refrat foto thoraks - word (1)

73
REFERAT GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PENYAKIT PARU Oleh: Afrizal Tri Heryadi G99142074 Irvan Raharjo G99142075 Annisa Permatasuhdan A. G99142076 Arina Setyaningrum G99142077 Elisabeth Dea Resitarani G99142078 Pembimbing: Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad (K) 0

Upload: elisabeth-dea-resitarani

Post on 27-Jan-2016

264 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PENYAKIT

PARU

Oleh:

Afrizal Tri Heryadi G99142074

Irvan Raharjo G99142075

Annisa Permatasuhdan A. G99142076

Arina Setyaningrum G99142077

Elisabeth Dea Resitarani G99142078

Pembimbing:

Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad (K)

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2015

0

Page 2: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

BAB I

PENDAHULUAN

Paru (pulmo) adalah organ yang berperan penting dalam sistem respirasi

yang berada dalam rongga toraks. Pulmo dilapisi oleh 2 membran yang disebut

pleura yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Pulmo  terbagi menjadi pulmo

dextra (kanan) dan pulmo sinistra (kiri).

Respirasi adalah suatu usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 untuk

proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme dengan

perantara organ paru dan saluran napas bersama kardiovaskuler sehingga

dihasilkan darah yang kaya oksigen. Kerusakan atau kelainan pada sistem

respirasi, terutama yang melibatkan organ paru akan menyebabkan terganggunya

faal pernapasan. Keursakan atau kelainan paru dapat disebabkan oleh berbagai

faktor. Terganggunya organ paru sebagai bagian dari sistem respirasi dapat berupa

gangguan ventilasi, gangguan difusi dan gangguan perfusi sesuai dengan tahapan

proses pernapasan.

Gangguan ventilasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kelainan restriksi

dan obstruksi. Kelainan restriksi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,

yaitu kelainan para parenkim paru, pleura maupun kelainan pada struktur anatomi

dinding dada/tulang. Kelainan yang terjadi pada berbagai macam struktur yang

ada di cavum thoracis dapat menyebabkan paru tidak bisa mengembang dengan

sempurna sehingga dapat terjadi kegagalan napas. Terhambatnya aliran udara

yang masuk oleh karena obstruksi juga dapat menyebabkan terganggunya proses

ventilasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan pernapasan oleh karena

terhambatnya aliran oksigen yang masuk ke dalam tubuh.

Selain itu, hal yang menyebabkan oksigen tidak dapat masuk dan dipakai

oleh tubuh adalah karena terjadinya gangguan difusi yang menghalangi pertukaran

gas di alveolus. Sebab dari gangguan difusi ada berbagai macam, diantaranya

pneumonia dan edema paru.

Dewasa ini, ada berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

untuk membantu diagnosis pada kelainan paru. Pemeriksaan radiografi thoraks

1

Page 3: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan secara radiografi

organ pernafasan yang terdapat di dalam rongga dada. Teknik radiografi thoraks

terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan

inidikasi pemeriksaan. Foto thoraks digunakan untuk mendiagnosis banyak

kondisi yang melibatkan dinding thoraks, tulang thoraks dan struktur yang berada

di dalam cavitas thoracis termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang

besar.

Foto thoraks dianggap sebagai modalitas yang pertama dilakukan dalam

diagnosis kelainan thoraks seperti infeksi, trauma dan abnormalitas congenital.

Gambaran yang dapat terlihat pada foto thoraks antara lain adalah cavitas, nodul,

fibrosis serta abnormalitas pleura yang masing-masing ditampilkan dalam suatu

bayangan opaque atau lusen dalam suatu film foto. Masing-masing kelainan paru

mempunyai kriteria gambaran foto thoraks yang khas sehingga diagnosis dapat

dilakukan.

2

Page 4: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI THORAKS

1. Cavitas Thoracis:

Atap dari cavitas thoracis dibentuk oleh membrana suprapleural,

sedangkan dasarnya adalah dari diafragma. Dindingnya terdiri dari tulang

dan otot yang melingkupinya. Tulang yang termasuk dalam tulang penyusun

dinding thorax antara lain: 12 vertebrae thoracica, 12 costae dan

cartilagonya, serta sternum.

a. Costae

Terdapat 12 pasang costae, yaitu 7 costae vera, 3 costae spuria dan

2 costae fluctuantes. Terkadang seorang individu hanya mempunyai 11

pasang costae.

Gambar 1. Costae Tipikal

3

Page 5: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 2. Costae 1

b. Sternum

1) Terdiri dari 3 bagian utama, yaitu manubrium, corpus, dan processus

xiphoideus.

2) Manubrium sterni berada setinggi VTh III dan VTh IV, bangunan ini

bersendi dengan clavicula dan 1 ½ cartilago costae.

3) Angulus sterni, merupakan bangunan yang dibentuk oleh manubrium

sterni dengan corpus sterni, berada setinggi discus VTh IV/V.

4) Corpus sterni berada setinggi VTh V-IX.

5) Processus xiphoideus, merupakan bangunan yang tersusun atas

cartilago.

Gambar 3. Sternum

c. Gambaran radiologis:

1) Variasi normal: sering terdapat pada costae bagian atas, terutama

costae 1

2) Pada foto thorax PA, sulcus subcostalis nampak sebagain garis tegas

dibawah costae, terutama pada bagian posteriornya (sering disalah

artikan dengan periosteal reaction atau pneumothorax)

3) Bagian yang lebih prominen seringkali dilihat pada costae 2 pada

pemeriksaan foto radiologis, yang seringkali simetris antara kanan dan

4

Page 6: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

kiri, hal ini disebabkan karena adanya insersio dari musculus scalenus

anterior.

4) Cartilago costae, terutama cartilago costalis 1 sering mengalami

proses kalsifikasi atau ossifikasi pada dewasa muda.

5) Costae cervicalis, merupakan pemanjangan dari bagian processus

transversus VC VII yang kadang terdapat pada 1-2% manusia.

6) Costae lumbalis, disebabkan karena terjadinya kegagalan fusi antara

processus transversus dengan corpus vertebrae.

7) Pada sternum perlu diperhatikan adanya pectus excavatum (depresi

pada bagian lower end) dan pectus carinatum (prominensia pada

midportion).

(Smithuis & Delden, 2013)

Gambar 4. Sulcus subcostalis yang nampak jelas dibawah costae 2 kiri (mata

panah).

