relasi kuasa media dalam siaran langsung sidang kasus
TRANSCRIPT
RELASI KUASA MEDIA DALAM SIARAN LANGSUNG SIDANG
KASUS PEMBUNUHAN MIRNA DI tvOne
SKRIPSI
KHAIRULLAH
130904165
JURNALISTIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
RELASI KUASA MEDIA DALAM SIARAN LANGSUNG
SIDANG KASUS PEMBUNUHAN MIRNA DI tvOne
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
KHAIRULLAH
130904165
JURNALISTIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari
saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku
Nama: Khairullah
NIM: 130904165
Tanda Tangan:
Tanggal:
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Khairullah
NIM : 130904165
Departemen : Ilmu Komunikasi (Jurnalistik)
Judul : Relasi Kuasa Media Dalam Siaran Langsung Sidang
Kasus Pembunuhan Mirna di tvOne.
Medan, 19 Januari 2017
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.
NIP. 195812051989031002 NIP. 196208281987012001
Dekan FISIP USU
Dr. Muryanto Amin, M.Si
NIP. 197409302005011002
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Khairullah
NIM : 130904165
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Relasi Kuasa Media Dalam Siaran Langsung
Sidang Kasus Pembunuhan Mirna Di tvOne
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di :
Tanggal :
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi Allah Jalla Wa „Azza
atas segala berkah dan rahmat-Nya, saya dapat merampungkan tugas akhir ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menggapai
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari sebagai „one body‟s no
perfect‟ bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak semenjak masa
perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini, tentu sangatlah sulit bagi saya
untuk merampungkannya. Oleh karena itu, saya meng-haturnuwun-kan ribuan
rasa terima kasih terutama kepada Bapak „Mustafa Usman‟ yang telah
membanting tulang, memeras keringat demi pendidikan tinggi yang dapat
ditempuh anaknya. Mamak „Zainabon‟ yang senantiasa mendoakan saya dan
menguatkan hati saya bahwa saya mampu menjadi sarjana pertama di keluarga
besar kita. Adik-adik saya; Yuliza Zahara, Muhammad Dhavid dan Nanda
Musriana yang telah membesarkan hati abangmu ini untuk tetap bersemangat
dalam mengerjakan skripsinya. Tak luput, juga jutaan rasa terimakasih saya
kepada:
(1) Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Dekan FISIP USU
yang baru, namun telah berkiprah dengan sangat baik dalam
membangun FISIP lebih tertib kedepannya, baik dari segi kualitas
maupun fasilitas. Salut, Pak! Semoga kinerja Bapak berpengaruh
terhadap efektifitas belajar kami di kampus tercinta kedepannya.
(2) Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU, yang telah mengayomi kami mahasiswa/i
dengan penuh rasa keibuan.
(3) Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya. Tak luput
tenaga serta sumbangsih pemikiran beliau yang amat sangat berarti
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
guna mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. Saya juga
teringat dengan pesan Bapak, seperti: “Membuat skripsi itu ibarat
pemulung yang mengutip sana-sini, namun pemulung yang fair dan
beretika”. Terimakasih banyak, Pak. Sebagaimana dulu yang saya
pelajari di pesantren “Al-„ilmu bi la „amalin kasy syajari bila
tsamarin” (Ilmu yang diamalkan itu ibarat pohon yang berbuah).
(4) Kak Emilia Ramadhani, S.Sos, S.Psi, M.A. selaku dosen pengasuh
saya, yang telah menuntun saya untuk lebih baik dalam setiap semester
perkuliahan yang saya lalui.
(5) Sahabat saya di Wadimor Kembang: Reza Andika Putra „Teddy Bear‟,
Danang Bimantara „The Smiling Photographer‟, Hendro Joko Priyono
„Timnas Garuda Jaya‟ dan Willy Tan „Koko‟ serta Muhammad
Kurniawan „The Leader‟ juga Muhammad Aji Nasution „Pak Ustadz‟
dan Ariga Noorhadi „Komandan‟ yang selalu ada dalam setiap tapak
tilas kehidupan „kampus‟ saya. Dan membuktikan bahwa hidup saya di
dunia ini tidaklah sendiri ibarat yang dialami Naruto ataupun Gaara.
