reklamasi pasca penambangan batubara

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan Nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar – besarnya untuk kepentingan rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut adalah kegiatan pertambangan batubara yang hingga saat ini merupakan salah satu sector penyumbang devisa negara. Akan tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia, dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan – perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, 1

Upload: resky-ekky

Post on 18-Jul-2016

95 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

reklamasi

TRANSCRIPT

Page 1: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan

Nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar – besarnya untuk kepentingan

rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya.

Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut adalah

kegiatan pertambangan batubara yang hingga saat ini merupakan salah satu sector

penyumbang devisa negara. Akan tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak

dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan

terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar.

Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia, dan biologi seperti

bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi

dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan – perubahan ini harus dikelola untuk

menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase

yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air

tanah oleh bahan beracun dan lain – lain.

Industri pertambangan umum hubungannya dengan kepentingan lingkungan

yang dimuat dalam Pasal 30 UU No. 11 tahun 1967 yang menyatakan “ Apabila

selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu daerah atau tempat

pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan

mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya lainnya

bagi masyarakat”.

1

Page 2: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Pada setiap Perusahaan pengolahan Batubara dapat mengakibatkan kerusakan

lahan yang sangat luas. Polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan antara

lain polusi tanah, udara, dan air. Kerusakan – kerusakan .

Yang dapat ditimbulkan dari kegiatan penambangan Batubara antara lain :

Tata guna lahan.

Flora dan fauna.

Tekstur dan struktur tanah.

Penurunan produktivitas tanah.

Pemadatan tanah.

Terjadinya erosi dan sedimentasi.

Terjadinya gerakan tanah/longsor.

Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk.

Perubahan iklim mikro.

Dari beberapa kerusakan – kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan

tersebut harus diatasi setiap perusahaan tersebut melalui kegiatan reklamasi

perusahaan tersebut untuk mengembalikan keadaan lingkungan seperti pada keadaan

sebelumnya dengan kata lain sesuai dengan peruntukannya.

Pada setiap perusahaan tambang Batubara sebelum melakukan operasi perlu

merencanakan kegiatan reklamasinya. Hal ini dilakukan agar nantinya setelah selesai

operasi lahan tersebut tidak ditinggalkan begitu saja sehingga merugikan masyarakat

sekitarnya.

B. Tujuan

2

Page 3: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Maksud dan tujuan pedoman teknis ini adalah sebagai arahan pelaksana di

lapangan agar dalam melakukan reklamasi dapat memperoleh hasil yang optimal.

Pedoman teknis ini membahas teknik reklamasi lahan bekas tambang Batubara dengan

tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Penetapan sasaran reklamasi.

2. Perencanaan reklamasi.

3. Pembersihan lahan.

4. Tata letak Tanah

5. Pengolahan tanah pucuk.

6. Pengendalian erosi dan sedimentasi.

7. Revegetasi.

Dalam makalah ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu perencanaan,

pelaksanaan, Reklamasi lahan bekas tambang Batubara. Sedangkan kegiatannya

meliputi pekerjaan teknik sipil, teknik vegetatif, teknik kimiawi dan/atau

kombinasinaya.

BAB II

3

Page 4: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

PEMBAHASAN

A. Genesa Batubara

Batubara adalah berasal dari tumbuh – tumbuhan yang hidup diair tawar pada

daerah tropis atau sub tropis dimana tumbuh – tumbuhan yang mengandung karbon,

hydrogen, dan sedikit nitrogen serta yang paling banyak adalah “cellulose”

( C6H10O5), kemudian mati tumbang dan terendam air. Dengan sisa tumbuh –

tumbuhan tersebut didalam lingkungan hampa udara ( anaerobic ) maka terjadi proses

biokimia atau hasil kerja “ organisme “.

Skema Proses kimia

Tumbuh – tumbuhan bakteri anaerob Gelly

Gelly Akumulasi dan pemadatan Peat

Setelah terjadi proses biokimia maka tahap selanjutnya terjadi proses

thermodinamika dimana proses geologi terjadi kenaikan tekanan dan temperature

akibat dari pemadatan, maka hal ini disebut proses pembatubaraan.

Proses pembatubaraan akan semakin meningkat kadar C ( zat karbon ) dan

semakin kurang kadar hydrogen ( H ) dan Oksigen ( O ) atau dengan keluarannya

CO2,H2O, dan CH4 dari dalam sisa tumbuh – tumbuhan, maka zat kayu akan

mengalami perubahan yakni : peat, gambut, lignit dan batubara ( sub-bituminius dan

bituminous ) dan anthracite.

