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapilangkah – langkah keramas.
y. Perawat menyimpulkan langkah – langkahkeramas1) Membasahi rambut dengan air bersih2) Mengambil shampo dan menggosokan
keseluruh rambut sampai merata dan bersih3) Kemudian membilasnya dengan air bersih
sampai semua busa hilang.4) Ambil handuk untuk mengeringkan rambut5) Menjemur handuk6) Menyisir/merapikan rambut
Tahap terminasia. Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan klien setelahmengikuti terapi aktivitas kelompok
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
6/7
PROSEDUR
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilankelompok dengan mengucapkan kata“Bagus”
b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien untuk melatih keramas
dan mendiskusikan dengan klien lain atauperawat lain
2) Membuat jadwal berlatih keramasc. Kontrak terapi kelompok yang akan datang
1) Bersama dengan klien membuat rencanauntuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya :menggosok gigi
2) Bersama klien menentukan waktu dan tempatterapi aktivitas kelompok yang akan datang
Pendokumentasiana. Mencatat kegiatan TAK stimulasi persepsi dalam
buku catatan/laporan TAK baik jenis TAK, topikTAK, klien yang diterapis, leader dan observeryang melakukan TAK serta hasil evaluasi prosesdan hasil serta membubuhkan tanda tangan dannama terang.
b. Mencatat tindakan keperawatan yang telahdilakukan ke dalam catatan perkembanganterintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasionalyang berlaku. Pendokumentasian CatatanPerkembangan Terintegrasi harus dilakukan olehperawat yang telah diberikan penugasan klinikoleh direktur utama.
c. Mencatat tindakan keperawatan pada logbook(SKP) harian
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
7/7
PROSEDUR
d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatihkeramas pada papan Jadwal Kegiatan untukditindak lanjuti perawat shift berikutnya
e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasipada status rekam medis pasien
3. Hal – hal yang harus diperhatikana. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien
selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatandiri.
b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dankeamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasipersepsi
c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikandengan kemampuan klien menerima informasi,belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatanyang dibuat oleh klien.
UNIT TERKAIT Instalasi Ranap I
RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI
DPD SESI IV : MELATIH GOSOK GIGI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen
HK.01.08/III/0789/2015
No. Revisi:
-
Halaman:
1/7
Tanggal Terbit
19 Mei 2015
Ditetapkan,
Direktur Utama,
dr. Bambang Prabowo, M.Kes
NIP.196007071988021001
PENGERTIAN
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yangmenggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait denganpengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok,dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsiatau alternatif penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri :melatih gosok gigi adalah kegiatan terapi yang dilakukan secaraberkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atauyang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimuluspersepsi terhadap pengalaman terkait cara gosok gigi yang pernahdilakukan.
TUJUAN
Tujuan TAK SP DPD sesi 4: Melatih Gosok Gigi13. Klien dapat mengidentifikasi pengertian gosok gigi14. Klien dapat mengidentifikasi tujuan gosok gigi15. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan gosok gigi16. Klien dapat mengidentifikasi alat yang dibutuhkan selama gosokm
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
2/7
PROSEDUR
1. Persiapana. Alat dan bahan
1) Persiapan tempat yang aman dan tenang2) Tempat yang cukup luas atau longgar3) Alat dan bahan : Sikat gigi, pasta gigi, air bersih
dalam ember, gelas, papan tulis, Whiteboard,jadwal kegiatan Harian, Spidol atau Bullpoint
4) Form CPT (Catatan Perlembangan TerintegrasiDan Bollpoint)
5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jikaklien bisa membaca)
6) Form Logbook SKP Harianb. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien.2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan
privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja.2. Pelaksanaan
Persiapana. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan
dalam TAK SP DPD sesi I s/d 3 dan pernahdilatih gosok gigi secara individual
b. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.Fase Orientasia. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis atau perawat (misalnyadengan selamat pagi atau selamat siang)
2) Perkenalkan nama perawat dan namapanggilan (lebih bagus paki papan nama)
gigi17. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan gosok gigi18. Klien dapat memperagakan kemampuan gosok gigi seperti yang
sudah didemonstrasikan.
KEBIJAKANSurat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015tentang Kebijakan Pelayanan Keperawatan RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang.
3) Memberi kesempatan kepada klien untukmemperkenalkan nama masing – masing(dan diberi papan nama)
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
3/7
PROSEDUR
b. Evaluasi/Validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi PersepsiSesi III: Latihan keramas
d. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP
DPD sesi 4 : melatih gosok gigi2) Menjelaskan aturan permainan sebagai
berikut :a) Jika ada anggota kelompok yang ingin
meninggalkan kelompok harus minta ijinb) Mengikuti kegiatan sampai selesaic) Mempersilahkan klien untuk minum, atau
kencing dulu sebelum acara dimulaid) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit
Tahap Kerjaa. Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas
kelompok yang akan dilakukan, perawatmenanyakan pada pasien tentang pengertiangosok gigi.
b. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan pengertian gosokgigi
c. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien tentang pengertian gosok gigi.
