referat terapi barier pada dermatitis atopik

22
REFERAT TERAPI BARIER PADA DERMATITIS ATOPIK Oleh: Erma Ismayani NIM : 05.06.0015 Pembimbing : dr Yunita H. Sp.KK DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

Upload: noval-novall

Post on 02-Dec-2015

140 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dermatitis Atopik

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

REFERAT

TERAPI BARIER PADA DERMATITIS ATOPIK

Oleh:

Erma Ismayani

NIM : 05.06.0015

Pembimbing :

dr Yunita H. Sp.KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2013

Page 2: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Kulit adalah barier semipermeabel terhadap antimikrobal dan imunologi.

Patogenesis dermatitis atopik menunjukkan ‘outside-inside-outside’ model, dimana fungsi

barier ini ditekan oleh lingkungan atau genetik sehingga menyebabkan terjadinya penyakit

dermatitis atopik, yang pada akhirnya sistem imun akan menstimulasi rusaknya sistem

barier kulit. 1

Dermatitis atopik ( DA ) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai

gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopik pada keluarga atau

penderita ( DA, Rinitis alergika, dan atau Asma bronkial ). 2

Dermatitis atopik berhubungan dengan penurunan regulasi fungsi barier kulit akibat

downregulasi gen pembungkus cornified ( filaggrine dan loricline ), turunnya level

ceremide dan peningkatan level enzim proteolitik endogen, dan akhirnya menyebabkan

peningkatan hilangnya cairan trans-epidermal. 3

Gejala utama dermatitis atopik ialah (pruritus), dapat hilang timbul sepanjang hari,

tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk

sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul, lekenifikasi, eritema, erosi,

ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

dermatitis atopik infantil ( terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun ); dermatitis atopik anak

( 2 tahun sampai 10 tahun ); dan dermatitis atopik remaja dan dewasa. 2

Diperkirakan prevalensi terjadinya dermatitis atopik pada anak-anak di negara-

negara Eropa menjadi antara 10 % dan 20 %. Dengan dilaporankan lebih dari 20 %

menjadi hampir 30 %, dan negara Jepang memiliki prevalensi tertinggi terjadinya

dermatitis atopik. Satu studi lain menunjukkan bahwa di Northwest Amerika Serikat ,

prevalensi dermatitis atopik adalah hampir sama dengan yang terjadi di negara-negara

Eropa, dengan penyebab yang saat ini belum dipahami, prevalensi dermatitis atopik lebih

tinggi di negara maju, daerah perkotaan, dan berpopulasi dari status sosial ekonomi lebih

tinggi. Prevalensi 15,8% dari atopik dermatitis pada anak 3-5 tahun di Selandia Baru.

Page 3: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

Sebuah studi Amerika Serikat berdasarkan populasi menunjukkan bahwa prevalensi

dermatitis atopik di antara anak usia 5-9 tahun adalah 17,2%. Studi dari Jepang menunjukkan

bahwa prevalensi dermatitis atopik pada anak-anak mungkin setinggi 11-25% . 4

Angka prevalensi dermatitis atopik di Indonesia juga bervariasi. Berdasarkan

rekapitulasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak (KSDAI) dari lima kota

besar di Indonesia pada tahun 2000, dermatitis atopik masih menempati peringkat pertama

(23,67%) dari 10 besar penyakit kulit anak dan dari sepuluh rumah sakit besar yang tersebar

di Indonesia pada tahun 2005 kejadian dermatitis atopik mencapai 36% dari keseluruhan

diagnosis dermatitis. Data Rekam Medis RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Pelamonia

di Makassar menunjukkan peningkatan jumlah kasus dermatitis atopik anak; 47 anak di tahun

2004, 106 anak di tahun 2005, 108 anak di tahun 2006, dan 115 anak di tahun 2007.5

I.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan referat yang berjudul Terapi Barier Pada Dermatitis

Atopik ini adalah untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan tentang dermatitis

atopik dan tatalaksana berdasarkan terapi barier.

