referat torus palatinus

14

Click here to load reader

Upload: meme-oencoe

Post on 02-Dec-2015

167 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Torus Palatinus

Referat

TORUS PALATINUS

Oleh :

USWATUL HASANAH

NIM. 0808113156

PEMBIMBING :

DR. ARIMAN SYUKRI, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

2012

Page 2: Referat Torus Palatinus

TORUS PALATINUS

I. Definisi

Torus secara bahasa berarti proyeksi yang membengkak atau menonjol.

Torus palatinus adalah pertumbuhan lambat jinak pada tulang di pertengahan

palatum yang semakin membesar ketika lewat masa pubertas.1,2

II. Anatomi palatum

Palatum membentuk atap mulut, dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu

palatum durum pada bagian depan dan palatum molle pada bagian belakang.3

a. Palatum durum

Palatum durum dibentuk oleh processus palatinus ossis maxillae dan

lamina horizontalis ossis palatini. Dibatasi oleh arcus alveolaris dan dibelakang

berlanjut sebagai palatum molle. Palatum durum membentuk dasar cavum nasi.

Permukaan bawah palatum durum diliputi oleh mucoperiosteum dan mempunyai

rigi mediana.3,4

b. Palatum molle

Palatum molle merupakan lipatan yang mudah digerakkan, yang melekat

pada pinggir posterior palatum durum. Pada garis tengah pinggir posteriornya

terdapat penonjolan berbentuk kerucut disebut uvula. Pinggir-pinggir palatum

molle dilanjutkan sebagai dinding lateral pharynx. Palatum molle terdiri atas

mukosa, aponeurosis palatina dan otot-otot. Membran mukosa meliputi

permukaan atas dan bawah palatum molle. Aponeurosis palatina adalah lapisan

fibrosa yang melekat pada pinggir posterior palatum durum dan merupakan

lanjutan dari tendo M. tensor veli palatini.3

2

Page 3: Referat Torus Palatinus

Gambar 1. Anatomi palatum dalam oral cavity.5

Tabel 1.1 Otot-otot Palatum molle.3

N

o

Nama otot Origo Insersio Persarafan Fungsi

1 M. tensor

veli palatini

Spina

sphenoidalis,

tuba auditiva

Bersama dengan

otot sisi lainnya

membentuk

aponeurosis

palatina

Saraf ke M.

Pterygoideus

medialis dari

n.

Mandibularis

Menegangkan

palatum molle

2 M. levator

veli palatini

Pars petrosa

ossis

temporalis,

tuba auditiva

Aponeurosis

palatina

Plexus

pharyngeus

Mengangkat

palatum molle

3 M.

palatogloss

us

Aponeurosis

palatina

Sisi lidah Plexus

pharyngeus

Menarik

pangkal lidah ke

atas dan

belakang,

menyempitkan

istmus faucium

4 M.

palatophary

ngeus

Aponeurosis

palatina

Pinggir posterior

cartilago

thyroidea

Plexus

pharyngeus

Elevasi dinding

pharynx,

menarik plica

3

Page 4: Referat Torus Palatinus

palatopharyngea

ke medial

5 M. uvulae Pinggir

posterios

palatum

durum

Membrana

mucosa uvula

Plexus

pharyngeus

Elevasi uvula

Serabut-serabut M. Tensor veli palatini berkonversi sewaktu berjalan turun

dari origonya untuk membentuk tendo yang langsing, yang kemudian membelok

ke medial di sekitar hamulus pterygoideus. Tendo ini bersama dengan tendo

yang sama dari sisi lainnya meluas membentuk aponeurosis palatina. Bila kedua

otot berkontraksi, palatum molle menjadi tegang, sehingga dapat bergerak ke atas

atau ke bawah sebagai sebuah lembaran.3,4

Gambar 2. Otot-otot pada Palatum molle. 6

Persarafan palatum

Palatum dipersarafi oleh N. palatinus major dan minor dari divisi

maxillaris n. Trigeminus sampai ke palatum melalui foramina palatina majora dan

minora. N. Nasopalatinus yang juga cabang dari N. Maxillaris, sampai ke bagian

depan palatum durum melalui foramen incisivus N. Glossopharyngeus juga

mempersarafi palatum molle.3

4

Keterangan gambar : a) Sphenoid bone, body.b) Temporal bone, petrous partion.c) Mandible, condyle.d) Mandible, ramus.e) Hard palate.f) Pterygoid process.g) Pterygoid hamulus.h) Nasal choanae.i) Auditory tube.

