referat dr erica
DESCRIPTION
referat nichTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat pesat 3 dekade
terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi semakin meningkatnya
pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik, super
infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif masih menyebabkan infeksi nosokomial. Pada
tahun 2002 di Amerika terdapat 250.000 kasus pneumonia nosokomial dan 36.000 dari kasus
tersebut berujung dengan kematian (1). Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak
perkembangan yang telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka
kejadian infeksi nosokomial di banyak negara,dan dibeberapa negara, kondisinya justru
sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperpanjang waktu perawatan dan perubahan
pengobatan dengan obat-obatan mahal,serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Salah satu
jenis infeksi nosokomial adalah infesi nosokomial saluran nafas bawah menurut Hanan et al
menyebabkan 90.000 kematian di Amerika tiap tahunnya. Salah satunya adalah pneumonia
nosokomial atau hospital aquired pneumonia (HAP) . Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada nosokomial di ruangan umum,yaitu pada hampir 25% dari semua infeksi di
ICU dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik (VAP Event)
Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP) adalah pneumonia
yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat ke-2 sebagai infeksi nosokomial di
Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan, kematian dan
biaya perawatan di rumah sakit. Di Perancis , Infeksi nosokomial dalam ICU mencapai
12.4% pada pasien yang dilakukan intubasi pada tahun 2010. Kematian akibat dari VAP
( Ventilator Associated Pneumonia ) mencapai 40 – 50 % dari populasi ICU per tahun
Beberapa studi mendemonstrasikan adanya penurunan angka infeksi nosokomial
setelah menjalankan pengawasan secara nasional seperti contoh di Jerman terjadi penurunan
20% kejadian pneumonia nosokomial . Hal itu dicapai dengan adanya sistem pemantauan
yang dilakukan pada Krakenhaus Hospital di Jerman. Dengan adanya suatu garis panduan ,
hal seperti ini dapat kita implementasikan pada rumah sakit di Indonesia dimana tingkat
resistensi dan angka kejadian yang cukup tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan bawah.
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections atau Hospital-Acquired Infections)
adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan
infeksi itu tidak ditemukan/diderita pada saat pasien masuk rumah sakit. Infeksi Nosokomial
sangat nyata merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi nosokomial dapat terjadi
oleh karena tindakan instrumenisasi ataupun intervensi pada saat dirawat di rumah sakit,
misalnya pemasangan kateter, infus, tindakan-tindakan operatif lainnya.
Infeksi oportunistik terjadi pada penderita yang mengalami immuno compromise
yang dirawat di rumah sakit, infeksi biasa berasal dari luar dan dari dalam penderita sendiri
yang disebabkan oleh kerusakan barier mukosa. Infeksi nosokomial transmisi berasal dari
dokter, perawat dan pelayan medik yang lain bisa berasal dari tangan yang tidak steril, infeksi
dari makanan, minuman atau ventilasi, kateter dan alat endoskopi ataupun tindakan invasif
yang lain.
Pneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi dnegan cairan
radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
interstisium,menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya dengan gambaran
infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada. Gejala/tanda tersebut antara
lain,demam,sesak nafas,batuk dengan dahak purulen kadang disertai darah dan nyeri dada.
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat
di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.
Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam
setelah pemasangan intubasi endotrakeal.
ETIOLOGI
Patogen penyebab pneumonia nosokomial berbeda dengan pneumonia komuniti.
Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug resistance (MDR)
misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA)
Page | 2
dan kuman MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Acinetobacter spp dan Gram positif seperti Methicillin Resistance
Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia nosokomial yang disebabkan jamur, kuman
anaerob dan virus jarang terjadi.
Patogen Faktor resiko
Staphylococcus aureus
Methicillin resisten S. aureus
Koma, cedera kepala, influenza, pemakaian
obat IV, DM gagal jantung
Ps. Aeruginosa Perrnah dapat antibiotik, ventilator > 2 hari
Lama dirawat di ICU, terapi
steroid/antibiotik
Kelaian struktur paru (bronkiestasis, kistik,
fibrosis), malnutrisi
Anaerob Aspirasi, selesai operasi abdomen
Acinetobacter spp. Antibiotik sebelum onset pneumonia dan
ventilasi mekanik
Tabel 1. Etiologi dan faktor resiko pneumonia
Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia nosokomial di Indonesia tidak diketahui
disebabkan antara lain data nasional tidak ada dan data yang ada hanya berasal dari beberapa
rumah sakit swasta dan pemerintah serta angkanya sangat bervariasi. Bahan pemeriksaan
untuk menentukan bakteri penyebab dapat diambil dari dahak, darah, cara invasif misalnya
bilasan bronkus, sikatan bronkus, biopsi aspirasi transtorakal dan biopsi aspirasi transtrakea.