Page 4: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 DEFINISI

Dermatitis atopik adalah kondis i inflamasi kulit yang ditandai dengan rasa sangat

gatal, perubahan ekzematus yang kronis, periode remisi dan kulit yang kemerahan.6

Dermatitis atopik biasanya dimulai pada masa bayi atau anak usia dini, sekitar 90% kasus

dimulai pada lima tahun pertama kehidupan. 1

Dermatitis atopik ( DA ) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai

gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopik pada keluarga atau penderita

( DA, Rinitis alergika, dan atau Asma bronkial ). 2 Dermatitis atopik berhubungan dengan

penurunan regulasi fungsi barier kulit akibat downregulasi gen pembungkus cornified

( filaggrine dan loricline ), turunnya level ceremide dan peningkatan level enzim

proteolitik endogen, dan akhirnya menyebabkan peningkatan hilangnya cairan trans-

epidermal. 3

Diagnosis dermatitis atopik didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka

yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari inggris yang dikoordinasi oleh Williams ( 1994 ) :

Kriteria Mayor :

Pruritus

Dermatitis dimuka atau ekstensor pada bayi dan anak

Dermatitis di fleksura pada dewasa

Dermatitis kronis atau residif

Riwayat atopi pada penderita atau keluarga.

Kriteria Minor :

Xerosis

Infeksi kulit ( khususnya oleh S. Aureus dan virus herpes simpleks )

Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris

Page 5: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

Pitiriasis alba

Dermatitis di papila mama

White demographism dan delayed blanch respone

Keilitis

Lipatan infra orbital Dennie-Morgan

Konjungtivitis berulang

Keratokonus

Katarak subkapsular anterior

Orbita menjadi gelap

Muka pucat atau eritem

Gatak bila berkeringat

Intoleransi terhadap wol atau pelarut lemak

Aksentuasi perifolikular

Hipersensitif terhadap makanan

Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi

Tes kulit alergi tipe dadakan positif

Kadar IgE didalam serum meningkat

Awitan pada usia dini

Diagnosis dermatitis harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor.

Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu :

Tiga kriteria mayor berupa :

Riwayat atopi pada keluarga,

Dermatitis dimuka atau ekstensor,

Pruritus,

Ditambah tiga kriteria minor :

Xerosis/iktiosis/hipeliniaris palmaris,

Aksentuasi perifolikular,

Fisura belakang telinga,

Skuama di skalp kronis. 2

Kriteria mayor dan minor yang disusulkan oleh Hanafin dan Rajka didasarkan

pengalaman klinis. Kriteria ini cocok untuk diagnosis penelitian berbasis rumah sakit

Page 6: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

( hospital based ) dan eksperimental, tetapi tidak dapat dipake pada penelitian berbasis

populasi, karena kriteria minor umumnya ditemukan pula pada kelompok kontrol, disamping

juga belum divalidasi terhadap diagnosis dokter atau diuji untuk pengulangan

( repeatability ). Oleh karena itu kelompok kerja inngris ( UK working party ) yang

dikoordinasi oleh William memperbaiki dan menyederhanakan kriteria Hanafin dan Rajka

menjadi satuset kriteria untuk pedoman diagnosis dermatitis atopik yang dapat diulang dan

divalidasi. Pedoman ini sahih untuk orang dewasa, anak, berbagai ras, dan sudah divalidasi

dalam populasi, sehingga dapat membantu dokter Puskesmas membuat diagnosis. Pedoman

diagnosis dermatitis atopik yang diusulkan oleh kelompok tersebut yaitu :

Harus mempunyai kondisi kulit gatal ( itchy skin ) atau dari laporan orang tuanya bahwa

anaknya suka menggaruk atau menggosok.

Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut:

1. Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut, bagian depan

pergelangan kaki atau sekeliling leher ( termasuk pipi anak usia dibawah 10 tahun )

2. Riwayat asma bronkial atau hey fever pada penderita ( atau riwayat penyakit atopi pada

keluarga tingkat pertama dari anak dibawah umur 4 tahun )

3. Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhir.