1. M. external pterygoid.2. M. levator veli palatini.3. M. tensor veli palatini.4. M. uvulae.5. M palatopharyngeus.

A. N. Palatinus major dan minor melalui foramina palatina majora dan minora

B. N. Nasopalatinus melalui foramen incisivus

Page 5: Referat Torus Palatinus

Gambar 3. Persarafan palatum.7

Perdarahan palatum

Palatum mendapat perdarahan dari : 3

a. A. Palatina major cabang dari a. Maxillaris

b. A. Palatina ascendens cabang dari a. Facialis

c. A. Pharyngea ascendens

Aliran vena palatum durum adalah plexus pterygoideus kemudian

bermuara pada vena jugularis interna. Sedangkan pada palatum molle terdapat

dua aliran balik vena yaitu plexus pharyngeus yang kemudian bermuara pada vena

jugular dan vena palatina eksterna yang kemudian mengalir ke fossa tonsilaris

kemudian berlanjut pada vena fasial atau vena pharyngeal.2

Aliran limfe palatum

Aliran limfe palatum adalah nodi lymphoidei cervicales profundi.3

III. Etiologi

Torus palatinus disebutkan sebagai variasi anatomis yang terdapat pada

sebagian orang. Kejadian torus palatinus lebih dari 20% pada usia dewasa. Torus

palatinus berbentuk penonjolan tulang yang dilapisi mukosa tipis dengan

vaskularisasi yang sedikit. Biasanya torus palatinus mempunyai warna yang sama

dengan mukosa mulut. Torus palatinus bukan merupakan suatu penyakit ataupun

5

A

B

Page 6: Referat Torus Palatinus

gejala dari suatu penyakit, namun jika torus palatinus tetap membesar akan

mengganggu proses mastikasi dan proses penggunaan kawat gigi.8-11 Penyebab

dari adanya torus palatinus sampai saat ini belum begitu jelas. Namun, terdapat

beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa torus palatinus berhubungan

dengan :

a. Jenis kelamin

Penelitian menyebutkan bahwa prevalensi torus palatinus banyak pada

jenis kelamin wanita. Namun, belum ada penjelasan yang rinci bagaimana

prevalensi pada wanita cenderung lebih tinggi. 12

b. Usia

Kejadian torus palatinus meningkat pada usia dekade ke 3, yaitu pada usia

berkisar antara 30 – 50 tahun. Sebagian dari penderita tidak menyadari bahwa

terdapat torus palatinus pada palatumnya, sebagian besar baru menyadari ketika

berusia diatas 50 tahun atau tidak sengaja diketahui ketika melakukan

pemeriksaan gigi. Pasien yang mengetahui adanya torus palatinus sejak dini

sebagian besar menyebutkan bahwa tidak perubahan ukuran yang berarti dari

torus palatinus.10,11

c. Densitas tulang

Densitas tulang masing-masing individu tergantung dari genetik, nutrisi

dan stress pada tulang. Torus palatinus cenderung terjadi pada orang dengan

densitas mineral tulang yang tinggi yaitu pada masa puncak masa tulang yaitu

pada usia lebih dari 30 tahun. Densitas tulang tinggi pada orang dengan obesitas,

usia muda dan orang dengan ras africa-america.11

d. Terapi hormonal

Salah satu penelitian menyebutkan bahwa defisit atau absen dari estrogen

meningkatkan kejadian torus palatinus. Hal ini dibuktikan dengan didapatkan 77%

wanita menopause dan diberi terapi sulih hormon tidak didapatkan pertumbuhan

torus palatinus pada palatumnya.11

e. Genetik dan lingkungan

Variasi massa tulang diturunkan secara genetik. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa torus palatinus diturunkan secara autosomal dominan.

