referat sgb
DESCRIPTION
referat neuroTRANSCRIPT
GUILLAIN-BARRE SYNDROME
I. PENDAHULUAN
Guillain-Barre syndrome (GBS) adalah sebuah polineuropati
demielinasi akut yang secara umum terjadi melalui respons
autoimun, biasanya disertai oleh infeksi gastrointestinal maupun
infeksi pernapasan. 1
Guillain-Barre Syndrome (GBS) dapat terjadi di semua
negara dan pada semua musim. GBS dapat ditemukan pada
anak-anak dan dewasa di semua golongan usia baik pada pria
maupun wanita. Infeksi pernapasan ringan ataupun
gastrointestinal yang mendahului gejala neurologis selama 1-3
minggu (atau lebih) terdapat pada sekitar 60% pasien GBS.
Beberapa tahun terakhir, berdasarkan penelitian yang dilakukan
para ahli serologis, ditemukan bahwa bakteri Campylobacter
Jejuni merupakan penyebab tersering infeksi pada GBS. 2
Guillain-Barre Syndrome (GBS) berasal dari dua nama Ilmuwan Perancis,
Guillain (baca Gilan) dan Barrѐ (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit
perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah
menerima perawatan medis. Meskipun sindrom ini telah diketahui dengan baik
dan memiliki potensi fatal, seringkali GBS masih sering salah dinilai. Bahkan jika
pasien telah dinilai dengan benar menderita sindrom ini, ketidaktahuan dan
1
monitoring yang tidak memadai mungkin menjadi penyebab dari hilangnya
dekompensasi pada GBS. Terapi pilihan yang tepat bagi GBS masih menjadi
sumber perdebatan beberapa decade terakhir. 1
Penyakit ini terjadi setelah prosedur infeksi akut. GBS mulanya
mempengaruhi sistem perifer. Biasanya penyakit ini adalah bentuk kelumpuhan
akut di daerah tubuh bagian bawah yang bergerak ke arah ekstremitas atas dan
wajah. Secara bertahap pasien kehilangan semua refleks lalu mengalami
kelumpuhan tubuh lengkap.2
II. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, insidens dari GBS adalah sekitar 0.6-4.0 per 100.000
kasus. Laki-laki 1,5 kali lipat lebih banyak terjangkit GBS. Di Barat, insidens
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, tapi di China insidens terjadi pada
setiap kelompok umur dan golongan. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)
adalah jenis GBS yang paling sering terdapat di China dan kebanyakan terdapat
pada anak-anak. Vaksinasi Rabies yang diikuti oleh GBS terdapat pada sekitar 1
dari 1000 kasus. Fakta menunjukkan infeksi Campylobacter Jejuni ditemukan
pada sekitar 25% kasus GBS. Cytomegalovirus dan Epsteinn-barr virus terjadi
pada sekitar 10% kasus. 3
III. ETIOLOGI
Etiologi Guillain Barre Syndrome (GBS) sampai saat ini masih belum
dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan.
Beberapa keadaan atau penyakit yang mendahului mungkin ada hubungannya
2
dengan GBS, antara lain infeksi, vaksinasi, pembedahan, penyakit sistemik seperti
keganasan, Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), tiroiditis, penyakit Addison, serta
kehamilan atau dalam masa nifas.3
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4
minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas
atau infeksi gastrointestinal.2
Infeksi Akut yang Berhubungan dengan GBS
Infeksi Defenite Probable Possible
Virus CMV HIV Influenza
EBV Varicella-Zoster Measles
Vaccinia/Smallpox Mumps
Rubella
Hepatitis
Coxsackie
Echo
Bakteri Campylobacter Typhoid Borreila B
Jejeni Parathypoid
Mycoplasma Brucellosis
Pneumonia Chlamydia
Legionella
Listeria
Tabel 1 : Infeksi akut yang berhubungan dengan GBS.2
3
IV. PATOGENESIS
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya dimeilinisasi akut pada GBS masih belum diketahui
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang
terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi.
Bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan
jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah :
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated
immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibody terhadap sistem saraf tepi.
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibody dari peredaran pada
pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyielinisasi saraf tepi.
