referat kulit santi

Upload: santi-cintya-dewi

Post on 04-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    1/23

    TERAPI RETINOID UNTUK PHOTOAGING

    1. Pendahuluan

    Semenjak adanya laporan awal yang menjelaskan bahwa asam trans-retinoid (RA)

    memiliki efek yang bermanfaat terhadap photoaging, efektivitas terapi dengan asam retinoid

    topical pada kerusakan kulit akibat cahaya telah didemonstrasikan dalam jumlah banyak

    melalui studi klinis terkontrol. Meskipun ada penelitian ini, terdapat jarak yang lebar dalam

    pengertian kita mengenai basis molecular mengenai bagaimana asam retinoid memperbaiki

    kerusakan kulit akibat cahaya.

    Syarat photoaging berhubungan dengan kelainan kulit akibat terpapar sinar maatahari

    secara kronik. Pada kulit yang terpapar sinar matahari, photoagin terjadi secara natural,

    penuaan intrinsic, yang terjadi pada seluruh kulit. Subjek yang cocok secara klinis, histology,

    dan analisis biokimia dari kulit yang terpapar matahari dan kulit yang terlindung dari sinar

    matahari menunjukan kulit yang terpapar sinar matahari terjadi kerusakan bentuk dan fungsi

    kulit lebih hebat derajatnya dibandingkan dengan proses penuaan natural. Rupa kulit photoaged

    yaitu kering, berkerut,longgar, pigmen yang tidak sama rata, dan terdapat bintik coklat. Secara

    histologist, kulit photoaged menunjukkan ketebalan epidermal yang bervariasi, luas, dankelompok melanosit yang irregular, kurang teraturnya dermis, elastosis, dan infiltrasi sel

    radang ringan. Photoaging merupakan proses kumulatif, oleh karena itu, berat ringannya sangat

    berhubungan dengan usia.

    Pada bagian ini, pertama-tama kami menjelaskan mekanisme molecular oleh radiasi sinar

    ultraviolet (UV) dari matahari yang merusak kulit, terfokus pada kerusakan kolagen yang

    merupakan komponen structural utama dari jaringan konektif kulit. Kami tidak

    mendeskripsikan secara detail dampak kerusakan UV terhadap DNA. Kami menampilkan bukti

    bahwa retinoid topical dapat mencegah kerusakan kulit akibat UV dan memperbaiki kerusakan

    kulit akibat cahaya. Pada akhirnya, kami mereview beberapa efek samping yang berhubungan

    dengan terapi retinoid.

    1

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    2/23

    2. Kerusakan jaringan konektif kulit akibat UV

    Iradiasi sinar UV dari matahari menyebabkan kerusakan dalam jumlah besar pada kulit

    manusia, termasuk kulit terbakar, imunosupresi, dan kanker kulit, dan juga penuaan dini.

    Radiasi sinar UV mencapai permukaan bumi dibagi berdasarkan panjang gelombang menjadi

    UVB (290-320 nm), UVA2 (320-340 nm) dan UVA1 (340-400 nm). Energy yang terdapat

    pada radiasi sinar UV dapat diabsorpsi oleh berbagai komponen selular pada kulit dan

    karenanya mendatangkan respon selular yang beragam oleh akibat aktivasi terkoordinasi jalur

    transduksi sinyal yang dihasilkan dari kelainan ekspresi gen. Pada bagian ini, kami mengulang

    mekanisme sinar UV mengaktivasi jalur sinyal spesifik, dan terlebih modifikasi transkripsi gen

    serta kerusakan jaringan konektif kulit.

    2.1 Iradiasi UV menginduksi aktivasi jalur sinyal

    Mekanisme utamanya dimana radiasi UV menginisiasi respon molecular pada kulit

    melalui generasi fotokimia dari reactive oxygen species (ROS). ROS dihasilkan dari

    energy dan/atau transfer electron dari kemoreseptor penyerap-UV di kulit. Banyak

    kromofor yang dijadikan generator ROS endogen, diantaranya tryptophan, NADPH,

    riboflavin, porfirin, asam trans-urocanic.

    Dalam kulit, UV terinduksi yang melepaskan ROS bertanggungjawab untuk

    stimulasi beberapa sinyal jalur transduksi melalui aktivasi sel sitokin surface dan grow

    factor reseptor. Aktivasi sinar UV oleh EGF-R merupakan ligand-independent, sejak

    penempelan-benda asing tidak lagi diperlukan untuk aktivasi UV oleh reseptor.

    Bagaimanapun, aktivasi langsung EGF-R oleh sinar UV tidak pernah didemonstrasikan.

    2.2 Iradiasi UV menginduksi degradasi kolagen kulit

    Aktivasi UV-terinduksi oleh MMPs, merupakan hasil dari degradasi berlebihan

    komponen matriks ekstraselular (ECM) di dermis. ECM merupakan substrat untuk adhesi

    sel, pertumbuhan, perpindahan, dan diferensiasi, serta menyediakan bantuan mekanik

    untuk jaringan dan organ. Protein ECM disembunyikan oleh fibroblast di dermis, dan

    mekanisme terbalik memperbolehkan fibroblast mengadaptasi kelainan pada ECM.

    2

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    3/23

    Kolagen tipe I merupakan protein struktural terbanyak di jaringan konektif kulit.

    Terhitung 85% dari total protein dermal. Kolagen tipe III berinteraksi dengan kolagen tipe

    I, dan diperkirakan jumlahkan 1/10 kolagen tipe I. kolagen tipe I dan III terbentuk dari 3

    rantai polipertida dan disintesis oleh fibroblast di dermis, sebagai prokolagen mengandung

    tempat globular di setiap ujungnnya. Secara rahasia, propeptida dihilangkan secara

    enzimatis oleh protease spesifik. Kehilangan propeptide menyebabkan molekul kolagen

    secar spontan berubah menjadi serat. Bentuk baru molekul kolagen berubah menjadi serat

    kolagen, dan membentuk crosslinking intermolecular menjadi bentuk serat kolagen

    matang.