KLASIFIKASI PNEUMONIA NOSOKOMIAL
- Hospital-acquired pneumonia (HAP)
Pneumonia yang terjadi < 48 jam setelah dirawat di RS
- Ventilator-associated pneumonia (VAP)
Pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal
Page | 3
- Healthcare-associated Pneumonia (HCAP)
1. Telah dirawat 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi
2. Tinggal di rumah perawatan (nursing home, atau long-term care facility)
3. Mendapat AB intravena, kemoteapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari
proses infeksi
4. Datang ke RS atau klinik hemodialisa
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko pada pneumonia dibagi menjadi 2 bagian:
1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh
Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme, azotemia),
perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi
endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu
operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut
(acute lung injury) serta bronkiektasis
2. Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan :
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu
torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap
Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh,
pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran
pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring
melepaskan bacteriocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian
penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan
kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
Page | 4
c. Peralatan terapi pernapasan
Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri pseudomonas aeruginosa dan bakteri
gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrikpemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung
dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid /
penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri
gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
• Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
• Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu
napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
• Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
PATOGENESIS
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti.
Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute
masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu7 :
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis dan
usia lanjut
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien
Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi mempunyai risiko
mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil
masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal
membersihkan dapat menimbulkan proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi pneumonia.
Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan
menyebabkan kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan
Page | 5
makanan. Patogen penyebab pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan
Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi di saluran
napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal yang penting untuk
terjadi pneumonia
PATOFISIOLOGI
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofaring merupakan rute
infeksi yang paling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, hematogen , dan penyebaran
langsung dari tempat penularan infeksi. Jalan nafas atas merupakan garis pertahanan pertama
terhadap infeksi,tetapi pembersihan mikroorganisme oleh air liur,ekspulsi dan sekresi IgA
dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun , merokok dan intubasi endotrakeal
abnormal (mis., kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah
baring berkepanjangan. Pertahanan jalan nafas bawah meliputi batuk, refleks muntah,
ekspulsi mukosiliar, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN) dan imunitas
seluler dan humoral. Pertahanan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok,
produksi mukus yang abnormal (mis.,kistik fibrosis atau bronkitis kronis),penurunan imun,
intubasi dan tirah baring berkepanjangan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer
terhadap invasi saluran pernapasan bawah dan setiap hari membersihkan jalan nafas dari
mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna.
Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme yang terlalu besar maka makrofag akan
merekrut PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk
leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen dan protease. Inflamasi
tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi /perfusi dan
hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel baru yang meluas, membantu mikroorganisme intrasel
seperti tuberkulosis atau bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau endokarditis,
sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflamatory response syndrome (SIRS) atau
sepsis. Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat patofisiologis dan perjalanan
penyakit .
