referat+avm+huda+lengkap+

55
REFERAT DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENCAPAI DERAJAT PPDS I RADIOLOGI EMBOLISASI PADA MALFORMASI ARTERIOVENOSA OTAK OLEH : dr. Huda El Adha NIM : 10/310822/PKU/12181 PEMBIMBING : dr. Sudarmanta, Sp.Rad (K) RI BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM / RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA 2013

Upload: dedypurnama

Post on 21-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

REFERAT+AVM+HUDA+LENGKAP+

TRANSCRIPT

  • REFERAT

    DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENCAPAI DERAJAT PPDS I RADIOLOGI

    EMBOLISASI PADA MALFORMASI ARTERIOVENOSA OTAK

    OLEH :

    dr. Huda El Adha

    NIM : 10/310822/PKU/12181

    PEMBIMBING :

    dr. Sudarmanta, Sp.Rad (K) RI

    BAGIAN RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UGM / RSUP DR. SARDJITO

    YOGYAKARTA

    2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Malformasi arteriovenosa (AVM) pada otak merupakan kelainan sistema saraf

    pusat yang jarang , meskipun begitu kelainan tersebut secara signifikan menyebabkan

    angka kesakitan dan kematian dalam jangka panjang. Sekarang ini banyak pilihan

    terapi untuk kelainan tersebut diantaranya microvascular neurosurgery, stereotactic

    radiation, dan endovascular embolization. Diantara ketiganya yang menjadi pilihan

    utama adalah embolisasi , yang dapat pula dikombinasikan dengan operasi maupun

    stereotactic radiation (radiosurgery). Embolisasi harus pula memperhatikan tentang

    keseimbangan antara faktor resiko dengan kelebihannya pada setiap pasien.

    Pelaksanaan embolisasi sebaiknya dilakukan oleh seorang intervensional

    neuroradiologi yang handal dan berpengalaman untuk keselamatan pasien maupun

    keefektifan terapi yang diberikan.1

    Sejarah embolisasi AVM di otak dimulai sejak tahun 1960 yang dilakukan

    oleh Luessenhop dan Spence, dimana sudah dilakukan serebral angiografi selektif

    yang dilanjutkan dengan menyuntikan silastic spheres melalui arteri karotis interna.

    Tehnik ini mempunyai resiko yang sangat tinggi karena dapat menimbulkan iskemik

    infark.2 Pada tahun 1974, Serbinenko merupakan orang pertama yang melakukan

    tindakan angiofrafi dan embolisasi serebral superselektif menggunakan balon yang

    dapat dilepaskan melalui kateter yang fleksibel. Penelitian yang dilakukan

    serbinenko tersebut mempercayai bahwa nidus pada AVM merupakan target dari

  • embolisasi.3 Sampai akhirnya tahun 1976 , Kerber mengembangkan tehnik

    embolisasi secara modern yang menggunakan mikrokateter untuk mengalirkan cairan

    embolisasi ke dalam nidus AVM.4

    Arteriovenous Malformation (AVM) adalah suatu lesi pada pembuluh darah

    dimana terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan terjadinya shunting

    patologis pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui kapiler. 5,6,7

    Nidus sering

    diketahui sebagai benda asing pada parenkim serebral dan terkadang membentuk lesi

    berukuran besar yang menempati lobus otak. Selama bertahun-tahun, AVM diduga

    disebabkan oleh kelainan kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa

    AVM juga merupakan kelainan yang didapat.8

    AVM tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan sedikit atau tanpa resiko

    pada kesehatan atau kehidupan seseorang, sedangkan lainnya menyebabkan efek

    berat dan mematikan apabila timbul perdarahan.5,9

    Sekitar 0,1 % dari populasi

    memiliki AVM serebral, biasanya terjadi pada wanita pada dekade 2-4 dimana 30

    55 % pasien dengan perdarahan intrakranial demikian halnya dengan anak anak

    yang memiliki AVM serebral. Tujuh puluh persen pasien dengan perdarahan

    intrakranial yang disebabkan oleh AVM terjadi pada usia 40 tahun.8

    Tingkat mortalitas akibat AVM serebral dapat dikontrol dengan diagnosis

    yang akurat. Modalitas imejing merupakan pemeriksaan yang akurat diantaranya

    dengan CT scan dan MRI. Namun pemeriksaan angiografi masih merupakan baku

    emas untuk mendiagnosa AVM.9

  • Terapi AVM bertujuan untuk menimbulkan obliterasi sempurna atau reseksi

    lesi vaskuler untuk mencegah rekurensi perdarahan di masa mendatang dan

    mempertahankan fungsi neurologis.10,11

    Tujuan penulisan referat ini adalah untuk

    mengetahui endovascular management of brain AVM, dalam hal ini embolisasi AVM

    di otak.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. ANATOMI PEMBULUH DARAH SEREBRAL

    Arteri karotis komunis kanan merupakan cabang pertama arteri

    brakiosefalika atau arteri inominata dan arteri karotis komunis kiri merupakan

    cabang kedua arkus aorta. Masing masing arteri karotis berjalan dalam

    karotis sheath , lateral kolumna vertebralis, dan bercabang di level vertebra

    servikal 3 5. Pada percabangan tersebut, arteri karotis interna berada di

    posterolateral dari arteri karotis eksterna.12,13,14

    Arteri karotis interna mensuplai sirkulasi anterior dan arteri vertebralis

    serta arteri basilaris mensuplai sirkulasi posterior. Arteri karotis eksterna

    mensuplai struktur ekstrakranial di kepala dan leher serta meninges (Gambar

    1).12,13,14

    1. SIRKULASI ANTERIOR

    a. Arteri karotis interna

    Terdapat 7 segmen yaitu C1 ( ICA servikal), C2 (petrosus ), C3

    ( laserum ), C4 ( kavernosus ), C5 ( klinoid ), C6 ( oftalmika ), C7 (

    communicating ) (Gambar 2). Segmen C1 (servical) berjalan ke

    superior di dalam ruang karotis dan memasuki kanal karotis di basis

    kranii ( pars pertrosal tulang temporal ). Segmen C2 (petrosus) berada

    di dalam kanal karotis tulang temporal, keluar dari kanal karotis

  • melalui apeks petrosus, cabangnya adalah arteri vidian beranastomosis

    dengan arteri karotis eksterna dan arteri kortikotimpani yang

    mensuplai telinga tengah. Segmen C3 (laserum) merupakan segmen

    kecil dari apeks petrosus di atas foramen laserum menuju ke sinus

    kavernosus. Segmen C4 (kavernosus) mempunyai cabang yaitu

    trunkus meningohipofiseal yang mensuplai hipofisis, tentorium dan

    duramater klivus , cabang yang lain adalah trunkus inferolateral yang

    mensuplai duramater sinus kavernosus. Segmen C5 (klinoid)

    memasuki ruangan subaraknoid dekat posesus klinoid anterior.

    Segmen C6 (oftalmika) berjalan dari cincin duramater distal di klinoid

    superior sampai di bawah arteria communicating posterior. Segmen C7

    (communicating) berjalan di bagian bawah arteria communicating

    posterior sampai arteria karotis interna terminal yang kemudian

    bercabang menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri

    media.12,13,14

    b. Arteri serebri anterior

    Arteri serebri anterior dibagi dalam 3 segmen anatomis yaitu

    A1 ( segmen horizontal / precommunicating ) , A2 ( segmen vertikal /

    postcommunicating ), dan A3 ( distal ) (Gambar 3). Segmen A1

    berjalan di bawah lobus frontal di atas N. optikus dan kiasma optikus

    untuk bergabung dengan segmen A1 kontralateral melalui arteri

    communicating anterior, memberikan cabang arteri lentikulostriata

  • medial, arteri rekuren Huebner merupakan cabang terbesar yang bisa

    berasal dari segmen A1 maupun A2. Segmen A2 berjalan ke atas

    memberikan cabang frontapolar dan pada level genu korpus kalosum

    bercabang menjadi arteri kalosomarginal dan arteri perikalosal yang

    merupakan segmen A3. Cabang kortikal arteri kalosomarginal

    mensuplai lobus frontal medial, dan cabang kortikal arteri perikalosal

    mensuplai lobus parietal medial. 12,13,14

    c. Arteri serebri media

    Arteri serebri media dibagi dalam 4 segmen anatomi yaitu M1

    ( segmen horisontal ), M2 ( segmen insular ), M3 ( operkular ), M4 (

    kortikal ) (Gambar 4). Arteri lentikulostriata medial dan lateral

    merupakan cabang perforating M1 yang mensuplai ganglia basalis dan

    regio kapsula. Segmen M1 berjalan di dalam fissure Sylvii dan

    memberikan cabang arteri temporalis anterior sebelum bercabang

    menjadi 2 3 trunkus utama ( segmen M2 ). Cabangnya berjalan di

    frontoparietal dan operkula temporal ( segmen M3 ). Segmen M4

    mensuplai permukaan lateral hemisfer serebri. 12,13,14

    2. SIRKULASI POSTERIOR

    a. Sistem vertebro-basilar

    Arteri vertebralis kanan kiri merupakan cabang pertama arteri

    subklavia, kemudian memasuki foramen transversarium vertebra

  • servikal 6 berjalan ke atas melengkung ke lateral dan medial di sekitar

    arkus anterior atlas di belakang massa lateralis, memasuki duramater

    dan ruang subaraknoid di level foramen magnum, bersatu dengan

    arteri vertebralis kontralateral di belakang klivus dan di depan pons

    menjadi arteri basilaris. Setelah memasuki ruang kranium, masing

    masing arteri vertebralis memberikan cabang arteri serebelar posterior

    inferior ( PICA ) (Gambar 5). Arteri vertebralis kanan kiri tidak sama

    ukurannya dimana biasanya arteri vertebralis kiri lebih besar daripada

    kanan.12,13,14

    Arteri basilaris berjalan ke superior di anterior permukaan

    pons memberikan cabang arteri serebelar anterior inferior dan arteri

    serebelar superior dan posterior di kedua sisi.

