referat calcaneal spur

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaki merupakan salah satu bagian tubuh terpenting. Kaki merupakan penopang berat badan dan beban yang paling besar baik saat berdiri, berjalan, ataupun saat berlari, dan menjadi alat transportasi yang penting dalan aktifitas sehari-hari. Apabila terdapat suatu gangguan atau kelainan pada kaki, maka aktivitas sehari-hari akan terhambat. Terhambatnya aktivitas ini sering dikarenakan oleh rasa nyeri pada tumit yang datang secara tiba-tiba. Salah satu gangguan yang relatif sering terjadi pada kaki adalah calcaneus spur dan plantar fasciitis. Calcaneus spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya) di daerah tubercalcanues, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis adalah peradangan fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Calcaneus spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan nyeri bukan dari spur tapi karena adanyaplantar fasciitis setempat. Kondisi calcaneus spur di Amerika Serikat mencapai 11% dari populasi, tetapi calcaneus spur tidak selau disebabkan oleh terjadinya fasitis plantaris. Gejala yang timbul pada satu kaki biasanya terjadi 20-30%

Upload: malisa-lukman

Post on 31-Oct-2014

233 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

REFERAT REHAB MEDIK

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kaki merupakan salah satu bagian tubuh terpenting. Kaki merupakan

penopang berat badan dan beban yang paling besar baik saat berdiri, berjalan,

ataupun saat berlari, dan menjadi alat transportasi yang penting dalan aktifitas

sehari-hari. Apabila terdapat suatu gangguan atau kelainan pada kaki, maka

aktivitas sehari-hari akan terhambat. Terhambatnya aktivitas ini sering

dikarenakan oleh rasa nyeri pada tumit yang datang secara tiba-tiba.

Salah satu gangguan yang relatif sering terjadi pada kaki adalah calcaneus spur dan

plantar fasciitis. Calcaneus spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya)

di daerah tubercalcanues, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis adalah peradangan

fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Calcaneus

spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan nyeri bukan dari spur

tapi karena adanyaplantar fasciitis setempat.

Kondisi calcaneus spur di Amerika Serikat mencapai 11% dari populasi,

tetapi calcaneus spur tidak selau disebabkan oleh terjadinya fasitis plantaris.

Gejala yang timbul pada satu kaki biasanya terjadi 20-30% pasien dengan pasitis

plantaris. Calcaneus spur sering terjadi pada usia pertengahan dan pemuda atau

atlit 40% pada laki-laki.

Calcaneus spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu

kesatuan sebab akibat yang saling berhubungan. Calcaneus spur terjadi pada lebih dari 50%

orang berusia diatas 50 tahun, dengan atau tanpa keluhan nyeri. Mayoritas penderita calcaneus

spur yang disertai keluhan nyeri (atau terjadi plantarfasciitis) adalah pada wanita, terutama yang

berusia 40-60 tahun. Sementara itu, lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai

calcaneus spur.

Keluhan utama akibat calcaneus spur adalah nyeri yang hebat pada waktu permulaan

berdiri dan berjalan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur atau istirahat/duduk lama, yang

kemudian akan berkurang setelah berjalan beberapa langkah. 

2

Penanganan calcaneus spur terdiri dari operatif dan non operatif. Pada non

operatif dilakukan dengan manipulasi biomechanical untuk kesalahan melangkah,

lokal injeksi steroid dan peranan fisioterapi adalah mengurangi nyeri dengan

menggunakan manual dan modalitas terapi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari calcaneal spur?

2. Apa yang menjadi penyebab/etiologi dari calcaneal spur?

3. Bagaimana patogenesa dari calcaneal spur?

4. Bagaimana penegakan diagnosa dari calcaneal spur?

5. Bagaimana penatalaksanaan pada calcaneal spur?

6. Apa saja program rehabilitasi medik yang dapat dikerjakan?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari calcaneal spur.

