referat forensik wik

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Aplikatif Bagi Mahasiswa : Bagi Tenaga Medis : Bagi Masyarakat : BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan. Cadera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44 °C dengan kontak sekurang-kurangnya 5 –6 jam. Suhu 65 °C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik

Upload: widyailmiaty

Post on 12-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: referat forensik wik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Bagi Mahasiswa :

Bagi Tenaga Medis :

Bagi Masyarakat :

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,

air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.

Cadera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan

bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.

Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44 °C dengan kontak

sekurang-kurangnya 5 –6 jam. Suhu 65 °C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup

menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan

suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47 ° Celsius, air panas yang

mempunyai suhu 60 ° C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan

partial thickness skin loss dan diatas 70°C akan menyebabkan full thickness skin loss.

Temperatur air yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36° C – 42° C. Pelebaran kapiler

dibawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35 °C selama 120 detik, vesikel terjadi

pada suhu 53 °C – 57 °C selama kontak 30 – 120 detik.1,2,3

Page 2: referat forensik wik

2.2 Klasifikasi

Luka bakar dapat diklasifikasi menurut dalamnya luka, luasnya luka, dalam dan luasnya luka,

serta penyebab luka.1

2.2.1 Berdasarkan dalamnya luka1,2,3,4

a) Menurut Dupuytren

Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh karena

ini sangat bergantung terhadap pengobatan yang digunakan oleh negara tersebut.

Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian derajat luka

bakar dalam 6 derajat :

i. Luka bakar derajat 1

Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas yang suhunya tidak

mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya bentuk luka berupa

kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu

penyembuhan antara beberapa jam sampai beberapa hari.

ii. Luka bakar derajat 2

Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang suhunya mencapai titik

didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superficial hanya sedikit yang rusak dan

penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya terdapat vesikel

yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.

iii. Luka bakar derajat 3

Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik didih. Pada keadaan ini

lapisan superficial kulit seluruhnya rusak sehingga pada penyembuhan akan

meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga terbakar dan halini

mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi

jaringan parut yang mengandung semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami

kontraktur.

iv. Luka bakar derajat 4

Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung syaraf juga ikut rusak, sehingga

pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang terbentuk akan

Page 3: referat forensik wik

mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas pada hari ke 5 atau ke 6 dan

penyembuhan akan berjalan lambat.

v. Luka bakar derajat 5

Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir selalu mengalami

deformitas.

vi. Luka bakar derajat 6

Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya mengakibatkan

kerusakan anggota badan.

b) Klasifikasi luka bakar oleh Wilson1,2,3,4

i. Luka bakar derajat satu

Terjadi eritema dan bula tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami

dilatasi dan terjadi transudasi cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan

edema. Secara umum bula diliputi oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya,

epidermis yang avaskuler dan dibatasi oleh zona yang berwarna hiperemi. Bila besar

bula kurang dari 1 cm maka blister ini akan diresorpsi, sebaliknya bila bula ini pecah

maka akan meninggalkan daerah dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar

derajat satu ini akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar

yang terjadi adalah derajat satu akan tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga

permukaan tubuh terutama yang terletak pada daerah kepala, leher, badan, atau

dinding depan dari abdomen maka akan menyebabkan kefatalan.

ii. Luka bakar derajat dua

Terjadi destruksi dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi,

pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan

bula kulit. Dalam beberapa hari, biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang

nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus yang lambat menyembuh. Luka

bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan

parut yang terbetuk selama penyembuhan.

