reduksi gaya lateral dinding dengan rc frame terhadap

7
ISSN 2685-0605 176 Journal of The Civil Engineering Student Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182 Reduksi Gaya Lateral Dinding dengan RC Frame Terhadap Dinding Bata Penuh dan Dinding Bata dengan Bukaan Muhammad Habibie 1,* Yulia Hayati 2 Purwandy Hasibuan 3 Maidiawati 4 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2,3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia. 4 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Padang 25713, Indonesia *corresponding author, email : [email protected] Abstract Reinforced Concrete Frame With Brick Masonry Wall are very common in project construction in Indonesia. In practice the brick walls is not always used fully for one portal span as it is used to install building fittings such as doors, windows and so on. This study was conducted with the aim of knowing and analyzing the lateral force reduction capacity of the portal with a opening brick wall compared to the full-walled portal by giving the lateral cyclic load on the specimen until the displacement plan was reached and then push over until destroyed. The results of this study showed that the largest capacity of the lateral force reduction capacity experienced by the specimen with 40% wall openings is 6.80 tonf or 52.2%, while the smallest lateral force capacitaty reduction is experienced by the specimen with 25% wall openings of 5,59 tonf or 42.9%. Keywords : reinforced concrete frame, brick walls, lateral force reduction, displacement, lateral cylic load Abstrak Struktur portal beton bertulang dengan dinding bata sangat umum dijumpai pada pekerjaan konstruksi di Indonesia. Pada praktiknya di lapangan dinding bata tidak selalu digunakan secara penuh untuk satu bentangan portal karena digunakan untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu, jendela dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi gaya lateral dari portal dengan bukaan dinding bata yang dibandingkan dengan portal berdinding penuh dengan cara memberikan beban siklik lateral pada benda uji sampai displacement rencana tercapai kemudian push over sampai hancur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai reduksi kapasitas gaya lateral terbesar dialami oleh benda uji dengan bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau 52,2%, sedangkan reduksi kapasitas gaya lateral terkecil dialami oleh benda uji dengan bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59 tonf atau 42,9%. Kata Kunci : Portal beton bertulang, dinding bata, reduksi gaya lateral, displacement, beban siklik lateral 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang berada di kawasan yang sering dilanda bencana gempa bumi. Akibat dari bencana tersebut sering kali menimbulkan kerusakan materil seperti bangunan maupun infrastruktur dan juga mengakibatkan timbulnya korban jiwa. Beberapa penyebab kerusakan bangunan dipicu oleh kurang matangnya perencanaan dalam membangun suatu bangunan sehingga bangunan tersebut rentan runtuh ketika gempa terjadi. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Maidiawati[1] terhadap gempa bumi yang menimpa provinsi Sumatera Barat pada tahun 2007 menunjukkan bahwa beberapa bangunan dengan menggunakan dinding bata dapat bertahan ketika gempa terjadi. Bata merah merupakan hasil dari pembakaran tanah liat pada suhu 1000 0 C. Umumya bata digunakan sebgai bahan pengisi dinding yang berfungsi sebagai pembatas antar ruangan maupun pembatas ruangan dengan bagian tepi bangunan. Masalah yang terjadi adalah tidak selalu penggunaan bata penuh dilakukan pada satu bentangan portal karena diperlukan bukaan untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu dan jendela. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi gaya lateral portal akibat bukaan pada dinding. Penelitian ini menggunakan benda uji portal berdinding bata yang berjumlah 3 benda uji dengan dimensi kolom (125×125) mm, balok (200×200)mm dan pondasi (700×200)mm. Adapun variasi bukaan dinding yang digunakan yaitu dinding bukaan 0% (dinding penuh), bukaan dinding 25% (500×350)mm dan bukaan dinding 40% (650×420)mm. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban siklik lateral pada benda uji sampai displacement rencana tercapai kemudian push over sampai hancur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan reduksi kapasitas gaya siklik laterat terbesar terjadi pada benda uji bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau 52,2% sedangkan reduksi kapasitas gaya siklik terjadi pada benda uji bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59 tonf atau 42,9%. Retak pertama yang terjadi terjadi

Upload: others

Post on 26-Mar-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISSN 2685-0605

176

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

Reduksi Gaya Lateral Dinding dengan RC Frame Terhadap Dinding Bata

Penuh dan Dinding Bata dengan Bukaan

Muhammad Habibie1,*Yulia Hayati2 Purwandy Hasibuan3 Maidiawati4

1Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.

4Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Padang 25713, Indonesia

*corresponding author, email : [email protected]

Abstract

Reinforced Concrete Frame With Brick Masonry Wall are very common in project construction in Indonesia. In

practice the brick walls is not always used fully for one portal span as it is used to install building fittings such as

doors, windows and so on. This study was conducted with the aim of knowing and analyzing the lateral force reduction

capacity of the portal with a opening brick wall compared to the full-walled portal by giving the lateral cyclic load

on the specimen until the displacement plan was reached and then push over until destroyed. The results of this study

showed that the largest capacity of the lateral force reduction capacity experienced by the specimen with 40% wall

openings is 6.80 tonf or 52.2%, while the smallest lateral force capacitaty reduction is experienced by the specimen

with 25% wall openings of 5,59 tonf or 42.9%.

Keywords : reinforced concrete frame, brick walls, lateral force reduction, displacement, lateral cylic load

Abstrak

Struktur portal beton bertulang dengan dinding bata sangat umum dijumpai pada pekerjaan konstruksi di

Indonesia. Pada praktiknya di lapangan dinding bata tidak selalu digunakan secara penuh untuk satu bentangan

portal karena digunakan untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu, jendela dan sebagainya. Penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi gaya lateral dari portal dengan

bukaan dinding bata yang dibandingkan dengan portal berdinding penuh dengan cara memberikan beban siklik

lateral pada benda uji sampai displacement rencana tercapai kemudian push over sampai hancur. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan nilai reduksi kapasitas gaya lateral terbesar dialami oleh benda uji dengan bukaan

dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau 52,2%, sedangkan reduksi kapasitas gaya lateral terkecil dialami oleh benda

uji dengan bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59 tonf atau 42,9%.

Kata Kunci : Portal beton bertulang, dinding bata, reduksi gaya lateral, displacement, beban siklik lateral

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang berada di

kawasan yang sering dilanda bencana gempa bumi.

Akibat dari bencana tersebut sering kali menimbulkan

kerusakan materil seperti bangunan maupun infrastruktur

dan juga mengakibatkan timbulnya korban jiwa.

Beberapa penyebab kerusakan bangunan dipicu oleh

kurang matangnya perencanaan dalam membangun suatu

bangunan sehingga bangunan tersebut rentan runtuh

ketika gempa terjadi. Namun menurut penelitian yang

dilakukan oleh Maidiawati[1] terhadap gempa bumi yang

menimpa provinsi Sumatera Barat pada tahun 2007

menunjukkan bahwa beberapa bangunan dengan

menggunakan dinding bata dapat bertahan ketika gempa

terjadi.

Bata merah merupakan hasil dari pembakaran

tanah liat pada suhu 10000C. Umumya bata digunakan

sebgai bahan pengisi dinding yang berfungsi sebagai

pembatas antar ruangan maupun pembatas ruangan

dengan bagian tepi bangunan. Masalah yang terjadi

adalah tidak selalu penggunaan bata penuh dilakukan

pada satu bentangan portal karena diperlukan bukaan

untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu

dan jendela. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi

gaya lateral portal akibat bukaan pada dinding.

Penelitian ini menggunakan benda uji portal

berdinding bata yang berjumlah 3 benda uji dengan

dimensi kolom (125×125) mm, balok (200×200)mm dan

pondasi (700×200)mm. Adapun variasi bukaan dinding

yang digunakan yaitu dinding bukaan 0% (dinding

penuh), bukaan dinding 25% (500×350)mm dan bukaan

dinding 40% (650×420)mm. Pengujian dilakukan

dengan memberikan beban siklik lateral pada benda uji

sampai displacement rencana tercapai kemudian push

over sampai hancur.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan reduksi

kapasitas gaya siklik laterat terbesar terjadi pada benda

uji bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau

52,2% sedangkan reduksi kapasitas gaya siklik terjadi

pada benda uji bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59

tonf atau 42,9%. Retak pertama yang terjadi terjadi

ISSN 2685-0605

177

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

adalah untuk benda uji bukaan dinding 0% yaitu pada

beban 3,6 tonf, untuk benda uji bukaan dinding 25%

retak terjadi di bagian sudut atas bukaan dinding sebelah

kiri pada beban 1,7 tonf dan untuk benda bukaan dinding

40% retak terjadi di bagian sudut atas bukaan dinding

sebelah kiri pada beban 1,9 tonf.