Perhatikan tuberositas scaleni pada costae 1 (anak panah)

5

Page 7: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 5. Gambaran prominen pada permukaan atas costae 2 karena insersi

m.scalenus anterior

Gambar 6. Costae cervicalis (anak panah)

2. Diaphragma

Diaphragma merupakan jaringan fibromuskular yang berada pada

dasar cavum thorax. Terdapat beberapa bagian, yang terdiri dari bagian

6

Page 8: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

vertebral, costal, sternal dan bagian tengah yang disebut sebagai centrum

tendineum.

Berikut adalah lubang-lubang yang ada pada diaphragma:

a. Hiatus aorticus: dilewati oleh aorta descenden, setinggi VTh XII

b. Hiatus oesophagei: dilewati oleh N.X dan oesophagus, setinggi VTh X

c. Foramen vena cavae: dilewati oleh vena cava inferior, setinggi VTh VIII

Diaphragma mendapat suplai darah dari arteri phrenica inferior,

cabang dari aorta abdominalis, sedangkan pada margo costalis diaphragma

mendapat darah dari arteriae intercostalis. Diaphragma diinervasi oleh

nervus phrenicus dextra et sinistra yang berasal dari segmen C3-C5 sebagai

komponen motorik, dan sensorik oleh nervus phrenicus (pada bagian

central) dan oleh nervus intercostalis (pada bagian perifernya).

Gambar 7. Diaphragma

Gambaran radiologis:

a. Titik tertinggi dari dome diaphragma kanan adalah pada costa 6 anterior.

Patokan costa anterior lebih akurat dipakai daripada costa posterior,

karena dome diaphragma lebih dekat dengan costa anterior dan film

(pada proyeksi PA) sehingga distorsi gambar lebih sedikit.

b. Dome diaphragma kanan lebih tinggi sekitar 2 cm daripada dome

diaphragma kiri, tapi terkadang bagian kiri bisa lebih tinggi dari bagian

kanan pada orang normal, terutama saat ada gas pada colon.

7

Page 9: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

c. Rentang pergerakan diaphragma pada saat respirasi adalah sebagai

berikut:

1) Respirasi biasa: 1cm

2) Inspirasi/ekspirasi dalam: 4 cm

d. Tinggi dome diaphragma pada garis yang diambil dari hubungan sinus

costophrenicus dan cardiophrenicus adalah 1,5 cm.

3. Pleura

Pleura adalah membran serous terdiri dari 2 bagian, yaitu pars

visceralis (yang melingkupi pulmo) dan pars parietalis (yang melingkupi

cavitas thoracis dan mediastinum). Kedua bagian ini terpisah oleh suatu

ruangan yang disebut sebagai cavum pleura. Pada bagian hilum pulmo,

kedua bagian ini menyatu sebagai ligamentum pulmonum.

Gambar 8. Pleura: (A) Dilihat dari anterior; (B) Dilihat dari posterior

Gambaran radiologis :

Pada gambaran foto thorax normal, pleura terlihat hanya ketika

proyeksinya berada tangensial terhadap sinar dan jika ada lemak ataupun

udara pada tiap sisinya.

8

Page 10: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

4. Trachea dan Bronchus

a. Trachea

Trachea bermula pada margo inferior dari cartilago cricoid pada

level C6, kemudian melanjutkan diri ke carina pada level angulus sterni

(setinggi T5, atau T4 pada inspirasi dan T6 pada ekspirasi). Trachea

mempunyai panjang 15 cm dan berdiameter 2 cm, terdiri dari 15-20

cartilago annulare.

Hubungan trachea dengan organ lain:

1) Anterior :

a) Isthmus thyroid pada cartilago ke 2, 3 dan 4

b) Vena thyroidea inferior

c) M. Sternothyroid dan m sternohyoid

2) Posterior :

- Oesophagus dan n.laryngeus reccurent

3) Lateral :

a) Lobus glandula thyroid

b) Artery carotis communis

Bagian atas dari trachea divascularisasi oleh arteri thyroidea

inferior, dan bagian bawahnya divascularisasi oleh arteri bronchialis.

Drainase vena ke plexus venosus thyroidea inferior.

Gambar 9. Trachea dan bronchus principalis

9

Page 11: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

b. Bronchus principalis

Bronchus principalis merupakan terusan dari trachea yang berpisah

pada bifurcatio trachealis. Bronchus principalis terdiri dari 2 cabang,

cabang yang kanan disebut sebagai bronchus eparterialis dan cabang

yang kiri disebut sebagai bronchus hyparterialis. Bronchus kanan lebih

pendek dan lebih lebar dari bronchus kiri, sehingga lebih sering terjadi

pneumonia pada bagian ini.

5. Pulmo

Mempunyai 3 facies, yaitu facie costalis, facies mediastinalis, dan

facies diaphragmatica. Pulmo dexter mempunyai 3 lobus, sedangkan pulmo

siniester mempunyai 2 lobus dengan lingula pada lobus superior yang

merupakan homolog dengan lobus medial pulmo dexter.

a. Fissura interlobaris:

1) Fissura oblique (major)

Merupakan fissura yang terdapat pada kedua pulmo. Berasal dari

posterior T4/T5, ke anteroinferior diaphragma.

2) Fissura transversalis (minor)

Memisahkan lobus superior dan lobus medial pulmo dexter. Berasal

dari daerah hillum, menuju ke permukaan anterior dan lateral dari

pulmo dexter setinggi cartilago costalis ke 4.

b. Arteri pulmonalis:

Arteri pulmonalis kanan lebih panjang daripada yang sebelah kiri.

Arteri ini berjalan melalui garis tengah dibawah carina dan menuju

bagian anterior dari bronchus principalis dexter. Arteri ini bercabang

ketika masih di hillum pada pulmo dexter. Arteri pulmonalis kiri melekat

pada bagian arcus aorta melalui ligamentum arteriosum.

10

Page 12: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 10. Arteri Pulmonalis

c. Vena pulmonalis :

Vena pulmonalis tidak mengikuti pola perjalanan bronchus, namun

mengikuti septum intersegmentalis. 2 vena berjalan pada tiap hillus

pulmo dexter dan sinister.

d. Arteri bronchialis :

Arteri bronchialis menyuplai bronchus, pleura visceralis, dan

jaringan pengikat pulmo. Arteri ini merupakan cabang dari aorta pars

thoracalis pada level T5 atau T6.

e. Vena bronchialis :

Terdiri dari 2 sistem yang terpisah. Sistema yang pertama berasal

dari jaringan vena prrofunda disekitar daerah interstitial pulmo dan

berhubungan secara bebas dengan vena pulmonalis. Sistema yang kedua

berasal dari jaringan vena superficial yang berhubungan dengan sistema

vena azygos.

f. Hillus pulmonalis :

Hillus pulmonalis dibentuk oleh struktur yang keluar masuk dan

bersatu pada daerah facies mediastinalis pulmo. Hillus pulmonalis berada

pada level T5-T7. Hillus pulmonalis kanan terletak dibawah arcus dari

vena azygos dan terletak posterior dari vena cava superior dan atrium

dextrum. Hillus pulmonalis kiri terletak dibawah arcus aorta dan terletak

anterior terhadap aorta descendens.