2. Mengetahui penyebab/etiologi dari calcaneal spur.

3. Mengetahui patogenesa dari calcaneal spur.

4. Mengetahui penegakan diagnosa dari calcaneal spur.

5. Mengetahui penatalaksanaan pada calcaneal spur.

6. Mengetahui program rehabilitasi medik pada calcaneal spur.

1.4. Manfaat

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang calcaneal spur dengan

lebih memfokuskan pada penatalaksanaan dibidang rehabilitasi medik.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

1) Struktur Tulang

Kaki adalah suatu kesatuan unit yang kompleks dan terdiri dari 26 buah

tulang yang dapat menyangga berat badan secara penuh saat berdiri dan

mampu memindahkan tubuh pada semua keadaan tempat berpijak. Ke-26

tulang itu terdiri dari: 14 falang, 5 metatarsal dan 7 tarsal. Kaki dapat

dibagi menjadi 3 segmen fungsional.

a) Hindfoot (segmen posterior)

Bagian ini terletak langsung dibawah os tibia dan berfungsi sebagai

penyangganya. Terdiri dari:

Talus yang terletak di apeks kaki dan merupakan bagian

dari sendi pergelangan kaki

Calcaneus yang terletak dibagian belakang dan kontak

dengan tanah

b) Midfoot (segmen tengah)

Terdiri dari 5 tulang tarsal yaitu:

3 cuneiforme : medial, intermedium dan lateral

Cuboid

Navikulare

Ke-5 tulang tersebut membentuk persegi empat ireguler dengan

dasar medial dan apeks lateral. 3 cuneiforme dan bagian anterior

cuboid serta naviculare dan bagian belakang tulang cuboid

membentuk suatu garis.

c) Forefoot (segmen anterior)

Bagian ini terdiri dari:

5 metatarsal : I, II, III, IV, V

14 falang. Dimana ibu jari kaki mempunyai 2 falang

sedangkan setiap jari lainnya 3 falang

4

Gambar 1. Anatomi Pedis Tampak Anterior

Gambar 2. Anatomi Pedis Tampak Lateral

2) Sendi dan Ligamen

Tulang-tulang tersebut diatas membentuk persendian-persendian sebagai

berikut:

a. Artikulatio talocruralis

Merupakan sendi antara tibia dan fibula dengan trachlea talus.

Sendi ini distabilkan oleh ligamen-ligamen:

5

Sisi medial

Lig. Deltoid yang terdiri dari:

Lig. tibionavikularis

Lig. calcaneotibialis

Lig. talotibialis anterior dan posterior

Gambar 3. Ligamen Sisi Medial

Sisi lateral:

Lig. talofibularis anterior dan posterior

Lig. calcaneofibularis

Gerak sendi ini: Plantar fleksi

Dorsofleksi

Sedikit abduksi dan adduksi pergelangan kaki

Gambar 4. Ligamen Sisi Lateral

6

b. Artikulatio talotarsalis

Terdiri dari 2 buah sendi yang terpisah akan tetapi secara fisiologi

keduanya merupakan 1 kesatuan, yaitu:

Bagian belakang :

Artikulatio talocalcanearis/subtalar

Ligamen yang memperkuat adalah :

Lig. talocalcanearis anterior

Lig. talocalcanearis posterior

Lig. talocalcanearis medial

Lig. talocalcanearis lateral

Bagian depan :

Artikulatio talocalcaneonavicularis

Ligamen yang memperkuat adalah :

Lig. tibionavikularis

Lig. Calcaneonaviculare plantaris

Lig. Bifurcatum : pars calcaneonavicularis (medial) dan

pars calcaneocuboid (lateral) berbentuk huruf V

Gerak sendi ini: Inversi pergelangan kaki

Eversi pergelangan kaki

c. Articulatio tarsotransversa (CHOPART)

Disebut juga sendi midtarsal atau ‘surgeon’s tarsal joint’ yang sering

menjadi tempat amputasi kaki

Terdiri dari 2 sendi, yaitu:

Articulatio talonavicularis

Articulatio calcaneocuboid, yang diperkuat oleh:

Pars calcaneocuboid lig. bifurcati di medial

Lig. calcaneocuboid dorsalis di sebelah dorsal

Lig. calcaneocuboid di sebelah plantar

Gerak sendi ini : Rotasi kaki sekeliling aksis

Memperluas inversi dan eversi art. Talotarsalis

7

d. Artikulatio tarsometatarsal (LISFRANC)

