referat otitis media akut

60
REFERAT Otitis Media Akut Disusun oleh : Cathelin Stella 11-2013-287 Grace Fonda 071-2010-0106 Lia Trisna Pertiwi 1320221146 M.Irvan Dwi Fitra 1102010154 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 30 JUNI – 9 AGUSTUS 2014 JAKARTA, 2014

Upload: santi-lestari

Post on 26-Dec-2015

304 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Otitis Media Akut

REFERAT

Otitis Media Akut

Disusun oleh :

Cathelin Stella 11-2013-287

Grace Fonda 071-2010-0106

Lia Trisna Pertiwi 1320221146

M.Irvan Dwi Fitra 1102010154

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA

HIDUNG TENGGOROK

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

PERIODE 30 JUNI – 9 AGUSTUS 2014

JAKARTA, 2014

Page 2: Referat Otitis Media Akut

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat

dan rahmatNya seehingga penyusun dapat menyelesaikan referat mengenai otitis media

dalam rangka memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Departemen Telinga , Hidung dan

Tenggorok di RSPAD Gatot Soebroto periode 30 Juni – 9 Agustus 2014.

Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penyusun ucapkan kepada semua pihak

yang telah membantu serta para dokter yang telah memberikan kesempatan demi

penyelesaian referat ini.

Penyusun berharap referat mengenai otitis media ini dapat memberi masukan

khususnya kepada penyusun sendiri dan juga rekan – rekan sejawat lainnya. Penyusun juga

mohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam pembuatan refrat ini.

Jakarta, 16 Juli 2014

Penyusun

2

Page 3: Referat Otitis Media Akut

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.

Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga

tegah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi

Radang telinga tengah atau yang biasa disebut dengan otitis media adalah penyakit

yang paling banyak ditemukan pada masa kanak-kanak setelah mengalami infeksi

saluran pernapasan. Ada sekitar 25 juta pasien per tahun yang mengunjungi dokter anak

akibat penyakit ini. Otitis media akut terjadi karena mekanisme pertahann tubuh yang

terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama terjadinya

otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke

dalam telinga juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan

terjadi peradangan. Gejala mungkin saja ditemui namun bisa juga gejala tidak jelas,

terutama pada masa kanak-kanan dan dalam stadium kronik otitis media. Membran

timpani mungkin akan dihalangi oleh serumen, dimana pengeluaran serumen akan

memakan waktu dan sulit dilakukan. Otitis media terbagi menjadi beberapa stadium:

stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi,

dan stadium resolusi.

3

Page 4: Referat Otitis Media Akut

BAB 2

ISI

2.1. Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya

kira-kira 2,5 – 3 cm.12

Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen

dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada

duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.12

2.1.2. Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari:12

Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi

ats 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flasida (membrane sharpnell)

dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga

4

Gambar 1. Anatomi Telinga11

Page 5: Referat Otitis Media Akut

sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa

merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah,

yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang

pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba Eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring.

2.1.3. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala

timpani dengan skala vestibuli.11

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak

skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media

(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi

perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat

di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfe tinggi akan

natrium dan rendah kalum, sedangkan endolimfe tinggi akan kalium dan rendah

5

Gambar 2. Anatomi Telinga Dalam13

Page 6: Referat Otitis Media Akut

natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut

sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan skala media

adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang

mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer

pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga

baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang

lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel

penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel

rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada

suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular,

dikenal sebagai membrane tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong

oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.14

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut

membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari

sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ

Corti.14

2.2. Fisiologi pendengaran

Suara bermula dari gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan gendang

telinga. Getaran ini akan disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang

pendengaran, stapes bergerak ke dalam dan keluar dari telinga dalam seperti piston.

Pergerakan pompa ini akan menimbulkan gelombang tekanan di dalam cairan telinga

dalam atau koklea. Pada koklea secara bergantian akan mengubah gelombang tekanan

menjadi aktifitas elektrik di dalam nervus auditorius yang akan menyampaikan

informasi ke otak. Proses transduksi di dalam koklea membutuhkan fungsi kerjasama

dari berbagai jenis tipe sel yang berada di dalam duktus koklearis. Duktus ini berisi

endolimfe, cairan ekstraselular yang kaya akan potassium dan rendah akan sodium.

Ruangan endolimfatik memiliki potensial elektrik yang besar yaitu 100mV. Komposisi

ion dan potensial elektrik dari ruangan endolimfatik dijaga oleh sekelompok sel yang

dikenal sebagai stria vaskularis.15

Pada manusia, duktus koklearis berputar sepanjang 35 mm dari dasar koklea (dekat

stapes) hingga ke apeks. Ukuran, massa dan kekakuan dari banyak elemen selulae,

terutama pada organ corti, berubah secara sistematis dari satu ujung spiral ke ujung

6

Page 7: Referat Otitis Media Akut

yang lain. Keadaan ini menyebabkan pengaturan mekanik sehingga gelombang tekanan

yang diproduksi oleh suara berfrekuensi tinggi menyebabkan organ tersebut bergetar

pada basisnya, sedangkan suara frekuensi rendah menyebabkan getaran pada ujung

puncak.15

Proses transduksi, dibentuk oleh dua jenis sel sensori pada organ corti, yaitu sel

rambut dalam dan sel rambut luar. Gelombang tekanan yang ditimbulkan suara pada

cairan koklea membengkokkan rambut sensori yang disebut stereosilia, yang berada di

atas sel rambut. Pembengkokan ini akan merenggangkan dan memendekkan ujung

penghubung yang menghubungkann adjasen stereosilia. Ketika ujung penghubung

meregang, ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion pada membran stereosilia dan

ion K dapat masuk ke dalama sel rambut dari endolimfe. Masuknya ion K ini

menyebabkam perubahan potensial elektrik dari sel rambut, sehingga menyebabkan

pelepasan neurotransmitter dari vesikel sinaps pada dasar sel rambut. Serabut saraf

auditorius, yang kontak dengan sel rambut, respon terhadap neurotransmitter dengan

memproduksi potensial aksi, yang akan berjalan sepanjang serabut saraf unutk

mencapai otak dalam sekian seperdetik. Pola aktifitas elektrik yang melalui 40.000

serabut saraf auditorius diterjemahkan oleh otak dan berakhir dengan sensasi yang kita

kenal dengan pendengaran.15

Sel rambut dalam dan sel rambut luar memerankan peranan dasar yang berbeda

pada fungsi telinga dalam. Sebagian besar serabut saraf auditorius kontak hanya dengan

sel rambut dalam. Sel rambut dalam adalah transduser sederhana, yang merubah energy

mekanik menjadi energi listrik. Sel rambut dalam adalah penguat kecil yang dapat

meningkatkan getaran mekanik dari organ corti. Kontribusi sel rambut luar ini penting

untuk sensitifitas normal dan selektifitas frekuensi dari telinga dalam.15

2.3. Epidemiologi

Hampir 85% anak mempunyai paling sedikit episode otitis media akut pada umur 3

tahun dan 50 % anak akan mempunyai dua episode atau lebih serangan otitis media.7

