referat ket

28
REFERAT ULTRASONOGRAFI PADA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun Oleh : Devi Suryandari 20090310142 Trya Oktaviani 20090310165 Willy 20090310034 Diajukan kepada : dr. Rofi Siswanto, M.Sc, Sp. Rad

Upload: melissa-jordan

Post on 23-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nbb

TRANSCRIPT

REFERATULTRASONOGRAFI PADA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh :

Devi Suryandari 20090310142Trya Oktaviani 20090310165Willy 20090310034

Diajukan kepada :dr. Rofi Siswanto, M.Sc, Sp. Rad

SMF ILMU RADIOLOGIRSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2014

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, referat dengan judulUltrasonografi pada Kehamilan Ektopik Terganggu

Disusun oleh :

Devi Suryandari 20090310142Trya Oktaviani 20090310165

Willy 20090310034

Telah dipresentasikan

Hari/Tanggal : Jumat, 31 Oktober 2014

Disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,

dr. Rofi Siswanto, M.Sc, Sp. Rad

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah proses pembuahan atau kehamilan yang terjadi di luar dari

endometrium kavum uteri. Kehamilan ini merupakan salah satu kegawatdaruratan akibat

adanya pendarahan masif dan merupakan insiden yang terus meningkat serta membutuhkan

diagnosis yang pasti dalam penanganannya. Proses pembuahan ini dapat diagnosis secara

langsung menggunakan transvaginal ultrasound yang dapat mendeteksi kelainan maupun

bentuk normal dari hasil pembuahan. Namun, kehamilan ini merupakan suatu proses

patologis. Oleh karena itu, untuk mendeteksi lebih lanjut dibutuhkan pemeriksaan penunjang

yang lebih lengkap, terutama dikombinasikan dengan pemeriksaan kadar hormon ß-HCG..

(1,2,3)

Kehamilan ektopik sudah ada sejak abad ke-11. Operasi pertama kali dilakukan oleh

seorang dokter ahli bedah bernama John Bard (New York) pada tahun 1759. Walaupun

demikian, angka kematian pascaoperasi pada abad ke-18 masih sangat tinggi. Hal tersebut

dibuktikan dengan angka harapan hidup pasien yang melakukan operasi kehamilan ektopik

lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan penanganan operasi. Pada abad

ke-20, dengan adanya peningkatan dibidang anestesi, obat-obat antibiotic, dan transfusi

darah, angka kematian menurun dengan drastis. Pada tahun 1970-1989, angka kematian

kehamilan ektopik turun dari 35,5% menjadi 2,6% setiap 1000 kasus yang ada.(3).

Kehamilan ektopik termasuk penyakit yang sangat sulit didiagnosis secara dini,

Namun, akhir-akhir ini sering terdiagnosis dengan adanya faktor resiko yang besar dan

diagnosis dini pasien. Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat dengan adanya

inflamasi pada uterus, bedah rekonstruktif tuba, ligasi tuba, dan penggunaan alat-alat

kontrasepsi intrauterine. (2,3) Prognosisnya tergantung pada keadaan pasiennya. Kematian

karena kehamilan ektopik cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang

cukup.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Insiden

Insiden kehamilan ektopik ada 2% yang dilaporkan dari semua kehamilan dan 9%

dari semua kehamilan yang menyebabkan kematian.(3) Persentase kehamilan ektopik

telah meningkat di Amerika Serikat dari kurang dari 0.5% dari semua kehamilan dalam

tahun 1970 sehingga 1.97% pada tahun 1992. Walaupun dengan penurunan 90% pada

kadar mortality, kehamilan ektopik masih menjadi puncak utama dalam kehamilan yang

menyebabkan kematian dalam trimester 1.(1)

2. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian

ampula tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mulai mengalami hambatan sehingga

pada saat nidasi masih di tuba. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah

sebagai berikut:(5)

a. Faktor dalam lumen tuba(5)

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping;

Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering

disertai gangguan fungsi silia endosalping;

Operasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba

menyempit

b. Faktor pada dinding tuba(5)

Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur

Divertikel tuba kongenital dapat menahan telur yang akan dibuahi

c. Faktor diluar dinding tuba(5)

Tumor yang menyebabkan penyempitan lumen tuba

Perlekatan peritubal dengan distorsi

d. Faktor lain

Fertilisasi in vitro (1,5)

3. Anatomi

a. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng ke

arah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.

Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7.5 cm,

lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam

keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut

dengan vagina, demikan pula, korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan

serviks uteri.(6,12)

Uterus terdiri atas 3 bagian besar, yaitu fundus, korpus dan serviks uteri.

Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba fallopi ke uterus. Di

dalam klinik penting untuk diketahui sampai daerah fundus uteri berada oleh karena

tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. (6).

Serviks uteri terbagi menjadi dua bagian, yaitu pars supra vaginal dan pars

vaginal. Pars vaginal disebut juga portio, terdiri dari bibir belakang portio. Saluran

yang menghubungkan orifisium uteri interna dan orifisium uteri eksterna disebut

kanalis servikalis, dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks. Bagian rahim serviks dan

korpus disebut isthmus atau segmen bawah rahim, bagian ini penting artinya dalam

kehamilan dan persalinan karena akan mengalami peregangan.(8)

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma

dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Di korpus uteri

endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu

bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium

dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.(6)

Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar

berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,

berbentuk anyaman; lapisan ini paling penting pada persalinan oleh karena sesudah

plasenta lahir, berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang

berada di tempat itu. (6)

Ada beberapa ligamentum yang memfiksasi uterus, yaitu:(6)

Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum, merupakan ligamentum yang

terpenting uterus untuk mencegah agar uterus tidak turun.

Ligamentum sakrouterinum et dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan uterus

agar tidak banyak bergerak .

Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang menahan

uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke

daerah inguinal kiri dan kanan.

Ligamentum Latum, yaitu ligamentum yang berjalan dari uterus kearah lateral,

dan tidak banyak mengandung jaringan ikat.

Ligamentum infundibulopelvikum, yaitu ligamentum yang menahan tuba Fallopi,

berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.

Ligamentum ovarii proprium, yakni ligamentum yang berjalan dari sudut kiri dan

kanan belakang fundus uteri ke ovarium.

Gambar 1 : Anatomi Uterus(Dikutip Dari Kepustakaan 3)

Pembuluh darah yang memberi darah ke uterus ialah arteri uterina. Selain

arteri uterina, terdapat juga arteri ovarika sinistra et dekstra. Arteri ini berjalan dari

lateral dinding pelvis, melalui ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba

fallopi, beranastomosis dengan ramus asendens arteri uterina di sebelah lateral,

kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat

vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.(6)

Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial

dan inguinal selanjutnya ke daerah vasa iliaka; dari korpus uteri saluran getah

bening ini akan menuju daerah para aorta atau para vertebra dalam. Kelenjar-

kelenjar getah bening penting artinya pada operasi karsinoma.(6)

100

9

7

6

8

5

1

2

3

4

11

Keterangan gambar:1. Porsio2. Endometrium3. Ovarium4. Uterus5. Interstisial6. Isthmus7. Ampulla8. Infundibular9. Fimbrial10. Ovarian11. Cavum uteri

b. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdiri atas(6):

pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus,

pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya

pars ampullaris, bagian yang terbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat

konsepsi terjadi

infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai

fimbria.

Fimbria penting artinya bagi tuba sebab digunakan untuk menangkap telur

kemudian disalurkan ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon (bintang

laut).(6)

Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian

dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar dalam) otot

longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-

lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk

menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang

ditimbulkan oleh getaran rambut.(6)

4. Patofisiologi

a. Kehamilan Tuba

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya

sama halnya dengan pada kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

interkolumner. Pertama, telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.

Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya

telur mati secara dini dan kemudian direbsorbsi. Pada nidasi secara interkolumner

telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka

telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan

dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua tidak sempurna

malahan kadang-kadang tidak nampak, dengan mudah vili korialis menembus

endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan

dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung pada beberapa

faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya pendarahan

yang terjadi oleh invasi tropoblas. (11)

Selanjutnya, korpus luteum dan tropoblas yang terbentuk akan menghasilkan

hormon progesteron yang membuat uterus menjadi besar dan lembek, bahkan

menyebabkan lapisan endometrium menjadi desidua. Pada perubahan sel

endometrium ini dapat ditemukan fenomena Arias-Stellata. Amenore yang terjadi

disebabkan karena sel tropoblast yang menghasilkan hormon β-HCG. Terjadinya

proses pendarahan yang tiba-tiba diakibatkan karena hilangnya sel tropoblas yang

menghasilkan β-HCG sehingga proses nidasi yang dipersiapkan menjadi terpecah

keluar..(11)

b. Abortus Pada Kehamilan Tuba

Frekuensi abortus yang terjadi di dalam tuba tergantung pada bagian mana di

tuba tempat hasil konsepsi tersebut tertanam. Kebanyakan terjadi pada daerah

ampula tuba.Namun, pendarahan karena ruptur dinding tuba biasanya terjadi pada

daerah isthmus. Perbedaan ini disebabkan karena pars ampularis lebih luas sehingga

dapat mengikuti pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan bagian isthmus

dengan lumen sempit. Pendarahan yang terjadi dikarenakan oleh pembuluh-

pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat

melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya

pseudokapsularis. (11)

c. Ruptur Tuba

Ruptur akibat kehamilan ektopik disebabkan oleh perluasan hasil-hasil

konsepsi yang besar seperti penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis

tuba terus ke peritoneum. Sebelum ditemukan alat-alat yang canggih yang dapat

mendeteksi kadar hormone gonadotropin, kebanyakan kehamilan yang terjadi

mengalami ruptur pada trimester I. Ruptur terjadi pada daerah isthmus dan

kehamilan muda. Namun, ruptur spontan biasanya terjadi disebabkan oleh trauma

atau koitus bimanual..(11)

Ruptur intraperitoneal, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan

yang terjadi besar. Namun, bila robekan yang terjadi kecil pendarahan yang terjadi tanpa

hasil konsepsi. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena pendarahan,

nasib janin bergantung pada kerusakan yang diterima dan tuanya kehamilan. Bila janin

yang mati kecil dapat diabsorbsi, tetapi jika besar dapat diubah menjadi litopedion yang

membentuk kalsifikasi.(11)

Gambar 2 :Oviduct yang terbuka dengan kehamilan ektopik dalam 7 minggu usia gestasi

(Dikutip dari kepustakaan 4)

5. Diagnosis

Diagnosis dari kehamilan ektopik dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemerikasaan fisis, serta pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan ginekologi, dan pemeriksaan radiologi. Namun, dalam mendiagnosis

ectopic preganancy gold standard yang terutama ialah menggunakan USG transvaginal

transabdominal dan pemeriksaan laboratorium kadar ß-HCG.(16)

Diagnosis kehamilan ektopik kadang-kadang menimbulkan kesulitan. Hal ini

dikarenakan beraneka ragamnya gejala yang ditimbulkan. Namun, jika diagnosis hanya

didasarkan pada pemeriksaan gejala yang ada, maka diagnosis pasti tidak dapat

ditentukan sebab ada beberapa penyakit ginekologi maupun non-ginekologi memiliki

gejala yang sama dengan ectopic pregnancy. Biasanya gejala klinis didapatkan melalui

anamnesis dan pemeriksaan fisis terhadap pasien, terutama pasien dengan pendarahan

mendadak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegakkan diagnosis yang

ditimbulkan, yaitu:(11)

a. Gejala Klinis

Gejala klinis yang dikeluhkan maupun yang terjadi pada pasien tergantung

daerah hasil konsepsi dan daerah yang mengalami ruptur. Ada beberapa gejala

klinis yang sering tampak, yaitu :

Nyeri

Frekuensi nyeri pada pasien kehamilan ektopik ialah pada daerah pelvis dan

abdomen yang terbanyak kasusnya sekitar 95% yang disertai dengan amenore

atau pendarahan pervaginam (60%-80%) secara tiba-tiba. Gejala yang lebih

lanjut dapat pula terjadi mual, muntah dan kepala pusing bahkan disertai jatuh

pingsan diakibatkan perasaan yang sangat nyeri dengan gejala-gejala lainnya

yang memberatkan.