Page 4: referat forensik wik

iii. Luka bakar derajat tiga

Yang karakteristik dari luka bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada

kulit dan subkutis tetapi juga pada otot dan tulang.destruksi pada ujung-ujung syaraf

juga dapat terjadi yang mengakibatkan kehilangan rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi

jaringan pada area luka bakar menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan

penyembuhan yang berjalan lambat. Bila eksposurenya berkepanjangan, maka kulit

dan jaringan ikat dibawah kulit akan terbakar dan menjadi arang. Sedangkan ekposure

yang luas dari tubuh setelah kematian oleh karena panas dan asap menyebabkan

seluruh tubuhh menjadi arang dengan otot-otot dan organ- organ dalam yang

terpanggang, dan akhirnya menghanguskan bagian-bagian tubuh terutama

ekstremitas, genetalia dan telinga.

c) Menurut derajat lainnya1,2,3,4

i. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superficial)

Luka bakar hanya terbatas pada lapipsan epidermis. Luka bakar derajat ini

ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut

dalam waktu 5 – 7 hari.

ii. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada element

epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan

folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh

sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung syaraf di

dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka

bakar superficial, karena adanya iritasi ujung syaraf sensorik. Juga timbul bula

berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya

meninggi. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi :

a. Derajat dua dangkal

Dimana kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis dan penyembuhan

terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari.

b. Derajat dua dalam

Dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih

dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri.penyembuhan terjadi lebih

lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel

Page 5: referat forensik wik

kulit ( epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dsb) yang

tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

iii. Luka bakar derajat 3

Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau

organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup

maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi

protein yang terjadi memeberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak

ada bula dan tidak nyeri.

2.2.2 Berdasarkan Luas1,2

Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus – kasus dimana

kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajad luka bakar sangat penting pengaruhnya

terhadap prognosis dan managemen pengobatannya. Untuk perhitunngan luas luka bakar

secara tradisional dihitung dengan menggunakan Rule of Nines dari Wallace. Dikatakan

bahwa luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan

yang terlibat oleh karena termal injury. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100 %, maka

kepala adalah 9 %, tiap – tiap ekstremitas bagian atas adalah 9 %, dada bagian depan adalah

18 %, bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18 % dan leher

1 %. Lihat gambar Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif

luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.

Oleh karena itu, digunakan Rule of ten`untuk bayi dan Rule of 10-15-20 dari Lund and

Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas

telapak tangan dianggap seluas 1 %.

Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban

dengan api, lamanya paparan ,bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu terjadinya

kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan luasnya luka bakar.

Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi termal ke kulit dibandingkan

dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka

bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak

akan menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan

menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan

pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka

daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajad luka bakar akan berkurang bila

pakaian yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh.

Page 6: referat forensik wik

Gambar 1 : Rule of nines

2.2.3 Berdasarkan dalam, luas dan lokasi luka bakar1,2

Keparahan luka bakar seharusnya dilihat dari berbagai aspek. Paling tidak ada 3 unsur

penting yaitu luas, derajat luka (Wilson) dan lokasi luka. Penilaian dapat dicontohkan sebagai

berikut :

a. Ringan

i. Luka bakar tingkat I meliputi <10% luas permukaan tubuh.

ii. Luka bakar tingkat II meliputi <5% luas permukaan tubuh.

iii. Luka bakar tingkat III meliputi hanya 2% dari luas permukaan tubuh.

b. Sedang

i. Luka bakar tingkat I meliputi 15-30% luas permukaan tubuh.

ii. Luka bakar tingkat II meliputi 10-15% luas permukaan tubuh.

iii. Luka bakar tingkat III 5-10% mengenai wajah, tangan atau kaki.

c. Berat

i. Luka bakar tingkat I meliputi wajah, tangan, kaki dan daerah

perineum/kelamin.

ii. Luka bakar tingkat II meliputi >30% luas permukaan tubuh.

iii. Luka bakar tingkat III meliputi 20%, mengenai saluran nafas, luka bakar

dengan kompikasi fraktur.

Page 7: referat forensik wik

2.2.4 Berdasarkan penyebabnya.5,6

Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam enam kategori, yaitu :

a) Flame Burns

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api:

-Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api

-Bentuk lain dari flame burns adalah flash burns

>Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel- partikel

halus suatu benda panas

>Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang

terkena, termasuk rambut

b) Contact Burns

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya besi

panas, setrika, dan lainnya. Jenis luka bakar ini, dapat memberikan gambaran

mengenai bentuk benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut

c) Radiant Burns

Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas;

-Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan

gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar

-Dapat menimbulkan lepuh dan eritema

-Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu lama dapat meimbulkan karbonisasi

d) Luka terbakar terjadi bila kulit berhubungan dengan cairan panas ( biasanya air ).

