reaksi asam amino

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino dan mempunyai rumus dasar R-CHNH 2 COOH dimana R adalah gugus rantai samping. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada dua puluh jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptida. Perbedaan mendasar pada asam amino terletak pada perbedaan gugus rantai sampingnya. Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat

Upload: rahmi-maratus-soleha

Post on 11-Aug-2015

247 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reaksi Asam Amino

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.

Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang

terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan

pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula.

Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino dan

mempunyai rumus dasar R-CHNH2COOH dimana R adalah gugus rantai samping.

Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-

asam amino. Ada dua puluh jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein.

Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptida. Perbedaan

mendasar pada asam amino terletak pada perbedaan gugus rantai sampingnya.

Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh gugus α -

karboksil, α -amino, dan gugus-gugus yang terdapat pada rantai samping

molekulnya. Gugus α -karboksil dan gugus α -amino bereaksi sebagaimana

lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester, dan asil halida

lainnya.

Oleh karena itu, agar bisa membuktikan teori yang telah ada berkaitan reaksi

spesifik dari keduanya, pada percobaan ini akan diuji reaksi spesifik asam amino

dengan pereaksi ninhidrin, Hopkins-Cole, dan garam nitroprussida. Begitupun

dengan protein akan diidentifikasi dengan reaksi biuret dan millon.

Page 2: Reaksi Asam Amino

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui reaksi spesifik dari asam amino dan protein.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengidentifikasi adanya gugus α-amino bebas dalam asam amino dan protein

melalui tes Ninhidrin.

2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril spesifik pada asam amino sistein

dalam larutan nitroprussida dan amonium hidroksida.

3. Mengidentifikasi ikatan peptida dalam protein melalui tes Biuret.

4. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik pada asam amino dan protein

melalui tes Hopkins-Cole.

5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada albumin melalui tes

Millon.

1. 3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah mengidentifikasi asam amino dan protein

dengan beberapa pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu tes

ninhidrin, tes millon, tes biuret, tes gugus rantai samping, dan tes Hopkins Cole yang

ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa

adanya reaksi uji positif terhadap asam amino dan protein.

Page 3: Reaksi Asam Amino

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh kimiawan Belanda

bernama Mulder, yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang

mempelajari secara sistematik kimia dalam protein. Dalam protein terdapat 20 asam

amino yang terutama berperan sebagai balok-balok bangunan, tanpa pandang sumber

proteinnya. Untuk setiap protein tertentu urutan satuan asam amino yang muncul

dalam rantai protein adalah khas (David, 1981).

Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini

mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan

dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang tesimpan dalam

rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa

banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin

yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas mengikat

oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan. Selain itu juga

menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin di

rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga menyebabkan bau

yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur di

dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin, myosin,

titin, dan sebagainya. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein

yang bernama rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita yang merubah

photon cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak (Witarto, 2001).

Protein adalah makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel hidup dan

Page 4: Reaksi Asam Amino

merupakan lima puluh persen atau lebih berat kering sel. Protein ditemukan di dalam

semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi, ratusan jenis yang

berbeda dapat ditemukan dalam satu sel. Tambahan lagi, protein mempunyai

berbagai peranan biologis karena protein merupakan instrumen molekular yang

mengekspresikan informasi genetik. Oleh karena itu, beralasanlah untuk memulai

pembahasan makromolekul biologi dengan protein, yang namanya berarti “pertama”

atau “utama” (Lehninger, 1982).

Pembentukan ikatan peptida dari asam-asam amino penyusunnya adalah

termodinamik tidak menguntungkan. Alasan utama untuk ini adalah bahwa

pembentukan mata rantai peptida (amida) antara dua asam amino terpisah

mengharuskan bahwa gugus-gugus yang bereaksi pertama-tama diubah dari bentuk-

bentuk zwitterion yang lebih stabil menjadi bentuk-bentuk tak terionisasikan (-

COOH) dan (-NH2) (David, 1981).