11

Page 13: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 11. Hillus pulmonalis

Gambaran Radiologis:

1) Trachea terlihat sebagai seperti tabung pada daerah tengah leher dengan

translusensi berdiameter 1,5 – 2 cm. Terdapat indentasi halus yang sering

terlihat yang terletak pada percabangan trakhea sebelah kiri, hal ini

disebabkan karena adanya arcus aorta.

2) Bronchus terkadang sulit terlihat pada foto polos. Bronchus principalis

dexter terlihat lebih vertical daripada bronchus principalis sinister.

3) Truncus pulmonalis membentuk bagian pinggir kiri dari cor. Arteri

interlobaris terlihat pada sebelah lateral bronchus intermedius kanan.

Bronchus dan arteri terlihat bersamaan keluar dari daerah hillar.

6. Mediastinum

Mediastinum merupakan ruangan di antara pulmo dextra dan sinistra

beserta pleuranya. Mediastinum dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

superior, media, anterior, dan posterior. Mediastinum superior terletak di

atas garis imaginer yang ditarik dari batas bawah vertebra thoracica 4 ke

angulus sternum. Di bawah garis tersebut terdapat mediastinum anterior,

media, dan posterior. Mediastinum anterior terletak antara sternum dan

bagian anterior dari cor. Mediastinum posterior terletak antara bagian

posterior dari cor dengan vertebra thoracica dan meluas ke bawah di bagian

posterior dari diafragma dan memanjang ke bagian posterior dari diafragma.

12

Page 14: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 12. Pembagian Mediastinum

Di mediastinum superior terdapat arcus aorta dan cabang-cabangnya,

vena brachicephalica dan vena cava superior, trachea, oesophagus, duktus

thoracicus, limfonodi, dan saraf. Pada mediastinum anterior terdapat

thymus, pembuluh darah mammaria, limfonodi. Pada mediastinum posterior

terdapat aorta descendens, oesophagus, sistem vena azygos, duktus

thoracicus dan limfonodi paraaorta, oesophageal dan paraspinal. Pada

mediastinum media terdapat cord an pericardium, nervus, limfonodi dan

pembuluh darah besar.

7. Cor

Cor berbentuk pyramidal dan terletak oblique di rongga thoraks.

Atrium sinistrum membentuk basis dari bagian posterior. Atrium dextrum

membentuk tepi kanan cor. Bagian apeks dan tepi kiri jantung dibentuk oleh

ventrikel sinister. Ventrikel dexter membentuk bagian anterior dari cor. Cor

berada pada bagian dalam mediastinum, disitu cor diselimuti oleh lapisan

fibrosa yang disebut sebagai pericardium. Pericardium dibedakan menjadi 2

macam, yaitu pericardium fibrosum dan pericardium serosum, kedua lapisan

ini dipisahkan oleh suatu ruangan potensial yang disebut sebagai cavum

pericardii. Pericardium pada cor melekat erat dengan bagian centrum

tendineum dari diaphragma.

13

Page 15: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 13. Cor

Gambaran radiologis :

Gambar 14. Posisi ruang jantung pada foto polos proyeksi PA

14

Page 16: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 15. Posisi katup jantung pada gambaran foto polos

Gambar 16. Posisi katup jantung pada proyeksi lateral

B. FOTO THORAKS NORMAL

15

Page 17: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 17. Foto thoraks normal wanita Gambar 18. Foto thoraks normal pria

Kriteria kelayakan foto thorax

Foto thorax normal :

1. Kondisi

a. Kondisi Pulmo

1) Kondisi cukup : kondisi standar pada foto thorax, sehingga gambaran

parenkim dan corakan vascular dapat terlihat. Kondisi foto thorax

cukup, bila pada posisi PA: tampak vertebra thoracalis 1-4

2) Kondisi kurang : Posisi PA tak tampak sampai vertebra thoracalis 4

3) Kondisi keras : Posisi AP tampak lebih dari vertebra thoracalis 4

b. Kondisi Costa (kondisi keras/tulang)

Pada posisi PA kondisi keras dapat terlihat vertebra thoracalis 1-12

2. Inspirasi

Foto thorax dibuat pada kondisi cukup. Cara mengetahui keadaan

inspirasi cukup :

a. Bila dilihat pada costa anterior (bentuk huruf V) costa 6 memotong dome

diafragma

b. Bila dilihat pada costa posterior (bentuk huruf A), diafragma setinggi

vertebra thoracalis 10

3. Posisi

Pada foto thorax standar yang paling banyak adalah posisi PA dan

lateral

4. Simetris

Jarak sendi sternoclavicularis dextra dan sinistra terhadap line

medialis pada garis yang terbentuk dari bayangan processus spinosus

vertebra thoracalis sama

16

Page 18: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

5. Foto thorax tidak boleh terpotong

Secara utuh foto thorax harus tampak : sinus costophrenicus dextra

dan sinistra, diafragma dextra et sinistra, dinding thorax dextra et sinistra,

seluruh lapang paru terlihat (Smithuis & Delden, 2013).

C. PENYAKIT-PENYAKIT PARU

1. Tuberculosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex (PDPI, 2006).

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah  paru maka

gejala lokal ialah gejala respiratorik di antaranya adalah batuk ±2 minggu,

batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala sistemik meliputi demam,

malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun (PDPI, 2006).

Pemeriksaan standar penyakit tuberkulosis ialah foto toraks PA.

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior  lobus atas

paru dan segmen superior lobus bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodula

Bayangan bercak milie

Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:

Fibrotik

Kalsifikasi

Schwarte atau penebalan pleura

Luluh paru  (destroyed Lung)

(PDPI, 2006).

17

Page 19: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis adalah

Tuberkulosis Primer dan Tuberkulosis sekunder. Kelainan foto toraks pada

tuberkulosis primer ini adalah adalah limfadenopati, parenchymal

disease, miliary disease, dan efusi pleura. Pada paru bisa

dijumpai infiltrat dan kavitas (Rasad et al, 2015).