    b. Arteri serebri posterior

    Arteri serebri posterior yang terbagi menjadi 4 segmen

    anatomis yaitu P1 ( segmen precommunicating ) sebelum bergabung

    dengan arteri communicating posterior untuk menjadi P2 ( segmen

    ambien ) dan P3 ( segmen quadrigeminal ) serta P4 ( segmen terminal

    ) yang memberikan cabang oksipital dan temporal inferior. Arteri

    communicating posterior memberikan cabang arteri thalamoperforata

    dan segmen P1 memberikan cabang arteri thalamoperforata posterior

    dan arteri thalamogenikulata. Arteri koroidal posterior medial berasal

    dari segmen P2 melewati midbrain ke superior di atas thalamus untuk

  • mencapai ventrikel 3. Cabang kortikal berasal dari segmen P2 ( arteri

    temporalis anterior dan posterior ) dan membentuk segmen P4. 12,13,14

    B. ARTERI KAROTIS EKSTERNA

    Arteri karotis eksterna merupakan percabangan dari arteri karotis

    komunis pada regio midservikal. Bagian proksimal dari arteri ini berjalan

    anteromedial dari arteri karotis interna, namun selaras berjalan naik dan

    kemudian arteri ini menuju posteromedial untuk mensuplai bagian-bagian

    wajah. Arteri karotis eksterna mempunyai sembilan cabang utama, yaitu ; (1)

    Arteri tiroid superior, mensuplai darah untuk laring dan bagian-bagian

    tiroid; (2) Arteri pharyngeal asending, mensuplai darah untuk meningen,

    telinga tengah, nervus kranial bawah, dan nervus servikal bagian atas; (3)

    Arteri lingualis, mensuplai darah untuk lidah dan faring ; (4) Arteri fasialis,

    mensuplai darah untuk wajah, palatum, dan faring; (5) Arteri oksipitalis,

    mensuplai darah untuk bagian muskulokutaneus dari SCALP dan leher; (6)

    Arteri auricularis posterior, mensuplai darah untuk SCALP, kavum timpani,

    pinna, dan glandula parotis; (7) Arteri maksilaris, merupakan cabang terbesar

    yang mempunya tiga bagian mayor yang masing-masingnya mempunyai

    cabang-cabang sendiri, cabang paling pentingnya adalah arteri meningen

    media yang sering terjadi laserasi pada truma kepala dan mengakibatkan

    epidural hematom; (8) Arteri fasialis transversum, yang bersama arteri fasialis

    mensuplai darah untuk area buccal; (9) Arteri temporalis superfisialis,

  • merupakan cabang terkecil yang mensuplai darah 1/3 depan dari SCALP dan

    bagian wajah.15

    C. SIRKULASI KOLATERAL DI OTAK

    1. Kolateralisasi Eksterna ke Interna

    Ketika arteri karotis interna mengalami stenosis, darah dialihkan

    dari cabang-cabang arteri karotis eksterna ke dalam arteri karotis interna

    di distal stenosis, memungkinkan kelanjutan perfusi ke otak. Arteri fasialis

    dan arteri temporalis superfisialis, misalnya dapat membentuk hubungan

    anastomosis dengan arteri oftalmika melalui arteri angularis; aliran

    retrograde di arteri oftalmika kemudian membawa darah kembali ke sifon

    karotikum. Kolateral ke arteri oftalmika juga dapat disuplai oleh arteri

    bukalis. Hubungan anastomosis eksterna ke interna lebih lanjut terdapat

    diantara arteri faringea asendens dan ramus meningealis arteri karotis

    interna. Arteri-arteri tersebut, biasanya terlalu kecil untuk terlihat melalui

    angiografi, secara bersama-sama disebut trunkus inferolateralis.16

    2. Kolateralisasi Karotis Eksterna ke Vertebralis

    Cabang-cabang arteri karotis eksterna dan arteri vertebralis yang

    menyuplai otot-otot servikal dan leher secara anastomosis berhubungan

    pada berbagai titik (Gambar 7). Cabang arteri karotis eksterna yang paling

    penting pada hal ini adalah arteri oksipitalis. Kolateral dapat terbentuk

    pada kedua arah; oklusi arteri vertebralis di proksimal dapat dikompensasi

    oleh darah dari rami nukhales arteri oksipitalis, sedangkan oklusi arteri

  • karotis komunis atau arteri karotis interna di proksimal dapat di

    kompensasi oleh darah yang memasuki sirkulasi anterior dari cabang-

    cabang otot arteri vertebralis melalui arteri oksipitalis. Seperti contoh

    lainnya, jika oklusi arteria karotis komunis di proksimal telah

    menghentikan sirkulasi arteri serebral baik interna maupun eksterna, darah

    dari arteri vertebralis dapat mengalir di arteri karotis eksterna secara

    retrogrard turun ke bifurkasio karotidis, dan kemudian naik lagi melalui

    arteri karotis interna, mengembalikan perfusi di teritori arteri karotis

    interna.16

    3. Sirkulus Arteriosus Wilisi

    Arteri-arteri serebral berhubungan satu sama lain melalui susunan

    pembuluh darah berbentuk seperti lingkaran di dasar otak yang dikenal

    sebagai sirkulus wilisi (Gambar 8). Interkoneksi ini memungkinkan

    kelanjutan perfusi jaringan otak bahkan jika salah satu pembuluh darah

    besar mengalami stenosis atau oklusi. Sirkulus ini sendiri terdiri dari

    segmen pembuluh darah besar dan arteri yang disebut arteri komunikans

    yang menghubungkan satu pembuluh besar dengan lainnya. Berjalan dari

    satu sisi lingkaran dari anterior ke posterior, kita dapat menemukan arteri

    komunikans anterior, segmen proksimal (A1) arteri serebri anterior,

    segmen distal arteri karotis interna, arteri komunikans posterior, segmen

    proksimal (P1) arteri serebri posterior, dan basilar tip. Penurunan aliran

    darah di pembuluh darah besar akibat stenosis yang berkembang lambat di

  • bawah sirkulus Willisi biasanya dapat dikompensasi oleh peningkatan

    aliran kolateral di sekitar sirkulus, sehingga infark hemodinamik tidak

    terjadi. Namun, ada banyak variasi anatomis sirkulus Willisi dengan salah

    satu atau beberapa segmen arteri penyusunnya mengalami hypoplasia atau

    tidak ada. Kombinasi yang tidak menguntungkan antara stenosis

    pembuluh darah besar dan varian anatomis sirkulus Willisi yang tidak

    memungkinkan aliran kolateral yang adekuat dapat menimbulkan infark

    hemodinamik.16

    4. Anastomosis Kalosal

    Sirkulasi serebri anterior dan posterior secara anastomosis

    berhubungan dengan arteri kalosal. Karena itu, bila arteri serebri anterior

    teroklusi, darah dari arteri serebri posterior dapat terus menyuplai regio

    sentral.16

    5. Anastomosis Leptomeningeal

    Lebih lanjut, cabang-cabang arteri serebri anterior, arteri serebri

    posterior, dan arteri serebri media secara anastomosis berhubungan satu

    sama lain melalui arteri-arteri piamater dan arachnoid. Juga terdapat

    anastomosis leptomeningeal yang menghubungkan cabang ketiga arteri

    serebeli utama.16

    D. VENA OTAK

    1. Vena Otak Superfisial dan Profunda

  • Vena-vena otak , tidak seperti vena pada bagian tubuh lainnya,

    tidak berjalan bersama dengan arteri. Teritori arteri serebri media tidak

    sama dengan area drainase vena serebral. Darah vena dari parenkim otak

    melewati ruang subarachnoid dan ruang subdural di dalam vena kortikal

    yang pendek yang memiliki anatomi relatif sama : vena-vena tersebut

    meliputi vena anastomotika superior (Trolard), vena dorsalis superior

    serebri, vena media superfisialis serebri, dan vena anastomotika inferior

    (Labbe) pada permukaan lateral lobus temporalis (Gambar 9).16

    Darah vena dari regio otak yang dalam, termasuk ganglia basalis

    dan thalamus, mengalir ke sepasang vena interna serebri dan sepasang

    vena basalis Rosenthlm. Vena interna serebri terbentuk oleh

    penggabungan vena-vena septum pelusidum (vena septalis) dengan vena

    talamostriata. Keempat vena ini, dari kedua sisi, bergabung di belakang

    splenium untuk membentuk vena magna serebri Galen. Dari sini, darah

    vena mengalir ke sinus rektus mengalir ke dalam sinus rektus dan

    kemudian kedalam gabungan sinus (confluens sinuum, torcular Heropii),

    yang merupakan pertautan sinus rektus, sinus sagitalis superior, dan sinus

    trasversus kedua sisi.16

    2. Sinus Dura

    Vena-vena superfisialis dan profunda serebri mengalir ke dalam

    sinus venosus kranialis yang terbentuk oleh lipatan ganda membrane dura

    dalam. Sebagian besar drainase vena dari konveksitas serebral berjalan

  • dari depan ke belakang di sinus sagitalis superior, yang berjalan digaris

    tengah di sepanjang perlekatan falks serebri. Pada titik di belakang kepala

    tempat falks serebri bergabung dengan tentorium, sinus sagitalis superior

    bergabung dengan sinus rektus, yang berjalan di garis tengah di sepanjang

    perlekatan tentorium dan membawa darah dari region otak yang dalam.

