referat floaters

14
BAB I PENDAHULUAN Mata bagian dalam sebagian besar di isi oleh vitreus. Vitreus memiliki substansi seperti gel yang kental dan juga jernih. Seiring bertambahnya usia inti vitreus perlahan-lahan akan mengalami pencairan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelepasan vitreus dengan retina. Saat terjadinya pelepasan ini serat-serat kolagen vitreus akan menjadi tebal dan dapat terlihat. Serat-serat kolagen yang tebal dan terlihat itu disebut sebagai floaters, atau sering juga dideskripsikan sebagai bintik-bintik hitam atau jaring laba-laba yang akan muncul dan terlihat dalam penglihatan. Orang yang mengalami floaters biasanya juga dapat mengalami fotopsia (kilatan sinar). Sebagian besar orang pernah mengalami floaters pada suatu saat dalam kehidupannya. Pelepasan vitreus posterior terjadi sedikitnya pada 70% populasi dan menjadi penyebab sebagian besar keluhan floaters. Untungnya, kebanyakan floaters terbukti tidak bermakna secara klinis setelah pemeriksaan retina tidak ditemukan adanya suatu robekan retina atau kondisi patologis lainnya. Floaters sendiri sering terjadi pada orang yang berusia antara 40-70 tahun. Floaters tidak memerlukan terapi khusus selama tidak terlalu mengganggu penglihatan dan 1

Upload: shindy-octaviana

Post on 03-Aug-2015

256 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Floaters

BAB I

PENDAHULUAN

Mata bagian dalam sebagian besar di isi oleh vitreus. Vitreus memiliki substansi

seperti gel yang kental dan juga jernih. Seiring bertambahnya usia inti vitreus perlahan-

lahan akan mengalami pencairan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelepasan

vitreus dengan retina. Saat terjadinya pelepasan ini serat-serat kolagen vitreus akan

menjadi tebal dan dapat terlihat.

Serat-serat kolagen yang tebal dan terlihat itu disebut sebagai floaters, atau sering

juga dideskripsikan sebagai bintik-bintik hitam atau jaring laba-laba yang akan muncul

dan terlihat dalam penglihatan. Orang yang mengalami floaters biasanya juga dapat

mengalami fotopsia (kilatan sinar).

Sebagian besar orang pernah mengalami floaters pada suatu saat dalam

kehidupannya. Pelepasan vitreus posterior terjadi sedikitnya pada 70% populasi dan

menjadi penyebab sebagian besar keluhan floaters. Untungnya, kebanyakan floaters

terbukti tidak bermakna secara klinis setelah pemeriksaan retina tidak ditemukan

adanya suatu robekan retina atau kondisi patologis lainnya.

Floaters sendiri sering terjadi pada orang yang berusia antara 40-70 tahun.

Floaters tidak memerlukan terapi khusus selama tidak terlalu mengganggu penglihatan

dan tidak ada kelainan pada retina. Tetapi pada keadaan tertentu dimana sudah

mengganggu penglihatan secara signifikan dapat dilakukan prosedur operasi yang di

sebut virektomi.

1

Page 2: Referat Floaters

BAB II

FLOATERS

2.1 Anatomi Vitreus

Vitreus

Vitreus mengisi ruangan antar lensa dan retina, terdiri atas matriks serat kolagen tiga-

dimensi dan gel asam hialuronat. Sembilan puluh delapan persen dari vitreus tersusun

atas air. Permukaan luar vitreus, dikenal sebagai korteks, berkontak dengan lensa

(korteks vitreus anterior) dan memiliki daya lekat yang berbeda-beda kepermukaan

retina (korteks vitreus posterior). Pengaliran keluar cairan bilik mata (aquos humor)

melalui sudut bilik mata depan.

Sudut bilik mata depan yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji

sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut

2

Page 3: Referat Floaters

filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi

terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrana

Descemet, dan kanal Schelmm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.