Terimakasih, thankyou, syukran, xie-xie sahabatku atas segala
dorongan semangatnya. Best friends never say goodbye, but see you
soon :‟)
Teman-temanku Dedi Syahputra „Langkat‟, Arpendi „Padang-Jambi-
Kerinci‟, Ade „Gemblong‟, Arief Hariyono „Kuantan Singingi, Riau‟,
Rizki Mitra Hamdani „KIMIT PRODUCTION‟, Alfi Rahmat Faisal
„Saingan Berat‟, Riska Lie Fany „Pernah suka‟, Nadira Lorencia Utami
„Pernah suka juga, hehe‟, dan teman-teman di Komunikasi USU 2013,
yang juga ikut mendukung pengerjaan skripsi ini secara moril.
Terimakasih, teman-teman!
(6) Buat Bapak kost, Pak Min dan Ibu Kost yang cantik, Ibu Ida yang
selalu setia menanyakan saya, “Rul, uda siap skripsinya???”. Hehehe.
Juga kepada seluruh tetangga kost saya yang sudah seperti keluarga
sendiri. Hihi.
(7) Buat kamu Ira el Humaira, perempuan yang selalu membuat saya
cemburu karena at the last kamu memilih yang lain. Tapi tidak apa-
Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
apa. Sebab itu mengajarkan saya, bahwa cinta seharusnya tidak seperti
channel tv. Tidak suka acaranya, ambil remote ganti saluran. Beres!
Akan tetapi cinta itu semestinya ibarat Film Bollywood; dramatis,
puitis, sesuatu yang sakral, indah, suci, penuh kesedihan, ratapan,
kehancuran, kebahagiaan, kecemburuan dan harapan!
(8) Dan terakhir, kepada Mbak Jessica Kumala Wongso, yang walau
bagaimanapun telah menjadi bagian tak terpisahkan dari penelitian
skripsi saya. Semoga kedepannya kita bertemu Mbak untuk saya
haturkan terimakasih....
Akhirul kalam, saya berharap Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah berjasa membantu saya.
Semoga kiranya skripsi ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
komunikasi, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Amin....
Jamah aku Benua Eropa. Biarkan aku selami mata gadis-gadismu yang biru.
Bermain dingin di atas putihnya salju. Merasakan bagaimana musim gugur itu.
dengan diselimuti daun-daun yang rontok dari pohonnya. Mendengar cara orang
Eropa berbicara: Sengau dan elegan!
Tapi, hidup di sana tidaklah mudah. Sebab kita pergi untuk mengejar mimpi,
meraih asa dan cita. Bukan cinta. Musabab tak elok bercinta, di kala negeri kita
kalut dilanda miskin, lapar, pengangguran dan korupsi menjalar bak penyakit
kronis. Dan seperti kata Arai dalam Edensor: “Gantunglah cita-citamu setinggi
bintang di langit, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Tanpa cita-cita itu
sebuah tragedi buat manusia”. Maka, biar limbung, biar hanyut, biar tergerus, biar
mati aku. Bercita-citalah!
