red meranti

20
ISOLASI TRITERPENOID DAN UJI ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BATANG MERANTI MERAH (Shorea singkawang (Miq).Miq) ARTIKEL ISMARTI BP.0921207031 PROGRAM STUDI KIMIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2011

Upload: haninda-iffatuz-zahrah

Post on 26-Nov-2015

116 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • ISOLASI TRITERPENOID DAN UJI ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BATANG MERANTI MERAH

    (Shorea singkawang (Miq).Miq)

    ARTIKEL

    ISMARTI BP.0921207031

    PROGRAM STUDI KIMIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS

    2011

  • Triterpenoid Isolation and Antioxidant Experiment of Stem Red Meranti

    Fractil Etil Asetat (Shorea Singkawang (Miq).Miq)

    Ismarti (0921207031)

    (Under Guidance of Prof. Dr. Yunazar Manjang and Dr. Mai Efdi, M.Si)

    ABSTRACT

    Shorea Singkawang (Miq).Miq is kind of traditional medicine that is belongs

    to Dipterocarpaceae family. Its fruit can be used as food preservation and

    medicines. On the root, stem, leaves and Shorea fruits contain of secondary

    metabolite which acts as antioxidant, antibacterial, anti termite, anti cancer,

    antifungal and sitotocsic. The sample of the research was stem. Maceration was

    done by using solution n-hexane and dreg was macerated with etil asetat.

    Separation of compound in thick extract of etil asetat was done by using liquid

    chromatography column and SGP method (Step Gradient Polarity). The

    purification of compound used KLT and it was eluted in different level of eluen

    polarity; create a single spot with 243-245C melted point and 23 mg weight. The

    result of ultraviolet spectroscopy analysis (UV), infrared (IR) and GC-MS showed

    that the result of compound isolation was triterpenoid penta siklik which consists

    of ester group, benzenoid, charbosilat and hydroxyl with 592 gram/mol molecule

    weight. On the other hand, the position of substituent could not determine yet. The

    experiment of antioxidant fraktil etil asetat activity toward DPPH and various of

    concentration gave EC50 about 82 ppm that shown fraksi etil asetat was active as

    antioxidant.

    Key words: Shorea singkawang (Miq).Miq, triterpenoid, antioxidant

    PENDAHULUAN

    Shorea singkawang (Miq).Miq (Meranti merah) adalah tumbuhan obat yang

    termasuk salah satu spesies dari tumbuhan family Dipterocarpaceae. Tumbuhan

    ini merupakan kelompok tumbuhan tingkat tinggi penghuni hutan tropis yang

  • tersebar di sebagian wilayah Indonesia terutama hutan Kalimantan (tumbuhan ini

    dikenal dengan nama tengkawang) dan Sumatera bagian timur (dikenal dengan

    nama singkawang pinang).

    Beberapa spesies dari genus Shorea adalah penghasil buah tengkawang yang

    merupakan komoditi ekspor dimana kulit kayunya mengeluarkan getah damar

    yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti dalam industri obat-

    obatan dan kosmetika (Hakim.E.H.et al, 2002). Selain itu kayunya juga awet,

    ringan, kuat dan juga bermutu tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan

    bangunan, perahu dan furniture (Lukman H, 2010). Buahnya telah lama

    dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan sebagai obat tradisional dalam

    menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti: diare, luka bakar, obat

    sariawan dan dapat memperlancar peredaran darah. Minyak hasil perasan dari biji

    buah singkawang ini digunakan sebagai pengawet nasi minyak tradisional.

    Keawetan dari kayu meranti dan biji singkawang sebagai pengawet makanan

    merupakan pertanda adanya interaksi tumbuhan dengan lingkungannya.

    Interaksi tumbuhan dengan lingkungannya berhubungan dengan

    pembentukan metabolit sekunder di dalam tumbuhan tersebut dimana

    pembentukan metabolit sekunder ini berkaitan erat dengan fungsi ekologisnya.

    Pada bagian batang, daun dan biji tumbuhan Shorea diduga mengandung

    metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, antifugal dan

    sitotoksik (Hakim, et al, 2002). Berdasarkan penelusuran literatur terhadap genus

    Shorea, diketahui bahwa telah diisolasi berbagai jenis senyawa metabolit

    sekunder dengan bioaktivitas yang sangat menarik diantaranya: senyawa

    oligostilbenoid dari ekstrak metanol kulit batang Shorea gibbosa, sebagai anti

    kanker (Saroyobudiono, et al, 2008), senyawa turunan fenol dari ekstrak aseton

    kulit batang Shorea multiflora (Hakim, et al, 2002), senyawa leavifonol,

    Diptoindonesin A, dan Ampelopsin A dari kulit batang Shorea siminis (Aminah,

    et al, 2003). Namun, isolasi senyawa triterpenoid yang juga merupakan metabolit

    sekunder belum begitu banyak dilakukan terhadap tumbuhan genus Shorea ini,

    khususnya pada Shorea singkawang (Miq). Miq. Pengisolasian golongan senyawa

    triterpenoid didapatkan hanya pada Shorea robusca. Senyawa triterpenoid ini

  • resisten terhadap rayap kayu kering (Microcerotermesbeesoni) (Nicholaus et

    al,1994).