Kita dapat membagi tingkat organisasi struktur protein ke dalam empat klas

dengan urutan kerumitan yang berkurang. Klas-klas itu adalah (David, 1981):

1. Struktur primer. Ini adalah hanya urutan asam amino di dalam rantai polipeptida

dan letak sesuatu jembatan disulfida di dalam rantai protein. Struktur primer

protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan peptida yang kovalen.

2. Struktur sekunder. Hal ini menunjukkan banyaknya struktur α-heliks atau

lembaran berlipatan-β setempat yang beraturan dan berhubungan dengan

struktur protein secara keseluruhan. Struktur ini diselenggarakan oleh ikatan-

ikatan hidrogen antara oksigen karbonil dan nitrogen amida dari rantai

polipeptida.

3. Struktur tersier. Hal ini menunjuk ke cara rantai protein dalam protein berbentuk

bulat dilekukkan dan dilipat untuk membentuk struktur tiga-dimensional secara

Page 5: Reaksi Asam Amino

menyuluruh dari molekul protein. Struktur ini diselenggarakan oleh interaksi

antara gugus-gugus R dari asam amino.

4. Struktur kuartener. Banyak protein sebagai oligomer, atau molekul-molekul

besar terbentuk dari pengumpulan khas dari subsatuan yang identik atau

berlainan yang dikenal dengan protomer. Penyusunan protomer dalam protein

oligomerik dikenal sebagai struktur kuartener. Contohnya adalah hemoglobin

(David, 1981).

Asam amino tidak hanya berperan sebagai bahan bangunan dari protein,

tetapi juga merupakan pelopor kimia bagi banyak senyawa pengandung nitrogen

yang penting. Misalnya, glisin diperlukan untuk biosintesa gugus heme dari

hemoglobin. Tiptofan merupakan pelopor dari suatu famili zat-zat penting dalam

biomikimia system syaraf. Tirosin merupakan materi pemula bagi biosintesa dari

pigmen kulit melanin (David, 1981).

Asam amino yang pertama kali ditemukan adalah asparagin pada tahun 1806.

yang paling akhir adalah treonin, yang belum teridentifikasi sampai tahun 1928.

semua asam amino mempunyai nama atau nama umum yang kadang-kadang

diturunkan dari sumber pertama-tama molekul ini diisolasi. Seperti dapat diduga

asparagin pertama-tama ditemukan pada asparagus, asam glutamat ditemukan dalam

gluten gandum, dan glisin (bahasa yunani, glycos, manis) dinamakan karena rasanya

yang manis (Lehninger, 1982).

Asam amino mempunyai sebuah asam karboksilat dan gugus amino dalam

sebuah molekul. Akibatnya, suatu asam amino akan mengalami reaksi asam-basa

dalam molekulnya, untuk membentuk suatu ion dipolar, yaitu suatu ion yang

mempunyai muatan positif dan negatif. Ion dipolar disebut juga zwitter ion. Suatu

ion dipolar mempunyai sebuah muatan positif dan sebuah muatan negatif, sehingga

Page 6: Reaksi Asam Amino

muatan listriknya netral. Walaupun netral, tetapi ion dipolar masih merupakan

senyawa ion. Terlihat dari sifat-sifat fisiknya. Misalnya: titik didihnya tinggi, dapat

larut dalam air, tetapi hampir tidak larut dalam pelarut organik. Sifat-sifat ini tidak

ada bila ion dipolar tidak mempunyai muatan ion (Fessenden, 1997).

Peningkatan penggunaan multikomponen asam amino untuk terapi dan

melengkapi kebutuhan diet masyarakat mendorong industri farmasi mengembangkan

berbagai produk multikomponen asam amino. Dalam pengembangan produk tersebut

diperlukan metode analisis yang praktis untuk pengawasan mutu dalam rangka

program jaminan mutu secara keseluruhan (Prabowo, 2009).

Reaksi dimana asam amino membentuk suatu senyawa berwarna sangat

penting di dalam analisis pemisahan. Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak

dapat dideteksi secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan

mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi warna

yang penting dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhidrin karena intensitas

warna yang terbentuk pada reaksi ninhidrin ini sebanding dengan konsentrasi asam

aminonya maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif (Fessenden, 1997).