    Hubungan silang kolagen dikatalisasi oleh enzim lisil oksidase. Serat kolagen

    disusun sebagai perintah yang diatur beruhubungan dengan protein ECM lain untuk

    membentuk ikatan kolagen. Ikatan kolagen menyediakan kekuatan dan kekenyalan pada

    kulit, dan sangat sesisten terhadap degradasi enzimatik. Waktu paruh kolagen kulit

    diperkirakan ssampai beberapa tahun. Degradasi serat kolagen membutuhkan bantuan

    kolagenase. Seperti telah dijelaskan di atas, iradiasi UV mengindukasi MMP-1. MMP-8

    secara primer diekspesikan oleh neutrofil, ysng menginfiltrasi kulit sebagai respon stimulus

    imun terinduksi oleh radiasi UV. Meskipun jumlah MMP-8 meningkat di kulit mengikuti

    radiasi UV sebagai konsekuensi peningkatan neutrofil, MMp-8 tetap terbanyak dalam

    bentuk inaktif, dan terlebih tidak ada kontribusi yang bermakna terhadap degradasi kolagen

    diobservasi berdasarlan paparan UV.

    2.3 Iradiasi UV menghambat produksi kolagen baru

    Sebagai tambahan penyebab degradasi kolagen matang, radiasi UV akut secara

    sementara menghambat sintesis prokolagen tipe I dan III. Berdasarkan radiasi UV pada

    kulit secara in vivo, protein prokolagen tipe I secara signifikan berkurang dalam 8 jam, dan

    maksimal berkurang sekitar 70 % dalam 24 jam, dan kembali ke level normal dalam 2-3hari. Kehilangan produksi prokolagen terletak pada 1/3 atas dermis, merefleksikan paparan

    radiasi UV terhadap kulit. Setidaknya ada 2 mekanisme yang berpengaruh pada

    downregulator sintesis prokolagen. Pertama, radiasi UV mengaktivasi faktor transkripsi

    AP-1, yang secara negative meregulasi transkripsi kedua gen yang mengencode rantai

    nkolagen tipe I. iradiasi Uv menggagu sinyal dari TGF- (profibrotik sitokin utama), men-

    3

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    4/23

    downregulasi reseptor TGF- tipe II dan meningkatkan regutalot penghambat sinyal TGF-

    .

    2.4 Kerusakan kolagen kumulatif berkontribusi terhadap fenotif kulit photodamaged

    kerusakn kulit akibat cahaya ditandai dengan penurunan regulasi produksi

    prokolagen tipe I yang terus menerus, dibandingkan dengan individu yang terproteksi dari

    sinar matahari. Penurunan regulasi prokolagen berhubungan dengan derajat kesakitan

    secara klinis dari kerusakan kulit, terlebih menggambarkan derajat kerusakan secara

    akumulatif.

    Yang menarik, jumlah fibroblast yang terkandung pada kerusakan kulit akibat cahaya yang

    berat, tidak terganggu produksi prokolagennya. Seperti dijelaskan sebelumnya, radiasi UV

    akut mengaktivasi MMPs sementara waktu. Dengan paparan sinar matahari berulang

    selama beberapa tahun, kolagen terfragmen terakumulasi pada kulit rusak tersebut. Terapi

    in vitro gel kolagen dengan MMP-1, produksi prokolagen dihambat dengan jelas,

    dibandingkan dengan kultur fibroblast pada gel kolagen yang intak. Yang menarik,

    hilangnya sebagian kolagen terdegradasi akibat teapi gel yang mengandung MMP-9

    memperbaiki biosintesis prokolagen.

    Fibroblast terikat dengan kolagen melalui reseptor spesifik, intergrins, yang

    terdapat di permukaan sel. Ikatan intergrins menyebabkan fibroblast menggunakan

    kekuatan kontraksi pada matriks kolagen dan mengubah kekuatan sesistif mekanik yang

    digunakan matriks kolagen. Beberapa penekanan mekanik telah dilakukan dalam bentuk

    sistem untuk mempengaruhi perilaku selular secara luas, termasuk produksi prokolagen

    oleh kulit.

    3. Metabolism asam retinoid di kulit

    Retinoid termasuk kelompok alami dan bahan sintetis yang ditandai dengan aktivitas

    biologis seperti vitamin A (vitamin A-like). Vitamin A dan retinoid alami lainnya, yaitu trans-

    RA, memainkan peran penting dalam embryogenesis, reproduksi, penglihata, regulasi

    imunitas, dan diferensiasi sel epitel. Retinoid didapatkan dari makanan, diserap di usus,

    4

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    5/23

    disimpan di hati sebagai retinyl ester (REs), dan ditransportasikan ke sirkulasi ke dalam target

    organ sebagai ROL. Mobilisais ROL dari sel hati diregulasi oleh konsentrasi plasma retinol

    binding protein (RBP) tak terikat. Ketika ROL dilepas ke dalam sirkulasi, ini membuat RBP

    mengantar ke target jaringan. Di dalam target sel, ROl disimpan dalam membrane plasma

    sebagai Res, atau dikonversi menjadi RA.

    Konversi ROL menjadi RA terdiri dari 2 langkah reaksi. Pertama, ROL diubah menjadi retinal

    (RAL), fase ini dikatalisais oleh enzim alcohol dehidrogenase (ADH). Tahap kedua, perubahan

    RAL menjadi RA, reaksi ini dikatalisasi oleh retinaldehide dehidrogenase (RALDH), dan

    ireversibel. Inilah alasan mengapa penambahan RA pada hewan dengan defisiensi vitamin A

    tidak meningkatkan kadar RAL atau ROL. Di dalam sel, RA tidak disimpan dan

    konsentrasinya dikontrol ketat.

    RA berikatan dalam sel sitoplasma dengan cellular RA binding protein (CRABP), RA

    berikatan dengan CRABP dapat melalui satu atau dua jalur, yaitu dikirim ke reseptor RA

    nucleus (RARs) atau katabolisme menjadi bentuk inkatif. Katabolisme dikatalisasi oleh RA-4-

    hidroksilase. RA menggunakan efek biologisnya melalui ikatan menuju RARs, yang

    seharusnya merupakan superfamili reseptor hormone steroid nucleus. RA terdiri atas 3 formasi

    stereoisomerik yang berbeda, yaitu all-trans, 9-cis, dan 13-cis.

    4. Retinod topical mencegah photoaging

    Penelitian menunjukkan bahwa trans-RA topical dapat mencegah respon induksi UV pada

    kulit yang mengarah pada degradasi dan regulasi ulang kolagen tipe I pada kulit manusia in

    vivo. Praterapi kulit dengan RA menghambat induksi UV-termediasi dan aktivasi AP-1.

    Inhibisi AP-1 oleh RA tampaknya terjadi melalui mekanisme jelas dari transrepresi. RA

    menghambat induksi UV dari c-Jun protein, tetapi bukan c-Jun mRNA.

