rekonstruksi pendidikan dengan pendekatan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1617/2/nurul...
TRANSCRIPT
i
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN
DENGAN PENDEKATAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH (PLUS)
KOTA SALATIGA
TAHUN 2012 SAMPAI 2015
oleh
NURUL HIDAYATI
NIM. M1.13.015
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Nurul Hidayati
NIM : M1.13.015
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi :
Tanggal Ujian : 27 Maret 2017
Judul Tesis : Rekonstruksi Pendidikan Dengan Pendekatan Total
Quality Management (TQM) Di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2012 sampai
2015
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag __________________
2. Sekretaris : Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A __________________
3. Penguji I : Prof. Dr. Mansyur, M.Ag __________________
4. Penguji II : Dr. Imam Sutomo, M.Ag __________________
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini merupakan hasil karya
saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan
tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis
oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah
pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 22 Maret 2017
Yang Membuat Pernyataan
Nurul Hidayati
iv
MOTTO
حسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والب يأمر بالعدل وال غي يعظكم إن للا
لعلكم تذكرون
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan
atau kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang
perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (An-Nahl : 90)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Sygma Exa Grafika,
2009, 286.
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya terbaikku kepada :
1. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag yang dengan penuh
kesabaran mengarahkan dalam penulisan tesis ini
2. Semua dosen Pascasarjana IAIN Salatiga
3. Keluarga besar SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga yang telah
memberikan ijin dalam melakukan penelitian tesis penulis
4. Sahabat serta teman kuliah angkatan 2013 yang selalu memberi support
dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini
5. Orang tua kami bapak Haryanto dan ibu Darsini serta abah Usup dan ibu
Syamsiah yang tak henti – hentinya memberikan do’a
6. Suamiku tercinta Dr. Mukti Ali, M.Hum yang selalu setia mendampingiku
dalam menjalani hidup hingga usia kini dan nanti untuk memperoleh
Ridho Illahi
7. Anakku Embun Bening Di Moravia dan Dean Eriugena Ane Neeha yang
selalu menjadi penyejuk dan penambah semangat setiap waktuku
8. Saudara-saudara tercinta yang selalu memotivasi
9. Seluruh pembaca yang budiman
vi
ABSTRAK
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN TOTAL
QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH DASAR
MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2012 SAMPAI
2015.
Kata Kunci: Rekontruksi, Manajemen.
Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Untuk menggali data tentang proses
pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga dalam
merekonstruksi pendidikan dengan pendekatan total quality management (tqm)
tahun 2012 sampai 2015. 2). Untuk mendalami data tentang implikasi dan hasil
capaian (output) dengan merekonstruksi pendidikan dengan pendekatan total
quality management (TQM) di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga tahun 2012
sampai 2015. 3). Untuk menemukan data pandangan orangtua dan masyarakat
sebagai stakeholder terhadap mutu akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus
Kota Salatiga dari tahun 2012 sampai 2015
Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Deskriptif. Metode
pengumpulan data yang digunakan observasi, dokumentasi dan wawancara bebas
(non terstruktur). Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deduksi analitik.
Hasil penelitian, Rekonstruksi Pendidikan Dengan Pendekatan Total Quality
Manajemen (TQM) Tahun 2012 sampai 2015 di SD Muhammadiyah Plus Kota
Salatiga mengalami peningkatan yang baik, manajemen pemasaran yang
menghasilkan input, manajemen proses yang menghasilkan layanan proses belajar
mengajar, pemenuhan fasilitas yang mendukung , interaksi dan kerja sama antar
karyawan, guru dan pimpinan yang baik, serta komunikasi yang produktif antar
semua job discription yang ada di sekolah. Manajemen yang sistematis,
terstruktur dan memiliki daya saing menghasilkan out put yang baik dan di akui
publik. Implikasi dan hasil capaian (output) : pertama, meningkatnya minat dan
animo masyarakat untuk memasukkan putra-puterinya bersekolah di SD
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga. kedua, out put dari SD Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga dapat di terima di sekolah-sekolah menengah tingkat pertama
(SMP) favorit yang ada di kota Salatiga dan kota sekitarnya. ketiga,
skill/ketrampilan, sikap, perilaku dan akhlak lulusannya diakui baik oleh wali
murid dan masyarakat.
Pandangan orangtua dan masyarakat sebagai stakeholder terhadap mutu
akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga dari Tahun 2012
sampai 2015 sangat baik, beban biaya yang lumayan tinggi sekitar RP. 350.000,-
/bulan tidak terasa berat bagi para wali murid, karena mutu pendidikan dan hasil
akademik yang diberikan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan biaya
pendidikan yang dibayarkan. Faktor pendukung: kesamaan visi dan missi; animo dan peran serta masyarakat yang cukup tinggi; kerjasama yang baik; dukungan
para tokoh,; dan sumber daya manusia pengelola, administrator, pendidik, dan
karyawan yang baik dan profesional.
vii
ABSTRACT
THE RECONSTRUCTION OF EDUCATION USING TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (TQM) APPROACH IN MUHAMMADIYAH (PLUS)
ELEMENTARY SCHOOL OF SALATIGA IN THE YEAR OF 2012 TO
2015.
Keywords: Reconstruction, Management.
The purpose of this study were: 1) To gather data on the process of
Muhammadiyah (Plus) Elementary School of Salatiga in reconstructing education
with the approach of total quality management (TQM) in the year of 2012 to
2015. 2). To explore the implications and outcome achievement data (outputs) to
reconstruct the education the with the approach of total quality management (tqm)
in Muhammadiyah (Plus) Elementary School of Salatiga in the year of 2012 to
2015. 3). To find the data of parents and the community view as stakeholders of
the academic quality of Muhammadiyah (Plus) Elementary School of Salatiga in
the year of 2012 to 2015
This research is a qualitative research with descriptive approach. The data
collection methods used in this research were; observation, documentation and
free interview (non-structured). The data analysis method in this research was
analytic deduction approach.
The results of the study, Reconstruction Educational Approach Using
Total Quality Management (TQM) in Muhammadiyah (Plus) Elementary School
of Salatiga in the year of 2012 to 2015 experienced good improvement, marketing
management which produces the input, the good management on the process that
result good teaching and learning service, supported school facilities, interaction
and cooperation between teachers, school staffs, and school principal, and also a
productive communication between all job description in the school. A systematic
Management, structured and competitive produces good output and recognized by
society. Implications and achievements (outputs): firstly, increasing public interest
to register their children to study in Muhammadiyah (Plus) Elementary School of
Salatiga. Secondly, many graduates of Muhammadiyah (Plus) Elementary School
of Salatiga were accepted at the favorite senior high schools in Salatiga and its
surrounding. Thirdly, skill, attitude, behavior and the character of the graduates
are recognized by parents and the community.
Parents and society view as stakeholders of the academic quality of
Muhammadiyah (Plus) Elementary School of Salatiga in the year of 2012 and
2015 were very good, the high school fee for about 350.000 rupiahs per month
was not hard for the parents, it’s caused by the quality of education and academic
results given were valuable than paid school fee. Supporting factors: an
appropriate vision and missions; high interest and participation from the society;
good cooperation; the support from figures, professional human resources,
including; educators, school administrators, and also school staffs. Inhibiting
factors; insufficient place; the minimal role from the government and the difficult
access to the school.
viii
PRAKATA
بسم اهلل الرحمن الرحيمPuji Syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Rekonstruksi Pendidikan Dengan Pendekatan Total Quality
Management (TQM) di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2012
Sampai 2015” yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan.
Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, kepadanya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga
yang telah memberikan restu dan selalu mendo’akan pada penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A., selaku Ka Prodi PAI Pascasarjana IAIN
Salatiga yang telah memberikan arahan pada penulisan tesis ini.
4. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk menuntun agar tesis ini cepat selesai.
5. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak
bekal ilmu kepada Penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan tesis ini.
6. Bapak Sutomo, M.Ag., selaku Kepala Sekolah Dasar Muhamadiyah (Plus)
Kota Salatiga yang telah memberikan izin untuk meneliti di tempat yang
beliau pimpin.
7. Kepada seluruh narasumber, yang bersedia memberikan berbagai informasi
guna terselesaikannya penyusunan tesis ini.
8. Semua pihak dan teman-temanku seperjuangan yang tak dapat saya sebut satu
persatu lagi yang sedikit maupun banyak telah membantu dalam proses
penulisan tesis ini.
ix
9. Suamiku Dr. Mukti Ali, M. Hum yang selalu mensupport dan memberikan
inspirasi. Anakku Embun Bening Di Moravia dan Dean Eriugena Ane Neeha
yang memberikan warana dan kesejukan hingga selesainya penulisan ini.
Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan, kecuali do’a semoga
Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan
yang telah diberikan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam
penulisan ini masih jauh mencapai kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang
perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai,
karena hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan
segala bentuk kritik dan saran sangat kami harapkan, demi menindak lanjuti
pada kajian-kajian yang lebih lanjut.
Salatiga, 22 Maret 2017
Penulis,
Nurul Hidayati
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………ii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….…..iii
MOTTO ………………………………………………………………………….iv
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….…..v
ABSTRAK ……………………………………………………………………….vi
PRAKATA ……………………………………………………………………...viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..9
C. Signifikasi Penelitian ……………………………………………….9
D. Kajian Pustaka …………………………………………………….11
E. Metode Penelitian 18
F. Sistematika Penulisan 25
BAB II. UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN MELALUI
PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
A. Konsep Dasar Total Quality Management ………………………...27
B. Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ..36
C. Total Quality Management dalam Pendidikan Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ……………………………..46
BAB III. IMPLIKASI DAN HASIL CAPAIAN DARI REKONSTRUKSI
PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (TQM)
A. Strategi dan Pencapaian Pendidikan berbasis TQM ………………54
B. Teknik dan langkah Penerapan TQM ……………………………..63
xi
C. Kecukupan Fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung Kualitas
Pendidikan …………………………………………………………71
D. Faktor Penghambat TQM …………………………………………73
BAB IV. REKONTRUKSI PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) SEBAGAI
STAKEHOLDER TERHADAP MUTU AKADEMIK
A. Kepuasan Tentang Perilaku Anak di Rumah/Masyarakat dan
Aplikasi Materi Belajar dengan Lingkungan ……………………...76
B. Pandangan Wali Murid Mengenai Kesesuaian Antara Biaya
Pendidikan Dengan Proses Pendidikan Dan Pengajaran serta
Profesionalisme Pendidik ………………………………………….78
C. Pandangan Orang Tua dan Masyarakat sebagai Stakeholder
Terhadap Mutu Akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus)
Kota Salatiga ………………………………………………………80
D. Rekonstruksi Pendidikan TQM Di Sekolah Dasar Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga Bagi Stakeholder …………………………….82
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………..98
B. Saran ……………………………………………………………..100
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….101
LAMPIRAN ……………………………………………………………………103
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dipungkiri bahwa, pendidikan adalah sebagai sistem yang terus
menerus berevolusi untuk menemukan bentuk idealnya sesuai dengan apa
yang menjadi tujuannya, sehingga sistem itu membutuhkan perbaikan
perbaikan agar terus berperan dan berfungsi.
Seperti yang ditekankan oleh Jerome S. Arcaro bahwa dalam sebuah
analisisi rinci atas perguruan tinggi di Inggris belum lama ini, ternyata sangat
mengejutkan. Perguruan tinggi itu tak punya catatan tertulis mengenai proses
dan prosedur kerja. Fungsi-fungsi bisa berjalan lantaran memang selalu
dijalankan. Hanya dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem
maka para profesional pendidikan dapat mengeliminasi pemborosan dari
pendidikan dan dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.
Pendidikan mesti dipandang sebagai sebuah sistem. Ini merupakan konsep
yang amat sulit dipahami para profesional pendidikan. Umumnya, orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan memulai perbaikan sistem tanpa
mengembangkan pemahaman yang penuh atas cara sistem tersebut bekerja.2
Setiap lembaga pendidikan memiliki keinginan untuk sampai pada
tujuan dasar pendidikan itu sendiri yang berimbas pada kepercayaan
masyarakat yang dibuktikan dengan beramai-ramainya masyarakat untuk
2
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Penerjemah Yosal Iriantara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 13.
1
2
menyekolahkan anaknya di lembaga tersebut. Kepercayaan masyarakat
sebagai pengguna akan merasakan melalui kenyamanan dan keamanan anak
didik yang dibuktikan dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya dalam
perbaikan layanan. Kualitas kegiatan belajar mengajar yang terus
ditingkatkan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sehingga lembaga
pendidikan tersebut membuat pijakan strategi, tatakelola, atau manajemen
yang mengaturnya.
Manajemen merupakan faktor yang terpenting dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put). Terlihat SD
Muhammadiyah Plus memiliki dalam kurun waktu 3 tahun terakhir prestasi
yang membanggakan terutama dalam peringkat UN Tingkat Kota Salatiga,
pada Tahun Ajaran 2011/2012 mendapat peringkat 3 dengan nilai terendah
20,75, nilai tertinggi 28,25 dengan rata-rata 25,72. Tahun Ajaran 2012/2013
mendapat peringkat 7 dengan nilai terendah 18,15 dan nilai tertinggi 28,50
dengan rata-rata 25,45. Dan Tahun Ajaran 2013/2014 peringkat 1 dengan
nilai terendah 20,25 dan nilai tertinggi 28,80 dengan rata-rata 26,42. Dan
masih banyak lagi prestasi lain yang ditorehkan di sekolah ini. Sesuai dengan
visinya yaitu pusat keunggulan di bidang IMTAQ dan IPTEK yang
berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan. Dengan pengalaman yang
panjang dan fasilitas yang memadai, sekolah ini telah mengantarkan sebagian
besar alumninya meraih capaian prestasi yang membanggakan. Semua ini
3
terwujud karena adanya kerjasama dan saling percaya yang selalu dibangun
antara sekolah dan pihak orang tua/ masyarakat.
SD Muhammadiyah Plus memakai kurikulum perpaduan materi
umum dan agama, sehingga mempunyai standar kompetensi yang harus
dicapai siswa selama belajar di sekolah ini, antara lain: Melaksanakan sholat
dengan tertib dan bacaan yang benar; Menghafal ayat-ayat pilihan dan
memahami maknanya; Menghafal 50-70 hadis pilihan dan memahami
maknanya; Pengenalan kosa kata dan dialog pendek dalam Bahasa Arab
maupun Bahasa Inggris, serta kemampuan berkomunikasi untuk percakapan
harian tingkat dasar; Pengenalan konsep dasar matematika, sosial, sains dan
apresiasi teknologi; Mengaplikasikan komputer untuk belajar mandiri;
Memiliki life skill yang dibutuhkan dalam lingkungan pergaulan di
masyarakat.3
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff atau karyawan, orang
tua siswa/masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi
optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Pendidikan adalah dunia realitas yang mampu mengantarkan sebuah
bangsa menuju titik kemajuan dan kesejateraannya. Titik kemajuan dapat
dilihat dari kemajuan keilmuan maupun teknologi. Selain itu pendidikan juga
mampu membentuk karakter sebuah bangsa melalui penanaman nilai-nilai
etika kesopanan, nilai-nilai kedisiplinan, nilai-nilai kepatuhan dan lain
3. Brosur Penerimaan Siswa Baru SD Muhammadiyah Plus Tahun Pelajaran 2015/2016.
4
sebagainya. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung pada maju atau
tidaknya dunia pendidikan yang terjadi dalam sebuah bangsa tersebut.
Seperti yang dikutip Sutrisno dalam Arifin bahwa pendidikan Islam
dalam konteks ini adalah sekolah atau lembaga pendidikan umum yang
bernapaskan Islam. Pada umumnya, model lembaga pendidikan ini
diselenggarakan oleh yayasan maupun organisasi Islam, seperti
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Hidayatullah, Al-Irsyad, dan lain-
lain. Jika dilihat dari perspektif sejarah, sekolah islam merupakan
perkembangan lebih lanjut dari sistem sekolah Belanda. Sistem sekolah ala
Belanda ini mulai diadopsi sejak beberapa dasawarsa sebelum Indonesia
merdeka. Tepatnya, pertama kali di adopsi oleh Muhammadiyah sejak
organisasi ini berdiri pada tahun 1912. Muhammadiyah tidak sekedar
mengambil alih sistem sekolah Belanda, tetapi Muhammadiyah juga
memasukkan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib pada semua sekolah
di persyarikatan Muhammadiyah. Sampai saat ini, mata pelajaran agama
Islam di Muhammadiyah ditambah Bahasa Arab, sehingga dikenal dengan
istilah “Ismuba” (Islam, Muhammadiyah, dan Bahasa Arab).4
Hal ini tidak berlebihan jika kita mengambil penjelasan Umar
Tirtarahardja dan La Sulo mengenai tujuan pendidikan.5 Tujuan pendidikan
memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan
indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi,
4Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, Jogjakarta:
Diva Press, 2012, 29. 5Umar Tirtarahardja & La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, 37.
5
yaitu memberikan arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Sementara dunia pendidikan yang bermutu atau yang baik bukan saja
tergantung pada salah satu faktor yang ada dalam proses pembelajaran dan
pendidikan saja. Misalnya, kemajuan sebuah sekolah hanya ditekankan pada
kualitas guru-guru yang ada, atau hanya pada media pembelajaran yang serba
ada, atau kedisiplinan semata yang dilakukan oleh para karyawan.
Bermutunya sekolah dapat dipastikan karena terlaksananya
managemen atau tata kelola yang berjalan secara sinergis. Kekuatan
professional guru dan karyawan, teknologi dan media pembelajaran yang
optimal, serta kurikulum dan materi ajar secara substansial. Seluruh piranti-
piranti tersebut di atas harus tertata yang diatur oleh sistem manajerial yang
baik dan bagus, sehingga dapat dipastikan bahwa pengaturan tata kelola
tersebut harus menggunakan sistem manajerial secara menyeluruh atau
manajemen yang mengatur secara total untuk terbentuknya situasi yang
berkualitas dan bermutu secara berkelanjutan.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo menjelaskan mengenai problematika
mutu pendidikan. Baginya mutu pendidikan dapat dilihat pada kualitas
keluarannya, dengan kata lain keluaran itu mewujudkan diri sebagai manusia
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun
lingkungan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pendidikan yang bermutu
hanya mungkin dicapai melalui proses pembelajaran yang bermutu. Jika
6
proses pembelajaran tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
pendidikan yang bermutu.
Tirtarahardja dan Sulo, memandang banyak yang bisa dilakukan guna
memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan mutu pendidikan.