Namun, peran gen dalam mengontrol masa tulang belum diketahui secara pasti

6

Page 7: Referat Torus Palatinus

bagaimana cara kerjanya. Massa tulang pada seseorang juga akan menentukan

tingkat kepadatan mineral pada tulang dan hal ini juga berhubungan dengan

prevalensi kejadian torus palatinus. Lingkungan yang berpengaruh pada torus

palatinus adalah seperti tekanan kunyah, hal ini disebutkan juga merupakan

penyebab terjadinya torus palatinus disamping ditambah dengan adanya faktor

genetik dari orang tersebut.10,11

IV. Variasi bentuk torus palatinus

Pertumbuhan torus palatinus mememiliki berbagai bentuk, diantaranya

adalah sebagai berikut : 12

1. Torus palatinus bentuk spindle

2. Torus palatinus bentuk nodular

3. Torus palatinus bentuk lobular

4. Torus palatinus bentuk flat (datar)

Gambar 4. Variasi bentuk torus palatinus.13

V. Histopatologi torus palatinus

Potongan melintang pada torus palatinus terlihat tulang yang padat dengan

gambaran lamellar atau berlapis-lapis. Selalu dengan ciri tebal, matur dan

tulang lamellar dengan osteocytes yang menyebar dan ruang sumsum tulang yang

kecil diisi lemak tulang atau stroma fibrovascular longgar. Beberapa lesi dengan

tepi tulang kortikal yang tipis melapisi tulang cancellous yang inaktif dengan

lemak dan jaringan hematopoietic. Minimal aktivitas osteoblastic selalu terlihat,

tetapi sering lesi menunjukan aktivitas periosteal yang banyak. Area yang luas

pada tulang mungkin menunjukkan pembesaran lakuna yang lepas atau pyknotic

osteocytes mengindikasikan terjadinya gangguan iskemi pada tulang. Perubahan

iskemi seperti fibrosis sumsum dan dilatasi vena mungkin ditemukan pada sum-

7

Page 8: Referat Torus Palatinus

sum tulang, dengan contoh yang jarang menunjukkan aktual infraksi dari lemak

sumsum.9,14

VI. Gejala klinik dan diagnosis

Biasanya kejadian torus palatinus didapatkan secara tidak sengaja ketika

ada pemeriksaan mulut. Hal ini biasa terjadi ketika pasien ingin menggunakan

kawat gigi atau pemasangan gigi palsu. Sebagian pasien tidak menyadari

pertumbuhan dari torus palatinus, hanya sedikit yang mendapatkan keluhan

karena torus palatinus. Keluhan baru muncul ketika pertumbuhan torus palatinus

sudah terlalu besar, sehingga mengganggu ketika berbicara, mengunyah dan

menelan makanan. Torus palatinus yang terlalu besar dapat menjadi ulkus karena

trauma yang berulang ketika mengunyah dan makan.12-15

VII. Penatalaksanaan

Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, dokter harus

menenangkan pasien bahwa keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila

mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung trauma, pasien mungkin

membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika terdapat ulcus. Bila tidak ada

keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang

menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan

sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah menggunakan conservative

surgical excision.14

Penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan pembutan gigi tiruan

sangat penting diperhatikan. Pengangkatan torus dapat dilakukan dengan metode

double Y-shaped mucosal incision. Pelaksanaan insisi harus diupayakan agar

tidak terjadi perforasi pada basis dari nasal. Surgical stent bisa dibuat ketika

sebelum pelaksanaan operasi, jadi daerah yang telah diperasi bisa dijaga dari

iritasi oleh karena lidah maupun makanan setelah operasi berhasil dilakukan.9

Torus palatinus merupakan tonjolan yang ditutupi oleh selapis tipis

jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif terhadap tekanan atau palpasi