    Darah vena dari sinus sagitalis superior dan sinus rektus kemudian

    didistribusikan ke kedua sinus tranversus di dalam torcular Herophili

    (winepress of Herophilus, dari Herophilus of Alexandria) : dari masing-

    masing sinus tranversus, darah mengalir ke dalam sinus sigmoideus, yang

    kemudian berlanjut di bawah foramen jugulare sebagai vena jugularis

    interna. Sinus umumnya asimetris, dan ada beberapa variasi anatomis pola

    drainase vena di regio torcular (Gambar 10).16

    Darah dari otak tidak hanya mengalir ke sistem jugularis interna

    tetapi juga melalui pleksus pterigoideus, ke dalam sistem vena

    viserokranium. Sinus kavernosus, yang terbentuk oleh lipatan ganda

    duramater di dasar tengkorak, juga mengalirkan sebagian darah vena dari

    regio basal otak. Sinus ini terutama menerima darah dari lobus temporalis

    dan dari orbita (melalui vena oftalmika inferior dan vena oftalmika

    superior). Vena tersebut mengalir ke beberapa kanal vena. Salah satu di

    antaranya adalah sinus sigmoideus, yang dihubungkan dengan sinus

    kavernosus oleh sinus petrosus superior dan inferior. Sebagian darah juga

    memasuki pleksus pterigoideus.16

  • Peningkatan tekanan vena yang patologis di sinus kavernosus,

    misalnya, yang disebabkan oleh ruptur aneurisma arteri karotis interna

    intrakavernosus, menyebabkan perubahan aliran vena tersebut,

    menimbulkan kemosis dan eksoftalmos.16

    E. MALFORMASI ARTERIOVENOSA (AVM)

    1. Definisi

    Malformasi arteriovenosa adalah suatu lesi pada pembuluh darah

    dimana terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan terjadinya

    shunting patologis pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui

    kapiler. 6,7

    Nidus sering diketahui sebagai benda asing pada parenkhim

    serebral dan terkadang membentuk lesi berukuran besar yang menempati

    lobus otak.8

    Malformasi arteriovenosa pada otak merupakan suatu

    konglomerasi dari arteri dan vena yang berdilatasi didalam parenkhim

    otak, dimana kehilangan organisasi vaskuler yang normal pada level

    subarteriolar dan kerusakan dari kapiler bed sebagai hasil dari shunting

    abnormal arteri ke vena tanpa melalui kapiler. Malformasi arteriovenosa

    dapat terjadi dimana saja di susunan saraf pusat.17

    2. Epidemiologi

    Sekitar 0,1 % dari populasi memiliki AVM serebral, biasanya

    terjadi pada wanita pada dekade 2-4 dimana 30 55 % pasien dengan

    perdarahan intrakranial demikian halnya dengan anak anak yang

  • memiliki AVM serebral. Tujuh puluh persen pasien dengan perdarahan

    intrakranial yang disebabkan oleh AVM terjadi pada usia 40 tahun.

    Kurang lebih 300.000 orang ( 1,3 % ) di Amerika Serikat mendapatkan

    AVM, namun hanya 12 % yang menunjukkan gejala.5,10

    Pada saat deteksi, sekitar 15 % pasien adalah asimptomatik, 20 %

    pasien dengan kejang , dan 65 % pasien dengan perdarahan intrakranial.

    Sakit kepala sebagai gejala pada kasus tanpa adanya defisit neurologis

    adalah jarang.5,10

    3. Patofisiologi

    Selama bertahun-tahun, AVM diduga disebabkan oleh kelainan

    kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa AVM juga

    merupakan kelainan yang didapat.8

    Aliran darah yang normal mengalir

    dari jantung melalui arteri besar ke semua area seluruh tubuh. Cabang-

    cabang arteri akan mengecil sampai menjadi suatu kapiler darah, dimana

    dengan ketebalan satu sel. Capillary bed merupakan tempat dimana

    terdapat pertukaran oksigen dan nutrien dengan jaringan tubuh dan

    mengambil barang sisanya. Perjalanan darah dari capillary bed kembali ke

    jantung melewati vena. Pada AVM, arteri berhubungan secara langsung

    dengan vena tanpa melewati capillary bed diantara arteri dan vena. Hal ini

    menimbulkan masalah yang disebut sebagai high pressure shunt atau

    fistula. Vena tidak dapat mengendalikan tekanan darah yang datang

    secara langsung dari arteri. Vena teregang dan melebar untuk dapat

  • menampung darah yang berlebihan. Pembuluh darah yang lemah dapat

    ruptur dan berdarah dan juga dapat berkembang sebagai aneurisma.

    Jaringan normal disekelilingnya dapat mengalami kerusakan sebagai

    AVM ``steals`` darah dari area tersebut.10

    Sedangkan pada kelainan kongenital, AVM serebral

    berkembang pada usia gestasi 4 dan 8 minggu. Lesi ini terdiri dari

    hubungan langsung yang persisten antara inflow arteri dengan vena

    outflow tanpa melalui bantalan kapiler. Pleksus vaskuler primordial mula

    mula berdiferensiasi menjadi komponen aferen, eferen dan kapiler pada

    bagian rostral otak embrio. Bagian pleksus yang lebih superfisial

    membentuk saluran vaskuler yang lebih besar menjadi arteri dan vena,

    sedangkan bagian pleksus yang lebih dalam membentuk komponen

    kapiler yang melekat pada permukaan otak. Dimulainya sirkulasi ke otak

    terjadi sekitar akhir usia 4 minggu. AVM muncul akibat hubungan

    lansung yang persisten antara arteri dan vena embrional dari pleksus

    vaskuler primitif dengan kegagalan berkembangnya bantalan kapiler.18

    4. Gejala klinis

    Malformasi arteriovenosa dapat menimbulkan berbagai macam

    gejala klinis dan gejala yang timbul sesuai dengan lokasinya. Secara klinis

    lebih dari 50% pasien AVM muncul dengan perdarahan intrakranial, 20-

    25% pasien muncul dengan kejang vokal maupun umum, khususnya pada

    lesi kortikal supratentorial. Pasien AVM mengalami nyeri lokal pada

  • kepala akibat peningkatan aliran darah dan nyeri timbul biasanya atipikal

    serta dapat bersifat difus atau lokal seperti migren. Lima belas pasien

    AVM mengalami gangguan gerak, berbicara, maupun penglihatan. 8

    Gejala klinis yang umum dari AVM akibat dari perdarahan

    intrakranial menyeluruh akibat ruptur AVM. AVM yang berlokasi

    dipermukaan otak atau didalam ventrikel menyebabkan perdarahan

    subarakhnoid atau intraventrikuler dan jarang berakibat gejala fokal.

    Gejala berikut sering tampak ; (1) Konvulsi; (2) nyeri kepala; (3) defisit

    neurologis hemisferik progresif, seperti hemiplegia, afasia, dan

    hemianopsia homoni ; (4) deteriorisasi mental. Bruit kranial mungkin

    terdengar pada beberapa kasus. Kecuali sistema galenik, hanya AVM

    yang sangat besar mengakibatkan kardiomegali atau gagal jantung

    kongestif dengan semua tingkat frekuensi.

    5. Diagnosis

    Tingginya angka mortalitas oleh karena AVM maka membutuhkan

    diagnosis yang akurat. Kemajuan modalitas imejing berkontribusi besar

    dalam diagnosis perdarahan intraserebral yang disebabkan oleh AVM. CT

    scan dapat digunakan sebagai alat skrining awal untuk pasien dengan

    sekualae neurologis berkaitan dengan AVM yang ruptur atau non-ruptur.