    5. Retinoid topical memperbaiki photoaging

    5

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    6/23

    5.1 Kegunaan trans-retinoid acid pada terapi photoaging

    Menurut kligman et al. menemukan bahwa trans-RA krim (tretinoin,Retin-A), yang

    digunakan untuk terapi acne vulgaris, dapat memperbaiki sebagian kerusakan struktur kulit

    berhubungan dengan photoaging. Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan 6-12 bulan

    terapi dengan tretinoin 0,05% pada muka dan lengan menginduksi ketebalan atrofi

    epidermis, mengeliminasi dysplasia dan atipia, menghasilkan melanin serta membentuk

    kolagen dan pembuluh darah baru. Menurut Weiss et al. penggunaan krim tretinoin 0,1%

    sehari sekali selam 4 bulan memberikan perbaikan klinis terutama pada kerutan di muka,

    pucat, kelonggaran kulit dan hiperpigmentasi macular (liver spot).

    Dosis tretinoin yang lebih tinggi juga efektif untuk terapi pfotoaging. Rafael et al.

    mendapatkan 83% pasien yang diterapi dengan tretinoin 0,1% teratur selama 10 bulan, dan

    dengan terapi placebo sebanyak 23%, menunjukkan perbaikan dari acnitic lentigines. Hasil

    tersebut dikonfirmasi dengan histoligi yang menunjukkan penurunan pigmentasi epidermal

    pada specimen biopsy. Pada satu penelitian, terapi jangka panjang yang berhubungan

    dengan epidermal hyperplasia, menunjukkan ketebalan epidermal tidak langsung

    berhubungan dengan perbaikan klinis. Kontras, perbaikan potoaging dengan retinoid

    berhubungan dengan peningkatan formasi prokolagen I, membentuk ulang serat kolagen,

    dan meningkatkan jumlah fibril jangkar tipe VII. Elastosis cahaya tidak berkurang secara

    substansial, bagaimanapun akan memetap di bagian bawah dermis, mungkin akibat akibat

    akumulasi kolagen baru pada bagian atas dermis, dibawah dermoepidermal junction.

    Dua observasi berdasarkan retinoid terapi pada kulit photoaged sangat konsisten.

    Pertama, besarnya efek sangat luas pada kulit yang awalnya menunjukkan kerusakan kulit

    yang sangat hebat. Kedua, 92% subjek yang menggunakan tretinoin di berbagai studi

    dilaporkan adanya eritema. Efek samping utama ini disebut retinoid dermatitis dan dapat

    dibatasi pada penggunaannya untuk terapi photoaging.

    5.2 Penggunaan retinoid lain pada terapi photoaging

    6

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    7/23

    Karena adanya efek samping yang nyata akibat penggunaan terapi tretinoin,

    efektivitas beberapa retinoid lainnya pada terapi photoaged telah dipelajari, idealnya tanpa

    menyebabkan iritasi. Untuk contoh, penggunaan krim isotretinoin 0,1% sekali sehari

    selama 8 bulan menghasilkan berkurangnya kerutan dan actinic lentigines, berhubungan

    dengan ketebalan epidermal. Bagaimanapun, eritema ditemukan pada 65% pasien dengan

    isotretinoin dan 25%pada pasien dengan placebo.

    Trans-RAL topical telah menunjukkan peningkatan ketebalan epidermal,

    meningkatkan penanda diferensiasi, dan meningkatkan regulasi CRABP-II ketika

    digunakan dengan dosis 0,5%, 0,1%, dan 0,05% selama 1-3 bulan in vivo. RAL secara

    signifikan mengurangi kerutan, walaupun kurang luas disbanding tretinoin.

    5.3 Mekanisme aksi retinoid

    Meskipun bukti luas menunjukkan manfaat efek retinoid topical dalam mencegah

    dan mengobati aspek klinis pada kerusakan kulit akibat cahaya, basis molecular yang detail

    dari aktivitas ini masih sangat kurang. Awalnya, iritasi dan scaling terjadi akibat

    mekanisme perbaikan akibat induksi retinoid yang belum diketahui. Pertama, dua

    konsentrasi tretinoin, 0,025% dan 0,1% dibandingkan efikasi dan iritansinya. Penggunaan

    selama 11 bulan, keduanya menunjukkan perbaikan kulit dengan luas yang sama, tetapi

    tretinoin 0,1% lebih iritatif. Kedua, retinyl palmitate topical (0,15%) menginduksi iritasi

    kulit tanpa menunjukkan keuntungan dibandingkan placebo.

    Kemampuan retinoid dalam memperbaiki bentuk kolagen berlangsung dalam

    mekanisme yang belum diketahui yang menunjukkan adanya perbaikan dalam kerukan

    kulit akibat cahaya. Studi mengenai induksi kolagen oleh retinoid pada kerusakan kulit

    akibat cahaya terhambat oleh kurangnya model in vitro.

    6. Efek samping retinoid

    Sekitar 92% pasien yang menggunakan tretinoin di berbagai studi klinis dilaporkan

    retinoid dermatitis, contohnya eritema. Kondisi ini biasanya memuncak pada awal terapi dan

    menghilang ketika terapi tidak dilanjutkan. Scaling merupakan penghalang utama terapi

    retinoid topical dan sering terjadi keterbatasan penggunaan retinoid. Perkembangan terkini

    7

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    8/23

    telah dilakukan untuk mengetahui mekanisme dimana retinoid menginduksi hyperplasia

    epidermal.

    Iritasi mungkin dapt dijelaskan karena kelebihan konsentrasi RA di epidermis. Epidermis

    merupakan jaringan non-homogen yang terdiri dari keratinosit tidak terdiferensiasi (lamina

    basalis) dan sel terdiferensiasi (lamina suprabasal). Pada kulit normal, kapasitas keratinosit

    basal yang tidak terdiferensiasi untuk mengolah ROL 4x lebih banyak dibandingkan yang

    terdiferensiasi., dan kapasitas ikatan RA meningkat dengan diferensiasi keratinosit. Skema ini

    konsisten dengan observasi bahwa RA bebas mempengaruhi diferensiasi dan proliferasi

    keratinosit, saaat penurunan konsentrasi dari basal ke superficial.