Upaya pemecahan persoalan-persoalan mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan
manajemen, sebagai berikut; seleksi yang rasional terhadap masukan mentah;
pengembangan kemampuan tenaga pendidikan melalui studi lanjut, misalnya
melalui pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi;
penyempuurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih
esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
menggairahkan belajar, dan melaksanakan evaluasi; pengembangan prasarana
yang menciptakan lingkungan tentram untuk belajar; penyempurnaan sarana
belajar, seperti buku paket, media pembelajaran, dan peralatan laboratorium;
peningkatan administrasi manajemen, khususnya mengenai anggaran;
kegiatan pengendalian mutu dengan berbagai bentuknya, seperti laporan
penyelenggaraan pendidikan, supervisi dan monitoring, evaluasi, dan
akreditasi terhadap lembaga pendidikan tersebut.6
Secara teoretis, dalam dunia pendidikan terdapat banyak ragam
manajemen pengelolaan yang diterapakan. Melihat realitasnya Sekolah Dasar
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, jika dilihat dari model yang digunakan
oleh sekolah tersebut mendekati pada model manajemen Total Quality
6Umar Tirtarahardja & La Sulo, Pengantar Pendidikan …, 232-234.
7
Management. Model manajemen ini diadopsi dari manajemen perusahaan.
Manajemen ini dapat dibahasakan dengan berbagai ragam terminologi, salah
satunya adalah terminologi Total Quality Management (TQM).
Seperti halnya apa yang dikatakan oleh Edward Sallis bahwa total
quality management merupakan suatu filosofi peningkatan kualitas secara
berkelanjutan dan dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan sekarang
dan masa mendatang dalam bidang pendidikan.7
Artinya, kualitas
pendidikan difokuskan pada kepuasan pelanggan (internal dan eksternal).
TQM juga merupakan aktivitas untuk melakukan segala sesuatu secara
benar pada setiap saat. Hal ini didasarkan pada realita bahwa aktivitas
tersebut lebih baik dari pada memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu,
sangatlah tepat apabila tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah
peningkatan kualitas pendidikan secara terus-menerus.
Sementara untuk memaknai pendidikan yang berkualitas tidak ada
salahnya terlebih dahulu memakna kualitas itu sendiri. Kualitas menurut W.
Edward Deming, (dalam David L Goetsch dan Davis Stanley B.) menyatakan
bahwa kualitas itu memiliki banyak kriteria yang selalu berubah. Namun
demikian, definisi kualitas yang diterima secara umum mencakup elemen-
elemen berikut: 1) mempertemukan harapan pelanggan (customer), 2)
menyangkut aspek produk, pelayanan (service), orang, proses dan
lingkungan, dan 3) kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa
7Edward, Sallis, Total Quality Management in Education, Terjemahan Ahmad Ali Riyadi
dan Fahrurrozi, Yogyakarta: IRCiSoD, 2012, 34.
8
sebuah produk sekarang termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin
tidak lagi berkualitas. Jadi, kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu
diasosiasikan dengan produk, servis, orang, proses, dan lingkungan.8
Pemilihan SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga sebagai objek
penelitian berdasar pada pertimbangan sebagai berikut; sekolah ini
merupakan sekolah yang megalami banyak perkembangan baik dari
perkembangan yang berbentuk fisik maupun perkembangan yang berbentuk
non-fisik. Perkembangan fisik dapat langsung dibuktikan secara indrawi,
perkembangan bangunan gedung sekolah perlahan semakin tertata. fasilitas
infrastuktur pendidikan, dan peralatan pendukung pendidikan lainnya terus
dilengkapi. Sementara secara non-fisik terlihat dari prestasi demi prestasi baik
prestasi akademik maupun prestasi non akademik/ekstrakurikuler sekolah
semakin banyak ditorehkan. Perkembangan ‘kepercayaan’ masyarakat,
bahkan dapat dikatakan antusiasme orangtua untuk menyekolahkan anaknya
di Sekolah Dasar Muhammadiayh Plus Kota Salatiga semakin kuat.
Setelah melihat kenyataan dan mengulas paparan latar belakang
masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berfokus pada manajemen mutu dengan judul “Rekonstruksi Total Quality
Management Pendidikan di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Dari
Tahun 2012 sampai 2015”.
8David L Goetsch, & Stanley B. Davis, Quality Management: Introduction to Total Quality
Management for Production, Processing, and Service. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2000, 47.
9
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atasa maka yang menjadi kajian pada
rumusan masalah pada penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dalam merekonstruksi
pendidikan dengan pendekatan total quality manajemen (TQM) dari tahun
2012 sampai 2015?
2. Bagaimanakah implikasi dan hasil capaian (output) dengan
merekonstruksi pendidikan total quality manajemen (TQM) di SD
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dari tahun 2012 sampai 2015?
3. Bagaimanakah Pandangan Orangtua sebagai stakeholder terhadap mutu
akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dari Tahun
2012 sampai 2015?
C. Signifikasi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Untuk menggali data tentang proses pendidikan Sekolah Dasar
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dalam merekonstruksi
pendidikan dengan pendekatan total quality management (tqm) dari
tahun 2012 sampai 2015
b. Untuk mendalami data tentang implikasi dan hasil capaian (output)
dengan merekonstruksi pendidikan dengan pendekatan total quality
10
management (TQM) di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dari
tahun 2012 sampai 2015
c. Untuk menemukan data pandangan orangtua dan masyarakat sebagai
stakeholder terhadap mutu akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah
Plus Kota Salatiga dari tahun 2012 sampai 2015
2. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian yang sesuai prosedur penelitian,
maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
memperdalam dan mengembangkan konsep atau teori tentang
manajemen mutu pendidikan dan bahan acuan bagi para peniliti
berikutnya. Memberikan kontribusi keilmuwan bagi ilmu pendidikan
terutama mengenai konsep rekonstruksi manajemen mutu di lembaga
pendidikan tingkat dasar.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama
bagi sekolah dasar khususnya yang berakaitan dengan manajemen
mutu. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang manajemen mutu pendidikan bagi pengelola
satuan pendidikan dan pembuat kebijakan, pengelola sekolah dan
pendidikan secara efisien dan efektif serta pemerintah pusat dan
daerah.
11
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang menejemen mutu terpadu merupakan kegiatan yang
sangat banyak menarik minat untuk dikaji dan diteliti. Penelitian yang penulis
jumpai adalah karya Aang Kunaipi 9. Dalam kesimpulannya bahwa UII pada
dasarnya merupakan kegiatan yang terdiri dari kurikuler dan ekstrakurikuler
serta hidden curriculum yang telah dirancang sedemikian rupa agar menjadi
program yang berproses, terpadu dan berkelanjutan, sehingga pendidikan
Islam diposisikan dirinya dalam industri jasa yaitu industri yang memberikan
pelayanan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan. Sehingga hasil
lulusan (out put) dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Tesis Didin Wahyudin dalam Tesis itu dinyatakan bahwa pengelolaan
layanan akademik dan administrasi. Strategi manajemen peningkatan mutu
layanan yaitu dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen berupa
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian. Sedangkan
untuk layanan administrasi akademik untuk para guru adalah dengan
pengadaan buku-buku administrasi penyelenggara, kemudahan memperoleh
kenaikan pangkat, kemudahan konsultasi akademik dan lain-lain.10
Karya penelitian Sutarmo, dalam akhir penelitiannya ia
menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan harus menyediakan sumber daya
insani yang berkualitas serta siap melakukan perubahan menuju perbaikan.
Cara yang dilakukan adalah dengan menugaskan para guru dan karyawan
9Aang Kunaepi, “Studi Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Indonesia dalam Pendekatan TQM “, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2005. 10
Didin Wahyudin, “ Pengelolaan Layanan Madrasah Aliyah Ali Maksum Bantul Dalam
Perspektif TQM (Tinjauan Terhadap Pelanggan Eksternal)“, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2007.
12
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, memeberdayakan seoptimal mungkin
para pelaksana pendidikan dan bekerja sesuai dengan bidangnya serta
melaksanakan manajemen sistem buttom up, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.11
Karya M. Khasbi menyatakan bahwa proses linear-sirkuler yaitu
proses sirkuler adanya mekanisme dan rumusan yang jelas tentang pola
hubungan antara MAN Model Yogyakarta sebagai hubungan penghasil (out
put) dengan masyarakat sebagai pengguna (in put).12
Choirun Ahmadi dalam penelitian ini menjelaskan bahwa penggunaan
10 unsur TQM dalam mengukur implementasi menejemen sistem mutu yang
meliputi fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah,
komitmen jangka panjang, team work, perbaikan sistem secara berkelanjutan,
pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, adanya
keterlibatan dan dan pemberdayaan karyawan.13
Zainal Arifin dalam bukunya, yang menyatakan bahwa guru adalah
pemegang kunci utama keberhasilan pengembangan kurikulum, sebab ia
adalah pelaksana ideal curriculum yang masih berbentuk cita-cita menjadi
11
Sutarmo, “Total Quality Management sebagai Upaya Strategi untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan (Studi Kasus MAN 2 Jepara)”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2007. 12
Muhammad Khasbi, “Pengelolaan MAN Model Yogyakarta dalam Perspektif TQM
(Tinjauan terhadap Pelanggan Eksternal Primer)”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2007. 13
Choirun Ahmadi, “Implementasi Sistem Manajemen Mutu di SMK 2 Wonosari
Gunungkidul (Analisis Pelayanan terhadap Pelanggang Eksternal Primer)”, Tesis, UIN Sunan
Kalijaga, 2009.
13
actual curriculum atau kurikulum yang dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar.14
Penelitian yang di lakukan oleh Sukmawati, menyimpulkan bahwa
konsep mutu bersifat dinamis dan seharusnya selalu merespon tuntutan
pelanggan pendidikan dan stakeholder lainnya. Oleh karena itu, walaupun
bukti empirik belum menunjukkan bahwa MBS dapat menjamin mutu
pendidikan, tetapi dalam konteks mutu yang lebih luas, pendekatan
pengelolaan MBS pada satuan mutu pendidikan akan dapat merealisasikan
konsep mutu yang di maksud.15
Dari penelitian yang sudah penulis paparkan di atas, terdapat plus
minus yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi penulis. Untuk itu
dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis ingin meneliti dengan kajian
yang sama akan tetapi pada obyek penelitian yang berbeda.
Untuk memahami maksud dan makna kata rekonstruksi pada judul
penelitian tesis ini, peneliti beranggapan bahwa penting adanya untuk
menjelaskan terlebih dahulu walaupun secara sederhana, agar tidak kabur
dalam pemaknaan dan maksud penggunaannya. Kata itu memang sering
membingungkan dalam penggunaan dan maknanya, tetapi akan sedikit
terbantu ketika ditarik terlebih dahulu kepada dasar katanya, yaitu konstruksi
yang bermakna membangun, dan ketika mendapat tambahan ‘re’ di awal kata
14
Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Diva Pers, 2012, 136. 15
Sukmawati, “Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis
Sekolah”, Cakrawala Kependidikan, Volume 9, Nomor 2 ( September 2011 ), 105-211.
14
konstruksi dan sekaligus membentuk satu kesatuan kata menjadi rekonstruksi,
maka maknanya adalah membangun kembali.
Menurut Sarwiji Suwandi yang dimaksud konstruksi adalah makna
yang dalam konstruksi kebahasaan.16
Sehingga makna konstruksi dapat
diartikan sebagai makna yang berhubungan dengan kalimat atau kelompok
kata yang ada di dalam sebuah kata dalam kajian kebahasaan. Konstruksi
dapat juga diartikan sebagai susunan suatu bangunan. Sedangkan kata
konstruksi dalam kenyataan adalah konsep yang cukup sulit untuk dipahami
dan disepakati. Kata konstruksi memiliki beragam iterpretasi, tidak dapat
didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung pada konteksnya.
Beberapa definisi kata konstruksi berdasar konteksnya perlu dibedakan atas
dasar proses, bangunan, kegiatan, bahasa, dan perencanaan. Sementara
rekonstruksionisme adalah sebuah aliran filsafati yang menekankan pada
wacana rekonstruktif atau pembangunan kembali atau menyusun kembali
pada bentuk semula.
Terdapat banyak definisi makna anatra rekonstruksi maupun
rekonstruksionisme tergantung pada perspektifnya. B.N. Marbun
mendefinisikan bahwa rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ke
tempatnya yang semula; Penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-
bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau kejadian
semula.17
Sementara menurut Yusuf Qardhawi rekonstruksi itu mencakup
16
Sarwiji Suwandi, Semantik Pengantar Kajian Makna, Yogyakarta: Media Perkasa, 2008,
71. 17
B.N. Marbun, Kamus Politik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, 469.
15
tiga poin penting, yaitu pertama memelihara inti bangunan asal dengan tetap
menjaga watak dan karakteristiknya. Kedua, memperbaiki hal-hal yang telah
runtuh dan memperkuat kembali sendi-sendi yang telah lemah. Ketiga,
memasukkan beberapa pembaharuan tanpa mengubah watak dan karakteristik
aslinya. Dari sini dapat dipahami bahwa pembaharuan bukanlah menampilkan
sesuatu yang benar-benar baru, namun lebih tepatnya merekonstruksi kembali
bkemudian menerapkannya dengan realita saat ini.18
Dalam konteks filsafat
pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran rekonstruk sionisme, hendak menyatakan krisis
kebudayaan modern. Aliran rekonstruksionisme, memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Rekonstruksionisme
berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengejar tujuan
pokok yang tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antarmanusia
agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan
rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut
memerlukan kerjasama antarumat manusia.
18
Yusuf Qardhawi, Al Fiqh Al Islami Bayn Al- Ashalah wa At Tjdid, Kaherah: Maktabah
Wahbah, 1999, 24-25.
16
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh
Theodore Brameld seperti yang dikutip oleh Sadulloh, terdiri atas 5
penekanan yaitu;19
pertama, pendidikan harus dilaksanakan di sini dan
sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-
nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan mendasari kekuatan-kekuatan
ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus mensponsori perubahan
yang benar dalam nurani manusia. Masyarakat harus diubah bukan melalui
tindakan politik, melainkan dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui
pendidikan bagi para warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup
dan kehidupan mereka bersama.
Kedua, masyarakat banyak harus berada dalam kehidupan demokrasi
sejati, di mana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh
murid sendiri. Semua yang mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat,
seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, industri, dan sebagainya,
semuanya akan menjadi tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil yang
dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat demokratis, dan harus
direalisasikan secara demokrasi. Struktur, tujuan dan kebijakan-kebijakan
yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian dari
pendapat masyarakat.
Ketiga, anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh
kekuatan budaya dan sosial. Menurut Brameld, kaum progresif terlalu sangat
19
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006, 169.
17
menekankan bahwa kita semua dikondisikan secara sosial. Menurut
rekonstruksionisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok, sehingga
kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Pendidikan
merupakan realisasi dari sosial (social self realization). Melalui pendidikan,
individu tidak hanya mengembangkan aspek-aspek sifat sosialnya melainkan
juga belajar bagaimana keterlibatan dalam perencanaan sosial.
Keempat, guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya
dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis.
Guru harus melaksanakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-fakta,
walaupun bertentangan dengan pandangan-pandangannya. Guru
menghadirkan beberapa pemecahan alternatif dengan jelas, dan ia
memperkenankan siswa-siswanya untuk mempertahankan pandangan-
pandangan mereka sendiri.
Kelima, cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya
dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan
sains sosial. Sehingga yang menjadi penting dari sains sosial adalah
mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai, di mana manusia percaya atau
tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
Penekanan dari rekonstruksi pendidikan, adalah bagaimana
pendidikan dalam segala bentuk entitasnya selalu berada dalam bentuk proses
yang berada pada kondisi dan posisi yang semestinya guna tercapainya segala
tujuan pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dinamis yang selalu
18
menyesuaikan pada apa yang yang menjadi tujuan, efektivitas metode,
strategi, dan pendekatan, serta aktivitas yang selalu terus berjalan bagi
pelakunya.
E. Metode Penelitian
Secara metodologis penelitian ini akan mengunakan metode
deskriptif. Menurut West seperti yang dikutip oleh Sukardi bahwa penelitian
ini sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Dengan metode
deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antarvariabel,
menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori
yang memiliki validitas universal. Di samping itu, penelitian deskriptif juga
merupakan penelitian, di mana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan
penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian
sekarang. Peneliti melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai
dengan apa adanya.20
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat. Penelitian deskriptif juga banyak dilakukan oleh
para peneliti karena dari pengamatan empiris didapatkan bahwa sebagian
laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif dan sangat berguna
20
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2012, 157.
19
untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan maupun tingkah laku.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara, obsevasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan
beberapa informan, baik kepala sekolah, guru, karyawan, dan terlebih wali
siswa sebagai masyarakat terkait atau stakeholder. Sementara observasi
dilakukan untuk penggalian data dengan cara pengamatan empirik, atas
realitas lapangan yang terjadi, terlebih peneliti sebagai bagian dari lembaga
yang diteliti. Sedangkan data dokumentasi adalah data dalam bentuk catatan,
buku, majalah, surat kabar, gambar, foto, sertifikat atau piagam, bahkan
pamflet, liftlet, dan lain-lain.
Data-data penelitian bersumber pada entitas pendidikan Sekolah Dasar
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga. Entitas-entitas pendidikan tersebut secara
holistic digali baik dari sumberyang bersifat subjektivasi maupun
objektivikasi. Subjektivikasi berlandas pada apa yang dilakukan dari setiap
peran individu sebagai subjek pelaku dari setiap kegiatan dan program, serta
aktivitas akademiknya dalam proses pembelajaran. Sementara sumber data
yang bersifat objektivasi adalah beragam data yang dilandaskan pada objek,
kebendaan sebagai hasil dari aktivitas akademik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Sumber data yang bersifat subjektivitas, misalnya menggali data
tentang peran kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
dan bahkan orang tua atau wali siswa. Subjektivasi ini memandang kegiatan,
20
kinerja, peran dari setiap entitas yang berkaitan dengan manusia sebagai
subjek dalam melakukan kegiatan. Sedangkan sumber data yang bersifat
objektivasi adalah benda atau barang yang mendukung atas proses aktivitas
sumber data subjektivitas. Gedung sekolah, sebagai contoh, penataan ruang
pendidikan dan pengajaran, draft dan dokumen kerja, dokumen pembiayaan,
serta informasi yang dalam bentuk cetak maupun elektronik.