Siklus Menstruasi Abnormal

Kebanyakan wanita yang berpengalaman dengan siklus haid yang normal akan

mengeluhkan gangguan siklus haid yang tidak menentu dan diluar batas normal

biasanya.

Nyeri Tekan Yang Hebat

Nyeri tekan ini didapatkan biasanya pada pemeriksaan vagina maupun

pemeriksaan abdomen.

Perubahan Tekanan Darah Dan Nadi

Sebelum terjadi ruptur, biasanya tekanan darah pasien normal. Namun, setelah

terjadi ruptur tekanan darah pasien mulai mengalami penurunan diikuti dengan

peningkatan denyut nadi. Setelah menurun, jika timbul pendarahan pasien

biasanya merasa pusing (sistol >100mmHg). Bahkan pasien dapat mengalami

hipovolemia.

Massa Pada Daerah Pelvis

Dengan pemeriksaan bimanual dapat ditemukan massa pada daerah pelvis.

Gambaran massa yang timbul ialah lembut dan elastis.

b. Pemeriksaan Ginekologi

Pada pemerikasaan ginekologi biasanya terdapat rasa nyeri yang dipicu oleh

pergerakan serviks. Bila uterus teraba, maka akan teraba sedikit membesar dan

kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.

Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel

retrouterina.(6)

c. Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis kehamilan biasanya ditegakkan 10 hari setelah ovulasi terjadi

dengan menggunakan kadar hormon β-HCG yang sangat sensitif. Dengan

menggunakan pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil positif 90%-95% pada

pasien ectopic pregnancy. Hasil 100% akan dicapai jika diagnosis disertakan

dengan pemeriksaan radiologi. Selama 5-25 hari setelah terbetuk konsepsi pada

kehamilan normal, maka kadar hormon β-HCG akan meningkat secara double setiap

48 jam. Namun, jika didapatkan hasil penurunan kadar hormon yang sangat kurang

selama kehamilan setelah terbentuk konsepsi, maka dapat didiagnosis dengan

kehamilan ektopik.

Biasanya juga dilakukan pemeriksaan kadar hormone progesterone. Pada

kehamilan normal kadar progesterone lebih dari 25 ng/ml, namun pada kehamilan

ektopik kadar progesterone normal atau meningkat tetapi tidak sebesar kehamilan

normal.

d. Pemeriksaan Radiologi

Ultrasonography (USG)

Melalui pemeriksaan USG, pada kehamilan normal dapat diidentifikasi

setelah 6 minggu kehamilan menggunakan USG transabdominal dan 5 minggu

melalui transvaginal. Namun, pada kehamilan ektopik tidak dapat diidentifikasi

kehamilan yang berada di dalam cavum uteri. USG juga mampu mendeteksi

adanya cairan bebas serta massa adneksa yang membuktikan kehamilan

ektopik.(3,11).

Gambar 3. Intradecidual sign. Diambil dengan transvaginal USG posisi

sagitalpada uterus. Gambar ini merupakan kantung kehamilan dengan

echogenic ring (tanda panah) .

Penggunaan USG yang digunakan untuk mengukur kehamilan biasanya

melalui USG transvaginal, hasil yang didapatkan dari pemerikasaan biasanya

lebih cepat dibandingkan USG transabdominal untuk kehamilan trimester I,

Gambar 4. Hematoperitoneum berupa free fluid (FF) akibat ruptur tuba pada pasien kehamilan ektopik. Gambar

ini dapat dibuktikan dengan culdosintesis pada daerah cavum Douglas.