    Ketika kulit diterapi dengan RA topical, konsentrasi RA kulit meningkat untuk

    mengaktifkan transkripsi gen pada reseptor retinoid. Terapi retinoid pada kulit normal juga

    menurunkan sifat kohesif stratum korneum, kerusakan pelindung kulit. Hyperplasia kulit akibat

    RA membutuhkan reseptor retinoid fungsional, dan utamanya dimediasi oleh RARs. Intensitas

    iritasi dan scaling berhubungan langsung dengan jumlah RA yang diberikan, sejak dikurangi

    konsentrasi Ra topical terjadi penurunan iritasi.

    Keterlibatan EGF-R pada epidermal hyperplasia akibat RA telah didemonstrasikan dalam

    beberapa studi. Hyperplasia epidermal akibat RA dipicu oleh peningkatan sekresi 2 EGF-R

    ligand, heparin-binding epidermal growth factor (HB-EGF) dan amfiregulin, pada sel

    suprabasal pada epidermis normal. Aplikasi RA topical prekursor menyebabkan lebih sedikit

    iritasi dibandingkan RA itu sendiri. Yang menarik, luasnya iritasi bergantung pada langkah

    yang dibutuhkan untuk mengkonversi precursor menjadi RA.

    7. Kesimpulan

    Photoaging disebabkan reaksi kulit terhadap paparan sinar matahari yang kronik. Retinoid

    topical efektif dalam mengobati gejala klinis dari photoaging, seperti keriput, kulit kasar, danlonggar. Dermatitis retinoid berhubungan dengan terapi retinoid, sejak dimediasi oleh reseptor

    retinoid nucleus. Iritasi dapat diminimalisasi dengan menata ulang mekanisme aksi molecular

    dari retinoid pada photoaging akan membuktikan target farmakologikal untuk pengembangan

    non-retinoid, yang bermanfaat tanpa efek samping yang tidak diinginkan.

    8

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    9/23

    BOTOLINUM TOXIN, FILLERS, PEELS: The Scientific View

    Pendahuluan

    Berdasrkan American Society of plastic Surgeons (ASPS), orang mulai menginvestasikan

    penampilannya. Injeksi toksin botulinum meningkat 2400% dari 1997 sampai 2003. Seluruh

    rejuvenal prosedur tidakan bedah 25% dan teknik non-invasif 75%. Hampir 7 juta prosedur yang

    dilakukan pada 2002 di USA, namun harapan dan janji yang tersimpan tidak selalu berdasarkan

    analisis yang akurat. Ulasan ini terfokus kepada dasar sains dari teknik noninvasive seperti, injeksi

    toksin botulinum, fillers, dan peels. Teknik dan prosedur didiskusikan dibagian lain.

    Toksin Botulinum

    Toksin botulinum (BTX-A) digunakan untuk megnhilangkan garis wajah. Carruthers and

    Carruthers yang dilaorkan pertama menggunakan BTX-A untuk memperbaiki glabellar frown di

    tahun 1992. Awalnya dipergunakan untuk mempernaiki rhytides akibat perubahan hiperkinetik dan

    hipertrofi otot pada 1/3 atas wajah, indikasi kecantikan termasuk sering untuk penggunaan yang

    lebih luas. BTX sudah disetujui oleh FDA untuk gangguan neuromuscular (distonia servikalis,

    spasme hemifasial, blefarospasme, strabismus). Saat ini BTX-A diterima FDA untuk mengobati

    garis glabellar frown.

    Tipe toksin

    Neurotoksin yang diproduksi Clostridium botulinum meruapakan toksin paling

    poten yang dikenal untuk pria dan agen penyebab botulisme. C.botulinum merupakan gram

    positif, bakteri anaerob yang tersebar luas di lingkungan dalam bentuk spora. Terdapat 8

    jenis yang berbeda secara antigen rantai yang diproduksi C.botulinum, dan sistem nervus

    manusia hanya terpengaruh pada 5 subtipe toksin dan 3 lainnnya tidak berpengaruh. Semua

    BTX memiliki mekanisme yang sama dalam memberikan efek paralisis. Mereka

    menyebabkan kelainan kimiawi yang menghasilkan paralisis temporer otot yang terkena.

    Injeksi toksin ke otot wajah melemahkan kontraksi otot yang terkena dan berhubungan

    9

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    10/23

    dengan penarikan permukaan kulit, sehingga mengurangi kerutan dan furrows.

    Antagonisasi efikasi otot meningkat dan mudulasi dari ekspresi wajah yang ditandai.

    Neurotiksin berhasil melalui 3 tahap berdasarkan paparan toksin terhadapr otot:

    Penempelan neurotoksin ke reseptor membrane spesifik pada neuron

    presinaptik kolinergik

    Toksin/reseptor kompleks terinternalisasi melalui endositosis ke dalam

    nervur terminalis

    Lisis vesikel dan pencegahan pelepasan asetilkolin dari dalam sel.

    Setiap toksin menempel pada target protein yang berbeda pada membrane sel dan

    target protein yang berbeda di dalam sel. Jumlah ini untuk kekurangan reaktivitas silang

    antara serotipe toksin dan kontribusi baik perbedaan klinis dan imunologis. Apabila

    netralisasi antibodi dan imunoresisten terjadi pada satu bentuk, memungkinkan pasien tidak

    responsive terhadap terapi, alternative lain mungkin dapat digunakan untuk menghasilkan

    efek yang sama.

    Tersedia 3 jenis tiksin yang dikomersialkan. Tipe A dipertimbangkan sebagai

    paling toksisk dan hadir dalam 2 bentuk, di USA sebagai Botox dan Eropa sebagaiDysport. Bototx diproduksi dengan beberapa teknik presipitasi dan didistribusikan dalam

    vial yang mengandung 100 U lipolisis Kristal. Dysport merupakan hasil pemurnian

    nerbasis kolum dan dikemas dalam vial yang mengandung 500 U. meskipun kedua bentuk

    toksin tipe A memerlukan tambahan pengencer sebelum digunakan, namun dosis yang

    direkomendasikan sangatlah berbeda. Imunoresisten terhadap Botox tidak cukup

    didokumentasikan jika digunakan dalam dosis rendah. Bagaimanapun, penutupan antibodi

    dihasilkan pada gagal terapi dengan dosis tinggi (>400 U) dengan Botox pada pasien

    dengan distonia cervical.

    Botox B didistribusikan Elan Pharmaceutical sebagai Myobloc di US dan

    Neurobloc di Eropa. Banyak pengalaman dengan BTX-A untuk terpai distonia cervical.