Proses demyielinisasi saraf tepi pada GBS dipengaruhi oleh respon
imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa
sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus.4
Gambar 1 : Lokasi GBS yang menyerang sistem nervus perifer.4
4
Gambar 2. Imunopatogenesis GBS5
Peran Imunitas Seluler
Dalam sistem kekebalan seluler, sel limfosit T memegang peranan penting
disamping peran makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang
belakang yang mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan ke dalam jaringan
5
limfoid dan peredaran. Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi
antigen harus dikenalkan pada limfosit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag
yang telah memfagositosis antigen atau terangsang oleh virus, alergen atau bahan
imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (Antygen
Precenting Cell / APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limfosit
T CD4. Setelah itu limfosit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker dan
pelepasan substansi interleukin (IL2), Interferron gamma serta TNF alfa.
Kelarutan E selektin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh
aktifasi sel endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf, untuk
mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag. Makrofag akan
mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin disamping
menghasilkan TNF dan komplemen.2
V. KLASIFIKASI
Sindroma Guillain Barre diklasifikasikan sebagai berikut :6
1. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy
Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)
adalah jenis paling umum ditemukan pada GBS, yang juga cocok dengan gejala
asli dari sindrom tersebut. Manifestasi klinis paling sering adalah kelemahan
anggota gerak proksimal disbanding distal. Saraf kranialis yang paling umum
terlibat adalah nervus facialis. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada AIDP
terdapat infiltrasi limfositik saraf perifer dan demielinasi segmental makrofag.
6
2. Acute Motor Axonal Neuropathy
Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) dilaporkan selama musim
panas GBS epidemik pada tahun 1991 dan 1992 di Cina Utara dan 55% - 65%
dari pasien GBS merupakan jenis ini. Jenis ini lebih menonjol pada kelompok
anak-anak, dengan ciri khas degenerasi motor axon. Klinisnya ditandai dengan
kelemahan yang berkembang cepat dan sering dikaitkan dengan kegagalan
pernapasan, meskipun pasien biasanya memiliki prognosis yang baik. Sepertiga
dari pasien dengan AMAN dapat hiperrefleks, tetapi mekanisme belum jelas.
Disfungsi system penghambatan melalui interneuron spinal dapat meningkatkan
rangsangan neuron motorik.
3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy
Acute Motor Sensor Axonal Neuropathy (AMSAN) adalah penyakit akut
yang berbeda dari AMAN, AMSAN juga mempengaruhi saraf sensorik dan
motorik. Pasien biasanya usia dewasa, dengan karakteristik atrofi otot. Pemulihan
lebih buruk dari AMAN.
4. Miller Fisher Syndrome
Miller fisher syndrome adalah karakteristik dari triad ataxia, arefleksia,
dan oftalmoplegia. Kelemahan pada ekstremitas, ptosis, facial palsy dan bulbar
palsy mungkin terjadi pada beberapa pasien. Hamper semua menunjukkan IgG
auto antibody terhadap ganglioside GGQ1b. kerusakan imunitas tampak terjadi di
daerah paranodal pada saraf kranialis III, IV, VI dan dorsal root ganglia.
7
5. Acute Neuropathy Panautonomic
Acute Neuropathy Panautonomic adalah varian yang paling langka pada
GBS. Kadang-kadang disertai dengan ensefalopati. Hal ini terkait dengan tingkat
kematian tinggi, karena keterlibatan kardiovaskuler, dan terkait disritmia.
Gangguan berkeringat, kurangnya pembentukan air mata, mual, disfagia, sembelit
dengan obat pencahar atau bergatian dengan diare sering terjadi pada kelompok
pasien ini. Gejala nonspesifik awal adalah kelesuan, kelelalahan, sakit kepala, dan
inisiatif penurunan diikuti dengan gejala otonom termasuk ortostatik ringan.
Gejala yang paling umum saat onset berhubungan dengan intoleransi ortostatik,
serta disfungsi pencernaan.
6. Ensefalitis Batang Otak Bickerstaff’s
Ensefalitis Batang Otak Bickerstaff’s (BBE) adalah varian lebih lanjut
dari GBS. Hal ini ditandai dengan onset akut oftalmoplegia, ataksia, gangguan
kesadaran, hiperrefleks atau babinsky sign. Perjalanan penyakit dapat monofasik
atau terutamadi otak tengah, pons dan medulla. BBE meskipun presentasi awal
parah, biasanya memiliki prognosis baik. MRI memainkan peran penting dalam
diagnosis BBE. Sebagian besar pasien BBE telah dikaitkan dengan SGB aksonal,
dengan indikasi bahwa dua gangguan yang erat terkait dan membentuk spektrum
lanjutan.
