referat fraktur ikfr

18
FRAKTUR 1.1. DEFINISI Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi 1.2. KLASIFIKASI Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur 1

Upload: michael-raktion

Post on 11-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

regergergwe

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT FRAKTUR IKFR

FRAKTUR

1.1. DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius

dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu

pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan,

dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat

dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang

disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi

dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dislokasi

1.2. KLASIFIKASI

Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur

terbuka. Fraktur tertutup jika kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh,

tetapi apabila kulit di atasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Patah

tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat

ringannya luka dan berat ringannya patah tulang

1

Page 2: REFERAT FRAKTUR IKFR

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi

fragmen minimal

II Laserasi >2 cm, kontusi otot

sekitarnya

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, rusak hebat, atau

hilangnya jeringan sekitarnya

Kominutif, segmental,

fragmen tulang ada yang

hilang.

Klasifikasi fraktur terbuka menurut gustillo dan anderson (1976)

Tipe Batasan

I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat

III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental

terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,

fraktur terbuka di pertanian fraktur yang perlu repair vaskuler dan

fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian

Tipe Batasan

IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan

jaringan lunak yang lusa

IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal

striping atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat

tingkat kerusakan jaringan lunak

2

Page 3: REFERAT FRAKTUR IKFR

Menurut penyebab terjadinya

Fraktur traumatik : direct atau indirect

Fraktur fatik atau stres

Trauma berulang, kronis, misal : fraktur fibula pada

olahragawan

Fraktur patologis: biasanya terjadi secara spontan

Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya

Fraktur simple : fraktur tertutup

Fraktur terbuka : bone expose

Fraktur komplikasi : kerusakan pembuluh darah, organ visera

Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan appley solomon (1995 : 238-239),fraktur

dibagi menjadi:

1. Berdasarkan garis patah tulang

a. Greenstick, yaitu dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya

bengkok

b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang

c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/ lengan tulang

d. Obloq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk

sudut melintasi tulang

3

Page 4: REFERAT FRAKTUR IKFR

2. Berdasarkan bentuk patah tulang

a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh

tulang dan fragmen tulang biasanya tergeser

b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi

tulang

c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah

permukaan tulang lain

d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen

e. Communited (segmental), fraktur dimana tulang terpecah

menjadi beberapa bagian.

f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh

g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah

berjauhan dari tempatnya yang patah

h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada

tempatnya yang normal

i. Fraktur complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan

tulangnya terlihat

4

Page 5: REFERAT FRAKTUR IKFR

1.3 ETIOLOGI

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana

trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi

terjadinya fraktur

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai

tulang, arah dan kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma,

kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang

Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur

transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai

dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti

dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik

trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada

olahragawan, penari, dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atay

metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma berulang.

Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti tumor

atau pada penyakit paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan

fraktur, sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur

1.4 PATOFISIOLOGI FRAKTUR

Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang

mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur

yang terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur

tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan

fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon,

ligamen, dan pembuluh darah

Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur

terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit

5

Page 6: REFERAT FRAKTUR IKFR

sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan

dan memungkinkan yntuk terjadinya infeksi.

Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan

bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot

pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang berada

pada posisi yang kaku.

1.5 MANIFESTASI KLINIS

Menurut blach (1989) manifestasi klinis fraktur :

1. Nyeri

Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai

fragmen tulang tidak bisa digerakkan

2. Gangguan fungsi

Setelah terjadinya fraktur, ada bagian yang tidak dapat digunakan dan

cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi

secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang

yang mana tulang tersebut saling berdekatan

3. Deformitas / kelainan bentuk

Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang

diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka

4. Pemendekan

Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada

ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas

dan di bawah lokasi fraktur

5. Krepitasi

Suara derik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur

digerakkan

6. Bengkak dan perubahan warna

Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur

6

Page 7: REFERAT FRAKTUR IKFR

1.6 DIAGNOSIS

Anamnesa

Anamnesa dilakukan untuk mengali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian)

dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera

atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang

dikomsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak

b. Palpasi

Nyeri tekan (tenderness), krepitasi

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu

diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat

fraktur tersebut, meliputi persendian di atas dan di bawah

cedera, daerah yang nyeri, efusi, dan krepitasi

Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pilsasi arteri,

warna kulit, capillary refill time.

c. Gerakan/moving

Dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang

berdekatan dengan lokasi fraktur.

d. Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, thoraks, abdomen, pelvis

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan

menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway,

breathing, dan circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai

cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan

radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.

7

Page 8: REFERAT FRAKTUR IKFR

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan dara, golongan darah, cross test,

dan urinalisa

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari:

I. 2 gambaran, anteroposterior dan lateral

II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera

dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu

sebelum tindakan dan sesudah tindakan

Pergeseran fragmen tulang ada 4 : alignment, panjang, aposisi, rotasi

1.7 PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan fraktur terdiri dari 4R yaitu recognition

berupa diagnosis dan penilaian fraktur, reduction, retention dengan imobilisasi,

dan rehabilitation yaitu mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi

fraktur dengansplint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus

diperiksa baik sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien

dengan multiple trauma, sebaiknya ilakukan stabilisasi awal fraktur tulang

panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif

fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF

maupun OREF

Tujuan pengobatan fraktur :

a. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen ke posisi anatomis.

