reduksi gaya lateral dinding dengan rc frame terhadap
TRANSCRIPT
ISSN 2685-0605
176
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
Reduksi Gaya Lateral Dinding dengan RC Frame Terhadap Dinding Bata
Penuh dan Dinding Bata dengan Bukaan
Muhammad Habibie1,*Yulia Hayati2 Purwandy Hasibuan3 Maidiawati4
1Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.
4Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Padang 25713, Indonesia
*corresponding author, email : [email protected]
Abstract
Reinforced Concrete Frame With Brick Masonry Wall are very common in project construction in Indonesia. In
practice the brick walls is not always used fully for one portal span as it is used to install building fittings such as
doors, windows and so on. This study was conducted with the aim of knowing and analyzing the lateral force reduction
capacity of the portal with a opening brick wall compared to the full-walled portal by giving the lateral cyclic load
on the specimen until the displacement plan was reached and then push over until destroyed. The results of this study
showed that the largest capacity of the lateral force reduction capacity experienced by the specimen with 40% wall
openings is 6.80 tonf or 52.2%, while the smallest lateral force capacitaty reduction is experienced by the specimen
with 25% wall openings of 5,59 tonf or 42.9%.
Keywords : reinforced concrete frame, brick walls, lateral force reduction, displacement, lateral cylic load
Abstrak
Struktur portal beton bertulang dengan dinding bata sangat umum dijumpai pada pekerjaan konstruksi di
Indonesia. Pada praktiknya di lapangan dinding bata tidak selalu digunakan secara penuh untuk satu bentangan
portal karena digunakan untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu, jendela dan sebagainya. Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi gaya lateral dari portal dengan
bukaan dinding bata yang dibandingkan dengan portal berdinding penuh dengan cara memberikan beban siklik
lateral pada benda uji sampai displacement rencana tercapai kemudian push over sampai hancur. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan nilai reduksi kapasitas gaya lateral terbesar dialami oleh benda uji dengan bukaan
dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau 52,2%, sedangkan reduksi kapasitas gaya lateral terkecil dialami oleh benda
uji dengan bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59 tonf atau 42,9%.
Kata Kunci : Portal beton bertulang, dinding bata, reduksi gaya lateral, displacement, beban siklik lateral
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang berada di
kawasan yang sering dilanda bencana gempa bumi.
Akibat dari bencana tersebut sering kali menimbulkan
kerusakan materil seperti bangunan maupun infrastruktur
dan juga mengakibatkan timbulnya korban jiwa.
Beberapa penyebab kerusakan bangunan dipicu oleh
kurang matangnya perencanaan dalam membangun suatu
bangunan sehingga bangunan tersebut rentan runtuh
ketika gempa terjadi. Namun menurut penelitian yang
dilakukan oleh Maidiawati[1] terhadap gempa bumi yang
menimpa provinsi Sumatera Barat pada tahun 2007
menunjukkan bahwa beberapa bangunan dengan
menggunakan dinding bata dapat bertahan ketika gempa
terjadi.
Bata merah merupakan hasil dari pembakaran
tanah liat pada suhu 10000C. Umumya bata digunakan
sebgai bahan pengisi dinding yang berfungsi sebagai
pembatas antar ruangan maupun pembatas ruangan
dengan bagian tepi bangunan. Masalah yang terjadi
adalah tidak selalu penggunaan bata penuh dilakukan
pada satu bentangan portal karena diperlukan bukaan
untuk memasang kelengkapan bangunan seperti pintu
dan jendela. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas reduksi
gaya lateral portal akibat bukaan pada dinding.
Penelitian ini menggunakan benda uji portal
berdinding bata yang berjumlah 3 benda uji dengan
dimensi kolom (125×125) mm, balok (200×200)mm dan
pondasi (700×200)mm. Adapun variasi bukaan dinding
yang digunakan yaitu dinding bukaan 0% (dinding
penuh), bukaan dinding 25% (500×350)mm dan bukaan
dinding 40% (650×420)mm. Pengujian dilakukan
dengan memberikan beban siklik lateral pada benda uji
sampai displacement rencana tercapai kemudian push
over sampai hancur.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan reduksi
kapasitas gaya siklik laterat terbesar terjadi pada benda
uji bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf atau
52,2% sedangkan reduksi kapasitas gaya siklik terjadi
pada benda uji bukaan dinding 25% yaitu sebesar 5,59
tonf atau 42,9%. Retak pertama yang terjadi terjadi
ISSN 2685-0605
177
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
adalah untuk benda uji bukaan dinding 0% yaitu pada
beban 3,6 tonf, untuk benda uji bukaan dinding 25%
retak terjadi di bagian sudut atas bukaan dinding sebelah
kiri pada beban 1,7 tonf dan untuk benda bukaan dinding
40% retak terjadi di bagian sudut atas bukaan dinding
sebelah kiri pada beban 1,9 tonf.