Wahe aneuek bek taduek le/ Beudoh sare tabila bansa// Bek tatakot keu darah
ile/ Adak pih mate poma ka rela// (Bangunlah anakku, janganlah duduk kembali/
Berdiri bersama pertahankan bangsa// Jangan pernah takut walaupun darah harus
mengalir/ Sekiranya engkau mati, ibu telah rela//.... Allah hai Po ilahon hak/
Gampong jarak han troh lon woe// Adak na bulee ulon teureubang/ Mangat rijang
trok u nanggroe// (Allah Sang Pencipta yang punya kehendak/ Jauhnya
kampungku tak sampai untuk ku kembali// Seandainya ku punya sayap untuk
terbang/ Supaya lekas sampai kembali, Aceh....//) –Lirik syair Aceh „Dodaidi‟
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
Medan,
Peneliti
Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang
bertandatangan di bawah ini:
Nama : Khairullah
NIM : 130904165
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU)
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusif
Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
RELASI KUASA MEDIA DALAM SIARAN LANGSUNG SIDANG
KASUS PEMBUNUHAN MIRNA DI tvOne
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Universitas Sumatera Utara
viii
Universitas Sumatera Utara
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal :
Yang Menyatakan,
( )
Universitas Sumatera Utara
ix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Relasi Kuasa Media Dalam Siaran Langsung Sidang
Kasus Pembunuhan Mirna Di tvOne”. Penelitian ini memfokuskan pada
analisis wacana kritis yang kualitatif. Penelitian ini memakai paradigma
kritis sebagai pendekatan. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisa
data, peneliti menggunakan teknik analisis wacana kritis yang dibuat oleh
Norman Fairclough dan teori komodifikasi milik Ekonomi Politik Media
Vincent Mosco, serta Post Structural Pierre Bourdieu. Dalam penelitian
ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana praktik wacana dibalik produksi
acara pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne, dan
mengetahui relasi kuasa media dilihat dari komodifikasi pada siaran
langsung tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek yang
diambil dari tvOne, yang merupakan salah satu televisi swasta yang paling
gencar memberitakan sidang tersebut secara live sampai berjam-jam
lamanya, dimana dikhususkan memilih subjek penelitian yang
berhubungan dengan pemberitaan mengenai sidang kasus kematian Mirna.
Adapun tvOne, yang akan diteliti ialah siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna dari tanggal 15 Juni 2016 (sidang ke-1) sampai dengan
27 Oktober 2016 (sidang ke-31). Sesuai dengan fokus masalah yang akan
diteliti yaitu “Bagaimana relasi kuasa media dalam siaran langsung sidang
kasus pembunuhan Mirna di tvOne?”, dimana dalam penelitian ini peneliti
mendapatkan hasil tentang adanya praktik wacana dibalik acara tersebut
guna mendapatkan keuntungan oleh para relasi kuasa medianya.
Kata kunci:
Sidang Pembunuhan Mirna, Relasi Kuasa Media, Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough.
Universitas Sumatera Utara
x
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This study contains research on media power relations in a live broadcast
Mirna murder trials in tvOne. This study focuses on the qualitative critical
discourse analysis. The study used the critical paradigm as an approach.
While the analysis knife or instrument data analysis, researchers used a
technique of critical discourse analysis made by Norman Faiclough and
commodification theory belong to the political economy of media Vincent
Mosco, also Post Structural Pierre Bourdieu. In this study, researchers
sought to examine how the practice of discourse behind production of the
show on the live broadcast Mirna murder trials in tvOne, and knowing the
power relations of the commodification of media seen of the live
broadcast. In this study, researchers examined the subject taken from
tvOne, which is one of the most intense private television proclaiming the
trial live up to many hours, which is devoted select research subjects
related to the news about the death of Mirna hearing the case. As for
tvOne, which will be examined is the live broadcast Mirna murder trials of
the date of June 15, 2016 (session 1st) until October 27, 2016 (session
31st). In accordance with the focus issues to be studied are “How media
power relations in a live broadcast Mirna murder trials in tvOne?”, which
in this study the researchers get the results of their discourse practices
behind the event in order to gain an advantage by his media power
relations.
Keywords:
Murder Trial Mirna, Relation Powerfull Media, Critical Discourse
Analysis Norman Fairclough.