2. Tinjauan Kepustakaan

2.1 Dinding

Dinding bata terbuat dari tanah liat/ lempung yang

dibakar. Untuk dapat digunakan sebagai bahan bangunan

yang aman maka pengolahannya harus memenuhi

standar peraturan bahan bangunan Indonesia. Menurut

Julistiono[2] dinding adalah bagian bangunan yang

keberadaannya vertikal dan memanjang serta berfungsi

untuk membatasi suatu ruang terhadap ruang yang lain

dan juga berfungsi sebagai pemikul beban. Fianli[3] juga

menyebutkan fungsi dari dinding adalah membentuk dan

melindungi bangunan baik dari segi konstruksi maupun

penampilan dari bangunan.

Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan

ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan minimal 1 batu

(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/2 batu

harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan

ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata

dan menahan atau menyalurkan beban struktural pada

bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata

tersebut. Pengerjaan dinding pasangan bata dan

plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada,

baik dari campuran plesterannya maupun teknik

pengerjaannya

2.2 Bata Merah

Menurut PUBI 1998[4] bata merah adalah

material yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa

campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang

cukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam

dalam air.

2.2.1 Persyaratan bata merah

Persyaratan bata merah meliputi persyaratan

dimensi dan kuat tekannya. Menurut SII-0021-1978[5]

adapun ukuran standar dan kuat tekan rata-rata dari bata

merah dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Ukuran Standar Bata Merah

Modul Tebal

(mm)

Lebar

(mm) Panjang (mm)

M-5a 65 90 190

M-5b 65 140 220

M-6 55 110 220

Sumber : SII-0021-1978[5]

Tabel 2. Kuat Tekan Rata-Rata Bata Merah

Kelas

Kekuatan Tekan Rata -

Rata Bata Merah Koefisien

Variasi Izin Kgf/cm2 N/mm2

25 25 2,5 25%

50 50 5,0 22%

100 100 10,0 22%

150 150 15,0 15%

200 200 20,0 15%

250 250 25,0 15%

Sumber : SII-0021-1978[5]

2.3 RC Frame dan Dinding Bata

2.3.1 Perilaku dinding bata terhadap RC Frame

Perilaku dinding bata terhadap RC Frame (portal)

merupakan kombinasi dari tiga macam perilaku, yaitu

perilaku portal beton bertulang, perilaku dinding bata,

dan perilaku interaksi antara dinding bata dengan portal

beton bertulang. Syahputra et al[6]. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perilaku Dinding Bata Terhadap

RC Frame

Sumber : Syahputra et al [26]

2.3.2 Pengaruh dinding terhadap perilaku

RC Frame

Menurut Tanjung dan Maidiawati[7] keberadaan

dinding pengisi di antara komponen struktur portal beton

bertulang akan mengubah perilaku transfer beban lateral

pada struktur, yakni dari sistem transfer beban pada

struktur portal menjadi sistem transfer beban pada

struktur portal (RC Frame) dan dinding bata. Adanya

dinding pengisi di antara komponen struktur akan

mengakibatkan meningkatnya kapasitas lateral struktur.

Salah satu dari bagian diagonal dinding pengisi akan

mengalami gaya tarik, sementara itu bagian diagonal

lainnya akan mengalami gaya tekan. Akibatnya kolom

akan mengalami peningkatan gaya aksial sekaligus

mengalami penurunan momen lentur dan gaya geser.

Hasil observasi lapangan pasca gempa Sumatera

Barat 2007 yang dilakukan Maidiawati dan Sanada[8]

memperlihatkan keunggulan penggunaan bata merah

sebagai dinding pengisi struktur bangunan beton

bertulang. Observasi terhadap dua struktur bangunan

beton bertulang identik di kota Padang, provinsi

Sumatera Barat, menunjukkan bahwa beberapa struktur

bangunan yang menggunakan dinding bata merah dapat

bertahan melawan beban gempa. Struktur bangunan

ISSN 2685-0605

178

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

hanya mengalami kerusakan, sementara struktur

bangunan yang tidak menggunakan dinding bata merah

mengalami keruntuhan. Observasi tersebut dilakukan

dengan mengacu kepada standar yang disusun oleh

Building Research Institute, Japan[9]. Fakta dari hasil

observasi ini mengindikasikan bahwa dinding bata merah

mempunyai peranan dalam ketahanan lateral struktur

bangunan beton bertulang.