    Dengan modalitas ini dapat ditentukan lokasi lesi, perdarahan akut,

    hidrosefalus, atau area ensefalomalasia akibat ruptur atau tindakan

    pembedahan sebelumnya. Pada CT scan non kontras akan memperlihatkan

  • area hiperdens ireguler sering disertai kalsifikasi pada AVM non-ruptur

    atau perdarahan akut pada CT scan non kontras apabila terjadi ruptur suatu

    AVM. Pemberian kontras CT scan akan memperlihatkan area dengan

    penyangatan yang heterogen (Gambar 11). AVM yang kecil sering

    terdapat penyangatan homogen, dan tepinya biasanya berbatas tegas.

    Area hiperdens yang tampak pada CT scan dengan kontras dapat

    diperkirakan sebagai akibat perdarahan kecil sebelumnya, trombus mural,

    kalsifikasi kecil, variks, atau faktor lain.5,10,14

    MRI lebih superior daripada CT scan dalam menentukan detil

    makroarsitektur AVM, kecuali apabila terjadi perdarahan akut. Gambaran

    arsitektural meliputi anatomi nidus, feeding arteri, dan draining vein .

    MRI lebih sensitif mendeteksi perdarahan subakut. AVM terlihat sebagai

    struktur menyerupai spon dengan patchy signal loss atau low void,

    berkaitan dengan adanya feeding arteri dan draining vein pada sekuens

    T1WI (Gambar 12). Kombinasi MRI dan angiografi menyediakan

    informasi yang saling melengkapi yang memberikan pemahaman

    mengenai struktur nidus, feeding arteri dan draining vein secara 3 dimensi.

    Saat ini MRA tidak dapat menggantikan peran angiografi serebral, pada

    kasus terjadinya perdarahan akut karena hematom akibat AVM akan

    mengkaburkan detil struktur AVM, membuat MRA tidak berguna. 5,10,14

    Angiografi serebral digunakan untuk evaluasi preoperatif pasien

    dengan AVM, angiografi dapat memperlihatkan nidus, feeding arteri dan

  • draining vein. Angiografi dapat menilai aliran dalam nidus AVM, mencari

    adanya aneurisma merupakan salah satu penilaian evaluasi preoperatif.

    Disarankan angiografi dilakukan berdekatan dengan waktu operasi karena

    AVM dapat bertambah besar ukurannya seiring dengan berjalannya

    waktu.5,10,14

    Lokasi, ukuran dan konfigurasi ( kompak versus difus ) nidus ;

    pola dan lokasi feeding arteri dan draining vein ; dan abnormalitas yang

    menyertai seperti aneurisma, fistula arterio-vena, stenosis atau oklusi

    draining vein merupakan semua faktor yang harus dipertimbangkan untuk

    estimasi tidak hanya resiko eksisi bedah melainkan juga resiko bila tidak

    dilakukan terapi. Untuk membantu ahli bedah saraf menentukan resiko

    tindakan bedah digunakan beberapa klasifikasi yang pertama kali dipakai

    adalah klasifikasi Luessenhop dan Gennarelli. Namun klasifikasi yang

    digunakan saat ini adalah klasifikasi Spetzler-Martin, klasifikasi ini

    membantu menentukan estimasi resiko pembedahan dengan melakukan

    penilaian (Tabel 1).5,10,14,18

    Lokasi AVM serebellar dan batang otak perlu dipertimbangkan

    lebih dalam melakukan reseksi karena lokasi ini merupakan tempat

    beresiko tinggi untuk terjadinya perdarahan dibandingkan dengan AVM

    supratentorial. Perlu diperhatikan pula apabila AVM terletak di ganglia

    basalis atau thalamus karena lokasi ini dengan annual bleed rate sebesar

    9,8 % lebih tinggi dibandingkan annual bleed rate pada lokasi lain. 5,10,14,18

  • Ukuran AVM pada suatu studi 168 pasien dengan riwayat ruptur

    sebelumnya, ukuran AVM tidak dapat dijadikan acuan untuk memprediksi

    terjadinya perdarahan di masa mendatang. Studi lain melaporkan AVM

    ukuran kecil memiliki resiko tinggi untuk terjadinya perdarahan. Spetzler

    dan kawan kawan membandingkan tekanan feeding arteri pada AVM

    kecil dan besar, mereka menemukan tekanan feeding arteri yang tinggi

    pada AVM kecil dan mengatakan AVM kecil lebih sering berdarah

    dibandingkan AVM besar. Studi terkini menerangkan bahwa resiko

    perdarahan 1,5 % pertahun pada AVM grade 4 dan 5 yang merupakan

    AVM besar. 5,10,14,18

    Drainase profunda merupakan faktor resiko tinggi terjadinya

    perdarahan pada AVM. Nataf dan kawan kawan melaporkan korelasi

    kuat antara frekuensi perdarahan dan adanya drainase profunda pada

    AVM. Pada studi lain dikatakan AVM dengan draining vein tunggal

    memiliki resiko tinggi untuk terjadinya perdarahan. 5,10,14,18

    6. Terapi

    Terapi AVM otak meliputi embolisasi, bedah mikrovaskuler dan

    radiasi stereotaktik (radiosurgery) dimana terapi ini dapat digunakan

    secara tersendiri atau terapi kombinasi dalam pengobatan AVM. 6

    Apabila tidak terdapat perdarahan sebelumnya, dokter akan

    memutuskan untuk mengobservasi pasien, dengan menggunakan

  • antikonvulsan untuk mencegah kejang dan pengobatan untuk menurunkan

    tekanan darah.

    Kejadian defisit neurologis dan kematian akibat terapi AVM

    berkisar sekitar 8%. Sebagian pusat pengobatan, embolisasi pada AVM

    otak lebih sering digunakan dibandingkan dengan terapi bedah dan

    biasanya dilakukan sebelum terapi radiosurgery. Secara umum, embolisasi

    dapat digunakan sebagai tindakan prabedah, radioterapi, kuratif, maupun

    paliatif. Embolisasi prabedah dapat meningkatkan outcome ( mengurangi

    angka morbiditas dan mortalitas) terutama pada AVM yang letaknya jauh

    dari permukaan otak. Selain itu embolisasi dapat memperkecil ukuran

    nidus dan jumlah aliran darah yang melalui AVM sehingga

    mempersingkat waktu pembedahan dan mengurangi resiko kehilangan

    darah yang banyak.6

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    Arteriovenous Malformation (AVM) di otak memperlihatkan gambaran

    adanya AV shunt , ditandai adanya opasitas yang terlalu awal pada draining veins dan

    menurunnya waktu transit AV.19

    Hal tersebut merupakan hasil hubungan langsung

    antara arteri dan vena di dalam sirkulasi tanpa melalui capillary bed. Terdapat dua

    tipe dari hubungan AV : fistulous dan plexiform.

    Fistulous nidus merupakan

    hubungan langsung AV dengan caliber yang lebar (Gambar 13), sedangkan plexiform

    nidus merupakan kumpulan dari banyak vaskuler yang kecil yang disuplai oleh satu

    atau lebih feeding arteri dan juga mengalir ke satu atau lebih draining vein (Gambar

    14), sehingga plexiform nidus dapat terdiri dari satu atau lebih direct fistulas (mixed

    plexiform-fistulous nidus) (Gambar 15).20

    Suatu pemeriksaan angiografi yang lengkap pada otak untuk kasus AVM,

    terdiri dari ; (1) evaluasi secara selektif pada AVM dan seluruh vaskuler otak

    menggunakan kateter 4 atau 5 French (Fr); (2) evaluasi yang super selektif untuk

    mengevaluasi feeding arterial pedicles, nidus dan venous draninage menggunakan

    mikrokateter yang ditempatkan sampai dengan aspek distal dari feeding arteri.20

    AVM di otak diklasifikasikan menjadi tipe superfisial (cortical) dan tipe deep.

    Tipe cortical AVM di klasifikasikan lagi menjadi tipe sucal, gyral, dan mixed,

    sedangkan tipe deep AVM diklasifikasikan lagi menjadi subarachnoid, deep

    parenchimal, plexal dan mixed.19

  • Sucal AVM menempati subpial space dari sulcus (Gambar 16). Nidus berada

    di dalam sulcus atau dengan variasi menyebar ke cortex cerebri, subcortical white

    matter, bahkan sampai ke dinding ventrikel. Sucal AVM diasumsikan dengan bentuk

    conical atau piramida yang mengisi ruang sulcus. Pada bagian yang paling superfisial

    dilingkupi oleh meninges, bukan oleh parenkim. Oleh sebab itu, kebanyakan suplai

    pada bagian superfisial berasal dari arteri meningea. Pial arteri merupakan arteri

    penyuplai utama yang berakhir di nidus setelah menyuplai cabang-cabang di cortex

    dan medulla untuk mendekati girus (terminal feeders). Terminal supply ini biasanya

    merupakan tempat embolisasi yang aman. Pada sucal AVM yang lebih besar

    menerima suplai dari basal perforating arteri.19

    Gyral AVM diselubungi oleh cortex dan biasanya bertipe spherical (Gambar

    17). Gyrus biasanya melebar sedangkan sulcus yang didekatnya terkompresi. Suatu

    gyral AVM yang luas mungkin akan meluas ke subcortical white matter bahkan

    sampai dengan dinding ventrikel. Suplai arteri utamanya berasal dari cabang-cabang

    pial yang secara terus menerus disamping AVM menyuplai parenkim yang normal

    (indirect feeders). Suplai dari meningeal biasanya tidak ada, hal itu dikarenakan

    cortex diatasnya berada di antara nidus dan meninges. Basal perforating arteri

    mungkin mensuplai pelebaran yang lebih dalam dari gyral AVM yang luas.19

    Mixed (sulcogyral) type biasanya merupakan AVM luas yang

    mengkombinasikan gambaran sucal dan gyral. AVM yang terjadi secara khas

    melibatkan gyri dan sulci, yang meluas ke sub cortical white matter dan dinding

    ventrikel. Suplai arteri merupakan kombinasi dari meningeal arteri dan cabang

  • terminal dari pial bagian sucal, cabang non terminal dari pial bagian gyral, dan juga

    basal perforating arteri.19

    Deep AVM relatif jarang ditemukan (Gambar 18). Deep AVM dapat

    diklasifikasikan lagi menjadi subarachnoid, deep parenchimal, plexal dan mixed type.