Adalah sendi diantara basis os metatarsal I-V dengan permukaan sendi

distal pada os cuneiformis I-III

Rongga sendi ada 3 buah, yaitu:

Diantara os metatarsal I dan cuneoformis I

Diantara os metatarsal II dan III dengan cuneiformis II dan III

Diantara os metatarsal IV dan V dengan cuboid

Ligamentum pengikatnya adalah:

Ligg. Tarsi plantaris

Ligg. Tarsi dorsalis

Ligg. Basium os metatarsal dorsalis, interosea dan

plantaris

e. Articulatio metacarpofalangeal

Ligamen pengikatnya adalah : lig. collateralia pada kedua sisi tiap sendi

Gerak sendi ini: Fleksi-ekstensi sendi metacarpal

Abduksi-adduksi sendi metacarpal

f. Artculatio interfalangeal

Ligamen pengikat: lig. colateral di sebelah plantar pedis

Gerak sendi ini: Fleksi-ekstensi interfalang

Abduksi-adduksi interfalang

Gambar 5. Sendi-sendi pada Pedis

3) Otot

8

Otot-otot penggerak kaki dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Otot-otot ekstrinsik

Adalah otot-otot yang berorigo dan bekerja di luar kaki. Otot-otot

tersebut adalah otot-otot tungkai bawah, yaitu:

M. gastrocnemius

Otot ini berorigo pada condylus femoralis medialis dan lateralis

dan berakhir sebagai tendon Achilles yang berinsersi di sisi

posterior calcaneus.

Berfungsi untuk:

Plantarfleksi

Bersama dengan soleus, membantu supinasi sendi subtalar

saat segmen anterior kaki menapak di tanah

M. soleus

Otot ini terletak dibawah gastrocnemius dan berorigo pada tibia

dan fibula bagian atas, dibawah sendi lutut. Berakhir sebagai

bagian dalam tendo Achilles.

Berfungsi untuk : plantarfleksi

Otot ekstrinsik yang lain dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

Kelompok lateral terdiri dari :

M. peroneus longus dan brevis : berorigo pada sisi lateral fibula.

Peroneus brevis berinsersi di basis metatarsal V sedangkan

peroneus longus pada basis metatarsal I dan suneiformis medialis

di permukaan plantar.

Berfungsi untuk: eversi pergelangan kaki.

Kelompok anterior terdiri dari:

M. tibialis anterior: berorigo pada sisi lateral tibia dan

berinsersi di cuneiformis medialis dan basis metatarsal I.

Berfungsi untuk: inversi pergelangan kaki dan dorsofleksi

pergelangan kaki

M. ekstensor hallucis longus: berorigo pada permukaan

anterior fibula dan membran interoseus dan berinsersi di

atas falang distal ibu jari kaki.

9

Berfungsi untuk: ektensi ibu jari kaki dan membantu

dorsofleksi pergelangan kaki

M. ekstensor digitorum longus: berorigo pada condylus

tibia lateralis dan permukaan anterior fibula dan berakhir

sebagai 4 tendon yang melekat disisi dorsal ke-4 jari-jari

kaki. Di ujung tiap tendon terbagi tiga, 1 berinsersi di atas

falang tengah dan 2 lainnya berinsersi di atas falang distal.

Berfungsi untuk: ekstensi jari-jari kaki dan bersama-sama

dengan m. peroneus tertius, yang merupakan bagian

dari ekstensor digirotum longus membantu dorsofleksi

dan eversi pergelangan kaki.

Kelompok medial terdiri dari:

M. tibialis posterior:berorigo pada tibia dan sisi posterior

fibula dan berinsersi di tarsal dan metatarsal medial.

Berfungsi untuk : inversi pergelangan kaki dan

plantarfleksi

M. fleksor hallucis longus: berorigo pada sisi lateral fibula

dan tibia, berinsersi di falang distal ibu jari kaki.

Berfungsi untuk : fleksi falang distal ibu jari kaki

M. fleksor digitorum longus: berorigo pada sisi posterior

tibia dan berinsersi di sisi lateral falang distal ke-4 jari

kaki.