2.3.3 Pengaruh retak pada dinding terhadap

RC Frame

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

Tanjung dan Maidiawati[8] benda uji dengan dinding

bata merah dan diplester pada kedua sisi permukaanya

ketahanan lateral benda uji meningkat secara signifikan

dibandingkan dengan benda uji tanpa dinding maupun

benda uji dengan dinding bata merah tanpa plesteran.

Hasil pengujian memperlihatkan fenomena pada

awal pembebanan hingga mencapai ketahanan lateral

maksimumnya, transfer beban lateral sebagian besar

diterima oleh struktur bersama-sama dengan dinding

pengisi. Ketahanan letaral akan berkurang ketika dinding

sudah mengalami retak dan terus menurun ketika

plesteran mulai terkelupas. Pada saat tersebut, sebagian

besar beban lateral diterima oleh struktur portal beton

bertulang.

2.4 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan Asteris [9]

mengenai faktor reduksi akibat bukaan dinding terhadap

kekakuan struktur portal dengan menambahkan faktor

koreksi λ ke model FEMA 356 yang merupakan faktor

kekakuan terhadap bukaan memperlihatkan bahwa

persentase dari bukaan bersifat linear terhadap reduksi

kekuatan dari portal untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 2 dan 3.

2.5 Hysteresys Loop

Hysteresys loop merupakan kurva yang

menunjukkan hubungan antara beban dengan lendutan

akibat pembebanan siklik berupa beban tarik dan tekan. .

Kurva juga menunjukkan terjadinya penurunan kekakuan

seiring dengan siklus pembebanan. Hal ini yang disebut

dengan pinching effect.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 varian benda uji

yaitu RC Frame dengan bukaan dinding 0% (portal

berdinding penuh, RC Frame bukaan dinding 25% dan

RC Frame bukaan dinding 40%, adapun dinding yang

digunakan adalah yang diplaster pada kedua sisinya.

Dimensi dinding bata untuk masing-masing benda uji

adalah (900×750×40) mm, ukuran kolom (125×125)

mm, balok (200× 200) mm dan alas/pondasi (700×200)

mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4

dan Gambar 5.

Ukuran bukaan yang digunakan adalah untuk

benda uji bukaan dinding 25% ukuran bukaannya

(900×350)mm dan untuk benda uji bukaan dinding 50%

ukuran bukaannya (650×420)mm. Bata yang dipakai

adalah bata yang diskalakan 1:4 (60×30 ×15) mm.

Gambar 2 Model Benda Uji Pada Penelitian Asteris

Gambar 3 Hasil Penelitian Asteris

Gambar 4 Model Benda Uji

900

125

1550

750

250

200

200

1650

200

A

A'

B B'

C

C'

125

1550

750

250

200

200

1650

900500

350

200

A

A'

B B'

C

C'

125

1550

750

250

200

200

1650

900650

420

200

A

A'

B B'

C

C'

ISSN 2685-0605

179

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

Gambar 5 Detail Penulangan Benda Uji

3.1 Pembuatan dan Perawatan Benda Uji

Langkah pertama dalam pembuatan benda uji

adalah adalah pembesian alas/pondasi dan pemasangan

bekisting karena bagian ini harus dicor terlebih lebih

dahulu sebelum membuat kolom dan balok. Setelah

beton alas/pondasi berumur 7 hari barulah dilanjutkan

pembesian tulangan kolom dan balok serta pemasangan

bekisting dan dilanjutkan dengan pengecoran. Campuran

beton untuk balok, kolom dan alas/pondasi digunakan

beton mutu K-300 menggunakan perbandingan 1 PC : 2

Pasir : 3 Krikil. Selanjutnya benda uji dirawat dengan

cara ditutup dengan menggunakan goni basah dan goni

harus selalu tetap dalam keadaan basah.

Pembuatan dinding sendiri dilakukan setelah

proses pengecoran balok dan kolom selesai yaitu

seminggu setelah pengecoran. Pembuatan benda uji RC

Frame tanpa dinding bata berjumlah 1 benda uji dan RC

Frame dengan dinding bata berjumlah 4 benda uji

masing-masing dinding bata berukuran (900×750)mm

dan diplaster pada kedua sisi dinding bata. Adapun

campuran mortar yang digunakan untuk spesi dan

plesteran dinding menggunakan perbandingan 1 PC : 4

Pasir dan air secukupnya. Adapun tebal spesi 10 mm dan

untuk tebal plasteran 5 mm.