Universitas Sumatera Utara
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................... viii
ABSTRAK............................................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah.......................................................................................... 1
1.2. Fokus Masalah.............................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Paradigma Kajian........................................................................................... 7
2.1.1. Paradigma Kritis...................................................................................... 8
2.1.2. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough........................................... 10
2.2. Kajian Pustaka............................................................................................... 13
2.2.1. Kerangka Teori........................................................................................ 15
2.2.2. Komunikasi Massa................................................................................... 15
2.2.3. Televisi.................................................................................................... 16
2.2.3.1. Program Siaran Televisi.................................................................... 18
Universitas Sumatera Utara
xii
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.2. Sejarah Singkat tvOne...................................................................... 20
2.2.3.3. Visi, Misi, Kebijakan Mutu serta Filosofi Logo tvOne.................... 23
2.2.3.4. Program-Program tvOne................................................................... 25
2.2.4. Berita dan Informasi............................................................................... 26
2.2.5. Teori Ekologi Media............................................................................. 27
2.2.6. Pendekatan Ekonomi Politik Media....................................................... 28
2.2.7. Agenda Setting Media........................................................................... 35
2.2.8. Filsafat Post Structuralis Pierre Bourdieu............................................ 39
2.2.9. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough......................................... 45
2.3. Model Teoritis.............................................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian.......................................................................................... 49
3.2. Objek Penelitian............................................................................................ 49
3.3. Subjek Penelitian............................................................................................ 49
3.4. Unit Analisis.................................................................................................. 50
3.5. Metode Analisis Data..................................................................................... 50
3.6. Kerangka Analisis......................................................................................... 50
3.7. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 50
3.8. Keabsahan Data............................................................................................ 51
3.9. Teknik Analisis Data..................................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian........................................................................................... 53
4.2. Pembahasan.................................................................................................. 68
4.2.1. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough......................................... 68
4.2.1.1. Analisis Level Sociocultural Practise.............................................. 68
4.2.2. Analisis Relasi Kuasa Media................................................................. 80
4.2.2.1. Komodifikasi................................................................................... 80
4.2.3. Analisis Pemikiran Pierre Bourdieu...................................................... 100
Universitas Sumatera Utara
xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan...................................................................................................... 107
5.2. Saran............................................................................................................. 109
Universitas Sumatera Utara
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Jumlah Sidang Kasus Pembunuhan Mirna di tvOne 55
4.2 Dua model berlawanan dari kekuatan media 97
Universitas Sumatera Utara
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Relasi Kuasa tvOne 21
2.2 Logo tvOne 24
2.3 Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough 46
2.4 Model Teoritis 48
4.1 Model Hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi isi media 75
4.2 Struktur perusahaan tvOne 78
4.3 Jumlah pendapatan media yang menyiarkan secara langsung 86
sidang kasus pembunuhan Mirna
4.4 Media sebagai titik pusat dari tiga macam pengaruh 95
yang saling tumpang tindih
Universitas Sumatera Utara
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Biodata Peneliti
2. Daftar Absensi Seminar Proposal
3. Lembar Nilai Seminar Proposal
4. Daftar Bimbingan Skripsi
5. Sekilas Tentang Kasus Pembunuhan Mirna
6. Screenshoot siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne
7. Screenshoot tampilan media daring tirto.id
8. Opini Todung Mulya Lubis di Kompas, edisi 14 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Di era persaingan industri pertelevisian di Indonesia, para pengelola
stasiun tv berlomba-lomba untuk menyiarkan suatu tayangan yang akan menyedot
perhatian publik. Hal tersebut dapat menghasilkan rating dan share yang tinggi,
dan tentunya berimbas pula kepada banyaknya pemasukan iklan (baca: ekonomi
media). Sayang, semangat mencari untung kerap tidak diimbangi dengan
penayangan informasi yang bermutu serta bermanfaat bagi khalayak pemirsanya.
Itulah kenapa tv sekelas tvOne, KOMPAS TV dan iNewsTV begitu
masifnya dalam menayangkan siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna.
Ibarat serial sinetron yang tiada habisnya. Nonstop! Tentunya, relasi kuasa di
dalam sebuah institusi media jelas mengambil peranan penting dalam hal ini.
Sehingga siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna tetap berani
ditayangkan, walau memakan waktu sampai berjam-jam lamanya dan ber-episode
setiap pekannya.
Padahal, Koordiantor Bidang Isi Siaran KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia), Hardly Stefano telah mengkritisi lamanya durasi waktu penayangan
sidang tersebut, “Dengan durasi tayang sepanjang berlangsungnya sidang, apa
substansi yang hendak disampaikan?” ujarnya dalam diskusi bertajuk
“Persidangan Kopi Bersianida, Jurnalisme TV dan Frekuensi Publik”, yang
diselenggarakan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) di Dewan Pers, Jakarta
Rabu (31/8/2016) (http://harian.analisadaily.com).