Kepala sekolah dan dan wakilnya memiliki peran sebagai leader,
memiliki peran secara global, universal, dan komprehensip yang menentukan
arah visi lembaga pendidikan itu berjalan. Selain itu kepala sekolah dan
wakil-wakilnya memiliki peran sebagai manager yang mengatur sistem
kebijakan lembaga pendidikan tersebut dikelola. Peran yang melekat sebagai
kepala sekolah dan wakilnya sangat jelas dapat diperoleh data mengenai
penentuan visi dan managerial secara umum dapat diperoleh. Kepala Sekolah
Dasar Muhammadiyah plus Kota Salatiga yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Sutomo, M.Ag., sementara Wakilnya Ainul Huri, S.Pd.I
Kemudian, entitas pendidikan lainnya adalah guru atau tenaga pengajar.
Sebagian ruh lembaga pendidikan berada pada guru atau tenaga pendidik,
sehingga guru melalui perilaku, aktivitas, kegiatan, dan tindak-tanduknya
memiliki peran aktif menentukan kualitas pendidikannya. Secara nyata
sumber data dari penelitian ini, guru atau tenaga pendidik dapat terobservasi.
Hampir setiap aktivitas dari setiap guru atau tenaga pendidik dapat teramati.
Data ini bersifat terobservasi dan dapat dilihat oleh peneliti, selain data dalam
21
bentuk dokumen; dokumen kurikulum, buku ajar, behan persiapan mengajar,
dan lain sebagainya.
Guru atau tenaga pendidik yang menjadi sumber informasi adalah:
Kelas Satu sebanyak 5 (lima orang: Muttaqin, Heni, Ning, Iqoh, Ina); Kelas
Dua sebanyak 4 (empat orang: Tanti, Riyani, Hanif, Agus); Kelas Tiga
sebanyak 4 (empat orang: Vera, Nuri, Rahayu, Fikri); Kelas Empat sebanyak
4 (empat orang: Ani, Alfina, Tari, Endah); Dan Kelas Lima sebanyak 4
(empat orang: Ana Irawati, Fulatul Anisa, Safi’ah Isnaini, Wiwik Widiastuti).
Sementara bagian administrasi Keuangan dan Perencanaan sebanyak 2 (dua
orang: Triono dan Neni).
Sebagai stakeholder atau orang tua murid atau masyarakat pengguna
sebanyak 15 (lima belas orang: Kelas Satu sebanyak 3 orang; Kelas Dua
sebanyak 3 orang; Kelas Tiga sebanyak 3 orang; Kelas Empat sebanyak 3
orang; dan Kelas Lima sebanyak 3 orang).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan alasan, antara
lain; untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang
belum diketahui secara empirik, memberikan rincian kompleks tentang
fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif, sesuai dengan jenis
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena apa
adanya, ingin memahami makna secara holistic tentang fenomena yang
22
terjadi, dan metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dengan informan.21
Penelitian kualitatif secara inhern merupakan fokus perhatian dengan
beragam metode. Harus disadari bahwa penggunaan metode yang beragam
atau triangulasi mencerminkan upaya untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai suatu fenomena yang sedang dikaji. Realitas objektif
tidak akan pernah dapat dipahami.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi
dalam penelitian, maka hendaknya menggunakan prosedur-prosedur yang
beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh
(redundancy of data gathering). Bagi para peneliti kasus kualitatif, secara
umum prosedur ini disebut dengan teknik triangualsi. Teknik triangulasi
biasanya merujuk pasa suatu proses pemanfaatan persepsi yang beragam
untuk mengklasifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan dari
suatu observasi ataupun interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak
ada observasi atau interpretasi, yang seratus persen dapat diulang. Teknik
triangulasi juga dapat digunakan untuk mengkasifikasi makna dengan cara
mengidentifikasi cara pandang yang berbeda terhadap berbagai fenomena.22
Penelitian kualitatif, merupakan salah satu metode yang secara primer
menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivis
(seperti makna jamak dari pengalaman individu, makna yang secara sosial
21
Anselm Strauss and Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research, Chicago: University of
Chicago Press, 1988, 5. 22
Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, Handbook , 307.
23
dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola)
atau pandangan advokasi/partisipatori (seperti orientasi politik, isu,
kolaboratif, atau orientasi perubahan). Pendekatan ini juga menggunakan
strategi penelitian seperti naratif, fenomenologis, etnografis, studi grounded
theory, atau studi kasus. Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka
terutama dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data.23
Sebagai mana L.R. Gay, E. Geoffrey, dan Airasian Peter, yang dikutip
oleh Emzir bahwa dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan
pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-
sekolah. Produk-produk yang dihasilkan penelitian dan pengembangan
mencakup; materi guru, materi ajar, seperangkat tujuan perilaku, materi
media, dan system-sistem manajemen. Penelitian dan pengembangan secara
umum berlaku luas pada istilah-istilah tujuan, personal, dan waktu sebagai
pelengkap. Produk-produk dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan-
kebutuhan tertentu dengan spesifikasi yang detail.24
Penelitian ini didesain paling tidak, secara jelas Emzir menggambarkan
sistematika dalam mendesain penelitian.25
Paling sederhana terdapat lima
langkah dalam mendesain penelitian; Pertama, identifikasi masalah penelitian
agar suatu penelitian menjadi tersistematik. Hakikat masalah yang akan
diteliti harus diidentifikasikan walaupun hanya dalam istilah luas.
23
Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,
2013, 28. 24
Emzir, Metode …, 263.
24
Pengetahuan yang berhubungan diidentifikasi, dan dalam esensi, suatu
kerangka kerja ditetapkan untuk pelaksanaan penelitian. Hal penting lain
yang berhubungan dengan penetapan kerangka kerja atau fondasi untuk
penelitian adalah identifikasi suatu asumsi yang perlu atau kondisi yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Kedua, pengumpulan informasi tentang bagaimana orang lain
mendekati masalah yang sama. Sudah jelas bahwa seseorang akan dapat dan
akan memperoleh keuntungan dari karya orang lain. Literatur penelitian
merupakan sumber dari informasi. Ketiga, pengumpulan data yang sesuai
dengan masalah penelitian. Bagaimanapun data tidak dapat dikumpulkan
dengan cara serampangan. Proses pengumpulan data memerlukan
penyusunan dan kontrol yang baik.
Keempat, adalah analisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian
diolah dan dianalisis dalam suatu cara yang memungkinkan peneliti menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sementara
langkah kelima, proses penggambaran kesimpulan atau penarikan generalisasi
setelah analisis dilakukan. Kesimpulan didasarkan pada data dan analisis di
dalam kerangka kerja penelitian.
Langkah atau desain penelitian ini dapat digambarkan, sebagai berikut;
Gambar. 1 (Desain Penelitian)
Identifikasi
masalah
Review
informasi
Penarikan
kesimpulan
Analisi
data
Pemgumpulan
data
25
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Signifikasi Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
Bab II Upaya Rekonstruksi Pendidikan Dengan Pendekatan Total Quality
Management (TQM), meliputi; Konsep Dasar Total Quality Management,
Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, Total Quality
Management dalam Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota
Salatiga.
Bab III Implikasi Dan Hasil Capaian dari Rekonstruksi Pendidikan
Dengan Pendekatan Total Quality Management (TQM), meliputi; Strategi dan
Pencapaian Pendidikan berbasis TQM, Teknik dan langkah Penerapan TQM,
Kecukupan Fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung Kualitas Pendidikan, dan
Faktor Penghambat TQM.
Bab IV Rekontruksi Pendidikan Dengan Pendekatan Total Quality
Management (TQM) Sebagai Stakeholder Terhadap Mutu Akademik, mencakup;
Kepuasan Tentang Perilaku Anak di Rumah/Masyarakat dan Aplikasi Materi
Belajar dengan Lingkungan, Pandangan Wali Murid Mengenai Kesesuaian Antara
Biaya Pendidikan Dengan Proses Pendidikan Dan Pengajaran serta
Profesionalisme Pendidik, Pandangan Orang Tua dan Masyarakat sebagai
Stakeholder Terhadap Mutu Akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus)
26
Kota Salatiga, dan Rekonstruksi Pendidikan TQM Di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Bagi Stakeholder
Bab V penutup meliputi; simpulan dan saran
27
BAB II
UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN
DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
A. Konsep Dasar Total Quality Management
Total Quality Manajemen (TQM) berasal dari kata “Total” yang berarti
keseluruhan atau terpadu, “Quality” yang berarti mutu, dan “Management”
diartikan dengan pengelolaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses
planning, organizing, staffing, dan controlling terhadap seluruh kegiatan
dalam organisasi sekolah.
Dalam pengertian mengenai organisasi Total Quality Manajemen,
penekanan utama adalah pada mutu yang didefinisikan dengan mengerjakan
segala sesuatu dengan baik sejak dari awalnya dengan tujuan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan (Peserta didik dan masyarakat).
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh
sekolah-sekolah karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerial
nya. “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua
bagian dari suatu instansi sekolah dan semua orang ke dalam falsafah holistik
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan”.
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan pengendalian
kualitas melalui penemuan partisipasi karyawan. Di sini Total Quality
Management merupakan mekanisme formal dan dilembagakan, yang
memiliki tujuan untuk memecahkan persoalan dengan menekankan pada
28
partisipasi dan kreativitas antar karyawan dalam sebuah organisasi atau
perusahaan. Tom Peters and Nancy Austi dalam Sallis, mengatakan “quality
is about passion and pride”26
Adapun karateristik khusus Total Quality Management antara lain
adalah; Partisipasi aktif dari semua pihak, berorientasi kepada kualitas
berdasarkan kepuasan pelanggan, dinamika managemen dapat menggunakan
top down dan bottom up, menanamkan budaya kerja sama atau team work
dengan baik, menanamkan budaya problem solving melalui konsep planning,
doing, checking, dan action, serta perbaikan berkelanjutan sebagai proses
pemecahan masalah dalam TQM. Pada praktiknya, Total Quality
Management menuntut pemberlakuan dan keterlibatan seluruh anggota
organisasi, baik secara vertkal maupun horizontal, baik struktur yang tinggi
maupun struktur yang berposisi di bawah. Atas dasar karakteristik di atas
maka TQM tidak lain merupakan suatu sistem dalam manajemen usaha yang
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas produksi,
dalam rangka meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.
Total Quality Management memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut;
TQM mempunyai tujuan untuk meningkatkan komunikasi, terutama antara
karyawan lini dengan managemen serta mencari dan memecahkan persoalan;
bentuk organisasinya terdiri dari satu orang kepala dengan beberap orang
anggota yang berasal dari satu bidang pekerjaan. TQM juga memiliki seorang
kordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan bidang
26
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. Terjemahan Ahmad Ali Riyadi
dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012, 29.
29
lainnya; Partisipasi anggota dalam setiap bidang bersifat sukarela, sedangkan
partisipasi kepala mungkin sukarela, mungkin tidak; Dalam ruang lingkup
persoalanan yang dianalisis oleh setiap bidang, tidak bisa memilih sendiri
persoalan yang akan dibahasnya, persoalan itu bukan berasal dari bidangnya
sendiri dan persoalannya tidak terbatas pada kualitas, tetapi mencakup
produktivitas, biaya keselamatan kerja, moral dan lingkungan, serta latihan
formal dalam hal teknik pemecahan persoalan.
Sementara, unsur-unsur Total Quality Management, menurut D. L.
Goetsch dan S. B. Davis yang diadopsi oleh Nasution.27
Terdapat sepuluh
unsur; Pertama, fokus terhadap pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan
internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver atau penentu.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan
kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan
dengan produk atau jasa.
Kedua, obsesi terhadap kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan
TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya
berdasarkan perspektif. Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih
27
M. Nur Nasution, Manajemen Mutu Terpadau (Total Quality Management), Bogor:
Ghalia Indonesia, 2015, 18.
30
baik. Bila sesuatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip
‘good enough is never good enaugh’.
Ketiga, pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan
dan dipergunakan dalam menyusun standar atau tolok ukur (benchmark),
memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
Keempat, komitmen jangka panjang. TQM merupakan suatu
paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya
perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat
penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat
berjalan dengan sukses.
Kelima, kerja sama tim (teamwork). Dalam organisasi yang dikelola
secara tradisional sering kali diciptakan persaingan antardepartemen yang ada
dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi,
persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan
menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan
kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing perusahaan
pada lingkungan eksternal. Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan
TQM, kerja sama tim (teamwork), kemitraan dan hubungan dijalin dan
dibina, baik antarkaryawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-
lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
31
Keenam, perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap produk
dan atau setiap jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu
di dalam suatu system/lingkungan. Oleh karena itu, system yang ada perlu
diperbaiki terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat semakin
meningkat.
Ketujuh, pendidikan dan pelatihan. Dewasa ini masih terdapat
perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan
pelatihan karyawan. Mereka beranggapan bahwa perusahaan bukanlah
sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil yang siap pakai. Perusahaan-
perusahaan seperti itu akan memberikan pelatihan sekedarnya kepada para
karyawannya. Kondisi seperti ini menyebabkan perusahaannya tidak
berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era
persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip
bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal
batas usia. Melalui belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
Kedelapan, kebebasan yang terkendali. Pada TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah merupakan unsur yang sangat penting, dikarenakan unsur tersebut
dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuatnya. Selain itu, unsur ini juga dapat memperkaya
32
wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak
yang terlibat lebih banyak. Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan
pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana
dan terlaksana dengan baik. Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap
metode-metode pelaksanaan setiap proses dan mereka pula yang berusaha
mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti
prosedur standar tersebut.
Kesembilan, kesatuan tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan
baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan bukan berarti
harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen
dengan karyawan.
Kesepuluh, adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam
penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa manfaat;
pertama, usaha ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan
yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga
mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja; kedua, keterlibatan karyawan
meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas keputusan dengan
melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya. Pemberdayaan bukan
sekedar melibatkan karyawan, melainkan melibatkan mereka dengan
memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara yang
33
dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan
para karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses
pekerjaannya dalam parameter yang ditetapkan dengan jelas.
Sementara konsep dasar TQM menurut G. Bounds yang diadopsi oleh
Nasution terdapat tiga konsep besar dalam menentukan nilai kualitas yang
berfokus pada semua orang agar secara terus menerus meningkatkan nilai
tersebut yang diberikan pada pelanggan. Konsep TQM ini memerlukan
komitmen semua anggota organisasi terhadap perbaikan seluruh aspek
manajemen organisasi; pertama, strategi nilai pelanggan. Nilai pelanggan
adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang atau
jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk
memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk
memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara
penyampaian, pelayan, dan sebagainya; kedua, sistem organisasi. Sistem
organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini
mencakup tenaga pekerja, material, teknologi proses, metode operasional dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan
keputusan; dan ketiga, perbaikan kualitas berkelanjutan. Perbaikan kualitas
diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah,
terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen
untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinyu. Melalui
34
perbaikan kualitas produk secara kontinyu akan dapat memuakan
pelanggan.28
Selain unsur dan konsep, TQM juga memiliki prinsip yang jika
dicermati akan membentuk ikatan kesamaan yang semakin memperkuat
konstruksi kualitas tersebut. Sedikitnya terdapat empat prinsip. Scheuning
dan Christopher yang disederhanakan oleh M. Nur Nasution menjelaskan
bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah: Pertama, Kepuasan pelanggan.
Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek,
termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu
segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para
pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan dengan nilai yang
diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.
Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan.
Kedua, respek terhadap setia orang. Perusahaan yang kualitasnya tergolong
baik dan setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta
dan kreativitas yang khas, maka karyawan merupakan sumber daya organisasi
yang paling bernilai. Dengan demikian, setiap orang dalam organisasi
diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan. Ketiga, manajemen berdasar
fakta. Artinya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, dan bukan
sekedar pada perasaan. Keempat, perbaikan berkesinambungan. Agar dapat
sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam
28
M. Nur Nasution, Manajemen Mutu Terpadau (Total Quality Management) ..., 23.
35
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan, yang biasanya dibuktikan
dengan langkah-langkah perencanaan dan melakukan tindakan korektif
terhadap hasil yang diperoleh.29
Konsep dasar dari Total Quality Management (TQM) yang
bermula digunakan dalam konteks perusahan dengan keuniversalannya dapat
diimplementasikan pada berbagai bentuk dan berbagai organisasi atau
lembaga yang berkaitan dengan jasa yang secara jelas melibatkan masyarakat
pengguna. Sehingga ketika konsep ini digunakan dalam organisasi atau
lembaga pendidikan, akan tercapai apa yang menjadi keinginan atau kepuasan
dari setiap pengguna jasa pendidikan tersebut, dalam hal ini siswa atau orang
tua wali siswa selaku stakeholder, selain usaha perbaikan-perbaikan sistem
dan proses yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan tersebut
guna tercapainya apa yang menjadi harapan pengguna.
Ada empat perbedaan pokok antara TQM dengan metode manajemen
lainnya: Pertama: Asal intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik
manajemen berasal dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan
dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi
mendasari teknik pemasaran dan decision support system, dan sosiologi
memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar
teoritis dari TQM adalah statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses
Statistikal (SPC/Statistical Process Control) yang didasarkan pada sampling
dan analisis varians.
29
M. Nur Nasution, Manajemen Mutu Terpadau (Total Quality Management) …, 25
36
Kedua, yakni sumber inovasinya. Bila sebagian besar ide dan teknik
manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan
manajemen terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan
oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika
yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.
Ketiga, yakni asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan teknik
dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain
organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh
dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih
banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika
Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan
analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang,
serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.
Keempat, yakni proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran
sebagian besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang
mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti
General Electric.
B. Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
Mengenai proses pendidikan di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus)
Kota Salatiga dalam merekonstruksi total quality management pendidikan
dengan menggunakan rencana strategis sekolahnya melalui strategi Memuter
3G OTA, yaitu good communication, good habit, good moral, openness atau
37
keterbukaan, training atau pelatihan guru dan karyawan, dan activities atau
pemenuhan aktivitas siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa SD
Muhammadiyah ((Plus)) Salatiga. Menggunakan manajemen berbasis
kualitas dengan 3G OTA berbasis kearifan lokal sebagai pemecahan masalah
serta strategi melejitkan prestasi tiada henti.