    Senyawa golongan terpenoid menunjukkan aktivitas farmakologi yang

    menarik sebagai antiviral, antibakteri, antiinflamasi, antikanker, dan sebagai

    inhibisi terhadap sintesis kolesterol (Mahato et al, 1997). Senyawa terpenoid yang

    diisolasi dari tumbuhan Nardophyllum bryoides menunjukkan aktivitas sitotoksik

    terhadap sel pangkreatik adenokarsinoma manusia (Sanchez et al, 2010). Berbeda

    dengan yang ditemukan oleh Lage et al (2010), bahwa senyawa terpenoid dari

    spesies tumbuhan Euphorbia memberikan aktivitas antitumor.

    Senyawa golongan terpenoid merupakan komponen penting dari banyak ekstrak

    kayu dan juga merupakan konstituen utama dari ekstrak yang diperoleh dengan

    pelarut non polar. Peran terpenoid yang sudah banyak diketahui adalah terpenoid

    sebagai zat pengatur tumbuh dan anti rayap sedangkan terpenoid sebagai bahan

    aktif insektisida biologis dan antioksidan belum banyak diketahui (Setiawati T,

    2001). Berdasarkan dari penelusuran literatur yang telah dilakukan belum ada

    laporan ilmiah yang kami dapatkan tentang kandungan senyawa metabolit

    sekunder yaitu terpenoid (triterpenoid) serta bioaktivitasnya yang menarik dari

    tumbuhan Shorea singkawang (Miq).Miq. Oleh karena itu penulis melakukan

    isolasi senyawa metabolit sekunder terutama golongan senyawa triterpenoid dari

    tumbuhan Shorea singkawang (Miq).Miq dengan judul Isolasi Triterpenoid dan

    Uji Antioksidan Fraksi Etil Asetat Dari Kulit Batang Meranti merah (Shorea

    singkawang (Miq).Miq)

    MATERI DAN METODE

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit batang dari tumbuhan Shorea

    singkawang Miq.).Miq. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut pada proses

    ekstraksi dan pemurnian adalah n-heksan teknis yang didistilasi, etilasetat yang

    didestilasi, metanol teknis yang didistilasi, Adsorben yang dipakai pada kolom

    kromatografi adalah silika gel 60 Art. 77733 keluaran Merck, Pereaksi Meyer

    dipakai untuk identifikasi Alkaloid, pereaksi Liebermann-Buchard untuk

  • identifikasi terpenoid dan steroid, sianoda test untuk identifikasi flavonoid dan

    FeCl3 untuk identifikasi fenolik kertas saring whatman, aluminium foil dan tissue.

    Peralatan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Rotary

    evaporator Heidolph WB 2000, peralatan distilasi, fisher jhon Melting Point

    Apparatus, Spektrofotometer UV-1700 Series, FTIR (Fourier Transform Infrared)

    Perkin Elmer 1600 series, GC-MS QP 2010 plus Shimadzu, lampu ultraviolet

    untuk pengungkap noda model UV GL 58 UV 254 nm dan 365 nm, kertas

    saring, plat KLT (Kromtografi Lapis Tipis), plat tetes, alumunium foil, Kolom

    Kromatografi Vakum Cair berdiameter 3 cm dan tinggi 20 cm, Chamber dan

    peralatan gelas lainnya yang umum digunakan dalam laboratorium.

    Cara Kerja

    Sampel yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari desa Seling, kecamatan

    Rantau Panjang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dan diidentifikasi pada

    Lembaga Herbarium Jurusan Biologi ( ANDA ) Universitas Andalas Padang

    dengan kode specimen No.1. Coll. 01-Yi. Bagian yang diteliti adalah kulit batang

    Shorea singkawang (Miq).Miq yang telah dikeringanginkan pada udara terbuka

    yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung, sampai beratnya konstan,

    dirajang, dihaluskan, hingga diperoleh serbuk kering kulit batang Shorea

    singkawang (Miq). Miq kemudian ditimbang, siap untuk dilakukan ekstraksi.

    Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. proses maserasi dimulai dari

    pelarut yang bersifat nonpolar kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih

    polar. Sebanyak 4,6 kg serbuk kering kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq,

    dimaserasi dengan 6 L pelarut n-heksana selama 5 hari. Kemudian hasil maserasi

    disaring, filtrat n-heksana yang didapat diuapkan dari pelarutnya menggunakan

    alat rotary evaporator, pada suhu 400C. Proses ekstraksi ini dilakukan berulang-

    ulang sebanyak 5 kali (sampai warna larutan memudar) sehingga didapatkan

    ekstrak pekat n-heksana yang berwarna kuning kecoklatan. Semua ekstrak

    digabung kemudian dipekatkan kembali dengan rotary evaporator pada suhu 40

    0C.

  • Selanjutnya ampas dimaserasi kembali dengan 6 liter pelarut etil asetat

    selama 5 hari kemudian disaring dan dipekatkan dengan alat rotary evaporator

    40 0C. Maserasi dilakukan sampai 5 kali (sampai warna larutan dari coklat

    menjadi memudar) sehingga didapatkan ekstrak kental etil asetat yang berwarna

    coklat tua. Masing-masing ekstrak pekat hasil maserasi dikumpulkan dalam suatu

    tempat kemudian dipekatkan kembali dengan rotary evaporator pada suhu 40 0C

    lalu ditimbang beratnya.

    Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak kental etil

    asetat dilakukan dengan menggunakan kromatografi vakum cair (KVC) yang

    bertujuan untuk menyederhanakan pemisahan komponen metabolit sekunder yang

    terdapat di dalam sampel. Kolom KVC yang berdiameter 5 cm dan tinggi 20 cm

    diisi dengan fasa diam silika gel 60 Art. 7733 sebanyak 70 g dengan perbandingan

    berat sampel dan silika 1:10 sehingga ketinggian silika mencapai lebih kurang 7

    cm. Pengisian kolom dilakukan dalam keadaan vakum, agar diperoleh kerapatan

    kemasan maksimum. Kemudian Sebanyak 7 g ekstrak kering etil asetat dilakukan

    preadsorbsi dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi vakum cair dan

    pengelusian dilakukan dengan eluen secara SGP (Step Gradient Polarity ) yaitu

    metoda elusi dengan cara meningkatkan kepolaran pelarut secara bergradien

    dengan berbagai perbandingan eluen yang dimulai dari pelarut n-heksana 100%

    kemudian ditingkatkan kepolarannya secara bertahap dengan menambahkan

    pelarut yang lebih polar, n-heksana: etil asetat, eluen yang digunakan dimulai n-

    heksana: etil asetat ( 9:1 ) dan seterusnya sampai etil asetat 100% dilanjutkan

    dengan etil asetat : metanol sampai perbandingan etil asetat : methanol ( 5 : 5 )

    Fraksi-fraksi yang keluar ditampung dengan vial 15 mL, setiap vial diberi nomor

    hingga mencapai 224 vial, diuapkan pelarutnya pada suhu kamar, sampai semua

    pelarut mongering, kemudian diketahui bahwa pada dinding vial nomor 99 yaitu

    pada perbandingan eluen n-heksana : etil asetat (3: 7) sampai vial nomor 140

    dengan perbandingan eluen n-heksana : etil asetat (1:9) terbentuk padatan putih

    kekuningan, kemudian dilakukan uji KLT pada vial tersebut dan vial yang

    memperlihatkan pola noda sama dikumpulkan digabung dan diberi nomor

    diperoleh 6 fraksi F1, F2, F3, F4, F5, F6, ternyata pada vial dengan nomor 130

    (F4) terdapat satu noda maka pemisahan dilanjut dengan metode tirturasi dengan

  • cara menggunakan sistem kelarutan dua pelarut yang berbeda kelarutan yaitu n-

    heksan dan metanol. Padatan yang putih kekuningan dilarutkan terlebih dahulu

    dengan pelarut metanol kemudian ditambahkan secara perlahan pelarut n-heksan

    tetes pertetes, penambahan n heksan dihentikan setelah terbentuk kekeruhan,

    kemudian larutan ini dibiarkan pada suhu kamar selama 12 jam sampai semua

    pelarut menguap terbentuk endapan berwarna putih, kemudia dilakukan

    pencucian dengan n-heksan.diperoleh padatan putih amorf yang larut baik dalam

    pelarut etil asetat.

    Senyawa yang terisolasi diuji tingkat kemurniannya menggunakan KLT,

    dilakukan pengelusian ber ulang-ulang dengan berbagai tingkat kepolaran eluen

    yang menghasilkan noda tunggal berwarna merah dengan pereaksi Liebermann

    Burchard (LB) dilihat di bawah lampu UV. Selanjutnya dilakukan pengukuran

    titik leleh dengan alat Fisher Johns Melting Point Aparatus. kemudian dihitung

    beratnya selanjutnya di analisis menggunakan spektroskopi UV-Vis, FTIR,dan

    GC-MS.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengujian kandungan metabolit sekunder (alkaloid, flavonoid, steroid,

    terpenoid, fenolik, saponin dan kumarin) dari kulit batang Shorea singkawang

    (Miq). Miq, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

    Tabel 1. Pengujian profil fitokimia kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq

    No Metabolit

    sekunder Pereaksi Pengamatan Hasil

    1 Alkaloid Mayer Tidak terbentuk endapan putih _

    2 Fenolik Besi (III) klorida Larutan ungu/biru +

    3 Flavonoid Logam Mg-HCl Larutan orange/merah +

    4 Steroid Lieberman-

    Buchard

    Larutan hijau/biru +

    5 Terpenoid Lieberman-

    Buchard

    Larutan merah/ungu +

    6 Saponin Tes busa Busa +

    7 Kumarin NaOH 10% Fluorisensi semakin terang +

    Hasil pengujian profil fitokimia yang dilakukan pada kulit batang Shorea

    singkawang (Miq). Miq yang diperoleh dari desa Seling kecamatan Rantau

  • panjang, Kabupaten Merangin Propinsi Jambi, memperlihatkan kandungan

    metabolit sekunder yang sama dengan laporan Saroyobudiono et al. (2008) yaitu

    tumbuhan dari genus Shorea mengandung senyawa golongan fenolik, flavonoid,

    terpenoid, steroid, dan saponin. .Berdasarkan hasil pengujian profil fitokimia

    tersebut membuktikan bahwa pada famili atau genus tumbuhan yang sama akan

    diperoleh senyawa metabolit sekunder yang identik. Pendapat ini dikenal dengan

    istilah kemotaksonomi yakni korelasi antara kandungan metabolit sekunder

    dengan taksonomi tumbuhan.

    Ekstraksi Senyawa Triterpenoid dari Kulit Batang Shorea singkawang

    (Miq). Miq

    Isolasi serbuk kering kulit batang tumbuhan Shorea singkawang (Miq).