18

Page 20: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 2. Tuberkulosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri

membesar). Foto toraks PA dan lateral

Gambar 3. Tuberkulosis disertai komplikasi pleuritis eksudatif dan

atelektasis - Pleuritis TB

19

Page 21: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi memiliki ciri

terdapat kavitas. Bercak infiltrat yang terlihat pada foto rontgen biasanya di

lapangan atas dan segmen apikal lobus bawah (Burril et al, 2007).

Gambaran 5. Tubekulosis dengan kavitas

20

Page 22: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto rontgen, antara

lain :

Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya

tidak tegas dengan densitas rendah.

Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas

dan densitasnya sedang.

Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,

dengan densitas tinggi.

Kavitas atau lubang

2. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru di mana proses

peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang

berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.

Bakteri spenyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah

Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza (Padley&Rubens,

2003).

Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas

selama beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat,

rewel serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat naik secara mendadak

sampai 39oC atau lebih. Anak sangat gelisah, dispnea. Kesukaran bernafas

yang disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran

bernafas ini dapat berupa bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di

atas jaringan yang terserang), pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi

pada daerah supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk

jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut

serta sputum yang berwarna seperti karat. Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi

21

Page 23: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

pleura dan empiema, sehingga perlu dilakukan torakosentesis sesegera

mungkin (Padley&Rubens, 2003).

Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena.

Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup yang terlokalisasi. Pada

auskultasi mungkin ditemukan adanya ronki basah halus ataupun adanya

suara-suara pernafasan yang melemah. Tanpa pengobatan biasanya

penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 – 3 minggu (Padley&Rubens, 2003).

Pemeriksaan foto thoraks pada Bronkopneumonia ditandai dengan

fokus konsolidasi radang yang menyebar menyeluruh pada satu atau

beberapa lobus. Sering kali bilateral dan di basal sebab ada kecenderungan

sekret untuk turun karena gravitasi ke lobus bawah. Pengelompokan fokus

ini terjadi pada keadaan yang lebih lanjut (florit) yang terlihat sebagai

konsolidasi lobular total. Pada Bronkopneumonia kelainannya berlokasi di

lapang tengah atau bawah paru-paru, dengan batas yang tidak rata, tidak

jelas, atau tegas. Gambaran pada foto thoraks sebagai berikut:

a. Bercak bercak tersebar dan di antaranya masih ada jaringan yang sehat.

b. Bisa terjadi perselubungan ringan pada seluruh paru-paru bagian tengah

dan bawah, mirip dengan gambaran pneumonia.

c. Berawan tipis atau tebal, jika prosesnya sudah meluas terjadi bercak

bercak yang konfluens.

(Robbins&Kumar, 2007)

22

Page 24: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 1. Bronkopneumonia. Ada bercak konsolidasi yang luas terutama

kedua lobus paru kiri dan lobus bawah paru kanan (Armstrong&Wastie,

1984)

Gambar 2. Bilateral Bronchopneumonia: terlihat densitas berupa bercak-

bercak yang difus di seluruh paru. Bronkopneumonia bisa bilateral, seperti

pada kasus ini, tetapi bisa juga hanya terbatas pada satu bagian paru saja

(Palmer et al, 1995).

3. Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, atau parasit). Berdasarkan klinis

23

Page 25: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

dan epidemiologis pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti,

nosokomial, aspirasi, serta imunokompromise. Sedangkan berdasarkan

bakteri penyebabnya dibagi menjadi pneumonia bakterial/apikal, atipikal,

virus, atau jamur. Patogenesis pada penyakit. Adanya ketidakseimbangan

daya tahan tubuh dan lingkungan dapat mendukung berkembangnya

mikroorganisme dipermukaan mukosa saluran nafas. Gejala dan tanda yang

bisa ditemukan ialah batuk, perubahan karakteristik dahak/purulen, suhu

tubuh ≥380 C (aksila)/riwayat demam, nyeri dada, sesak napas, suara napas

bronkial dan ronkhi, leukosit ≥10.000 atau <4500.

Untuk menunjang diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik, juga dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan gambaran

radiologis (fibroinfiltrat/air bronkogram). Pengobatan pneumonia terdiri atas

antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya

berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya. Kecuali

pneumonia yang mengancam jiwa atau hasil pemeriksaan kultudapat

diberikan antibiotik secara empiris (PDPI,..).

B

A

C D

24

Page 26: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

A. Pneumonia dengan elevasi diafragma; B. Pneumonia;

B. C. Pneumonia interstitial; D. Pneumonia; infiltrat di parahiler dan

paracardial kanan

C. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus irreversible yang terlokalisir,

sering disertai penebalan dinding bronkial. Etiologinya dapat merupakan

bawaan (kongenital) diantaranya struktural (atresia bronkial), abnormalitas

sistem transpor mukosiliar (Kartegener’s); sekresi yang abnormal (cystic

fibrosis); dan gangguan sistem imun. Disamping itu penyebab bronkiektasis

yang didapat diantaranya infeksi masa kanak-kanak, obstruksi distal

bronkus (mucus, benda asing, atau neoplasma), dan ‘Traction

bronchiectasis’ bentuk sekunder dari fibrosis pulmoner. Bentuk

bronkiektasis dapat berupa tubular/silindris, varicose, atau kistik (jenis yang

paling berbahaya).

Gejala yang dapat ditemukan pada penderita bronkiektasis adalah

meningkatnya frekuensi nafas, batuk kronik dengan produksi sputum yang

semakin banyak, hemoptisis, dan infeksi dada rekuren dengan akut

eksaserbasi. Sangat sering ditemukan pada masa kanak-kanak.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan

diagnosis adalah radiologi. Bronkiektasis paling sering ditemukan pada

segmen posterobasal dari lobus terbawah paru dan 50% bersifat bilateral.

Pada Chest X-ray, bronkus yang dilatasi dan dindingnya menebal

memberikan gambaran kistik dan tram-lining pada sebagian lobus terbawah

paru (Honeycombing). Selain itu dari pemeriksaan HRCT dapat terlihat

25

Page 27: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

‘Signet rign’ sign (gambaran dilatasi bronkus disertai arteri yang berukuran

normal).

Fisioterapi postural dengan drainase mukus dapat dilakukan sebagai

tatalaksana bronkiektasis. Selain itu regimen antibiotik profilaksis jangka

panjang dan bronkodilator (untuk infeksi akut dengan bronkospasme) juga

dapat diandalkan (Misra R, 2007).