4. Adanya dermatitis yang tampak dilipatan ( atau dermatitis pada pipi/dahi dan anggota

badan bagian luar anak dibawah usia 4 tahun )

5. Awitan dibawah usia 2 tahun ( tidak digunakan bila anak dibawah usia 4 tahun ).

Gambar 1. Dermatitis atopik. 7

II.2 ANATOMI KULIT

Page 7: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

Kulit terdiri dari tiga lapisan utama: epidermis,dermis dan subkutis. Epidermis ini

dibagi menjadi lima lapisan. Bagian superfisial yang berhubungan langsung dengan udara

luar adalah stratum korneum (SC). Lapisan stratum granulosum dan stratum spinulosa

adalah sel antara dari lapisan basal sebagai tempat terjadinya pembelahan sel. Epidermis

terletak di struktur semipermeabel , zona membran basal pada permukaan dermal. Epidermis

menyediakan fungsi barier untuk kulit. Setiap lapisan sel secara khusus terstruktur,

keratinosit (KCS) yang memungkinkannya untuk memenuhi fungsi barier yang unik

tersebut. Lapisan basal terus mengalami pembelahan sel. Lapisan spinosus bertanggung

jawab untuk protein dan sintesis lipid yang diperlukan untuk pembangunan fungsi barier

kulit. Lipid dan enzim penghidrolisa kemudian disimpan dan diatur dalam organel yang

disebut lamellar bodies dan dikeluarkan oleh eksositosis pada lapisan granular . Filaggrin,

protein dari profilaggrin, akan disimpan dalam butiran keratohyaline dan disekresi pada

lapisan granular. Keratinosit lapisan spinosus mengandung peningkatan jumlah filamen

yang menyusun sitoskeleton. Filamen intermediate d ini yang memberikan dukungan

struktural untuk sel dan mebentuk sambungan sel khusus (desmosom) yang kemudian

menghubungkan satu sel ke sel yang lainnya. Lipid (asam lemak bebas (FFA), ceramides

dan kolesterol dan protein (filaggrin, involucrin, loricin, enzim transglutaminase)

dikeluarkan pada lapisan granular bagian atas dari organel dan bertindak bersama- sama

untuk membentuk pembungkus korneal, melalui proses apoptosis selektif (kematian sel

terprogram), agregasi filamen keratin, crosslinking protein dengan molekul lipid. Sebagai

hasil dari apoptosis, satu-satunya komponen untuk bertahan di Keratinosit adalah filamen

keratin yang mendapatkan agregat, sehingga mendatarkan Keratinosit anuclear. Desmosom

yang dimodifikasi untuk kemudian berfungsi sebagai mengikat corneodesmosomes bersama

corneocytes di SC.

Yang dimaksud dengan Filaggrin

Gen ini mengkode untuk produksi protein filaggrin di lapisan granular. Filaggrin

adalah keratin filamen agregasi protein yang menghasilkan corneocytes tak berinti datar.

Degradasi filaggrin menghasilkan asam polikarboksilat higroskopis dan asam urocanic

yang bertindak sebagai faktor pelembab alami (NMF), osmotik mengambil air ke corneocytes

dan menahan disana. Asam Urocanic bertindak sebagai kromofor alami, menyerap sinar UV

dan memberikan perlindungan terhadap sinar matahari. Defisiensi filaggrin di dermatitis

atopik menyebabkan hilangnya semua fungsi di atas dengan gangguan integritas struktural

Stratum Cornium dan penghalang kulit rusak.1

Page 8: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

GANGGUAN FUNGSI PERMEABILITAS PADA DERMATITIS ATOPIK

Abnormalitas turunan yang menyebabkan abnormal barier pada dermatitis atopik

Gen-gen abnormal yang menyebabkan dermatitis atopik termasuk mereka yang

mengkode protein seperti ; filaggrin, serin protease (SP) dan protease inhibitor:

Mutasi filaggrin adalah faktor predisposisi dari terjadinya dermatitis atopik.