2. Tinjauan Kepustakaan
2.1 Dinding
Dinding bata terbuat dari tanah liat/ lempung yang
dibakar. Untuk dapat digunakan sebagai bahan bangunan
yang aman maka pengolahannya harus memenuhi
standar peraturan bahan bangunan Indonesia. Menurut
Julistiono[2] dinding adalah bagian bangunan yang
keberadaannya vertikal dan memanjang serta berfungsi
untuk membatasi suatu ruang terhadap ruang yang lain
dan juga berfungsi sebagai pemikul beban. Fianli[3] juga
menyebutkan fungsi dari dinding adalah membentuk dan
melindungi bangunan baik dari segi konstruksi maupun
penampilan dari bangunan.
Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan
ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan minimal 1 batu
(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/2 batu
harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan
ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata
dan menahan atau menyalurkan beban struktural pada
bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata
tersebut. Pengerjaan dinding pasangan bata dan
plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada,
baik dari campuran plesterannya maupun teknik
pengerjaannya
2.2 Bata Merah
Menurut PUBI 1998[4] bata merah adalah
material yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa
campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang
cukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam
dalam air.
2.2.1 Persyaratan bata merah
Persyaratan bata merah meliputi persyaratan
dimensi dan kuat tekannya. Menurut SII-0021-1978[5]
adapun ukuran standar dan kuat tekan rata-rata dari bata
merah dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Ukuran Standar Bata Merah
Modul Tebal
(mm)
Lebar
(mm) Panjang (mm)
M-5a 65 90 190
M-5b 65 140 220
M-6 55 110 220
Sumber : SII-0021-1978[5]
Tabel 2. Kuat Tekan Rata-Rata Bata Merah
Kelas
Kekuatan Tekan Rata -
Rata Bata Merah Koefisien
Variasi Izin Kgf/cm2 N/mm2
25 25 2,5 25%
50 50 5,0 22%
100 100 10,0 22%
150 150 15,0 15%
200 200 20,0 15%
250 250 25,0 15%
Sumber : SII-0021-1978[5]
2.3 RC Frame dan Dinding Bata
2.3.1 Perilaku dinding bata terhadap RC Frame
Perilaku dinding bata terhadap RC Frame (portal)
merupakan kombinasi dari tiga macam perilaku, yaitu
perilaku portal beton bertulang, perilaku dinding bata,
dan perilaku interaksi antara dinding bata dengan portal
beton bertulang. Syahputra et al[6]. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Perilaku Dinding Bata Terhadap
RC Frame
Sumber : Syahputra et al [26]
2.3.2 Pengaruh dinding terhadap perilaku
RC Frame
Menurut Tanjung dan Maidiawati[7] keberadaan
dinding pengisi di antara komponen struktur portal beton
bertulang akan mengubah perilaku transfer beban lateral
pada struktur, yakni dari sistem transfer beban pada
struktur portal menjadi sistem transfer beban pada
struktur portal (RC Frame) dan dinding bata. Adanya
dinding pengisi di antara komponen struktur akan
mengakibatkan meningkatnya kapasitas lateral struktur.
Salah satu dari bagian diagonal dinding pengisi akan
mengalami gaya tarik, sementara itu bagian diagonal
lainnya akan mengalami gaya tekan. Akibatnya kolom
akan mengalami peningkatan gaya aksial sekaligus
mengalami penurunan momen lentur dan gaya geser.
Hasil observasi lapangan pasca gempa Sumatera
Barat 2007 yang dilakukan Maidiawati dan Sanada[8]
memperlihatkan keunggulan penggunaan bata merah
sebagai dinding pengisi struktur bangunan beton
bertulang. Observasi terhadap dua struktur bangunan
beton bertulang identik di kota Padang, provinsi
Sumatera Barat, menunjukkan bahwa beberapa struktur
bangunan yang menggunakan dinding bata merah dapat
bertahan melawan beban gempa. Struktur bangunan
ISSN 2685-0605
178
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
hanya mengalami kerusakan, sementara struktur
bangunan yang tidak menggunakan dinding bata merah
mengalami keruntuhan. Observasi tersebut dilakukan
dengan mengacu kepada standar yang disusun oleh
Building Research Institute, Japan[9]. Fakta dari hasil
observasi ini mengindikasikan bahwa dinding bata merah
mempunyai peranan dalam ketahanan lateral struktur
bangunan beton bertulang.