    Subrachnoid AVM ditemukan di basal cysternal dan fissures, yang disuplai oleh

    bagian sub arachoid dari arteri coroidal dan perforating arteri. Deep parenchymal

    AVM berlokasi di deep gray dan white matter seperti di thalamus, basal ganglia, dan

    corpus callosum. Deep parenchimal disuplai oleh arteri basal perforators, coroidal,

    basal circumferential dan cabang-cabang medullary pial. Plexal AVM berada

    intraventrikuler, yang utamanya disuplai oleh choroidal arteri. Mixed deep AVM

    biasanya besar, yang merupakan kombinasi subarachoid, deep parenchimal dan

    plexal. Venous drainage biasanya ke deep venous system, meskipun transmedullary

    venous drainage juga dapat terlihat.19

    Penerapan secara rutin dari superselektif angiografi sebagai lanjutan dari

    selektif angiografi dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memperdalam

    pemahaman tentang angioarsitektur dari AVM di otak.

    Klasifikasi yang digunakan untuk feeding arteri pada AVM di otak

    menggunakan pendekatan secara anatomi, geometrik dan hemodinamik untuk

    merencanakan dan menggambarkan embolisasi yang akan dilakukan. Suplai dari pial

    disediakan oleh cabang-cabang extracortical (subpial), cortical, medullary dan /atau

    corticomedullary. Suplai dari meningeal langsung ke transdural pial anastomosis

    (gambar 19). Suplai dari kolateral dapat langsung ke leptomeningeal dan

  • subependymal anastomosis. Suplai dari arteri choroidal berasal dari bagian

    ekstraventikuler (fissural, parenchimal) atau intraventrikuler.20,21

    Klasifikasi geometrik dari feeding arteri didefinisikan sebagai hubungan

    antara bagian distal feeder dengan nidus dan parenkim normal. Tiga tipe

    digambarkan pada angiografi superselektif yaitu: terminal, pseudoterminal, dan

    indirect. Terminal feeder berakhir di nidus yagn berada pada bagian distal dari

    cabang yang menyuplai otak yang normal. Terminal feeder biasanya besar sehingga

    memudahkan kateterisasi yang superselektif. Embolisasi yang dilakukan sangatlah

    aman bila ujung kateter berada di distal dari cabang sampai normal parenkim.

    Pseudoterminal feeder tampak pada ujung nidus, tetapi biasanya berlanjut sampai

    melewati parenkim otak yang normal. Bagian distal bukan merupakan bagian yang

    bisa dilihat dengan angiografi karena adanya aliran yang tinggi ke dalam nidus (sump

    effect). Gambaran yang ada harus disimpulkan lagi sesuai dengan dasar anatominya.

    Posisi kateter yang terkalang selama arteriografi superselektif dapat mengakibatkan

    tidak tervisualisasinya bagian distal. Merubah kondisi hemodinamik selama proses

    embolisasi dari suatu pseudoterminal feeder dapat mengakibatkan material emboli

    menyumbat bagian distal sampai ke otak normal, yang menghasilkan komplikasi

    berupa iskemik. Indirect feeder merupakan cabang ke nidus yang berasal dari arteri

    yang melewati bagian proksimal nidus ketika menyuplai otak yang normal (Gambar

    20). Indirect feeder biasanya kecil dan pendek, membentuk sudut yang tajam dari

    pembuluh utama. Kateterisasi secara superselektif sering kali dapat dikerjakan, tetapi

  • tetaplah sulit. Pembuluh darah utama mungkin melebar lebih besar dari indirect

    feeder.19,20

    Feeding arteri dapat diklasifikasikan secara hemodinamik kedalam dominan

    atau supplementary feeders tergantung dari banyaknya aliran. Dominant feeders yang

    menyuplai sebagian besar nidus mempunyai gambaran yang besar dan membawa

    banyak aliran dibandingkan supplementary feeders. Baik dominant maupun

    supplementary feeders dapat berasal dari area vaskuler yang sama atau berbeda.

    Kebanyakan dari AVM di otak terdiri dari gabungan dua tipe tersebut.19

    Nidus merupakan daerah antara bagian yang paling distal dari arterial feeders

    dengan aspek proksimal dari draining veins. AV shunting terjadi pada bagian tersebut

    dan merupakan target utama dari embolisasi. Hilangnya gambaran nidus merupakan

    hasil yang diharapkan dalam terapi.20

    Kebanyakan dari AVM di otak mempunyai nidus yang homogen, berbatas

    tegas, tepi licin, dan bercirikan adanya feeding arteri serta draining veins. Sebagian

    kecil dari AVM di otak mempunyai gambaran difus dengan tepi yang tidak tegas.

    Angiogenesis dihubungkan dengan watershed transfer yang menjadikan gambaran

    difus pada AVM. Ukuran dari nidus mempunyai variasi yang sangat banyak. Bentuk

    dari AVM tersebut menggambarkan anatomi di sekitarnya. Sucal AVM biasanya

    berbentuk kerucut , gyral dan subcortical white matter AVM biasanya berbentuk

    bulat, sedangkan deep AVM mempunyai bentuk bervariasi berdasarkan lokasinya (

    callosal, cisternal, dsb). AVM yang besar mempunyai bentuk yang lebih komplek

    karena melibatkan banyak struktur anatomi di dalamnya.19

  • Superselektif angiografi menyebabkan adanya konsep tentang nidal vascular

    compartement, yang didasarkan dari vaskuler intranidal terdiri dari satu atau lebih

    feeding arteri yang menyuplai AV shunting dengan draining veins yang unik. Nidus

    dapat mempunyai satu atau lebih kompartemen dengan ukuran dan aliran yang

    bervariasi. Hubungan AV di dalam suatu kompartemen bisa berbentuk plexiform,

    fistulous atau mixed. Pada kompartemen tersebut sering kali terhubungkan secara

    hemodinamik, sehingga oklusi pada compartemental feeders tanpa oklusi pada

    compartemental zone pada AV shunting mengakibatkan compartement tersebut

    masih dapat memberikan vaskularisasi ke unit sebelahnya. Oklusi pada compartement

    vein dapat meningkatkan resiko nidal rupture. Oleh sebab itu, kateterisasi secara hati-

    hati dalam melihat angioarsitektur dari compartment adalah penting untuk

    merencanakan suatu embolisasi.19

    Studi secara histologi menjelaskan bahwa nidus merupakan suatu sistem yang

    kompleks dan rumit serta berhubungan dengan saluran vaskuler untuk pengosongan

    melalui collecting vein yang turtous dan berdinding tipis. Tiga zona telah dijelaskan

    yaitu nidus, intermediate dan vena. Zona arteri terdiri atas pleksus yang saling

    berhubungan dan berdinding tebal. Zona intermediate sangat heterogen, terdiri dari

    empat tipe coiled, yang berhubungan dengan diameter 0,15 sampai dengan 1 mm.

    Zona vena mempunyai ketebalan dinding 1 sampai 3 mm dan memusat ke draining

    vein. AV shunt dapat terjadi diantara zona arteri dan intermediate.20

    Lokasi dari AVM di otak biasanya dapat memprediksi pola dari venous

    drainage; bagaimanapun juga banyak sekali variasinya. Cortical AVM (sucal dan

  • gyral) secara khas dialirkan melalui vena cortical ke dural sinus yang terdekat.

    Dengan adanya perluasan ke subcortical maupun ke ventrikuler seringkali

    mempunyai dua venous drainage yaitu superfisial (cortical) dan deep

    (subependymal). AVM sentral biasanya dialirkan ke deep venous system.