Page | 6
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis Pneumonia Nosokomial Menurut CDC :
Pneumonia definisi klinis :
- Pemeriksaan radiologis terdapat 1 dari :
Infiltrat baru, persisten atau progresif
Konsolidasi
Kavitas
Pneumotokel, pada bayi < 1 tahun
- Terdapat 1 dari :
Demam (> 38 o C)
Leukosit < 4000 atau > 12000
Umur > 70 tahun , perubahan status mental tanpa sebab jelas
- Terdapat 2 dari :
Onset sputum purulen baru, atau perubahan sputum , atau peningkatan
sekresi respirasi, atau kebutuhan penyedotan meningkat
Onset baru , atau batuk semakin parah, dyspnea, atau tachypnea
Rales (Ronkhi kering) atau nafas bronkial
Nilai AGD yang semakin parah ( PaO2 < 240) peningkatan kebutuhan
oksigen
Kriteria diagnosis pneumonia komuniti menurut PDPI :
Ditemukan tanda adanya infiltrat baru atau infiltrat progresif pada foto thoraks dan ditemukan
2 atau lebih gejala di bawah ini :
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan Karakteristik dahak / purulen
3. Suhu tubuh 38 o C (aksila) / riwayat demam
4. Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial dan
ronkhi
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500
Page | 7
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS
Setidaknya terdapat 3 kriteria minor untuk dapat menentukan terjadinya pneumonia
nosokomial. Adapun kriteria tersebut :
Kriteria minor :
Frekuensi nafas > 30 kali / menit
PaO2 /FiO2 < 250
Infiltrat multilobar
Disorientasi / kebingungan
Uremia ( BUN > 20 mg/dl)
Leukopenia (Leukosit, < 4000 sel /mm3)
Thrombositopenia
Hypothermia, < 36o C
Hipotensi
Kriteria mayor :
Ventilasi mekanis invasif
Syok sepsis yang membutuhkan vasopressor
Page | 8
Strategi manajemen untuk pasien suspek HAP, VAP, atau VCAP menurut American
Thoracic Society 2005
KOMPLIKASI
Beberapa penyebab perburukan atau gagal terapi,termasuk diantaranya kasus-kasus
yang diobati bukan pneumonia, atau tidak memperhitungkan faktor tertentu penjamu,bakteri
atau antobiotik. Beberapa penyakit noninfeksi seperti gagal jantung ,emboli paru dengan
infark,pneumonia aspirasi akibat bahan kimia diterapi sebagai HAP.
Faktor pejamu yang menghambat perbaikan klinis adalah pemakaian alat bantu
mekanis yang lama, gagal nafas, usia di atas 60 tahun, inflitrat paru bilateral, pemakaian
antibiotik sebelumnya dan pneumonia sebelumnya. Faktor bakteria yang mempengaruhi hasil
terapi adalah jenis bakteri resistensi kuman sebelum dan selama terapi terutama p.auruginosa
yang diobati dengan antibiotik tunggal.hasil buruk biasanya dihubungkan dengan basil gram
Page | 9
negati,flora mikroba atau bakteri yang sudah resisten dengan antibiotik. Pneumonia juga bisa
disebabkan oleh patogen yang lain seperti m.tuberkulosis,jamur dan virus atau patogen yang
sangat jarang sehingga tidak diperhitungkan pada pemberian antibiotik.
Penyebab lain kegagalan terapi adalah komplikasi pneumonia seperti abses paru dan
empiema. Pada beberapa pasien HAP mungkin terdapat sumber infeksi lain yang bersaam
seperti sinusitis,enterokolitis,dan infeksi saluran kemih. Demam dan infiktrat dapat menetap
karena berbagai hal seperti demam akibat obat sepsis dengan gagal organ multipel.
PENATALAKSANAAN
Algoritma untuk memulai terapi antibiotik empirik
Page | 10
Jenis antibiotik yang digunakan pada pasien tanpa tanda-tanda resistensi :
Penatalaksanaan pneumonia nosokomial dengan adanya tanda-tanda resistensi :
Page | 11
TERAPI ANTIBIOTIK
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang harus
mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang mungkin sebagai
penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis dan cara
pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang maksimal. Pemberian terapi
empiris harus intravena dengan sulih terapi pada pasien yang terseleksi, dengan
respons klinis dan fungsi saluran cerna yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada hasil
kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi kuman
MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis memburuk
6. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan empirik
apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik
berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan mengubah mortaliti apabila
terapi empirik telah memberikan hasil yang memuaskan.