Berfungsi untuk : fleksi jari-jari kaki

b. Otot-otot intrinsik

Adalah otot-otot yang berorigo dan berinsersi pada kaki. Otot-otot

tersebut adalah otot-otot kaki. Otot-otot ini tidak dapat diperiksa

secara individual dan untuk detailnya, dapat merujuk ke buku-buku

anatomi. Yang termasuk otot-otot intrinsik yaitu :

Lapis I

M. Abduktor digiti kuinti

M. abduktor hallucis

10

M. Fleksor digitorum brevis

Lapis II

M. Kuadratus plantaris

Mm. Lumbricales

Lapis III

M. Adduktor hallucis kaput transversal dan oblik

M. Fleksor hallucis brevis

M. Fleksor digiti kuinti brevis

Lapis IV

Mm. Interosseus plantaris dan dorsalis

Gambar 6. Otot Pedis Tampak Superfisial dan Intermediet

11

Gambar 7. Otot Pedis Tampak Bagian Dalam

4) Fascia

Fascia plantaris merupakan sebuah ligamentous/jaringan ikat yang

kuat yang yang menghubungakan dua tulang di bawah kaki yang

membentuk lengkungan (arkus), melekat atau berorigo pada bagian medial

tubercalcaneum dan menyebar ke anterior dan bergabung atau berinsersio

dengan ligamen-ligamen dari sendi metatarsophalangeal I-V. Fascia

plantaris memiliki dua fungsi, yaitu fungsi statis arkus longitudinal medial

dan secara dinamis mengembalikan arcus dan membantu

mengkonfigurasikan kaki saat berjalan.

Gambar 8. Fascia Plantaris

Fungsi utama dari fascia plantaris adalah untuk menstabilkan arcus

longitudinal pada kaki, yang bekerja seperti pegas. Untuk menahan

tekanan ke dasar/landasan tumit dan telapak kaki berikut jari-jari kaki,

12

dilengkapi dengan jaringan-jaringan lunak yang merupakan bantalan

penahan beban yang menekan pada landasan berupa bursa subcalcaneus

dan heel pad dari jaringan lemak yang tebal.

Secara normal, beban tubuh sewaktu berdiri jatuh lurus ke talus

dan kemudian dibagi ke calcaneus, ke anterior medial dan ke anterior

lateral, sehingga terlihat cetakan kaki dimana sisi medial tidak terlihat.

Bila diumpamakan berat yang membebani talus adalah 6 kg makan beban

yang jatuh ke calcaneus 3 kg, ke anterior media 2 kg, dan ke anterior

lateral 1 kg.

Pada kondisi tertentu dimana beban dari tibia ke talus

menyebabkan talus cenderung bergeser ke anterior dan ke medial di atas

calcaneus, maka calcaneus akan terputar ke posterior dan ke lateral atau

tidak pada posisinya. Keadaan ini membuat arcus longitudinal akan

memanjang sehingga fascia plantaris akan bertambah tegang. Hal ini

membuat tarikan di periosteum juga meningkat. Dengan adanya rotasi

calcaneus ke posterior, naviculare akan turun oleh tarikan ligamen

calcaneonaviculare. Dengan adanya tarikan calcaneus ke lateral (calcaneus

valgus) pada awalnya akan mengakibatkan terjadi peregangan pada

ligamen colateral medial, apabila keadaan ini berlanjut akan

mengakibatkan pula peregangan pada ligamen talocalcaneal. Ketegangan

pada tendon Achilles turut memberikan tekanan pada fascia plantaris dan

ini sering dihubungkan dengan nyeri tumit. 

2.2. Definisi

Secara harafiah calcaneal spur artinya, bagian tulang yang mengeras

menjadi taji. Jadi calcaneus spur adalah pembentukan tulang kecil seperti taji di

tumit. Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak

semestinya) di daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu ayam.

2.3. Etiologi

Penyebab calcaneal spur :

13

Gerakan yang abnormal pada sendi dari waktu ke waktu dapat

menyebabkan spur.