    Bagaimanapun juga, pola yang tidak diharapkan seperti transcerebral cortical venous

    drainage dari deep AVM atau deep venous drainage dari cortical AVM, mungkin

    dapat terlihat sekitar 30%. Variasi ini menggambarkan kolateral vena yang terbentuk

    setelah terjadi oklusi dari venous drainage yang asli.20

    Aspek penting dari nidal venous drainage termasuk variasi anatomi vena,

    kolateral venous drainage dan high-flow angiopathy (Gambar 21). Variasi anatomi

    dari venous drainage terbentuk untuk merespon efek hemodinamik seperti adanya

    vena embrionik serta variasi dari vena serebral dan dural sinus. Kolateral venous

    drainage muncul sebagai respon obstruksi dari pembentukan rute baru dari venous

    drainage, baik secara ipisilateral, kontralateral maupun transserebral. Hal ini terjadi

    mungkin karena kompresi vena secara mekanik atau stenosis vena atau thrombosis

    vena karena high-flow angiopathy. Berkurangnya pembentukan dari kolateral venous

    drainage mungkin disebabkan oleh adanya hipertensi vena, aneurisma vena, dan

    ektasis vena (varix) proksimal yang menyebabkan obstruksi, khususnya pada high

    flow AVM . Gejala klinis yang mungkin ada karena adanya kompresi langsung pada

    otak maupun saraf kranialis oleh varix, kejang atau defisit neurologis dapat muncul

    dari hipertensi vena dan perdarahan dari ruptur AVM.19,20

  • Flow-directed mikrokateter digunakan untuk embolisasi dengan bahan

    embolan cair yang sudah di rancang untuk aspek keamanan maupun kehandalannya

    sehingga dapat menjangkau bagian yang paling distal dari sirkulasi intrakranial.

    Mikrokateter maupun guide wire mempunyai bagian dengan tingkat kelembutan yang

    berbeda. Bagian proksimal mempunyai ciri yang kaku dan berdinding tebal untuk

    mempermudah melakukan gerakan longitudinal maupun memutar. Bagian tengah

    mempunyai dinding yang lebih tipis dan lebih fleksibel tetapi masih bisa untuk

    dilakukan gerakan mendorong. Bagian distal merupakan bagian yang paling kecil

    dengan diameter 1.3 1.8-Fr , berdinding tipis, sangat lembut dan fleksibel.

    Mikrokateter mempunyai selubung luar yang hydrophilic untuk menurunkan

    thrombogenicity sehingga dapat digunakan untuk memasuki pembuluh darah yang

    kecil dan berkelok-kelok, serta dapat mencegah adesi dengan bahan emboli.

    Guidewire yang di dirancang untuk arteri serebral (0,008-0,014-inch) mempunyai

    bagian distal yang sangat fleksibel dan lembut. Guidewire juga terlindungi oleh

    selubung hydrophilic untuk menurunkan friksi dengan kateter.20

    Tehnik terbaru embolisasi AVM memungkinkan mikrokateter menuju ke

    aspek yang paling distal dari feeding arteri yang menyuplai nidus. Guide kateter

    pertama-tama ditempatkan di distal servikal aspek dari arteri karotis interna atau

    vertebralis. 6-Fr guide kateter disarankan untuk memudahkan menginjeksikan

    kontras ketika mikrokateter dimasukkan, akan tetapi 5-Fr guide kateter lebih aman

    digunakan pada arteri vertebralis yang kecil. Rotating hemostatic valve digunakan

    sebagai sumbu mikrokateter untuk dapat secara kontinyu membilas guide kateter

  • dengan heparin saline. Pemberian heparin diperlukan untuk mencegah terjadinya

    tromboemboli maupun aliran yang lambat. Mikrokateter (1.5 atau 1.8.Fr) dengan

    ujung distal yang melengkung (bentuk J) dimasukkan ke arteri cerebral dengan

    panduan fluoroskopi substrak (road-map). Ada dua tehnik untuk navigasi intrakranial

    , yaitu flow directed dan guide wire assisted. Flow directed navigation menggunakan

    aliran arteri untuk menarik distal kateter yang fleksibel maju ke depan. Ujung kateter

    biasanya akan masuk ke aliran yang paling kencang, dimana biasanya disitulah letak

    feeder ke AVM. Selain itu control juga dilakukan dengan menginjeksikan kontras

    secara berlahan (puffing) untuk memilih cabang arteri mana yang akan dipilih. Untuk

    guidewire assisted navigation, guidewire 0,008-inch dimasukkan sampai ke distal

    dari mikrokateter untuk menambah daya dorong dan merubah bentuk ujung kateter.22

    Sekitar 10 % dari embolisasi AVM di otak mengalami defisit neurologis yang

    permanen .23

    Kebanyakan dari penyebab defisit neurologis ini disebabkan oleh

    embolisasi yang dilakukan di cabang dari AVM feeder yang menyuplai parenkim

    otak normal.20

    Cabang cabang tersebut mungkin tidak kelihatan selama proses

    angiografi superselektif dikarenakan oleh tingginya aliran darah ke nidus (sump

    effect), sehingga dapat teroklusi selama proses embolisasi karena terdapat perubahan

    hemodinamik. Provocative test (Superselektif Wada Tes) digunakan untuk mencegah

    komplikasi embolisasi tersebut, meskipun ada perbedaan pendapat tentang hal

    tersebut, dimana beberapa ahli menyatakan bahwa provocative test tidak diperlukan.20

    Short-acting barbiturate (amobarbital) di injeksikan intra arteri melalui

    mikrokateter di tempat yang direncanakan akan dilakukan embolisasi. Jika terdapat

  • defisit neurologis (transient) , maka embolisasi kontraindikasi dilakukan di tempat

    tersebut. Amobarbital secara prinsip memberikan efek pada gray matter (GABA

    reseptor) dan tidak memberikan efek pada white matter. Kemudian muncul

    provocative test menggunakan lidokain yang dapat menginhibisi gray maupun white

    matter dengan mem-blok sodium channel, sehingga dapat mendeteksi defisit

    neurologis yang tidak dapat dideteksi menggunakan amobarbital.20

    Para ahli yang

    berpendapat bahwa provocative test tidak diperlukan mempunyai alasan jika kontras

    tidak masuk ke cabang arteri otak yang normal selama tindakan angiografi

    superselektif maka zat provocative juga tidak akan masuk, sehingga akan

    memberikan hasil yang negatif.20

    Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai

    provocative test , dalam perspektif medicolegal provocative test tetap diperlukan

    apabila terjadi komplikasi yang serius setelah tindakan embolisasi.20

    Secara umum terdapat tiga bahan emboli, yaitu solid occlusive devices (coils,

    silk, threads, balloons), particulates (polyvinyl alcohol (PVA) particles), dan liquids

    (cyanoacrylates, Onyx, ethanol). Solid occlusive devices digunakan untuk

    mengoklusi direct AV fistula yang besar. Particulates embolan menggunakan PVA

    telah digantikan oleh cairan N-butyl cyanoacrylate (NBCA) pada kebanyakan center,

    sedangkan liquid embolan yang paling direkomendasikan oleh Food and Drug

    Administration (FDA) adalah Onyx.24

    PVA merupakan embolan yang paling sering digunakan sebelum liquid

    embolan sering digunakan seperti NBCA dan Onyx. Partikel PVA mempunyai ukuran

    yang bervariasi dari 50 sampai 1000 m, mempunyai sifat yang tidak radiopak

  • sehingga harus dicampur dengan kontras pada saat pemberiannya. PVA sering kali

    dikombinasikan dengan coils dan silk, terutama pada AV shunt yang lebar.24

    PVA

    memiliki kelemahan seperti yang diungkapkan oleh sorimachi et al. , bahwa mereka

    menemukan 43% AVM di otak post embolisasi dengan PVA bertambah besar ukuran

    nidusnya, hal ini disebabkan bahwa PVA lebih mengumpul dan mengoklusi arteri

    feeder dari pada nidusnya .25

    Sebagai tambahan , histopatologi analisis mengungkap

    bahwa post embolisasi di dalam lumen berisi kumpulan partikel embolan dengan

    thrombus dari pada lumen yang penuh dengan PVA. Hal ini mungkin

    mengungkapkan alasan kenapa AVM yang telah mengalami obliterasi komplet

    setelah embolisasi dengan PVA dapat muncul kembali.25

    Meskipun begitu, pada

    suatu penelitian terungkap bahwa PVA masih mempunyai tingkat keefektifan yang

    sama dengan NBCA dalam embolisasi preoperatif pada AVM di otak.20

    N-Butyl cyanoacrylate (NBCA) mempunyai banyak kegunaan untuk

    embolisasi AVM di otak. Cairan monomer dapat diinjeksikan melalui mikrokateter

    flow-directed yang kecil (1.5 dan 1.8-Fr) sehingga dapat diposisikan di distal feeder

    arteri atau di dalam nidus, dengan demikian dapat mengurangi resiko terjadinya

    embolisasi pada cabang arteri yang normal.20

    NBCA monomer mengalami

    exothermic polymerization catalized yang cepat oleh nucleophiles yang ditemukan di

    darah dan endothelium vaskuler untuk membentuk sifat yang adesif . Pembuluh darah

    secara permanen akan teroklusi ketika polimer secara penuh mengisi lumen. NBCA

    merangsang adanya respon inflamasi dari dinding pembuluh darah dan jaringan di

    sekitarnya sehingga menimbulkan nekrosis pembuluh darah dan pertumbuhan

  • jaringan fibrous kedalam. Respon secara histologis inilah yang mengkontribusi

    terjadinya oklusi permanen oleh NBCA. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian

    yang dilakukan oleh Wikholm yang mengikuti perkembangan 12 pasien post

    embolisasi AVM di otak dengan NBCA yang dilakukan evaluasi dengan angiografi

    antara 4 sampai 78 bulan dengan hasil tidak didapatkan rekanalisasi (Gambar 22).26

    Pemberian NBCA biasanya di bawah conscious sedation dari pada dengan

    general anastesi , hal ini dilakukan supaya tetap dapat dilakukan provocative test.