A B

A. Bronkiektasis (Chest X-Ray); B. Bronkiektasis (HRCT)- C: dilatasi

bronkus; tanda panah: Signet ring sign (Misra R, 2007).

26

Page 28: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Infected Bronkiektasis

4. Edema paru

Edema paru merupakan penimbunan cairan serosa atau

serosanguinosa secara berlebihan di dalam ruang interstitial dan alveolus

paru-paru (Wilson, 1995). Penyebab yang tersering dari edema paru-paru

adalah kegagalan ventrikel kiri akibat penyakit jantung arteriosklerotik atau

stenosis mitralis (Soewondo dan Amin, 1998). Edema paru-paru yang

disebabkan kelainan pada jantung ini disebut juga edema paru kardiogenik,

sedangkan edema paru yang disebabkan selain kelainan jantung disebut

edema paru non kardiogenik (Wilson, 1995).

Edema paru kardiogenik atau edema volume overload terjadi karena

peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang menyebabkan

peningkatan filtrasi cairan transvaskular. Ketika tekanan interstitial paru

lebih besar daripada tekanan pleural maka cairan bergerak menuju pleura

visceralis yang menyebabkan efusi pleura. Sejak permeabilitas kapiler

endothel tetap normal, maka cairan edema yang meninggalkan sirkulasi

memiliki kandungan protein yang rendah. Peningkatan tekanan hidrostatik

di kapiler pulmonal biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan

vena pulmonal akibat peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan

tekanan atrium kiri. Peningkatan ringan tekanan atrium kiri (18 – 25 mmHg)

menyebabkan edema di perimikrovaskuler dan ruang intersisial

peribronkovaskular. Jika tekanan atrium kiri meningkat lebih tinggi (>25)

maka cairan edema akan menembus epitel paru, membanjiri alveolus

(Lorraine et al, 2005; Maria, 2010)

27

Page 29: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Ilustrasi radiologi edema paru kardiogenik (Cremers et al., 2010)

dibandingkan dengan gambaran edem paru akut kardiogenik (Koga

dan Fujimoto, 2009). Garis kerley A merupakan garis linear panjang yang

membentang dari perifer menuju hilus yang disebabkan oleh distensi saluran

anastomose antara limfatik perifer dengan sentral. Garis kerley B terlihat

sebagai garis pendek dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat

sudut kostofrenikus yang menggambarkan adanya edema septum

interlobular. Garis kerley C berupa garis pendek, bercabang pada lobus

inferior namun perlu pengalaman untuk melihatnya karena terlihat hampir

sama dengan pembuluh darah (Koga dan Fujimoto, 2009).

28

Page 30: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambaran radiologis edema paru akut kardiogenik pada pasien infark

miokard akut. Terdapat pelebaran peribronchovascular spaces (panah atas

pada gambar) dan septal lines/ garis Kerley B (anak panah bawah) (Ware

dan Matthay, 2005).

Edema paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi cairan dari

pembuluh-pembuluh kapiler paru-paru ke dalam ruang interstisial dan

alveolus paru-paru yang diakibatkan selain kelainan pada jantung.

Walaupun edema paru dapat berbeda-beda derajatnya, bagaimanapun dalam

tingkatnya yang paling ringan sekalipun tetap merupakan temuan yang

menakutkan. Terjadinya edema paru seperti di atas dapat diakibatkan oleh

berbagai sebab, diantaranya: peningkatan permeabilitas kapiler paru

(ARDS), tenggelam, kontusio paru, pneumonia berat, emboli lemak, emboli

cairan amnion (Wilson, 1995).

29

Page 31: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambaran radiologis edema paru non-kardiogenik. Terdapat infiltrat

diffuse alveolar (anak panah pada gambar) disertai air bronchogram (Ware

dan Matthay, 2005).

5. Emfisema

Emfisema merupakan pembesaran abnormal yang permanen

bronkiolus distal sampai terminal disertai kerusakan dinding alveolar.

Emfisema merupakan grup proses patologis yang amat luas dan memiliki

pola patologis yang bervariasi, mulai dari subtipe morfologis (sentrilobuler,

panlobuler, paraseptal, parasikatrikal, terlokalisasi), emfisema giant bullous

idiopatik, emfisema lobaris kongenital, sampai emfisema pulmoner

interstitial (Weerakkody dan Danaher, 2012).

Gambaran radiologis emfisema yang paling jelas adalah bula yang

terbentuk bila kerusakan sudah cukup parah. Gambaran emfisema yang lain

berupa hiperinflasi (diafragma mendatar, sela interkostalis melebar) dan

perubahan vaskuler (berkurangnya vaskularisasi, hipertensi arteri

pulmonal). Perlu diingat bahwa gambaran radiologis pada emfisema, yang

merupakan bagian dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) seringkali

30

Page 32: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

normal dan tidak terdapat kelainan (Collins dan Stern, 2007; Robertson,

1999).

Gambaran radiologis emfisema. Terlihat hiperinflasi disertai melebarnya

sela interkostalis, namun diafragma masih belum mendatar. Corakan

bronkovaskuler yang kasar sesuai untuk PPOK (Collins dan Stern, 2007).

Gambaran radiologis emfisema. Terlihat menghilangnya vaskularisasi

(anak panah) pada giant bullous. Merupakan proses lanjut dari PPOK

(Weerakkody dan Danaher, 2012).

31

Page 33: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

6. Abses paru

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan

paruyang terlokalisir dengan proses supurasi sehingga membentuk kavitas

yang berisipus dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih (Alsagaff et

al., 2005). Kavitas ini berisi materialpurulen sel radang akibat proses

nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Biladiameter kavitas < 2

cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses)dinamakan

necrotizing pneumonia. Etiologi dari abses paru dapat berupa bakteri

anaerob (karena pneumonia aspirasi), bakteri aerob, jamur, maupun parasit

(Kamangar et al., 2009).

Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi obstruksi,

infeksi kemudian menimbulkan proses supurasi dan nekrosis.

Perubahan reaksi radang pertama dimulai dari supurasi dan trombosis

pembuluh darah lokal, yang menimbulkan nekrosis dan likuifikasi.

Pembentukan jaringan granulasi terjadi mengelilingi abses, melokalisir

proses abses dengan jaringan fibrotik. Seiring dengan membesarnya fokus

supurasi, abses akhirnya akan pecah kesaluran nafas. (Alsagaff et al.,

2005).