5 ( C6H10O5 ) C20H22O4 + 3CH4 + 8 H2O + 6CO2 + CO

( Lignit ) ( Metan ) ( Air ) ( Carbondioksida )

6 ( C6H10O5 ) C22H20O3 + 5CH4 + 10 H2O + 8CO2 + CO

( Bituminius ) ( Metan ) ( Air ) ( Carbondioksida )

B. Sasaran dan Perencanaan Reklamasi

4

Page 5: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia, dan biologi seperti

bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi

dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan – perubahan ini harus dikelola untuk

menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase

yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air

tanah oleh bahan beracun dan lain – lain.

Dampak negative seperti yang disebut di atas dapat dicegah atau ditanggulangi

dengan cara mengatur tata letak rencana operasi penambangan. Persiapan rencana

daerah pertambangan lebih baik dalam bentuk seri “ overlay “ photo udara atau

thematic peta topografi yang rinci untuk mendapatkan identifikasi yang jelas tentang

komponen lingkungan fisik yang penting, komponen lingkungan yang sensitive pada

lokasi tersebut. Posisi optimum sarana penunjang di kegiatan penambangan kemudian

diputuskan. Dengan penempatan sarana penunjang pada letak yang tepat maka akan

didapat beberapa manfaat, yaitu :

1. Melindungi jalan tambang dan

kemungkinan areal pengembangannya.

2. Mengoptimasikan jarak

pengangkutan bijih dan lapisan penutup.

3. Menghindari atau memperkecil

pengaruh dampak terhadap lokasi – lokasi yang lingkungannya sensitive.

4. Menghindari dampak kebisingan dan

estates ( termasuk sinar ) disekitar pemakaian lahan yang berdekatan.

5. Membuat rencana penisiran yang

optimum.

6. Mengoptimasikan bentuk akhir

penambangan kea rah bentuk lahan yang sesuai dengan tata guna lahan

setelah penambangan selesai.

Dengan memperhatikan hal – hal di atas maka sasaran dari apa yang

direncanakan dalam kegiatan reklamasi dapat dicapai.

5

Page 6: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

B. 1. Sasaran Reklamasi

Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan yaitu :

- Pemulihan lahan bekas tambang Batubara untuk memperbaiki lahan yang

terganggu ekologinya.

- Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya

untuk pemanfaatan selanjutnya.

Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang

batubara agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi sehingga dapat

dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan kembali limbah bekas tambang Batubara tersebut

sangat bervariasi untuk daerah yang berbeda. Dalam beberapa kasus dapat dilakukan

pembuatan model penggunaan lahan yang sama sekali dari daerah bekas

penambangan, misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf dan sebagainya

sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan demikian peruntukan lahan pada pasca

penambangan harus dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah, pemilik tanah dan

instansi terkait lainnya.

Pelaksanaan reklamasi sedapat mungkin harus dilaksanakan dengan cepat

sepanjang umur tambang. Dengan demikian dapat dicapai efisiensi pemakaian

peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk.

B. 2. Perencanaan.

Untuk melakukan reklamasi diperlukan perencanaan baik agar dalam

pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini

reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah

disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang

terpadu dalam kegiatan operasi penambangan.

Hal – hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah

sebagai berikut :

6

Page 7: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

1. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.

2. Luas areal yang di reklamasi sama dengan luas areal penambangan.

3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan

mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi.

4. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.

5. Menghilangkan atau memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun

sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat

pembuangan.

6. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan

tujuan penggunaannya.

7. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

8. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas

penambangan.

9. Mencegah masuknya hama dan gulma.

10. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang

diharapkan.

B. 2. 1. Pemeliharaan Lahan

Pemeliharaan lahan pertambangan merupakan hal yang penting untuk

merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi

dipengaruhi berbagai factor yaitu :

1. Kondisi Iklim.

2. Geologi.

3. Jenis Tanah.

4. Bentuk lahan.

5. Air permukaan dan air tanah.

6. Flora dan fauna.

7. Penggunaan lahan.

8. Tata ruang dan lain – lain.

7

Page 8: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Untuk memperoleh data yang dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan.