Bayi dan anak kecil beresiko paling tinggi untuk otitis media. Frekuensi insidennya

adalah 15-20% pada puncak usia bayi sekitar 6-36 bulan dan puncak usia anak sekitar

4-6 tahun.7 Anak yang menderita otitis media pada tahun pertama mempunyai resiko

penyakit akut kumat atau kronis. Setelah tahun pertama, sekitar 40% anak menderita

7

Page 8: Referat Otitis Media Akut

efusi telinga tengah yang menetap selama 4 minggu dan 10% menderita efusi selama 3

bulan. Insiden penyakit ini menurun pada usia 6 tahun.

Faktor resiko otitis media akut adalah:5-7

a. Laki-laki

b. Kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah

c. Suku asli Alaska (Eskimo)

d. Suku asli Amerika (Indian)

e. Orang kulit putih lebih beresiko dripada kulit hitam

f. Pada saat musim dingin dan awal musim semi

2.4. Etiologi

Otitis media dapat terjadi karena :

a. Sumbatan tuba Eustachius

Obstruksi tuba Eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis

media akut. Oleh sebab itu, hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri karena

pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba terganggu.

b. Perubahan tekanan udara secara tiba-tiba

c. Alergi

d. Infeksi

Kuman penyebab utama pada otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti

Streptococcus sp., Staphilococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu kadang-

kadang ditemukan juga Haemophillus influenza, Escherichia coli, Streptococcus

anhemolitikus, Proteus Vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa.

Haemophillus influenza saring ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5

tahun.

Beberapa contoh kuman penyebab infeksi otitis media akut yaitu: Streptococcus

pneumonia, Haemophilus influenza (tipe tidak dapat ditentukan), Streptococcus

Grup A, Branhamella catarrhalis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis; sedangkan pada bayi, bakteri pathogen yang menyebabkan otitis

media akut adalah Chlamydia trachomatis, Eschericia coli, dan spesies Klebsiella.

e. Sumbatan

Sumbatan dapat berupa sekret, tampon, dan tumor

2.5. Patofisiologi

8

Page 9: Referat Otitis Media Akut

Insiden otitis media akut yang tinggi pada anak mungkin mrupakan kombinasi

beberapa faktor penyebab dengan disfungsi tuba Eustachius (gambar 3).

Tuba Eustachius menghubungkan antara nasofaring dengan telinga tengah anterior.

Tuba Eustachius dilapisi oleh epitel lapisan saluran pernapasan dan dikelilingi oleh

tulang dan sebagian besar tulang kartilago. Tuba Eustachius anak berbeda dengan orang

dewasa. Tuba Eustachius pada anak lebih horizontal dan terdapat banyak folikel

limfoid yang mengengelilingi lubang pembukaan tuba dan torus tubarius.

Tuba Eustachius secara normal tertutup pada saat istirahat dan membuka pada saat

menelan, mengunyah, dan menguap. Hal ini disebabkan karena kerja otot tensor veli

palatini. Tuba Eustachius melindungi telinga tengah dari sekresi nasofaring yang

memberikan drainase ke dalam nasofaring dan memberikan keseimbangan tekanan

udara dengan tekanan atmosfir yang terdapat pada telinga tengah.

Patogenesis otitis media akut sebagian besar anak-anak dimulai dengan infeksi

saluran nafas atas (ISPA) atau alergi sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa

saluran nafas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius.8 Tuba Eustachius menjadi

sempit sehingga terjadi tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian

berlangsung lama, akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus dan bakteri dari

nasofaring ke dalam tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba

Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring.

Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses yang

kompleks dari reaksi inflamasi dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Bila

tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, sehingga terjadi infeksi

serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba

patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran nafas atas, sitokin dan mediator-

mediator inflamasi yang dilepaskan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius.

Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri sehingga

mengganggu pertahanan imun pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus

bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, pendengaran dapat terganggu karena

membran timpani dan tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran.

Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat

tekanannya yang meninggi.

9

Page 10: Referat Otitis Media Akut

Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal.

Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA dimana proses inflamasi terjadi lalu

timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu,

sebagian besar pasien otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari

tuba Eustachius sehingga mekanisme pembukaan terganggu. Faktor ekstraluminal

seperti tumor dan hipertrofi adenoid.

10

Page 11: Referat Otitis Media Akut

11

Gambar 3. Patofisiologi otitis media.3,5,7

Page 12: Referat Otitis Media Akut

Penyebab anak-anak mudah terserang otitis media akut adalah:

a. Pada bayi atau anak-anak tuba lebih pendek, lebih lebar, dan kedudukannya

lebih horizontal dari tuba orang dewasa sehingga ISPA lebih mudah menyebar

ke telinga tengah (gambar 4).

b. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak-anak di bawah umur 9

bulan adalah 17,5 mm (gambar 4). Ini meningkatkan peluang refluks dari

nasofaring yang mengganggu drainase melalui tuba Eustachius.

c. Insidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua lebih

berkurang. Hal ini terjadi karena tuba telah berkembang sempurna dan

diameter tuba Eustachius meningkat sehingga jarang terjadi obstruksi dan

disfungsi tuba.

d. Sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena ISPA

lalu terinfeksi ke telinga tengah

e. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang

berperan dalam kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar

dibanding orang dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan muara tuba

Eustachius menyebabkan adenoid yang besar mengganggu terbukanya tuba

Eustachius. Selain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA dan dapat

menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Stadium otitis media dibedakan menjadi 5 stadium, yaitu:

2.5.1. Stadium oklusi tuba Eustachius

12

Gambar 4. Perbedaan tuba Eustachius anak-anak dengan orang dewasa5

Page 13: Referat Otitis Media Akut

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi

membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif dalam telinga

tengah dengan adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani

tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin

telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan

otitis media serosa yang disebabkan virus atau alergi. Tidak terjadi demam pada

stadium ini.