Reaksi gugus amino bertumpu pada kemampuan gugus amino untuk bekerja

sebagai suatu nukleofil, yang pasangan electron mandiri dari nitrogen amino

membentuk ikatan dengan suatu pusat berkekurangan elektron dalam pereaksi yang

sesuai. Asam amino dan amina lain dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidan

lunak ninhidrin, yang menghasilkan suatu hasil berwarna biru. Maka reaksi asam

amino apa pun dengan dua ekivalen ninhidrin memberikan suatu hasil berwarna biru

yang kuat (David, 1981).

Reaksi gugus rantai samping dalam asam amino pada umumnya khas dari

sifat kimia dari setiap gugus. Sifat-sifat gugus tiol (-SH) dari sistem patut diberikan

Page 7: Reaksi Asam Amino

perhatian secara agak terperinci, karena gugus ini mempunyai kelakuan yang

berlangsung terhadap struktur keseluruhan dari protein (David, 1981).

Pemanasan dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu

pada semua asam amino yang mempunyai gugus α amino bebas, sedangkan produk

yang dihasilkan oleh protein berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi

substitusi gugus α amino. Pada kondisi yang sesuai intensits warna yang dihasilkan

dapat dipergunakan untuk mengukur asam amino secara kolorimetrik. Metode ini

amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger, 1982).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan alat

3.1.1 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan albumin,

larutan alanin, glisin, asam aspartat, kristal cysteina hidroklorida, larutan ninhidrin

0,1%, larutan natrium nitroprussida 1 %, larutan NH4OH, akuades, larutan NaOH 2,5

M, larutan CuSO4 0,01 M, larutan H2SO4 pekat, larutan Glioksilik, pereaksi Millon,

tissue roll dan kertas label.

Page 8: Reaksi Asam Amino

3.1.2 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, gelas kimia, pipet tetes, pipet skala, pembakar spiritus dan gegep.

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Tes Ninhidrin

Sebanyak 3 mL larutan albumin dipipet ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 1 mL larutan ninhidrin 0,1% dan kemudian dipanaskan dalam

penangas. Percobaan ini diulangi dengan menggunakan asam amino lain, yaitu glisin,

alanin dan asam aspartat.

3.2.2 Reaksi Gugus Rantai Samping

Sejumlah kristal sistein hidroklorida dilarutkan dengan 5 mL akuades,

kemudian ditambahkan dengan 0,5 mL natrium nitroprussida 1% dan 0,5 mL

NH4OH.

3.2.3 Reaksi Biuret

Sebanyak 3 mL larutan albumin ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M dan

dikocok dengan baik. Ditambahkan setetes CuSO4 kemudian dikocok, lalu diamati

perubahan yang terjadi. Setelah itu ditambahkan CuSO4 berlebih sampai timbul

warna. Percobaan ini diulangi dengan menggunakan asam amino lainnya, yaitu

glisin, alanin, dan asam aspartat.

3.2.4 Reaksi Hopkins-Cole

Page 9: Reaksi Asam Amino

Sebanyak 2 mL larutan glioksilik (reagen Hopkins) ditambahkan dengan

2 mL albumin, dikocok. Kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 4

mL larutan asam sulfat pekat. Percobaan ini diulangi dengan menggunakan glisin,

alanin, dan asam aspartat.

3.2.5 Reaksi Millon

Sebanyak 3 mL albumin ditambahkan 4 tetes pereaksi millon lalu dipanaskan

sampai endapan putih berubah menjadi merah. Ditambahkan pereaksi Millon

berlebih dan dipanaskan lagi sampai warna merah yang terbentuk hilang. Percobaan

ini diulangi dengan menggunakan alanin, glisin, dan asam aspartat.