2.3.3 Pengaruh retak pada dinding terhadap
RC Frame
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Tanjung dan Maidiawati[8] benda uji dengan dinding
bata merah dan diplester pada kedua sisi permukaanya
ketahanan lateral benda uji meningkat secara signifikan
dibandingkan dengan benda uji tanpa dinding maupun
benda uji dengan dinding bata merah tanpa plesteran.
Hasil pengujian memperlihatkan fenomena pada
awal pembebanan hingga mencapai ketahanan lateral
maksimumnya, transfer beban lateral sebagian besar
diterima oleh struktur bersama-sama dengan dinding
pengisi. Ketahanan letaral akan berkurang ketika dinding
sudah mengalami retak dan terus menurun ketika
plesteran mulai terkelupas. Pada saat tersebut, sebagian
besar beban lateral diterima oleh struktur portal beton
bertulang.
2.4 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan Asteris [9]
mengenai faktor reduksi akibat bukaan dinding terhadap
kekakuan struktur portal dengan menambahkan faktor
koreksi λ ke model FEMA 356 yang merupakan faktor
kekakuan terhadap bukaan memperlihatkan bahwa
persentase dari bukaan bersifat linear terhadap reduksi
kekuatan dari portal untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2 dan 3.
2.5 Hysteresys Loop
Hysteresys loop merupakan kurva yang
menunjukkan hubungan antara beban dengan lendutan
akibat pembebanan siklik berupa beban tarik dan tekan. .
Kurva juga menunjukkan terjadinya penurunan kekakuan
seiring dengan siklus pembebanan. Hal ini yang disebut
dengan pinching effect.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 varian benda uji
yaitu RC Frame dengan bukaan dinding 0% (portal
berdinding penuh, RC Frame bukaan dinding 25% dan
RC Frame bukaan dinding 40%, adapun dinding yang
digunakan adalah yang diplaster pada kedua sisinya.
Dimensi dinding bata untuk masing-masing benda uji
adalah (900×750×40) mm, ukuran kolom (125×125)
mm, balok (200× 200) mm dan alas/pondasi (700×200)
mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5.
Ukuran bukaan yang digunakan adalah untuk
benda uji bukaan dinding 25% ukuran bukaannya
(900×350)mm dan untuk benda uji bukaan dinding 50%
ukuran bukaannya (650×420)mm. Bata yang dipakai
adalah bata yang diskalakan 1:4 (60×30 ×15) mm.
Gambar 2 Model Benda Uji Pada Penelitian Asteris
Gambar 3 Hasil Penelitian Asteris
Gambar 4 Model Benda Uji
900
125
1550
750
250
200
200
1650
200
A
A'
B B'
C
C'
125
1550
750
250
200
200
1650
900500
350
200
A
A'
B B'
C
C'
125
1550
750
250
200
200
1650
900650
420
200
A
A'
B B'
C
C'
ISSN 2685-0605
179
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
Gambar 5 Detail Penulangan Benda Uji
3.1 Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Langkah pertama dalam pembuatan benda uji
adalah adalah pembesian alas/pondasi dan pemasangan
bekisting karena bagian ini harus dicor terlebih lebih
dahulu sebelum membuat kolom dan balok. Setelah
beton alas/pondasi berumur 7 hari barulah dilanjutkan
pembesian tulangan kolom dan balok serta pemasangan
bekisting dan dilanjutkan dengan pengecoran. Campuran
beton untuk balok, kolom dan alas/pondasi digunakan
beton mutu K-300 menggunakan perbandingan 1 PC : 2
Pasir : 3 Krikil. Selanjutnya benda uji dirawat dengan
cara ditutup dengan menggunakan goni basah dan goni
harus selalu tetap dalam keadaan basah.