    Myobloc hadir untuk digunakan dengan formula cair dalam vial 2500 U/0,5 ml, 5000 U/1

    ml dan 10000 U/2 ml. sedikit informasi disediakan mengenai ekuivalensi dosi antara

    10

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    11/23

    subtype A dan B. untuk terapi distonia 5000-10000 U Myobloc dapat digunakan, dan sama

    dengan 100-300 U Botox, dan dikatakan Botox 50-100 lebih efektif dibandingkan

    Myobloc.

    Table 1. Target substrat of BTX .

    Botulinum toxin type Substrate

    A SNAP-25

    B VAMP (synaptobrevin)

    C SNAP-25 (syntaxin)

    D VAMP ( synaptobrevin)

    E SNAP-25

    F VAMP ( synaptobrevin)

    G VAMP ( synaptobrevin)

    Table 2. Toxin commercially available in the USA and EUROPE

    11

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    12/23

    Type Trade

    name

    (USA)

    Trade

    name

    (EUROPE)

    Units/vial Form Company Stability

    A Botox Botox 100 Freeze-dried

    crystals

    Allergen 12

    A Dysport 500 Freeze-

    dried

    crystals

    Ipsen

    Biopharm

    12

    B Myobloc Neurobloc 2.500 Solution Elan

    Pharmaceuticals

    12

    Studi

    Banyak penelitian di USA yang mengfokuskan penggunaan Botox pada terapi garis

    ekspresi di wajah, tetapi hanay sedikit yang membahas pengunaan Dysport untuk hal

    tersebut. Potensi Botox dan Dysport dalam pengobatan distonia cervical telahdibandingkan dalam penelitian double-blind random. Setiap psienmenerima 3 terapi

    ( pertama Botox, kedua Dysport 1:3, ketiga Dysport 1:4) dan setiap periode terapi

    berlangsung selama 16 bulan. Dysport memliki efek yang lebih baik dibandingkan Botox

    dalam hal ketidakseimbangan dan rasa sakit dengan faktor konversi 3.

    Durasi paralisis otot dan garis ekspresi berkurang setelah terapi dengan BTX-A dan

    BTX-B telah dibandingkan pada sedikit penelitian. Matarasso mengevaluasi efek BTX-A

    dibandingkan BTX-B pada terapi canthal rhytide di 10 wanita. Onset efek BTX-B 1 hari

    lebih cepat dibandingkan BTX-A, ketidaknyamanan akibat suntikan pada BTX-B lebih

    besar disbanding BTX-A, paralisis otot pada hari ke 7 setelah injeksi dibandingkan, durasi

    efek BTX-B 6 minggu sementara BTX-A 12,7 minggu.

    12

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    13/23

    Berkurangnya nyeri pasca injeksi dengan BTX-B diteliti pada 15 pasien yang total

    menerima 5250 U BTX-B di kedua sisi wajah, diencerkan dengan saline yang mengandung

    benzyl alcohol maupun tidak. Dari 15 pasien, 13 didapatkan diinjeksi dengan solusion

    benzyl alcohol tidak begitu nyeri. Benzyl alcohol diketahui memiliki efek anestesi.

    Bagaimanapun, kemungkinan terjadinya sensitisasi tipe lambat tidak dipertimbangkan

    lebih lanjut.

    Follow-up selama 1-3 tahun dilakukan pada 52 pasien dengan BTX-A untuk

    rhytide wajah. Injeksi berulang dibutuhkan setiap 3 sampai 6 bualn untuk menjaga

    perbaikan berkala. Otot di frown, dahi dan mata merupakan otot superficial pada wajah

    yang merupakan bagian sistem muskuloaponeurotik superficial.

    Dose-finding Studi

    Carruthers et al. membandingkan keamanan dan efikasi dari 3 dosis Botox untuk

    terapi rhytides dahi horizontal. Dari 59 pasien yang diambil, 16 pasien menerima total

    dosis BTX-A 16 U, 19 pasien menerima 32 U, dan 20 menerima 48 U. pasien dievaluasi

    secara regular dengan jangka waktu 48 minggu setelah injeksi oleh pengamat terlatih dan

    penilain pribadi. Perbaikan didapatkan lebih baik dengan penggunaan BTX-A 48 U

    dibandingkan 16 U dan waktu relapsnya juga lebih panjang.

    Flynn et al. menunjukkan studi dosis lainnya dari BTX-A untuk terapi rhytide

    dibawah kelopak mata. Kedua kelopak mata bawah 19 wanita disuntik dengan BTX-A 4 U

    dan 8 U bilateral. Secara unilateral, 12 U BTX-A disuntikkan ke crows feet area 1 cm

    diluar lingkar orbita. Peningkatan dosis memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk

    pelebaran mata, diberika maksimum 4 U jika dibawah kelopak mata. Untuk kerutan di sisi

    mata 2 U di kelopak mata bawah dengan 12 U di crows feet area direkomendasikan.

    Pandangan Sains

    Penggunaan BTX-A untuk terapi garis ekspresi di wajah terbukti efektif pada

    beberapa studi double-blind, placebo-controlled. Terlebih, FDA telah mensetujui BTX-A

    sebagai terapi glabellar frown lines. Mechanisme kerja beberapa subtype toksin telah

    13

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    14/23

    dipelajari. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa penggunaan BTX-A merupakan alat

    yang efektif, selama anatoomi dan tonus otot wajah dapat dipahami.

    Fillers

    Material yang dapat disuntikkan untuk augmentasi jaringan lunak dan perpindahan volume

    telah dipelajari lebih dari 40 tahun. Material injeksi yang ideal untuk mengisi kerutan dan

    memeperbaiki volume haus mudah digunakan dan menawarkan efek kecantikan tahan lama yang

    hasilnya memuaskan, dengan resiko minimal dari efek samping. Fillers termasuk produk sintetis

    (sislikon, paraffin, akrilic) dan komponen alami (kolagen, asam hialuronik, lemak autolog). Disni,

    filler temporer dan permanen didiskusikan

    Fillers temporer

    1. Asam Hialuronik

    Asam hialuronik (HA) komplek gula yang dibentuk dair pengulangan subunit asam D-

    glucoronik dan N-asetil-glukosamin dalam rantai panjang polianionik tak bercabang.

    Produk injeksi yang mengandung HA telah disetujui oleh FDA untuk mengobati

    kerutan. Persetujuan FDA berdasarkan ulasan studi klinis yang dibuat dan

    direkomendasikan General and Plastic Surgery Device Panel of the FDA.