Dari berbagai factor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis

tanah merupakan factor yang terpenting.

B. 2. 2.Pemetaan.

Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi

atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan ke dua

kegiatan tersebut. Rencana tapak reklamasi di tetapkan sesuai dengan kondisi setempat

dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tapak reklamasi tersebut dilengkapi

dengan peta – peta skala 1 : 1. 000,00 atau skala lainnya yang disetujui, disertai

gambar – gambar teknik bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi

dengan peta indeks dengan skala yang memadai.

Didalam peta tersebut digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan

misalnya kemajuan penggalian, timbunan tanah penutup, timbunan “ slag “ ,

penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendapan, kolam persediaan air,

pemukiman, sungai, jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya serta mencantumkan

tanggal situasi/ pembuatannya.

B.2.3. Peralatan yang digunakan

Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan antara lain

peralatan – peralatan dan sarana sebagai berikut :

“ Dump truk “

Alat – alat berat untuk meratakan timbunan tanah penutup.

Alat bajak yang dipasangkan pada traktor.

Beberapa jenis alat berat mesin pertanian yang konvensional.

Tugal adalah peralatan pembibitan yang sederhana yang digunakan pada

penyemaian.

Alat berat “ back hoe “ yang dilengkapi dengan gigi yang di tempelan pada

legan bach hoe tersebut sebagai pengganti ember.

8

Page 9: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

C. Pelaksanaan reklamasi

Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi

pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari

pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi. Pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan

teras, saluran pembuangan air, bangunan pengendali lereng, check dam, penangkap oli

bekas dan lain – lain yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Pekerjaan teknik

vegetatif meliputi : pola tanam, system penanaman, jenis tanaman yang disesuaikan

kondisi setempat, “ cover crop “ dan lain – lain.

Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan sebagai berikut :

Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,

pengaturan bentuk lahan, pengaturan/penempatan bahan tambang kadar

rendah yang belum dimanfaatkan.

Pegendalian erosi dan sedimentasi.

Pengelolaan tanah pucuk.

Revegetasi ( penanaman kembali ) dan/atau pemanfaatan lahan bekas

tambang untuk tujuan lainnya.

Mengingat sifat lahannya dan kegiatannya yang memerlukan penjelasan rinci

maka selain kegiatan pelaksanaan reklamasi di atas, dalam pembahasan bab ii juga

dijelaskan mengenai pelaksanaan reklamasi khusus dan reklamasi bekas lubang

tambang batubara

C.1. Persiapan lahan

C.1.1 Pengamanan lahan bekas tambang

Kegiatan ini meliputi :

Pemindahan/ Pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang

tidak digunakan di lahan yang akan di reklamasi.

9

Page 10: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah

beracun dan berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak

mencemari lingkungan.

Pembuangan atau penguburan potongan beton dan scrap pada

tempat khusus. Selanjutnya penutupan lubang bukaan tambang

dalam secara aman dan permanent. Melarang atau menutup jalan

masuk kelahan bekas tambang yang akan direklamasi

C.1.2 Pengaturan bentuk lahan

Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan

hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi:

a. Pengaturan bentuk lereng

Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi

kecepatan air limpasan; erosi dan sedimentasi serta longsor.

Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras-

teras.

b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)

Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk

pengaturan air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat

mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.

Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tegantung dari bentuk lahan

(topografi) dan luas area yang direklamasi.

C.1.3 Pengaturan/Penempatan Low Grade

Maksud pengaturan dan penempatan “low grade” (Bahan

tambang yang mempunyai nilai ekonomis rendah) adalah agar bahan

tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun dalam waktu

yang lama karena belum dapat dimanfaatkan.

10

Page 11: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

C.2. Pengendalian erosi dan sedimentasi

Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan p-

penambangan dan setelah penambangan erosi dapat mengakibatkan berkurangnya

kesuburan tanah terjadinya endapan Lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai.

Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konservasi tanah baik secara teknik

sipil maupun teknik vegetatif.

C.2.1 Erosi oleh angin

Dearth yang peka terhadap erosi angin adalah pantai pasir, daerah semi

kering, atau pada lahan tambang yang dibuka sangat luas. Dampak utama dari

erosi angina adalah :

Penurunan produktifitas lahan.

Gangguan debu.

Terjadinya endapan debu pada selokan, kanan kiri jalan, pagar dan

bangunan-bangunan.