Foto dada PA dan lateral pada abses paru ditandai dengan peradangan

di jaringan paru yang menimbulkan nekrosis dengan pengumpulan nanah.

Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menunjukkan gambaran

opak dari satu atau lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas

homogen yang membulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radioluse

dalam bayangan infiltrat yang padat. Abses yang terbentuk dari bahan

nekrotik akan tampak sebagai jaringan lunak sampai terhubung

dengan bronkus. Hubungan ini memungkinkan pengaliran keluar

debris nekrotik. Bahan nekrotik ini akan dibatukkan keluar dan akan

menimbulkan gambaran radiologik berupa defeklusen atau kavitas. Seiring

dengan membesarnya fokus supurasi, abses akhirnya akan pecah ke

32

Page 34: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

saluran napas. Oleh karena itu, eksudat yang terkandung

didalamnya mungkin keluar sebagian, dan menghasilkan batas udara air

(air-fluid level) di dalam kavitas pada pemeriksaan radiografik. Nekrosis

akan mengakibatkan hilangnya corakan bronkovaskularnormal yang

diakibatkan oleh dekstruksi hampir seluruh dinding alveoli, septa

interlobularis, dan bronkovaskular pada daerah kavitas. Parenkim

parunormal di sekitarnya bereaksi terhadap jaringan nekrosis ini

dengan membentuk suatu reaksi inflamasi di sekitar bahan nekrotik dengan

edema lokal dan pendarahan. Dinding kavitas dibentuk oleh

infiltrat inflamasi disekitar lesi, edema, perdarahan, dan jaringan paru

normal yang tertekan (Alsagaff et al., 2005; Kamangar et al., 2009).

Gambaran radiologis abses paru. Terdapat area yang memiliki batas tegas

transparan di lobus kiri atas (panah putih pada gambar). Kavitas tersebut

diisi oleh cairan dan udara (air fluid level) (panah hitam pada gambar).

(Kamangar et al., 2009)

33

Page 35: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambaran radiologis abses paru. Terlihat kavitas dengan air fluid level.

(Kamangar et al., 2009).

7. Atelektasis

Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru

mengempis dan tidak mengandung udara (Djojodibroto, 2009). Atelektasis

disebut juga lolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak

mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas.

Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk

proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. Tidak adanya udara

didalam paru terjadi karena seluruh pernafasan tersumbat sehingga udara

dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus, sedangkan udara yang

sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang

banyak mengandung kapiler darah (Corwin, 2009).

Foto Thorax dilakukan dengan posisi PA/Lateral. Foto thorax posisi

lateral bertujuan untuk melihat letak atelektasis, apakah anterior ataukah

posterior agar mempermudah mengetahui lobus paru bagian mana yang

mengalami kolaps. Tanda tanda langsung atelektasis: pergeseran dari fissura

interlobaris, peningktan dentitas, volume paru yang bersangkutan mengecil.

34

Page 36: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambaran radiologis atelektasis. Terlihat perselubungan homogen di paru

kiri menutupi batas jantung, diafragma, dan sinus costophrenicus disertai dengan

midline shifting ke kiri (Corwin, 2009).

Gambaran radiologis atelektasis di basal paru kanan (Corwin, 2009).

35

Page 37: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambaran radiologis atelektasis di basal paru kiri (Corwin, 2009).

8. Bronkhitis

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan

bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding

bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.

Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan

bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-

paru dan dapat merusaknya ( Farida, 2008).

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah batuk

dengan produksi sputum berwarna bening, putih atau hijau-kekuningan,

dyspnea (sesak napas), gejala kelelahan, sakit tenggorokan, nyeri otot,

hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama. Demam

dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri

(Schiffman, 2004).

Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik adalah

ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai dengan corakan

bronkovaskular yang ramai. Gambaran opasitas yang kecil mungkin akan

terlihat pada semua tempat di seluruh lapangan paru namum penilaian

36

Page 38: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

gambaran ini bersifat subjektif. Dirty chest terjadi karena infeksi berulang

yang disertai terbentuknya jaringan fibrotik pada bronkus dan

percabangannya, maka corakan bronkovaskular akan terlihat ramai dan

konturnya irregular. Ini merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling

sering ditemukan pada foto thoraks (Corwin, 2009).

Gambaran tramline maupun tubular shadow yang tipis. Tramline

shadow berupa garis parallel akibat penebalan dinding bronkus yang juga

menjadi gambaran khas bronkiektasis. Tubular shadow menunjukkan

adanya bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju basal

paru dari corakan paru yang bertambah (Corwin, 2009).

Gambar 1. Dirty chest

Gambar 2. Adanya gambaran tubular shadow pada bronkitis kronik

37

Page 39: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 3. Tramline appearance terlihat sepanjang pinggiran bayangan

jantung

Gambar 4. Sisi lapangan paru kiri atas yang diperbesar menunjukkan struktur

bronkovaskuler yang irregular dengan diameter yang bervariasi.

38

Page 40: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 5. Menunjukkan foto thoraks yang diperbesar dari bagian kiri paru.

Garis yang membujur secara kranio-kaudal adalah batas medial skapula.

Anak panah menunjukkan pola stuktur bronkovaskular dengan pola

irregular.

Gambar 6. Foto thoraks laki-laki yang memilki riwayat merokok lama.

Terlihat adanya corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema. Volume

paru tampak membesar, sela iga melebar, dan difragma mendatar.

(Corwin, 2009).

9. Tumor Paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,

mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari

luar paru (metastasis tumor di paru) (PDPI, 2003).

Klasifikasi Tumor Paru adalah Tumor jinak paru dan tumor ganas

paru. Tumor jinak dapat dibedakan menjadi hamartoma dan kista paru.

Hamartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya

berlangsung dengan sangat lambat. Bentuk tumor bulat atau bergelombang

39

Page 41: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

(globulated) dengan batas yang tegas. Biasanya ukuran < 4 cm dan sering

mengandung kalsifikasi berbentuk bercak-bercak garis atau gambaran pop

corn (Hudoyo, 2005, Icksan et al, 2008).

Gambar 1. Hamartoma

Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam

parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan

kronis. Gambaran radiologik memberi bayangan bulat berdinding tipis

dengan ukuran bervariasi. (Hudoyo, 2005, Icksan et al, 2008).

Gambar 2. Kista Paru

Secara garis besar tumor ganas paru atau kanker paru dibagi menjadi 2

bagian yaitu Small Cel Lung Cancer (SCLC) dan Non Small Cel Lung

Cancer (NCLC) (Hudoyo, 2005; Icksan et al, 2008).