Pembuatan dinding sendiri dilakukan setelah
proses pengecoran balok dan kolom selesai yaitu
seminggu setelah pengecoran. Pembuatan benda uji RC
Frame tanpa dinding bata berjumlah 1 benda uji dan RC
Frame dengan dinding bata berjumlah 4 benda uji
masing-masing dinding bata berukuran (900×750)mm
dan diplaster pada kedua sisi dinding bata. Adapun
campuran mortar yang digunakan untuk spesi dan
plesteran dinding menggunakan perbandingan 1 PC : 4
Pasir dan air secukupnya. Adapun tebal spesi 10 mm dan
untuk tebal plasteran 5 mm.
Untuk benda uji portal (RC Frame) dinding bata
dengan bukaan untuk dinding bukaan 25% ukuran
bukaannya (500 × 350)mm, untuk dinding bukaan 40%
ukuran bukaannya (650 × 420)mm dan untuk dinding
bukaan 50% ukuran bukaannya (900 × 375)mm
digunakan kusen dari kayu sembarang seperti yang
terlihat pada Gambar 6 untuk membantu pengerjaan
pemasangan batu bata. Ukuran kusen disesuaikan dengan
ukuran bukaan yang sudah disebutkan.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan cara
membuat benda uji dengan cetakan silinder ukuran
(150×300) mm dibuat sebanyak 3 benda uji, untuk
pengujian kuat tekan mortar digunakan cetakan kubus
ukuran (50×50×50)mm dibuat sebanyak 3 benda uji
masing-masing dilakukan ketika berumur 28 hari.
Selanjutnya benda uji beton dan mortar diberikan
perawatan dengan cara direndam selama 28 hari.
Pengujian kuat tekan dinding juga dilakukan dengan cara
menguji benda uji bata saja dan pasangan dinding bata
dengan plesteran sebanyak masing-masing 3 benda uji.
Baja tulangan pokok dan tulangan sengkang juga
dilakukan pengujian kuat tarik masing – masing
sebanyak 3 benda uji untuk tiap ukuran diameter.
Gambar 6 Kusen Kayu Pengua Bukaan
3.2 Pengujian Beban Siklik Lateral pada RC Frame
dan Dinding Bata
Benda uji yang digunakan adalah dinding bata
dengan 5 (lima) variasi yaitu portal (RC Frame) dengan
bukaan 0%, 25%, 40%, 50% dan 100%. Pada penelitian
ini, posisi dinding bata berada di bagian sisi dalam rangka
struktur beton bertulang (RC Frame). Pada bagian balok
bawah (pondasi) benda uji diperkuat dengan 6 (enam)
buah besi yang di ikat dengan baut ke bawah lantai. Pada
balok bagian atas diberi baja profil pembantu penelitian
yang disambung dengan menggunakan baut pada sisi
depan dan belakang dan dihubungkan ke actuator
(pulling jack). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 7.
Besar beban siklik lateral yang diberikan
dilakukan dengan kontrol displacement atau dengan
metode displacement control yang mengacu pada ASTM
E2126-02a[10] dengan interval: (0,94; 1,88; 3,75; 7,5;
15,0; 30,0; 60,0)mm. Pengujian dihentikan saat
displacement rencana tercapai selanjutnya dilakukan
push over sampai benda uji hancur. Untuk lebih jelasnya
pola pembebanan pada tiap benda uji dapat dilihat pada
Gambar 8.
Pada penelitian ini dipakai 5 unit transducer yang
dihubungkan ke data logger untuk pembacaan
displacement akibat beban lateral yang diberikan. Posisi
dari transducer adalah untuk kedua kolom masing-
masing dipasang 2 unit transducer dalam arah x dan y
yang dipasang pada besi sederhana di bagian sisi luar
kolom dan 1 unit transducer yang dipasang pada balok
dalam arah sumbu x dengan menggunakan besi
sederhana di bagian tengah bentang portal. Transducer
utama yang diamaati pada penelitian ini adalah
transducer 5 yang terletak di bagian balok untuk
mengamati perpindahan relatif balok atas terhadap balok
bawah/pondasi.