Namun, ketiga televisi di atas malah semakin gencar menayangkan sidang
kasus pembunuhan Mirna. Tak terkecuali tvOne yang memang kerap
menyiarkannya secara live. TV yang sahamnya dimiliki Grup Bakrie pada tahun
2006 ini telah menayangkan sidang sebanyak 31 kali (sesuai dengan jumlah
sidang terakhir Jessica).
Namun tak banyak yang melihat, bahwa faktor pemilik modal menjadi salah
satu ancaman yang potensial untuk terjadinya pelanggaran atas hak menyiarkan
informasi, dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
sesungguhnya.... (AJI dalam Hamid dan Budianto, 2011: 42).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
Selain durasi tayangan sidang yang berlebihan, sebagian masyarakat juga
mulai bosan dengan permasalahan yang diperdebatkan di dalam sidang seperti:
masalah flashdisk, video rekaman, CCTV, posisi duduk, meja 54, ekspresi Jessica
hingga tanaman hias antara kubu JPU (Jaksa Penuntut Umum) versus kubu
Jessica yang seakan tidak ada ujungnya.
Terbukti, tertanggal 12 Oktober 2016 sebagaimana dikutip dari Tempo.co,
KPI telah melayangkan surat peringatan kepada 3 stasiun tv di atas. KPI
memberikan peringatan itu karena ketiga tv tersebut tidak berupaya memperbaiki
pemberitaan kasus sesuai surat imbauan KPI NO 636/ K/ KPI/ 08/ 16 tertanggal
12 Agustus 2016 silam. Setidaknya, KPI Pusat telah menerima 114 pengaduan,
diantaranya: 30 melalui email, 75 melalui twitter, 6 SMS, dan 3 lewat Facebook
KPI. Pengaduan diantaranya menyangkut durasi penayangan yang terlalu lama,
sehingga mengurangi kesempatan pemirsa untuk memperoleh ragam informasi
lain, muatan ungkapan kata-kata kasar/tidak sopan, judul berita yang tendensius,
penggambaran detail sianida yang dapat ditafsirkan menjadi tutorial pembunuhan,
mempertanyakan manfaat berita itu bagi pemirsa, dan dampak berita bagi
perkembangan jiwa anak dan remaja.
Hal senada terdapat dalam opini yang dituliskan Todung Mulya Lubis,
Advokat Senior yang juga ikut menyuarakan kegelisahannya.
Dalam konteks peradilan Jessica Kumala Wongso yang disiarkan beberapa
stasiun televisi. Saya berpendapat, liputan langsung semua acara persidangan oleh
televisi berpotensi menggerogoti nilai-nilai keadilan yang hendak dicapai
pengadilan. Hal ini disebabkan persidangan pengadilan telah berubah jadi “teater
terbuka” yang bisa ditonton semua orang, termasuk saksi fakta dan ahli yang
kemudian akan bersaksi. Hakim, jaksa, advokat, saksi ahli, dan terdakwa tiba-tiba
menjelma menjadi aktor dan aktris yang harus memerankan peran mereka di
panggung teater, menjaga penampilan, dan mendengar suara-suara penonton.
Bukan mustahil dalam situasi seperti ini obyektivitas dinegasikan karena
kepedulian akan “citra” dan suara yang berkembang di masyarakat. Hal ini sangat
mungkin terjadi apalagi pemberitaan media bisa juga bias dan bisa juga disetir
pihak tertentu yang ingin membentuk opini publik. Alhasil, tak ada yang steril
dari pengaruh dan terutama hakim. Situasi seperti ini berbahaya karena akan
mengganggu independensi dan obyektivitasnya (KOMPAS, edisi 14 Oktober
2016).
Dalam perspektif Ekonomi Politik Media Vincent Mosco, media memang
kerap melanggar guna mendapatkan untung. Sebab, media mampu menghasilkan
pendapatan dalam perekonomian. Tidak hanya itu, media massa juga bisa
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
menyebarkan dan memperkuat struktur ekonomi dan politik tertentu. Serta yang
terpenting, media tidak hanya sekedar mempunyai fungsi kontrol sosial
“Watchdog” semata, melainkan juga mampu menjalankan fungsinya di sektor
ideologis.