d. Perawat memberikan penguatan positif ataskemampuan klien menyebutkan dan menanggapipengertian gosok gigi.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
No. DokumenHK.01.08/III/0787/2015 No. Revisi:
Halaman:4/7
OPERASIONAL -
PROSEDUR
e. Perawat menyimpulkan pengertian gosok gigif. Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan tujuan dari gosokgigi
g. Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuandari gosok gigi
h. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien tentang pengertian gosok gigi.
i. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapitujuan dari gosok gigi
j. Perawat menyimpulkan tujuan gosok gigik. Perawat memberikan kesempatan pada salah
satu pasien untuk menjelaskan alat yangdibituhkan dalam gosok gigi
l. Perawat meminta klien untuk menuliskan alatgosok gigi yang dibutuhkan pada papa.
m. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saatgosok gigi
n. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapi alatyang dibituhkan dalam gosok gigi
o. Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkandalam gosok gigi
p. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan waktupelaksanaan gosok gigi
q. Perawat meminta klien untuk menuliskan waktupelaksanaan gosok gigi pada papan.
r. Perawat meminta klien lain untuk menanggapijawaban terkait waktu pelaksanaan gosok gigi
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
5/7
PROSEDUR
s. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapiwaktu pelaksanaan gosok gigi
t. Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaan gosokgigi.
u. Perawat memberikan kesempatan pada salahsatu pasien untuk menjelaskan langkah – langkah
gosok gigiv. Perawat meminta klien untuk menuliskan langkah
– langkah gosok gigipada papan.w. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi
jawaban klien terkait langkah – langkah gosokgigi
x. Perawat memberikan penguatan postif ataskemampuan klien menyebut dan menanggapilangkah – langkah gosok gigi.
y. Perawat menyimpulkan langkah – langkah gosokgigi1) Mengambil sikat gigi kemudian memeberi
pasta gigi pada sikat gigi tersebut secukupnya2) Mengambil air dalam ember dengan gelas
atau gayung, kemudian dibuat kumur – kumursebanyak 2-3 kali
3) Menggosok gigi dengan sikat gigi yang sudahdiberi pasta gigi ke seluruh permukaan gigibagian dalam dan bagian luar
4) Selelah dirasa bersih dan merata kemudiankumur – kumur lagi dengan air bersih sampaibersih
5) Membereskan alat – alat.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
6/7
PROSEDUR
Tahap terminasia. Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan klien setelahmengikuti terapi aktivitas kelompok
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilankelompok dengan mengucapkan kata“Bagus”
b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien untuk melatih gosok gigi
dan mendiskusikan dengan klien lain atauperawat lain
2) Membuat jadwal berlatih gosok gigic. Kontrak terapi kelompok yang akan datang
1) Bersama dengan klien membuat rencanauntuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya :mengevaluasi manfaat terlibat dalam TAK SPDPD
2) Bersama klien menentukan waktu dan tempatterapi aktivitas kelompok yang akan datang
Pendokumentasiana. Mencatat kegiatan TAK stimulasi persepsi dalam
buku catatan/laporan TAK baik jenis TAK, topikTAK, klien yang diterapis, leader dan observeryang melakukan TAK serta hasil evaluasi prosesdan hasil serta membubuhkan tanda tangan dannama terang.
b. Mencatat tindakan keperawatan yang telahdilakukan ke dalam catatan perkembanganterintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasionalyang berlaku. Pendokumentasian CatatanPerkembangan Terintegrasi harus dilakukan olehperawat yang telah diberikan penugasan klinikoleh direktur utama.
RSJ Prof. Dr. SoerojoMagelang
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASIPERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS
STANDARPROSEDUR
OPERASIONALNo. Dokumen
HK.01.08/III/0787/2015No. Revisi:
-Halaman:
7/7
PROSEDUR
c. Mencatat tindakan keperawatan padalogbook(SKP) harian
d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatih gosokgigi pada papan Jadwal Kegiatan untuk ditindaklanjuti perawat shift berikutnya
e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasipada status rekam medis pasien
3. Hal – hal yang harus diperhatikana. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien
selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatandiri.
b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dankeamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasipersepsi
c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikandengan kemampuan klien menerima informasi,belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatanyang dibuat oleh klien.
UNIT TERKAIT Instalasi Ranap I
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (MANDI)
DI WISMA HARJUNA
Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG
Disusun Oleh :
Isnaeni Restiana S. Kep
A31600898
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017
A. Topik
TAK : Defisit Perawatan Diri (Mandi)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu memahami tentang
cara melakukan perawatan personal hygiene yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu menjawab pertanyaan
tentang :
a. Manfaat membersihkan diri
b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut)
c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.
C. Latar Belakang
Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan
kelompok klien dengan maksud memberi therapy bagi anggotanya. Dimana
berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian
adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta
dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan
penentuan terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi
mendalam terhadap kekuatan dan kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam
pencapaian pemahaman obyektif terhadap realitas diri dan sekaligus modal dasar
pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan peran diri. Pemahaman
yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri merupakan salah
satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah satu modal dalam
pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi adanya citra diri negatif
seperti rasa tidak mampu, kekurangan fisik, kekurangan fisiologis, rasa minder dan
sebagainya.