Kurangnya Filaggrin kulit menyebabkan terganggunya barier kulit, sehingga terjadilah

hilangnya air trans-epidermal dan memungkinkan terjadinya paparan kronis yang memicu

peradangan di AD.1 Mutasi Filagrin secara signifikan berhubungan dengan terjadinya

dermatitis atopik yang beronset dini. Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa telah

terjadi mutasi dari filagrin pada anak-anak dengan dermatitis atopik yang berumur 2 tahun

atau dengan umur yang lebih muda. Total sebanyak 21,3% pasien dermatitis atopik yang

onsetnya pada umur 2 tahun atau yang berumur lebih muda lagi telah menunjukkan

adanya mutasi filaggrin allel. Dimana filaggrin yang mengalami mutasi adalah p.

Arg501X dan c. 2282del4. 8

Serin Protease

Peningkatan SP akan menyebabkan kerusakan dan degradasi seluruh corneodesmosomes

SC. Ini juga merusak pengolahan enzim lipid mengakibatkan penurunan produksi

ceramide. SP mengaktifkan protease aktivator tipe 2 reseptor (PAR-2) dengan pemutusan

langsung PAR-2 dan menginduksi kaskade sinyal nya. Hal ini menyebabkan

downregulation sekresi lamellar body, menurunkan total lipid SC. Hal ini juga

menyebabkan peningkatan generasi IL-1α dan IL-1β dari corneocytes yang menyebabkan

peradangan.1

Protease Inhibitor

Zat ini menghambat protease. Cystatin A adalah sistein protease inhibitor disekresikan oleh

kelenjar keringat yang membantu melindungi kulit dari kerusakan oleh sumber eksogen

protease seperti dari rumah tungau debu (HDM) tinja. Mutasi pada gen , yang mengkode

untuk cystatin A, telah ditemukan di kulit AD. 1

Komposisi lipid dalam AD

Lipid disekresi dan diproses dalam tubuh pipih yang berada di lapisan spinosum dan

lapisan granular . Untuk fungsi barier normal komposisi lipid harus mengandung 50%

ceramides, asam lemak 10-20% dan 25% kolesterol. Kulit pada pasien dermatitis atopik

Page 9: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

telah terbukti mengalami peningkatan aktivitas sphingomyelindeacylase, sehingga

ceramides menurun dan fungsi barrier menjadi abnormal.

Mantel asam

Lingkungan asam dibentuk oleh FFA, produk degradasi filaggrin, dan sekresi kelenjar

keringat yang mengandung asam laktat. Mantal asam ini sangatlah penting ontuk

mengoptimalkan enzim lemak dan meningkatkan proses keratinisasi kulit. Keadaan asam

akan mencegah aktivasi enzim serin protease untuk mendegradasi korneodermosum dan

merangsang pemecahan sitokin pada saat terjadinya inflamasi. Mantal asam ini juga akan

mencegah invasi bakteri patogen dan perlekatan bakteri patogen pada startum korneum.

Pada pasien dermatitis atopik ditemukan peningkatan PH pada lesi kulit dan pada kulit

yang tidak mengalami inflamasi. 1

Gangguan fungsi antimikroba (cacat imunitas bawaan) di dermatitis atopik

Page 10: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

Gambar 2. Fungsi filaggr lapisan sel granular dan stratum korneum. Hilangnya ekspresi filaggrin ( pada sisi kanan gambar ), dapat menyebabkan rusaknya barier kulit dan penetrasi alergen. 8

Kelainan protein penting pada stratum korneum yang diwariskan telah dikaitkan

dengan kejadian dermatitis atopik. Beberapa mutasi Filaggrin yang menyebabkan kerugian

dari fungsi kulit berhubungan dengan dermatitis atopik sebanyak 50%. Defisiensi filaggrin

pada dermatitis atopik menyebabkan hilangnya semua fungsi dengan gangguan integritas

struktural Stratum kornium dan barier kulit menjadi rusak.1

Page 11: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

Adanya defek pada barier epidermis pada pasien dermatities juga hasil dari

berkurangnya tingkat lipid (ceramides, kolesterol, dan asam lemak), yang menyebabkan