    Evaluasi perbadingan kimiawi dilakukan oleh Manna dan timnya membandingkan

    Restylane dan Hylaform. Hylaform Viscoelastic Gel digolongkan dari bulu ayam dan

    dilakukan crosslinking, dan Restylane diproduksi melalui fermentasi bacterial dan

    distabilkan. Jumlah ikatan sialng HA di Hylaform dari restylane. Restylane

    mengandung protein yang dihasilkan dari fermentasi bakteri atau penambahan protein

    untuk reaksi iktana silang. Jumlah protein yang terdapat di Restylane 4x lebih banyak

    disbanding pada Hylaform. Hylaform dapat menimbulkan reaksi alergi pada individu

    yang sensitive terhadap produk unggas.

    Studi klinis

    Studi klinis dan histologist dilakukan pada 158 sukarelawan untuk augmentasi jaringan

    lunak pada wajah dengan Restylane mengungkapkan perbaikan subjektif pada 80%

    14

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    15/23

    subjek selama 8 bulan terapi. Efek samping minor didokumentasikan pada 12% subjek,

    namun menghilang dalam beberapa hari. Reaksi inflamasi local pada filler mengandung

    HA insidennya 0,4%.

    Pada evaluasi multisenter random, mengevaluasi keamanan dan efikasi Restylane

    dibandingkan dengan Zyplast untuk koreksi dinding nasolabial. 128 sukarelawan

    menerima 1 terapi setiap sisi wajah. Terapi diulang setiap 2 minggu. Restylane

    didapatkan lebih baik pada sekitar 60% pasien, sementara Zyplast hanya bekerja baik

    pada 10% pasien. Bagaimanapun, seperti yang dilaporkan pasien, dalam 14 hari selama

    terapi pertama, sisi yang mendapatkan Restylane tampak insiden kemerahan berat

    (5,1% vs 5,8%), tetapi peningkatan pembengkakan (3,6% vs 1,4%), nyeri (3,6% vs

    1,4%) dibandingkan dengan sisi yang tirepai Zyplast.

    Pada penelitian prospektif, studi acak menganalisa efek BTX-A dan Restylane

    dibandingkan hanya dengan Restylane saja dalam grup parallel dari 19 pasien galis

    glabellar yang dalam, terapi kombinasi terbukti lebih menguntungkan dari sisi

    kecantikan dibandingkan hanya Restylane saja.

    Studi pada 20 sukarelawan mempekerjaan HA non-crosslinking untuk augmentasi

    jaringan lunak pada wajah ditemukan peningkatan turgor kulit yang diukur

    menggunakan EM25 elastometer kulit. Bagaimanapun, perbandingan double-blind

    multisenter telah dilakukan hanay pada Restylane. Kesimpulannya, bentuk ikatan silang

    HA , baik dari bulu ayam ataupun fermentasi bakteri, telah digunakan untuk

    augmentasi jaringan lunak selama beberapa tahun. Resiko efek samping, termasuk

    edema, eritema, indurasi, bersifat minimal pada filler temporer.

    2. Kolagen

    Sejak 1980an, kolagen injeksi sudah digunakan sebagai filler jaringan lunak. Kolagen

    alaminya mengandung protein yang membantu berbagai bagian tubuh termasuk kulit,

    tendon dan ligament. Molekul kolagen terdiri dari 3 helix rantai peptide yang luas,

    contohnya glisin, lisin, dan prolin. Berdasarkan ASPS, di 2003 lebih dari 576.000

    15

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    16/23

    individu yang menginjeksi kolagen, kolagen merupakan bahan filler yang paling luas

    digunakan.

    Kolagen manusia

    Bebrapa perusahaaan menawarkan kolagen manusia, baik yang didapatkan dari donor

    seperti Autologon atau yang didapatkan dari cadaver seperti Alloderm atau

    Dermatologon. Produk tersebut banyak digunaka di USA dibandingkan di

    eropa.persiapan filler tersebut mahal dan memakan waktu, tetapi efek samping yang

    signifikan tidak dilaporkan. Tetap, kemerahan sering terjadi, dengan satu produk

    eritema memanjang dan anceiform rash dijadikan catatan pada 10% dari 130 pasien

    yang diterapi.

    Kolagen Bovine

    Utamanya kolagen injeksi yang digunakan terbuat dari kulit sapi yang dimurnikan, dan

    berguna untuk mengisi kerutan, garis, dan parut pada wajah. Dan diserap oleh tubuh.

    Pemberian kolagen bovine merupakan filler temporer dan penggunaannya berhubungan

    dengan efek samping utama. Sekitar 3% pasien merasa reaksi alergi setelah diberika

    kolagen bovine dengan perkembangan sirkulasi antibodi terhadap benda asing. Reaksi

    ini terjadi selama 6 bulan, tetapi dilaporkan mencapai 18 bulan pada beberapa kasus.

    Tes kulit sebanayk 2 kali direkomendasikan, tetapi tidak dibutuhkan, hanya untuk

    memonitor pengobatan dengan kolagen.

    Meskipun kolagen merupakan filler yang paling sering digunakan, hanya sedikit

    evaluasi yang membandingkan keamanan dan efikasi seperti yang disebutkan diatas

    memalui studi oleh Narins et al.

    3. Bahan Allopastik

    Selama lebih dari 20 tahun asam polilaktik (PLA) sistetis encapsulated, tipe polyester

    alifatik telah digunakan dalam ebebrapa konteks terapeutik. PLA ada dalam bentuk L-,

    D-, meso-, racemik. L-PLA memiliki berrat molekul >100.000 Da dan diserap dalam

    16

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    17/23

    12 samapi 24 bulan. Bahan sintetik didegradsi in vivo menjadi asam laktat, yang

    dimetabolisme tubuh dalam siklus laktat menajdi CO2. Sculptura mengandung 150 mg

    PLA, sodium caramellose 90 mg, dan mannit 127,5 mg, dan setelah injeksi subdermal

    memiliki 2 efek, (1) gel tersebut memberikan keuntungan dan (2) dengan waktu

    neokolagenesis diobservasi.

    PLA telah disetujui oleh FDA untuk terapi lipoatrofi wajah berdasarkan studi dari 30

    individu HIV positif dengan lipoatrofi di wajah diberikan PLA 3 injeksi bilateral selang

    2 minggu ke dalam dermis pada jaringan lemak buccal. Penilaian termasuk USG wajah,

    skala analog visual, dan fotografi. Tidak terdapat perubahan imunologis, virologist,

    biokimia, hematologi, atau parameter metabolic yang membahayakan selama

    penelitian.