2.2 Definisi

Floaters dipersepsikan sebagai bintik hitam yang bergerak bebas (singel ataupun

multipel) di vitreus yang terlihat dalam lapang pandang seseorang. Floaters juga

disebut suatu gejala yang digambarkan sebagai benang-benang, jaring laba-laba, objek-

objek serupa piring kecil, atau sebuah cincin tembus pandang. 1,6

Fotopsia merupakan gejala kilatan cahaya yang berasal dari dalam mata dan

terlihat dalam lapang pandang seseorang. Biasanya floaters sering diikuti dengan gejala

fotopsia.6

2.3 Epidemiologi

Floaters terjadi pada 70% populasi yang mengalami pelepasan vitreus posterior

atau Posterior Vitreous Detachment (PVD). Pelepasan vitreus posterior sendiri

biasanya terjadi pada usia antar 40-70 tahun.6

2.4 Patofisiologi

Vitreus mengisi ruang antar lensa dan retina, dan terdiri atas matriks serat

kolagen tiga-dimensi dan gel asam hialuronat. Permukaan luar vitreus memiliki daya

rekat yang berbeda-beda ke permukaan retina.1

Proses penuaan, perdarahan, peradangan, trauma, miopia, dan proses-proses

lain sering menyebabkan kontraksi matriks kolagen vitreus. Sebagian besar floaters

terjadi oleh karena proses penuaan. Proses penuaan ini menyebabkan vitreus

mengalami sineresis yaitu proses terbentukanya kavitas oleh vitreus yang pada akhirnya

menimbulkan kolaps vitreus, opacification yaitu terjadinya kekeruhan pada vitreus

yang awalnya jernih dan merupakan suatu proses alami dan penyusutan dari vitreus.

Hal ini menyebabkan terdorongnya vitreus dari dinding bola mata dimana tempatnya

menepel dengan retina, sehingga terjadi pelepasan vitreus dari retina yang di sebut

pelepasan vitreus posterior atau Posterior Vitreous Detachment (PVD) dan pada

3

Page 4: Referat Floaters

sebagian besar orang yang berusia antara 40-70 tahun ini merupakan kejadian yang

biasa terjadi.2,6

Posterior Vitreous Detachment (PVD) merupakan penyebab utama terjadinya

floaters. Pelepasan ini menyebabkan sedikit perdarahan dari pembuluh darah retina

yang akan menyebabkan floaters. Floaters juga dapat muncul pada infeksi mata, cedera

mata dan bila adanya protein atau material lain yang terperangkap di dalam mata

maupun yang terbentuk di dalam vitreus.6

Posterior Vitreous Detachment (PVD) juga menyebabkan rangsangan mekanis

pada retina, biasanya terjadi sekunder setelah pemisahan vitreus dari retina dan

menimbulkan kilatan cahaya yang juga disebut fotopsia. Skotoma bilateral berkilau,

seperti-kilat, bergerigi yang terjadi sekunder pada migrain (50% tidak disertai dengan

sakit kepala) sering disalah artikan dengan fotopsia. Sebagian besar pasien yang vitreus

posteriornya terlepas akan mengalami kilatan sinar, terutama saat melakukan gerakan

sakadik, sampai pemisahannya sempurna.2

2.5 Manifestasi Klinis

4

Page 5: Referat Floaters

Sebagian besar orang pernah mengalami floaters pada suatu saat dalam

kehidupannya. Gejala ini mungkin digambarkan sebagai benang-benang, jaring laba-laba,

objek-objek serupa piring kecil, atau sebuah cincin tembus pandang. Floaters merupakan

suatu gejala dari pelepasan vitreus posterior yang biasanya diikuti oleh kilatan cahaya atau

fotopsia. Ada pula tanda-tanda yang timbul pada orang yang mengalami gelaja floaters

adalah 4:

Adanya benda yang berbentuk seperti bintik-bintik hitam, jaring laba-laba atau

lingkarang yang bergerak bebas dan terlihat dalam lapang pandang.

Bayangan benda tersebut dapat bergerak mengikuti arah pandangan atau menetap

pada satu titik.

Floaters lebih jelas terlihat bila seseorang melihat dengan latar belakang yang cerah

ataupun polos, seperti ketika melihat ke langit.