Page 10: Reaksi Asam Amino

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tes Ninhidrin

Tes ninhidrin digunakan untuk mendeteksi dan menduga asam amino secara

kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin berlebih menghasilkan

produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus α amino

bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh protein berwarna kuning, karena pada

molekul ini terjadi substitusi gugus α amino. Pada kondisi yang sesuai intensitas

warna yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengukur asam amino secara

kolorimetri. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino.

Ninhidrin suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya

dekarboksilasi oksidatif asam -amino untuk menghasilkan CO2, NH3 dan suatu

aldehid dengan satu atom karbon kurang dari asam amino induknya.

Dalam percobaan ini kita menggunakan sampel larutan asam amino dan

albumin. Dimana pada tes ini kita akan mereaksikan sampel albumin dan larutan

asam amino dengan larutan ninhidrin dengan tujuan untuk menentukan adanya gugus

amino bebas. Pada tes ini dilakukan proses pemanasan karena untuk membebaskan

gugus amino bebas. Jika dalam sampel terdapat gugus amino bebas maka akan

terbentuk warna ungu pada larutan, yang menunjukkan larutan tersebut positif dalam

artian perubahan yang terjadi sesuai dengan teori. Hasil percobaan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 11: Reaksi Asam Amino

NO. Larutan contoh

Warna

Dengan ninhidrin Setelah pemanasan

1.

2.

3.

4.

Glisin

Asam Aspartat

Albumin

Alanin

Bening

Bening

Putih (keruh)

Bening

kuning

Bening

Kuning pekat

Bening

Reaksi-reaksi yang terjadi pada tes ini, yaitu:

Page 12: Reaksi Asam Amino

4.1.2 Reaksi Gugus Rantai Samping

Reaksi gugus rantai samping digunakan untuk identifikasi gugus sulfuhidril

pada protein. Natrium Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan

warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi, protein yang

mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus –S-S- pada sistein juga

dapat memberikan hasil positif apabila direduksi terlebih dahulu.

Pada percobaan ini, kita akan gunakan bahan kristal sistein hidroklorida.

Larutan ini akan memberikan warna merah jika ditambahkan dengan amonium

hidroksida. Perubahan warna merah disebabkan karena terjadi reaksi redoks dimana

ion Fe3+ direduksi menjdi ion Fe2+ dan NH3 dioksidasi menjadi ion NH4+. Adanya

perubahan warna ini memberikan hasil yang positif yang menandakan terdapat asam

amino sistein. Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No. Larutan contoh Warna

Page 13: Reaksi Asam Amino

HS - CH2 - CH - C - OH

NH2

O

+ Fe(CN)5 - NO - Na + NH4OH

NH4 - Fe(CN)5 - NO - S - CH2 - CH - C - OH

O

NH2

+ NaOH

Dengan Natrium nitroprussida

Dengan amonium hidroksida

1.Kristal sistein hidroklorida

Putih keruh

Ungu, setelah beberapa saat

berwarna merah bata dan setelah

didiamkan berwarna hijau tua

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

4.1.3 Reaksi Biuret

Reaksi biuret dapat digunakan untuk mengidentifikasi protein. Dalam larutan

basa, biuret memberikan warna lembayung dengan CuSO4, karena terbentuk

kompleks Cu²+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai amonium dalam suasana

basa.

Pada uji ini kita menggunakan sampel protein dalam hal ini albumin, dengan

tujuan untuk mengidentifikasi larutan tersebut melalui reaksi biuret. Albumin

ditambahkan NaOH agar larutan berlangsung dalam suasana basa sedangkan pada

saat penambahan CuSO4 bertujuan untuk membentuk larutan kompleks. Pada

penambahan CuSO4 dilakukan secara perlahan-lahan agar dapat diketahui kapan

Page 14: Reaksi Asam Amino

larutan tersebut akan mengalami perubahan warna. Hasil percobaan dapat dilihat

pada tabel berikut:

No. Larutan contohWarna

NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 MCuSO4 0,01 M berlebih

1. Albumin Bening Bening Ungu

2. Glisin Bening Bening Biru

3. Asam Aspartat Bening Bening Biru

4. Alanin Bening Bening Biru

Adapun reaksi yang tejadi pada percobaan ini, yaitu:

Albumin

Asam Aspartat

Page 15: Reaksi Asam Amino

Alanin

Glisin

4.1.4 Reaksi Hopkins-Cole

Reaksi Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukkan adanya suatu gugus

indol dalam asam amino. Gugus indol ini terikat pada asam amino triptofan. Oleh

karena itu reaksi Hopkins-Cole ini merupakan pereaksi spesifik untuk asam amino

triptofan. Pereaksi Hopkins-Cole terdiri atas larutan Glioksilik dan H2SO4 (sebagai

katalis). Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan

pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Reaksi ini khas untuk

penentuan gugus indol spesifik untuk asam amino triptofan. Senyawa-senyawa

indolik dengan aldehid tertentu (asam glioksilik, metanol, para metal amino-

benzaldehid) dalam suasana asam dan dingin memberikan warna violet.

Dalam percobaan ini kita akan gunakan sampel protein dan asam amino

dalam hal ini albumin, glisin, alanin dan asam aspartat yang akan reaksikan dengan

reagen Hopkins. Reagen ini terbuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium

dalam air, yang kemudian direaksikan dengan asam sulfat. Dimana pada asam sulfat

ini berfungsi sebegai pemberi suasana asam pada proses berlangsungnya reaksi.

Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No. Larutan ContohWarna

Dengan Glioksilik Dengan H2SO4 pekat

Page 16: Reaksi Asam Amino

1

2

3

4

Albumin

Alanin

Asam aspartat

Glisin

Bening

Bening

Bening

Bening

Putih keruh

Bening

Bening

Bening

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:

Albumin

Alanin

2CH3 – CHNH2 – COOH + pereaksi Hopkins

Glisin

2H – CHNH2 – COOH + pereaksi Hopkins

Asam Aspartat

4.1.5 Reaksi Millon

Page 17: Reaksi Asam Amino

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam

nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan

endapan putih yang dapat berubah merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini

positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus

hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan

hasil positif.

Pada tes yang terakhir yaitu reaksi Millon dimana Millon digunakan untuk

mengidentifikasi adanya gugus hidroksi fenil pada tirosin dalam molekul protein.

Pada percobaan ini sampel yang digunakan ditambahkan pereaksi Millon dan

dipanaskan agar reaksi berjalan lebih cepat. Adapun hasil yang diperoleh terlihat

pada table berikut:

No.

Larutan ProteinWarna

Dengan Millon

Setelah Pemanasan

Millon Berlebih dipanaskan

1. Albumin Endapan putih keruh

Endapan Orange muda

Endapan Merah Bata

2. Glisin Bening Bening Bening

3. Alanin Bening Bening Bening

4. Asam Aspartat Bening Endapan Putih Endapan Putih

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini, yaitu:

Albumin

Page 18: Reaksi Asam Amino

Alanin

Glisin

Asam Aspartat

COOH - CH2 – CHNH2 – COOH + Hg(NO3)2

4.2 Pembahasan

4.2.1 Reaksi Ninhidrin

Dari hasil percobaan yang dilakukan sesuai sesuai pada tabel dapat

disimpulkan bahwa percobaan yang didapatkan kurang sesuai dengan teori. Alanin,

glisin dan asam aspartat tetap bening setelah dipanaskan padahal secara teori

seharusnya larutan ini berwarna ungu. Penyebab terjadinya ketidaksesuaian ini yaitu

karena sedikitnya volume ninhidrin yang ditambahkan dan juga konsentrasi ninhidrin

yang digunakan hanya 0,1% sehingga perubahan warna tidak terjadi. Larutan

ninhidrin akan bereaksi dengan gugus - amino bebas pada asam amino dengan

memberikan warna ungu. Pada albumin terjadi perubahan dari bening menjadi

2OH

Page 19: Reaksi Asam Amino

endapan putih tulang, yang dimana berubah lagi setelah dipanaskan menjadi

kekuningan. Dimana pada molekul ini terjadi substitusi gugus -amino dan ikatan

peptidanya sulit untuk dipecah.