Untuk mengendalikan erosi dalam jangka yang lama digunakan

tanaman tahunan atau tanaman penutup tanah. Namun sebelum tanaman

berfungsi dilakukan tindakan sebagai berikut:

Menggunakan mulsda sebagai penutup lahan.

Membuat kondisi tanah tahan terhadap erosi dengan cara

membiarkan tanah tetap menggumpal membasahi permukaan

tanah, membuat lekukan-lekukan tanah.

Mengurangi kecepatan angin dengan membuat pemecah angina

Dalam penempatan dan pemilihan pemecah angina harus

dipertimbangkan factor-faktor:

Arah angin erosi.

Tinggi dan jarak tanam.

Permeabilitas atau kelulusan angin (Maksimal 40%)

11

Page 12: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Kontinuitas dan panjang pemecah angin.

C.2.2 Erosi oleh air

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah :

curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, tataguna tanah dan tanaman

penutup tanah.

Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air dan limpasan adalah

sebagai berikut;

a. meminimasikan areal terganggu dengan:

Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan

reklamasi.

Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan

penambangan.

Penebangan sebatas areal yang akan dilakukan

penambangan.

Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan

pepohonan.

b. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan:

Pembuatan teras-teras

Pembuatan saluran difersi

Pembuatan SPA

Dam pengendali

Check-dam.

c. Meningkatkan infiltrasi( peresapan air tanah).

Dengan penggaruan tanah searah kontur.

Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume

tanah meningkat sebagai media perakaran tanaman.

12

Page 13: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

d. Pengelolaan air keluar dari lokasi pertambangan .

Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan harus di dalam

wilayah kuasa pertambangan.

Membuat bendungan sediment untuk menampung air yang

banyak mengandung sediment.

Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan

permanen yang dilengkapi saluran pengelak.

Dalam membuat bendungan permanen sebaiknya

dilengkapi : dengan saluran pelimpah, pipa pembuangan, dan

lain – lain yang dianggap perlu.

C.3. Pengelolaan tanah pucuk.

Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk

dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi

tanaman dan merupakan salah satu factor penting untuk keberhasilan pertumbuhan

tanaman pada kegiatan reklamasi.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :

Pengamatan profil tanah dan identi perlapisan tanah tersebut sampai

endapan bahan galian.

Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan – lapisan tanah dan ditempatkan

pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk

tidak melebihi 2 meter.

Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah

pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 m.

Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun

dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan

khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya.

13

Page 14: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk

menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.

Bila lapisan tanah pucuk tipis, perlu dipertimbangkan :

1. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka

terhadap erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan

pertumbuhan tanaman dengan segera.

2. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman.

3. Percampuran tanah pucuk dengan tanah lain. Hal – hal yang perlu

dihindari dalam pemanfaatan tanah pucuk adalah apabila :

- Sangat berpasir ( > 70 % pasir atau kerikil ).

- Sangat berlempung ( > 60 % lempung ).

- Mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00.

- Mengandung khlorida 3 %.

- Mempunyai electrical conductivity ( e c ) 400 milisiemens/meter.

4. Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup yang cepat

tumbuh dan menutup permukaan tanah.

C. 4. Revegetasi

Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : persiapan

penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.

Usaha pengendalian erosi dan pengawetan tanah dan air akan dilakukan dengan

penanaman kembali ( revegetasi ) didasarkan para peranan tanaman. Untuk pemulihan

keadaan lahan pasca tambang batubara akan ditempuh dengan jalan pemanfaatan

tanaman penutup penanaman tanaman pokok sebagai pelindung.

C. 4. 1. Pemupukan

Sebelum menggunakan pupuk untuk keberhasilan revegetasi maka,

dilakukan beberapa usaha, antara lain :

a. Penggunaan gypsum

14

Page 15: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

- Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang banyak

mengandung lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak

tanah pada tanah padat.

- Bila lapisan tanah bagian bawah yang diperbaiki maka perlu dibuat

alur garukan yang dalam agar gypsum dapat diserap.

- Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan

dengan gypsum akan tahan beberapa tahun dimana tumbuh-tumbuhan

sudah mampu menghasilkan bahan organic sendiri.

b. Penggunaan kapur

- Kapur digunakan khususnya untuk mengatur PH akan tetapi dapat

juga memperbaiki struktur tanah.

- Pengaturan PH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman

dan mengurangi zat beracun.