-Air pada 158°F ( 70°C ) akan menghasilkan suatu luka derajat tiga pada kulit orang

dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak ; pada 131°F ( 55°C ), hampir 25 detik

dibutuhkan untuk menghsilkan luka bakar yangsama.

-Pemanas air hampir seluruh rumah di Amerika berasal dari pengaturan pabrik kira-

kira 130°-140°F, meskipun begitu, unit terbaru sekarang disesuaikan menjadi sekitar

120°F.

e) Luka bakar karena microwave.

Microwave adalah gelombang elektromagnetik yang mana frekwensi berkisar antara

30-300.000 MHz dan panjang antara 1mm sampai 30 cm. Radiasi microwave adalah

non-ionisasi, oleh karena itu, efek biologi primernya adalah panas, yang mana

memproduksi melalui agitasi molecular dari molekul polar, seperti air. Pada system

Page 8: referat forensik wik

biologi, oleh karena itu, jaringan dengan komposisi air yang lebih tinggi ( seperti

otot ) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisi air yang lebih

rendah ( seperti lemak ). Standar operasi untuk mikroawave di dapur adalah pada

2,450 MHz.

Hampir luka bakar karena microwave adalah karena ketidaksengajaan, berkaitan

dengan memasukkan tangan ke dalam microwane dengan tidak mematikan benar-

benar terlebih dahulu, atau karena ingesti dari cairan panas yang dipanaskan ke dalam

microwave. Pada satu pelaporan, seorang pria yang menggunakan tambalan nitro

transdermal mengalami luka baker derajat dua di dekat tambalan itu, ketika dia duduk

di sebelah oven microwave yang bocor. Diperkirakan, plastic alumunium yang ada

pada tambalan tersebut merupakan factor yang menyebabkan kebakaran tersebut.

f) Luka bakar kimia

Produksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti agent lain seperti

fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perubahan yang lebih lambat daripada luka

bakar akibat agent panas.

Ekstensi luka tergantung dari bahan kimianya, kekuatan atau konsentrasi dari bahan

kimianya dan durasi kontak dengan bahan tersebut. Bahan alkali cenderung lebih

menjadi luka berat dibanding bahan asam dan yang dapat menyababkan luka bakar

umumnya memiliki pH > 11.5, sering menghasilkan luka yang cukup tebal, luka yang

timbulkan nyeri dan menusuk kulit dan licin. Bahan asam biasanya menghasilkan

hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana diikuti dengan eritema dan erosi yang

superficial saja.

2.3 Penilaian Terhadap Luka Bakar

Berat ringannya suatu luka bakar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu1,7,8 :

a. Luas luka

Pada luka bakar tingkat I yang meliputi 1/3 luas permukaan tubuh bisa menimbulkan

syok dan jika melebihi 50% bisa berakibat fatal.

b. Lokasi luka

Kepala, leher, badan, bagian depan abdomen lebih berbahaya dari pada tungkai.

Misalnya luka bakar tingkat III dari tungkai bisa menyebabkan gangguan fungsi tetapi

tidak sampai berakibat fatal.

Page 9: referat forensik wik

c. Umur.

Pada anak-anak dan orang tua lebih berbahaya karena mudah terjadi syok.

d. Jenis kelamin.

Laki-laki lebih tahan dari wanita.

e. Derajat kepanasan.

Prognosa lebih jelek pada panas yang lebih tinggi.

f. Lamanya kontak.

Bila kontak lebih lama, maka prognosanya lebih jelek.