4.2.2 Reaksi Gugus Rantai Samping (Gugus R)

Pada uji reaksi gugus samping digunakan beberapa kristal sistein hidroklorida

yang dilarutkan dalam akuades, hal ini bertujuan untuk melarutkan kristal sisteina

hidroklorida sehingga mudah bereaksi dengan natrium nitroprussida dan NH4OH.

Natrium nitroprussida berfungsi sebagai pemberi kompleks warna sedangkan

NH4OH berfungsi sebagai larutan basa untuk mempercepat terjadinya reaksi. Karena

asam amino sistein mempunyai gugus –HS yang dapat bereaksi dengan nitroprussida

dalam suasana basa yang akan menghasilkan warna merah. Namun, pada awalnya

warna ungu yang dihasilkan lalu dalam waktu yang singkat larutan sedikit demi

sedikit berubah warna.

4.2.3 Reaksi Biuret

Berdasarkan data yang diperoleh, uji positif hanya terjadi pada albumin yang

menghasilkan warna ungu. Hal ini adalah karena di dalam protein terdapat ikatan

peptida yang panjang yang akhirnya menghasilkan warna ungu dan juga disebabkan

oleh ion Cu2+ dalam suasan basa membentuk suatu senyawa kompleks berwarna

ungu. Adapun asam-asam amino yang menghasilkan warna biru muda dan biru tua

adalah karena asam-asam amino tidak memiliki ikatan peptida. Adapun fungsi

penambahan CuSO4 secara berlebih karena konsentrasi yang dimilikinya amat

rendah yaitu 0,01 M.

4.2.4 Reaksi Hopkins-Cole

Page 20: Reaksi Asam Amino

Pada tes Hopkins-Cole digunakan sampel protein dan asam amino dalam hal

ini albumin, glisin, alanin dan asam aspartat yang akan reaksikan dengan reagen

Hopkins. Reagen ini terbuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air,

yang kemudian direaksikan dengan asam sulfat. Dimana pada asam sulfat ini

berfungsi sebegai pemberi suasana asam pada proses berlangsungnya reaksi.

Albumin memberikan reaksi positif dengan pereaksi Hopkins. Pereaksi

Hopkins bereaksi positif dengan triptofan, yaitu asam amino yang mempunyai gugus

indol. Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid tertentu dalam suasana asam dan

dingin memberikan warna ungu. Albumin dengan glioksilik (reagen Hopkins) tidak

menunjukkan perubahan secara visual. Dan setelah penambahan asam sulfat

membentuk 2 fase larutan dimana warna kuning di atas dan bening di bawah.

4.1.5 Reaksi Millon

Pada reaksi uji millon ini, albumin setelah ditambahkan pereaksi

millon, albumin terbentuk endapan putih. Setelah pemanasan albumin terbentuk

endapan merah, kemudian setelah penambahan millon berlebih dan dipanaskan

endapan merah pada albumin tetap ada. Hal ini terjadi karena albumin kemungkinan

besar mengandung tirosin yang akan memberikan uji positif karena adanya gugus

fenol tersebut. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.

Page 21: Reaksi Asam Amino

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini, yaitu:

1 Pada tes nin hidrin, asam aspartat, alanin dan glisin memberikan hasil

memberikan hasil negatif karena tidak terbentuknya kompleks ungu dan untuk

glisin berwarna kekuningan setelah pemanasan, untuk alanin dan asam aspartat

tidak berwarna. Sedangkan pada albumin terbentuk warna kuning keruh.

2 Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R) sistein hidroklorida bereaksi positif

dengan nitroprussida dan ammonium hidroksida menghasilkan warna merah

yang menunjukkan bahwa asam amino tersebut mengandung gugus sulfuhidril.

Page 22: Reaksi Asam Amino

3 Pada reaksi Biuret, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk

kompleks ungu yang menunjukkan adanya ikatan peptida. Sedangkan pada

glisin, asam aspartat, alanin, dan serin memberikan hasil negatif karena tidak

terdapat ikatan peptida.