    Miq(4,6 kg) menggunakan metoda maserasi dimulai dengan pelarut non polar n-

    heksan pada suhu kamar selama (5x5 hari), dengan total volume terpakai

    sebanyak 30 L disaring dan di uap kan pelarutnya dengan dilakukan evaporasi

    memakai penguap vakum (rotary evaporator ) diperoleh ekstrak kering heksan

    sebanyak 26,6 g. selanjut nya ampas direndam kembali dengan pelarut yang lebih

    polar etil asetat pada suhu kamar selama ( 5x5 hari), kemudian disaring dan di

    uapkan pelarut nya dengan (Rotari evaporator) diperoleh ekstrak kering etil asetat

    sebanyak 46,6 g. Didapatkan dua fraksi seperti yang tercantum pada Tabel 2 di

    bawah ini.

    Tabel 2. Hasil maserasi dengan n-heksana dan etil asetat

    No Fraksi Berat (g) Warna

    1 n-Heksana 26,6 Kuning kecoklatan

    2 Etil asetat 46,5 Coklat tua

    Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa fraksi n-heksana merupakan fraksi

    dengan kandungan metabolit sekunder yang lebih rendah daripada fraksi etil

    asetat. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa semipolar relatif lebih banyak

    daripada senyawa nonpolar yang terdapat pada kulit batang Shorea singkawang

    (Miq). Miq.

  • Pemisahan dan Pemurnian Fraksi Etil Asetat dengan kolom KVC

    Hasil pemurnian 7 g ekstrak etil asetat dengan teknik kolom kromatografi

    vakum cair dan dielusi dengan pelarut secara bergradien mempergunakan pelarut

    heksan, etil asetat dan methanol, dengan volume masing-masing eluen sebanyak

    200 ml, di tamping dengan vial 15 ml, setiap vial diberi nomor diperoleh 224

    vial, setelah vial di keringkan pada suhu kamar pada vial nomor 99 sampai 140

    terbentuk padatan putih kekuningan, setelah dianalisa dengan KLT, vial dengan

    pola noda yang sama digabung, sehingga diperoleh 6 Fraksi. Ternyata vial dengan

    nomor 130 (F4) memperlihatkan noda tunggal, dapat dilihat pada Tabel 3 di

    bawah ini:

    Tabel 3. Analisis KLT hasil Kolom Kromatografi Vakum Cair

    No Fraksi No Vial KLT

    1. F1 99-112 Tailing

    2. F2 113-126 Dua noda tailing

    3. F3 127-129 Tailing

    4. F4 130 Satu noda

    5. F5 131-135 Tailing

    6. F6 136-140 Tiga noda memanjang

    Selanjut nya dilakukan rekristalisasi terhadap vial dengan nomor 130 (F4)

    dengan pelarut heksan dan methanol diperoleh padatan putih amorf sebanyak 23

    mg yang larut baik dalam pelarut etil asetat. Kemudian dilakukan penentuan jarak

    leleh, dimana senyawa hasil isolasi meleleh pada pada suhu 243 245 0C

    dengan ranji jarak leleh yang tidak lebih dari 2 0C

    , meng indikasikan senyawa

    relativ telah murni. Selanjutnya pengujian kemurnian terhadap senyawa hasil

    isolasi dilakukan dengan metoda Kromatografi Lapis Tipis dengan berbagai

    komposisi eluen memperlihatkan noda tunggal yaitu Rf o,18 (n-Heksan: Etil

    Asetat (1:9)), Rf 0,23 (EtilAsetat (100 %)), Rf 0,68 (EtilAsetat : Metanol(9:1)), Rf

    0,38 (EtilAsetat :Diklorometan (8:2)), Rf 0,48 (Etil Asetat : Diklorometan (9:1)

    berdasarkan percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil

  • isolasi relativ murni Berikut nilai Rf senyawa hasil isolasi dengan berbagai

    komposisi eluen seperti tercantum pada Tabel 4 di bawah ini.

    Tabel 4. Nilai Rf dari KLT senyawa hasil isolasi

    No Pengelusi Rf

    1 n-Heksana : Etil asetat (1:9) 0,18

    2 Etil asetat (100 %) 0,23

    3 Etil asetat : Metanol (9:1) 0,68

    4 Etil asetat : Diklorometana (8:2) 0,38

    5 Etil asetat : Diklorometana (9:1) 0,48

    Data perlakuan dengan kromatografi lapis tipis untuk berbagai tingkat kepolaran

    eluen seperi tercantum pada Tabel 4 di atas dan gambarnya dapat dilihat pada

    lampiran lima, menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi yang diperoleh

    memperlihatkan noda tunggal. Berdasarkan hasil uji titik leleh dan KLT, dapat

    disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi telah murni dan siap dilakukan

    pengukuran spektroskopi.

    Karakterisasi Struktur Senyawa Hasil Isolasi

    Sebelum dilakukan karakterisasi struktur senyawa hasil isolasi dengan

    spektroskopi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dengan menggunakan pereaksi

    Liberman-Buchard. Hasil identifikasi menunjukkan terbentuknya warna merah

    ungu.. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa

    golongan triterpenoid Selanjutnya senyawa hasil isolasi dianalisa dengan

    menggunakan spektrofotometer Ultraviolet ( UV), Infra merah (IR), dan GC- MS.