peningkatan kehilangan air transepidermal (TEWL) dan penurunan kadar air dari lapisan

kornium . 7 Corneocytes anuclear mengandung sekitar 20-35% air. Mereka berfungsi

dengan membatasi kehilangan air dari tubuh, dan meningkatkan retensi air. Lipid matriks

bertindak sebagai barier semipermeabel terhadap molekul hidrofilik, bahan kimia dan

mikroba dan juga berfungsi sebagai reservoir untuk obat topikal.1

Pasien dengan dermatitis atopik mengalami penurunan fungsi barier kulit sehingga

kulit menjadi kering ( serosis ) yang berkonstribusi terhadap morbiditas penyakit dengan

bertambahnya celah mikro dan retakan pada kulit, yang berfungsi sebagai portal masuk

untuk patogen kulit, iritasi, dan alergi. 3 Kulit individu dengan dermatitis juga telah

terbukti kekurangan ceramides (molekul lipid) serta peptida antimikroba seperti

cathelicidins, yang mewakili lini pertama pertahanan terhadap berbagai agen infeksius.

Kelainan barier kulit ini menyebabkan kehilangan air transepidermal (aliran air dari dalam

tubuh melalui lapisan epidermis kulit ke atmosfer sekitarnya) dan peningkatan penetrasi

alergen dan mikroba ke dalam kulit. Agen infeksi yang paling sering terlibat dalam

dermatitis atopik adalah Staphylococcus aureus (S. aureus), yang berkolonisasi pada sekitar

90% pasien dermatitis atopik. Cacat respon imun bawaan juga muncul untuk

berkontribusi terhadap peningkatan infeksi bakteri dan virus pada pasien dengan

dermatitis atopik. Ini interaksi dari faktor yang menyebabkan respon T-sel dalam kulit

(awalnya didominasi respon T helper-2 [Th2] dan kemudian didominasi respon Th1) dengan

dikeluarkanya kemokin dan sitokin proinflamasi (misalnya, interleukin [IL] -4, 5 dan tumor

necrosis factor) yang mempromosikan produksi imunoglobulin E (IgE) dan respon

inflamasi sistemik, yang menyebabkan gatal dan radang kulit. 9

II.3 TERAPI BARIER KULIT PADA DERMATITIS ATOPIK

Steroid anti-inflamasi dan imunomodulator tetap terapi utama pada dermatitis atopik

. Namun, bukti yang didapatkan menciptakan alasan kuat yang ditujukan untuk mengurangi

pH stratum korneum, mengurangi aktivitas SP, dan / atau koreksi penggantian lipid dapat

mencegah dan / atau memperbaiki terjadinya penyakit radang pada dermatitis atopik, dan

bisa mematahkan lingkaran setan penurunan fungsi barier yang menginduksi suatu inflamasi.

Meskipun terapi anti-inflamasi efektif mengurangi keparahan penyakit dengan menekan

Page 12: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

fungsi kekebalan tubuh pada dermatitis atopik, akan tetapi mereka tidak dapat mengatasi

kelainan barier utama yang mendasari terjadinya patogenesis penyakit .

Sehingga yang mendasari pemikiran tentang terapi barier adalah bahwa dengan

memperbaiki epidermal barier abnormal yang dijumpai pada dermatitis atopik dapat

mencegah terajdinya defek penetrasi epidermal yang dipicu oleh lingkungan. 6

Berkurangnya jumlah filaggrine , baik akibat dari mutasi gen primer atau pengurangan

sekunder dalam ekspresi protein, juga dapat mempengaruhi respon imun bawaan melalui

rangsangan toll-like receptor dan dengan demikian berkontribusi terhadap terjadinya

peradangan pada kulit. Mutasi filaggrine juga telah terbukti mempengaruhi komposisi lipid

yang merupakan barier kulit, dengan perubahan persentase kolesterol, ceramide /

kolesterol rasio, asam lemak bebas dan trigliserida. 8 Rasio equimolar 1: 1: 1 dari ceramide,

kolesterol, dan FFA dapat menginduksi pemulihan barier pada keadaan akut injuri.