Melalui penggunaan pemikiran bahwa melejitkan prestasi guru, siswa,
maupun sekolah dapat terlaksana apabila; Pertama, fokus terhadap pelayanan
pelanggan yaitu orang tua dan siswa. Kedua, sekolah melakukan inovasi
secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan terarah dengan
melakukan perbaikan secara terus menerus. Ketiga, melibatkan seluruh warga
sekolah memiliki culture serta habit yang menghantarkan untuk meraih
prestasi. Oleh karena itu, setiap kelompok kerja sebagai bagian warga sekolah
perlu memiliki kualitas dan keterpaduan, baik secara kelompok atau
individu.30
Pada proses belajar mengajar merupakan pemberdayaan pelajar yang
dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan perilaku pelajar, baik di
ruang kelas maupun di laur kelas, karena proses belajar mengajar merupakan
pemeberdayaan pelajar, maka penekanannya bukan sekedar penguasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi merupakan internalisasi
tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan
nurani dan dihayati serta dipraktikkan oleh pelajar.
30
http://salatiga-kota.muhammadiyah.or.id/content-23-sdet-sd-muhammadiyah-plus.html.
Di unduh pada hari senin, 27 Pebruari 2017, Pukul. 10.00 WIB.
38
Selain itu proses belajar mengajar semestinya lebih mementingkan
proses pencarian jawaban dari pada memiliki jawaban. Proses belajar
mengajar yang lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap benar oleh
pengajar adalah kurang efektif, semestinya proses belajar mengajar
menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, menumbuhkan rasa keingintahuan,
dan eksperimen-eksperimen untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan
baru, memberikan keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang
baru, menumbuhkan sikap demokratis, dan memberikan toleransi pada
kekeliruan-kekeliruan yang lahir karena tingginya kreativitas.
Karena diyakini, untuk tercapainya apa yang menjadi tujuan sekolah
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki
peranan yang sangat krusial. Karena bagaimanapun sekolah merupakan sistim
yang ada didalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan
yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa dukungan proses
manjemen yang baik, hanya akan menghasilkan kekacauan jalannya
organisasi sekolah, yang pada gilirannya tujuan pendidikanpun tidak akan
pernah tercapai. Maka dari itu setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus
memiliki perencanaan yang jelas dan realistis, pengorganisasian yang efektif
dan efesien, pengerahan dan motivasi secara menyeluruh terhadap personil
sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan
secara berkelanjutan.
Memperkuat sumber daya manusia, merupakan jenis input penting yang
diperlukan untuk keberlangsungan proses pendidikan di sekolah. Tanpa
39
sumberdaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung, dan pada
gilirannya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumberdaya manusia
merupakan aset yang dimiliki oleh lembaga atau sekolah tersebut yang harus
didudukan pada posisi tertinggi dalam setiap kehidupan organisasi, terlebih
organisasi itu lembaga pendidikan atau sekolah. Oleh karena itu sumberdaya
manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, dan lainya) merupakan jiwa
sekolah dan merupakan satu-satunya sumber daya aktif. Pada dasarnya, agar
sekolah dapat berjalan secara efektif dan efesien, diperlukan sumber daya
manusia yang memiliki kesiapan dan kesanggupan.
Beberapa faktor penting dalam implementasi total quality manajement
dalam pendidikan atau sekolah adalah bahwa kepala sekolah, komite sekolah
atau walisiswa, guru, dan para petugas secara organisasi memiliki hubungan
dan saling mempengaruhi dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah di mana mereka berada.
Kegagalan yang terjadi dalam usaha reformasi pendidikan pada dasarnya
bermuara pada tidak terciptanya kolaborasi dan koordinasi yang maksimal
pada satuan pendidikan, baik kepala sekolah, guru, siswa, maupun
masyarakat.31
Mencermati kondisi pendidikan tersebut, maka peran masyarakat atau
pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pendidikan mutlak
dibutuhkan dan sangat penting. Keterlibatan pihak-pihak tertentu seperti
komite sekolah, kelompok lain yang terlibat dalam mendukung kegiatan
31
Mulyasa, Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan (Teori dan Praktik), Jakarta:
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003, xiv.
40
belajar termasuk para guru agar dapat melakukan kerjasama yang baik
merupakan hal yang penting. Kerjasama seperti ini akan dapat mewujudkan
proses belajar mengajar yang transparan dan teratur. Kenyataan yang terjadi
selama ini, komite sekolah atau stake holder masih dilihat sebelah mata
karena fungsi dan kewenangannya masih jauh dari harapan, dan belum
maksimal. Salah satu fungsi dan kewenangan komite sekolah yang jauh dari
harapan adalah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait (kepala
sekolah, guru, masyarakat, pemerinah) dalam penyelengaraan pendidikan
berkualitas.
Sering kali terjadi kesalahpahaman bahwa pendidikan hanyalah tugas
guru dan pemerintah, sedangkan masyarakat tidak pernah merasa memiliki
lembaga pendidikan. Masyarakat tidak pernah merasa bertanggung jawab
terhadap proses belajar mengajar, padahal institusi pendidikan merupakan
milik bersama, kewajiban bersama dan tanggung jawab bersama yang harus
dipikul secara bersama-sama. Salah satu fungsi dari komite sekolah adalah
sebagai mitra kerja lembaga pendidikan, bukan lawan yang harus ditakuti
namun merupakan kawan yang harus dirangkul, sehingga segala masalah
yagn dihadapi lembaga pendidikan dapat diselesaikan dengan baik dan bijak.
Membangun pola kerja sama yang baik antara komite sekolah dengan guru
sudah merupakan keharusan dan menjadi komitmen antara pemerintah, pihak
sekolah/guru, dan masyarakat sekitar.
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana secara sederhana memberikan
indikator-indikator dari setiap sumberdaya manusia yang ada di sekolah
41
berbasis TQM. Misalnya indikator yang diawasi orangtua siswa; memonitor
aktivitas dan kebiasaan membaca dan belajar setiap hari; seleksi
berkelanjutan terhadap nilai program televise yang disukainya, khusus
tentang cara yang berkaitan dengan pendidikan dapat ditindaklanjuti dalam
diskusi; kepemimpinan keluarga yang kondusif setiap bulan dalam
pengalaman belajar di luar rumah; membagi teknik pribadi dalam
pengetahuan filosofi dalam lingkungan keluarga; dukungan terhadap
pekerjaan rumah anak; keanggotaan anak dalam kelompok belajar atau
bimbingan belajar; intensitas kontak atau komunikasi bulanan dengan
guru/wali kelas/wali siswa; tujuan kerjasama dalam keluarga; konseling karir
anak bersama orangtua; tindakan konstruktif dan dukungan agar betah di
sekolah; menggunakan alternatif remedial.32
Sedangkan indikator siswa dalam kontek Total Quality Management;
penguasaan informasi baru tentang mata pelajaran; pengetahuan baru
penerapan kurikulum dalam kehidupan nyata; pengetahuan baru tentang
pilihan karir; informasi baru kebiasaan belajar; penggunaan informasi yang
diperoleh melalui penelitian sederhana atau percobaan/eksperimen dan
diskusi; pengetahuan informasi baru dalam keterampilan penyelesaian
masalah; informasi baru tentang etika pribadi dan pemantapan kepribadian;
informasi tentang kecakapan interpersonal melalui pembelajaran; penggunaan
alternative remedial.33
32
Pupuh Abdurrahman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Proses
Pengembangan Pengajaran, Bandung: Refika Aditama, 2011, 135. 33
Pupuh Abdurrahman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Proses
Pengembangan Pengajaran …, 136.
42
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, dalam persoalan
sumberdaya manusia, berusaha terus melakukan pemenuhan baik secara
kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas jumlah sumberdaya manusia
yang terlibat dalam ikatan lembaga sudah mencukupi jika disbanding dengan
rasio jumlah siswa atau murid yang sedang belajar di dalamnya. Tidak
terkecuali pemenuhan secara kualitas terus dipacu, melalui berbagai bentuk
dan cara; memberikan kesempatan bagi guru-gurunya untuk meneruskan latar
belakan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, penyertaan dan
pendelegasian pada pelatihan-pelatihan ketenagapendidikan, dan
menghidupkan forum-forum diskusi guru, serta melibatkan peserta didik dan
guru di ajang lomba baik berskala local, regional, bahkan nasional.
Sementara berbagai implikasi dan hasil capaian (output) dengan
merekonstruksi pendidikan dengan pendekatan total quality management di
SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga secara terus-menerus melakukan
perbaikan, sehingga transformasi sangat jelas dirasakan. Seperti yang
dijelaskan oleh Prof. Zamroni, Ph. D., mengenai pendidikan Muhammadiyah,
terutama sekolah-sekolah Muhammadiyah dan lebih khususnya sekolah
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga harus siap memasuki era kompetisi
global. Bagi sekolah Muhammadiyah tantangan global memiliki arti harus
mampu memepersiapkan tenaga untuk melaksanakan dakwah islam amar
makruf nahi mungkar, sekaligus Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
keagamaan yang mengusung Islam yang berkemajuan, yang harus bisa
menanggapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu transformasi
43
pendidikan Muhammadiyah merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri
lagi.34
Pendidikan Muhammadiyah perlu melakukan transformasi dakam
aspek teori pendidikan. Prestasi tidak hanya prestasi akademik, melainkan
bersifat utuh, yang mencakup kualitas akademik, ketangguhan moral, dan
kepekaan sosial. Untuk mewujudkan sosok siswa yang utuh, antara teori dan
realitas tidak perlu dipisahkan. Siswa belajar sesuatu secara simultan
terintegrasi, teori dan realitas kehidupan, dari buku dan masyarakat. Teori ini
merupakan penjabaran dari nilai-nilai tradisional pendidikan Muhammadiyah.
Seperti, ilmu amaliah amal ilmiah, dan menyatukan antara kehidupan sekolah
dan kehidupan masyarakat, serta menyeimbangkan antar program pendidikan
formal dan program pendidikan non-formal.35
Dapat ditarik benang merah bahwa teori pendidikan yang diaplikasikan
di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tidak berbeda dengan
sekolah-sekolah Muhammadiyah lainnya, yaitu berpusat pada dua konsep
utama. Pertama, prestasi siswa memiliki tekanan pada bidang akademik.
Segala upaya yang diwujudkan dalam pembelajaran dengan tujuan
mengembangkan kemampuan dan prestasi akademik siswa. Kedua,proses
pembelajaran bersifat teoritis untuk kemudian dipraktikan dalam realitas.
Melalui dua basis konsep tersebut, pembelajaran diibaratkan sebagai
auditorium, tempat dimana para siswa duduk manis siap mendengar,
34
Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2014, 84. 35
Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah …, 85.
44
mencatat, bertanya, dan berdiskusi, yang pada saaToniya nanti para siswa
akan diuji untuk melihat seberapa jauh kemampuan akademiknya telah
berkembang.
Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiaga yang berada di
Jalan Suropati No.14 Togaten Kota Salatiga yang tidak jauh dari pusat Kota
Salatiga. Sekitar 50 meter dari jalan provinsi yang mennghubungkan kota
Semarang dengan Kota Surakarta bahkan dapat juga menjadi jalan alternative
menuju Kota Yogyakarta.
Berdiri sekitar 1932 dengan nama HIS Muhammadiyah dan direktur
atau kepala sekolah pertamanya adalah R. Muh Djamil dari Yogyakarta. Pada
saat itu murid-muridnya terdiri dari berbagai agama, khususnya yang
beragama Islam dan Kristen. Pada sore hari digunakan untuk Madrasah
Diniyah Muhammadiyah sampai dengan tahun 1970-an. Pewakaf tanah untuk
bangunan HIS Muhammadiyah Salatiga adalah Bapak Tjitro Husodo.
Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga yang dulunya HIS
Muhammadiyah merupakan amal usaha monumental sebagai cikal bakal
perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Tempo dulu sekolah ini telah
melahirkan banyak kader. Namun setelah memasuki era Orde Baru, sejak
mulai tahun 80-an ketika pemerintah mengembangkan SD Inpres, sekolah
tersebut mulai mundur dan secara perlahan menuju kematian. Selain
pengaruh pengembangan pemerintah melalui SD Inpresnya, terdapat faktor
lain yang menyebabkan sekolah HIS Muhammadiyah ini tidak berdaya, misal
45
kehabisan siswa, karena kurangnya animo masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya.
Sejak tahun 90-an Pimpinan Daerah Muhammadiyah sudah memikirkan
solusinya tetapi hasilnya menemui kegagalan. Menyikap kondisi semacam itu
akhirnya pada tahun 2002, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga
bersama para mantan dan para pimpinan mengadakan rapat untuk mengambil
keputusan di antara dua pilihan yang sama dilematisnya, yaitu ditutup atau
dikembangkan secara revolusioner dengan mengubahnya menjadi SD
unggulan yang secara pasti berkonsekuensi pada besarnya dana yang
dibutuhkannya. Kebijakan jatuh pada pilihan kedua, yang selanjutnya
dibentuk sebuah iim, yaitu PLPM (Pengembang Lembaga Pendidikan
Muhammadiyah) pada bulan Desember tahun 2002. Tim ini terdiri dari para
tokoh Muhammadiyah dan pakar pendidikan, yang diketuai oleh Prof. Dr.
Achmadi. Dari kerja tim tersebut kemudian menghasilkan keputusan pertama
yaitu mengubah nama SD Muhammadiyah menjadi SD Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga.
Selanjutnya melihat perkembangan SD Muhammadiyah Plus semakin
tahun dan semakin meingkatnya animo dari masyarakat terutama orangtua
murid untuk dapat diterima di salah satu sekolah dasar pavorit di Kota
Salatiga, SD Muhammadiyah Plus. Pada Ahad, 9 Juli 2006 telah diresmikan
dan dimulai pembangunan 6 lokal SD Muhammadiyah Plus dan tercatat pada
tahun pelajaran 2006 pendaftaran hanya dibuka selama lebih kurang dua jam
saja sudah menolak pendaftaran, maka tim pengembang merasa perlu untuk
46
mengembangkan lokasi baru yang cukup memadai untuk menampung animo
masyarakat yang mulai bergerak kuat. Harapan untuk menjawab ekspektasi
masyarakat pun mulai terjawab, dengan membeli tanah di daerah Togaten,
Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga seluas 2.350 m2. Pada
perkembangan berikutnya pada tahun 2013 membeli tanah sekitar lokasi
sekolah seluas 1.569 m2. Namun karena sesuatu hal pembangunannya
terkendala teknis, akhirnya diputuskan untuk mengembangkan di tempat lain
yang representatif yaitu di Grogol Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti
dengan luas tanah 5900 m2.
Bangunan fisik SD Muhammadiyah sudah berkali-kali direnovasi, baik
dari dana swadaya dan pribadi seperti dari Bapak H. Sugiyo, Bapak H. Abdul
Karim Oei Ching Hin (Bapak dari Ibu Dr. Oen Jos Sujoso), Bapak H.
Muhadi, dan lainnya, serta. proyek-proyek dari pemerintahan, khususnya
Pemerintah Daerah Kota Salatiga maupun dari kementrian pendidikana
nasional.
C. Total Quality Management dalam Pendidikan Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
Konsep total quality manajement yang secara sederhana dapat dipahami
sebagai pengelolaan kualitas secara total lahir beberapa dasawarsa yang lalu,
yang pada permulaannya diperuntukan guna mengatasi berbagai
permasalahan di bidang bisnis dan industri. Konsep itu telah
diimplementasikan dengan sangat berhasil oleh dunia bisnis dan industri
47
terutama di negara Jepang, yang kemudian juga diadopsi di belahan negara
lain. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang pertama-tama menerapkan
manajemen kualitas adalah PT. Astra Internasional pada tahun 1981. Sejak
itu, penerapan TQM menjalar ke berbagai perusahaan swasta sampai ke
perusahaan badan usaha yang dimiliki oleh negara.
Kenapa Jepang menjadi pertama kalinya yang mengaplikasikan TQM.
Secara kontekstual pada akhir Perang Dunia II, Daming meninggalkan
pekerjaanya di pemerintahan dan mendirikan perusahaan konsultan yang pada
tahun 1947 bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri yang mengirimnya
ke Jepang untuk mempersiapkan sensus nasional di negeri tersebut.
Sementara itu, para manajer Amerika mulai melupakan ajaran control kualitas
yang diberikan pada jaman perang dan mereka kembali pada gaya dan praktik
manajemen tradisional sebelum perang. Bersamaan itu, Deming yang terlibat
dalam metode control kualitas mendapatkan sambutan hangat dari Jepang
orang Jepang mengaitkan keberhasilan ekonomi mereka dengan metodologi
kualitas Dr. Deming.36
Sangat menarik bahwa konsep TQM ini kemudian ditelaah
kemungkinan penerapannya di dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan. TQM adalah sistem pengendalian kualitas yang
didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
sebaik-baiknya adalah yang utama dalam setiap usaha. Untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan, budaya kerja yang mantap harus terbina dan
36
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Terjemahan, Yosal Iriantara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007, 7.
48
berkembang dengan baik dalam diri setiap karyawan yang terlibat dalam
pendidikan itu. Motivasi, sikap, kemauan dan dedikasi adalah bagian
terpenting dari budaya kerja tersebut.
Disadari bahwa total quality management dalam konteks pendidikan
masih tergolong baru, hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi
tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Inisiatif untuk menerapkan metode ini
berkembang lebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru
di awal 1990-an kedua negara tersebut betul-betul dilanda gelombang metode
ini. Ada banyak gagasan yang dihubungkan dengan kualitas juga
dikembangkan dengan baik oleh institusi-institusi pendidikan tinggi dan
gagasan-gagasan kualitas tersebut terus menerus diteliti dan
diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Peningkatan kualitas menjadi semakin penting bagi institusi yang
digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya
sendiri. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu
memberikan pendidikan yang berkualitas pada peserta didik. Bagi setiap
institusi, kualitas adalah agenda utama dan meningkatkan kualitas merupakan
tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang
menganggap kualitas sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki.
Kualitas dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk
diukur. Kualitas dalam pandangan seseorang terkadang berbeda dengan
kualitas dalam pandangan orang lain. Sehingga tidak aneh jika ada dua pakar
49
yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara
menciptakan institusi yang baik.
Seseorang bisa mengetahui kualitas ketika mengalaminya, tetapi tetap
merasa kesulitan ketika ia mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya.
Satu hal yang bisa diyakini adalah kualitas merupakan suatu hal yang
membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan
tersebut, kualitas dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang
membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, kualitas jelas sekali
merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dan
meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.
Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen kualitas
terpadu dalam dunia pendidikan adalah; institusi pendidikan memposisikan
dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa,
yakni institusi yang memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pelanggan. Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh
pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang berkualitas dan memberikan
kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah dibutuhkan suatu sistem
manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih
berkualitas.
Manajemen pendidikan berbasis Total Quality Management (TQM)
berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama, baik
pelanggan dalam (internal customer) maupun pelanggan luar (external
customer). Dalam dunia pendidikan, yang termasuk pelanggan dalam adalah
50
pengelola institusi pendidikan, guru, staff, dan penyelenggara institusi.
