refe sero
DESCRIPTION
referat seotinusTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
SEROTINUS
A. Definisi :
Istilah lain ; prolonged, postdate, postdatism, postmatur dan postterm sering salah
digunakan dalam mengartikan kehamilan yang melebihi waktu dari batas normal. Menurut
Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO 1986) dan menurut WHO 1977, postterm
adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu terhitung dari HPHT dan siklus
menstruasi 28 hari.1
Kehamilan umunya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode
dimana terjadi persalinan normal.1
B. Prevalensi :
Sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih,
dengan mereka yang berakhir dalam 43 minggu mencapai 2-7%. Angka ini bervariasi dari
beberapa peneliti bergantung pada criteria yang dipakai. Insiden yang tinggi ditemukan pada
populasi yang terdiri dari wanita yang tidak yakin mengenai HPHT-nya atau waktu berhentinya
penggunaan kontrasepsi hormonal atau menyusui. Literatur menyebutkan ± 20-40% di populasi,
wanita kebanyakan tidak bisa mengingat HPHT-nya dan tidak yakin tanggal konsepsinya.1,2
C. Etiologi :
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya
kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang di ajukan pada umumnya menyatakan
bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Beberapa factor antara lain ; 1
1
Pengaruh progesterone
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone. 1
Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan
atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu factor penyebab kehamilan postterm. 1
Teori kortisol / ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin
akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone berkurang dan memperbesar
sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasi adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan. 1
Saraf uterus
Tekanan pada ganglion sevikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan
letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postterm. 1
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren
(1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilaman seorang ibu mengalami
2
kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami postterm.
Siklus haid yang tidak diketahui pasti
Kelainan pada janin (anesenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik,
kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim
sulfatase plasenta).
D. Diagnosis
Menegakkan diagnosis kehamilan postterm bukan merupakan hal yang mudah. Banyak
metode pemeriksaan umur kehamilan dan kesejahteraan janin yang diajukan tapi belum ada hasil
yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan yang berkali-kali tidak praktis, mahal,
terkadang subjektif, mempunyai nilai positif dan negatif palsu, serta memerlukan kehandalan
pemeriksa. Namun nilai diagnosisnya akan lebih baik jika pemeriksaan itu dilakukan bersama-
sama. 3
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat
pula hasil pemeriksaan antenatal ;
a. Riwayat haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit ditegakkan bila HPHT (hari pertama haid
terakhir) diketahui dengan pasti. Pendertia harus yakin dengan HPHTnya, siklus 28 hari dan
teratur, tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele,
berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan postterm
kemungkinan adalah sebagai berikut ;
1. terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal HPHT, atau akibat menstruasi abnormal,
2. tanggal HPHT diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi.
3. Tidak ada kesalahan menentukan HPHT dan kehamilan memang berlangsung lewat
bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan
postterm).1,2,3
3
b. Riwayat Pemeriksaan antenatal
1. Tes kehamilan ; bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah terlam-
bat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6
minggu. 1,2
2. Gerak janin ; gerak janin / quickening pada umumnya dirasakan ibu pada kehamilan
18 – 20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,
sedangkan pada multigravida pada usia 16 minggu. Petunjuk umum untuk menen-
tukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida, atau tam-
bah 24 mminggu pada multiparitas. 1
3. Denyut jantung janin / DJJ ; dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai usia
kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar usia kehamilan
10-12 minggu. 1
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4
kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut :
- Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
- Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
- Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan ada gerak janin pertama kali
- Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laen-
nec. 1
c. Tinggi fundus uteri
Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter dapat
bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu tinggu
fundus uteri dapat menentukan usia kehamilan. 1
d. Pemeriksaan USG
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan ultrasonografi pada
trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai 20%. Bila
telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hamper dapat
dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala – tungging
(crown-rump length / CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. 1
4
Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan panjang
femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa para meter dalam
pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus
merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut diatas. Sebaliknya,
pemeriksaan sesaat trimester ke III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air
ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi
sukar untuk memastikan usia kehamilan.1
e. Pemeriksaan laboratorium
1. Kadar lesitin / spingomielin
Bila kadar lesitin / spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka umur
kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin ; 28-32minggu, pada
kehamilan genap bulan rasio menjadi 2 : 1. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk
menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya untuk menentukan apakah janin cukup umur /
matang untuk dilahirkan. 1
2. Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan
darah. Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-
42 minggu ATCA berkisar antara 45 – 65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu
didapatkan ATCA < 45 detik. Bila didapat ATCA antara 42 – 46 detik menunjukkan bahwa
kehamilan berlangsung lewat waktu. 1
3. Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila jumlah
sel lemak melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu, dan apabila 50% atau lebih,
maka usia kehamilan 39 minggu atau lebih.