Teknik reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan skeletal. Cara

lain yaitu dengan reposisi terbuka yang dilakukan pada pasien yang telah

mengalami gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi dini,

fraktur multiple, dan fraktur patologis.

8

Page 9: REFERAT FRAKTUR IKFR

b. IMOBILISASI/ FIKSASI dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen

post reposisi sampai union, indikasi dilakukannya fiksasi yaitu pada

pemendekan, fraktur unstabel serta kerusakan kulit dan jaringan sekitar

ORIF (Open Reduction Internal Fixations)

OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)

9

Page 10: REFERAT FRAKTUR IKFR

Manajemen fisioterapi pada fraktur pada bidang IKFR

Manajemen fisioterapi pada kasus fraktur dapat dibagi menjadi dua

tahap, yaitu pada tahap immobilisasi dan pada tahap setelah pelepasan fiksasi.

Selama fase immobilisasi, tujuan intervensi fisioterapi adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi oedem. Hal ini sangat penting dilakukan secepat mungkin

untuk mencegah pembentukan adhesi. Hal ini juga dapat mengurangi rasa

nyeri.

2. Membantu menjaga sirkulasi latihan aktif antara aktifitas otot statik /

isotonic akan membantu menjaga suplai darah yang baik ke jaringan lunak

dan membantu menurunkan pembengkakan dan mencegah pembentukan

adhesi

3. Memelihara fungsi otot dengan kontraksi aktive / statis

4. Memelihara jarak sendi yang memungkinkan

5. Memelihara beberapa gerak fungsional lainnya

6. Mengajar pasien bagaimana untuk menggunakan alat khusus

Sedangkan pada fase setelah fiksasi dilepaskan, tujuan intervensi fisioterapi

adalah :

1. Untuk mengurangi pembengkakan. Bengkak tidak akan menjadi masalah

besar jika latihan dan aktifitas secara umum diperhatikan selama periode

imobilisasi. Akan tetapi dapat menjadi masalah pada tungkai bawah jika

otot-ototnya sangat lemah karena menyebabkan vena tidak mampu

memompa darah secara adekuat

2. Untuk mendapatkan kembali jarak gerak sendi. Sebelum mencoba untuk

mengembalikan jarak gerak sendi, yang berkurang, fisioterapist harus

menentukan penyebabnya. Apakah disebabkan oleh edema, adhesi atau

kelemahan otot. Selain itu, jika terdapat gangguan pada permukaan sendi,

hal ini memungkinkan menghalangi penurunan pada jarak gerak sendi.

3. Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot. Memeperoleh kekuatan otot

bergantung pada aktifitas maksimal dari penggunaan otot di setiap

10

Page 11: REFERAT FRAKTUR IKFR

gerakan- gerakan utama dan juga gerakan tambahan pada beberapa grup

otot antagonis dan fixator

4. Untuk melatih kembali gerak fungsional secara penuh. Sebagian besar dari

kasus ini seharusnya memungkinkan untuk mendapatkan kembali gerak

fungsional penuh jika tidak, physio harus mengembalikan fungsi optimum,

dan besarnya pengembalian fungsi penu ini bergantung pada komplikasi

yang menghambat pemulihan sepenuhnya.

Modalitas fisioterapi pada penanganan fraktur, antara lain:

1. Breathing exercise. Latihan ini bertujuan meningkatkan volume paru pada

pasca operasi,membantu mempercepat pengeluaran sisa narkose dan sekret

yang tertimbun dalam saluran penafasan latihan pernafasan ini juga dapat

digunakan untuk general relaksasi

2. Passive movement. Latihan ini bertujuan memperlancar sirkulasi darah,

relaksasi otot, mencegah pemendekan otot, mencegah perlengketan

jaringan

3. Active movement. Merupakan gerak yang dilakukan oleh otot-otot

anggota tubuh itu sendiri.

4. Static contraction. Kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang pendek

otot, berfungsi memperlancar aliran darah dan mengurangi nyeri

5. Hold relax. Teknik dimana otot atau grup antagonis yang memendek

dikontraksikan secara isometris dengan optimal. Berfungsi merilekskan

otot-otot yang mengalami spasme

6. Resisted movement. Berfungsi meningkatkan tekanan otot

7. Latihan gerak fungsional. Latihan ini bertujuan mempersiapkan aktifitas

keseharian seperti duduk, berdiri, jalan sehingga penderita mampu secara

mandiri dapat melakukan perawatan diri sendiri

8. Home program education. Bertujuan agar penderita bisa mencegah

komplikasi dari fraktur.

11

Page 12: REFERAT FRAKTUR IKFR

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A. Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem APLEY. Ed 7.

Jakarta : widya medika. 1995

2. Bagian bedah staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 1995.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif

Watampone. 2007

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah, ed 6. Jakarta :ECG

2004

5. Scwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah, edisi 6.

Jakarta : ECG. 2000

6. Sabiston, David C.Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : ECG 1994

12