Sedangkan pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri.
Jadi suatu institusi pendidikan disebut berkualitas apabila antara pelanggan
internal dan eksternal telah terjalin kupuasan atas jasa yang diberikan. Maka,
untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa, harus
memenuhi standar kualitas. Selain itu institusi dapat disebut berkualitas
dalam konsep TQM, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Secara operasional, kualitas ditentukan oleh faktor terpenuhinya spesifikasi
yang telah ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang
diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa. Kualitas yang
pertama disebut quality in fact atau kualitas sesungguhnya dan quality in
perception atau kualitas persepsi.
Terdapat beberapa pokok operasional TQM dalam pendidikan yang
perlu diperhatikan; Pertama, continuous improvement atau perbaikan secara
terus menerus. Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola
senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus
menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah
mencapai standar kualitas yang diterapkan. Kedua, quality assurance atau
menentukan standar kualitas. Konsep ini digunakan untuk menetapkan
standar-standar kualitas dari semua komponen yang bekerja dalam proses
produksi atau transformasi lulusan institusi pendidikan.
Ketiga, konsep change of culture atau perubahan kultur. Konsep ini
bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai kualitas dan
51
menjadikan kualitas sebagai orientasi semua komponen organisasional.
Keempat, konsep upside-down organization atau perubahan organisasi. Jika
visi dan misi, serta tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami
perkembangan, maka sangat dimungkinkan terjadinya perubahan organisasi.
Perubahan organisasi ini bukan berarti perubahan wadah organisasi,
melainkan sistem atau struktur organisasi yang melambangkan hubungan-
hubungan kerja dan kepegawaian dalam organisasi, yang menyangkut
perubahan kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab. Kelima, konsep
keeping close to the customer atau mempertahankan hubungan dengan
pelanggan. Oleh karena organisasi pendidikan menghendaki kepuasan
pelanggan, maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan
pelanggan menjadi sangat penting.
Secara sederhana, total quality management dalam dunia pendidikan,
memandang pendidikan sebagai jasa, dan usaha lembaga pendidikan sebagai
industri jasa dan bukan sekedar proses produksi. TQM berbicara tentang
pelanggan-pelanggan yang mempunyai berbagai kebutuhan, dan tentang
bagaimana memuaskan para pelanggan tersebut. Pendapat yang mengatakan
bahwa lulusan adalah produk pendidikan dinilai mempunyai kelemahan-
kelemahan dasar, karena lulusan adalah individu yang perilaku dan
perbuatannya sesungguhnya bukan hanya dipengaruhi ilmu dan keterampilan
yang diperolehnya selama pendidikan, melainkan juga oleh berbagai faktor
lain, seperti motivasi belajar, sikap dan latar belakang keluarga serta
pengaruh lingkungan. Oleh sebab itu, TQM menganggap produk pendidikan
52
sebagai industri jasa pada hakekatnya adalah jasa dalam bentuk pelayanan
yang diberikan oleh pengelola pendidikan beserta seluruh karyawan kepada
para pelanggan sesuai dengan standar kualitas tertentu.
Karena jasa pendidikan adalah pelayanan yang diberikan kepada para
pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka kualitas jasa pendidikan
itu haruslah sesuai dengan atau melebihi kebutuhan itu. Dengan demikian,
kualitas jasa pendidikan adalah bersifat relatif. Dengan kata lain kualitas jasa
pendidikan adalah baik dan memuaskan jika sesuai dengan atau melebihi
kebutuhan pelanggan bersangkutan. Namun demikian, kualitas tersebut dapat
diukur secara kualitatif. Beberapa indikator lunak seperti rasa kepedulian dan
perhatian terhadap kebutuhan para pelanggan dapat dipergunakan. Disamping
itu, tingkat kepuasan para pelanggan setelah menerima jasa pendidikan juga
dapat merupakan indikator penting.
Total Quality Management dalam dunia pendidikan adalah cara
mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa peningkatan
kualitas harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini
secara terpadu dan berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang
berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan
para pelanggan baik masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan
pendekatan TQM pendidikan akan dapat dihasilkan lulusan yang berkualitas,
menjaga kualitas serta selalu meningkatkan kualitas secara
berkesinambungan.
53
Dalam kondisi yang sangat problematis, pendidikan mesti dipandang
sebagai sebuah sistem yang secara tidak sederhana sulit dipahami oleh para
professional pendidikan. Umumnya orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan memulai perbaikan sistem tanpa mengembangkan pemahaman
yang penuh atas cara system tersebut bekerja. Dalam sebuah analisa rinci atas
perguruan tinggi di Inggris belum lama ini, ternyata cukup mengejutkan.
Perguruan tinggi itu tak punya catatan tertulis mengenai proses atau prosedur
kerja. Fungsi-fungsi bisa berjalan lantaran memang selalu dijalankan. Hanya
dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem mka para professional
pendidikan dapat mengiliminasi pemborosan dari pendidikan dan dapat
memperbaiki kualitas setiap proses pendidikan.37
37
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Terjemahan, Yosal Iriantara …, 13.
54
BAB III
IMPLIKASI DAN HASIL CAPAIAN
DARI REKONSTRUKSI PENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
D. Strategi dan Pencapaian Pendidikan Berbasis Total Quality Management
Total Quality Management merupakan metodologi yang dapat
membantu para profesional pendidikan dalam menjawab berbagai macam
tantangan dan problematika sistem pendidikan, sekaligus dapat dipergunakan
untuk mengurangi rasa takut dan meningkatkan kepercayaan dilingkungan
sekolah. Total Quality Management dapat dijadikan sebagai perangkat untuk
membangun aliansi pendidikan, bisnis, dan pemerintahan. Aliansi pendidikan
memastikan bahwa para profesional sekolah atau wilayah memeberikan
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan program-program
pendidikan, dapat memberikan fokus pada pendidikan dan masyarakat. TQM
membentuk infrastruktur yang fleksibel yang dapat memberikan respon yang
cepat terhadap perubahan tuntutan masyarakat sekaligus dapat membantu
pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasan dana dan waktu. TQM
dapat memudahkan sekolah mengelola perubahan.
Jika TQM memiliki relevansi dalam pendidikan dan dijadikan sebagai
role model, maka ia harus memberi penekanan pada kualitas pelajar. Hal itu
tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi yang substansial
bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagian besar institusi pendidikan
55
dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk
memfokuskan diri pada aktivitas utama pembelajaran.
Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur kualitas terpadu harus
menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran
untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam
pembelajaran. Pelajar adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran
tidak memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka, maka itu berarti
bahwa institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai
kualitas terpadu.
Institusi pendidikan juga perlu menggunakan hasil pengawasan formal
untuk menetapkan keabsahan program-programnya. Institusi pendidikan
harus siap untuk melakukan langkah-langkah perbaikan terhadap kinerja
pelajar yang belum sesuai dengan harapan dan keinginan mereka.
Sebagaimana yang diketahui oleh para guru, hal ini bukan hal yang mudah.
Karena hal ini bisa saja menjadi pengalaman emosional dan dapat membawa
perubahan yang tidak terduga. Perlunya langkah-langkah perbaikan yang
bertujuan untuk memberikan motivasi dan pengalaman praktek kepada para
pelajar tentang penggunaan TQM yang dapat menyesuaikan diri dalam situasi
apapun.
Transformasi menuju sekolah berbasis TQM diawali dengan
mengadopsi dedikasi bersama terhadap kualitas oleh dewan sekolah,
administrator, staf, siswa, guru dan komunitas. Prosesnya dapat diawali
dengan mengembangkan visi dan misi kualitas untuk wilayah dan setiap
56
sekolah. Visi kualitas difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pengguna,
mendorong keterlibatan total komunitas dalam program, mengembangkan
sistem pengukuran nilai tambah pendidikan, menjunjung sistem yang
diperlukan staf dan siswa untuk mengelola perubahan, serta perbaikan
berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk pendidikan
menjadi lebih baik.38
Pada prinsipnya, sekolah sebagai satuan pendidikan tidak akan menjadi
berkualitas baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan melalui berbagai
proses dan upaya peningkatan kualitas pendidikannya. Seluruh elemen
sekolah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan stakeholders lainnya berusaha
melakukan sesuatu, untuk mengubah sekolahnya menjadi lebih baik.
Sehingga bilamana ada sekolah yang baik, di samping banyak sekolah yang
tidak baik maka dapat diamati bagaimana sekolah yang baik itu melakukan
sebagai program peningkatan kualitas, berbagai perubahan, atau berbagai
pembaruan.39
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah akan terjadi secara efektif
bilamana sekolah itu dikelola melalui manajemen yang tepat. Selama ini
peningkatan kualitas pendidikan cenderung melalui manajemen yang
sentralistik. Begitu banyak program peningkatan kualitas pendidikan sekolah
ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik. Peningkatan kualitas sekolah
banyak menemui berbagai kendala, karena selain sentralistik, tidak sesuai
38
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Terjemahan, Yosal Iriantara ..., 11. 39
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, 35.
57
dengan kondisi sekolah juga tidak dibarengi dengan upaya-upaya dari sekolah
yang bersangkutan. Peningkatan kualitas sekolah akan terjadi bilamana ada
kemauan dan prakarsa dari semua elemen sekolah, atau dapat saja kemauan
itu terlahir dari bawah, di mana kepala sekolah, guru kelas, orang tua siswa,
komite sekolah sama-ama memiliki kemauan dan bekerja keras berupaya
mengembangkan program-program peningkatan kualitas pendidikan di
sekolahnya.
Tentang terminologi strategi, Wina Sanjaya mengartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ia pun menemukan banyak dan
mengutip dari beberapa tokoh praktisi pendidikan, misalnya Kemp
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu seting materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa.40
Beberapa pengertian di atas dapat diambil benang merah bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan atau proses rangkaian
kegiatan yang termasuk di dalamnya metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya dan sumber kekuatan dalam pembelajaran. Artinya bahwa dalam
40
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Prenada Media, 2008, 196.
58
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu,
sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian
tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang
dapat diukur keberhasilannya.
Lebih jauh Sanjaya menekankan bahwa terdapat berbagai strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh seorang guru; Pertama, strategi
pembelajaran ekspositori. Kedua, strategi pembelajaran inquiry. Ketiga,
strategi problem solving, pembelajaran berbasis masalah. Keempat, strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.41
Konsep dan prinsip penggunaan strategi ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran
ekspositori akan berjalan secara efektif apabila pendidik menyampaikan
bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari
siswa.
Strategi inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
41
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan …, 196.
59
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering dinamakan strategi heuristic,
pencarian dan penemuan. sekaligus berarti saya mencari dan saya
menemukan. Beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inquiry; Pertama, strategi inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri.
Strategi berbasis masalah atau problem solving bersandarkan kepada
asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta,
tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan
lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan
berkembang secara utuh, yang berarti bahwa, perkembangan siswa tidak
hanya terjadi pada aspek kognitif, melainkan juga aspek afeksi dan
psikomotor melalui penghayatan secara internal atas problema yang dihadapi.
Dalam penerapan strategi ini, tenaga pendidik memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan topik masalah, walaupun sebenarnya guru
sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran
diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan
logis.
60
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada
siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep
yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Untuk memberikan gambaran awal sederhana mengenai Sekolah Dasar
Muhammadiayah Plus Kota Salatiga dalam menerapkan strategi
pembelajarannya dapat digambarkan secara sekilas; menggunakan kurikulum
KTSP. Kegiatan setiap pagi untuk mengantarkan siswa menuju dimulainya
pelajaran di kelas melalui Morning Activity dengan sebutan Emsori (Empat
Solusi Sehari) dalam bentuk; melaksanakan shalat dhuha, menghafal al-
Quran, menghafal hadits yaumiyah, Iqra dan Latihan Soal.
Proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan outing class (pembelajaran
di luar kelas) yang disesuaikan dengan materi ajar. Sementara outing class
dalam bentuk field trip dalam kota, sementara field trip luar kota diadakan di
akhir tahun yang disesuaikan dengan tingkatan kelas. Untuk membentuk
karakter psikomotorik diberlakukan Sistem Poin, Reward dan Home Visit.
Sistem poin diberlakukan untuk membangun, menumbuhkan, mendidik
kemandirian, kedisiplinan, dan tanggungjawab siswa. Reward, berupa bintang
61
diberikan pada siswa untuk memberi semangat dan motivasi, sementara
kegiatan home visit atau pemanggilan orang tua ke sekolah adalah strategi
untuk membangun kebersamaan tanggung jawab dan perhatian dalam
menjalankan proses pembelajaran.
Mukti Ali menjelaskan dalam bukunya Komunikasi Antarbudaya dalam
Tradisi Agama Jawa, bahwa bagi siapapun, mendidik bukan merupakan hal
yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara sederhana bahkan
serampangan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok
dan keharusan untuk dipenuhi oleh setiap keluarga. Bahkan mendidik anak
merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap orang tua, anak
merupakan sebaik-baiknya hadiah dan warisan, anak lebih dari hadiah atau
warisan dalam bentuk material duniawi.42
E. Teknik dan Langkah Penerapan TQM
Untuk dapat menerapkan TQM pada Pendidikan diperlukan beberapa
konsep dasar, teknik dan langkah-langkah penerapannya, antara lain:
a) Memfokuskan pada hasil Pendidikan (out put)
b) Kepemimpinan dalam Sekolah mendukung pelaksanaan filosof TQM.
c) Budaya Sekolah (yaitu budaya Sekolah yang berorentasi mutu).
d) Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam Sekolah maupun
antara para personil sekolah dengan Wali Murid/Peserta didik.
42
Mukti Ali, Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa, Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2017, 153.
62
e) Pengetahuan atau keahlian Pendidik (Guru) dalam melaksanakan filosofi
TQM.
f) Tanggung jawab para Pendidik.
g) Manajemen berdasarkan data dan fakta.
h) Sudut pandang jangka panjang.
Untuk keberhasilan dalam meningkatkan prestasi maka perlu
diwujudkan pembelajaran yang efektif, di mana perilaku guru, dan juga
dalam batasan tertentu siswa, dirumuskan, karena sekolah-sekolah
Muhammadiyah memegang sebuah teori apabila guru melaksanakan perilaku
yang dibakukan, maka siswa akan mencapai prestasi yang telah ditentukan
pula.
Selain itu, guna memperkuat strategi pembelajarannya. SD
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga menjadikan ekstrakulikuler sebagai
penopang kualitas pembelajaran, dan sekaligus menjadi penting dan sangat
strategis dalam membangun kualitas pendidikan di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. Ekstrakulikuler adalah kegiatan yang
dilakukan di sekolah untuk menunjang program pengajaran. Suharsimi
Arikunto mendefinisikan ekstrakulrikuler sebagai kegiatan tambahan diluar
struktur program yang pada umumnya merupakan program pilihan.43
Ekstrakurikuler juga dapat diartikan sebagai kegiatan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006, 47.
63
dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berwenag di sekolah. Sekolah sebagai instansi yang
memiliki peran untuk mendidik anak-anak sekaligus dapat membantu peserta
didik tersebut dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif.
Sekolah perlu memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan non-akademis, di samping peran pokoknya
sebagai lembaga akademik.
Inti dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan
kepribadian peserta didik, melalui berbagai macam kegiatan-kegiatan sesuai
dengan yang dibutuhkan peserta didik dengan kesiapan lembaga pendidikan
tersebuta. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dalam bentuk olah raga, kesenian,
keagamaan, sain, dan lain sebagainya. Dalam konteks Pendidikan Nasional,
semua cara, kondisi, dan peristiwa dalam kegiatan ekstrakurikuler, sebaiknya
diarahkan pada kesadaran nilai-nilai universal, sehingga program
ekstrakurikuler dikembangkan secara integral baik dalam pengalaman fisik
psikis, maupun integral dalam mencapai tahapan perkembangan intelektual
maupun sosial.
Kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan kreativitas peserata didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik,
mengembangkan suasana rilaksasi, menyenangkan, menggembirakan peserta
64
didik untuk menunjang pemumbuhkembangan eksistensi diri dari setiap
peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler/ pengembangan diri:
a) Budi Pekerti
Dasar: SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) nomor: Nomor:
016.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tujuannya adalah
membiasakan perilaku dengan budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-
nilai agama Islam, dalam kehidupan sehari-hari.
b) Gerakan Pramuka
Dasar: Keputusan Presiden RI Nomor 104 tahun 2004 tentang
pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan Keputusan Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka No. 086 tahun 2005 tentang Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka. Tujuan: (pasal 4 ART Gerakan Pramuka):
membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman
dan bertaqwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk
sikap dan perilaku yang positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta
memiliki ketahanan mental, moral spiritual, emosional, sosial, intelektual dan
fisik sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia yang
percaya kepada kemampuan sendiri, dan sanggup dan mampu
mengembangkan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
c) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan Program Dokter Kecil
65
Dasar: Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri RI,
No.319/Men Kes RI/1984 tentang Pokok Kebijakan Pembinaan dan
Pengembangan UKS. Tujuan UKS agar peserta didik memiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan untuk berperilaku hidup sehat. Tujuan Program
Dokter Kecil, agar peserta didik: a) Dapat mendorong dirinya sendiri dan
orang lain untuk dapat hidup sehat, b) Dapat membina teman dan berperan
sebagai promotor dan motivator dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap
diri sendiri, c) Dapat membantu guru, keluarga, masyarakat di sekolah dan di
luar sekolah.Bimbingan dan Konseling
d) Bimbingan Belajar
Dasar: Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Tujuan adanya perpustakaan yaitu memfasilitasi, memperkaya, dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, serta mendorong hasratdan
kebiasan membaca seluruh warga sekolah sehingga tercipta masyarakat
belajar (learning society) dan melatih peserta didik untuk menjadi pustakawan
yang bertanggung jawab.
e) Seni Tari
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
004.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuan dari ekstrakulikuler seni tari
adalah: a) Menggali bakat siswa dalam bidang seni tari, b) meyalurkan bakat
dan minat siswa terhadap seni tradisional (seni tari), c) membangkitkan jiwa
66
seni siswa terhadap seni tradisional khususnya seni tari, d) mempersiapkan
siswa dalam bidang seni tari untuk momen-momen kejuaraan tertentu, e)
membekali siswa terhadap keterampilan seni, khususnya seni tari.
f) Band Kids
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
005.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tujuannya adalah a)
menggali bakat siswa dalam bidang musik dan menyalurkan bakat dan minat
pada musik, b) menyalurkan bakat dan minat siswa terhadap seni Islami,
meningkatkan keimanan siswa dan ketaqwaan siswa melalui seni.
g) Robotika
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
007.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah : a) menggali bakat
siswa dalam bidang teknologi, b) menyalurkan bakat dan minat siswa
terhadap teknologi robotika, c) mempersiapkan siswa dalam perkembangan
teknologi, d) membekali siswa terhadap kemajuan teknologi.
h) Olimpiade MIPA
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
008.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam
MIPA dan menyalurkan bakat dan minat siswa MIPA.
i) Klub Bahasa
67
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
009.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah : a) menggali bakat
siswa dalam bidang bahasa Inggris, b) menyalurkan bakat dan minat siswa
terhadap bahasa Inggris, dan c) membekali siswa terhadap era globalisasi.
j) Marching Band
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
009.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah menggali bakat siswa
dalam drum banddan menyalurkan bakat dan minat pada drum band.
k) Seni Bela Diri “Tapak Suci”
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
010.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah : a) menggali bakat
siswa dalam bidang seni bela diri, b) menyalurkan bakat dan minat siswa
terhadap seni olah raga bela diri, dan c) membekali siswa supaya kuat jiwa
dan raga.
l) Teknologi Informatika dan Komputer
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
011.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah : a) menggali bakat
siswa dalam bidang teknologi informatika dan komputer, b) menyalurkan
68
bakat dan minat siswa dalam teknologi informatika dan komputer, dan c)
membekali siswa terhadap era globalisasi.
m) Khitobah
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
012.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah :a) menggali bakat
siswa dalam bidang khitobah, b) menyalurkan bakat dan minat siswa dalam
khitobah, dan c) membekali siswa pada kemampuan dasar hubungan
intrapersonal.
n) Menggambar
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
013.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah menggali bakat siswa
dalam bidang seni rupa dan menyalurkan bakat dan minat siswa pada seni
rupa.
o) Murotal
Dasar SK Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Nomor:
014.a/E.12/SDM-P/VIII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Tentang Penetapan
Pengembangan Diri Peserta Didik. Tujuannya adalah menggali bakat siswa
dalam bidang seni baca al quran secara murotal dan menyalurkan bakat dan
minat siswa pada kemampuan baca quran secara murotal.