    NBCA , ethiodol dan tantalum disiapkan menggunakan sarung tangan steril dan pada

    meja steril yang terpisah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan katalis ionik.

    Konsentrasi NBCA adalah sekitar 25-33%, dibuat dengan cara mencampur 1 cc

    NBCA dengan 2 3 cc ethiodol dalam gelas. Serbuk tantalum digunakan untuk

    meningkatkan radiopasitas dari embolan yang akan diinjeksikan. Mikrokateter

    kemudian diirigasi menggunakan larutan dextrose 5 % untuk menghilangkan katalis

    ionik dari lumen, selanjutnya NBCA yang telah diencerkan tadi di injeksikan secara

    berlahan ke dalam nidus selama 15-60 detik dibawah kontrol fluoroskopi substraksi

    yang kontinyu. Kecepatan injeksi disesuaikan sehingga tidak menimbulkan reflux,

    jika NBCA masuk ke draining vein maka injeksi dihentikan sementara selama

    beberapa detik. Injeksi kemudian dilanjutkan dan dilihat apakah masuk ke nidus lagi,

    jika masuk ke vena lagi maka injeksi dihentikan. Injeksi juga dihentikan jika terjadi

    reflux ke proximal. Setelah selesai dengan cepat mikrokateter harus ditarik kembali

    dan ujungnya harus di diawasi dengan fluoroskopi. Kemudian dilakukan angiografi

    post tindakan embolisasi (Gambar 23).20

  • Onyx merupakan embolan cair yang sudah dicampur sebelumnya yang terdiri

    dari ethylene-vinyl alcohol copolymer (EVOH) dan tantalum powder (untuk

    radioopasitas) yang terlarut di dimethyl sulfoxide (DMSO). Onyx merupakan embolan

    yang kohesif dan tidak adhesif. Terdapat dua konsentrasi EVOH yaitu Onyx 18 (6%

    EVOH) dan Onyx 34 (8% EVOH). Onyx 18 dapat masuk lebih dalam ke dalam nidus

    karena memiliki viskositas dan precipitation rate yang rendah. Onyx 34

    direkomendasikan untuk mengemboli high-flow fistula. Kedua formula tersebut

    membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk menjadi solid. DMSO dipilih sebagai

    pencampur karena dapat cepar bercampur dan mempunyai efek fisiologis pada

    manusia yaitu angiotoksik. DMSO dengan angiotoksisitasnya mempunyai efek

    lanjutan berupa vasospasme, angionekrosis, arterial trombosis, dan ruptur vaskuler.20

    Pada saat pemberian Onyx (Gambar 24) , pasien dapat merasakan sakit , oleh

    karena itu seringkali general anastesia diberikan. Onyx yang akan diberikan harus

    dikocok terlebih dahulu dengan kuat selam 20 menit untuk tercampurnya tantalum

    secara maksimal. Kateter di flush menggunakan normal saline kemudian dead space

    diisi menggunakan DMSO, kemudian Onyx dimasukkan menggunakan 1 cc syringe

    dengan kecepatan 0,25mL/90 sec. Injeksi dilanjutkan dengan kecepatan 0,1 mL/min

    ketika Onyx mulai keluar dari mikrokateter. Jika terjadi refluks ke proximal makan

    injeksi dihentikan selama 30 detik kemudian dilanjutkan kembali, demikian juga pada

    saat masuk ke draining vein.20

    Setelah dilakukan embolisasi pasien dirawat di neurointensive care unit

    selama 24 jam dan biasanya diperbolehkan pulang pada hari kedua post embolisasi.

  • Hipotensi ringan biasanya terjadi 24 jam pertama pada pasien dengan AVM yang luas

    dan high-flow. Embolisasi tambahan bisanya dilakukan untuk AVM yang luas dan

    high-flow setiap tiga sampai empat minggu.20

    Komplikasi post embolisasi adalah periprocedural hemorrhage dan ishemic

    stoke. Terdapat beberapa kasus periprocedural hemorrhage , hal ini disebabkan

    faktor teknis yang disebabkan oleh kateter dan guidewire yang menyebabkan

    perforasi arteri, dissection, ruptur aneurisma, trauma vaskuler pada saat penarikan dan

    terembolisasinya venous outflow . Ischemic stroke dapat timbul dari retrograde

    thrombosis dari feeding arteri yang stagnan kedalam cabang arteri yang normal.20

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    AVM di otak merupakan kelainan vaskuler pada sistema saraf pusat yang

    sangat jarang dengan morbiditas dan mortalitas jangka panjang yang signifikan.

    Embolisasi menjadi terapi pilihan yang sangat penting dan biasanya dikombinasikan

    operasi maupun stereotactic radiosurgery. Bagaimanapun juga resiko yang ada harus

    tetap menjadi pertimbangan utama dalam suatu rencana terapi. Suatu team

    multidisiplin yang berpengalaman diperlukan untuk penanganan AVM di otak secara

    optimal.

    Perkembangan teknologi embolan yang cepat diharapkan dapat menekan efek

    yang timbul dari embolisasi pada AVM di otak, demikian juga dengan perkembangan

    mikrokateter dan guidewire yang memungkinkan untuk melakukan superselektif

    kateterisasi sampai distal arteri di otak. Hal inilah yang dapat memberikan gambaran

    yang optimal tentang angioarsitektur AVM sehingga dapat dilakukan embolisasi

    dengan tepat dan efektif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Fleetwood IG, Steinberg GK. Arterovenous Malformations. Lancet. Mar 9

    2002;359(9309) :863-73

    2. Luessenhop AJ, Gennarelli TA. Anatomical Grading of Supratentorial

    Arteriovenous Malformations fot Determining Operability.Neurosurgery

    1977;1(1):30-5

    3. Wolpert SM, Stein BM. Catheter Embolization of Intracranial Arteriovenous

    Malformation as an Aid to Surgical Excision.Neuroradiology 1975;10(2):73-

    85

    4. Serbinenko FA, Balloon Catheterization an Occlusion of Major Cerebral

    Vessels. J Neurosurg 1974;41(2):125-45

    5. Haaga JR. Cerebral Aneurysm and Vascular Malformations. CT and MR

    Imaging of the Whole Body. 4th

    Edition. Philadelphia, Mosby. 2002 : 292

    308

    6. Higashida RT. What is Arteriovenous Malformation (AVM) ?. American

    Stroke Association 2006 ; 1-8

    7. Brown RD Jr, Wiebers DO, Torner JC. The Epidemiology of Brain

    Arteriovenous Malformation in Olmstead County, Minnesota, 1965 to 1992.

    Neurology 1996;46:949-52

    8. Picard L. Brain Arteriovenous Malformation : Technique and results of

    endovascular treatment. Available at www.star-program.de

    9. Gilman S. Imaging of the Brain, fist of two part. Downloaded from

    www.nejm.org at University of Wisconsin on December 6, 2004

    10. Zuccarello M, Mc Mahon N. Arteriovenous Malformation ( AVM ).

    Available on : http ://www.mayfieldclinic.com.2010

    11. Niazi TN, Klimo P, Anderson RC, Raffel C. Diagnosis and Management of

    Arteriovenous Malformations in Children. J Neurosurg 2004 ; 101 (1) : 18-24

  • 12. Uflacker, Renan. Atlas of Vascular Anatomy : An Angiographic Approach,

    2nd

    Edition. Sao Paolo, Lippincott Williams & Wilkins. 2007 : 6-69

    13. Harnsberger R, Osborn AG, Ross J, Mc Donald A. Diagnostic and Surgical

    Imaging Anatomy, 1st

    Edition. Canada, Amirsys. 2002 : 274-363

    14. Grainger RG, Allison DJ. Skull and Brain : Methods of Examination and

    Anatomy. Diagnostic Radiology : A Textbook of Medical Imaging, 5th

    Edition. Philadelphia, Churcill Livingstone. 2008 : 1245-70

    15. Goetz CG. Textbook of Clinical Neurlogy. Edisi 3. Philadelphia : Saunders;

    2007

    16. Baehr M. Diagnostik neurologi Duus : Anatomi, fisiologi, tanda, gejala.Alih

    bahasa alifa dimanti. Editor bahasa Indonesia : Wita.J.Suwono.Ed.4.