Ketegangan yang berlebihan pada fascia palntaris tulang calcaneus dapat

menyebabkan spur (seperti dalam kasus plantar fasciitis, plantar fasia

menjadi meradang karena stres yang berlebihan dan dapat menyebabkan

calcaneal spur). Peregangan fasia plantar sering terjadi karena over-

pronasi (flat foot), tetapi orang-orang dengan lengkungan yang sangat

tinggi juga dapat menyebabkan calcaneal spur.

Trauma, baik yang parah dan berulang (every day wear and tear), dapat

menyebabkan calcaneal spur.

Penyakit seperti osteomielitis dan Charcot foot bisa menyebabkan

calcaneal spur.

Arthritis dan infalamasi yang luas dapat menyebabkan calcaneal spur.

Faktor resiko calcaneal spur :

Orang yang overweight atau obesitas

Orang tua

Wanita

Pemakain sepatu yang tidak tepat

2.4. Patogenesis

Patofisiologi calcaneal spur masih belum begitu jelas. Beberapa hipotesis

menjelaskan terjadinya calcaneal spur. Longitudinal traction hypothesis

menyebutkan bahwa adanya traksi yang berulang-ulang pada insersi fascia

plantaris di tulang kalkaneus menyebabkan terjadinya inflamasi dan osifikasi

reaktif. Bukti yang mendukung hipotesis ini berdasarkan penelitian yang

menyebutkan bahwa ketegangan fascia plantaris akan meningkat jika

kelengkungan telapak kaki bagian medial rendah (flat foot), hal ini akan

menyebabkan nyeri pada tumit (heel pain). Namun validitas dari hipotesis ini

masih dipertanyakan, karena beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa : 1.)

sebagian besar spur berada pada bagian dalam fascia plantaris (khususnya pada

insersi m. fleksor digitorum brevis, m. quadratus plantar, dan m. abduktor

14

hallucis, juga berada di dalam fibrokartilago dan jaringan ikat longgar), 2.)

analisis histologis pada plantar fascia yang dieksisi tidak menujukkan adanya

tanda-tanda inflamasi, 3.) trabekula tulang dari spur tidak sejajar dengan arah dari

traksi fascia plantaris, 4.) spur yang telah dieksisi dapat terjadi kembali pada

pasien yang fascia plantarisnya telah dilepas dengan operasi.

Adanya penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau

aponeurosis akan menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai

tarikan periosteum dari tulang (calcaneus), sehingga daerah subperiosteum akan

bertambah lebar. Kemudian terjadi peradangan subperiosteum yang juga

menyebabkan nyeri. Setelah itu akan terjadi pembentukan jaringan fibrous yang

akan memicu penumpukan kalsium di subperiosteum, dan selanjutnya terbentuk

spur. Pada pemulaannya, nyeri kemungkinan disebabkan oleh peradangan dari

jaringan tendofascioperoeosteal, pada stadium lanjut nyeri disebabkan oleh spur

yang memicu peradangan tendofascio plantaris

Hipotesis lain diajukan oleh Kumai dan Benjamin, yang disebut vertical

compression hypothesis. Hipotesis ini menyebutkan bahwa calcaneal spur dapat

terjadi akibat kompresi yang berulang-ulang dibanding akibat suatu traksi.

Calcaneal spur adalah suatu jaringan fibrokartilago yang tumbuh berlebihan

akibat stress fraktur pada kalkaneus, dengan tujuan melindungi kalkaneus dari

suatu retakan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang menujukkan bahwa

calcaneal spur lebih sering terjadi pada orang yang obesitas dan pada orang yang

mengalami penurunan elastisitas lapisan lemak di telapak kaki, contohnya pada

orang tua. Selain itu, analisis histologis juga menujukkan bahwa trabekula dari

spur mengarah secara vertical, membuktikan bahwa adanya stres yang

menyebabkan terjadinya spur berasal dari beban yang vertikal.

2.5. Gejala Klinis

Pasien dengan calcaneal spur belum tentu merasa bermasalah dengan

kakinya. Bahkan sangat mungkin tidak merasakan keluhan apapun meski sudah

terbentuk spur di tulang tumitnya. Adapun gejala yang sering timbul adalah nyeri

di tumit sewaktu bangun pagi atau sesudah duduk. Menapakkan kaki pertama kali

15

setelah bangun tidur yang seringkali membangkitkan nyeri tumitnya. Hal ini

merupakan pertanda khas pada kasus calcaneal spur.