1) Kegiatan Pembiasaan
69
Kegiatan pembiasaan dikelompokkan menjadi dua yaitu pembiasaan
rutin dan pembiasaan program. Pembiasaan rutin meliputi: 1) mengucap
salam dan berjabat tangan, 2) sholat Dhuha, 3) tadarus Al Quran, 4) sholat
berjamaah dhuhur, 5) upacara bendera, 6) berdoa sebelum dan sesudah
makan, dan berdoa sebelum dan sesudah belajar.
Pembiasaan terprogram meliputi: 1) pesantren ramadhan, 2) bakti
sosial, 3) pelaksanaan idul qurban, 4) zakat fitrah, dan 5) pelaksanaan
manasik haji.
2) Kegiatan Keteladanan
Kegiatan keteladaan di SD Muhammadiyah Plus Salatiga meliputi: 1)
pembinaan ketertiban pakaian seragam, 2) pembinaan kedisiplinan, 3)
penanaman budaya minat baca, 4) penanaman budaya bersih, 5) penanaman
budaya lingkungan hijau, dan peringatan Hari bumi dan lingkungan hidup.
3) Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme
Kegiatan nasionalisme dan patriotisme di SD Muhammadiyah Plus
Salatiga memiliki tujuan mengenalkan dan mempraktikkan tentang
nasionalisme dan patriotisme. Beberapa peringatan yang dilaksanakan di SD
Muhammadiyah Plus Salatiga adalah peringatan hari kemerdekaan RI, hari
pahlawan, dan hari pendidikan nasional.
4) Pembinaan dan Bimbingan
Pembinaan dan bimbingan bertujuan untuk meningkatkan prestasi
siswa terutama dilaksanakan untuk siswa berprestasi, peserta lomba
olimpiada MIPA, dan dokter kecil.
70
5) File Trip, Outdoor Learning, dan Training
Beberapa kegiatan file trip, outdoor learning, dan training atau
kunjungan belajar telah dilaksanakan dalam pembelajaran di SD
Muhammadiyah Plus Salatiga diantaranya kunjungan belajar (study tour) ke
Pabrik Nissin, Jamu Jago, Nyonya Mener pengrajin batik Surakarta, dan
disesuaikan dengan tema pelajaran dan pengenalan mode transportasi darat
dan udara ke Jakarta naik pesawat terbang. Kemudian pendidikan karakter
yang diajarkan sesuai dengan 18 kriteria pendidikan karakter dan pendidikan
anti korupsi di masukkan dalam pembelajaran Pkn
6) Komunikasi dan Kerjasama dengan Pihak Luar
Sementara ini kerjasama dengan pihak luar belum maksimal karena
hanya mencakup kerjasama dengan lembaga-lembaga negeri maupun swasta
dan masyarakat yang ada di sekitar Salatiga dan Jawa Tengah. Contohnya
seperti kerjasama dengan Dealer Honda dan Smartfrend dalam acara tajil
gembira pada bulan Ramadhan, kerjasama dengan Bank BTN untuk
memfasilitasi peserta didik dalam menabung, menjalin kerjasama dengan
sekolah internasional Mountain View, study banding ke sekolah-sekolah di
sekitar Jawa Tengah seperti ke SD Muhammadiyah Sapen dan SD
Muhammadiyah Mutual Magelang. kerjasama dengan masyarakat sekitar
Salatiga dalam acara bakti sosial, kerjasama dengan DISDIKPORA, UPTD,
PUSKESMAS, KODIM, POLRES, STAIN, UKSW dan kerjasama-kerjasama
lain untuk menunjang peningkatan mutu sekolah.
71
Dari data yang didapat banyak faktor yang mendorong siswa untuk ikut
dan terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler tersebut berdasar
pada wawancara yang peneliti lakukan
F. Kecukupan Fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung Kualitas
Pendidikan
Di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, semua fasilitas
tersedia untuk layanan bagi siswa, baik layanan dalam proses pembelajaran
maupun layanan diluar proses pembelajaran.
Dari hasil observasi dan wawancara kepada Waka sarpras Sekolah
Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, penulis memperoleh data dan
penjelasan bahwa, fasilitas di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota
Salatiga dibagi menjadi dua, yaitu:44
a. Fasilitas KBM
Fasilitas KBM merupakan fasilitas yang dimaksudkan sebagai
penunjang pokok/primer pada proses KBM yang berlangsung di
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga guna kelancaran
dan suksesnya proses KBM, yang meliputi:
1) Ruang Kelas
2) Kursi
3) Meja
44
Observasi dan wawancara, Tentang Fasilitas Sekolah, Pada hari Senin-Rabu, 20-22
Pebruari 2017, Pukul. 09.00-13.00 WIB.
72
4) LCD
5) Proyektor
6) TV
7) DVD Player
8) Wite Bord
9) Komputer
10) Buku
11) Perpustakaan
12) Taman belajar
13) Jaringan Internet (wi-fi) (khusus pembelajaran)
14) Laboratorium
15) Ruang Praktik
b. Fasilitas Umum
Fasilitas umum merupakan bentuk layanan yang diberikan kepada
peserta didik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
yang menjadi penunjang skunder bagi kesuksesan proses KBM, yang
meliputi:
1) Layanan tata usaha yang prima
2) Layanan Bimbingan dan Konseling
3) Koperasi siswa
4) Kantin
5) Taman bermain
6) Bank siswa
73
7) Ruang UKS
8) Mobil sekolah
9) Penyediaan seragam
10) Fasilitas makan siang
11) Kegiatan ekstrakurikuler (Pramuka, Dokter Kecil, Seni, Komputer,
Drum bend, Bahasa asing, Jurnalistik, khitobah)
G. Faktor yang Menghambat TQM
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
penerapan TQM, yaitu sebagai berikut:
Pertama, Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya
dimulai dari pihak manajemen di mana mereka harus terlibat secara langsung
dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada
pihak lain (misalnya kepada pakar yang digaji) maka peluang terjadinya
kegagalan sangat besar.
Kedua, Team mania. Organisasi perlu membentuk beberapa tim yang
melibatkan semua karyawan. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja
sama dalam tim, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama,
baik pimpinan, guru maupun karyawan harus memiliki pemahaman yang baik
terhadap perannya masing-masing. Para guru perlu mempelajari cara menjadi
pendidik yang efektif, sedangkan karyawan perlu mempelajari cara menjadi
anggota tim yang baik. Kedua, organisasi sekolah harus melakukan
74
perubahan budaya supaya kerja sama tim tersebut dapat berhasil. Apabila
kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya
akan timbul masalah, bukannya pemecahan masalah. .
Ketiga, Proses penyebarluasan (deployment). Ada organisasi yang
mengembangkan inisiatif kualitas secara berbarengan mengembangkan
rencana untuk menyatukannya ke dalam seluruh elemen organisasi (misalnya:
perangkat pembelajaran, sarana media, dan lain-lain). Seharusnya
pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan para pimpinan, karyawan,
pemasok barang, dan lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai
struktur, nilai/penghargaan, pengembangan keterampilan, keahlian, dan
kesadaran.
Keempat, Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis. Ada
pula organisasi sekolah yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-
prinsip yang ditentukan di situ. Padahal tidak ada satu pun pendekatan yang
disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya
yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Bahkan
pakar kualitas mendorong organisasi sekolah untuk menyesuaikan program-
program kualitas dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Kelima, Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis. Bila hanya
mengirim guru untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari, bukan
berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu
untuk mendidik, mengilhami, dan membuat para guru sadar akan pentingnya
75
kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali
perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing pendidikan pada
sekolah.
Keenam, Empowerment yang bersifat prematur. Banyak sekolah yang
kurang memahami makna pemberian empowerment kepada para guru dan
karyawan. Mereka mengira bahwa guru dan karyawan telah dilatih dan diberi
wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para guru dan
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-
hasil positif. Seringkali dalam praktik, guru dan karyawan tidak tahu apa
yang harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu
sebenarnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga
tidak salah dalam melakukan sesuatu.
76
BAB IV
REKONTRUKSI PENDIDIKAN
DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
SEBAGAI STAKEHOLDER TERHADAP MUTU AKADEMIK
A. Kepuasan Tentang Perilaku Anak di Rumah/Masyarakat dan Aplikasi
Materi Belajar dengan Lingkungan
Pengertian secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen merupakan hasil dari adanya perbedaan-perbedaan antara harapan
konsumen dengan kinerja yang dirasakan oleh konsumen tersebut. Dari
beragam definisi kepuasan konsumen yang telah diteliti dan didefinisikan
oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen
merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli
terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk)
dibandingkan dengan harapan konsumen.
Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan
konsumen itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan
harapan konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah
kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat
melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika
mengkonsumsi barang atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang
telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Didalam
lingkungan yang kompetitif, indikator yang dapat menunjukkan kepuasan
konsumen adalah apakah konsumen tersebut akan membeli kembali dan
menggunakan produk tersebut diwaktu yang akan datang.
77
Kepuasan menurut Kotler dan Armstrong (2001:9) bahwa kepuasan
konsumen atau pengguna adalah sejauh mana anggapan kinerja produk
memenuhi harapan pembeli. Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang
harapan pelanggan, maka pembelinya merasa puas atau amat gembira.
Zeithmal dan BiTonier (2003) mengemukakan bahwa kepuasan adalah
konsep yang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan,
namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pertama, kualitas pelayanan atau jasa, yaitu konsumen akan merasa
puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan
yang diharapkan. Kedua, kualitas produk yang ditandai konsumen akan
merasa puas apabila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka
gunakan berkualitas. Ketiga, harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas
yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan
nilai yang lebih tinggi kepada konsumen. Keempat, faktor situasi yang
menunjukan keadaan atau kondisi yang dialami oleh konsumen. Kelima,
faktor pribadi dari konsumen, yaitu karakteristik konsumen yang mencakup
kebutuhan pribadi.
Sesuai hasil wawancara yang penulis lakukan kepada sampel wali
murid Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, secara umum
perilaku anak di rumah/masyarakat dan aplikasi materi belajar dengan
lingkungan dari penjelasan orang tua prilaku anak baik yang berkaitan dengan
tata susila (sopan-santun dan tata krama) dan cinta lingkungan dapat
teraplikasi dengan baik pada diri siswa. Hal ini dibuktikan orang tua ketika
78
anak berkomunikasi dengan orang tua, teman dan tetangga, serta sikapnya
terhadap tumbuhan dan binatang dilingkungan sekitar.45
Dari realita yang disampaikan orang tua tentang perilaku anak di
rumah/masyarakat dan aplikasi materi belajar dengan lingkungan merupakan
hasil internalisasi anak dengan materi pelajaran yang di samapaikan guru
dengan media, metode dan tehnik pembelajaran yang tepat sehingga
memberikan kesan positif kepada anak didik untuk direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada posisi ini, prilaku anak yang disandingkan
dengan materi ajar di sekolah tidak jauh berbeda dengan pendidikan yang ada
pada keluarga.
Mukti Ali menjelaskan, bahwa siapapun terutamam orang tua
menyadari bahwa masa kanak-kanak merupakan fase paling subur, paling
panjang, dan paling dominan bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai
atau norma yang mapan dan arahan yang baik bagi jiwa dan sepak terjang
anak-anak ke depan.46
B. Pandangan Wali Murid Mengenai Kesesuaian Antara Biaya Pendidikan
Dengan Proses Pendidikan Dan Pengajaran serta Profesionalisme
Pendidik.
Dari hasil observasi yang kemudian penulis perkuat dengan hasil
wawancara dan dokumentasi yang ada, bahwa biaya pendidikan atau SPP di
45
Wawancara, Tentang Perilaku Anak di Rumah/Masyarakat dan Aplikasi Materi Belajar
dengan Lingkungan, Hari Senin, 13 Pebruari 2017, Pukul 16.00-17.30 WIB. 46
Mukti Ali, Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa …, 152.
79
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga sebesar Rp. 350.000,-
/bulan. Dari biaya yang setingkat dengan biaya pendidikan di tingkat SMA ini
menurut wali murid tidak jadi persoalan, dikarenakan selain fasitas yang
diberikan sangat memuaskan juga yang menjadi pertimbangan orang tua
adalah antara biaya pendidikan dengan proses pendidikan dan pengajaran
serta output, sangat seimbang bahkan lebih. Karena output yang dihasilkan
dari proses pendidikan dan pengajaran memberikan nilai lebih bagi anak
dalam peningkatan perkembangan psikologi, akademik, dan jiwa sosial untuk
dapat terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan selama tiga hari terhadap
sistem pembelajaran dan prilaku atau sikap para tenaga pendidik Sekolah
Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga sangat memberikan pendidikan
karakter dan uswatun hasanah kepada peserta didik. Sebagaimana catatan
penulis bahwa apa yang diaplikasikan oleh para tenaga pendidik seakan
mengimplementasikan materi spiritual teaching. Para pendidik pada
substansinya telah mengimplementasikan system akademik yang professional
dan berprilaku penuh kasih sayang, dan dapat mengemong dan mendidik
dengan baik terhadap anak didik.47
Dari hasil wawancara juga tidak beda jauh dengan hasil observasi, di
mana Pak Beni selaku wali murid mengatakan bahwa sikap para tenaga
pendidik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga sangat patut
dicontoh oleh para guru di sekolah yang lain, karena para guru dalam
47
Observasi, Tentang Sikap Tenaga Pendidik, Pada hari, Senin-Rabu, 6-8 Pebruari 2017,
Pukul. 06.30-13.00 WIB.
80
menjalankan keprofesionalannya menerapkan sistem among yang mampu
membuat peserta didik nyaman, senang dan dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik.48
C. Pandangan Orang Tua dan Masyarakat sebagai Stakeholder Terhadap
Mutu Akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
Menurut ibu Pusrsini, yang menjadi responden dalam penelitian ini
dan juga menjadi salah satu wali murid Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus)
Kota Salatiga, menerangkan bahwa tentang puas tidaknya akan output
pendidikan yang dirasakan secara akademik dan penguasaan materi ajar pada
putrinya dapat dilihat dari hasil wawancara; Cukup puas, hanya saja
kendalanya anak yang susah untuk belajar. Oleh karena itu saya meminta
kepada Bapak/ Ibu guru tidak bosan-bosannya untuk memberi motivasi anak
semangat belajar. Menurut saya sudah baik, hanya saja kaitannya dengan
buku paket. Kenapa sering terlambat datang. Anak sudah mulai KBM tapi
buku belum tersedia semua. Biaya pendidikan sesuai, hanya saja kalau ada
pelajaran kosong materi apapun itu. Saya berharap bagaimana anak itu tetap
bisa belajar materi yang kosong itu, mungkin bisa dalam bentuk soal,
membaca, memahami, dan menghafal. Karena kebanyakan anak lebih mudah
disuruh belajar oleh gurunya daripada orang tuanya. Tenaga pendidiknya
48
Wawancara, Tentang Sikap Tenaga Pendidik, Pada hari, Selasa, 22 Pebruari 2017, Pukul.
17.00 WIB.
81
ramah, baik, kreatif, tapi juga harus tegas supaya anak disiplin dalam
melakukan kewajiban apapun.
Bu Pursini merasa banyak perkembangan positif dan signifikan pada
persoalan peningkatan akademik yang terjadi pada putrinya yang bersekolah
di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, selain itu Bu Pursini
juga menjelaskan bahwa putrinya yang bersekolah di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga sangat menguasai materi pelajaran
dengan baik. Sering kali Bu Pursini mencoba memberikan pertanyaan dan
soal yang berkait dengan materi yang dipelajari putrinya, dan hasilnya
sangatlah memuaskan baginya. Bukan hanya pada materi pelajaran umum,
bahasa dan materi eksak pun putrinya sangat menguasai dengan baik. Ini
yang kemudian Bu Pursini merasa sangat puas akan proses pendidikan yang
diimplementasikan di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
Secara nilai akademik putrinya pun rata-rata mendapatkan nilai 9.
Penjelasan yang hampir sama disampaikan Ibu Tatik tentang kepuasan
pada persoalan akademik dan penguasaan meteri ajar yang yang dilihat dari
perkembangan putrinya. Menurut penjelasan Ibu Tatik terdapat peningkatan
yang sangan baik pada perkembangan akademik putrinya Alya nilai yang
diperoleh juga selalu meningkat dan penguasaan materi ajar juga sangat baik.