- Kapur atau batu gamping giling kasar dan kapur dolomite

mempunyai daya kerja yang lebih lambat akan tetapi pengaruhnya

dalam menetralisir ph lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.

- Tingkat penyesuaian ph akan bergantung dari tingkat keasaman jenis

tanah dan kualitas batu gamping.

c. Penggunaan mulsa jerami dan bahan organic lainnya

- Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai

upaya perbaikan kondisi tanah untuk penyesuaian biji pada

pertumbuhan awal tanaman.

- Selain untuk mengendalikan erosi juga bermanfaat untuk

mempertahankan kelembaban dan mengatur suhu permukaan tanah.

- Penyebaran mulsa secara mekanis dapat menggunakan alat pertanian

biasa (misalnya penyebaran pupuk kandang) atau dengan alat khusus,

biasanya digunakan jerami atau batang padi yang dicampur dengan

biji tumbuhan.

d. Pupuk

15

Page 16: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

- Persyaratan penggunaan pupuk akan sangat berfariasi sesuai dengan

kondisi dan maksud peruntukan lahan sesudah penimbangannya.

- Pupuk organic (Lumpur kotoran, pupuk alami, darah dan tulang dan

sebagainya) umumnya bermanfaat sebagai pengubah sifat tanah.

- Pemberian pupuk dalam bentuk butir atau tablet dapat dilakukan pada

jarak 10-15 cm dibawah atau disebelah tiap lubang semaian.

C.4.2 Pemilihan jenis tumbuhan

Pada umumnya program revegetasi tambang diarahkan pada

penanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan local yang

sesuai dengan kondisi dengan tanah setempat. Apabila revegetasi bertujuan

untuk menghidupkan kembali bermacam spesies local dan bersifat permanen,

maka pemilihan spesies yang sesuai perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

- Pengamatan spesies tumbuhan yang tumbuh secara alamiah pada setiap

daerah yang sudah lama terganggu dekat lokasi reklamasi sehingga

pengelompokan dan pertumbuhannya dapat diidentifikasi.

- Pengamatan tanah dan kondisi penirisan dimana soesieslokal yang berbeda

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lokasi bekas tambang.

- Pemilihan jenis tanaman yang dapat menghasilkan biji dan dapat

memperbanyak diri secara alami.

C.4.3 Pengumpulan biji dan ekstrasi

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengumpulkan biji antara lain:

- Tentukan daerah pengumpulan dan spesies yang diinginkan sebelum biji

tersebut matang.

- Hindarkan buah yang menunjukkan adanya tanda serangan-serangan

gangguan jamur.

- Kumpulkan hanya biji yang matang saja.

16

Page 17: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

- Kelompokkan biji yang berkulit keras menunjukan kematangan bila

warnanya sudah berubah hijau kecoklatan.

- Bila pengeringan udara tidak memadai untuk membuka kelopak biji,

ekstrasi dengan pemanasan mungkin diperlukan.

C.4.4 Penyimpanan biji

- Untuk menghindarkan infeksi jamur bersihkan biji sebersi mungkin dari

kotoran-kotoran sebelum disimpan.

- Berikan tanda pengenal secara jelas dengan mencantumkan jenis bijih,

tanggal pengumpulan, lokasi, dan sebagainya.

- Simpan biji didalam wadah kering bebas serangga dan kutuserta bubuhi

dengan serbuk anti jamur dan serangga, dengan temperature dibawah 20oC.

C.4.5 Persiapan pembenihan

Metode yang dipakai untuk persiapan pembenihan tergantung pada topografi

dari lokasi, rencana pemanfaatan lahan, tingkat kesuburan dan pupuk yang digunakan

serta teknik penaburan dan penanaman yang dilakukan. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan yakni:

- Mencegah terjadinya pemadatan, pembongkaran dan erosi dengan cara

menghindarkan gangguan pada tanah saat kondisi basah dan lengket,

kering atau berserabut.

- Penggunaan pupuk paling baik dilakukan pada waktu penyamaian benih.

- Kecepatan waktu persiapan pembenihan dan penaburan saat kritis untuk

keberhasilan penanaman. Hal ini dilakukan sebelum mulai musim hujan.

Serta cukup kelembaban tanah.

- Bila penanaman biji dilakukan secara manual maka penyiapan lahan untuk

pembenihan paling baik dilakukan dengan penggaruan yang dalam atau

pembajakan.