Kebanyakan floaters tidak terbukti bermakna klinis. Meskipun demikian ada beberapa

tanda yang terlihat pada floaters yang dapat menjadi indikasi dari suatu penyakit yang

serius dan perlu pemeriksaan dan penangan lebih lanjut.3

Floaters dan fotopsia yang diikuti oleh penurunan penglihatan secara mendadak.

Kaburnya pandangan pada seluruh atau sebagian lapang pandang.

Bertambahnya floaters yang terlihat dalam lapang pandang secara cepat dan

signifikan.

2.6 Diagnosis

Floaters hampir pernah dialami oleh kebanyakan orang, terutama orang yang berusia

40-70 tahun. Pelepasan vitreus posterior terjadi sedikitnya pada 70 % populasi dan

menjadi penyebab sebagian besar keluhan floaters. Untungnya, kebanyakan floaters

terbukti tidak bermakna klinis. Meskipun demikian pemeriksaan lebih lanjut untuk

floaters merupakan hal yang penting dilakukan untuk menentukan apakah floaters dan

fotopsia yang terjadi merupakan gejala dari kerusakan retina maupun kelainan lain pada

mata.2

5

Page 6: Referat Floaters

Pemeriksaan retina perifer lanjutan yang cermat dengan menggunakan oftalmoskop

indirek melalui pupil yang didilatasi lebar harus dilakukan setiap kali pasien

mengeluhkan terjadinya floaters. Perubahan sifat floaters juga merupakan indikasi

dilakukannya pemeriksaan retina perifer dalam beberapa hari. Adanya eritrosit, dan

sesekali, sel-sel radang dalam vitreus dapat menyebabkan pasien melihat floaters, yang

sering digambarkan sebagai objek mirip piring. Floaters seperti cincin biasanya terlihat

saat memvisualisasikan daerah korteks vitreus posterior yang sebelumnya melekat pada

nervus optikus. Perdarahan vitreus mengindikasikan pemeriksaan yang teliti untuk

menentukan ada tidaknya penyakit vaskular, seperti retinopati diabetik, penyakit oklusi

vena, hemoglobinopati, atau leukimia. Objek-objek keemasan bulat, kecil, seragam, yang

dikenal sebagai hialosis asteroid sering sering timbul di vitreus. Objek-objek tersebut

hampir tidak pernah mempengaruhi pengelihatan dan tidak memerlukan pengobatan.

Hialosis asteroid diduga berhubungan dengan diabetes, tetapi hal ini tidak terbukti

demikian.5,6

Kilatan cahaya atau fotopsia biasanya muncul berdampingan dengan floaters.

Kilatan sinar yang muncul pada lapang pandang ini akan tetap terlihat walaupun dalam

keadaan mata tertutup, dikarenakan asal sinar tersebut bukan dari luar melainkan dari

dalam mata. Setiap pasien yang baru mengalami fotopsia harus menjalani pemeriksaan

cermat lanjutan retina perifer dengan menggunakan oftalmoskop indirek melalui pupil

yang dilebarkan.4

2.7 Diagnosis Banding

Proses penuaan dapat menimbulkan floaters karenan proses alami. Namun

floaters tersendiripun harus dideskripsikan bentuk dan gerakan dari floater dapat

menjadi sebuah indikasi dari kelaian mata. Diagnosis banding floaters adalah hialosis

asteroid, skotoma, glukoma, renitis pigmentosa, degenerasi makula, ablasio retina, atau

katarak.5,6

2.8 Penatalaksanaan

6

Page 7: Referat Floaters

Floaters dan fotopsia yang terjadi karena pelepasan vitreus posterior dapat

menghilang secara perlahan dalam waktu 3 bulan, setelah dipastikan bahwa tidak ada

kelainan pada retina seperti robekan retina maupun ablasio retina maka floaters

dikatakan mengganggu namun tidak berbahaya. Seiring berjalannya waktu

kebanyakan dari gejala floaters akan membaik hingga menghilang. Jika terjadi

floaters yang berulang maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.2,6