2.5.2. Stadium hiperemis

Pada stadium hiperemis

(gambar 5), tampak

pembuluh darah yang

melebar di membran

timpani atau seluruh

membran timpani

tampak hiperemis dan

edema. Sekret yang telah

terbentuk mungkin

masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. Hiperemis

disebabkan oleh oklusi tuba yang berkepanjangan sehingga terjadinya invasi

oleh mikroorganisme piogenik. Inflamasi yang terjadi pada telinga tengah dan

membran timpani menyebabkan kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi

bakteri yang menyebabkan pasien mengeluh otalgia, telinga rasa penuh, dan

edema. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan

tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena peningkatan

tekanan udara di kavum timpani. Gejala berkisar antar dua belas jam sampai

satu hari.

2.5.3. Stadium supurasi

Stadium ini (gambar 6)

ditandai oleh terbentuknya

sekret eksudat purulen atau

bernanah di telinga tengah

dan juga di sel-sel mastoid.

13

Gambar 5. Stadium hiperemis

Gambar 6. Stadium supurasi

Page 14: Referat Otitis Media Akut

Selain itu, edema pada mukosa telinga tengah menjadi lebih hebat dan sel epitel

superfisial hancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani

menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga

luar.

Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat kesakitan, nadi dan suhu

meningkat, dan rasa nyeri yang bertambah hebat di telinga. Pasien selalu gaduh

dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan tuli konduktif.

Pada bayi, demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan iskemia membran timpani akibat nekrosis mukosa dan submukosa

membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum

timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil menyebabkan tekanan kapiler

membran timpani meningkat lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa

lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan cara miringotomi.

Bedah kecil ini dilakukan dengan cara menginsisi pada membran timpani

sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka

insisi pada membran timpani akan menutup kembali. Apabila terjadi ruptur,

lubang tempat perforasi lebih sulit menutup. Membran timpani tidak akan

menutup kembali jika membrannya tidak utuh lagi.

2.5.4. Stadium perforasi

Stadium perforasi

(gambar 7) ditandai

oleh ruptur membran

timpani sehingga

sekret berupa nanah

yang jumlahnya

banyak akan mengalir

dari telinga tengah ke

liang telinga luar.

Kadang-kadang

pengeluaran sekret

14

Gambar 7. Stadium perforasi

Page 15: Referat Otitis Media Akut

bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini disebabkan oleh terlambatnya

pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

Setelah nanah keluar, anak menjadi tenang, suhu tubuh menurun, dan

dapat tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran

sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini

disebut otitis media supuratif subakut. Jika berlangsung melebihi satu setengah

bulan sampai dua bulan disebut otitis media supuratif kronik.

2.5.5. Stadium resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir

otitis media akut yang diawali dengan

berkurangnya atau berhentinya otore.

Stadium resolusi ditandai oleh membran

timpani berangsur normal (gambar 8)

hingga perforasi membran timpani

menutup kembali dan sekret purulen

berkurang dan akhirnya kering sehingga

pendengaran kembali normal. Stadium

ini terjadi walaupun tanpa pengobatan

jika membran timpani utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis

media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran

timpani menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul.

Otitits media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media

serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa

mengalami perforasi membran timpani.

2.6. Gejala Klinis

Anak yang lebih dewasa dengan OMA biasanya datang dengan riwayat nyeri telinga

atau otalgia mendadak. Namun demikian, pada anak usia preverbal yang lebih muda,

otalgia dicurigai dari tingkah laku anak yang suka menarik-narik/menggosok atau terus

menerus memegang telinganya, nangis berlebihan/rewel, atau perubahan pada pola

tidur anak yang disadari oleh orang tuanya, yang seringkali dianggap gejala yang tidak

15

Gambar 8. Membran timpani yang utuh

Page 16: Referat Otitis Media Akut

spesifik. Beberapa studi mencoba untuk mengkorelasikan skor gejala dengan diagnosis

OMA.

Sebuah pengkajian sistematis mengidentifikasi empat artikel yang mengevaluasi

keakuratan dari gejala. Otalgia ternyata berguna untuk mendiagnosis OMA, namun

demikian gejala ini hanya muncul pada 50% - 60% kasus anak dengan OMA.

Dalam prakteknya, gejala klinis OMA sesungguhnya tidak terlalu khas, namun

antara lain bisa didapati gejala seperti:

a. Pada perjalanan yang biasa, anak yang menderita infeksi saluran pernapasan

atas beberapa hari secara mendadak menderita otalgia, demam, tidak enak

secara menyeluruh

b. Pada bayi, gejala tersebut kurang terlokalisasi dan meliputi iritabilitas, diare,

muntah, anak gelisah dan sukar tidur, kejang-kejang, dan kadang memegang

telinga yang sakit, dan malaise serta suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC

c. Terdapat riwayat batuk pilek

d. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat

pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang

dengar

e. Apabila terjadi ruptur membran timpani, sekret mengalir ke liang telinga, suhu

turun, dan anak tertidur tenang

2.6.1. Anamnesis

Anamnesis bisa dilakukan dengan autoanamnesis atau alloanamnesis. Untuk

pasien yang anak-anak atau bayi yang belum bisa bicara ataupun pasien yang

menunjukkan sikap tidak kooperatif dengan klinisi (menangis karena kesakitan)

dapat dilakukan alloanamnesis dari pendamping pasien. Dimulai dari keluhan

utama; pada anak dengan OMA, biasanya keluhan utama yaitu anak tiba-tiba

terbangun pada malam hari sambil menangis dan memegangi telinganya.

Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui beberapa rangkaian

pertanyaan seperti:

a. Sudah sejak kapan anak ibu/bapak mengeluhkan nyeri pada telinganya?

b. Apakah ada keluar cairan dari telinganya? Jika ya, apa warnanya? Dan

apakah berbau?

16

Page 17: Referat Otitis Media Akut

c. Apakah anak ibu/bapak menderita batuk/pilek sebelum episode nyeri

pada telinganya? Jika ya:

i. Apa batuk/pilek sudah sembuh?

ii. Apakah disertai dengan adanya dahak/lendir? Jika ya, apakah

dahak/lendir tersebut kental? Kalau kental, warnanya apa?

d. Apakah disertai demam? Jika ya, sudah berapa hari demamnya dan

berapa suhunya?

e. Pengobatan apa yang sudah diberikan untuk demam dan

batuk/pileknya? Apakah ada perbaikan dengan pengobatan?

f. Apakah anak ibu/bapak menjadi tidak nafsu makan?

g. Jika pada bayi:

i. Apakah bayi ibu/bapak mengalami diare?

ii. Apakah bayi ibu/bapak mengalami muntah?

iii. Apakah bayi ibu/bapak merasa lemas dan tidak aktif?

iv. Apakah bayi ibu/bapak merasa tidak nyaman sehingga menjadi

lebih rewel?

Kemudian dokter juga harus mencari riwayat penyakit dahulu dengan

menanyakan apakah sebelumnya anak pernah mengalami gejala serupa?