Istilah “Ekonomi Politik Media” diperkenalkan oleh Vincent Mosco.
Secara sederhana, teori ini menyatakan media sebagai institusi politik dan
ekonomi yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khalayaknya. Terlebih
dalam sistem industri kapitalis media saat ini, dimana penguasaan televisi oleh
kapitalis tidak hanya disebabkan oleh televisi sendiri memang hidup dari kekuatan
modal raksasa. Namun, membangun televisi membutuhkan investasi dalam
jumlah yang besar, mengingat teknologi media adalah teknologi yang amat mahal
dengan jumlah produksi yang eksklusif. Sehingga, televisi kemudian menangkap
ini sebagai yang bukan untuk mencari muka, namun sebuah komoditas siaran
yang amat dinanti-nantikan pemirsa (Bungin, 2008: 52).
Oleh karena itu, stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis
program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada
dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama
program itu menarik dan disukai audiens. Dan, dalam hal ini audiens dipahami
dengan menggunakan pendekatan ilmu pemasaran karena audiens adalah
konsumen yang memiliki kebutuhan terhadap program (produk) (Morrisan, 2008:
171). Isi media massa, khususnya media penyiaran juga sangat dipengaruhi oleh
berbagai tekanan internal dan eksternal yang dialami media penyiaran
bersangkutan sebagai organisasi (Morissan, 2008: 241).
Adapun, Cohen (dalam Hamid dan Budianto, 2011: 56) menyatakan:
That is a new era of television. In television, journalism is no longer a
calling. It‟s a big deal job with a fat pay-check. Objective have changed. We are
audience driven now. We‟re not (anymore) mission driven: propolled by our
responsibility to inform. We‟re just here to entertain, to soothe. We‟re here to sell
our wares. (Di era baru televisi kini. Di televisi, jurnalis bukan lagi sebuah
panggilan. Melainkan sebuah kesepakatan kerja dengan gaji besar. Tujuan telah
berubah. Kita sekarang didorong oleh penonton. Kita tidak lagi didorong oleh
misi dan tanggung jawab untuk menginformasikan. Kita disini hanya untuk
menghibur, untuk menenangkan. Kita disini untuk menjual barang-barang kita).
Media massa harus diberi perhatian lebih pada level kepemilikan
medianya, praktik-praktik pemberitaan, periklanan, serta dinamika industri
Universitas Sumatera Utara
4
Universitas Sumatera Utara
televisi di dalamnya. Musabab, semuanya mempunyai keterikatan antara satu
dengan yang lain. Menurut Altschull (dalam Morrisan, 2008: 258): The content of
the news media always reflects the interest of those who finance the press (Isi
berita di media selalu mencerminkan kepentingan mereka yang membiayai media
tersebut).
Lazim diketahui publik bahwa tujuan dari kebanyakan program siaran
televisi adalah untuk mendapatkan sebanyak-banyak mungkin audiens. Sebab
seperti dikatakan Morrisan (2008: 291), bahwa pemasang iklan mengeluarkan
banyak dana untuk memasarkan dan mempromosikan produk mereka kepada
audiens. Semakin besar audiens yang dapat dijaring, maka semakin mahal tarif
iklan yang harus dibayarkan. Potensi pendapatan perusahaan juga akan meningkat
dan keuntungan juga semakin besar. Sebaliknya, jika tidak ada atau hanya tersedia
sedikit audiens, maka tidak akan ada pemasang iklan yang datang; tidak ada
keuntungan alias tidak akan ada televisi.