VI. GEJALA KLINIS & KRITERIA DIAGNOSA
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan
simetris secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan
sebelum tungkai atas. Otot-otot proksimal mungkin terlihat lebih awal daripada
8
yang lebih distal. Kelemahan otot pernafasan dengan sesak nafas mungkin
ditemukan, berkembang secara akut dan berlangsung selama beberapa hari sampai
minggu. Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan sampai tetraplegia
dengan kegagalan ventilasi.6
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan BGS. Saraf
kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin
termasuk Bell’s Palsy, disfagia, ophtalmoplegia, serta gangguan pada pupil.
Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dam tungkai
yang terkena. Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe ini
dimulai dengan defisit saraf kranial. 6
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus, kehilangan
sensori cenderung minimal dan variabel. Kebanyakan pasien mengeluh parestesia,
mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului
kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses
menuju ke atas tetapi umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan atau
pergelangan kaki. Kehilangan getaran, proprioseptif, sentuhan dan nyeri distal
dapat hadir.6
Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung, pantat
dan paha. Dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini sering
digambarkan dengan sakit atau berdenyut. Dysesthesias sering digambarkan
sebagai rasa terbakar, kesemutan atau sensasi shocklike dan sering lebih umum di
ekstremitas bawah daripada ekstremitas atas. Sindrom nyeri lainnya yang biasa
dialami oleh sebagian pasien dengan SGB adalah Mialgic , nyeri visceral, dan rasa
9
sakit yang terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya tekanan palsi saraf, ulkus
dekubitus).6
Perubahan otonom dapat mencakup takikardi, bradikardi, facial flushing,
hipertensi paroksismal, hipotensi ortostatik, anhidrosis dan atau diaphoresis.
Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan
dismotilitas usus dapat ditemukan.6
Cirri-ciri kelainan Cairan Serebrospinal (CSS) yang kuat menyokong
diagnosa yaitu protein CSS meningkat setelah gejala 1 minggu. Gambaran
elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa adalah perlambatan konduksi saraf
bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari
normal.6
VII. DIAGNOSIS BANDING
Gejala klinis GBS biasanya jelas dan mudah dikenal tetapi pada stadium
awal kadang-kadang harus dibedakan dengan keadaan lain, seperti :3
1. Mielitis Akuta
2. Poliomyelitis anterior akuta
3. Porphyria intermitten akuta
4. Polineuropathy post difteri
VIII. TERAPI
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara
umum bersifat simtomatik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
10
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan
terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat
penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi).5,7
1. Plasmafaresis
Plasmafaresis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibody yang beredar. Penggunaan plasmaparesis pada GBS memperlihatkan
hasil yang baik, berupa kelainan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu
nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan
dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari.
Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala.
2. Pengobatan Imunosupresan
Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intravena lebih menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping atau komplikasi lebih ringan.
Dosis maintenance 0,4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0,4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
Obat Sitotoksik
Pemberian obat sitotoksik yang dianjurkan adalah :
a. 6 merkaptopurin (6-MP)
b. Azathioprine
c. Cyclophphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah alopesia, mual, muntah dan sakit
kepala.
11
IX. PROGNOSIS
Pada umumnya, sekitar 3% - 5% pasien tidak dapat bertahan dengan
penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil penderita dapat bertahan dengan gejala
sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan
keadaan antara lain pada pemeriksaan NCV-EMG relative normal, mendapat
terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset, progresifitas penyakit
lambat dan pendek, dan terjadi pada penderita berusia 30-60 tahun.2
12
DAFTAR PUSTAKA
1. JC Kirsten, T Andrew. 2011. Guillain Barre Syndrome. Downloaded from
http://ceaccp.oxfordjournals.org/
2. Victor Maurice, Ropper Alan. 2000. Adam & Victor’s Principle Neurology 7th
Edition.McGraw-Hill Professional.p690-695
3. Liewelyn Gareth Dr. 2008. The Guillain Barre Syndrome. Downloaded from
http://www.acnr.co.uk
4. Seneviratne U MD (SL), MRCP. Guillain-Barre Syndrome :
Clinicopathological Types and Electrophysiological Diagnosis. Department of
Neurology, National Neuroscience Institute, SGH Campus; 2004
5. Yuki Nobohiro, Kartung Hans-Peter. 2012. Medical Progress Guillain Barre
Syndrome. Downloaded from http://www.nejm.org on July, 2013.
6. Erasmus MC. Guillain-Barre Syndrome. Marianne de vissers ed. University
Medical Center Rotterdam. Netherlands; 2004
7. Elsevier INC. AIDP (Guillain Barre Syndrome); 2005
13