    Jakarta,EGC.2010 : 385-91

    17. Friedlander RM. Arteriovenous Malformations of the Brain, N Engl J Med.

    2007;356:2704-12

    18. Baskaya, Mustafa K. Cerebral Arteriovenous Malformations. Clinical

    Neurosurgery, volume 53. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins. 2006

    : 114-41

    19. Valavanis A. The Role of Angiography in The Evaluation of Cerebral

    Vascular Malformations. Neuroimaging Clin N Am 1996;6(3):679-704

    20. Hurst RW, Rosenwasser RH. Interventional Neuroradiology. New York.

    Informa. 2008 : 276-99

    21. Geibprasert S, et al. Radiologic Assesment of Brain Arteriovenous

    malformations : What Clinicians Need to Know. RadioGraphics 2010:30;483-

    501

    22. Richling B, Killer M. Endovascular Management of Patient with Cerebral

    Arteriovenous Malformations. Neurosurg Clin N Am 2000;11(1):123-45

    23. The Arteriovenous Malformation Study Group.Arteriovenous Malformations

    of The Brain in Adults. N Engl J Med 1999; 340(23): 1812-18

  • 24. Howington JU, Kerber CW, Hopkins LN.Liquid Embolic Agent in The

    Treatment of Intracranial Arteriovenous Malformations.Neurosurg Clin N Am

    2005;16(2):355-63

    25. Sorimachi T,et al.Embolization of Cerebral Arterivenous Malformations

    Achieved with polyvinyl Alcohol Particles : Angiographic Reappeareance and

    Complications.AJNR Am J Neuroradiol 1999;20(7):1323-28

    26. Wikholm G. Occlution of Cerebral Arteriovenous Malformations wih N-butyl

    cyano-acrylate is Permanent. AJNR Am J Neuroradiol 1995;16(3):479-82

  • LAMPIRAN

    Gambar 1. Skematik a. karotis interna, a. karotis eksterna, a. vertebralis dan

    topografinya di leher dan otak.9

    Gambar 2. DSA lateral a. karotis interna kanan menunjukkan segmen a. karotis

    interna.13

  • A B

    Gambar 3. Submentoverteks menunjukkan sirkulus Willisi dan komponen saraf

    otak, segmen A1 berjalan di superior N. optikus. B. potongan sagital melalui fissura

    interhemisfer, segmen A2 berjalan naik di depan ventrikel 3 dan segmen A3 berjalan

    mengikuti kelengkungan genu korpus kalosum.13

    A B

    Gambar 4. A. Submentoverteks memperlihatkan topografi a. serebri media. B. a.

    serebri media berjalan di dalam fissure Sylvii terbagi menjadi segmen M1-M4, a.

    lentikulostriata berasal dari permukaan superior M1 mensuplai ganglia basalis dan

    kapsula eksterna.13

  • Gambar 5. Arteri pada basis kranii. 16

    A B

    Gambar 6 . A. a. serebri posterior memiliki cabang perforating , koroidal dan

    kortikal. B. a. serebri posterior mensuplai lobus oksipitalis, segmen P1 dimulai dari

    bifurfikasi basilar sampai PCoA junction, segmen P2 di posterolateral midbrain,

    segmen P3 di belakang midbrain.13

  • Gambar 7. Anastomosis arteri-arteri di otak. Diperlihatkan jalur kolateral berikut

    ini : Kolateral dari sirkulasi arteri karotis eksterna ke arteri karotis interna : 1. Arteri

    karotis eksterna arteri fasialis-arteri angularis-arteri carotis interna; 2. Arteri karotis

    eksterna-arteri temporalis superfisialis-arteri angularis-arteri karotis interna; 3.

    Kolateral dari eksterna ke sirkulasi vertebralis : arteri karotis eksterna-arteri

    oksipitalis-arteri vertebralis; 4. Sirkulus Willisi; 5. Kolateral leptomeningealis antara

    arteri serebri anterior, media dan posterior.16

  • Gambar 8. Sirkulus Willisi.16

    Gambar 9. Vena-vena otak.16

  • Gambar 10 . Sinus Venosus Durae.16

    Gambar 11. CT scan kepala aksial dengan kontras memperlihatkan struktur tubular

    yang tidak beraturan di lobus parietal sinistra, yang pada temuan merupakan nidus.

    Terdapat pula gambaran perdarahan intraventrikel.21

  • Gambar 12. MRI T1WI kepala sagital memperlihatkan AVM yang luas di

    oksipital.21

    Gambar 13. Fistulous AVM besar (panah besar, A dan B). Aneurisma arteri kecil

    (panah kecil, A). Ektasia vena (kepala panah, B). Aneurisma vena (panah kecil, C dan

    D).20

  • Gambar 14. Plexiform AVM (Kepala panah, A B dan C). (A) AP angiogram. (B)

    Lateral angiogram. (C) Superselektif angiogram (ujung mukrokateter, panah). (D)

    Lateral angiogram post embolisasi (residual nidus, panah).20

    Gambar 15. Mixed plexiform (A, kepala panah) dan fistulous (B, panah) nidus.20

  • Gambar 16. Sucal AVM. (A) Triangular nidus (panah) pada lateral angiogram. (B)

    NBCA pada nidus (panah) pada CT kepala non kontras.20

    Gambar 17. Gyral AVM. Axial T2-weighted MRI (A) dan lateral angiogram(B)

    memperlihatkan gyral AVM yang kecil (panah).20

  • Gambar 18. Deep AVM (panah lebar A dan B) pada lateral angiogram (A) dan axial

    T2-wieghted MRI (B). Menggambarkan adanya vena ektasi (kepala panah, A) dan

    aneurisma vena (panah kecil, A).20

    Gambar 19. Karotis eksterna menyuplai AVM dari meningea media (panah,B) dan

    cabang oksipital (kepala panah,B).20

  • Gambar 20. Pada saat embolisasi plexiform AVM. (A) AP angiogram

    memperlihatkan superfisial (panah,A) dan deep (kepala panah,A) venous drainage.

    (B) Lateral angiogram memperlihatkan vena ektasi (kepala panah, B) dan aneurisma

    vena (panah,B). (C) Lateral superselektif angiogram memperlihatkan suplai (kepala

    panah, C) ke nidus (panah besar,C). (D) lateral angiogram memperlihatkan residual

    nidus setelah embolisasi (kepala panah, D).20

    Gambar 21. High-flow AVM yang luas dengan left transverse sinus occlution (A,

    panah) dan right sigmoid sinus stenosis (B, panah) yang menyebabkan hipertensi dan

    gangguan kognitif.20

  • Gambar 22. Kuratif AVM embolisasi. (A) Lateral angiogram memperlihatkan

    oksipital AVM nidus (panah). (B) Superselektif angiogram (panah, ujung

    mikrokateter). (C danD) AP dan Lateral post embolisasi memperlihatkan obliterasi

    yang komplet dari nidus.20

    Gambar 23. Nidal pseudoaneurism dengan perdarahan. (A,B) AP dan lateral

    angiogram memperlihatkan plexiform cerebellar AVM. (C) Superselektif superior

    serebelar angiogram memeperlihatkan nidal pseudoaneurism yang luas (panah) dan

    nidal aneurysm kecil (kepala panah). (D) Pseudoaneurysm dan superior nidus (panah,

    ujung mikrokateter). (E) NBCA pada pseudoaneurysm (panah) dan superior nidus

    (kepala panah). (F) Lateral angiogram post embolisasi.20

  • Gambar 24. Angiogram pada saat embolisasi dengan Onyx. (A) Onyx (kepala

    panah) dan ujung kateter (panah). (B) Lateral angiogram pada saat embolisasi.20

  • Tabel 1. Grading Arterio-vena Malformasi untuk Prediksi Komplikasi Neurologis

    dari Pembedahan menurut Spetzler-Martin.18

    Keterangan : AVM grade 1-5 sesuai dengan total poin. AVM grade 1 adalah AVM

    yang kecil, lokasinya di daerah non-eloquent, draining vein di superfisial. AVM

    grade 5 adalah AVM besar, lokasi di daerah eloquent, draining vein di profunda.

  • Tabel 2. Tujuan dari evaluasi angiografi secara selektif pada AVM di otak.20

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Daerah arteri yang menyuplai AVM

    Feeding pedicles

    High-flow arteriopathy (stenosis, ektasis, aliran berhubungan dengan aneurisma) Nidus (ukuran, bentuk, lokasi, aliran, fistula, ektasis, aneurisma)

    Venous drainage (daerah, deep, superficial)

    Individual draining veins

    High-flow venous angiopathy (dural sinuses, stenosis vena, oklusi dan varises)

    Venous drainage pada parenkim otak yang normal

    Tabel 3. Tujuan dari evaluasi angiografi secara superselektif pada AVM di otak.20

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Distal feeding pedicles (anatomi, aneurisma, geometri, hemodinamik)

    Arterionidal junction

    Nidus (kompartemen, direct AV fistulas, plexiform regions, intranidal ectasias, dan

    aneurisma)

    Venonidal junction

    Aspek proximal dari draining veins