4. Sitologi vagina
5
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai sensitivitas 75%.
Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai untuk menentukan usia gestasi. 1
f. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu 1,4
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi
dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia sampai kematian adalam rahim.
Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :3
1. Pertumbuhan janin makin lambat
2. terjadi perubahan metabolisme janin
3. Air ketuban berkurang dan makin kental
4. Sebagian janin bertambah berat, sehingga memerlukan tindakan persalinan
5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat
meninggal di rahim.
6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
g. Tanda Bayi Post Matur 1
1. Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) : 1,3
a. Stadium I ; Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
c. Stadium III : Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Tanda bayi Postmatur : 3
1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di badan kurang
5. Kuku-kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
6
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
G. Pengaruh Kehamilan Serotinus Terhadap Ibu dan Janin Serta Plasenta
1. Terhadap Ibu :1,3
Partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, perdarahan postpartum.
Resiko perdarahan postpartum menjadi lebih tinggi akibat makrosomia.
Psikologi ibu yang cemas akibat bayinya tidak lahir-lahir.
2. Terhadap janin : 1,3
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Adapula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi
meninggal.
Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
Berat janin menjadi lebih besar dan dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik
Gawat janin yang disebabkan :
o Makrosomia
o Insufisiensi plasenta :
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion
Hipoksia janin
Keluarnya mekonium
3. Terhadap Plasenta : 1,3
Penimbunan kalsium (kalsifikasi)
Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibro-
sis, trombosis intervili, dan infark vili
Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.
Insufisiensi plasenta
H. Penatalaksanaan Postterm :
7
1. Evaluasi janin dan manajemen
Secara umum telah diterima bahwa pengawasan janin ante dan intrapartum dapat meng
eliminasi secara nyata terjadinya mortalitas janin postterm dan menurunkan mobiditas janin.3
Pra kehamilan
Terjadinya kehamilan postterm tidak dapat diprediksi. Ada beberapa bukti yang
mendukung bahwa hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Beberapa wanita yang
sudah mengalami satu kali kehamilan postterm dengan yang mengalami dua kali kehamilan
postterm mempunyai berturut-turut 30% dan 40% kesempatan untuk kehamilan postterm
berikutnya. Diagnosis kehamilan postterm yang akurat terletak diantara data menstruasi yang
tepat atau pemeriksaan skaning rutin pada trimester kedua. Pada populasi dimana pemeriksaan
rutin tidak tersedia karena alasan ekonomi dan logistik, pengetahuan yang teruji ditujukan
terhadap peningkatan proporsi dari wanita yang merekam secara tepat HPHT-nya. 3
Pre natal
Penilaian TP (taksiran partus)
Jika pemeriksaan skaning rutin pada trimester kedua tidak tersedia, pemeriksaan klinis
dari umur kehamilan yang paling dapat dipercaya yaitu pada trimester I. Sekali pasien lupa
siklus/periodenya, tes kehamilan dini membantu untuk mendefinisikan batas kemungkinan umur
kehamilan. Jika tes kehamilan positif 5 minggu setelah HPHT, maka tidak mungkin jika umur
kehamilannya lebih dari 5 minggu (kecuali jika menstruasi terakhirnya adalah termasuk
threatened abortus) dan tidak mungkin juga lebih rendah atau kadar β-HCG tidak mencukupi
untuk mendapatkan tes yang positif (meskipun ini berasumsi bahwa tes tidak positif palsu).
Pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan tes kehamilan yang dilakukan pada saat 7 minggu
amenorhe, ketika dia mungkin hamil 5,6 atau 7 minggu. Pemeriksaan vagina pada trimester I
kehamilan dapat juga berguna dalam memperkirakan umur kehamilan, sementara penilaian
ukuran uterus pada trimester II tidak begitu bermakna.3,5
Pemeriksaan ultrasonik pada trimester I/II saat ini merupakan metode yang lebih disukai
untuk menentukan umur kehamilan. CRL (crown to rump length) pada minggu 7-10 atau
8
diameter biparietal pada minggu 18-22 dapat memperkirakan umur kehamilan yang sebenarnya
± 5 hari.