Keluhan utama kanker paru dapat berupa batuk dengan / tanpa dahak,

batuk darah, sesak napas, serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, benjolan di

40

Page 42: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

pangkal leher, sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab

lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat

adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan

yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah

tulang kaki (PDPI, 2003).

Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang

mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,

serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan

radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks,

bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk

menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis (PDPI, 2003).

Gambaran radiologis dari kanker paru dapat berupa : Atelektasis yairy

gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan

sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau

seluruh hemitoraks (Icksan et al, 2008).

Gambar 3. Atelektasis

Pembesaran hilus unilateral. Suatu perbedaan besar hilus antara

kedua hilus atau perbedaan besar hilus dengan foto-foto sebelumnya perlu

dicurigai adanya suatu tumor (Icksan et al, 2008).

41

Page 43: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 4. Pembesaran hilus unilateral

Emfisema lokal (setempat). Penyumbatan sebagian lumen bronkus

oleh tumor akan menghambat pengeluaran udara sewaktu ekspirasi sehingga

terjadi densitas yang rendah atau emfisema setempat dibandingkan daerah

lain (Icksan et al, 2008).

Kavitas atau abses yang soliter. Suatu kavitas soliter dengan tanda

infeksi perlu dipikirkan suatu karsinoma bronkogen jenis epidermoid.

Biasanya dinding kavitas tebal dan irregular (Icksan et al, 2008).

Gambar 5. Foto Thorax Posisi Lateral, tampak adanya kavitas dengan air-

fluid level yang merupakan karakteristik dari abses paru.

42

Page 44: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Pneumonitis yang sukar sembuh. Peradangan paru sering disebabkan

aerasi yang tidak sempurna akibat sumbatan sebagian bronkus dan

pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak memberikan hasil yang

sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah peradangan

berkurang, di daerah peradangan terlihat gambaran massa yang sangat

dicurigai sebagai keganasan paru (Icksan et al, 2008).

Nodul soliter pada paru. Bayangan nodul pada paru berukuran

beberapa mm sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi

harus diutamakan pada kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama

pada usia di atas 40 tahun. Ada pendapat mengatakan bahwa sifat nodul

yang ganas batasnya tidak jelas, apalagi berbenjol-benjol atau adanya nodul-

nodul kecil sekitarnya sebagai gambaran satelit atau adanya gambaran kaki-

kaki infiltrasi yang berasal dari nodul tersebut (pseudopodi) (Icksan et al,

2008).

Gambar 6. Bentuk nodul dengan kaki (pseudopodi)

Efusi pleura yaitu adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang

cepat bertambah (progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa

dalam paru, perlu dipertimbangkan suatu keganasan paru yang sudah

bermetastasis ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan

darah (Icksan et al, 2008).

43

Page 45: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 7. Efusi pleura

Elevasi diafragma. Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan

massa tumor yang diakibatkan kelumpuhan nervus frenikus dapat

diperlihatkan pada pemeriksaan fluoroskopi di mana pergerakan diafragma

berkurang atau tak ada sama sekali (Icksan et al, 2008).

Gambar 8. Elevasi diafragma

Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya. Suatu

perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi

tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer

pada paru (sulkus superior) yang lanjut yang dikenal sebagai tumor

Pancoast, klinis disertai dengan sindroma Horner (Icksan et al, 2008).

44

Page 46: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Gambar 9. Tumor pancoast, perselubungan padat di paru kanan atas dengan

destruksi tulang iga I-II kanan.

Metastasis paru dibedakan menjadi metastasis hematogen dan

metastasis limfogen. Gambaran radiologik metastasis hematogen dapat

bersifat tunggal (soliter) atau ganda (multiple) dengan bayangan bulat

berukuran beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, batas tegas.

Bayangan tersebut dapat mengandung bercak kalsifikasi (Icksan et al,

2008).

Gambar 10. Metastasis paru hematogen

45

Page 47: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Penyebaran melalui saluran limfogen sering menyebabkan

pembesaran kelenjar mediastium yang dapat mengakibatkan penekanan

pada trakea, esofagus, dan vena kava superior, dengan keluhan-keluhannya

(Icksan et al, 2008).

Penyebaran juga bisa menetap di saluran limfe peribronkial atau

perivaskular yang secara radiologik memberi gambaran bronkovaskular

yang kasar secara dua sisi atau satu sisi hemitoraks atau gambaran garis-

garis berdensitas tinggi yang halus seperti rambut (Icksan et al, 2008).

Gambar 11. Metastasis Paru Limfogen

10. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah akumulasi cairan transudat atau eksudat pada

cavum pleura. Gejala yang asimptomatik dapat terjadi, selain itu bisa juga

didapatkan batuk berdahak atau hemoptisis, demam, nyeri dada, edema

generalisata, penurunan berat badan, malaise, gejala menurut penyakit yang

mendasari (rheumatoid arthritis, pancreatitis, gagal ginjal kronis, dsb),

hipoksia, penurunan suara dasar paru, dan perkusi redup.

Hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan tumpulnya sudut

costophrenicus. Adanya meniscus dengan densitas radio-opak pada basal

paru. Efusi masif bisa terjadi hingga apeks dan menyebabkan pergeseran

46

Page 48: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

mediastinal. Posisi lateral dekubitus dapat mengidentifikasi efusi minimal.

Pemeriksaan USG mengkonfirmasikan ukuran dan jenis cairan efusi.

Sedangkan CT-scan selain dapat mengidentifikasikan efusi pleura minimal,

juga bisa mengetahui penyebab efusi serta adanya penebalan plura yang

mengandung eksudat.

Tata laksana efusi pleura tergantung pada penyakit yang

mendasarinya. Drainase dibutuhkan bila terbukti adanya infeksi/empyema.

Efusi pleura yang berulang kemungkinan membutuhkan pleurodesis (Misra

R, 2007).

Efusi pleura dextra

(Misra R, 2007).

Loculated pleural effusion (Misra R, 2007).

47

Page 49: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Efusi pleura bilateral

A B

A. Efusi pleura bilateral; B. Efusi pleura kanan masif, adanya masa belum

dapat disingkirkan

11. Pneumothoraks

Pneumothoraks merupakan akumulasi udara pada cavum pleura

dimana keadaan tersebut merupakan komplikasi umum trauma dada. Terjadi

secara spontan, tergantung penyakit paru/pleura atau trauma. Dibagi dalam

3 kategori: Simple (tidak ada hubungan dengan udara luar atau mediastinum,

tidak ada midline shift); Communicating (defek pada dinding dada); Tension

(akumulasi udara dalam cavum pleura secara progresif, menyebabkan

kompresi pada paru kontralateral dan pembuluh darah besar).