    Analisis spektum Ultraviolet (UV)

    Hasil pengukuran spektrum UV (MeOH) senyawa hasil isolasi menunjukkan

    serapan maksimum berturut-turut pada panjang gelombang maks 282,60 nm

    (0,056) di rujuk sebagai pita aromatik sebagai contoh, stirena mempunyai transisi

    * pada maks 282 nm adalah karakteristik pita B (benzenoid bands) dan

    adanya kromofor ikatan rangkap terkonjugasi yang ditunjukkan pada pada

  • max=202 nm.(Supratman Unang. 2009 ). Spektrum UV dapat dilihat pada Gambar

    22 di bawah ini:

    Gambar 1 . Spektrum UV senyawa hasil isolasi

    Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi yang didapat adalah

    golongan triterpenoid yang mengandung gugus aromatis tersubsitusi berdasarkan

    pita serapan maksimum pada panjang gelombang yang diperoleh terindentifikasi

    sebagai pita serapan gugus benzenoid (Supratman Unang,2009).

    Analisis Spektrum Inframerah

    Spektrum Inframerah (IR ) senyawa hasil isolasi memperlihatkan serapan

    melebar pada bilangan gelombang, max : 3426,89 cm-1

    , mengindikasikan adanya

    gugus hidroksil (O-H), pita serapan pada bilangan gelombang, max: 2928,38 cm1,

    menunjukkan adanya regangan C-H alifatis, pita serapan pada bilangan

    gelombang, max : 1730,8 cm-1

    , menunjukkan adanya gugus karbonil C=O dari

    ester.yang diperkuat dengan adanya gugus C-O pada pita serapan bilangan

    gelombang max 1263,15 cm-1

    Spektrum infamerah dapat ditunjukkan pada

    gambar 2 di bawah ini:

  • Gambar 2. Spektrum Inframerah

    Selanjutnya serapan pada bilangan gelombang, max 1633,41 cm -1

    menunjukkan adanya regangan C=C aromatik, serapan pada bilangan gelombang,

    max : 1456,96 cm-1

    menunjukkan adanya regangan C-H lentur, serapan pada

    bilangan gelombang, max : 1374,03 cm-1

    menunjukkan adanya C(CH3)2 ciri

    khas senyawa terpenoid (gem dimetil). Sedangkan pada daerah sidik jari vibrasi

    regangan dari C-O didapatkan dua lingkungan yaitu pada daerah bilangan

    gelombang, max : 1263,15 cm-1

    dan serapan pada bilangan gelombang, max :

    1066,44 cm-1

    , 1025, 94 cm-1

    , pada daerah bilangan gelombang, max : 799,35 cm-1

    menunjukkan adanya senyawa aromatik tersubsitusi, pada bilangan gelombang,

    max : 620,966 cm-1

    menunjukkan daerah serapan lentur C=C-H keluar bidang. Atas

    dasar ini maka senyawa hasil isolasi, diduga sebagai suatu triterpenoid pentasiklik

    dengan subsituen benzenoid dan gugus karboksilat. Hal yang sama dijumpai pada

    senyawa fenilasetat untuk vibrasi C=O pada bilangan gelombang, max: 1730 cm-1

    .

    (Supratman Unang,2009).

    1374

    1263

    3426

    2928

    709

    620

    1633

    1456 1730

    1066 1025

  • Tabel 5. Interpretasi spektrum infra merah senyawa hasil isolasi

    Bilangan gelombang

    ( max, cm-1

    )

    Jenis Vibrasi

    3426 OH

    2928 C-H, ulur

    1730 C=O, karbonil (ester)

    1633 C=C, aromatik

    1456 C-H,lentur

    1374 C(CH3)2,gem dimetil

    1263,15 C-O,ester

    1066,1025 C-O

    709, 620 C=C-H,aromatik

    Berdasarkan analisa data di atas dapat diusulkan bahwa senyawa hasil isolasi

    merupakan senyawa dari golongan triterpenoid pentasiklik yang memiliki

    substituent ester (Benzenoid), yang didukung oleh serapan maksimum pada

    daerah maks = 282 nm yang ditunjukkan spektrofotometer Ultraviolet (UV), asam

    karboksilat, dan alkohol, spektrum yang dihasilkannya sangat identik.

    Spektroskopi Kromatografi Gas Spektrometer Massa (GC-MS)

    Analisis senyawa hasil isolasi dengan menggunakan spektroskopi massa

    Simadzu QP 2O10 plus dengan metoda EIMS (Elektron Impact Mass

    Spektroskopy ) memperlihatkan adanya satu puncak dapat dilihat pada gambar

    di bawah ini:

    Gambar 3. Kromatogram Kromatografi Gas

  • Perekaman dari Kromatografi Gas-Spektrometer Massa memberikan

    kromatogram memperlihatkan senyawa hasil isolasi telah murni yang memberikan

    satu puncak pada waktu retensi 32,4 menit. Puncak kromatografi tunggal

    menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa murni. Spektrum

    massa ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pembelahan fragmen dari spektrum

    massa senyawa hasil isolasi memberikan puncak M +

    pada m/z = 592 .

    Gambar 4. Pola fragmentasi dari Spektroskopi massa

    Senyawa triterpenoid hasil isolasi mempunyai masa molekul 592 gram/mol.