Evaluasi 41 minggu
1. Ada atau tidaknya faktor resiko
Sekali kehamilan terjadi lebih dari 41 minggu pemeriksaan kembali harus dilakukan
secara cermat dalam kasus adanya faktor resiko potensial yang mungkin terabaikan. Ada bukti
epidemiologi bahwa wanita yang telah mengalami komplikasi kehamilan seperti perdarahan
antepartum dengan asal tidak diketahui atau yang punya riwayat stillbirth dan kematian neonatal,
adalah beresiko tinggi untuk mortalitas perinatal. Wanita ini mungkin terbaik melahirkan pada
minggu ke 40. Pada kebanyakan kasus, hipertensi ringan tidak punya konsekuensi mayor bagi
ibu dan janin. Tetapi bagaimanapun, mereka harus diperiksa adanya tanda-tanda defisiensi
pertumbuhan intrauterin dan induksi dibutuhkan jika ada bukti pertumbuhan janin buruk. 3
2. Konseling untuk induksi persalinan atau manajemen konservatif
Pemeriksaan kesejahteraan tepat untuk menginformasikan keadaan janin jika manajemen
konservatif kehamilan postterm dipilih oleh ibu hamil. Ibu perlu diberi tahu tentang tersedianya
tes kesejahteraan janin dan tingkat kepercayaan terhadap tes tersebut. Di sisi lain, alternatif
induksi persalinan juga perlu dijelaskan, meliputi kemungkinan persalinan pervaginam
berdasarkan paritasnya, skor serviks dan metode induksi. Pilihan tersebut mungkin berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman ibu (misalnya: pengalaman seseorang dengan postmatur stillbirth,
nyeri saat induksi persalinan), kehidupan sosialnya dan pertimbangan pribadi lainnya (mereka
berpikir tentang ukuran janin jika hamil lebih dari 42 minggu, tidak ada manfaatnya jika
menunggu, dll). 3,5
Manajemen konservatif
1. Peningkatan berat badan ibu
Penggunaan pemeriksaan berat badan secara teratur saat hamil masih menjadi
kontroversi. Peningkatan berat badan yang berlebih mungkin menunjukkan dimulainya pre
eklamsia atau diabetes, dimana berat badan konstan atau menurun dalam lebih dari beberapa
minggu dipertimbangkan untuk indikasi gagalnya fungsi plasenta dan menghasilkan defisiensi
9
pertumbuhan intrauterin. Berat badan menetap atau menurun saat itu, telah digunakan sebagai
indikasi untuk induksi pada beberapa rumah sakit, tapi pandangan ini telah berubah secara
signifikan karena perkembangan metode pengawasan janin modern. Penurunan volume cairan
amnion secara signifikan memungkinkan terjadinya fetal compromise, tapi sulit untuk
menghitung secara klinis terutama pada wanita gemuk, sehingga penggunaan ultrasound akan
sangat membantu.3,5
2. Tinggi fundus-simfisis
Penilaian ukuran janin melalui pengukuran tinggi fundus-simfisis dapat dipengaruhi oleh
kegemukan, volume cairan amnion, bagian presentasi, letak janin dan tegangan dinding
abdomen. Pemeriksaan tersebut dapat membantu mengidentifikasi kasus retardasi pertumbuhan
atau bayi makrosomia yang terlewatkan pada pemeriksaan sebelumnya. 3
3. Tes kesejahteraan janin
Kejadian kehamilan postterm tidak dapat diprediksi. Sekali terdiagnosa, kehamilan dapat
diterminasi dengan induksi persalinan atau manajemen konservatif sampai dimulainya persalinan
normal. Jika dipilih untuk menunggu sampai terjadinya persalinan, kesejahteraan janin harus
dimonitor dengan pemeriksaan yang tersedia.
a. Metode biokimia
Untuk mendapatkan interpretasi hasil yang tepat, periode kehamilan harus diketahui.