Pada beberapa kasus, keluhan nyeri juga sering muncul setelah duduk atau berbaring

lama. Keluhan juga bisa muncul setelah kaki menapak ke lantai lagi setelah lama

tidak menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa sakit ini bisa reda pada siang hari.

Intensitas rasa sakit bervariasi, bisa ringan sampai berat. Rasa nyeri ini tentu saja

sangat berpengaruh terhadap kehidupan penderitanya. Selain tidak leluasa

melakukan aktifitas, gerakan tubuh pun jadi terbatas karena calcaneal spur.

Keluhan lain juga berupa kaki terasa lelah dan tidak nyaman, kadang berjalan

dengan pincang. Pada beberapa kasus timbul nyeri pada daerah betis dan terjadi

kram. Karena seringkali muncul tanpa gejala, para penderita tidak tahu jika

dirinya terkena penyakit ini.

2.6. Penegakan Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada perlekatan fasia plantaris yaitu di

tuber calcaneus sisi antero-medial. Nyeri terjadi pada perlekatan fasia plantaris dan akan

bertambah bila jari kaki digerakkan pasif ke arah dorsi fleksi. Nyeri juga bertambah jika

kaki atau ibu jari pada posisi fleksi atau ekstensi.

Gambar 9. Nyeri Tekan pada Tumit

Cara untuk mendeteksi kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen pada

pedis secara AP dan lateral. Hasil pemeriksaan akan tampak jelas pada foto lateral.

Hasil foto menunjukkan seberapa besar spur yang sudah tumbuh. Akan

16

tetapi, besarnya spur yang tumbuh tidak ada hubungannya dengan nyeri.

Misalnya, spur di kaki kiri lebih besar daripada kaki kanan. Tapi, kaki kanan lebih

terasa nyeri dibanding kaki kiri.

Gambar 10. Gambaran Foto Rontgen Pedis Lateral, A : tulang kalkaneus

normal, B : terdapat plantar calcaneal spur

Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengevaluasi adanya perubahan pada

fascia plantaris dan untuk mengidentifikasi adanya inflamsi pada bursa.

Gambar 11. Hasil USG dapat Mendeteksi Abnormalitas pada

Plantar Fascia dan Bursa

2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan calcaneal spur sama seperti pengobatan plantar fasciitis.

Karena penyebabnya berhubungan, maka pengobatannya sama. Langkah pertama

dalam pengobatan adalah mengistirahatkan tumit dalam jangka pendek dan

17

mengontrol peradangan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk

mengobati gejala plantar fasciitis dan calcaneal spur :

1. Istirahat

Langkah pengobatan pertama adalah menghindari kegiatan yang

memperburuk gejala. Misalnya, tidak melakukan joging atau berdiri terlalu

lama untuk sementara agar mengistirahatkan tumit yang sakit. Hanya

dengan beristirahat biasanya dapat membantu menghilangkan rasa sakit

yang parah dan tidak memperberat proses inflamasi.

2. Obat-obatan

a) NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs) yang dapat digunakan

antara lain adalah Ibuprofen. Ibuprofen berfungsi untuk menghambat

reaksi peradangan dan nyeri dengan menurunkan sintesa prostaglandin

digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesik, diberikan per oral.

Pengobatan ini merupakan cara yang paling baik dan aman. Contoh lain

obat golongan ini adalah aspirin. Aspirin berfungsi untuk menurunkan

respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya

peradangan selanjutnya.

b) Injeksi 25 mg Cortison acetat (IV)

Injeksi 25 mg cortison acetat (IV) dilakukan pada insersio paponeurosis

plantaris pada tulang calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial

tulang calcaneus. Injeksi yang terlalu banyak dapat melemahkan serta

merusak plantar fascia serta menyusutkan bantalan lemak di sekeliling

tumit. Injeksi kortikosteroid diindikasikan jika dengan pengobatan oral

selama 3 bulan tidak mengalami perbaikan.

c) Methylprednisolon topical

Methylprednisolon topical berfungsi untuk menurunkan peradangan

dengan menekan migrasi dari sel PMN dan menurunkan permeabilitas

kapiler.