    Dalam spektrometer massa senyawa tersebut mengalami fragmentasi menjadi ion

    fragmen dengan m/z = 592, 551, 537, 523, 313, 239, 137, 85, 71, 57, (100%), dan

    43. Ion fragmen utama ditunjukkan dengan m/z = 57 yang disimpulkan sebagai

    fragmen yang paling stabil dalam spektroskopi massa.

    Berdasarkan ion molekul dan pola fragmentasi dari senyawa isolasi,

    kemungkinan adanya kemiripan dengan pola fragmentasi senyawa triterpenoid

    asam boswellic (3-O-Asetofenol-11-Hidroxy-- boswellic asid) hasil temuan

    (Simla Basar 2005) yang memiliki titik leleh 245- 247 0C dan ion molekul dengan

    pola framentasi m/z = 43, 56, 73, 83, 95, 133, 237, 313, 524, 545, 557, 598

    namun untuk senyawa hasil isolasi belum dapat diketahui letak substituennya

    dengan pasti.

    Uji Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Shorea singkawang (Miq). Miq

    Pada pengujian awal uji antioksidan ini ditentukan terlebih dulu panjang

    gelombang maksimum DPPH. Dari hasil pengukuran didapatkan panjang

  • gelombang DPPH maks adalah 515 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk

    pengukuran absorban larutan sampel.

    Dari 3,8 mL larutan DPPH 50 M yang ditambahkan dalam 0,2 mL metanol

    digunakan sebagai kontrol didapatkan absorban sebesar 0,387. Dari hasil

    pengukuran absorban fraksi n-heksan dan etil asetat, absorban dari masing-masing

    sampel dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 5. Hasil penentuan % inhibisi dari sampel dan kontrol

    No. Fraksi (1000 ppm) % Inhibisi

    1. n-heksan 48,0

    2. etil asetat 95,5

    3. vitamin C (kontrol +) 96,1

    Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa fraksi n-heksan memiliki persen

    inhibisi yang lebih kecil daripada fraksi etil asetat. Hal ini mengindikasikan

    bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dari fraksi

    n-heksana dan memiliki aktivitas mendekati standar positif (vitamin C).

    Terhadap fraksi etil asetat dilanjutkan pengujian aktivitas antioksidan dari

    beberapa konsentrasi, yaitu 100 ppm; 200 ppm; 400 ppm; 600 ppm ; 800 ppm ;

    dan 1000 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran absorban didapat % inhibisi seperti

    yang terlihat pada Tabel 7. Cara perhitungan dan regresi (antara konsentrasi

    sampel dengan % inhibisi) dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

    Tabel 8. Hasil penentuan % inhibisi fraksi etil asetat

    No Konsentrasi (ppm) % Inhibisi

    1. 100 38,7

    2. 200 62,0

    3. 400 74,6

    4. 600 88,1

    5. 800 93,5

    6. 1000 95,1

  • Berdasarkan % inhibisi yang didapat dihitung EC50 dari fraksi etil asetat

    ini, yaitu konsentrasi ekstrak yang diperlukan untuk meredam 50% aktivitas

    radikal DPPH. Didapatkan EC50 sebesar 82 ppm. Hal ini berarti dengan

    konsentrasi 82 ppm fraksi etil asetat ekstrak Shorea singkawang (Miq) Miq dapat

    meredam 50% aktivitas radikal DPPH.

    KESIMPULAN

    1. Berdasarkan analisa UV, IR, GC-MS, serta pengujian dengan pereakasi

    Liebermann-Burchad maka senyawa hasil isolasi dari fraksi etil asetat kulit

    batang Shorea singkawang (Miq).Miq merupakan senyawa golongan

    triterpenoid pentasiklik turunan oleanan dengan m/z = 592, dan dapat

    diusulkan rumus molekul yaitu C38H56O5 dengan subsituen yang terikat pada

    senyawa triterpenoid adalah gugus hidroksi, karboksilat dan fenil asetat.

    2. Fraksi etil asetat dari kulit batang Shorea singkawang (Miq).Miq aktiv

    sebagai antioksidan, dengan DPPH memberikan nilai EC50 sebesar 82 ppm.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, S.A. 2006 Hakekat Perkembangan Kimia Organik Bahan Alam. Dari

    Tradisional ke Moderen Dan Contoh Terkait Dengan Tumbuhan

    Lauraceae, Moraceae, Dan Dipterocarpaceae Indonesia. Penerbit ITB

    Ahuja, S. 2003. Chromatography and Separation Science, Academic Press. USA.

    Aminah, N.S., Achmad, S.A., Hakim, E.H., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., dan

    Ghisalberti, E.L. 2003. Laevifonol, Diptoindonesin A, dan Ampelopsin A,

    Tiga Dimer Stilbenoid dari Kulit Batang Shorea seminis V. Sl.

    (Dipterocarpaceae). Jurnal Matematika dan Sains. 8 (1). 31-34

    Anonim, 2002. Shorea leprosula Miq. Informasi Singkat Benih, Direktorat

    Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta.

    Anwar, L.1999 Isolasi Komponen Utama Fraksi Aktif Brine Shrimp Ekstak

    Metanol Ficus deltoidea Blume. Tesis program pascasarjana Universitas

    Andalas Padang

    Brand-Williams, W, M.E. Cuvelier, and C. Berset. 1995. Use of a Free Radical

    Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-wissenschaft and

    Technologie. 25-30.