Lebih jauh, pemeriksaan serial dibutuhkan untuk menggambarkan kesimpulan bermakna, karena
rentang nilai normal yang luas. Hasil meliputi status janin terkini dari beberapa hari sebelumnya
dan tidak prognostik untuk kesehatan janin, kecuali secara sangat tidak langsung. Hasil biasanya
belum tersedia sampai beberapa jam setelah pengiriman sampel tes. Nilai estriol rendah dalam
hal kesehatan janin harus dipikirkan keadaan defisiensi sulfatase plasenta. Wanita ini mungkin
membawa janin dengan gangguan autosomal resesif pada ichtiosis kongenital. 3
b. Kurva pergerakan janin
Aktivitas janin dinilai sebagai pergerakan janin, telah ditemukan berhubungan dengan
kesejahteraan janin. Tehnik monitoring yang telah diperkenalkan secara luas bahwa hitung 10
gerakan janin dimana 10 episode aktivitas janin diperkirakan dalam periode 12 jam. Ibu-ibu
hamil yang sibuk atau kurang pengetahuan, kadang-kadang tidak menaruh perhatian atau datang
10
terlambat saat tidak ada gerakan janin,demikian mencegah tindakan apapun yang mungkin
diambil untuk menurunkan resiko hasil akhir janin yang jelek. Sementara ibu hamil lainnya tidak
dapat merasakan gerakan janin sama sekali dan untuk mereka metode ini sangat tidak cocok.
c. Persepsi ibu terhadap gerakan janin yang diprovokasi suara (mp- SPFM)
Janin normal menunjukkan fleksi-ekstensi gerakan extremitas atau refleks positif
terhadap respon stimulus vibroakustik. Hal tersebut mengindikasikan SSP dan jalur sensori
somatomotorik yang intak. Persepsi ibu tersebut berhubungan dengan NST (non stress test)
reaktif dan mungkin lebih berarti dirumah sakit-rumah sakit dimana fasilitas untuk menampilkan
NST terbatas. 3
d. NST (non stress test)
NST adalah rekaman DJJ (denyut jantung janin) antepartum secara kontinyu pada KTG
(kardiotokografi) selama 20-40 menit untuk mengevaluasi kesejahteraan janin. Definisi DJJ yang
normal, suspisius dan abnormal telah dideskripsikan oleh FIGO (Federation International of
Obstetricians). 3
Normal reaktif DJJ yaitu dalam 10 menit, BSL antara 110 dan 180 bpm, variabilitas 10-
25 bpm, tidak ada deselerasi dan 2 akselerasi ≥15 bpm diatas BSL selama 15 detik. Jika
akselerasi tidak terjadi dalam 10 menit pertama, kurva harus dilanjutkan minimal ≤ 40 menit
sejak konfirmasi kurva tersebut adalah non-reaktif.
Pada kurva reaktif dengan variabilitas BSL yang bagus, deselerasi terisolasi yang <15
bpm dari BSL dan berakhir <15 detik atau <30 detik mengikuti akselerasi, tidak signifikan
terhadap fetal compromise. Kalau janin tidak reaktif, walaupun dengan stimulasi janin atau jika
menunjukkan deselerasi >15 bpm, merupakan indikasi kemungkinan compromise dan ini
merupakan indikasi untuk mengakhiri kehamilan.
e. Contraction Stress Test (CST) atau FAST
FAST (Fetal Acoustic Stimulation Test) adalah stimulasi vibroakuistik yang digunakan
untuk merangsang akselerasi DJJ, suatu jalan yang berguna untuk menurunkan jumlah kurva
non-reaktif dan untuk memperpendek waktu test. Pemeriksaan ini bersifat invasif, mengharuskan
pemeriksaan terbatas di tempat tidur dan membutuhkan waktu sebentar untuk opname. FAST
tidak menampilkan tekanan kontraksi uterus dan begitu juga tidak memperlihatkan situasi yang
11
potensial compromise dalam persalinan tetapi menghasilkan kurva reaktif yang dapat
dibandingkan dengan NST dan hasil akhir perinatal yang mirip antara kurva yang reaktif secara
spontan atau hasil akhir FAST. 3
f. Pemeriksaan volume cairan amnion
Urin janin memberi pengaruh signifikan terhadap cairan amnion. Oligohidramnion berat
sering ditemukan pada agenesis renal bilateral. Dengan menurunnya fungsi plasenta, perfusi ke
otak dan jantung dihubungkan dengan penurunan perfusi ke sistem organ lain meliputi ginjal. Ini
mengarah pada reduksi pembentukan urin janin dan demikianlah oligohidramnion menimbulkan
komplikasi retardasi pertumbuhan intrauterin yang berat. Fetal compromise karena penurunan
fungsi plasenta secara gradual dapat dimonitor dengan penilaian volume cairan amnion. Pada
kehamilan postterm, mekanisme umum terjadinya fetal compromise tampak pada penekanan tali
pusat. Evaluasi volume dengan palpasi tidak dapat dipercaya sepenuhnya sehingga pemeriksaan
dengan ultrasound menjadi lebih objektif. 3
g. Biophysical profile (BPP)
BPP terdiri dari pemeriksaan ultrasound untuk mengevaluasi gerakan janin, tonus janin,
gerakan nafas janin dan kedalaman kantong vertikal cairan amnion terbesar, digabungkan dengan
NST. Masing-masing variabel diberi nilai 0 atau 2, tidak ada nilai tengah 1.Skor 8 atau 10
merupakan indikasi kondisi janin yang baik. Tes ulang pada kehamilan postterm sebaiknya 2 kali
per minggu. Jika skor 6, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang 4-6 jam kemudian dan
keputusan berdasarkan skor terakhir.Skor 4 atau kurang adalah indikasi untuk persalinan.
