refrat demensia
TRANSCRIPT
REFERAT
DEMENSIAMiftaha Yusrafli
Muthmainnah Mardiyanti
Jessie Widyasari
Definisi
Suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia
Epidemiologi•DepKes 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). •Sampai saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami Demensia dengan berbagai sebab. •Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun.• Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
PATOFISIOLOGIFaktor – faktor gangguan regulasi DNA, neural reserve capacity untuk CNS performance yang exhausted, dan gangguan supply energi untuk metabolisme CNS → penurunan glycolitik → penurunan sintesa Acetyl CO enzim A yang penting untuk sintesa Acetil Choline, penurunan aktifitas Cholin Asetiltransferase di kortek hipokampus → penurunan kadar aktifitas kholinergik → demensia.
Etiologi
Demensia mempunyai banyak penyebab, tetapi demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular sama-sama berjumlah 75 persen dari semua kasus.
Penyebab demensia lainnya yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Parkinson, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan trauma kepala
Klasifikasi
Menurut umur: Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (<65th)
Menurut perjalanan penyakit: Reversibel Ireversibel
Menurut sifat klinis: Demensia proprius Pseudo-demensia
• Menurut kerusakan struktur otak:
Tipe Alzheimer Tipe non-Alzheimer Demensia vaskular Demensia Jisim Lewy
(Lewy Body dementia)
Demensia Lobus frontal-temporal
Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
Morbus Parkinson Morbus Huntington
Morbus Pick Morbus Jakob-
Creutzfeldt Sindrom Gerstmann-
Sträussler-Scheinker Prion disease Palsi Supranuklear
progresif Multiple sklerosis Neurosifilis Tipe campuran
Demensia Tipe Alzheimer Allois Alzheimer pertama kali menggambarkan
penyakit ini sekitar tahun 1907. Demensia tipe ini di tandai dengan gejala : Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap
dan progresif Daya ingat terganggu, ditemukan adanya: afasia,
apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi
baru. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitif,
kecurigaan). Kehilangan inisiatif. Faktor resiko penyakit Alzheimer : Riwayat demensia dalam keluarga Sindrom down Umur lanjut Apolipoprotein, E4
Demensia Vaskular
15 – 30 % dari semua kasus demensia
Predisposisi → hipertensi dan gangguan kardiovaskular.
Gejala klinis demensia tipe Vaskular, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”.
Pengobatan terhadap faktor resiko Pengendalian faktor resiko
hipertensi, DM
Penyakit Pick
Ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal.
Lebih sering pada laki-laki Ditandai oleh perubahan kepribadian
dan perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relatif bertahan
Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit degeneratif otak yang jarang Disebabkan oleh agen yang progresif
secara lambat, dan dapat ditransmisikan (yaitu, agen infektif), paling mungkin suatu prion, yang merupakan agen proteinaseus yang tidak mengandung DNA atau RNA
Onset penyakit ditandai oleh perkembangan tremor, ataksia gaya berjalan, mioklonus, dan demensia
Penyakit Binswanger
Sebagai ensefalopati arteriosklerotik kortikal ditandai dengan adanya banyak infark-infark
kecil pada substansia alba, jadi menyerang daerah kortikal
Penyakit Huntington
ditandai oleh perlambatan psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan tilikan tetap relatif utuh pada stadium awal dan menengah dari penyakit
Penyakit Parkinson
suatu penyakit pada ganglia basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi
Pergerakan yang lambat pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah disertai dengan berpikir yang lambat pada beberapa pasien yang terkena, suatu ciri yang disebut oleh beberapa dokter sebagai bradifenia (bradyphenia).
Demensia yang berhubungan dengan
HIV Infeksi dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) seringkali menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi dengan HIV mengalami demensia dengan angka tahunan kira-kira 14 persen
Demensia yang berhubungan dengan
Trauma Kepala Demensia dapat merupakan suatu
sekuela dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindroma neuropsikiatrik.
Diagnosa Anamnesa
lupa kejadian yang baru saja dialami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari
– hari kesulitan dalam berbahasa disorientasi waktu dan tempat tidak mampu membuat pertimbangan dan
keputusan yang tepat kesulitan berfikir abstrak salah menaruh barang perubahan suasana hati peubahan perilku / kepribadian kehilangan inisiatif
Pemeriksaan neurologis: Snout Reflex
Pada demensia, tiap kali bibir atas atau bawah diketuk m.orbicularis oris berkontraksi
Refleks Glabela Pada demensia akan memejamkan
matanya tiap kali glabelanya diketuk Refleks Palmomental
Pada demensia goresan pada kulit tenar akan membangkitkan kontraksi otot mentalis ipsilateral
Refleks Korneomandibular Pada demensia goresan kornea
membangkitkan pejaman mata ipsilateral yang disertai oleh gerakan mandibula ke sisi kontralateral
Refleks Kaki Klonik Pada demensia goresan telapak kaki
membangkitkan kontraksi tonik dari kaki berikut jari-jarinya
Pemeriksaan penunjang: EEG, MRI, MRI Lumbal punksi Tes MMSE (Mini Mental Status
Examination) Tes IBCD (Indonesian Battery for
Communication disorder of Dementia)
Tata Laksana
Suportif Emosional Farmakologis :
Cholinergic-enhancing agents Choline dan lecithin Neuropeptide, vasopressin dan ACTH Nootropic agents Dihydropyridine
Pencegahan & Perawatana. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat
merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihanb. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari, mengisi TTSc. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental sehat dan aktif d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi (sesama lansia)f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap rileks dalam kehidupan sehari-hari.g. Senam GLO (Gerak Latih Otak) menyilangh. Jalan
Terima Kasih