2.4 Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Manner of Death)

a. Keracunan Zat Karbon Monoksida

Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran yang

hebat yang terjadi pada gedung-gedung atau rumah-rumah bila dibandingkan dengan

kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang atau mobil. Pada kasus-

kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka keracuanan CO dan smoke

inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam penyebab kematian korban

dibanding dengan luka bakar itu sendiri. Keracunan CO merupakan aspek yang

penting dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar

dan meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa

korban tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam

menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi

darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. Gas CO ini dibentuk dari

pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas, kain katun,

batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO.7,8

CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat

menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena

gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat

dijumpai saturasi CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini dapat menunjukan

bahwa korban masih bernafas pada waktu terjadinya kabakaran, demikian juga pada

korban atherosclerosis coroner yang berat dapat meninggal dengan kadar COHB yang

lebih rendah dari pada individu yang sehat. Bila CO merupakan penyebab mati yang

utama maka saturasi dalam darah paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHB, kecuali

pada orang tua, anak-anak dan debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar

25 %. Sebenarnya kadar COHB pada korban yang sekarat selama kebakaran, sering

Page 10: referat forensik wik

tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus fatal

menunjukan 50- 60 % saturasi, walaupun kadarnya secara umum kurang dari kadar

yang terdapat dalam darah pada keracunan CO murni, seperti pembunuhan dengan

gas mobil atau industrial exposure, dimana konsentrasinya dapat mencapai 80 %.

Selain itu adanya gas-gas toksik dan pengurangan oksigen dalam atmosfer dapat

menyebabkan kematian dengan kadar CO yang rendah.7,8

b. Menghirup asap pembakaran (Smoke Inhalation)

Pada banyak kasus kematian, dimana cedera panas pada badan tidak sesuai

dengan penyebab kematian maka dikatakan penyebab kematian adalah smoke

inhalation. Asap yang berasal dari kebakaran terutama alat-alat rumah tangga seperti

furniture, cat , kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen yang secara struktural

terdiri polystyrene, polyurethane, polyvinyl dan material-material plastik lainnya

dikatakan merupakan gas yang sangat toksik bila dihisap dan potensial dalam

menyebabkan kematian.7,8

c. Trauma Mekanik

Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena runtuhnya

bangunan disekitar korban, atau merupakan bukti bahwa korban mencoba untuk

melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan tangan. Luka-luka ini harus

dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar jenasah untuk memastikan apakah

luka-luka tersebut signifikan dalam menyebabkan kematian. Trauma tumpul yang

mematikan tanpa keterangan antemortem sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu

pembunuhan.7,8

d. Anoksia dan hipoksia

Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat jarang sebagai

penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk menyalakan api maka masih

cukup untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai contoh tikus dan lilin yang

diletakkan dalam tabung yang terbatas kadar oksigennya ternyata walaupun lilin

padam lebih dahulu tikus masih aktif berlari disekitarnya. Radikal bebeas dapat

diajukan sebagai salah satu kemungkinan dari penyebab kematian, oleh karena radikal

bebas ini dapat menyebabkan surfaktan menjadi inaktif, jadi mencegah pertukaran

oksigen dari alveoli masuk kedalam darah.7,8

e. Luka bakar itu sendiri

Secara umum dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 – 50 % dapat

menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi yang jauh

Page 11: referat forensik wik

lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih resisten. Selain oleh

derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi oleh lokasi daerah yang

terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu terbakar. Luka bakar pada daerah

perineum, ketiak, leher, dan tangan dikatakan sulit dalam perawatannya, oleh karena

mudah mengalami kontraktur.7,8

f. Paparan panas yang berlebih

Environmental hypertermia dapat menjadi sangat fatal dan bisa menyebabkan

kematian. Bila tubuh terpapar gas panas, air panas atau ledakan panas dapat

menyebabkan syok yang disertai kolaps kardiovaskuler yang mematikan.7,8

2.5 Penentuan Intravitalitas Luka Bakar

Pada korban yang masih hidup saat terbakar akan ditemukan adanya hal-hal antara

lain adanya tanda intravital pada luka bakar dan gelembung yang terbentuk, adanya jelaga

pada saluran pernafasan serta saturasi karbon monoksida diatas 10% dalam darah korban.