Riwayat trauma pada kepala maupun telinga secara langsung, masuknya benda

asing ke telinga, dan kebiasaan mengorek telinga perlu ditanyakan. Kemudian

riwayat alergi juga perlu ditanyakan, baik pada anak tersebut maupun pada

keluarganya. Selain itu, riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga juga

perlu ditanyakan.

2.6.2. Pemeriksaan fisik

2.6.2.1. Status generalisata

Dimulai dari penilaian terhadap keadaan umum yang mencakup

a. Kesan keadaan sakit pasien, termasuk ekspresi muka dan posisi

pasien: apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang,

atau apakah tampak sakit berat

b. Kesadaran:

kompos mentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan

respons yang adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan

17

Page 18: Referat Otitis Media Akut

apatik: pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh

terhadap keadaan sekitarnya, ia akan memberikan respons yang

adekuat bila diberikan stimulus

somnolen: yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada

apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur; ia tidak

responsif terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan

respons terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur

lagi

sopor: pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang,

tetapi masih memberikan sedikit respons terhadap stimulus

yang kuat, refleks pupil terhadap cahaya masih positif

koma: pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun,

refleks pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat

kesadaran yang paling rendah

c. Kesan status gizi: dinilai secara klinis dengan melakukan inspeksi.

Pada inspeksi secara umum dapat dilihat bagaimana proporsi atau

postur tubuh pasien, apakah baik, kurus atau gemuk. Status gizi

juga dapat dinilai dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT).

d. Tanda vital: mencakup tekanan darah, nadi, laju pernafasan, dan

suhu.

2.6.2.2. Status lokalis (pemeriksaan telinga)

a. Pemeriksaan telinga umum

Telinga diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar dan

posisinya normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan liang telinga.

Pemeriksaan liang telinga sebaiknya didahului dengan pembersihan

serumen. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan speculum telinga

atau otoskop. Otitis eksterna dapat disebabkan oleh pelbagai bakteri

dan jamur. Keluhan yang sering ialah nyeri dan/ atau gatal, dapat

disertai sekresi mukopurulen yang dapat berbau. Bila daun telinga

ditarik, pasien akan merasa sakit. Perhatikan pula terdapatnya

kelainan seperti laserasi dan korpus alienum pada liang telinga.1

18

Page 19: Referat Otitis Media Akut

Setelah memeriksa liang telinga, di periksa pula membran timpani

dengan menggunakan otoskop.

b. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang gendang telinga

guna mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai dengan

penonjolan gendang telinga berwarna merah pada pemeriksaan

otoskopi.

Cara pemeriksaan otoskopi:2

Untuk memeriksa telinga kanan pasien, pemeriksa memegang

otoskop dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri untuk

meluruskan kanalnya dengan cara menarik daun telinga ke atas,

luar, dan belakang. Makin lurus kanalnya, makin mudah

visualisasi dan pemeriksaan akan semakin nyaman dirasakan

oleh pasien. Pada anak-anak, kanal harus diluruskan dengan

menarik daun telinga ke bawah dan ke belakang.

Pasien diminta untuk memutar kepalanya ke samping sehingga

pemeriksa dapat memeriksa telinga tersebut dengan lebih

nyaman.

Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara yaitu:

Memegang otoskop seperti memegang pensil

Pada cara ini (gambar 9), memegang otoskop seperti

memegang pensil, di antara ibu jari dan telunjuk dalam posisi

19

Gambar 9. Cara

memegang otoskop.2

Page 20: Referat Otitis Media Akut

mengarah ke bawah sedangkan bagian ulnar tangan pemeriksa

bersandar pada sisi wajah pasien. Posisi ini menyediakan

penyangga terhadap gerakan tiba-tiba pasien. Dengan

memegang ujung tangkai otoskop, pemeriksa mengarahkan

spekulum ke dalam kanalis eksternus. Teknik ini mula-mula

terasa lebih sukar dipakai ketimbang teknik yang lainnya.

Posisi ini lebih banyak disukai karena lebih aman terutama

untuk anak-anak.

Memegang otoskop ke arah atas ketika spekulum

dimasukkan ke dalam kanal

Teknik ini (Gambar 10) terasa lebih nyaman bagi pemeriksa,

namun gerakan pasien yang tiba-tiba dapat menyebabkan rasa

nyeri dan cedera pada liang telinga pasien.

20

Page 21: Referat Otitis Media Akut

Lakukanlah inspeksi pada kanalis eksternus dan membran

timpani

Inspeksi kanalis eksternus

Dengan hati-hati masukkanlah spekulum ke dalam kanalis

eksternus dan periksalah. Seharusnya dalam keadaan normal,

kanalis eksternus tidak terdapat tanda-tanda radang seperti

kemerahan, bengkak, atau nyeri tekan. Dinding kanalis

seharusnya bebas dari benda asing, skuama, atau sekret. Jika

ada benda asing, berikanlah perhatian khusus dengan

memeriksa kanalis telinga sisi lain, hidung, dan lubang-lubang

tubuh yang mudah dicapai.

Serumen harus dibiarkan begitu saja kecuali bila

mengganggu visualisasi kanalis dan membrana timpani.

Pengeluaran serumen sebaiknya dilakukan oleh pemeriksa

yang berpengalaman karena setiap manipulasi bisa

menyebabkan trauma. Jika terdapat sekret, perhatikan tempat

asal sekret tersebut.

Inspeksi membrana timpani

21

Gambar 10. Teknik memegang otoskop ke arah atas.2

Page 22: Referat Otitis Media Akut

Ketika spekulum dimasukkan lebih jauh ke dalam kanal,

lakukan dengan arah ke bawah dan ke depan agar membrana

timpani dapat divisualisasikan. Membrana timpani harus

terlihat sebagai selaput yang utuh, transulen, abu-abu seperti

mutiara pada akhir kanal tersebut. Tangkai maleus harus

terlihat di dekat bagian tengah membrana timpani. Dari ujung

bawah tangkai tersebut, seringkali ada kerucut segitiga terang

yang dipantulkan dari pars tensa. Ini yang disebut dengan

refleks cahaya yang menuju ke anteroinferior. Pars flasida,

prosesus brevis maleus, dan plika anterior dan posterior harus

dikenali sesuai dengan gambar 3 dan 4.

Ada tidaknya refleks cahaya tidak bisa dianggap sebagai

sesuatu yang normal atau penyakit. Sensitivitas adanya refleks

cahaya untuk mendiagnosa penyakit adalah rendah. Membrana

timpani tanpa refleks cahaya bisa saja normal dan

perbandingan dengan reflek cahaya tetapi abnormal adalah

sama banyak.