    Filler permanen

    1. Silicon

    Penggunaan silicon tidak disetujui untuk penggunaan kosmetik di USA. Pada 1991

    FDA melarang penggunaan untuk memperbaiki kerutan dan kekurangan wajah karena

    kemungkinannya menyebabkan inflamsai dan nekrosis kulit.

    Polimetilmetacrilate mikrospere

    Campuran kolagen dan polimetilmetacrilate mikrospere dikembangkan oleh Lemperle

    dan diperkenalkan di Eropa tahun 1992. Bagaimanapun, reaksi granulomatosa

    superficial sering terjadi pada filler yang mengandung acrilate, dan penggunaannya

    harus dihentikan.

    Feather-lift

    17

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    18/23

    feather-lift merupakan tindakan non-bedah untuk mengangkat kulit menggunakan

    Aptos threads. Aptos thread terbuat dari polipropilen monofilament, dan didesain

    dengan cogs arah. Sekali dimasukkan dalam kulit, Aptos thread membantu struktur

    jaringan pada wajah.

    Efek samping

    Gambaran histology dan klinis dari granuloma karena filler orofacial telah

    dijelaskan pada 11 pasien. Hanya 3 dari 11 pasien yang mengetahui produk injeksi yang

    alami. Giant sell granuloma klasik telah dihubungkan dengan penggunaan Artecoll,

    Dermalive, dan New-Fill, dan bentuk kistik dan makrofagik secara histology telah

    dihubungkan dengan penggunaan silicon cair. Informasi sering kali hilang atau tidak

    lengkap karena pasien dan praktisioner tidak jelas dalam memberikan detail.

    Pandangan Sains

    Terdapat banyak filler injeksi di pasaran. Baik filler sintetis maupun dari sumber

    alami, efek samping seperti pertumbuhan granuloma harus dipertimbangkan. Menggunakan

    filler temporer, reaksi yang timbul biasanya ringan dan dikesampingkan sebagai efek

    samping. Kontras, filler permanen mungkin memprvokasi reaksi benda asing yang terjadi

    setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah injeksi. Seperti apa yang difikirkan

    semua ini dikerjakan untuk tujuan kecantikan pada manusia yang sehat, insiden

    kemungkinan efek sampign cukup tinggi. Terlebih, hanya terdapat sedikit studi acak yang

    membahas hal ini.

    Peel kimiawi

    Peeling kimia didefinisikan sebagai aplikasi satu atau lebih agen pengelupas kimia ke kulit,

    menghasilkan destruksi bagian epidermis atau dermis diikuti dengan regenerasi jaringan epidermal

    18

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    19/23

    dan dermal baru. Beberapa bahan kimia baru digunakan untuk peeling kimia di wajah.

    Diantaranya:

    1. Asam alfa-hidroksi (AHAs, contoh asam glikolik, 20-70%)

    2. Asam salisilat (SA,30%)

    3. Resorcinol

    4. Asam piruvat

    5. Asam trikloroasetat (TCA,15-30%)

    6. Jessners solution (14% LA, 14% resorcinol, 14% SA)

    7. Kombinasi agen 1-6

    8. Phenol

    Kedalaman dari luka yang ditimbulkan oleh peeling kimia bergantung pada kekuatan dari

    agen yang bekerja. Klasifikasi peeling kimia telah dijelaskan berdasarkan kedalaman histology dari

    luka oleh karena agen.

    Asam Alfa-hidroksi

    Selama lebih dari 20 tahun, AHA telah digunakan pada dermatologi sebagai agen

    peeling superficial. AHA merupakan asam organic dengan 1 grup hidroksil menempel pada

    posisi alfa dari asam. AHA termasuk ke keluarga asam buah, yang merupakan komposisi

    utama buah. GA contohnya ada pada anggur dan gula tebu.

    Asam Halfa-hidroksil sebagai bahan kosmetik

    AHA secara signifikan dapat memperbaiki penanda penuaan pada epidermal dan

    dermal. AHA juga digunakan untuk memnyembuhkan lesi epidermal atau yang

    terdapat pada superficial dari dermis, termasuk kerutan, keratosis aktinosis,

    melasma, lentigines, keratosis seboroik. Namun, AHA tidak dapat dijadikan bahan

    kosmetik murni. Bagaimanapun, sampai saat ini hanya sedikit efek samping yang

    dilaporkan. Di USA, formulasi mengandung GA dengan konsentrasi 1-8% ada

    19

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    20/23

    dipasaran tanpa menggunakan resep. Konsetrasi lebih tinggi memerlukan supervisi

    medis.

    Formulasi dengan pH rendah dapat mengiritasi kulit sensitive sampai penggunaan

    berulang mengganggu fisiologi pH antara 4,2 sampai 5,6. Konsentrasi lebih rendah

    atau AHA yang sebagiannya dinetralisir hadir dalam bentuk krim dan losion.

    Pengakuan untuk perbaikan penampilan permukaan kulit dan pembaharuan kulit

    telah mengarahkan lebih dari 160 kosmetik baru pada 1994. Meskipun seringnya

    penggunaan AHA pada produk kosmetik dan prosedur peeling, mekanisme kerja

    mereka masih belum diketahui secara jelas. Beberapa hipotesa pernah dikemukaan.

    Berikut penjelasannya.

    Studi dengan placebo control pada 17 sukarelawan menggunakan losion yang

    mengandung 25% GA,LA, atau asam sitrat (pH 3,5) ke salah satu lengan dan

    placebo di lengan lainnya selama rata-rata 6 bulan merupakan studi histologist dan

    ultrastruktur pertama yang dilakukan. AHA menyebabkan peningkatan sekitar 25%

    ketebalan kulit. Epidermis menipis dan perubahan papilla dermal termasuk

    peningkatan asam mukopolisakarida, perbaikan kualitas serat elastic, dan

    peningkatan densitas kolagen.

    DiNardo et al. mempelajari efek furmulasi yang mengandung berbagai konsentrasi

    GA pada level pH yang berbeda (3.25, 3.8 dan 4.4) pada 20 sukarelawan. Deposisi

    kolagen meningkat setelah pemberian produk dengan konsentrasi GA tinggi (13%)

    pada pH 3,8 sampai 4,0. Studi lainnya telah mengkonfirmasi efek dermal AHA.