17

Page 18: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

C.4.6 Metode penanaman

Terdapat beberapa pilihan tentang metode penanaman kembali dari tumbuhan

asli apabila diperlukan. Metode penanaman yang dipilih akan bergantung pada ukuran

dan sifat dari lokasi dan tersedianya jenis tanaman. Beberapa pertimbangan untuk

menetapkan pilihan antara lain :

a. Penyemaian langsung :

Metode yang sangat ekonomis untuk revegetasi tetapi hanya pada tingkat

tumbuh biji dan penyemaian yang cukup tinggi.

Keuntungannya adalah upah buruh yang rendah, penaburan biji secara acak

dan tidak memerlukan pengecekan terhadap tingkat pertumbuhan setelah

selesai penanaman.

Biji dapat ditabur dengan tangan, peralatan pertanian konvensional atau

yang dimodifikasikan atau dengan penyemprotan dengan udara dan

dicampur air dan sebagainya.

Pilih metode pembibitan yang cocok dengan lahan pembibitan.

Pencampuran biji halus dengan pasir atau serbuk gergaji dan sebagainya,

akan membantu pendistribusian yang merata.

b. Penanaman semaian

- Diperlukan pemasok yang dapat dipercaya atau pembangunan persemaian

di lapangan.

- Keuntungan persemaian antara lain : penggunaan biji yang tersedia jadi

efisien, pengendalian terhadap adanya campuran jenis biji tidak ada

pembatasan jenis – jenis tumbuhan yang termasuk didalam program

revegetasi.

- Tanam bibit sepanjang jalur bajakan atau pada gundukan tanah yang sudah

diratakan bila lokasinya mempunyai drainase yang lebih baik.

- Tanam bibit saat tanah dalam keadaan lembab dan sebelum musim

penghujan.

18

Page 19: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

- Beberapa traktor yang diperlengkapi dengan alat penanam bibit mekanis

dapat digunakan.

c. Pencangkokan

- Pencangkokan pohon dewasa dan semak dapat dilakukan pada lokasi

tertentu.

- Keuntungannya termasuk efek pertumbuhan langsung dan kemungkinan

memperoleh sumber biji yang tepat.

- Kelemahannya adalah mempunyai resiko kegagalan yang tinggi.

- Bila pohon dewasa diperlukan untuk program reklamasi, pembangkangan

harus sudah selesai pada saat peralatan pemindahan tanah dan angkut

masih berada di lokasi.

C. 4.7. Pemeliharaan tanaman

Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila tidak

dilakukan pemeliharaan yang baik. Untuk itu perlu dilakukan hal – hal berikut :

- Pemugaran atau perlindungan tiap pohon diperlukan tetapi tidak pada

penanaman skala besar.

- Hindarkan pengairan yang berlebihan pada daerah yang sudah ditabuh dengan

biji sampai tiba musim hujan.

- Penyiraman semaian harus dikurangi sedikit demi sedikit untuk mencegah

ketergantungan yang berlebihan atau terjadinya akar permukaan.

- Penggunaan pupuk, tambahan biji atau penyulaman penanaman mungkin

diperlukan.

- Kerusakan akibat serangga dan kutu adalah hal biasa, khususnya bila program

revegetasi menghasilkan tanaman atau rumput - rumputan yang jaran didapati

di daerah tersebut.

D. Kegiatan reklamasi Khusus pada tambang batubara

19

Page 20: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Pada kondisi tanah tertentu pelaksanaan reklamasi memerlukan perlakuan

khusus untuk mengatasinya misalnya batuan limbah, tailing, logam – logam berat, dan

bahan kimia beracun. Adapun cara untuk mengatasinya :

a. Batuan limbah

Umumnya batuan limbah dalam kegiatan penambangan sangat besar

jumlahnya sehingga lokasi dan cara penimbunan serta reklamasi harus

direncanakan sedini mungkin. Semua batuan limbah tersebut sedapat mungkin

dikembalikan ke tempat asalnya. Kalau tidak memungkinkan maka limbah

batuan tersebut harus ditimbun pada suatu tempat diluar kegiatan

penambangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk membuat tempat

pembuangan batuan limbah tersebut :

- Perencanaan tata letak, bentuk dan lokasi tempat pembuangan harus

merupakan bagian dalam perencanaan penambangan.

- Volume batuan limbah, profil lereng, pengendalian air tambang pada

daerah dimana terjadi genangan air termasuk pengelolaan air tambang

bersifat asam.