22

Gambar 11. Bagian dari membran timpani2

Page 23: Referat Otitis Media Akut

Uraikanlah warna, keutuhan, transparansi, posisi, dan

bagian-bagian penting membrana timpani. Dalam keadaan

sehat, membrana timpani biasanya abu-abu seperti mutiara.

Dalam keadaan sakit, membrana timpani mungkin pudar dan

menjadi merah atau kuning.

Kongesti adalah dilatasi pembuluh darah yang membuatnya

tampak lebih nyata. Pembuluh darah seharusnya hanya dapat

dilihat sekitar bagian tepi membrana. Bercak-bercak putih

padat pada membrana timpani mungkin disebabkan oleh

timpanosklerosis.

Penonjolan membrana timpani menunjukkan adanya cairan

atau pus di dalam telinga tengah. Membrana timpani

mengalami retraksi jika tekanan ruang intratimpani berkurang

misalnya kalau tuba Eustachius tersumbat.

Jika membrana timpani mengalami perforasi, lukiskanlah

ciri-cirinya. Perforasi membrana timpani terjadi setelah

terdapat trauma atau infeksi yang terdapat gambar 5.

23

Gambar 12. Ilustrasi membrana timpani seperti

yang terlihat melalui otoskop2

Page 24: Referat Otitis Media Akut

Posisi normal membrana timpani adalah miring terhadap

kanalis eksternus. Batas superiornya lebih dekat dengan mata

pemeriksa. Ini lebih sering terlihat jelas pada bayi daripada

orang dewasa.

Setelah itu ulangi pemeriksaan otoskopi pada telinga satunya

Hasil pemeriksaan yang bisa didapatkan adalah:

Dalam keadaan normal membran timpani sedikit cekung dan

mengkilat. Membran timpani yang tampak rata atau cembung dan

kusam berarti abnormal. Pada otitis media kataral membran timpani

tampak sangat merah dengan refleks cahaya yang berkurang. Pada

otitis media supurativa membran timpani menonjol, kemerahan dan

refleks cahaya hilang. Membran yang menonjol dan berwarna biru

mungkin menunjukkan perdarahan pada rongga telinga tengah

akibat trauma, infeksi atau fraktur basis kranii. Diperhatikan apakah

pada membran timpani ada perforasi. Perforasi dengan sekret yang

purulen menunjukkan terdapatnya otitis media supurativa akut atau

kronik. Perforasi juga dapat terjadi akibat gigitan serangga atau

trauma. Pada miringitis terdapat warna kemerahan yang jelas tanpa

penonjolan membran timpani. Kolesteatoma dapat dilihat di depan

atau dibelakang membran, biasanya disertai dengan nanah yang

mengalir ke luar.1

24

Gambar 13. Perforasi gendang telinga2

Page 25: Referat Otitis Media Akut

25

Page 26: Referat Otitis Media Akut

2.7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan peunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan timpanometri..

Timpanometri merupakan suatu pemeriksaan yang mencangkup pemasangan sonde

kecil pada telinga luar dan pengukuran gerakan membran timpani setelah adanya tonus

yang terfiksasi, juga dapat digunakan untuk mengevaluasi mobilitas membran timpani.3

Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif di telinga

tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.

Pada otitis media akut dan otitis media efusi, mobilitas gendang telinga berkurang.

Pada otitis biasanya terdapat grafik berupa “straight line” atau yang disebut “stiff ear”

yang terdapat pada gambar 7.

Terdapat 4 jenis timpanogram yaitu:4

a. Tipe A (normal)

b. Tipe AD (diskontinuitas tulang-tulang pendengaran)

c. Tipe AS (kekakuan rangkaian tulang pendengaran)

d. Tipe B (Cairan di dalam telinga tengah)

e. Tipe C (gangguan fungsi tuba Eustachius)

26

Gambar 14. Gambaran Membran Timpani dengan Otoskop dan Keterangannya2

Page 27: Referat Otitis Media Akut

2.8. Diagnosis

Akademi pediatrik Amerika (American Academy of Pediatrics) dan Asosiasi dokter

keluarga Amerika (AAFP – American Association of Family Physician) mengajukan

beberapa rekomendasi terkait dengan diagnosis dan penatalaksanaan OMA.16

Untuk mendiagnosis OMA, seorang klinisi harus mengkonfirmasi adanya riwayat

kejadian yang muncul mendadak, mengidentifikasi efusi telinga tengah, dan

mengevaluasi adanya tanda dan gejala dari inflamasi telinga tengah.

Anak dengan OMA biasanya datang dengan riwayat munculnya tanda dan gejala

yang tiba-tiba seperti otalgia (atau menarik telinga apabila pada bayi/balita), iritabilitas

pada bayi atau alita, otore, dan/atau demam. Temuan ini, selain otore, adalah tidak

sepsifik dan seringkali tumpang tindih dengan ISPA akibat viral yang tidak

27

Diagnosis OMA membutuhkan: 1) riwayat kejadian akut dari tanda dan gejala, 2)

adanya tanda efusi telinga tengah, dan 3) tanda dan gejala dari inflamasi telinga

tengah.

Elemen dari definisi OMA adalah di bawah ini:

1. Tanda dan gejala inflamasi telinga tengah dan efusi telinga tengah yang

bersifat mendadak dan baru terjadi.

2. Adanya tanda efusi telinga tengah yang diindikasikan oleh salah satu di

bawah ini:

a. Membran timpani yang bulging / menonjol

b. Pergerakan membran timpani yang terbatas atau tidak ada

c. Air fluid level di belakang membran timpani

d. Otore

3. Tanda atau gejala dari inflamasi telinga tengah yang diindikasikan oleh salah

satu di bawah ini:

a. Eritema yang jelas dari membran timpani ATAU

b. Otalgia yang nyata (rasa tidak nyaman yang jelas pada telinga yang

menyebabkan gangguan atau mengganggu aktivitas atau tidur)

Tabel 1. Definisi dan diagnosis OMA16

Page 28: Referat Otitis Media Akut

berkomplikasi. Pada sebuah survey prospektif diantara 354 anak yang datang ke dokter

dengan penyakit respiratori akut, demam, nyeri telinga, dan rewel, 90% di antaranya

dengan OMA. Namun demikian, gejala ini juga nyata pada anak tanpa OMA (72%).