Wisma Harjuna adalah ruang yang dihuni oleh 19 orang dengan gangguan
jiwa dengan masalah keperawatan yang ditemukan:
Halusinasi dengan DPD : 4 orang
Harga Diri Rendanh dengan DPD : 1 orang
Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan
untuk mengembangkan defisit perawatan diri melalui terapi aktifitas kelompok
dengan topik mandi.
D. Seleksi Pasien
a. Kondisi pasien kooperatif.
Sebelum dilakukan TAK Defisit Perawatan Diri (Mandi), para mahasiswa Profesi
Ners STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG melakukan :
1) Observasi
2) Status kesehatan klien
3) Adanya kesepakatan dengan klien
4) Hasil diskusi kelompok
b. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi TAK
Wisma Harjuna adalah ruang yang dihuni oleh 19 orang dengan gangguan jiwa
dengan masalah keperawatan yang ditemukan:
Halusinasi dengan DPD : 4 orang
Harga Diri Rendanh dengan DPD : 1 orang
c. Jumlah pasien atau anggota yang mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok kali ini
ada 5 orang .
d. Pasien bersedia mengikuti TAK
a. Pasien dengan gangguan Persepsi sensori ( halusinasi ) yang sudah kooperatif
b. Pasien dengan gangguan HDR
c. Pasien yang dapat berkomunikasi
e. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan
Perilaku yang diharapkan dari anggota : pasien kooperatif dan dapat mengikuti TAK
dari awal sampai akhir TAK.
E. Jadwal Kegiatan
Hari/Tgl : 01 Mei 2017
Waktu : Pukul 09.00 – 09.30
Tempat : Wisma Harjuna
F. Metode
1) Diskusi & Tanya jawab
2) Bermain peran
G. Media dan Alat
1) Bola tenis
2) Musik
3) Buku catatan dan pulpen
4) Jadwal kegiatan klien
H. Pengorganisasian
Leader : Isnaeni restiana
Co Leader : Bahirotul ‘Ulum
Observer : Nur hasanah
Fasilitator : Tri Marliana , Uji Triyadi, Ansoril Zihad, Rizka Tri Yuliasari
Anggota : klien berjumlah 5 orang
I. Setting Tempat
Keterangan :
: klien : Co Leader : Fasilitator
: Leader : Observer
1
2 3
6
54
J. Program Antisipasi
1. Klien tidak aktif
a. Panggil nama klien..
2. Klien meninggalkan kegiatan tanpa pamit.
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan sebab meninggalkan kegiatan.
c. Beri kesempatan bila klien bersedia ikut kembali.
3. Klien tidak mau ikut dalam kegiatan
Beri penjelasan pada klien bahwa kegiatan ini dilakukan bersama pasien lain
supaya lebih menyenangkan dalam bekerjasama
K. Langkah – Langkah
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak tempat waktu dan topik
e. Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
1) Aktif
2) Konsentrasi
3) Tidak boleh menyela
4) Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada
terapis
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan selesai
6) Lama kegiatan ± 20
3. Tahap Kerja
1) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder /suster akan
memberikan bola, dan berputar searah jarum jam, lalu musik berhenti dan bola
pun berhenti pada salah satu teman-teman. lalu teman yang memegang bola
berdiri dan memberikan salam, menyebutkan nama
2) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di berikan
identitas berupa papan nama.
3) Fase Kerja Langkah-langkah kegiatan.
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat
membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator.
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka yang
memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk pertama kali
diawali oleh leader.
d. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan
manfaat membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali menulis
alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang bola
wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh leader.
g. Leader memberikan pujianœbagus bapak/ibu sudah dapat menyebutkan
alat-alat yang digunakan untuk mandinya
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah
membersihkan diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut), bagi yang
memegang bola saat music berhenti, maka wajib untuk menyebutkan, yang
dimulai oleh leader dan dilanjutkan oleh anggota TAK.
i. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah
mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi Proses
a) ............% Pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) .............% Pasien memperhatikan penjelasan leader
2) Evaluasi Hasil
a) Peserta dapat mempersepsikan TAK DPD mandi yang dipaparkan dengan
tepat
b) Klien dapat berkonsentrasi dengan yang disampaikan
c) Klien dapat menyebutkan langkah mandi dengan tepat
3) Evaluasi Kerja
Hari pertama
No. NamaKlien
Menyebutkanmanfaat kebersihan
diri
Menyebutkanalat-alat untuk
mandi
Menyebutkanlangkah-langkahmembersihkan
diri (menggosokgigi)
Hari kedua
No. NamaKlien
Menyebutkanmanfaat kebersihan
diri
Menyebutkanalat-alat untuk
mandi
Menyebutkanlangkah-langkahmembersihkan
diri(menggunakan
sabun)
Hari ketiga
No. NamaKlien
Menyebutkanmanfaat kebersihan
diri
Menyebutkanalat-alat untuk
mandi
Menyebutkanlangkah-langkahmembersihkan
diri(menggunakan
sampo)
Mahasiswa
Isnaeni Restiana
Magelang, 01 Mei 2017
Pembimbing Klinik
Basuki Rahmat S.Kep Ns