Pada korban keracunan karbon monoksida jika tubuh korban tidak terbakar

seluruhnya akan terbentuk lebam mayat berwarna cherry red. Pada tubuh manusia yang telah

mati bila dibakar tidak akan berwarna kemerahan oleh reaksi intravital. Tubuh mayat akan

tampak keras dan kekuningan. 1,9

a. Jelaga dalam saluran nafas

Pada kebakaran rumah atau gedung dimana rumah atau gedung beserta isi

perabotannya juga terbakar seperti bahan-bahan yang terbuat dari kayu, plastik akan

menghasilkan asap yang berwarna hitam dalam jumlah yang banyak. Akibat dari

inhalasi ini korban akan menghirup partikel karbon dalam asap yang berwarna hitam.

Sebagai tanda dari inhalasi aktif antemortem, maka partikel-partikel jelaga ini dapat

masuk kedalam saluran nafas melalui mulut yang terbuka, mewarnai lidah, dan faring,

glottis , vocal cord , trachea bahkan bronchiolus terminalis. Sehingga, secara histologi

ditemukan jelaga yang terletak pada bronchiolus terminalis merupakan bukti yang

absolut dari fungsi respirasi. Sering pula dijumpai adanya jelaga dalam mukosa

lambung, ini juga merupakan bukti bahwa korban masih hidup pada waktu terdapat

asap pada peristiwa kebakaran. Karbon ini biasanya bercampur dengan mukus yang

melekat pada trachea dan dinding bronkus oleh karena iritasi panas pada mukosa.

b. Saturasi COHB dalam darah

Page 12: referat forensik wik

CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat

menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena

gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Akan tetapi bila pada

darah korban tidak ditemukan adanya saturasi COHB maka tidak berarti korban mati

sebelum terjadi kebakaran. Pada nyala api yang terjadi secara cepat, terutama

kerosene dan benzene, maka level karbonmonoksida lebih rendah atau bahkan

negative dari pada kebakaran yang terjadi secara perlahan-lahan dengan akses oksigen

yang terbatas seperti pada kebakaran gedung. Satu lagi yang harus disadari bahwa

kadar saturasi CO dalam darah tergantung beberapa faktor termasuk konsentrasi CO

yang terinhalasi dari udara, lamanya eksposure, rata-rata dan kedalaman respiration

rate dan kandungan Hb dalam darah. Kondisi-kondisi ini akan mempengaruhi

peningkatan atau penurunan rata-rata absorbsi CO, sebagai contoh api yang menyala

dalam ruangan tertutup, akumulasi CO dalam udara akan cepat meningkat sampai

konsentrasi yang tinggi, sehingga diharapkan absorbsi CO dari korban akan

meningkat secara bermakna.

c. Reaksi jaringan

Tidak mudah untuk membedakan luka bakar yang akut yang terjadi

antemortem dan postmortem. Pemeriksaan mikroskopik luka bakar tidak banyak

menolong kecuali bila korban dapat bertahan hidup cukup lama sampai terjadi respon

respon radang. Kurangnya respon tidak merupakan indikasi bahwa luka bakar terjadi

postmortem. Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka bakar derajat tiga

yang meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi radang, ini diperkirakan

oleh karena panas menyebabkan trombosis dari pembuluh darah pada lapisan dermis

sehinggga sel-sel radang tidak dapat mencapai area luka bakar dan tidak

menyebabkan reaksi radang. Blister juga bukan merupakan indikasi bahwa korban

masih hidup pada waktu terjadi kebakaran, oleh karena blister ini dapat terjadi secara

postmortem. Blister yang terjadi postmortem berwarna kuning pucat, kecuali pada

kulit yang hangus terbakar. Agak jarang dengan dasar merah atau areola yang

erythematous, walaupun ini bukan merupakan tanda pasti. Secara tradisionil banyak

penulis mengatakan bahwa untuk dapat membedakan blister yang terjadi antemortem

dengan blister yang terjadi postmortem adalah dengan menganalisa protein dan

chlorida dari cairan itu. Blister yang dibentuk pada antemortem dikatakan

mengandung lebih banyak protein dan chloride, tetapi inipun tidak merupakan angka

yang absolute.