Gambar 7 Setting Up Benda Uji
Potongan Gambar
Jumlah
Tulangan
Utama
Jarak
Sengkang
A-A'
4D13
BJTS 40
Ø 6–50
BJTP 30
B-B'
4D10
BJTS 40
Ø 4–50
BJTP 30
C-C'
12D13
BJTS 40
Ø 6–50
BJTP 30
K300
d' = 15 mm
200 mm
200 mm
K300
d' = 10 mm
125 mm
125 mm
K300
d' = 40 mm
200 mm
700 mm
B B'
A
A'
40
10
Potongan A-A'
40
10
Potongan B-B'
Actuator
Strong Wall
Strong Floor
Transducer 2
Transducer 4
Transducer 5
Transducer 1
Transducer 3
ISSN 2685-0605
180
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
Gambar 8 History Pembebanan
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pegujian Beban Siklik Lateral pada
RC Frame dan Dinding Bata
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan didapatkan data yang tercatat pada data logger
dari actuator dan transducer 5 berupa beban dan
displacement dalam bentuk kurva hysteresys. Beban
maksimum yang diterima tiap benda uji adalah, untuk
benda uji dengan bukaan dinding 0% (portal berdinding
penuh) sebesar 13,03 tonf pada displacement 6,90 mm,
untuk benda uji dengan bukaan dinding 25% sebesar 7,44
tonf displacement 14,30 mm dan untuk benda uji dengan
bukaan dinding 40% sebesar 6,23 tonf displacement
13,10 mm.
Data pengujian beban siklik lateral pada RC
Frame dan dinding bata digambarkan dalam hubungan
grafik hysteresys loop dengan sumbu x sebagai
displacement (d) dan sumbu y sebagai beban (P) dan
adapun retak pertama pada tiap benda uji dapat dilihat
pada Gambar 9, 10, dan 11.
Gambar 9 Grafik hubungan P dan D benda uji
0% bukaan
Gambar 10 Grafik hubungan P dan D benda uji
25% bukaan
Gambar 11 Grafik hubungan P dan D benda uji
40% bukaan
Dari ketiga kurva diatas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh bukaan pada dinding mengakibatkan
pengurangan kekuatan dari portal dan dinding.
Perbandingan kekuatan gaya lateral dan beban ultimit
dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Untuk persentase
reduksi dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 12 Envelope curve tiap benda uji
Gambar 13 Perndingan beban ultimit yang diterima
tiap benda uji
-100
-50
0
50
100D
isp
lace
men
t (m
m)
Siklus
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
-80.00 -30.00 20.00 70.00
P (
ton
f)
Displacement (mm)
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
-80.00 -30.00 20.00 70.00
P (
ton
f)
Displacement (mm)
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
-80.00 -30.00 20.00 70.00
P (
ton
f)
Displacement (mm)
-15
-10
-5
0
5
10
15
-100 -50 0 50 100
Be
ban
(to
nf)
Displacement (mm)
0% 25% 40%
13.03
7.44 6.23
0
5
10
15
0% 25% 40%
Beb
an (
ton
f)
Persentase Bukaan
ISSN 2685-0605
181
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
Gambar 14 Persentase reduksi gaya lateral akibat
bukaan pada dinding
4.2 Retak Awal yang Terjadi
Berdasarkan Gambar 9, 10 dan 11 dapat dilihat
perbedaan beban dan displacement akibat pembebanan
siklik lateral dimana pada hasil pengujian yang telah
dilakukan didapat nilai reduksi kapasitas gaya lateral
terbesar terjadi pada benda uji bukaan dinding 40%.
Selengkapnya mengenai persentase perbedaan
persentase reduksi akibat bukaan pada dinding dapat
dilihat pada Gambar 10. Retak awal yang terjadi sejalan
dengan pemberian beban siklik lateral, pada benda uji
bukaan 0% (portal berdinding penuh) retak awal terjadi
pada bagian sambungan kolom sebelah kanan dengan
bagian plesteran dinding jenis retak yang terjadi adalah
retak geser pada beban 3,6 tonf, untuk benda uji bukaan
25% dan 40% retak awal terjadi pada bagian sudut kiri
atas dari bukaan jenis retak yang terjadi adalah retak
gerser pada beban 1,7 dan 1,9 tonf. Untuk lebih jelasnya
posisi retak awal yang terjadi dapat dilihat pada Gambar
15, 16 dan 17.
Gambar 15 Retak awal pada benda uji bukaan
dinding 0%
Gambar 16 Retak awal pada benda uji bukaan
dinding 25%
Gambar 17 Retak awal pada benda uji bukaan
dinding 40%
4.3 Pembahasan
Perbandingan hasil pengujian menunjukkan
bahwa benda uji dengan bukaan dinding 40% memiliki
nilah reduksi terbesar yaitu sebear 6,80 tonf atau 52,2%.