(perabaan) dan pada saat perabaan akan terasa sangat keras. Konsistensi tori pada

palatum sangat keras dan tidak sama dengan jaringan fibrous yang menutupi

puncak tulang alveolar. Oleh sebab itu, penatalaksanaan tori agar tidak

mengganggu stabilisasi dan retensi gigi tiruan maka harus dibebaskan dari gigitan

8

Page 9: Referat Torus Palatinus

tekanan gigi tiruan atau dibuang secara bedah. Torus palatinus yang tidak

ditanggulangi akan menyebabkan garis fulkrum yang seharusnya di puncak lingir,

akan berpindah di puncak torus. Hal ini menyebabkan gigi tiruan tidak stabil dan

mudah retak (patah).14

Metode non bedah dilakukan dengan cara peredaan atau pembebasan tori

dari tekanan dengan cara menempatkan selapis kertas timah (alumunium foil) di

atas daerah torus pada model pada saat gigi tiruan diproses (relief of chamber).

Cara yang lain  adalah dengan mendesain plat akriliknya dengan melakukan

pembebasan torus palatinus. Luasnya ruang pembebasan sesuai dengan luas

penonjolan torus di palatum keras.9

Gambar 5. Eksisi torus palatinus.16

DAFTAR PUSTAKA

1. Perpustakaan nasional: Katalog dalam terbitan. Kamus saku kedokteran Dorland. Ed.25. Jakarta: EGC; 1996: 1104

2. Library of congress cataloging-in-publication data. Essential otolaryngolgy : head and neck surgery. 8th ed. United States of America: Mc.Graw-Hill; 2003: 451

3. Snell, Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa, Liliana Sugiharto; editor bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto. Ed. 6. Jakarta: EGC; 2006: 801

9

Page 10: Referat Torus Palatinus

4. Carola, Robert. Human anatomy and physiology. United States of America : Mc.Graw-Hill; 1990: 171

5. Putz,R., Pabst, R. Sobotta; Atlas anatomi manusia bagian I; alih bahasa, Indrati Hadinata. Ed. 20(revisi). Jakarta: EGC; 1997: 103

6. Bergman, RA. Atlas of human anatomy; Muscles of the soft palate seen from the inside ang from behind. 2012. Available from : www.anatomyatlases.org

7. Earle,V. Nerves of palate. 2010. Available from : http://ubcmediagroup.wordpress.com/page/2/

8. Garcia, AS., Goinzalez, JM., Font, rg., Rivadeneira, AS., Roldan, LO. Current status of the torus palatinus and torus mandibularis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal; 2010 Mar i; 15 (2): e353-60

9. Bailey, BJ., Johnson, JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Philadelpia,USA ; Lippincott Williams & Wilkins; 2006: 1577-8

10. Al-sebaie, D., Alwrikat, M. Prevalence of torus palatinus and torus mandibularis in Jordanian population. Pakistan Oral & Dental Journal Vol.31,No. 1; June 2011:214-7

11. Belsky, JL., Hamer, JS., Hubert, JE., Insogna,K., Johns, W. Torus palatinus ; A new anatomical correlation with bone density in postmenopausal women. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(5); 2003: 2081-86

12. Apinhasmit, W., Jainkittivong, A., Swasdison, S. Torus palatinus and torus mandibularis in a Thai population. Science Asia 28; 2002: 105-11

13. Image for torus palatinus. Available from : http://www.springerimages.com/Images/MedicineAndPublicHealth/1-10.f1007_s00276-007-0184-6-0

14. Regezi, JA., Sciubba, JJ., Jordan, RC. Oral Phatology; Clinical pathologic correlation. 5th ed. USA; Saunders Elsevier; 2008: 299

15. Dunlap, CL., Barker, BF. A guide to common oral lesions. USA; Departement of Oral and Maxilofacial Pathology UMKC School of dentistry; 2009

16. Oro-maxillo-facial surgery. 2007. Available from : http://www.omfs.be/default.aspx?PageID=422&Culture=nl&Page484=-9&HighLight=mass

10