Setidaknya ada tiga konsep awal dalam pendekatan Ekonomi Politik
Media Vincent Mosco, yaitu: 1. Commodification (komodifikasi): Segala sesuatu
dikomoditaskan atau dianggap sebagai barang dagangan, sekaligus sebagai alat
guna mendapatkan keuntungan. Tiga hal yang saling terkait dengan hal ini ialah
media, jumlah audience dan iklan. 2. Spatialization (spasialisasi): Proses
mengatasi hambatan berupa jarak dalam kehidupan sosial untuk kemudian
dikomoditaskan. Serta, 3. Structuration (strukturasi): Penyeragaman ideologi
secara tersruktur. Jadi, pemimpin redaksi koran ataupun tv daerah adalah
“kiriman” pusat. Hal ini menimbulkan penyeragaman isi berita, sekaligus ideologi
yang memang sukar untuk dihindari.
Apalagi, Herbert Altschull (dalam Severin dan Tankard, 2008: 384)
menyimpulkan beberapa hal, seperti: 1) Dalam semua sistem pers, media berita
mewakili pihak yang menjalankan kekuasaan politik dan ekonomi. Surat kabar,
majalah, dan penyiaran bukanlah aktor independen, meski mereka mempunyai
potensi untuk menjalankan kekuasaan independen. 2) Isi berita selalu
menunjukkan kepentingan dari orang-orang yang membiayai pers.
Altschull dalam edisi pertamanya, “Agent of Power” juga pernah
menuliskan:
Universitas Sumatera Utara
5
Universitas Sumatera Utara
Sejarah pers menunjukkan bahwa surat kabar dan variasi model cenderung
mementingkan kepentingan pemilik, sedangkan pada saat yang sama
melanggengkan kesan bahwa pers adalah untuk melayani kepentingan pengguna
berita. Terlalu berangan-angan bila berharap bahwa media berita akan berbelok
180 derajat dan mencemoohkan keinginan pemilik.
Dengan demikian, kepemilikan media (media ownership) mempunyai arti
penting untuk melihat peran, ideologi, konten media dan efek yang ditimbulkan
media kepada masyarakat. Sebab, dalam pandangan Mosco, bila seseorang atau
sekelompok orang dapat mengontrol masyarakat berarti dia telah berkuasa secara
de facto, walaupun tidak secara de jure (memiliki tampuk kekuasaan di eksekutif,
legislatif ataupun yudikatif).
Dari perspektif ini, maka relasi kekuasaan pemilik media berimplikasi
terhadap muatan pemberitaan yang kerap mengkalkulasikan segi ekonomi
terlebih-lebih politik. Berdasarkan konteks masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang relasi kuasa media dalam siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne.
1.2. Fokus Masalah
Dari paparan yang telah diuraikan di atas, maka fokus masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Relasi Kuasa Media dalam Siaran
Langsung Sidang Kasus Pembunuhan Mirna Di tvOne?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui praktik wacana dibalik
produksi acara pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna
Di tvOne.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui relasi kuasa media dilihat
dari komodifikasi pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan
Mirna Di tvOne.
Universitas Sumatera Utara
6
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah dan
memperluas khazanah penelitian komunikasi dan menjadi referensi
tambahan bagi mahasiswanya, khususnya mahasiswa Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, bagi ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan
mampu memberikan kontribusi dan memperluas wawasan yang
berkaitan dengan relasi kuasa media terhadap sejumlah penayangan
produk atau content di suatu media.
3. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan
terkait tentang relasi kuasa media dalam siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna di tvOne.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Paradigma Kajian
Istilah paradigma diperkenalkan oleh Thomas S. Kuhn dalam bukunya
“The Structure of Scientific Revolutions”. Makna dari kata itu adalah pola, berasal
dari paradeigma (bahasa latin). Mengenai istilah paradigma ini Lili Rasjidi (2003:
103) menulis sebagai berikut:
Oleh Kuhn istilah ini dipergunakan untuk menunjuk dua pengertian utama.
Pertama, sebagai totalitas konstelasi pemikiran, keyakinan, nilai, persepsi dan
tekhnik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang
memengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, sebagai upaya manusia untuk
memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikkan semua
asumsi ataupun aturan yang ada.
Adapun peneliti lebih condong mengartikan paradigma sebagai suatu
kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang bagaimana
memandang dunia (worldview) atau menggunakan sudut pandang tertentu dalam
menyikapi dunia. Sedangkan, penelitian sejatinya merupakan suatu upaya untuk
menemukan suatu kebenaran atau untuk lebih membenarkan suatu hal yang telah
benar.