  • Breitmaier, Eberhart. 2006. Trpenes, Falvors, Fragrances, Pharmaca,

    Pheromoes. Wiley- VCH VerlagGmbH & Co. KgA, Germani.

    Chiang, Y.M. and Y.H. Kuo. 2000.Taraxastane from the Aerial Roots of Ficus

    microcarpa L.J. Nat. Prod.63:898-901.

    Culvenor, C.C.J. and J.S. Fitzgerald. A Field Method for Alkaloids Screening of

    Plants. J. Pharm, Sci. Vol. 52. Hal 303 304.

    Crews, P., Rodriguez, J. dan Jaspars, M. 1998 Organik Struktur Analysis.

    University of California, Santa Cruz. Oxpord Univercity Press.

    Gallo. B. C. Margareth and Miranda J. Sarachine.2009. Biological Activities of

    Lupeol. International Journal of Biomedical and Pharmaceotical Science.

    Gritter, R.J., J.M. Bobbit, A.E. Schwarting (Terjemahan K. Padmawinata), 1991

    Pengantar Kromatografi, Edisi II, ITB, Bandung.

    Gotto, A. M. 2003. Antioxidants, Statins, and Atherosclerosis. Journal of The

    American College of Cardiology. 41. (7). 1205-1210.

    Raj.K.Hotta and Maringanti Bapur. 1992. Triterpenoids from the Resin of Shorea

    Robusta ,. Regional Research Laboratory,Bhubaneswar 751 013,

    Orissa,India,. Jurnal.

    Robinson. Trefor. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 1995, Penerbit ITB

    Bandung, 57-83.

    Harborne, J.B. 1987. Metoda Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis

    Tumbuhan

    Terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro. ITB, Bandung

    Hakim. E.H. 2002. Oligostilbenoid dari tumbuhan Dipterocarpaceae. Buletin of

    the Indonesian Socienty of Natural Product Chemistry.2. 1-19.

    Hakim, E.H., Muhtadi., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., Achmad, S.A., Said, I.M.,

    dan Latip, J. 2005. Tiga Senyawa Oligostilbenoid dari Kulit Batang

    Dipterocarpus retusus Blume (Dipterocarpaceae). Jurnal Matematika dan

    Sains. 10 (4). 137-143

    Hambali, E., Noor, E., Masud, Z.A., dan Pandji, C. 2008. Produksi Lemak Tengkawang sebagai Bahan Baku Industri Lipstik. IPB Press. Bogor.

    Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan

    Jakarta. Jilid III. 1390-1443.

    Hostettmann, K, Hostettmann, M., dan Marston, A. 1997. Cara

    Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi Senyawa Bahan

    Alam, Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB, Bandung.

  • Imran Gaffar, Allian Noor, Tjodi Harlim, Nunuk Hariani Soekamto. 2008.

    Senyawa Triterpenoid Asam-3-asetoksi-12-Oleanen-28-oat dari ekstrak

    Metilen Klorida pada tumbuhan (Kleinhovia hospita L.,) . Jurnal,

    Informasi Tetknologi (INTEK). Pascasarjana Universitas Hasnuddin.

    .

    Krstanti, Alfinda novi, Nanik S. A., Mulyadi, T., dan Bambang, K. 2008. Buku

    Ajar Fitokimia. Airlangga University Press. Surabaya.

    Khopkar, S.M 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . Terjemahan A. Saptoraharjo.

    UI-Press,Jakarta.

    Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose,K., Akiyama, K., and Taniguchi, H. 2002.

    Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound.

    J.Agric.Food Chem. 50:2161-2168.

    Lage, H.,N.Duarte, C.Coburger, A.Hilgeroth, dan M.J.U. Ferreira. 2010.

    Antitumor activity of terpenoids against classical and atypical multidrug

    resistant cancer cells. Phytomedicine. 17.441-448.

    Lenny Sovia., 2006. Senyawa Terpenoid dan steroid, Karya Ilmiah Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

    Laxmi N,Misra and Ateeque Ahmad., 1996. Triterpenoids From Shorea Robusta

    Resin. Central Institut of Medicinal and Aromatik Plants, P.O. CIMAP,

    Lucknow-226015, India International journal.

    Lukman,H., 2010 Eksplorasi dan Pengumpulan Benih Jenis Shorea Penghasil

    tengkawang.buletin Biotehnologi., PT,Sari Bumi Kusuma .Kalimantan

    Tengah

    Marzuki Asnah ., Noor Alfian,. Soekamto Nunuk, dan HarlimTjodi 2008 . Artikel

    penelitian,.Asam 2,3-dihidroksi- oleanen -28- oat dari tumbuhan

    pterospermum celebicum (Sterculliacfae) Bulletin of The Indonesian

    Society of Natural Products Chemistry.

    Mohrig. R.J., Hammond. N.C., Schatz., F.P., and Morrill. C.T. 2003.

    Techniques in Organik Chemistry. W.H. Freeman Company

    Muharni. 2010. Terpenoid lupeol dari manggis hutan (Garcinia bancana Miq).

    Jurusan Kimia FMIPA. Universitas sriwijaya, Sumatera selatan.

    Indonesia. Jurnal Penelitian Sains Volume 13 nomor 3 (C) 13308.