Gambar 5. Embrio pada kehamilan ektopik.( USG transvaginal). Embrio yang terbentuk pada ectopic pregnancy

ini telah mengalami ovulasi selama 3 minggu.

Pada kehamilan normal trimester I akan didapatkan tanda-tanda

kehamilan berupa intradecidual sign (gambar 3) sekitar umur 4.5 minggu yang

dikelilingi oleh cairan dengan penampakan echogenic ring yang berlokasi di

endometrium. Penegakkan diagnosis ini didasarkan melalui pemeriksaan

transvaginal dan transabdominal. Gambaran echogenic ring sangat penting

didapatkan karena tanda ini umumnya terdapat pada kehamilan ektopik

maupun kehamilan normal trimester I. Pada minggu lima ditemukan double

decidual sign. Double Decidual sign terdiri dari 2 garis hyperechoic curvillance

pada gestional sac dengan hyperechoic material. 2 garis hyperechoic bergabung

membentuk yang berada di sebelah dalam iaitu inner deciduas capsularis,

sedangkan di bagian luar dikelilingi oleh cincin decidual vera. (3,11)

Semua tanda-tanda khas yang di atas dapat ditemukan pada kehamilan

ektopik. Kehamilan mola juga biasanya memberikan penampakan yang sama.

Namun, pada pemeriksaan didapatkan juga tanda-tanda pembesaran uterus

disertai dengan multiple cyst yang dapat terlihat dan kadar homon β-HCG yang

dihasilkan 100.000mIU/mL.(15)

Gambar 6. Double Decidual Sign. Gambar ini diambil melalui transvaginal USG. Terdapat yolk salk

yang dikelilingi oleh 2 garis kurva hiperechoic. Lingkaran dalam atau inner line (panah panjang)

merupakan deciduas capsularis dan lingkaran luar atau outer line (panah pedek) mewakili deciduas

vera.

USG Collor Doppler sangat membantu dalam mendiagnosis dari penyakit

ini. Pencitraan menggunakan Collor Doppler menunjukkan warna dari setiap

bagian-bagian yang memiliki aliran darah secara langsung atau memiliki

denyut dengan gambaran aliran darah sistolik yang tampak jelas dan aliran

darah diastolik yang merupakan aliran darah dari percabangan arteri uterus.(14)

Dengan menggunakan USG Collor Doppler yang memiliki nilai resistif

index yang tinggi, alat ini dapat membedakan antara corpus luteum dan

kehamilan ektopik,walaupun corpus luteum adalah lebih sering. (14)

Gambar 7. Korpus luteum pada pemeriksaan USG with Color Dopple. Gambaran USG Color Doppler memperlihatkan heterogeneous internal echoes. Tanda ini khas didapatkan

pada USG seperti gambaran sarang laba-laba dengan benang-benang fibrin yang terbentuk.

e. Kuldosintesis

Kuldosintesis dilakukan dengan menusukkan jarum dengan lumen yang agak

besar ke dalam kavum Douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks

ditarik ke atas dan keluar. Adanyan darah yang diisap berwarna (darah tua) biarpun

sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi. Jika yang diisap darah baru,

ini mungkin dari pembuluh darah dinding vagina yang tertusuk.

Jika hasil kuldosintesis positif, sebaiknya dilakukan laparotomi, oleh karena

dengan tindakan itu dapat dibawa kuman dari luar ke dalam darah yang terkumpul

di kavum Douglasi, dan dapat terjadi infeksi.(6)

f. Laparoskopi

Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk

diagnosis kehamilan ektopik pada umunya dan kehamilan ektopik yang tidak

terganggu.Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri

perubahan-perubahan pada tuba.(6)

6. Diagnosis Banding

Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial ialah infeksi pelvic, abortus

iminens atau abortus inkomplit dan tumor ovarium. Biasanya anamnesis,gambaran klinik

dan beberapa metode pemeriksaan dapat menegakkan diagnosis kehamilan ektopik.