Untuk benda uji portal (RC Frame) dinding bata

dengan bukaan untuk dinding bukaan 25% ukuran

bukaannya (500 × 350)mm, untuk dinding bukaan 40%

ukuran bukaannya (650 × 420)mm dan untuk dinding

bukaan 50% ukuran bukaannya (900 × 375)mm

digunakan kusen dari kayu sembarang seperti yang

terlihat pada Gambar 6 untuk membantu pengerjaan

pemasangan batu bata. Ukuran kusen disesuaikan dengan

ukuran bukaan yang sudah disebutkan.

Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan cara

membuat benda uji dengan cetakan silinder ukuran

(150×300) mm dibuat sebanyak 3 benda uji, untuk

pengujian kuat tekan mortar digunakan cetakan kubus

ukuran (50×50×50)mm dibuat sebanyak 3 benda uji

masing-masing dilakukan ketika berumur 28 hari.

Selanjutnya benda uji beton dan mortar diberikan

perawatan dengan cara direndam selama 28 hari.

Pengujian kuat tekan dinding juga dilakukan dengan cara

menguji benda uji bata saja dan pasangan dinding bata

dengan plesteran sebanyak masing-masing 3 benda uji.

Baja tulangan pokok dan tulangan sengkang juga

dilakukan pengujian kuat tarik masing – masing

sebanyak 3 benda uji untuk tiap ukuran diameter.

Gambar 6 Kusen Kayu Pengua Bukaan

3.2 Pengujian Beban Siklik Lateral pada RC Frame

dan Dinding Bata

Benda uji yang digunakan adalah dinding bata

dengan 5 (lima) variasi yaitu portal (RC Frame) dengan

bukaan 0%, 25%, 40%, 50% dan 100%. Pada penelitian

ini, posisi dinding bata berada di bagian sisi dalam rangka

struktur beton bertulang (RC Frame). Pada bagian balok

bawah (pondasi) benda uji diperkuat dengan 6 (enam)

buah besi yang di ikat dengan baut ke bawah lantai. Pada

balok bagian atas diberi baja profil pembantu penelitian

yang disambung dengan menggunakan baut pada sisi

depan dan belakang dan dihubungkan ke actuator

(pulling jack). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 7.

Besar beban siklik lateral yang diberikan

dilakukan dengan kontrol displacement atau dengan

metode displacement control yang mengacu pada ASTM

E2126-02a[10] dengan interval: (0,94; 1,88; 3,75; 7,5;

15,0; 30,0; 60,0)mm. Pengujian dihentikan saat

displacement rencana tercapai selanjutnya dilakukan

push over sampai benda uji hancur. Untuk lebih jelasnya

pola pembebanan pada tiap benda uji dapat dilihat pada

Gambar 8.

Pada penelitian ini dipakai 5 unit transducer yang

dihubungkan ke data logger untuk pembacaan

displacement akibat beban lateral yang diberikan. Posisi

dari transducer adalah untuk kedua kolom masing-

masing dipasang 2 unit transducer dalam arah x dan y

yang dipasang pada besi sederhana di bagian sisi luar

kolom dan 1 unit transducer yang dipasang pada balok

dalam arah sumbu x dengan menggunakan besi

sederhana di bagian tengah bentang portal. Transducer

utama yang diamaati pada penelitian ini adalah

transducer 5 yang terletak di bagian balok untuk

mengamati perpindahan relatif balok atas terhadap balok

bawah/pondasi.

Gambar 7 Setting Up Benda Uji

Potongan Gambar

Jumlah

Tulangan

Utama

Jarak

Sengkang

A-A'

4D13

BJTS 40

Ø 6–50

BJTP 30

B-B'

4D10

BJTS 40

Ø 4–50

BJTP 30

C-C'

12D13

BJTS 40

Ø 6–50

BJTP 30

K300

d' = 15 mm

200 mm

200 mm

K300

d' = 10 mm

125 mm

125 mm

K300

d' = 40 mm

200 mm

700 mm

B B'

A

A'

40

10

Potongan A-A'

40

10

Potongan B-B'