Gejala yang paling umum yaitu nyeri dada dan nafas menjadi pendek.

Tanda tension pneumothoraks diantaranya: takikardi, distensi vena

jugularis, menghilangnya suara nafas, perkusi hipersonor, terdapat tanda-

tanda distres kardio-respirasi distres, trakea dan jantung bergeser.

Manajemen pada simpel pneumothoraks adalah konservatif dengan

follow-up radiologi dada, aspirasi menggunakan three way kateter, atau

torakostomi. Sedangkan pada tension pneumothoraks membutuhkan

48

Page 50: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

torakostomi dengan kanul ukuran 14/16 yang dipasang pada SIC 2 (linea

midklavikula). Pneumothoraks berulang kemungkinan membutuhkan

pleurodesis (Misra R, 2007).

Simple Pneumothoraks

A B

A. Tension pneumothoraks sinistra with early mediastinal shift; B.

Emergency tension pneumothoraks sinistra

(Misra R, 2007).

49

Page 51: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

C D

C. Pneumothoraks dextra; D. Pneumothoraks dengan atelektasis dextra

BAB III

KESIMPULAN

1. Organ paru merupakan bagian yang sangat penting dari sistem respirasi

yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh untuk

proses metabolisme.

2. Kelainan paru dapat menyebabkan terganggunya proses pernapasan, dapat

berupa gangguan ventilasi, difusi dan perfusi.

3. Foto thoraks merupakan modalitas pertama untuk mendiagnosis kelainan

paru, seperti TB, pneumonia, abses paru, tumor paru, dan lain-lain

50

Page 52: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hodd. Mukty, H. Abdul(ed). Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya:

Airlangga University Press. 2005. 136-140.

Armstrong P, Wastie ML. 1984. X-Ray Diagnosis. Singapore: Blackwell

Scientific Publications, pp: 56-57.

Burril J, Williams CJ, Bain G. 2007. Tuberculosis: Radiological Review .

Radiographics, 27(5): 1255-1265.

Collins J, Stern EJ. Chest radiology, the essentials. Lippincott Williams &

Wilkins. 2007.

Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2009.

Cremers et al. Chest X-Ray Heart Failure. The Radiology Assistant. (Online).

2010. Tersedia: Http://www.radiologyassistant.nl/en/p4c132f36513d4/

chest-x-ray-heart-failure.html.

Djojodibroto D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2009.

Farida Y. 2008. Bronkitis. Tersedia di: http://www.klikdokter.com [Diakses

tanggal 1 November 2015 pukul 14.00 WIB].

Hudoyo AT. 2005. Gejala Kanker Paru. Jakarta: SMF Paru RSUD Bekasi

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS

Persahabatan.

51

Page 53: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Icksan A, Faisal R M, et al. 2008. Kriteria Diagnosis Kanker Paru Priner

Berdasarkan Gambaran Morfologi pada CT Scan Toraks Dibandingkan

dengan Sitologi. Jakarta: SMF Radiologi RS Persahabatan/FKUI

Departemen Pulmonologi FKUI/RS Persahabatan, SMF Patologi Anatomi

RS Persahabatan, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.

Kamangar N, Sather CC, Sharma S. Lung abscess (Online) . 2009. Tersedia:

http://emedicine.medscape.com/article/299425-overview.

Koga dan Fujimoto. Kerley’s A, B and C Lines. NEJM. 360;15 nejm.org april 9,

2009

Lorraine et al. Acute Pulmonary Edema. N Engl J Med. 2005;353:2788-96.

Maria I. Penatalaksanaan Edema Paru pada Kasus VSD dan Sepsis VAP.

Anestesia & Critical Care. 2010; 28(2):52.

Misra R, Planner A, Uthappa M. 2007. A-Z Chest Radiology. Cambridge.

Cambridge University Press.

Padley SPG, Rubens MB. 2003. Pulmonary Infections. In: Sutton D, ed. Textbook

of Radiology and Imaging. Vol 1. 7th ed. London: Churchill Livingstone,

pp:131-139.

Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuel E. 1995. Petunjuk Membaca

Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta: ECG.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Kanker Paru: Pedoman Diagnosis

dan Penatalaksanaan di Indonesia. Pp: 2-19.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia.

Robbins S L, Kumar V. 2007. Buku Ajar Patologi (Basic Pathology Part II Edisi

4. Jakarta: EGC, pp: 153-55.

Rasad, Sjahriar, Ekayuda I. 2015. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: FK-UI.

52

Page 54: Refrat Foto Thoraks - Word (1)

Robertson RJ. Imaging in the evaluation of emphysema. Thorax. 1999;54 (5):

379.

Schiffman, George. 2004. Pulmo diseases and disorder respiratory, edisi 4,

volume kedua. Jakarta: EGC, pp: 123-139.

Smithuis R, Delden O (2013). Chest X-Ray basic interpretation.

http://radiologyassistant.nl/en/p497b2a265d96d/chest-x-ray-basic-

interpretation.html#in514d811b2e023 (Diakses tanggal 30 Oktober 2015).

Soewondo A, Amin Z. Edema Paru.Dalam: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S,

et al, Ed. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

1998; 767-72.

Syahruddin TE. 2005. Faktor Risiko, Gejala Klinis dan Diagnosis Kanker Paru

Di Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas-Rumah

Sakit Dr. M. Djamil, Padang Tahun 2005. Padang: Bagian Pulmonoli dan

Ilmu Kedokteran Respirasi, Fkultas Kedokteran Universitas Andalas-RS.

M. Djamil.

Ware LB, Matthay MA. "Clinical practice. Acute pulmonary edema". N Engl J

Med. 2005. 353 (26): 2788–96.

Weerakkody Y, Danaher L. Pulmonary emphysema. Radiopaedia (Online). 2012.

Tersedia: Http:// www.radiopaedia.org/articles/pulmonary-emphysema.

Wilson LM. Penyakit Kardiovaskuler dan Paru-Paru. Dalam: Price SA, Wilson

LM. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit). Edisi Bahasa

Indonesia: Alih Bahasa: Anugerah P. Edisi IV. Buku I. EGC. Jakarta.

1995; 722-3.

53