Di akhir wawancara Ibu Tatik menuturkan, bahwa Ibu Tatik puas terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yang berada di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
82
D. Rekonstruksi Pendidikan TQM Di Sekolah Dasar Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga Bagi Stakeholder
1. Fokus terhadap pelanggan (partisipasi aktif orang tua mendukung program
sekolah)
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, secara menajerial dapat dipaparkan
bahwa komitmen untuk fokus terhadap pelanggan sangat dijaga dan
diupayakan untuk selalu ditingkatkan setiap tahunnya setelah evaluasi
tahunan diadakan, mulai dari pelayanan, administrasi, dan fasilitas yang
disediakan untuk menunjang kesuksesan proses belajar mengajar.
Indikator yang dapat dilihat adalah fasilitas dan pelayanan prima
yang diberikan sungguh sangat memukau para wali murid untuk juga
konsisten selalu menyekolahkan putra-putrinya di Sekolah Dasar Muham
madiyah (Plus) Kota Salatiga.
2. Obsesi terhadap kualitas (budaya unggul mutu sekolah, target setiap siswa
berprestasi dan kepemimpinan berkarakter)
Peningkatan kualitas selalu menjadi nomor satu dalam pembenahan
manajemen di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga,
manajemen pembelajaran, manajemen administrasi, manajemen pelayanan
khusus dan manajemen pelayanan publik.
Dari hasil wawancara dapat penulis tarik benang merah bahwa
obsesi yayasan, pimpinan, pengurus, dewan guru, dan seluruh karyawan
83
sama dan menyatu, yaitu ingin selalu meningkatkan terus kualitas yang
ada di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
3. Pendekatan ilmiah ( program kegiatan berbasis penelitian )
Dalam proses pembelajaran guru selalu menggunakan pendekatan ilmiah
scientific dan discoveri learning sesuai dengan kurikulum yang sedang
berlangsung. Guru sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan inspirator,
sehingga untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang
guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaransehingga guru dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing,
sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi
guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah
model pembelajaran yang telah ada.
4. komitmen jangka panjang (perbaikan secara berkelanjutan)
Dalam pelaksanaan pendidikan, Sekolah Dasar Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga memiliki komitmen jangkan panjang terhadap para
84
konsumennya (para wali murid), di mana lulusan Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga dapat diandalkan baik dalam bidang
agama, umum, maupun kejuruan, karena semua pendidik dan steakholder
yang ada memiliki pemahaman untuk memberikan bekal kepada anak
didik ilmu duniawi dan ukhrowi.
5. kerja sama tim (teamwork)
Dalam pelaksanaan kinerja seluruh karyawan, guru dan unsur yang
lain di Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga saling bahu
membahu, kompak dan saling pengertian dalam menyelesakan tugas.
Antara satu sama lain saling membantu dan bekerjasama agar pekerjaan
yang dikerjakan dapat terselesaikan dengan cepat dan baik.
6. perbaikan sistim secara berkesinambungan
Seluruh fasilitas dan layanan di Sekolah Dasar Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga selalu terkontrol dan terawat, karena selain adanya
perawatan berkala yang terjadwal, seluruh sistim yang ada saling
berkesinambungan. Maka ketika satu sistim terjadi gangguan atau ada
masalah maka sistim yang lain akan terganggu.
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga secara terus
menerus melakukan perbaikan dalam setiap lini system pendidikan dan
pengajarannya, karena merasa perlu untuk melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep
yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri
dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan
85
hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.
7. pendidikan dan pelatihan (guru sebagai pembelajar seumur hidup)
Bagi guru-guru, untu selalu meningkat keprofesionalitasannya pihak
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga selalu mengirimkan
para guru ke tempat pelatihan dan pendidikan baik formal maupun non
formal. Misalnya memeberikan support dana bagi guru berprestasi untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tunggi. Selalu mengikut
sertakan para guru pada kegiatan seminar, workshop, koloqium, dan
pelatihan-pelatihan yang lain, sehingga para guru selalu meningkat
pengetahuan dan ilmu yang dikuasai.
8. kebebasan yang terkendali (guru bebas berimprovisasi )
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga memeberikan
kebebasan berekspresi seluas-luasnya kepada para guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran agar gaya dan bentuk pembelajaran tidak
membosankan dan cenderung menyenangkan. Akan tetapi kebebbasan
yang diberikan tidak lantas semaunya, tetapi ada peraturan-peraturan yang
ditetapkan Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga untuk juga
dipatuhi dan di jalankan dengan baik.
9. kesatuan tujuan.
Seluruh komponen yang ada di Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus
Kota Salatiga memiliki kesatuan tujuan untuk selalu meningkatkan
86
manajemen yang meliputi: manajemen pelayanan, manajemen
administrasi, dan manajemen pembelajaran sehingga indicator yang dapat
dilihat adalah, Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga selalu
terakreditasi A dan lulusannya pun selalau menjadi siswa yang berprestasi
baik akademik maupun non akademik.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Dalam setiap pelaksanaan program di Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, selalau melibatkan karyawan untuk
mencapai kesuksesan pencapaian tujuan yang di inginkan. Sebagaiman
yang penulis paparkan di atas bahwa system kerja yang terbentuk di
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, adalam system
timework. Dimana seluruh komponen terkait dan karyawan seslalau
dilibatkan dalam pelaksanaan program dari Sekolah Dasar
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi masa
depan dunia secara global, untuk itu pendidikan semestinya dapat
menyiapkan generasi muda abad ke-21 yang unggul, berdaya saing tinggi
dan mampu bekerjasama guna mencapai kemakmuran bagi setiap negara
dan dunia. Pendidikan yang menghasilkan output yang baik dan mampu
bersaing dengan kebutuhan zaman merupakan harapan semua masyarakat,
karena lembaga pendidikan mau tidak mau harus memiliki nilai daya
saing. Kompetisi dunia pendidikan tidak bisa terelakan, hal ini
menunjukan adanya perbaikan mutu. Keberadaan pendidikan pada
87
dasarnya akan tetap bertahan dan diminati oleh masyarakat apabila
pendidikan tersebut dapat memenuhi ekspektasi dan dambaan masyarakat
sebagai pengguna pendidikan.49
Munculnya pendidikan Islam alternative merupakan perubahan atas
lembaga pendidikan yang berkembang selama ini, yaitu perubahan atas
kegagalan yang dilakukan oleh sekolah umum dalam lembaga pendidikan
Islam dalam memadukan ilmu umum dan ilmu agama. Mereka tidak puas
terhadap kurikulum pendidikan (model sekolah) yang dikembangkan oleh
kementian pendidikan Nasional maupun model yang dikembangkan oleh
kementerian Agama (Madrasah). Hadirnya model sekolah ini (plus,
terpadu, dan sejenisnya) dalam praktiknya berusaha melakukan
pengembangan kurikulum dengan cara memadukan kurikulum
kementerian Pendidikan Nasional seperti mata pelajaran Matematika, IPA,
IPS, Bahasa Indonesi, dan lain-lain, serta kurikulum pendidikan agama
Islam yang ada pada Kementerian Agam dan ditambah kurikulum yang
dikembangkan oleh sekolah sendiri.50
Menurur Umairo dan Zazin, pendidikan yang berkualitas adalah
pendidikan yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan oleh konsumen pendidikan, baik siswa, wali
siswa, maupun masyarakat secara luas.51
49
Ta’rif, ‘’Pendidikan Islam Alternatif: Studi Pada SD Islamic Center Manado’’, Edukasi
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Volume 11, Nomor 3, 2013, 337. 50
Ta’rif, Pendidikan Islam Alternatif: Studi Pada SD Islamic Center Manado …, 348. 51
Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan, Semarang: Rasail
Media Group, 2011, 173.
88
Seirama dengan pandangan Tilaar, bahwa pendidikan yang berkualitas
adalah pendidikan yang mampu memberdayakan outpuToniya, bukan
diperdayakan oleh berbagai jenis sistim dan program. Juga suatu lembaga
pendidikan memiliki kualitas tinggi apabila mempunyai akuntabilitas
terhadap masyarakat.52
Bahwa yang dimaksud kualitas pendidikan dalam penelitian ini adalah
jika orientasi kualitas pendidikan di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
yang meliputi input, proses, dan output dapat terpenuhi dengan baik sesuai
dengan tuntutan, harapan, kepuasan yang dibutuhkan oleh siswa, wali siswa,
dan masyarakat dengan melalui strategi peningkatan kualitas pendidikan yang
berorientasi akademis untuk meletakan standar minimal yang harus ditempuh
untuk mencapai kualitas pendidikan, juga peningkatan kualisa pendidikan
yang berorientasi pada keagamaan.
Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, dan Managerialnya. Baik kepala
sekolah, guru, dan karyawan adalah kunci keberhasilan pendidikan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan. Dari merekalah dibutuhkan berbagai macam
kompetensi sebagai kunci menuju pada keberhasilan.
Mislanya, kepala sekolah harus memiliki sifat dan karakter the key
person atau penanggungjawab utama, ia merupakan factor kunci untuk
membawa sekolah menjadi pusat keunggulan dalam mencetak dan
mengembangkan sumberdaya manusia sekolah. Sekolah akan menjadi efektif,
berkualitas, bermutu, sukses atau bahkan sebaliknya sekolaha akan tetap
52
H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, 263.
89
stagnan, biasa-biasa saja, suram, bahkan hidup segan mati tak mau. Semua
tergantung pada peran seorang kepala sekolah.
Profesionalisme kepala sekolah menjadi syarat atau sebuah keharusan.
Tidak ada sekolah menjadi lebih baik tanpa keberadaan kepala sekolah yang
baik pula. Secara operasional kepala sekolah adalah orang yang paling
bertanggungjawab mengkoordinasikan, menggerakan, dan menselaraskan
semua daya atau resources sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan factor pendorong untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sasaran sekolah yang dipimpinnya menuju sekolah yang berkualitas.
Berkualitas di bidang pelayanan, berkualitas di bidang pembelajaran,
berkualitas di bidang sarana prasarana, berkualitas di bidang pengembangan
sumber daya manusia, di bidang prestasi akademik, dan di bidang prestasi
non-akademik.
Beberapa kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah guna
membangun sekolah yang memiliki sistim total quality management;
Pertama, kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian. Pada poin
ini kepala sekolah harus memiliki sifat dan tingkah laku terpuji yang dapat
menjadi panutan dan contoh bagi seluruh masyarakat sekolah. Sifat dan
tingkah laku yang terpuji ini akan tercermin dalam kebiasaan, sikap, nilai,
keyakinan, minat, pendirian, keadaan emosional, perasaan, dan kamampuan.
Serta potensi yang dimilikinya.
Kedua, kompetensi manajerial. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki
kemampuan manajemen yang memadai. Secara teoritis, aspek manajemen
90
meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), koordinasi
atau kerjasama (coordinating), pelaksanaan (actuating), kepemimpinan
(leading), komunikasi (communication), dan pengawasan (controlling).
Kepala sekolah harus memiliki perencanaan yang baik, agar dapat menyusun
program pengembangan sekolahnya, harus mampu menjalankan fungsi-
fungsi organisasi agar dapat menggerakan sekolah dengan pemanfaatan
sumber daya manusia yang dimilikinya, mampu membangun dan melakukan
kerjasama yang baik secara internal maupun secara eksternal untuk dapat
melaksanakan program sekolah, harus dapat melakukan komunikasi yang
baik kepada seluruh warga sekolah agar tercipta hubungan kerja yang sinergis
dan harmonis, serta mampu mengontrol terhadap pelaksanaan program
maupun control terhadap kinerja seluruh personal sekolah.
Ketiga, kompetensi supervisi. Kepala sekolah memiliki sikap untuk
membimbing dan mengarahkan seluruh sivitas akademik sekolah agar dapat
terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah, karena tujuan
dari supervise adalah perbaikan dan peningkatan kualitas mutu. Supervise
dapat diarahkan secara terfokus pada supervise akademik dan supervise
manajerial. Supervise akademik ditekankan pada pengamatan dan bimbingan
terhadap kegiatan akademik berupa pembelajaran baik yang diadakan di
dalam maupun di luar kelas. Sementara supervise manajerial lebih ditekankan
pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi
sebagai pendukung atau supporting atas terlaksananya pembelajaran.
91
Keempat, kompetensi kewirausahaan. Kepala sekolah harus mampu
melakukan wirausaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Sebagai wirausaha, kepala sekolah berperan sebagai entrepreneur yang
mampu melihat adanya peluang dan memanfaatkan peluang untuk
kepentingan sekolah dengan menciptakan inovasi dan kreasi dalam bentuk
kerja kerasnya, serta mampu memotivasi secara kuat untuk mencapai
ksuksesan sebagai tugas pokonya, kepala sekolah.
Kelima, kompetensi sosial. Pada kompetensi ini kepala sekolah harus
mampu berperan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerja sama dengan
pihak lain baik secara individual maupun secara institusional untuk
kepentingan sekolah. Mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatannya di lingkungan sosial maupun dunia kependidikannya.
Selain itu sikap memiliki kepekaan sosial terhadap dunia luar lainnya yang
diaktualisasikan dengan sikap simpati, empati, dan mudah menolong orang
lain.
Sementara bagi Pupuh Abdurrahman dan Aa Suryana, kepala sekolah
dalam konteks TQM harus mampu menjalankan kepemimpinannya melalui
usaha; melibatkan guru-guru dan semua staf dalam aktivitas penyelesaian
masalah dengan menggunakan metode ilmiah (saintifik), dan prinsip proses
pengawasan mutu dengan statistic; mintalah pendapat dan aspirasi mereka
tentang sesuatu dan bagaimana sebuah proyek ditangani dan jangan
mengguruinya; pahamilah bahwa keinginan untuk perbaikan yang berarti bagi
guru-guru tidak cocok dengan pendekatan topdown terhadap manajemen;
92
pelaksanaan yang sistematik dan komunikasi yang terus menerus dengan
melibatkan setiap orang di sekolah; bangunlah keterampilan-keterampilan
dalam mengatasi konflik penyelesaian masalah dan negosiasi; berikanlah
pendidikan dalam konsep kualitas dan pelajaran seperti membagun tim kerja,
proses manajemen, pelayanan siswa, komunikasi, dan kepemimpinan,
memberikan otonomi dan keberanian mengambil risiko dari guru dan staf.53
Guru, Menurut Moh. Uzer Usman yang dikutip dan diekplorasi Ahmad
Habibullah, guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian atau
kompetensi tertentu dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya. Tanpa
memiliki keahlian, kemampuan atau kompetensi tertentu yang harus
dimilikinya, guru tidak dapat menjalankan tugas dan fungsi profesinya sebgai
guru.54
Guru menjadi salah satu penjamin kualitas dalam proses pendidikan
merupakan tenaga kependidikan yang professional dituntut mempunyai
kompetensi sehingga dapat mewujudkan standar kinerja yang berkualitas
selanjuToniya diharapkan akan bermuara pada meningkaToniya kualitas
kinerja organisasi pada sekolah dan berdampak pada kualitas pendidikan dan
lulusan.
Standarisasi kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi
seorang guru dala menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan
menduduki salah satu jabatan fungsional guru, sesuai dengan bidang tugas
dan jenjang pendidikan tertentu. Persyaratan yang dimaksud adalah
53
Pupuh Abdurrahman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Proses
Pengembangan Pengajaran ..., 134. 54
Achmad Habibullah, Kompetensi Pedagogik Guru, Edukasi Puslitbang Pendidikan
Agama dan Keagamaan, Volume 10, Nomor 3, 2012, 364.
93
penguasaan proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. Adapun
kompetensi guru bertujuan; Pertama, memformulsikan peta kemampuan guru
secara nasional yang diperuntukkan bagi perumusan kebijakan program
pengembangan dan peningkatan tenaga kependidikan, khususnya guru.
Kedua, memformulasikan peta kebutuhan supervise dan peningkatan kualitas
guru sebagai dasar bagi pelaksanaan peningkatan kompetensi, peningkatan
kualifikasi, dan diklat-diklat tenaga kependidikan yang sesuai dengan
kebutuhan. Ketiga, menumbuhkan kreativitas guru yang berkualitas, inovatif,
terampil, mandiri, dan bertanggungjawab, yang dijadikan dasar bagi
peningkatan dan pengembangan karir tenaga kependidikan yang
profesional.55
Kompetensi yang menjadi keharusan bagi tenaga pendidik, terutama
guru adalah potensi kepribadian yang merupakan prasyarat dalam
melaksanakan profesinya. Potensi kepribadian tersebut adalah potensi
kepribadian yang meliputi kecakapan dalam membentuk kebaikan dan
keterampilan dirinya secara interpersonal dan intrapersonal. Kemudian
kompetensi itu sendiri, yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik atau
guru. Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dalam bentuk
kurikulum, tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang meliputi keterampilan proses dan penguasaan pengetahuan.
55
Pupuh Faturrahman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses
Pengajaran …, 53.
94
Kompetensi proses belajar mengajar adalah penguasaan terhadap
kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kompetensi ini
meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, menyusun program
perbaikan dan pengayaan, serta menyusun program bimbingan. Sementara
kompetensi penguasaan pengetahuan adalah kemampuan yang berkaitan
dengan keluasan dan kedalaman pengetahuan. Kompetensi ini mencakup
pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi,
pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik lainnya.
Terkait dengan tugas dan posisinya yang sangat strategis, maka kepala
sekolah dituntut memiliki kreatifitas, yakni kemampuan untuk
mentransformasikan ide dan imajinasi serta keinginan-keinginan besar
menjadi kenyataan. Untuk menjadi orang kreatif, seorang kepala sekolah
harus memiliki imajinasi, harus memiliki kekuatan ide melahirkan sesuatu
yang belum ada sebelumnya, kemudian untuk menjadi orang kreatif, dia juga
harus berusaha mencari cara bagaimana ide-ide tersebut diturunkan menjadi
sebuah kenyataan. Dengan demikian, untuk menjadi kreatif setiap kepala
sekolah harus memiliki dua variabel utama, ide dan karya. Ide dan gagasan
tanpa karya hanya akan menghasilkan mimpi-mimpi indah tanpa membawa
perubahan, sebagaimana juga karya tanpa gagasan baru hanya akan
menghasilkan stagnasi dan kejumudan.56
56
Dede Rosyada, Creative Thinking, Kolom Rector UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Edisi
3 Mei 2015.
95
Tugas kepala sekolah sebagai seorang manajer, sangat kompleks, tidak
sekedar mengelola kurikulum dan buku ajar, tapi juga SDM guru, staf tata
usaha dan juga mengelola serta mengembangkan aset dan mengelola
keuangan institusi. Dengan demikian, dia harus memiliki tiga kecerdasan,
yakni kecerdasan profesional, kecerdasan personal dan kecerdasan
manajerial.57
Kecerdasan profesional adalah penguasaan terhadap berbagai
pengetahuan dalam bidang tugasnya, yakni pendidikan. Seorang kepala
sekolah harus menguasai teknik penyusunan kurikulum, perencanaan
pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi, pengelolaan kelas, dan
berbagai pengetahuan tentang pendidikan dan pembelajaran. Tidak mungkin
jabatan kepala sekolah dipegang oleh seseorang yang tidak menguasai
pendidikan, atau sama sekali tidak pernah mengalami profesi keguruan,
karena dia harus mengelola seluruh sumber daya untuk proses pendidikan dan
pembelajaran.