Actuator

Strong Wall

Strong Floor

Transducer 2

Transducer 4

Transducer 5

Transducer 1

Transducer 3

ISSN 2685-0605

180

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

Gambar 8 History Pembebanan

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pegujian Beban Siklik Lateral pada

RC Frame dan Dinding Bata

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan didapatkan data yang tercatat pada data logger

dari actuator dan transducer 5 berupa beban dan

displacement dalam bentuk kurva hysteresys. Beban

maksimum yang diterima tiap benda uji adalah, untuk

benda uji dengan bukaan dinding 0% (portal berdinding

penuh) sebesar 13,03 tonf pada displacement 6,90 mm,

untuk benda uji dengan bukaan dinding 25% sebesar 7,44

tonf displacement 14,30 mm dan untuk benda uji dengan

bukaan dinding 40% sebesar 6,23 tonf displacement

13,10 mm.

Data pengujian beban siklik lateral pada RC

Frame dan dinding bata digambarkan dalam hubungan

grafik hysteresys loop dengan sumbu x sebagai

displacement (d) dan sumbu y sebagai beban (P) dan

adapun retak pertama pada tiap benda uji dapat dilihat

pada Gambar 9, 10, dan 11.

Gambar 9 Grafik hubungan P dan D benda uji

0% bukaan

Gambar 10 Grafik hubungan P dan D benda uji

25% bukaan

Gambar 11 Grafik hubungan P dan D benda uji

40% bukaan

Dari ketiga kurva diatas dapat disimpulkan bahwa

pengaruh bukaan pada dinding mengakibatkan

pengurangan kekuatan dari portal dan dinding.

Perbandingan kekuatan gaya lateral dan beban ultimit

dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Untuk persentase

reduksi dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 12 Envelope curve tiap benda uji

Gambar 13 Perndingan beban ultimit yang diterima

tiap benda uji

-100

-50

0

50

100D

isp

lace

men

t (m

m)

Siklus

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

-80.00 -30.00 20.00 70.00

P (

ton

f)

Displacement (mm)

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

-80.00 -30.00 20.00 70.00

P (

ton

f)

Displacement (mm)

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

-80.00 -30.00 20.00 70.00

P (

ton

f)

Displacement (mm)

-15

-10

-5

0

5

10

15

-100 -50 0 50 100

Be

ban

(to

nf)

Displacement (mm)

0% 25% 40%

13.03

7.44 6.23

0

5

10

15

0% 25% 40%

Beb

an (

ton

f)

Persentase Bukaan

ISSN 2685-0605

181

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

Gambar 14 Persentase reduksi gaya lateral akibat

bukaan pada dinding

4.2 Retak Awal yang Terjadi

Berdasarkan Gambar 9, 10 dan 11 dapat dilihat

perbedaan beban dan displacement akibat pembebanan

siklik lateral dimana pada hasil pengujian yang telah

dilakukan didapat nilai reduksi kapasitas gaya lateral

terbesar terjadi pada benda uji bukaan dinding 40%.

Selengkapnya mengenai persentase perbedaan

persentase reduksi akibat bukaan pada dinding dapat

dilihat pada Gambar 10. Retak awal yang terjadi sejalan

dengan pemberian beban siklik lateral, pada benda uji

bukaan 0% (portal berdinding penuh) retak awal terjadi

pada bagian sambungan kolom sebelah kanan dengan

bagian plesteran dinding jenis retak yang terjadi adalah

retak geser pada beban 3,6 tonf, untuk benda uji bukaan

25% dan 40% retak awal terjadi pada bagian sudut kiri

atas dari bukaan jenis retak yang terjadi adalah retak

gerser pada beban 1,7 dan 1,9 tonf. Untuk lebih jelasnya

posisi retak awal yang terjadi dapat dilihat pada Gambar

15, 16 dan 17.

Gambar 15 Retak awal pada benda uji bukaan

dinding 0%

Gambar 16 Retak awal pada benda uji bukaan

dinding 25%

Gambar 17 Retak awal pada benda uji bukaan

dinding 40%

4.3 Pembahasan

Perbandingan hasil pengujian menunjukkan

bahwa benda uji dengan bukaan dinding 40% memiliki

nilah reduksi terbesar yaitu sebear 6,80 tonf atau 52,2%.

Hal ini terjadi akibat adanya bukaan pada dinding yang

mengakibatkan transfer beban antara portal dan dinding

tidak dapat dilakukan secara penuh, dapat dilihat pada

retak awal yang terjadi pada Gambar 12 dan 13 bahwa

retak awal yang terjadi pada suduk kiri atas dari bukaan.