Page | 12
Tabel 4. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP
pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR (mengacu
pada ATS/IDSA 2004)(3)
Antibiotik Dosis
Sefalosporin antipseudomonal
Sefepim
Seftasidim
Sefpirom
1-2 gr setiap 8 – 12 jam
2 gr setiap 8 jam
1 gr setiap 8 jam
Karbapenem
Meropenem
Imipenem
1 gr setiap 8 jam
500 mg setiap 6 jam / 1 gr setiap 8
jam
βlaktam / penghambat β laktamase
Piperasilin-tasobaktam
4,5 gr setiap 6 jam
Aminoglikosida
Gentamisin
Tobramisin
Amikasin
7 mg/kg BB/hr
7 mg/kg BB/hr
20 mg/kg BB/hr
Kuinolon antipseudomonal
Levofloksasin
Siprofloksasin
750 mg setiap hari
400 mg setiap 8 jam
Vankomisin 15 mg/kg BB/12 jam
Linesolid
Teikoplanin
600 mg setiap 12 jam
400 mg / hari
Page | 13
LAMA TERAPI
Pasien yang mendapat antibiotik empirik yang tepat, optimal dan adekuat,
penyebabnya bukan P.aeruginosa dan respons klinis pasien baik serta terjadi resolusi
gambaran klinis dari infeksinya maka lama pengobatan adalah 7 hari atau 3 hari bebas panas.
Bila penyebabnya adalah P.aeruginosa dan Enterobacteriaceae maka lama terapi 14 – 21
hari. Pada pasien dengan imunitas yang normal terapi AB biasanya diberikan selama 2
minggu,dapat diperpanjang bila terdapat gangguan daya tahan tubuh. Pasien ini biasanya
menyelesaikan terapi AB parenteral di RS dan tidak ada kesempatan untuk dilakukan
pengalihan obat kepada bentuk oral.
RESPONS TERAPI
Respons terhadap terapi dapat didefinisikan secara klinis maupun mikrobiologi.
Respons klinis terlihat setelah 48 – 72 jam pertama pengobatan sehingga dianjurkan tidak
merubah jenis antibiotik dalam kurun waktu tersebut kecuali terjadi perburukan yang nyata.
Setelah ada hasil kultur darah atau bahan saluran napas bawah maka pemberian
antibiotik empirik mungkin memerlukan modifikasi. Apabila hasil pengobatan telah
memuaskan maka penggantian antibiotik tidak akan mengubah mortaliti tetapi bermanfaat
bagi strategi de-eskalasi. Bila hasil pengobatan tidak memuaskan maka modifikasi mutlak
diperlukan sesuai hasil kultur dan kepekaan kuman. Respons klinis berhubungan dengan
faktor pasien (seperti usia dan komorbid), faktor kuman (seperti pola resisten, virulensi dan
keadaan lain).
Hasil kultur kuantitatif yang didapat dari bahan saluran napas bawah sebelum dan
sesudah terapi dapat dipakai untuk menilai resolusi secara mikrobiologis. Hasil mikrobiologis
dapat berupa: eradikasi bakterial, superinfeksi, infeksi berulang atau infeksi persisten.
Parameter klinis adalah jumlah leukosit, oksigenasi dan suhu tubuh. Perbaikan klinis
yang diukur dengan parameter ini biasanya terlihat dalam 1 minggu pengobatan antibiotik.
Pada pasien yang memberikan perbaikan klinis, foto toraks tidak selalu menunjukkan
perbaikan, akan tetapi apabila foto toraks memburuk maka kondisi klinis pasien perlu
diwaspadai.
Page | 14
Pencegahan Pneumonia Nosokomial
1. Pencegahan pada orofaring dan koloni di lambung
• Hindari pemakaian antibiotik yang tidak tepat karena dapat menyebabkan
berkembangnya koloni abnormal di orofaring, hal ini akan memudahkan terjadi multi
drug resistant (MDR). Pemilihan dekontaminan saluran cerna secara selektif
termasuk antibiotik parenteral dan topikal menurut beberapa penelitian sangat efektif
untuk menurunkan infeksi pneumonia nosokomial, tetapi hal ini masih kontroversi.
Mungkin efektif untuk sekelompok pasien misalnya pasien umur muda yang
mengalami trauma, penerima donor organ tetapi hal ini masih membutuhkan
survailans mikrobiologi. Pemakaian sukralfat disamping penyekat H2
direkomendasikan karena sangat melindungi tukak lambung tanpa mengganggu pH.
Penyekat H2 dapat meningkatkan risiko pneumonia nosokomial tetapi hal ini masih
merupakan perdebatan. Penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan gerakan
duodenum misalnya metoklopramid dan sisaprid, dapat pula menurunkan bilirubin
dan kolonisasi bakteri di lambung.