Hal ini terjadi akibat adanya bukaan pada dinding yang
mengakibatkan transfer beban antara portal dan dinding
tidak dapat dilakukan secara penuh, dapat dilihat pada
retak awal yang terjadi pada Gambar 12 dan 13 bahwa
retak awal yang terjadi pada suduk kiri atas dari bukaan.
Adapun nilai reduksi dari benda uji bukaan 25% sebesar
5,59 tonf atau 42,9% lebih dikarenakan dimensi bukaan
yang lebih kecil dibandingkan dengan bukaan dinding
40% sehingga transfer beban pada portal dapat
dilakukakan dengan baik meskipun tidak secara penuh.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian reduksi kapasitas gaya lateral
dinding dengan RC Frame terhadap dinding bata penuh
dan dinding bata dengan bukaan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Reduksi gaya lateral terbesar terjadi pada benda
uji bukaan dinding 40% yaitu sebesar 6,80 tonf
atau 52,2%.
2. Retak awal yang terjadi pada benda uji bukaan
dinding posisinya hamper sama dimana retak
awal terjadi pada bagian sudut kiri dari bukaan.
3. Nilai reduksi gaya lateral bersifat sebanding lurus
(linear) terhadap persentase bukaan dimana
bukaan yang lebih kecil memiliki reduksi yang
kecil pula begitupun sebaliknya.
4. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi
dan acuan bagi para pelaku konstruksi untuk lebih
memperhatikan ukuran dari bukaan pada dinding
agar bangunan yang akan dibangun akan lebih
kokoh ketika gempa.
5. Ucapan Terimakasi
Ucapan terimakasi sebesar-besarnya penulis
ucapkan seluruh laboran Laboratorium Konstruksi
dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah
0
42.9 52.2
0
10
20
30
40
50
60
0% 25% 40%
Per
sen
tase
Red
uks
i
Persentase Bukaan
Kolom
Kiri SisiLuar
Kolom
Kanan SisiLuar
Retak pertama
terjadi pada beban
3,6 tonf
Kolom
Kiri SisiLuar
Kolom
Kanan SisiLuar
Retak pertama
terjadi pada beban
1,7 tonf
Kolom
Kiri Sisi
Luar
Kolom
Kanan Sisi
Luar
Retak pertama
terjadi pada beban
1,9 tonf
ISSN 2685-0605
182
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 176-182
yang sudah banyak membantu pada penelitian yang
dilakukan.
6. Daftar Kepustakaan
[1] Maidiawati dan Agus, 2016, “Perbandingan
Kapasitas Seismik Gedung Beton Bertulang
dengan dan Tanpa Pengaruh Bata”, KN-TSP
2017, Hal. 231–239, Pekanbaru.
[2] Fianli, C., 2011, Dinding Bangunan, Universitas
Diponegoro, Bandung.
[3] Julistiono, H., 2003, Menggambar Struktur
Bangunan, Penerbit Grasindo, Jakarta.
[4] Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Departemen
Pekerjaan Umum, Bandung.
[5] Anonim, 1978, SII 0021-1978 Mutu dan Cara Uji
Bata Merah Pejal, Departemen Perindustrian,
Jakarta.
[6] Syahputra, U., H. S. E. Putra, J. Tanjung, R.
Thamrin, 2015, “Studi Eksperimental Pengaruh
Dinding Bata Terhadap Ketahanan Kolom
Struktur Portal Sederhana”, Jurnal Teknik Sipil,
Ed. 11, Vol. 2, Hal. 25–35, Padang.
[7] Tanjung, J., dan Maidiawati, 2016, “Studi
Eksperimental tentang Pengaruh Dinding Bata
Merah Terhadap Ketahanan Lateral Struktur
Beton Bertulang”. Jurnal Teknik Sipil, Ed. 23,
Vol. 2, Hal. 99–106, Padang.
[8] Maidiawati and Sanada Y., 2008, “Investigation
and Analysis of Buildings Damaged During the
September 2007 Sumatra, Indonesia Earthquake”,
Journal of Asian Architecture and Building
Engineering, Vol. 7. No. 2, Hal. 371–378. Jepang.
[9] Asteris, P. G., 2003, ‘‘Analysis of masonry
infilled frames using a finite element technique’’
J. Struct. Eng., in press.
[10] Anonim, 2003, Standard Test Methods for Cyclic
(Reversed) Load Test for Shear Resistance of
Walls for Buildings Ed. 2126 – 02a, Vol. 405,
American Society of Testing and Materials, West
Conshohocken.