Ruptura korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai kehamilan

ektopik terganggu. Ananmnesis yang cermat mengenai siklus haid penderita dapat

menduga rupture korpus leuteum.Jika keadaan mengizinkan,dengan laporoskopi dapat

diperoleh kepastian apa yang menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Jika perdarahan

banyak,maka perlu dilakukan laparotomi dan keadaan sebenarnya dapat diketahui.(6)

7. Penatalaksanaan

Bila pasien datang dengan pendarahan, yang segera harus dilakukan adalah: (5)

a. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian

cairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologis dan transfusi

darah).

b. Setelah diagnosa jelas, dan keadaan umum baik, segera lakukan laparotomi untuk

menghilangkan sumber pendarahan: dicari, diklem, dan dieksisi sebersih mungkin

(salpiektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya,

c. Sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih

cepat,

d. Berikan antibiotik yang cukup dan obat antiinflamasi,

e. Penderita yang dicurigai kehamilan ektopik harus dirawat inap di rumah sakit untuk

penanggulangannya.

Pada beberapa referensi penanganan kasus non-emergensi setelah ditegakkan

diagnosis dibagi atas 2, yaitu penanganan dengan operasi maupun obat-obatan sistemik.

a. Operasi

Salpingostomy

Prosedur ini digunakan pada kehamilan dengan panjang kurang dari 2 cm dan

berlokasi sepertiga distal tuba fallopi. Insisi secara linier, dengan panjang 10-

15 mm atau kurang, yang dibuat sesuai dengan ukuran kehamilan ektopik

berdasarkan hasil USG yang didapatkan. Pendarahan kecil yang terjadi

sewaktu operasi yang terjadi dapat dihentikan dengan menggunakan

eletrokauter atau laser. Semua prosedur ini dilakukan melalui laparaskopi.(11)

Salpingectomy

Pada salpingectomy dilakukan proses eksisi tuba. Proses ini biasa dilakukan

pada tuba unruptur maupun yang telah ruptur. Operasi ini dilakukan untuk

menghilangkan resiko terjadinya kembali kehamilan ektopik pada daerah tuba

yang sama.(11)

Segmental Resection and Anastomosis

Reseksi massa ektopik dan anastomosis tuba kadang dilakukan pada

kehamilan ektopik yang tidak disertai dengan ruptur daerah isthmus tuba

karena salpingostomy dapat menyebabkan rusaknya lumen isthmus yang kecil

akibat adanya pembentukan jaringan kolagen berupa scar yang menutup

lumen tuba sehingga dihilangkan sebagian dan disambung kembali.(11)

Laparotomi

Dilakukan pada pasien dengan rupture tuba.Pada laparotomi perdarahan

selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang

menjadi sumber pendarahan.Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan

darah di rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan.(6)

b. Pengobatan Sistemik

Metotrexat ialah obat yang bekerja menghambat pembentukan asam folat

yang akan menghambat proliferasi dari sel tropoblas. Pengobatan ini tidak dapat

dilakukan pada wanita yang konsentrasi hCG (>5000mIU/ml) karena akan

megalami kegagalan terapi.Kestabilan hemodinamik dan kadar HCG kurang dari

15.000 IU merupakan faktor yang mendukung keberhasilan terapi. (7)

Biasanya diberikan secara intramuskular dengan dosis tunggal (50mg per

m2) dengan dilanjutkan B-hCG.(16)

8. Prognosis

Kematian karena kehamilan ektopik cenderung turun dengan diagnosis dini dan

persediaan darah yang cukup walaupun gejalanya belum timbul. Tetapi, bila pertolongan

terlambat, angka kematian dapat tinggi. Kehamilan ini merupakan salah satu

kegawatdaruratan yang tidak selalu dihiraukan di UGD akibat adanya pendarahan masif

dan merupakan insiden yang terus meningkat serta membutuhkan diagnosis yang pasti

dalam penanganannya. Dokter harus memiliki pengetahuan tentang riwayat,

pemeriksaan fisik, dan kadar B-hCG dalam penanganan kehamilan ektopik. Angka

kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 7% sampai 15%. (1,11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Della David, Giustina. Ectopic pregnancy. [jurnal on internet] 2008. [citied on 2010, Nov,