Sebaliknya, studi di kedua model hewan dan pada pasien menunjukkan bahwa

terapi penggantian lipid korektif mengurangi komponen inflamasi penyakit dengan

mempromosikan fungsi epidermis yang normal. Karena berbagai fungsi pelindung lainnya

dari lapisan kulit terluar stratum korneum, maka untuk terapi perbaikan barier dilakukan

dengan cara menajaga kelembaban dan mencegah kulit kering. Fungsi 'pro-inflamasi' dari

stratum korneum dimulai dengan pembentukan IL-1α dan IL-1β dalam jumlah yang banyak,

dan yang disimpan dalam jumlah besar di corneocytes. Molekul-molekul ini kemudian

dilepaskan ke bawah epidermis dan dermis saat fungsi barier sedang terganggu, membantu

menormalkan fungsi kulit normal. Karena fungsi barier selalu abnormal pada dermatitis

atopik, mekanisme perbaikan pun hampir selalu tidak berhasil pada dermatitis atopik . Selain

kaskade sitokin yang sedang berlangsung, berulang akses haptens melintasi penghalang rusak

pada akhirnya merangsang karakteristik respon TH2-sitokin.

Meskipun pelembab emolien dapat mengurangi penggunaan steroid melalui

moisturization, mereka terdiri dari lipid non-fisiologis, seperti petrolatum dan lanolin, yang

sebenarnya menghambat, bukannya memperbaiki respon biokimia dasar untuk sebuah cacat

dalam barier pada dermatitis atopik . Namun, efektif, formulasi penyakit tertentu yang

mendasari mengoreksi kelainan barier hanya menjadi tersedia baru-baru ini.

Defek permeabilitas barier pada dermatitis atopik ditandai dengan penurunan global

dalam isi dari ketiga lipid kunci (yaitu, kolesterol, FFA, dan Cer), dengan penurunan lebih

lanjut dalam konten ceramide. Dengan demikian, koreksi kelainan barier di dermatitis

Page 13: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

atopik membutuhkan aplikasi topikal tidak hanya jumlah yang cukup dari ketiga lipid

kunci yang memediasi fungsi barier , tetapi juga penyediaan lipid dalam proporsi

ceramide-dominan yang mendasari perbaikan kelainan biokimia lipid pada dermatitis

atopik. Dengan kondisi tersebut, pemulihan fungsi barier kulit akan menjadi normal maka

dapat menurunkan regulasi peradangan yang terjadi pada lapisan kulit yang lebih

dalam. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa koreksi kelainan target lipid

biokimia di dermatitis atopik, dengan bentuk terapi ceramide dominant perbaiki barier .

Defisiensi filaggrine dikaitkan dengan atopi mukosa, meskipun filaggrine tidak dinyatakan

dalam non-keratinisasi epitel mukosa bronkial atau lainnya. Dengan demikian, ada

kemungkinan bahwa terapi penggantian lipid dapat memblokir perkembangan 'march atopik. 10,11

Sifat produk berbasis lipid fisiologis berbeda dari agen nonphysiologic. Lipid diambil

oleh keratinosit, dikemas ke dalam lamellar bodies, dan kemudian dikeluarkan kembali

untuk membentuk lamellar bilayers. 10 Terapi perbaikan Barrier menggunakan aplikasi

kombinasi topikal spesifik dari tiga lipid epidermal yang merupakan barier permeabilitas

epidermis untuk mempromosikan fungsi kulit normal dan mengurangi peradangan kulit

pada dermatitis atopik. 11

Dengan mengoreksi kelainan barier dapat juga menjadi anti-inflamasi,melalui :

Masuknya alergen dan immunogens berkurang , sehingga terjadinya downregulating

jalur Th2.

Restorasi lipid rasio menurunkan pH, sehingga overactivation SP berhenti, yang pada

akhirnya akan mencegah suatu reaksi inflamasi melalui reseptor PAR-2.

downregulates sinyal mekanisme yang menyebabkan peradangan. 1

Page 14: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

BAB III

KESIMPULAN

Dermatitis atopik adalah akibat kelainan barier kulit yang dihasilkan dari interaksi

antara lingkungan dan gen.