• Meningkatkan program vaksinasi S.pneumoniae dan influenza
• Anjuran untuk berhenti merokok
2. Pencegahan aspirasi saluran napas bawah
• Letakkan pasien pada posisi kepala lebih ( 30-45 O ) tinggi untuk mencegah aspirasi
isi lambung
• Gunakan selang saluran napas yang ada suction subglotis
• Gunakan selang lambung yang kecil untuk menurunkan kejadian refluks gastro
esofagal
• Hindari intubasi ulang untuk mencegah peningkatan bakteri yang masuk ke dalam
saluran napas bawah
• Pertimbangkan pemberian makanan secara kontinyu dengan jumlah sedikit melalui
selang makanan ke usus halus
3. Pencegahan inokulasi eksogen
Page | 15
• Prosedur pencucian tangan harus dijalankan sesuai prosedur yang benar, untuk
menghindari infeksi silang
• Penatalaksanaan yang baik dalam pemakaian alat-alat yang digunakan pasien
misalnya alat-alat bantu napas, pipa makanan dll
• Disinfeksi adekuat pada waktu pencucian bronkoskop serat lentur
• Pasien dengan bakteri MDR harus diisolasi
• Alat-alat yang digunakan untuk pasien harus diganti secara berkala misalnya selang
makanan , jarum infus dll
4. Mengoptimalkan pertahanan tubuh pasien
• Drainase sekret saluran napas dengan cara fisioterapi
• Penggunaan tempat tidur yang dapat diubah-ubah posisinya
• Mobilisasi sedini mungkin
Rencana meminimalkan resistensi patogen
Secara teoritis pemilihan AB berdasarkan farmakodinamik akan meningkatkan eradikasi
kuman dan dengan demikian membatasi timbulnya resistensi patogen,namun ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resistensi patogen, yaitu3 :
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental
3) Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak
4) Pengaturan cairan,agar overhidrasi tidak terjadi
5) Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat
6) Pertimbangan obat inotropik bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal
ginjal prerenal
7) Ventilasi mekanis pada pasien hipoksemia persisten,gagal nafas,
8) Drainase empiema
9) Berikan nutrisi yang cukup kalori pada pasien dengan gagal nafas,terutama lemak
>50%.
BAB III
Page | 16
KESIMPULAN
Angka kejadian pneumonia nosokomial baik yang termasuk HAP ataupun VAP semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya pasien dengan immunocompromissed dan bakteri yang resisten antibiotik. Partisipasi dari semua warga rumah sakit dibutuhkan untuk mencegah terjadinya angka kejadian yang semakin meningkat. Pada pasien dengan PN tidak didapatkan gambaran yang khas, berbeda dari PK dalam menegakkan diagnosis PN kriteria yang diajukan oleh CDC menjadi landasan dalam menegakkan diagnosis PN.
Diperlukan terapi antibiotik kombinasi pada pasien dengan infeksi oleh kuman yang telah MDR dengan terlebih dulu dilakukan biakan sputum yang didapat dari sputum yang dibatukkan,induksi sputum ataupun aspirasi sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi. Angka kematian pasien dengan pneumonia nosokomial mencapai 50%,hal ini diperparah dengan faktor resiko yang didapat dari pasien,hal ini membuat pencegahan dari tahap inang,faktor alat dan faktor lingkungan sangat diharapkan dapat menurunkan angka kematian pasien dengan pneumonia nosokomial
DAFTAR PUSTAKA
Page | 17
1. American Thoracic Society Document. Guidelines For management of adults With Hospital
Acquired,ventilator-Associated,and Healthcare Associated Pneumonia. 2005. Available at url:
www,atsjournal.org
2. American Thoracic Society. Hospital Acquired Pneumonia in adults : Diagnosis, assesment of
severity, initial antimicrobial therapy and preventive strategies. Am J Respir Crit Care Med.
153 : 1711-25.
3. Central Disease of Control. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Event guideline. 2014.
Available at www.cdc.gov
4. Micek S.T, Kollef K.E, et al .Health care associated pneumonia and Community Acquired
Pneumonia : a Single Center Experience. American Society for Microbiology . 2007 . 3568 –
73.
5. Intensive Care unit Empirical Antimicrobial Treatment Guidelines 2010. Available at
intensivecare.hsnet.nsw.gov.au
6. PDPI. Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2003.pp:1-17
Page | 18