Adapun nilai reduksi dari benda uji bukaan 25% sebesar

5,59 tonf atau 42,9% lebih dikarenakan dimensi bukaan

yang lebih kecil dibandingkan dengan bukaan dinding

40% sehingga transfer beban pada portal dapat

dilakukakan dengan baik meskipun tidak secara penuh.

5. Kesimpulan

Dari hasil penelitian reduksi kapasitas gaya lateral

dinding dengan RC Frame terhadap dinding bata penuh

dan dinding bata dengan bukaan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Reduksi gaya lateral terbesar terjadi pada benda

uji bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf

atau 52,2%.

2. Retak awal yang terjadi pada benda uji bukaan

dinding posisinya hamper sama dimana retak

awal terjadi pada bagian sudut kiri dari bukaan.

3. Nilai reduksi gaya lateral bersifat sebanding lurus

(linear) terhadap persentase bukaan dimana

bukaan yang lebih kecil memiliki reduksi yang

kecil pula begitupun sebaliknya.

4. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi

dan acuan bagi para pelaku konstruksi untuk lebih

memperhatikan ukuran dari bukaan pada dinding

agar bangunan yang akan dibangun akan lebih

kokoh ketika gempa.

5. Ucapan Terimakasi

Ucapan terimakasi sebesar-besarnya penulis

ucapkan seluruh laboran Laboratorium Konstruksi

dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah

0

42.9 52.2

0

10

20

30

40

50

60

0% 25% 40%

Per

sen

tase

Red

uks

i

Persentase Bukaan

Kolom

Kiri SisiLuar

Kolom

Kanan SisiLuar

Retak pertama

terjadi pada beban

3,6 tonf

Kolom

Kiri SisiLuar

Kolom

Kanan SisiLuar

Retak pertama

terjadi pada beban

1,7 tonf

Kolom

Kiri Sisi

Luar

Kolom

Kanan Sisi

Luar

Retak pertama

terjadi pada beban

1,9 tonf

ISSN 2685-0605

182

Journal of The Civil Engineering Student

Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182

yang sudah banyak membantu pada penelitian yang

dilakukan.

6. Daftar Kepustakaan

[1] Maidiawati dan Agus, 2016, “Perbandingan

Kapasitas Seismik Gedung Beton Bertulang

dengan dan Tanpa Pengaruh Bata”, KN-TSP

2017, Hal. 231–239, Pekanbaru.

[2] Fianli, C., 2011, Dinding Bangunan, Universitas

Diponegoro, Bandung.

[3] Julistiono, H., 2003, Menggambar Struktur

Bangunan, Penerbit Grasindo, Jakarta.

[4] Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan

Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Departemen

Pekerjaan Umum, Bandung.

[5] Anonim, 1978, SII 0021-1978 Mutu dan Cara Uji

Bata Merah Pejal, Departemen Perindustrian,

Jakarta.

[6] Syahputra, U., H. S. E. Putra, J. Tanjung, R.

Thamrin, 2015, “Studi Eksperimental Pengaruh

Dinding Bata Terhadap Ketahanan Kolom

Struktur Portal Sederhana”, Jurnal Teknik Sipil,

Ed. 11, Vol. 2, Hal. 25–35, Padang.

[7] Tanjung, J., dan Maidiawati, 2016, “Studi

Eksperimental tentang Pengaruh Dinding Bata

Merah Terhadap Ketahanan Lateral Struktur

Beton Bertulang”. Jurnal Teknik Sipil, Ed. 23,

Vol. 2, Hal. 99–106, Padang.

[8] Maidiawati and Sanada Y., 2008, “Investigation

and Analysis of Buildings Damaged During the

September 2007 Sumatra, Indonesia Earthquake”,

Journal of Asian Architecture and Building

Engineering, Vol. 7. No. 2, Hal. 371–378. Jepang.

[9] Asteris, P. G., 2003, ‘‘Analysis of masonry

infilled frames using a finite element technique’’

J. Struct. Eng., in press.

[10] Anonim, 2003, Standard Test Methods for Cyclic

(Reversed) Load Test for Shear Resistance of

Walls for Buildings Ed. 2126 – 02a, Vol. 405,

American Society of Testing and Materials, West

Conshohocken.