- Kemiringan lereng timbunan batuan limbah bervariasi sesuai dengan jenis

batuan yang ditimbun, topografi local dan pola curah hujan.

- Revegetasi merupakan cara jangka panjang terbaik untuk memantapkan

permukaan timbunan.

b. Tailing

Untuk mengatasi tailing maka di bangun dam tailing. Penutupan

dengan lapisan vegetasi yang dapat tumbuh dengan sendirinya merupakan cara

yang paling baik untuk reklamasi dan stabilitas jangka panjang. Sifat fisik dan

kimiawi tailing perlu dirubah untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang

memuaskan. Metode yang digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman

adalah :

a. Penggunaan bahan organic dan mulsa

20

Page 21: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

Dengan menggunakan misalnya Lumpur kotoran, mulsa organic, abu

terbang sebagai material pencampuran pada tailing, maka dapat memberikan

manfaat antara lain : Memberikan tambahan mikroorganisme pada media

pertumbuhan, dapat mengurangi sifat racun pada tailing, karakteristik tekstur

dan struktur tanah bertambah baik, dll.

b. Perbaikan pH

Cara yang paling efektif untuk memperbaiki pH adalah dengan

penambahan kapur, kapur hidrat, dan Kerak dari pabrik pemurnian.

c. Pemakaian pupuk, pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk nitrogen,

posfor, dan lain – lain.

d. Irigasi.

e. Penggunaan tanah pucuk, dengan penimbunan tanah pucuk pada tailing.

c. Bahan kimia beracun.

Sisa bahan kimia yang ada harus segerah dimusnahkan atau dengan

kata lain diamankan pada tempat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

E. Reklamasi pada infrastruktur dan bekas bukaan tambang

Diusahakan jalang tambang yang ditinggalkan dikonsultasikan dulu pada

instansi yang terkait apakah jalan tambang tersebut masih diperlukan atau tidak. Kalau

masih diperlukan tidak perlu ditutup. Kalau memang tidak dipakai maka jalan tersebut

diusahakan ditutup dengan penanaman pepohonan.

Apabila penambangan secara terbuka diterapkan umumnya akan meninggalkan

lubang atau cekungan pada akhir penambangan , terjadinya lubang – lubang ini dapat

diminimalkan apabila menimbunan kembali tanah penutup dilakukan dengan segera.

dan merupakan bagian pekerjaan penambangan.

Lubang – lubang tambang yang tidak bias dihindari, dan berdasarkan

perhitungan tidak dapat ditimbun kembali, maka lubang – lubang tersebut haruslah

21

Page 22: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

dalam kondisi aman. Pemanfaatan lubang bekas tambang tergantung pada kondisi

daerah serta kondisi dari lubang tersebut. Alternatif pemanfaatannya antara lain

sebagai berikut :

- Habitat satwa liar atau budidaya.

- Waduk.

- Tempat penimbunan bahan buangan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Reklamasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan

keadaan suatu daerah seperti keadaan sebelumnya atau sesuai dengan

peruntukannya.

2. Pelaksanaan reklamasi pada tambang batubara sebagai berikut :

22

Page 23: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

- Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,

pengaturan bentuk lahan, pengaturan atau penempatan bahan tambang

kadar rendah yang belum dimanfaatkan.

- Pengendalian erosi dan sedimentasi.

- Pengelolaan tanah pucuk.

- Revegetasi ( penanaman kembali ) dan/atau pemanfaatan lahan bekas

tembang untuk tujuan lain.

3. Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : persiapan

penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemanfaatan

tanaman.

4. Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai upaya

perbaikan kondisi tanah untuk penyesuaian biji pada pertumbuhan awal

tanaman.

B. Saran

Agar setiap perusahaan tambang harus melakukan reklamasi pada daerah bekas

tambang yang telah ditinggal agar tidak merugikan penduduk sekitarnya, serta tidak

menimbulkan bencana alam. Kegiatan reklamasi juga harus dilakukan sedemikian

rupa agar kegiatan reklamasi terlaksana dengan baik dan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Soeharto Oemar, Teknik reklamasi daerah bekas tambang , Bandung, 1996.

2. Arsyad, Perencanaan reklamasi lahan bekas tambang Batubara pada PT. Citra

Mulia Persada Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, Makassar, 2005

23

Page 24: Reklamasi Pasca Penambangan Batubara

24