2nd]: [565-584]. Available from: URL: http://www.della-giustina2003.com

2. Murth N.A, Bhat. A. Kalynpur,. Ectopic pregnancy.[jurnal on internet] 2008. [citied on

2010, Nov, 2nd]: [132-137]. Available from: URL: http://www.jhk-collradiol.com

3. Kirsch, D Jonathan. Lesle Scout. Imaging of ectopic pregnancy [jurnal on internet] 2010

[citied on 2010, Nov, 2nd]: [511-516] Available from:

URL:http://www.appliedradiology.com

4. Barnhart, Kurt T. Ectopic pregnancy. [jurnal on internet] 2009. [citied on 2010, Nov,

2nd]: [379-387]. Available from: URL:http://www.nejmcp0810384.pdf

5. Mochtar Rustam. Sinopsis obstetri. Jilid 1. Edisi ke-2. Jakarta: EGC_1998. pg. 226-235

6. Bari Saifuddin, Abdul. Rachim, Hadi. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: YBP-

SP_2007. pg. 6-16 et pg. 253-255.

7. Chan.P, Johnson.S.Currentclinical strategies in gynecology and obstetrics.2004 Edition.

New York ; 2004. pg180-184

8. Jurkovic.D. Ectopic pregnancy.In : Edmons K,editor.Obstetrics and

gynecology.7thEdition. Blackwell Publishing: Kentucky;2007. Chapter 14 pg 106-115.

9. Cain E, Anderws J. USMLE step 2 CK lecture notes.2005-2006 Edition. National Board

of Medical Examiners: Los Angeles;2006. Section IIA pg132-133

10. Pitkin J,Peattie A,Magowan B. An illustrated colour text obstetrics and gynecology.2nd

Edition.Churchill Livingstone: Los Angles;2007. Pg 98 & 99.

11. Cunninghan FG,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JC, , Gilstrap LC, , Wenstrom KD. Wiliiams

obstetrics. 22nd Edition. United State Of America: Medical Publishing

Division_2006.pg.21-28. et pg. 254-269

12. Chudleigh T, Thilaganathan B. Obstetric ultrasound.3rd Edition. Elesevier Churchill

Livingstone: Los Angles; 2006. Chapter 4 pg 51-57.

13. BP Tan, Ong CL.Ultrasonographical diagnosis of acute gynaecological pain [online

CME article] 2008. [cited on 2010, Nov, 2nd]. Available from:

URL:http://www.smj.sma.org.sg49064906pe1.pdf

14. Levine Deborah Ectopic pregnancy [article on internet] 2007. [cited on 2007, Nov, 2nd].

Available from: URL:http//www.radiology.rsna.orgcontent2452385.full.pdf

15. Maulik D. Dopller ultrasound in gynecology and obstetrics.4th

Edition.Springer:Applegain Street;2005.pg 578-581.

16. Norwotiz E,Schorge J. Obsttrics and gynecology at a glance.2nd Edition.Blackwell

Science: Pensyllivinea;2007.pg 14&15.

17. Hanretty K. Obstetric illustrated.6th Edition. Churchill Livingstone: Los Angles; 2005.pg

161.

18. Author: Douglas Bourgon, MD; Chief Editor: Eugene C Lin, MD Computed Tomography

[article on internet] 2011 [citied April 12, 2011]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/403062-overview#a20

19. Hong Pham and Eugene C. Lin Adnexal ring of ectopic pregnancy detected by contrast-

enhanced CT [Article on internet] [Citied 1 September 2006] Available from:

http://www.springerlink.com/content/p7614700l086546q/

20. Authors and DisclosuresHelical CT: Rupture of Ectopic Pregnancy Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/501990_8

21. Author: Douglas Bourgon, MD; Chief Editor: Eugene C Lin, MD Ectopic Pregnancy

Imaging [Article on internet] 2011 [Citied Apr 12, 2011] Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/403062-overview