Operasi hampir tidak pernah diindikasika untuk pelepasan vitreus posterior,

kecuali bila floaters sangat mengganggu lapang pandang seseorang. Dalam kasus ini,

operasi pengangkatan vitreus (virektomi) dapat dipertimbangkan. Virektomi dilakukan

untuk mengeluarkan vitreus yang sudah keruh dan digantikan olah cairan fisiologis,

karena memiliki kejernihan yang sama maka pasien tidak akan merasakan dampak yang

berarti. Namun jika floater dan fotopsia terjadi bukan karena hanya pelepasan vitreus

posterior dan melibatkan pelepasan dari retina maka menjadi indikasi dilakukannya

terapi laser dan NEODYMIUM-YAG LASER.2,6

2.9 Pencegahan

Kita tidak bisa mencegah terjadinya floaters maupun fotopsia karena ikatan

molekular vitreus tidak bisa diperbaiki setelah terjadinya pelepasan vitreus. Tetapi, kita

dapat mencegah terjadi hilangnya penglihatan dengan mengenal tanda-tanda dari

robekan retina atau ablasio retina. Penggunaan antioksidan dapat memperlambat

denaturasi protein.1,4

2.10 Prognosis

Prognosis dari floaters dan fotopsia ditentukan dari penyebab terjadinya gejala

tersebut. Apabila terjadi karena pelepasan vitreus posterior akibat faktor penuaan tanpa

adanya gangguan pada retina maka prognosisnya baik karena dapat menghilang dengan

sendirinya. Namun bila telah terjadi kelainan pada retina seperti robekan retina atau

ablasio retina maka prognosis tergantung dari bagaimana dan kapan

penatalaksanaannya. Prognosis bagi pasien yang mendapat terapi laser tergantung pada

bentuk tipe floaters itu sediri.6

2.11 Komplikasi

7

Page 8: Referat Floaters

Selama terjadinya pelepasan vitreus posterior akan terjadi proses sineresis

yang akan memberikan dorongan pada retina yang dapat menyebabkan robekan pada

retina, cairan vitreus dapat masuk ke dalam robekan retina dan mengisi ruangan retina

yang menempel pada koroid dan menyebabkan lepasnya retina atau ablasio retina.

Komplikasi lain dari floaters dan fotopsia adalah peningkatan tekanan bola mata,

pendarahan koroid, dan katarak.4,6

BAB III

8

Page 9: Referat Floaters

KESIMPULAN

Vitreus mengisi ruangan antar lensa dan retina, terdiri atas matriks serat kolagen

tiga-dimensi dan gel asam hialuronat.

Floaters juga disebut suatu gejala yang digambarkan sebagai benang-benang,

jaring laba-laba, objek-objek serupa piring kecil, atau sebuah cincin tembus

pandang.

Fotopsia merupakan gejala kilatan cahaya yang berasal dari dalam mata dan

terlihat dalam lapang pandang seseorang. Biasanya floaters sering diikuti

dengan gejala fotopsia.

Floaters dan fotopsia biasanya terjadi karena pelepasan vitreus posterior akibat

dari proses penuaan.

Selama gejala ini tidak terlalu mengganggu penglihatan dan tidak melibatkan

kelainan pada retina maka penanganan khusus tidak diperlukan.

Apabila terjadi gangguan penglihatan yang berarti maupun kerusakan pada

retina maka tindakan virektomi dan laser di anjurkan.

Penyebab terjadinya floaters dan penanganan yang cepat dapat memperbaiki

prognosis dan tidak menimbulkan komplikasi lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 10: Referat Floaters

1. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury

Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2007. Hal: 178-183

2. Dhingra N et al: Early virectomy for fundus-obscuring dense vitreous

haemorrhage from presumptive retinal tears. Greafes Arch Clin Exp Ophthalmol

2006; Jun 27 [PMID: 16802133]

3. Entopic phenomenon-normal & pathological, avalaible from URL :

http://ohiolionseyeresearch.com

4. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Cetakan I.

Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2005. hal: 61

5. Karickhoff JR : YAG laser offers safe option for floaters. PloS Med 2009, 2(2).

6. Margo CE et al: Posterior vireous detachment: How to approach sudden-onset

floaters and flashing lights. Postgrad Med 2005;117:37. [PMID: 15782672]

10