Modified BPP (mBPP) dimana hanya parameter ultrasound yang dievaluasi (tanpa NST)
sama-sama dapat dipercaya. Indikasi untuk terminasi adalah AFI< 6, NST non-reaktif walaupun
dengan pemeriksaan FAST dan test ulang, deselerasi >15 bpm yang berakhir >15 detik atau >30
detik jika diikuti dengan akselerasi. 3
12
Tabel 2.1 Kriteria BPP
Komponen Skor 2 Skor 0
volume cairan amnion Kantong cairan amnion
vertikal tunggal >2 cm
kantong cairan amnion
vertikal terbesar < 2 cm
gerakan nafas janin 1 atau lebih episode ritmis
gerakan nafas janin 30’ atau
lebih dari 30’
abnormal, tidak ada atau
gerakan nafas tidak efisien
gerakan janin ≥3 gerakan tubuh yang
terpisah atau extrimitas
dalam 30 detik
abnormal, tidak ada atau
gerakan yang tidak efisien
tonus janin Minimal 1 ekstensi
extrimitas janin dengan
kembali ke flexi atau
membuka menutup tangan
abnormal, tidak ada atau
tonus janin tidak efisien
NST Reaktif non-reaktif
Sumber: American Family Physician,2005.
Tabel 2.2 Kriteria NST
Hasil Kriteria
Reaktif (normal) Selama 20 detik ≥2 akselerasi DJJ pada minimal 15 bpm
diatas BSL, masing-masing akselerasi berakhir minimal 15
13
detik. Gerakan bayi dapat/tidak dapat dibedakan oleh pasien
Non reaktif (abnormal) Tidak terjadi akselerasi pada lebih dari periode 40 menit
Sumber: American Family Physician, 2005
Tabel 2.3 Perkiraan Volume Cairan Amnion Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasound
Tehnik pemeriksaan Oligohidramnion Normal Polihidramnio
n
AFI 0-5 cm 5,1-25 cm >25 cm
Kantong terdalam tunggal 0-2 cm 2,1-8 cm >8 cm
Kantong diameter 2 0-15 cm 15,1-50 cm >50 cm
Sumber: American Family Physician, 2005
I. Prognosis
Semakin lama masa postterm, semakin buruk prognosis janin. Persalinan adalah saat
berbahaya bagi janin postterm sehingga setiap persalinan postterm harus dilakukan pengamatan
ketat dan sebaiknya dilaksanakan dirumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan
neonatal yang memadai. Pertumbuhan janin postterm yang berlanjut terus akan menghasilkan
bayi besar untuk masa kehamilan, dan dapat terjadi distosia bahu.1,2
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Binarso A, Kristanto H. Kehamilan postterm. dalam : Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. edisi ke-4, cetakan ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2010. H.686-95
2. Cunningham, F.G et al. 2005. Kehamilan Postterm. dalam : Williams Obstetrics.22st
edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, H.809-22
3. Achdiat, C.M.2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
4. Cuningham, F.G. 2001. Williams Obstetrics (21st Edition). United States of
America:TheMcGraw-Hill Companies,Inc
5. Mochtar,R. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi, edisi II.Jakarta:EGC
15