Gejala lain dari ISPA akibat virus, seperti batuk dan sekret dari hidung atau rasa penuh

pada hidung, biasanya menyertai OMA, dan juga tidak spesifik. Oleh karenanya,

riwayat klinis sendiri masih kurang prediktif untuk adanya OMA, terutama pada anak

yang masih kecil.16

Adanya efusi telinga tengah seringkali dikonfirmasi dengan otoskopi pneumatik,

namun dapat disuplementasikan dengan timpanometri20 dan/atau reflektometri

akustik.16 Efusi telinga tengah juga bisa secara langsung didemonstrasikan oleh

timpanosentesis atau dengan adanya cairan pada liang telinga tengah sebagai akibat dari

perforasi membran timpani.

Gambaran dari membran timpani dengan identifikasi efusi telinga tengah dan

perubahan inflamasi merupakan hal yang dibutuhkan untuk membantu memastikan

diagnosis. Untuk melihat membran timpani dengan adekuat, adalah penting untuk

membersihkan serumen yang mengahalangi membran timpani dan pencahayaan yang

adekuat. Untuk otoskopi pneumatik, spekulum dengan bentuk dan diameter dibutuhkan

harus diperhatikan. Untuk pemeriksaan anak-anak, dibutuhkan pendamping yang bisa

menahan gerakan anak tersebut saat diperiksa.

Temuan pada otoskopi mengindikasikan adanya efusi telinga tengah dan inflamasi

yang berhubungan dengan OMA sudah jelas disebutkan. Membran timpani yang

tampak menonjol / bulging dan penuh merupakan temuan yang sering didapati dan

memiliki nilai prediktif yang paling tinggi untuk adanya efusi telinga tengah. Bila

dikombinasikan dengan warna dan pergerakan, penonjolan juga merupakan prediktor

yang baik untuk OMA.16 Menurunnya atau tidak adanya pergerakan dari membran

timpani sewaktu otoskopi pneumatik dilakukan lebih lanjut menunjukkan adanya cairan

pada telinga tengah. Opasifikasi atau gambaran berawan/keruh, selain daripada yang

disebabkan oleh luka/scarring, hal ini juga merupakan temuan yang konsisten dan

biasanya disebabkan oleh edema membran timpani. Kemerahan pada membran timpani

karena inflamasi dapat terjadi dan harus dibedakan dengan eritema merah muda yang

disebabkan karena anak menangis atau demam tinggi, yang biasanya tidak begitu intens

dan meghilang ketika anak tenang. Pada miringitis bulosa, blister dapat tampak pada

28

Page 29: Referat Otitis Media Akut

membran timpani. Ketika adanya cairan di telinga tengah sulit ditentukan, penggunaan

timpanometri atau reflektometri akustik dapat membantu menegakkan diagnosis.

Tantangan utama untuk klinisi adalah untuk membedakan antara otitis media efusi

dan OMA.18 OME lebih sering terjadi daripada OMA. OME dapat terjadi bersamaan

dengan ISPA karena virus, dapat juga mendahului OMA, maupun sebagai gejala

sekuelae dari OMA.19 Ketika OME salah diidentifiksi sebagai OMA, penggunaan

antibakteri bisa jadi tidak tepat sasaran.20,21 Klinisi harus berjuang menghindari

diagnosis positif-palsu pada anak dengan rasa tidak nyaman di telinga tengah yang

diakibatkan oleh difsungsi tuba Eustachius atau ketika ISPA karena virus menutupi

efusi telinga tengah kronik yang sudah ada.

Diagnosis OMA, terutama pada balita muda dan anak muda, biasanya dibuat

dengan derajat ketidakpastian. Faktor yang sering meningkatkan ketidakpastian

termasuk ketidakmampuan untuk membersihkan secara benar liang telinga tengah dari

serumen, atau liang telinga yang sempit, atau ketidakmampuan untuk menjaga seal

yang adekuat untuk otoskopi pneumatik atau dengan timpanometri. Diagnosis OMA

yang tidak pasti seringkali disebabkan karena ketidak mampuan mengkonfirmasi

adanya efusi telinga tengah.23 Reflektometri akustik bisa membantu, karena ini tidak

membutuhkan seal pada liang telinga dan dapat memberikan keterangan mengenai

adanya cairan pada telinga tengah hanya lewat lubang kecil pada serumen. Ketika

keberadaan cairan pada telinga tengah masih tidak jelas atau dipertanyakan, diagnosis

OMA boleh dipertimbangkan namun belum bisa dikonfirmasi.

Diagnosis pasti dari OMA harus memenuhi semua tiga kriteria: kejadian

mendadak, adanya efusi telinga tengah, dan tanda dan gejala dari inflamasi telinga

tengah. Klinisi harus memaksimalkan strategi diagnosis, terutama untuk menentukan

keberadaan efusi telinga tengah, dan harus mempertimbangkan kepastian dari diagnosis

dalam rangka untuk menentukan tata laksana. Klinisi harus mendiskusikan derajat dari

kepastian diagnosis dengan orang tua atau pendamping pasien saat akan memulai

penatalaksanaan awal OMA.

2.8.1. Diagnosis banding

Diagnosis banding yang diambil adalah otitis eksterna, otomikosis, infeksi

kronis liang telinga, keratosis obliterans, kolesteatoma eksterna, dan otitis

eksterna maligna

29

Page 30: Referat Otitis Media Akut

Otitis eksterna: adalah peradangan pada liang telinga akibat infeksi

biasanya bakteri. Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut, yaitu otitis

eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.1,4,5

Otitis eksterna sirkumsripta (furunkel = bisul)

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa

kulit seperti folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen

maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga

membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus

aureus atau Staphylococcus albus Gejalanya ialah rasa nyeri yang

hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit

liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga

rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga

timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula).

Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan

menyumbat liang telinga

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi

abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal

diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau

bacitrasin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau

dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainase

untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat

simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.

Otitis eksterna difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit

liang telinga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema

dengan tidak jelas batasnya serta terdapat furunkel. Otitis eksterna

difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang

terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir

(musin) seperti sekret yang ke luar dari kavum timpani pada otitis

media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang

30

Page 31: Referat Otitis Media Akut

mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang

baik antara obat dengan kulit yang meradang.

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di

daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur Aspergilus. Kadang-kadang

ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain. Gejalanya biasanya

berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa

keluhan .Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan

asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga. Kadang-

kadang diperlukan obat antijamur sebagai salep yang diberikan secara

topikal.

Infeksi kronis liang telinga

Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak diobati dengan baik, trauma

berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat Bantu

dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi

penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut atau sikatriks.

Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga.

Keratosis obliterans dan Kolesteatoma eksterna

Keratosis obliterans adalah kelainan yang jarang terjadi. Biasanya secara

kebetulan ditemukan pada pasien dengan rasa penuh di telinga. Penyakit ini

ditandai dengan penumpukan deskuamasi epidermis di liang telinga

sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang

dengar. Bila tidak ditanggulangi dengan baik akan terjadi erosi kulit dan

bagian tulang liang telinga yang sering disebut sebagai kolesteatoma, yang

disertai dengan rasa nyeri yang hebat akibat peradangan setempat.