3. Fisioterapi

a) Terapi dingin

18

Kompres es akan membantu mengurangi beberapa gejala dan

mengontrol nyeri pada tumit. Hal ini berguna pada kondisi nyeri dan

spasme yang akut dan tidak dianjurkan untuk terapi jangka panjang.

b) Terapi Panas

Terapi panas ini diberikan melalui Ultrasound massage atau Short

Wave Diathermy selama 2-3 minggu tergantung pada beratnya nyeri.

Terapi panas membantu untuk meringankan nyeri dan spasme otot.

c) TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation)

TENS adalah bentuk lain dari terapi panas yang berguna pada kondisi

nyeri yang akut.

d) Infra Merah

Terapi ini lebih rendah daripada terapi panas yang disebutkan di atas.

Infra merah hanya memanaskan struktur yang superfisial seperti kulit

dan jaringan subkutan. Pasien dapat melakukan sendiri di rumah.

e) ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy)

ESWT adalah terapi gelombang kejut yang diarahkan ke lokasi rasa

sakit untuk merangsang peredaran darah sehingga terjadi perbaikan

jaringan, menghilangkan peradangan, dan menghilangkan nyeri

sehingga pasien bisa beraktivitas lagi.

Gambar 12. ESWT pada tumit

f) Masase

Masase yang regular dan ritmis pada tumit yang sakit dengan

menggunakan salep anti nyeri (topikal) dapat menstimulasi relaksasi

otot-otot dan menghilangkan nyeri. Selama masase kekuatan yang

19

digunakan tidak boleh terlalu kuat. Masase dilakukan selama 15 menit.

Setelah selesai masase, kaki direndam di air hangat selama 10-15 menit.

Kemudian kaki di letakkan pada lantai selama beberapa menit.

Selanjutnya mulai melangkah secara perlahan.

Gambar 13. Teknik Masase Kaki

4. Latihan dan peregangan

a) Latihan Wall Stretches

Latihan ini dilakukan untuk merenggangkan otot gastrocnemius dan

otot hamstring. Latihan dilakukan dengan cara posisi tubuh menghadap

ke dinding, berdiri sekitar dua sampai tiga kaki dari tembok, kemudian

lakukan dorongan dengan tangan pada tembok. Dengan kaki yang sakit

di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki

yang depan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang

belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai. Posisi

ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi

setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.

Gambar 14. Latihan Wall Stretches

20

Metode lain yang dapat digunakan untuk merenggangkan otot

gastrocnemius dan otot hamstring dengan stetching exercise berikut :

Gambar 15. Stretching exercise untuk otot gastrocnemius dan otot

hamstring.

b) Latihan Peregangan dengan Counter Top

Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki

terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut

sampai dalam posisi jongkok dan tahan. Posisi tumit ditahan dilantai

selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan posisi

ini selama 10 detik. Setelah 10 detik kaki rileks, kemudian luruskan

kembali, ulangi sampai 20 kali.

Gambar 16. Latihan Peregangan dengan Counter Top

c) Latihan Rolling the foot

Latihan dilakukan dengan cara memutar sebuah bola atau kaleng bekas

yang diletakkan di telapak kaki ke arah depan dan belakang. Latihan ini

dapat membantu masase tumit yang nyeri dan kekakuan kaki.

21

Gambar 17. Latihan Rolling the foot

d) Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage

Latihan ini dilakukan sebelum pasien turun dari tempat tidur, baik saat

bangun tidur atau setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat

tidur plantar fascia semakin mengencang.

Gambar 18. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage

e) Latihan mobilisasi

Latihan dilakukan dengan menggerakkan seluruh sendi pada kaki dan

pergelangan kaki secara aktif selama 5 menit. Hal ini akan

meningkatkan ROM dari sendi kaki.