Page 13: referat forensik wik

d. Pendarahan subendokardial ventrikel kiri jantung

Perdarahan subendokardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh karena efek

panas. Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik karena dapat

disebabkan oleh berbagai mekanisme kematian. Pada korban kebakaran perdarahan

ini merupakan indikasi bahwa sirkulasi aktif sedang berjalan ketika tereksposure oleh

panas tinggi yang tidak dapat ditolerasi oleh tubuh dan ini merupakan bukti bahwa

korban masih hidup saat terjadi kebakaran.

2.6 Keadaan Umum yang Ditemukan pada Mayat dengan Luka Bakar

Kebakaran hebat dapat terjadi dalam kasus apapun, misalnya di dalam gedung atau yang

terjadi pada kecelakaan mobil yang terbakar, sering terlihat bahwa keadaan tubuh korban

yang terbakar sering tidak mencerminkan kondisi saat matinya. Berikut keadaan umum yang

ditemukan pada mayat dengan luka bakar :

a. Skin split

Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit dari

epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak yang menyerupai luka sayat

dan sering disalah artikan sebagai kekerasan tajam.10 Artefak postmortem ini dapat

mudah dibedakan dengan kekerasan tajam antemortem oleh karena tidak adanya

perdarahan dan lokasinya yang bervariasi disembarang tempat.11 Kadang-kadang

dapat terlihat pembuluh darah yang intak yang menyilang pada kulit yang terbelah.

b. Abdominal wall destruction

Kebakaran parsial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan

keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui defek yang terjadi ini.10 Biasanya ini

terjadi tanpa perdarahan, apakah perdarahan yang terletak diluar atau didalam

rongga abdomen. 

c. Skull fractures

Bila kepala terpapar cukup lama dengan panas dapat menyebabkan

pembentukan uap didalam rongga kepala yang lama kelamaan akan mengakibatkan

kenaikan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan terpisahnya sutura-sutura

dari tulang tengkorak.10 Pada luka bakar yang hebat dan kepala sudah menjadi arang

atau hangus terbakar dapat terlihat artefak fraktur tulang tengkorak yang berupa

fraktur linear. Disini tidak penah diikuti oleh kontusio serebri, subdural atau

subarachnoid. 11

Page 14: referat forensik wik

d. Pseudo epidural hemorrhage

Keadaan umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus terbakar dan

kepala yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural hemorrhage atau epidural

hematom postmortem. Untuk membedakan dengan epidural hematom antemortem

tidak sulit oleh karena pseudo epidural hematom biasanya berwarna coklat,

mempunyai bentukan seperti honey comb appearance, rapuh tipis dan secara tipikal

terletak pada daerah frontal, parietal, temporal dan beberapa kasus dapat meluas

sampai ke oksipital.10

e. Non-cranial fractures

Artefak berupa fraktur pada tulang-tulang ekstremitas juga sering ditemukan

pada korban yang mengalami karbonisasi oleh karena tereksposure terlalu lama

dengan api dan asap.10 Tulang–tulang yang terbakar mempunyai warna abu-abu

keputihan dan sering menunjukan fraktur kortikal pada permukaannya.10 Tulang ini

biasanya hancur bila dipegang sehingga memudahkan trauma postmortem pada

waktu transportasi ke kamar mayatatau selama usaha memadamkan api. Mayat

sering dibawa tanpa tangan dan kaki, dan mereka sudah tidak dikenali lagi di TKP

karena sudah mengalami fragmentasi. 11

f. Pugilistic Posture

Pada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi “pugilistic”.

Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan kontraksi serabut otot

otot fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas mengambil sikap seperti posisi

seorang boxer dengan tangan terangkat didepannya, paha dan lutut yang juga fleksi

sebagian atau seluruhnya.10 Posisi “pugilistic” ini tidak berhubungan apakah individu

itu terbakar pada waktu hidup atau sesudah kematian. “pugilistic” attitude atau heat

rigor ini akan hilang bersama dengan timbulnya pembusukan.11

2.7 Aspek Medikolegal

Dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau

karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “kejahatan terhadap tubuh atau

misdrijven tegen het lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu

kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang

dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).12

Page 15: referat forensik wik

Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam bab XX, pasal 351

sampai dengan pasal 358, yaitu:

Pasal 351 :

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 352 :

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan pasal 356, maka penganiayaan yang

tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah.

2. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

3. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 :

1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun

Pasal 354 :

1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan

penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama sepuluh tahun.

Pasal 355 :

Page 16: referat forensik wik

1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam

dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 356 :

Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, pasal 353, pasal 354 dan pasal 355 dapat

ditambah dengan sepertiga:

1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya

atau anaknya;

2. jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena

menjalankan tugasnya yang sah;

3. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi

nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Pasal 357 :

Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan pasal 353 dan pasal

355, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-4.

Pasal 358 :

Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian dimana terlibat

beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus

dilakukan olehnya, diancam:

1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat

penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;

2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.

Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359, pasal 360 dan

pasal 361 KUHP.

Pasal 359 :

Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-

lamanya satu tahun.

Pasal 360 :

1. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum penjara

selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun.

Page 17: referat forensik wik

2. Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa

sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan

atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya

sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau

hukuman denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah.

Pasal 361 :

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu

jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah

dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan

dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.

Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata “mati, menjadi sakit sementara atau

tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang tidak disebabkan secara langsung oleh

terdakwa, akan tetapi “karena salahnya” diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan

amat kurang perhatian.

Pasal 361 KUHP menambah hukumannya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan

dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker,

supir, masinis kereta api dan lain-lain.

Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan

sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah

medis.13

Dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP, adalah penyakit atau luka yang

tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan

bahaya maut, terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan tidak lagi

memakai salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih dari empat minggu

lamanya, menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu.14

Disinilah dokter berperan besar sekali sebagai saksi ahli didepan pengadilan. Hakim akan

mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lainnya (setiap dokter)

dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

Page 18: referat forensik wik

BAB III

KESIMPULAN

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam: Luka Bakar. Ed.2. Medan:

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005. 104 – 116.

2. Guy N.Rotty. Essentials of Autopsy Practice : Burn Injury. First Edition. United

Kingdom. Springer. 2006. 215 – 221.

3. Joseph Prahlow. Forensic Pathology : Burn and Fire-Related Deaths. USA.

Springer.2010. 481 – 488.

4. Andrew C. Peiwsten, Timothy C. Fabian. Trauma Manual : Burns/Inhalation. USA.

Lippincots Williams & Wilkins. 2002. 434 – 439.

5. W.D.S. McLay. Clinical Forensic Medicine : Burn Injury. United Kingdom.

Cambridge. 2009. 236 – 239.

6. Riley P T. Burn Injury. (Diakses tanggal 20 Agustus 2015). Diunduh

dari:http://www.burnsurvivor.com/burn_types.html

7. Payne JJ, Jones R, Karch SB,Manlove J. Heat, cold and electrical trauma. Simpson’s

Forensic Medicine 13rd edition. London, February 2011: 169-175.

8. DiMaio J. V and DiMaio D.Fire Death., Forensic Pathology 2nd edition, CRC Pres,

page: 67 – 383.

9. Vij K. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology: Principles and

Practices. New Delhi: Elsevier; 2008.

10. Idris, A.M. 1997. Luka Bakar dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi

pertama,Jakarta: PT Binarupa Aksara.

11. DiMaio J, DiMaio D. 2001. Fire Deaths. In: DiMaio J, DiMaio D (eds). Forensic

Pathology. 2nd ed. New York: CRC press LLC; p. 1-21.

Page 19: referat forensik wik

12. Kartanegara, Satochid, Kumpulan Kuliah Hukum Pidana, Bagian dua, Balai lektur

mahasiswa, Jakarta, 1976. 504-609.

13. Satyo, Alfred C. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dan Profesi Dokter, Edisi

II (revisi), Cetakan kedua, UPT penerbitan dan Percetakan Universitas Sumatera

Utara, medan, 2004. 21-34.

14. Soesilo R, Kitap Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politea, Bogor, 1983. 90.