Etiologinya belum diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan

paru kronik seperti bronkiektasis juga pada pasien sinusitis.

Pemberian obat tetes telinga campuran alkohol atau gliserin dalam

peroksida 3% selama 3 kali seminggu merupakan pengobatan dari penyakit

ini. Pada pasien yang telah mengalami erosi dilakukan tindakan bedah.

Otitis eksterna maligna

31

Page 32: Referat Otitis Media Akut

Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang difus yang

biasanya terjadi pada penderita penyakit diabetes mellitus. Radang dapat

meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga

dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, oeteitis, dan osteomielitis

yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal. Gejalanya rasa gatal yang

diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakkan liang

telinga.

Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau

paralisis fasial. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan

pemberian antibiotik dosis tinggi yang dikombinasi dengan aminoglikosid.

Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan debridemen.

32

Page 33: Referat Otitis Media Akut

2.9. Penatalaksanaan

2.9.1. Medika mentosa

Pengobatan OMA tergantung dari stadium penyakitnya, yaitu:

Stadium oklusi

Stadium pengobatan ini terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba

Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.Untuk ini

diberikan obat tetes hidung (HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis

(anak < 12 tahun) atau HCL 1% dalam larutan fisiologik (anak > 12 tahun

dan orang dewasa). Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotik

diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau

alergi.

Stadium hiperemis (presupurasi)

Obat untuk stadium ini ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika.

Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin.

Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi

yang adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.

Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi

terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin

diberikan dengan dosis 20-100 mg/kgBB per hari dan dibagi dalam 4 dosis

atau amoksisilin 40 mg/kgBB /hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin

40mg/kgBB/hari

Stadium supurasi

Selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi

bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal-gejala klinis

lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Stadium perforasi

Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang-kadang terlihat sekret

keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat

cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam

waktu 7-10 hari.

33

Page 34: Referat Otitis Media Akut

Stadium resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi membran timpani menutup.Bila tidak terjadi resolusi biasanya

akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di

membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya

edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika yang

dianjurkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan masih tetap

banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih

dari 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.

Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah

bulan atau bulan maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik

(OMSK).

Pada pengobatan OMA terdapat beberapa faktor resiko yang dapat

menyebabkan kegagaln terapi. Resiko tersebut digolongkan menjadi resiko

tinggi kegagalan terapi dan resiko rendah.

Terapi antibiotik

Antibiotik lini pertama pada OMA adalah amoksisilin, 50 mg/kg BB /hari,

dibagi menjadi tiga dosis. Amoksisilin digunakan karena efikasinya yang tinggi,

spektrum yang sempit, efek samping yang rendah dan biaya yang lebih murah.10

Jika pasien telah diterapi dengan amoksisilin 30 hari sebelumnya atau

memiliki sejarah OMA berulang yang tidak respon amoksisilin, terapi

amoksisilin dapat dikombinasikan dengan asam klavulanat. Pada pasien yang

alergi dengan penisilin dapat diberikan Cefuroxime dan Cefpodoxime.10

Pasien implan koklea yang terkena OMA dalam 2 bulan setelah implant

dapat diberikan ceftriaxone secara parenteral. Jika OMA terjadi 3 bulan setalah

pemasangan implan, terapi yang direkomendasikan adalah amoksisilin, dapat

juga ditambahkan asam klavulanat.10

Durasi pengobatan antibiotik pada OMA : anak umur dibawah 2 tahun

dapat dilakukan terapi selama 10 hari, anak umur 2-6 tahun dilakukan terapi

selama 7 hari, dan anak umur 5-7 tahun dapat dilakukan terapi selama 5 sampai

7 hari.10

34

Page 35: Referat Otitis Media Akut

Jika terapi lini pertama tidak adekuat maka dapat dilakukan:10

1. terapi amoksisilin lini pertama yang tidak adekuat dapat diberikan

amoksisilin yang ditambahkan dengan asam klavulanat.

2. Jika terapi lini pertama dan lini kedua amoksisilin tidak adekuat, dapat

diberikan ceftriaxone serta dilakukan kultur bakteri dan tes resisten.

35

Tabel 2. Terapi antibiotik untuk OMA10

Page 36: Referat Otitis Media Akut

Umur Diagnosis pasti Diagnosis tidak pasti

<6 bulan Terapi antibakteri Terapi antibakteri

6 bulan – 2 tahun Terapi antibakteri Terapi antibakteri bila

terdapat tanda sakit berat;

pilihan observasi* bila tidak

tidak terdapat tanda sakit

berat

>2 tahun Terapi antibakteri bila

terdapat tanda sakit berat;

pilihan observasi bila tidak

terdapa tanda sakit berat

Pilihan observasi*

36

Tabel 3. Kriteria untuk pengobatan awal dengan agen antibakteri atau observasi pada anak dengan OMA16

Tabel ini dimodifikasi dengan ijin dari New York State Department of Health dan New York Region Otitis Project Committee*Observasi merupakan pilihan yang tepat hanya jika follow-up dapat dipastikan dan agen antibakteri dimulai bila gejala menetap atau memburuk.Tanda sakit tidak berat adalah otalgia ringan dan demam <39oC dalam 24 jam terakhir. Sakit berat adalah otalgia sedang-berat atau demam >39oC.Diagnosis pasti OMA harus memenuhi semua 3 kriteria: 1) kejadian yang cepat, 2) tanda dari efusi telinga tengah, dan 3) tanda dan gejala dari inflamasi telinga tengah

Page 37: Referat Otitis Media Akut

Suhu >39oC dan/atau otalgia berat

Saat diagnosis untuk pasien yang mendapat pengobatan awal berupa agen antibakteri

Kegagalan pengobatan yang didefinisikan secara klinis pada 48-72 jam setelah tata laksana awal dengan pilihan observasi

Kegagalan pengobatan yang didefinisikan secara klinis pada 48-72 jam setelah pengobatan awal dengan agen antibakteri

Rekomendasi Alternatif untuk alergi Penisilin

Rekomendasi Alternatif untuk alergi Penisilin

Rekomendasi Alternatif untuk alergi Penisilin

Tidak Amoxicillin 80-90 mg/kgBB per hari

Non-tipe I: cefdinir, cefuroxime, cefpodoxime; tipe I: azithromycin, clarithromycin

Amoxicillin 80-90 mg/kgBB/hari

Non-tipe I: cefdinir, cefuroxime, cefpodoxime; tipe I: azithromycin, clarithromycin