Gambar 19. Latihan mobilisasi

22

5. Alat bantu

1. Heel pad dan heel cup

Heel pad adalah sol yang diletakkan di dalam sandal atau sepatu. Heel

pad berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat

dengan lubang ditengahnya. Fungsi heel pad berguna untuk menyerap

goncangan yang terjadi selama berjalan. Selain itu juga mengurangi

tekanan pada tumit, sehingga mengurangi nyeri. Heel cup memiliki

bentuk yang sedikit berbeda, dengan bagian posterior yang lebih tinggi

dan bagian tengahnya tidak berlubang, namun mebih lunak.

Gambar 20. Heel Pad (kiri) dan Heel Cup (kanan)

2. Arch support

Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk

mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat

dibantu dengan Arch support yang berfungsi untuk mengurangi tekanan

pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.

Gambar 21. Arch Support

3. Night splints (Bidai malam)

Night splints dirancang untuk menjaga telapak kaki seseorang dalam

posisi netral sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur

dengan telapak kaki dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan

23

plantar fascia dalam posisi yang memendek. Penggunaan Night

dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan

pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi

dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu plantar fascia

dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan saat

melangkah pertama di pagi hari.

Gambar 22. Night splints (Bidai malam)

6. Tindakan operasi

Jika pengobatan konservatif tidak dapat mengurangi rasa sakit di tumit,

operasi mungkin diperlukan. Prosedur yang paling umum endoscopic

plantar fascia release, yang mampu mengurangi ketegangan struktur di

sekitar tumit. Setelah tulang kalkaneus bebas dari fascia plantaris, maka

spur dapat di-remove.

7. Intervensi dan edukasi

a) Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang.

b) Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau

kegemukan.

c) Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan

fleksibelitas plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa

latihan peregangan diantaranya adalah :

Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk

Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan

Meregangkan betis dan tumit pada lantai

24

d) Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan

kaki ditaruh di lantai

e) Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan

mendukung bagian tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang

baik dan berkualitas untuk berjalan dan berlari.

f) Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki

g) Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat

h) Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau

aktivitas yang berat.

25

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak

semestinya) di daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu

ayam.

Penyebab calcaneal spur adalah gerakan yang abnormal pada sendi dari

waktu ke waktu dapat menyebabkan spur, ketegangan yang berlebihan

pada fascia plantaris tulang, trauma, penyakit seperti osteomielitis dan

Charcot foot.

Gejala yang sering timbul adalah nyeri di tumit sewaktu bangun pagi

atau sesudah duduk, Menapakkan kaki pertama kali setelah bangun

tidur yang seringkali membangkitkan nyeri tumitnya, keluhan nyeri juga

sering muncul setelah duduk atau berbaring lama dan setelah kaki menapak ke

lantai lagi setelah lama tidak menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa

sakit ini bisa reda pada siang hari.

Penegakan diagnosis dengan menggunakan foto rontgen pedis AP dan

lateral. Pada posisi lateral calcaneal spur lebih jelas terlihat.

Penatalaksanaan calcaneal spur meliputi istirahat, medikamentosa,

fisioterapi, latihan dan peregangan, menggunakan alat bantu atau ortesa,

dan tindakan operasi.

3.2. Saran

Tindakan non medikamentosa sangat berpengaruh terhadap penanganan

calcaneal spur. Untuk itu, tindakan fisioterapi, latihan dan peregangan, serta

penggunaan alat bantu atau ortesa sangat perlu untuk dilakukan.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Edmund, M., Kosmahl, PT. 1987. Painful plantar heel, plantar fasciitis,

and calcaneal spur: etiology and treatment. The journal of orthopedic

and sports physical therapy Vol 9 (1)

2. James L. Thomas , Jeffrey C. Christensen. 2010. The Diagnosis and

Treatment of Heel Pain : A Clinical Practice Guideline. The Journal of

Ankle and Foot Surgery Vol 49 (3)

3. Maisie. 2009. Heel Spurs: Calcaneal Spur Treatment. Available at

http://www.buzzle.com/articles/heel-spur-treatment.html.

4. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum..

Jakarta : Dian Rakyat

5. Snell, Richard. 1998. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC

6. Tooney EP. 2009. Plantar Heel Pain. Journal of Foot Ankle Clin Vol 14

(2): 229-45