Bersamaan dengan itu, kepala sekolah juga harus memiliki kecerdasan
personal, yakni bisa menerima orang lain, menghargai orang lain, dan selalu
respek kepada seluruh gurunya, seluruh orang tua siswa dan bahkan dengan
tokoh-tokoh pendidikan di sekitar sekolahnya.
Demikian pula, kepala sekolah harus respek pada para siswanya,
termasuk siswa yang tertinggal dalam penguasaan bahan-bahan ajar, agar
tidak ada satu anak pun yang tertinggal oleh rombongan belajarnya. Tidak
57
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model pelibatan Masyarakat
dalam Pendidikan, Prenada Media: Jakarta, 2013, xi.
96
boleh ada disparitas yang mencolok antara satu dengan lainnya, dan tidak
boleh membedakan layanan hanya karena perbedaan etnik, bahasa, budaya
dan agama. Kepala sekolah harus memiliki rasa percaya diri yang baik untuk
berhadapan dengan para pejabat daerah dan pusat, dan tidak boleh superior
terhadap guru, staf dan seluruh jajaran pegawai di sekolahnya.
Seorang kepala sekolah harus memiliki kecerdasan manajerial, yakni
memiliki ide-ide besar untuk kemajuan sekolahnya, mampu mengorganisir
seluruh stafnya untuk melaksanakan program yang sudah ditetapkan sebagai
rencana kerja tahunan, mampu memberi motivasi kepada seluruh staf
akademik dan staf non akademik, dan selalu menghargai seluruh stafnya itu.
Seorang kepala sekolah, harus mampu berkomunikasi dengan baik untuk
membuat seluruh stafnya faham akan sesuatu yang harus mereka kerjakan,
dan mampu mendorong mereka untuk bekerja memajukan institusi
sekolahnya. Dan bahkan seorang kepala sekolah harus mampu mengevaluasi
secara obyektif pekerjaan yang diselesaikan oleh seluruh tim kerjanya, dan
menjadikan sebagai inspirasi untuk perbaikan di waktu yang akan datang.
Sedangkan untuk guru diadakan pelatihan-pelatihan seperti pembuatan
media pembelajaran, pelatihan bimbingan konseling, pelatihan pembuatan
kisi-kisi, soal, silabus, dan pelatihan IT, In House Training (IHT) pembinaan
dan pelatiah rutin di SD Muhammadiyah Plus Salatiga Setiap awal tahun
pelajaran baru dan pelatihan-pelatihan lain yang menunjang ketercapaian
mutu sekolah. Berkaitan dengan kualitas membangun sosok guru atau tenaga
kependidikan, seluruh elemen organisasi pendidikan, dalam hal ini Sekolah
97
Dasar Muhammadiyah (Plus) kota Salatiga berusaha selalu melaksanakan
penilaian kinerja guru melalui; analisis organisasi agar kerja atau guru yang
dilaksanakan tidak terjadi bias, tetap fokus, sesuai dengan tujuan organisasi
sekolah. Kemudian analisiss pekerjaan untuk mengembangkan program yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, skill, dan sikap terhadap
pekerjaan. Selain keduanya, analisis pegawai juga dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pegawai secara individu dan kelompok.
Indikator sumberdaya manusia dari sosok guru yang memiliki karakter
total quality management, sebagai berikut; memperoleh informasi baru secara
terus menerus tentang mata pelajaran khusus mereka; memperoleh informasi
baru tentang potensi kecerdasan siswa, motivasi, tujuan, akses terhadap
informasi dan kemajuan belajar siswa; menilai informasi baru melalui sikap
siswa dan perilaku konstruktif; pengembangan berkelanjutan terhadap harga
diri pribadi siswa; penguatan berkelanjutan dalam fokus pembelajaran,
pengawasan dan penanganan efisiensi, dan aktivitas pembelajaran siswa di
sekolah; dan dukungan terhadap individu siswa dalam membantu mereka
untuk melakukan penelitian, kajian dan tuntutan kebutuhan akan pengetahuan
dan keterampilan baru.58
58
Pupuh Faturrahman dan Aa Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan
Proses Pengajaran …, 136.
98
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil data yang penulis temukan di lapangan dan hasil analisis,
maka dapat penulis simpulkan antara lain adalah hasil dari merekonstruksi
pendidikan dengan pendekatan total quality manajemen dari Tahun 2012
sampai 2015 SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga mengalami peningkatan
yang signifikan terutama dalam hal proses pembelajaran. Baik manajemen
fasilitasnya maupun manajemen proses belajar mengajarnya. Oleh kepala
sekolah dalam mengelola manajemen sangat bagus dimulai manajemen
pemasaran yang menghasilkan input, manajemen proses yang menghasilkan
layanan proses belajar mengajar, pemenuhan fasilitas yang mendukung ,
interaksi dan kerja sama anatar karyawan, guru dan pimpinan yang baik, serta
komunikasi yang produktif antar semua job discription yang ada di sekolah.
Manajemen yang sistematis, terstruktur dan memiliki daya saing
menghasilkan out put yang baik dan di akui publik.
Implikasi dan hasil capaian (output) dengan merekonstruksi pendidikan
dengan pendekatan total quality manajemen di SD Muhammadiyah Plus Kota
Salatiga dari Tahun 2012 sampai 2015 secara kongkrit adalah: pertama,
meningkatnya minat masyarakat untuk memasukkan anaknya bersekolah di
SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga. kedua, out put dari SD
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dapat diterima di sekolah-sekolah
menengah tingkat pertama (SMP) favorit yang ada di kota Salatiga dan kota
99
sekitarnya. ketiga, skill/ketrampilan, sikap, prilaku dah ahlak lulusannya
diakui baik oleh wali murid dan masyarakat.
Terlaksananya manajemen mutu terpadu menuju sekolah efektif di
SD Muhammadiyah Plus Salatiga sudah sesuai dengan sepuluh karakteristik
manajemen mutu terpadu atau TQM yaitu: 1) fokus pada pelanggan, 2) obsesi
terhadap kualitas, 3) pendekatan ilmiah, 4) komitmen jangka panjang, 5) kerja
sama team (Teamwork), 5) perbaikan sistem secara berkesinambungan, 6)
setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan, 7) pendidikan dan pelatihan,
8) kebebasan yang terkendali, 9) kesatuan tujuan, 10) adanya keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan.
Berdasarkan data bahwa mewujudkan sekolah efektif melalui
pendidikan manajemen mutu yang diterapkan di SD Muhammadiyah Plus
Kota Salatiga sangat berpengaruh terhadap hasil prestasi sekolah yang
diperoleh selama 3 tahun terakhir (2012/213, 2013/2014 dan 2014/2015). Hal
ini ditunjukkan dalam berbagai lomba baik akademik maupun non akademik
sangat meningkat prestasi yang diraih.
Prestasi siswa mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan terjadi
setelah diberi perlakuan kepemimpinan berbasis manajemen mutu terpadu
yaitu pada tahun pelajaran 2012/2013 sampai dengan 2014/2015. Terbukti
bahwa prestasi meningkat pada tahun pertama diberlakukan kepemimpinan
berbasis manajemen mutu terpadu yaitu pada tahun pelajaran 2012/2013
100
meningkat menjadi 50 prestasi, tahun pelajaran 2013/2014 menjadi 81, dan
pada tahun pelajaran 2014/2015 menjadi 96.
Prestasi yang sudah diraih merupakan perwujudan kinerja kolektif
semua unsur yang terlibat untuk kemajuan sekolah yaitu yayasan, komite,
pemerintah, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, walimurid dan semua
stake holder. Prestasi sekolah yang diraih akan memberikan motivasi bagi
siswa untuk lebih meningkatkan belajarnya dan sekaligus turut memotivasi
guru untuk mendorong siswa agar berprestasi lebih baik.
Adalah Pandangan orangtua dan masyarakat sebagai stakeholder
terhadap mutu akademik Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
dari Tahun 2012 sampai 2015 sangat baik, bahkan wali murid dan masyarakat
memberikan apresiasi lebih terhadap SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
dengan berbondong-bondong mensekolahkan anak mereka secara regenerasi
di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga. Selain itu beban biaya yang
lumayan tinggi sekitar RP. 350.000,-/bulan setara dengan biaya kuliah di
STIE Kabupaten Semarang yang berada di Ungaran tidak terasa berat bagi
para wali murid, karena mutu pendidikan dan hasil akademik yang diberikan
lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan biaya pendidikan yang dibayarkan.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Kepada Yayasan
101
Yayasan hendaknya mengadakan pengarahan, penguatan, dan
bimbingan, pelatihan pada seluruh guru dan karyawan secara
berkesinambungan. Selain itu, sarana prasarana yang mendukung
kegiatan sekolah, baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
pendukung dalam pengembangan sekolah sebisa mungkin mendapatkan
prioritas dalam anggaran. Hal itu dilakukan bertujuan untuk
melaksanakan manajemen mutu terpadu yang akuntabel.
2. Kepada Dinas Pendidikan
UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan dan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga sebagai pembina
pendidikan di sekolah diharapkan selalu melakukan pembinaan pada
sekolah dengan melakukan koordinasi secara rutin sehingga apabila ada
masalah segera dapat dicari jalan keluarnya.
3. Kepada Pemerintah Kota
Pemerintah Kota diharapkan memberikan anggaran pendidikan
yang benar-benar mendapat prioritas guna mempercepat tersedianya
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
4. Kepala Sekolah
Hendaknya harus lebih mampu membuat trobosan yang lebih
efektif, efisien dan kreatif dalam rancangan TQM agar pencapain tujuan
dapat tercapai lebih maksimal.
102
5. Kepada Pendidik
Hendaknya selalu meningkatkan profesionalismenya, pendidik
harus selalu meningkatkan kualitas dirinya baik yang menyangkut
kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial
maupun kompetensi kepribadianya, dan juga meningkatkan
kemampuanya dalam penguasaan teknologi pembelajaran yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu mendorong
tercapainya keterampilan belajar siswa yang berkualitas akan berdampak
pada prestasi dan hasil belajar yang memuaskan.
6. Kepada Karyawan
Hendaknya selalu meningkatkan profesionalismenya, pendidik
harus selalu meningkatkan kualitas diri baik yang menyangkut
pelayananan, kepribadian, dan juga meningkatkan kemampuanya dalam
penguasaan teknologi yang berkaitan dengan pelayanan terutama
karyawan tata usaha.
7. Wali murid dan masyarakat serta komite
Diharap lebih ikut berperan serta dalam kerjasama mensukseskan
program sekolah di dalam menerapkan Manajemen TQM di sekolah
secara maksimal.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2017.
Ahmadi, Choirun. Implementasi Sistem Manajemen Mutu di SMK 2 Wonosari
Gunungkidul (Analisis Pelayanan terhadap Pelanggang Eksternal Primer).
Yogyakarta: Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, prinsip-prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan. Penerjemah Yosal Iriantara. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Arifin, Zainal. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Diva Press, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998.
Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan
Metode Logis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Brosur Penerimaan Siswa Baru SD Muhammadiyah Plus Tahun Pelajaran
2015/2016.
Candoli. Side Based Management In Education. How to Make it Work in Your
School Lancaster. Tecnomic Publishing co. 1995.
Departemen Agama. Manajemen Berbasis Madrasah Dirjen Kelembagaan Islam.
Jakarta: Depag, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud, 1994.
Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research.
terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
104
Emzir. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.
Goetsch, David L. & Stanley B. Davis. Quality Management: Introduction to
Total Quality Management for Production, Processing, and Service. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2000.
Khasbi, Muhammad. Pengelolaan MAN Model Yogyakarta dalam Perspektif
TQM (Tinjauan terhadap Pelanggan Eksternal Primer). Yogyakarta: Tesis
UIN Sunan Kalijaga, 2007.
Kunaepi, Aang. Studi Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Indonesia dalam Pendekatan TQM. Yogyakarta: Tesis
UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Marbun, B.N. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, 469.
Moeloeng. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Nasution, M. Nur. Manajemen Mutu Terpadau (Total Quality Management).
Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education. Terjemahan Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media, 2008.
Strauss, Anselm and Juliet Corbin. Basics of Qualitative Research. Chicago:
University of Chicago Press, 1988.
Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2012.
Sukmawati.” Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen
Berbasis Sekolah”. Cakrawala Kependidikan 9, (2011): 105-211.
105
Sutarmo. Total Quality Management sebagai Upaya Strategi untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan (Studi Kasus MAN 2 Jepara). Yogyakarta: Tesis UIN
Sunan Kalijaga, 2007.
Suwandi, Sarwiji. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa, 2008.
Tirtarahardja, Umar & La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
Usman. Muhaimi. Manajemen Teori. Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang
Pendidikan. Derektorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Jakarta:
Depag, 2006.
UU RI No.20 Tahun Tentang Sisdiknas Beserta Penjelasannya. Surabaya: Media
Centre, 2003.
Wahyudin, Didin. Pengelolaan Layanan Madrasah Aliyah Ali Maksum Bantul
Dalam Perspektif TQM (Tinjauan Terhadap Pelanggan Eksternal).
Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2007.
LAMPIRAN
FOTO EKSTRAKURIKULER SD MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN DI LUAR SEKOLAH
Outing class siswa kelas 3 ke Kodim 07014 Salatiga dalam rangka memupuk rasa cinta
tanah air.
Outing class siswa kelas 4 ke gedung DPRD Salatiga.
Kunjungan ke Istana Bogor.
Kunjungan ke kantor pos.
Kunjungan ke perpustakaan daerah Salatiga.
Kunjungan ke Rumah Sakit Paru-paru Salatiga.
Kunjungan ke pembibitan tanaman.
Pengenalan trasportasi udara.
KEGIATAN, CULTURE DAN HABBIT
SD MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
Pendampingan pembelajaran. Bimbingan konseling.
Menyambut siswa di pagi hari.
Memberikan rasa aman pada siswa. Penilaian lomba perpustakaan.
Peringatan Hari Kartini. Pengajian rutin dan shlat lail gukar
Bakti Sosial di Kelurahan Bugel Salatiga. Pemberian Santunan pada Veteran(Hari
Pahlawan)
Kunjungan Walikota Salatiga (HTCPS) Qurban oleh SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Penilaian lomba kantin sehat Penilaian lomba sekolah berkarakter kebangsaan
Pelatihan bercerita dan menyanyi untuk guru Upacara bendera
Kerjasama dalam penilaian memasak Kerjasama menghias mading
Makan siang bersama Penilaian menari kreasi
Lomba memasak guru berbahan dasar singkong Rapat redaksi majalah Rafika
(Hari Kartini)
Berikut beberapa prestasi
Sekolah Dasar Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
1. Prestasi Siswa
No Nama Lomba
yang diikuti
Nama-nama Siswa
yang disertakan Tahun
Peringkat
Nasional/Prov
/Kab-Kota
Ket. Bukti
Fisik
1. Duta
Lingkungan
Sehat
Safira Nurulita
Nugraheni
2013 Provinsi Jateng II Piagam
2. Taekwondo
Pelajar
Abimanyu Dwi
Saputra 2013 Nasional I Medali
3. Olimpiade Sains Farah Alfi Kamila 2014 Kota Salatiga I Piagam
4. Aksi Junior
Indosiar
Wildan Mauzakawali
Saptian 2015 Nasional Finalis Surat Ket.
2. Prestasi Guru
Berikut data prestasi guru yang telah dicapai.
3. Prestasi Sekolah
Berikut data prestasi sekolah yang telah dicapai.
No Nama Guru Bidang Tahun Nas/Prov/Kab Juara
1,2,3
Bukti
Fisik
1. Ainul Huri Ustadz Terbaik se-
Kota Salatiga 2014 Kota Salatiga I Tropy
2. Buhtari Alat Peraga Edukatif 2015 Kota Salatiga I Piagam
3. Syafiah
Isnaini Alat Peraga Edukatif 2015 Kota Salatiga II Piagam
4. Ainul Huri Guru Berprestasi 2015 Kecamatan
Sidomukti
I Piagam
5. Endra
Gunawan
Hermanto
Pembelajaran
Berbasis IT “Power
Point” 2015 Kota Salatiga 1
Piagam
dan FC
modul
No Bidang Penghargaan Nas/Prov/Kab Tahun Juara
1,2,3
Bukti
Fisik
1. “Piagam Bintang”
Keamanan Pangan
Badan POM Provinsi
Jawa Tengah 2012 1 Piagam
2. Kantin Sehat “Laik
Hygiene”
DKK Kota Salatiga 2013 1 Piagam
3. Kantin Sehat Jenjang SD
Kota Salatiga
Disdikpora Kota
Salatiga 2013 1 Piagam
4. Sekolah Berkarakter Kota
Salatiga
Disdikpora Kota
Salatiga 2014 3 Tropy
5. Ujian Sekolah/M Kota Salatiga 2013/2014 1 SK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : NURUL HIDAYATI, S.PdI
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : SRAGEN, 24 PEBRUARI 1982
ALAMAT TINGGAL : PERUM TINGKIR INDAH B-15 SALATIGA
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SD NEGERI PENGKOL I TAHUN 2005
2. SMP NEGERI 1 TANON TAHUN 2008
3. SMU NEGERI TENGARAN TAHUN 2001
4. DIPLOMA II PGMI STAIN SALATIGA 2003
5. SARJANA PAI STAIN SALATIGA 2005
6. PASCASARJANA IAIN SALATIGA 2016
PEKERJAAN : TENAGA PENDIDIK SDM PLUS SALATIGA
KELUARGA
SUAMI : Dr. MUKTI ALI, M.Hum
ANAK : 1. EMBUN BENING DI MORAVIA
2. DEAN ERIUGENA ANE NEEHA
6. Perpustakaan Kota Salatiga Disdikpora Kota
Salatiga 2014 2 Piagam
7. Ujian Sekolah/M Kota Salatiga 2014/2015 3 SK