    Penelitian pada kulit manusia normal (11 subjek) dibandingkan dengan pemberian

    GA, LA, asam tartar dan krim glukonolakton 8% pada subjek lebih dari 4 minggu

    mengungkapkan tidak ada peningkatan transepidermal water loss (TEWL),

    sekalipun setelah tes menggunakan sodium laurel sulfat (SLS) 5% pada punggung

    tangan.

    Studi berdasarkan insiden prekanker atau kanker epidermal

    20

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    21/23

    Studi placebo-controlled kecil pada penggunaan gel GA 10% (pH 3,52)

    dibandingkan dengan placebo (pH 5,75) yang dilakukan pada 6 sukarelawan wanita

    Asia dan 6 wanita Kaukasia yang diberikan gel di punggung dan ekstensor

    kontralateral lengan lebih ari 3 minggu setelah radiasi UVA dan UVB. Penulis

    menginterpretasikan peningkatan kemerahan akibat UV dan kehitaman sebagai

    bukti peningkatan fotosensitivitas setelah penggunaan GA.

    Untuk mempelajari fungsi GA pada fotokarsinogenesis, dipelajari melalui

    pemberian GA pada tikus gundul setelah diradiasi dengan UVA dan UVB. GA

    mengurangi insiden tumor kulit 20%, penggandaan tumor 55%, dan beberapa

    tumor besar 47%. Pengurangan tersebut berhubungan dengan pengurangan ekspresi

    siklus regulator protein PCNA dari sel terinduksi UV,dan berhubungan dengan

    subunit cdk4 dan cdk4.

    Peeling Agen

    Sedikit penelitian yang telah dilakukan pada property peeling dari bahan yang

    disebutkan. Pemeriksaan histology berskala kecil pada penggunaan peeling GA

    50% dan 70% dengan pH bervariasi pada 2 pasien menunjukkan tidak ada

    hubungan antara efek klinis dengan derajat iritasi epidermal, seperti krusta dan

    nekrosis. Penelitian histology lebih jauh pada tikus gundul medemonstrasikan tidak

    dibutuhkannya degenerasi atau inflamasi untuk mencapai regenerasi dermal dan

    epidermal.

    Asam salisilat

    SA, asam beta-hidroksi, telah digunakan untuk membentuk ulang kerusakan kulit

    wajah akibat cahaya yang berat. SA mudah mempenetrasi kulit dan salisilisme setelah

    penggunaan perkutaneus yang didokumentasikan dalam literature, namun dengan efek

    buruk yang jarang dan tergantung pada jumlah ko-faktor seperti usia, kerusakan kulit,

    permukaan kulit yang terlibat, dosis, status renal.

    21

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    22/23

    Absorpsi 30% dalam polietilen glycol (PEG) dipelajari pada tikus gundul.

    Konsentrasi plasma dari radioaktivitas 1 jam setelah pemberian sangat signifikan lebih

    rendah dibanding tikus dengan kulit rusak akibat SLS. SA (30% dalam hidroetanol)

    dibandingkan dengan 70% GA unbuffered pada 5 pasien dengan desain setengah wajah.

    SA mengakibatkan deskuamasi yang lebih jelas dibanding GA, dan pengurangan garis

    wajah, keksaran permukaan, serta dispigmentasi tetap dipantau.

    Untuk mengevaluasi efek peeling kimia dengan SA 30% dalam PEG pada formasi

    tumor kulit, tikus gundul diradiasi dengan UVB selama 14 minggu baik dengan atau tanpa

    terapi SA 30% setiap 2 minggu total 18 munggu. Jumlah total tumor berkurang dengan

    hebat pada tikus yang diterapi dibandingkan dengan tikus control, ini mensugestikan peel

    SA sama baiknya dengan peel GA yang mungkin membantu mencegah tumor kulit akibat

    UV pada manusia. Reorganisasi epidermis dan pembentukan ulang jaringan konektif

    dermal tanpa bukti infiltrasi inflamasi dapat dihitung untuk efek ini.

    Asam trikloroasetat

    Peeling wajah yang tahan lama mungkin ditujukan pada agen kaustik TCA, yang

    telah digunakan selama 1 dekade untuk mengobati keratosis aktinik yang luas, elastosis

    solaris dan kerutan. TCA menghancurkan epidermis dan bagian atas dermis,

    menyebabbkan denaturasi kulit selama 5-7 hari. Regenerasi dermis diikuti dengan

    remodeling kolagen terjadi selama 6 bulan setelahnya.

    Perubahan histologist dihasilkan agen peeling pada kulit tikus yang teradiasi UVB

    telah dianalisa, embandingkan SA 30% (pH 1,16), TCA 35% dalam air distilasi (pH 0,65)

    dan GA 20% dalam gliserin (pH 1,88). Yang tidak diobati, kulit yang teradiasi

    menunjjukan hipertrofi epidermal ireguler pada hari ke 70. Selutuh specimen kulit yangdiobati dengan egen peeling mengebabkan remodeling jaringan konektif dekat epidermis.

    TCA memproduksi kerusakan jaringan yang parah dan inflamasi yang jelas.

    22

  • 7/31/2019 Referat Kulit Santi

    23/23

    Untuk mengevaluasi efek TCA 35% pada formasi tumor kulit, tikus diradiasi

    dengan UVB selama 14 minggu. Jumlah total tumor meningkat pesat pada area yang

    diberikan TCA dibandingkan control.

    Pandangan Sains

    Ini terbukti bahwa banyak studi dari prosedur peeling terfokus pada GA sebagai

    komposisi utama kosmetik. Efek dermal dan epidermal AHA mencakup:

    Berkurangnya jumlah lapisan SC

    Pelindung SC yang intak saat penggunaan GA

    Peningkatan ketebalan epidermal dengan peningkatan mukopolisakarida

    Peningkatan densitas kolagen dermal

    Perbaikan kualitas serat elastic

    Berkurangnya fotokarsinogenesis

    Kurang hubungan dengan derajat iritasi dan inflamasi

    Efek jangka panjang pada proliferasi tidak didokumentasikan dengan baik.

    Fibroblast dipertimbangkan menjadi senescent setelah 50-60 siklus. Peeling

    berulang sering merusak dermis, dan sistem imun dapat menyesuaikan. Akselerasi

    kronis regenerasi kulit pada usia lanjut dapat dituntun menuju kulit muda dalam

    waktu singkat.

    23