    Nicolaus, N.A, L.K Darusman, E.A.Husaeni. 1994. Pemisahan dan Isolasi

    Terpenoid dari sebuk gergaji Shorea leprosula Miq Sebagai Antirayap

    Nordin, C. et.al. 1985. Aspect of Natural Product Chemistry Proceeding, The

    Phytochemical Survey. Malaysia : Dept. Chemistry UPM.

    Pavia L. Donal, Gary M. Lampman, George S. Kriz ; Introduction to

    Spectroscopy, A Guide for Student of Organic Chemistry, Sauders

    College, Phladelphia, 1992.

  • Pavia D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., dan Vyvian, J.R. 2007. Introduction to

    Spectroscopy. Sauders College. Philadelphia.

    Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000,

    Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia Direktorat Jendral

    Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

    Pratt, D.E. 1990 1990 Natural antioksidant Not exploited commercially in Food

    Antioxidant. Edited by B.J.F. Hudson. Elsevier Science, New York, p:

    171-191.

    P, Manitto. 1981. Biosynthesis of Natural Products. England : Ellis Horwoud Ltd.

    K.S Rita, et al . 2004. Sifat Antirayap Resin Damar Mata Kucing dari Shorea

    Javanica K.et V.

    Rosyidah, K., Juliawati, L.D., Din, L.B., Latip, J., Hakim, E.H. 2006. Dua Dimer

    Resveratrol dari Kulit Batang Shorea parvifolia Dyer (Dipterocarpaceae).

    Buletin of The Indonesian Society of Natural Product Chemistry. 6 (2). 57-

    61

    Sharp J. T., Goesney, I., Bowley, A.G., 1989. Practical Organik Chemistry : A

    student Handbook of Techniques. Chapmann and Hall, London.

    Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia

    Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. Jakarta :

    PROSEA - Balai Pustaka. ISBN 979-666-308-2. Hal 415-438.

    Sootheeswaran, S., dan Pasupathy. V. 1993. Distribution of Resveratrol

    Oligomer in Plants, J.Phytochemistry.32 . 1083-1092.

    Sarayobudiyono, H., Hakim, E.H., Juliawaty, Syah, Y.M., Achmad, S.A., Hakim,

    E.H., Latip,J., Said, I.M. 2008. Oligostilbenoids from Shorea gibbosa

    andtheir cytotoxic properties agains P-388 cells. J. Nat Med. 62. 195-198.

    Sarayobudiyono, H., Hakim, E.H., Juliawaty, L.D., Latip, J. 2006.

    Trimerstilbenoid dari Kulit Batang Shorea rugosa. Buletin of The

    Indonesian Society of Natural Product Chemistry. 6 (1). 13-18.

    Simla Basar. 2005. Phytochemical Investigations On Boswellia Species.

    Dissertation for the fulfillment of the requirement for the degree of

    Dr.rer.nat. Hamburg.

    Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Graha Ilmu.

    Yokyakarta.

    Schwenke, D. C. 1998. Antioxidants and Atheroclerosis. J. Nutr. Biochem. : 424-

    437

    Sujadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. UGM Press, Yokyakarta.

  • Sumaryono, W., (1999), Produksi Metabolit Sekunder Tanaman Secara Bioteknologi Prosiding Seminar Nasional Kimia Bahan Alam 99, Penerbit UI Jakarta

    Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy, Fundamental and Aplication. Jhon Wiley

    & Sons. Ltd.

    Supratman, Unang. 2009. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung :

    UNPAD.

    Suryati 2010 Germanikol Sinamat, suatu triterpenoid baru dan triterpenoid

    lainnya serta steroid dari Daun Tabat Barito ( Ficus deltoideus Jack ).

    Disertasi Pascasarjana Unand Padang.

    Tachakittirungrot, Suganya, Fumio Ikegami, and Siriporn Okonogi. 2007.

    Antioxidant Active Priniples Isolated from Psidium guajava Grown in

    Thailand. Scientia Pharmaceutica.

    Trilaksani, W., 2003, Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

    Terhadap Kesehatan, Institute Pertanian Bogor, Bogor, hal 1-12

    Tri Mayanti, W, Drajat Natawigena, Unang Supratman dan Roekmiati

    Tjokronegoro. 2009. Triterpenoid yang beraktivitas antamakan dari kulit

    batang Kokosan (Lansium domesticum Corr cv, Kokossan (Meliaceae).

    Jurnal . symposium Kimia BAhan Alam , Semarang.

    Voggel, Textbook of Practical Organik Chemistry, 4th

    Ed, Revised by B.S.,

    Funiss et. al Longman , London, New York, 1987.

    Wixom, R. L dan Gehrke, C. W. 2010. Chromatography A Science of

    discovery.Jhon

    Wiley & sons Inc. Pulication. Canada.

    Yoshiaki, T., dan Masatake, N. 2001. Oligostilbenes from vitaceaous plants.

    Trends in Heterocyclic Chemistry. 7. 41-54.

    Yusnelti, Valentina Adimurti K. 2010. Isolasi senyawa-senyawa aktif dan uji

    aktivitas antibakteri, antioksidan dan antikanker dari tumbuhan Langka

    (Shorea sumatrana, Sym). Laporan penelitian Unja

    Zhang, Y., Seeram, N.P., Lee, R., Feng L ., Heber, D. 2008. Isolation and

    Identivication of Strawberry Phenolics with Antioksidant and Human

    Cancer Cell Antiproliferative Properties. Agric. Food Chem. 56 (3): 670-

    675.