Mutasi gen filaggrine merupakan predisposisi terjadinya dermatitis atopik. Dimana

filaggrin yang mengalami mutasi adalah p. Arg501X dan c. 2282del4

Gen-gen abnormal lain yang menyebabkan dermatitis atopik termasuk mereka yang

mengkode protein seperti ; serin protease (SP) dan protease inhibitor.

Degradasi filaggrin menghasilkan asam polikarboksilat higroskopis dan asam

urocanic yang bertindak sebagai faktor pelembab alami (NMF), Asam Urocanic

bertindak sebagai kromofor alami, menyerap sinar UV dan memberikan perlindungan

terhadap sinar matahari.

Defisiensi filaggrin di dermatitis atopik menyebabkan hilangnya semua fungsi kulit

dengan gangguan integritas struktural stratum kornium dan barier kulit menjadi

rusak.

Mutasi filagrine juga telah terbukti mempengaruhi komposisi lipid yang merupakan

barier kulit, dengan perubahan persentase kolesterol, ceramide / kolesterol rasio,

asam lemak bebas dan trigliserida

Kulit kering dan gatal mungkin menjadi tanda pertama dari gangguan barier pada

individu dengan riwayat keluarga dengan dermatitis atopik kuat.

Terapi perbaikan barrier menggunakan aplikasi kombinasi topikal spesifik dari tiga

lipid epidermal yang merupakan barier permeabilitas epidermis untuk

mempromosikan fungsi kulit normal dan mengurangi peradangan kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Referat Terapi Barier Pada Dermatitis Atopik

1. Thawer-Esmail, Fatema. Current Allergy & Clinical Immunology. Skin barrier function

and atopic eczema; Vol 24, No.4; November 2011.

2. Sularsito, A. Sri dan Djuanda S. Dermatitis; Dermatitis Atopik; FKUI. Hal 138- 147.

2010.

3. Wolff, Klaus. Chapter 14; Atopic Dermatities. Fizpatrick’s Dermatology in General

Medicine ( two vol. Set ) sevend ed. New York: McGraw-Hill;2008. Hal 683-686

4. Hogan, Mary Beth.. Review Article; Skin Barrier Function and Its Importance at the

Start of the AtopicMarch. 2012Available on :

downloads.hindawi.com/journals/ja/2012/901940.pdf

5. Tabri, Farida.. Aspek Imunogenetik Dermatitis Atopik Pada Anak : Konstribusi Gen

CTLA-4, Kecacingan dan IL-10. 2008 Available on :

pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/53e07abea73258ecc701db68ad104cc2.pdf

6. Chase , Elizabeth P, dan Armstrong, April W. Advances in Management of

Atopic Dermatitis: New Therapies and Novel Uses of Existing Treatments. 2012 Elsevier

Inc. All rights reserved.

7. Adelaide Hebert. Pediatric Atopic Dermatitis. 2010. Available on :

bmctoday.net/practicaldermatologypeds/.../PDpeds0810_atopicDermFea.pdf

8. JA McGrath. Review Article; Skin barrier genetics: filaggrin and the dermatologist.

2011. Available on: www.allergysa.org/ journals /Nov2011/skin%20 Barrier . pdf

9. Wade Watson, Sandeep Kapur. Review Atopic dermatitis. 2011. Available on :

http://www.aacijournal.com/content/7/S1/S4

10. Zvulunov A, D Ben-Amitai, Y Valdman Grinshpoun. Review Article Barrier-Restoring

Therapies in Atopic Dermatitis: Current Approaches and Future Perspectives. Hindawi

Publishing Corporation Dermatology Research and Practice. 2012. Available on :

www.hindawi.com/journals/drp/2012/923134/

11. Elias, M, Peter. REVIEW ARTICLE Therapeutic Implications of a Barrier-based

Pathogenesis of Atopic Dermatitis. 2010. Available on :

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2917676/

12. REVIEW Open Access