Amoxicillin-klavulanat (90 mg/kgBB/hari untuk komponen amoxicillin, dengan 6,4 mg/kgBB per hari untuk klavulanat)

Non-tipe I: ceftriaxone, 3 hari; tipe I: clindamycin

Ya Amoxicillian-klavulanat (90 mg/kgBB/hari untuk amoxicillin dengan 6,4 mg/kgBB.hari untuk klavulanat)

Ceftriaxone, 1 atau 3 hari

Amoxicillin-klavulanat (90 mg/kgBB/hari untuk amoxicillin dengan 6,4 mg/kgBB/hari untuk klavulanat)

Ceftriaxone, 1 atau 3 hari

Ceftriaxone, 3 hari Timpanosentesis, clindamycin

37

Tabel 4. Rekomendasi penggunaan agen antibakteri pada pasien yang mendapatkan pengobatan awal antibakteri atau pada pasien yang gagal pada observasi 48-72 jam atau gagal pada pengobatan awal dengan agen antibakteri16

Page 38: Referat Otitis Media Akut

2.9.2. Non-medika mentosa

Pada pengobatan non-medika mentosa yang dapat dilakukan adalah

miringotomi. Dimana ini merupakan tindakan insisi pada pars tensa membran

timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Syarat dalam melakukan miringotomi (merupakan tindakan pembedahan kecil)

adalah anak harus tenang dan dapat dikuasai.

2.10. Prognosis

Prognosis OMA adalah baik. Gejala akan membaik antara 24-72 jam setelah

pengobatan. Relaps biasanya terjadi karena eradikasi yang kurang sempurna. Karena itu

pasien dinasihatkan untuk mengkonsumsi antibiotik secara tepat dan tetap melakukan

kontrol meskipun gejala telah membaik.9

2.11. Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-

periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah

ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari

OMSK.4

Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendegaran

konduktif yang biasanya sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan

memadai. Namus proses radang dapat merangsang fibrosis, hialinisasi, dan endapan

kalsium pada membrane timpani dan pada struktur telinga tengah. Plak

timpanosklerotik dapat menghalangi mobilitas membran timpani dan kadang-kadang

dapat memfiksasi rantai osikula.1,6

Komplikasi intrakranium OMA yang paling lazim adalah meningitis. Mastoiditis

merupakan peradangan tulang mastoid. Biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan

infeksi telinga tengah yang berulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada

mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama-kelamaan menjadi

peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat atau nanah yang makin banyak

yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang

telinga menyebabkan abses subperiosteum. Komplikasi ini paling mungkin terjadi bila

didiagnosis dan terapi terlambat.

38

Page 39: Referat Otitis Media Akut

BAB 3

PENUTUP

Ot i t i s med i a me rupakan pe radangan t e l i nga t engah yang disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya yang paling sering ialah sumbatan tuba

Eustachius akibat infeksi. Gejala yang sering ditimbulkan pada otitis media biasanya

ialah rasa nyeri, pendengaran berkurang, demam, pusing, juga kadang disertai

mendengar suara dengung (tinitus).

Otitis media akut disebabkan oleh adanya sumbatan dari tuba Eustachius berupa

mukus, sekret, tampon, dan tumor. Selain itu juga disebabkan karena alergi dan infeksi.

Pengobatan yang diberikan seuai dengan stadium penyakitnya

Komplikasi dari otitis media akut yang tersering adalah meningitis, ensefalitis,

gangguan pendengaran, dan lain-lain.

39

Page 40: Referat Otitis Media Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH,

et al. Diagnosis fisispada anak. Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto; 2003. H. 55-6

2. Mark HS. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC;2004.p.130-2.

3. Elizabeth JC. Buku saku patofisiologi. Dalam: Edhi KY, penyunting. Buku saku

patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.p.386-7.

4. Fakultas Kedokteran UI. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala

dan leher. Dalam: Efiaty AS. Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan

leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penertbit FK-UI; 2010.p. 16-18.

5. Fakultas Kedokteran UI. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala

dan leher. Dalam: Zainul AD, Helmi, Ratna DR. Kelainan telinga tengah. Edisi ke-

6. Jakarta: Balai Penertbit FK-UI; 2010.p. 66-8,74-5.

6. Richard EB, Robert MK, Ann MA. Ilmu kesehatan anak. Dalam: James EA. Otitis

media dan komplikasinya. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2002.p.2209.

7. William M. Pedoman klinis pediatri. Dalam:. Nyeri telinga. Jakarta: EGC;

2004.p.299.

8. Greenberg MI. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jilid 1.Jakarta : Penerbit

Erlangga. 2005. H.140-1.

9. Haddad J. The ear. Dalam: Berhman RE, Kliegma RM, Arvin AM, penyunting.

Nelson Textbook of Pediatri. Ed.18. Philadelphia: Sauders Elsevier; 2007. h. 2617-

40

10. Thomas, Jan Peter et al. Acute Otitis Media- a Structured Approach. Deutsches

Ärzteblatt International. 2014 . h.155-157.

11. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH,

et al. Diagnosis fisispada anak. Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto; 2003. H. 55-6

12. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2007.

13. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm

(diakses 17 Juli 2014).

14. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. 1997.

15. Probes R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme. 2006

40

Page 41: Referat Otitis Media Akut

16. American Academy of Pediatrics. Clinical practice guideline: diagnosis and

management of acute otitis media. J Pediatr.2012;133:346

17. Karma PH, Sipila MM, Kataja MJ, Penttila MA. Pneumatic otoscopy and otitis

media. II. Value of different tympanic membrane findings and their combinations.

In: Lim DJ, Bluestone CD, Klein JO,

18. Pichichero ME, Poole MD. Assessing diagnostic accuracy and tympanocentesis

skills in the management of otitis media. Arch Pediatr Adolesc Med.

2001;155:1137–1142

19. Pichichero ME. Diagnostic accuracy, tympanocentesis training performance, and

antibiotic selection by pediatric residents in management of otitis media.

Pediatrics. 2002;110:1064–1070

20. Chonmaitree T. Viral and bacterial interaction in acute otitis media. Pediatr Infect

Dis J.2000;19(suppl):S24–S30

21. Dowell SF, Marcy SM, Phillips WR, Gerber MA, Schwartz B. Otitis media—

principles of judicious use of antimicrobial agents. Pediatrics. 1998;101:165–171

22. Wald ER. Acute otitis media: more trouble with the evidence. Pediatr Infect Dis J.

2003;22:103–104

23. Rosenfeld RM. Diagnostic certainty for acute otitis media. Int J Pediatr

Otorhinolaryngol. 2002;64:89–95

41