4 Pada reaksi Hopkins-Cole, albumin memberikan hasil negatif karena tidak

terbentuk cincin flokulasi berwarna ungu. Sedangan pada asam amino (glisin,

alanin dan asam aspartat) tidak bereaksi sehingga warna larutan tidak berwarna.

5 Pada reaksi Millon, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk

endapan putih yang berubah menjadi merah bata karena mengandung asam

amino tirosin sedangkan pada alanin, glisin, dan asam aspartat memberikan hasil

negatif karena tidak mengandung asam amino tirosin.

5.2 Saran

Sebaiknya alat dan bahan yang digunakan harus memadai agar praktikum

bisa lebih efektif dan menghasilkan hasil percobaan yang diharapkan.

Page 23: Reaksi Asam Amino
Page 24: Reaksi Asam Amino

DAFTAR PUSTAKA

Page S. David., 1981, Prinsip-Prinsip Biokimia edisi kedua, Erlangga, Jakarta.

Fessenden, Ralph. J. dan Joan S. Fessenden., 1997, Dasar- Dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Hart, H., Craine, L. E., dan Hart D.J., 2003, Kimia Organik edisi kesebelas, Erlangga, Jakarta.

Lehninger, A.L., 1982, Dasar-dasar Biokimia diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Prabowo, M.H., 2009, Jurnal UII (online), Kondisi Optimum Analisis Multikomponen Asam Amino dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia, (http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF/article/view/481/393 diakses pada tanggal 2 Maret 2012 pukul 20.50 WITA).

Witarto Budi Arief., 2001, Protein Engineering: Perannya dalam Bioindustri danProspeknya di Indonesia, (online), Volume 33 nomor 4, halaman 707

(www.eurojournals.com/ejsr_33_4_13.pdf ), diakses pada 4 Maret 2012 pukul 21.00 WITA)

Page 25: Reaksi Asam Amino

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 6 Maret2012

Asisten Praktikan

ASMAN KUMIK RISKAL HERMAWANH311 08 010 H311 10 274

Page 26: Reaksi Asam Amino

Lampiran I

Bagan Prosedur Kerja

a. Tes Ninhidrin

- Ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin

0,1 % pada masing-masing tabung.

- Dipanaskan hingga mendidih.

- Diamati perubahan warnanya.

b. Reaksi gugus rantai samping (gugus R)

- Dilarutkan dengan 5 mL aquades.

- Ditambahkan 0,5 mL Natrium nitroprussida

1 % dan 0,5 mL NH4OH.

- Diamati perubahan yang terjadi.

3 mL albumin 3 mL glisin3 mL asam

aspartat

hasil

Kristal Sistein Hidroklorida

hasil

3 mL alanin

Page 27: Reaksi Asam Amino

c. Reaksi Biuret

- Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M ke dalam

masing-masing tabung lalu dikocok dengan

baik.

- Ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M dan

dikocok.

- Jika ada perubahan warna, ditambahkan

lagi setetes atau lebih CuSO4.

d. Reaksi Hopkins-Cole

- Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi.

- Ditambahkan 2 mL albumin, alanin, asam

aspartat dan glisin ke dalam masing-masing

tabung lalu dikocok.

- Ditambahkan setetes demi setetes asam

sulfat pekat 4 mL.

- Diamati perubahan yang terjadi.

3 mL albumin 3 mL glisin 3 mL alanin3 mL asam

aspartat

hasil

hasil

Larutan glioksilik

Page 28: Reaksi Asam Amino

e. Reaksi Millon

- Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon pada

masing-masing tabung.

- Dipanaskan.

- Diamati perubahan yang terjadi.

- Ditambahkan pereaksi Millon yang berlebih

lalu dipanaskan kembali.

- Diamati lagi perubahan yang terjadi.

5 mL albumin

hasil

Page 29: Reaksi Asam Amino

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA : RISKAL HERMAWANNIM : H311 10 274KELOMPOK : I (SATU)HARI/TGL PERC. : KAMIS/1 MARET 2012ASISTEN : ASMAN KUMIK

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012