Sedangkan, paradigma komunikasi adalah sudut pandang dalam melihat
objek yang diamati. Thomas S. Kuhn menyatakan, paradigma adalah kerangka
yang menjadi dasar kebijakan akan kebenaran. Paradigma juga merupakan
kelanjutan cara berpikir perspektif (sudut pandang atau cara pandang terhadap
fakta realitas). Dalam filsafat komunikasi ada sejumlah paradigma:
1. Paradigma Klasik/Positivistik, yang menempatkan ilmu sosial sebagai
gejala alam atau fisik. Paradigma ini bertujuan untuk mencari
kausalitas guna memprediksi gejala-gejala umum dari bentukan negara
sosial.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara
2. Paradigma Konstruktivisme, yang memandang ilmu komunikasi
sebagai analisis sistematis terhadap tindakan yang penuh
kebermaknaan.
3. Paradigma Kritis, yang mendefinisikan ilmu sebagai suatu proses yang
secara kritis berusaha mengungkapkan fenomena nyata, dibalik sebuah
ilusi ataupun kesadaran palsu yang mencuat di permukaan. Tujuannya
ialah untuk membentuk kesadaran sosial agar di kemudian hari dapat
diperbaiki.
Maka, sejumlah hal mendasar yang membedakan ketiga paradigma di atas
antara lain: Konsepsi tentang ilmu sosial, asumsi tentang masyarakat, manusia,
realitas sosial, keberpihakan moral, dan juga komitmen terhadap hal-hal tertentu.
2.1.1. Paradigma Kritis
Paradigma kritis bersumber dari pemikiran Frankfurt School (Sekolah
Frankfurt) kala Jerman tengah mengalami proses propaganda besar-besaran ala
Hitler. Media dipenuhi prasangka, retorika dan propaganda. Media dijadikan oleh
pemerintah untuk mengontrol publik, menjadi sarana pemerintah untuk
mengobarkan semangat perang.
Berangkat dari rentetan sejarah itu, maka media dipandang bukanlah
sebagai entitas yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok yang dominan.
Dari pemikiran Frankfurt School ini lah lahir pemikiran paradigma kritis.
Pernyataan utama dari paradigma ini ialah adanya kekuatan-kekuatan yang
berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi.
Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah paradigma kritis.
Dalam tulisan Eriyanto (2001: 22-23) disebutkan bahwa paradigma kritis
dipengaruhi oleh ide dan gagasan Marxis yang melihat masyarakat sebagai suatu
sistem kelas. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem dominasi, dan media adalah
salah satu bagian dari sistem dominasi tersebut. Dimana menggambarkan
wartawan yang bekerja dalam suatu sistem produksi berita bukanlah otonom,
bukan pula bagian dari suatu sistem yang stabil, tetapi merupakan praktik
ketidakseimbangan dan dominasi.
Universitas Sumatera Utara
9
Universitas Sumatera Utara
Paradigma ini juga sebanding dengan post-positivisme yang menilai objek
atau realitas secara kritis (critical realism). Paradigma kritis juga mempunyai
pandangan tertentu bagaimana media, dan pada akhirnya berita harus dipahami
dalam keseluruhan proses produksi dan struktur sosial.
Jadi, paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan
konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi makna. Paradigma
kritis lebih menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses
produksi makna. Berarti bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai
representasi yang berperan dalam membentuk subjek, tema dan strategi-strategi
tertentu di dalamnya. Musabab itu, paradigma kritis digunakan untuk
membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses komunikasi.
Namun, pengertian kritis disini bukan untuk diartikan secara negatif
sebagai penentang untuk memperlihatkan keburukan-keburukan dari subjek yang
diperiksa semata. Melainkan kata kritis mengandung makna refleksi diri melalui
proses, dan membuat struktur relasi kekuasaan serta ideologi yang semula tampak
kabur menjadi terang.
Secara metodologis paham ini mengajukan metode untuk menemukan
kebenaran realitas yang hakiki. Hubungan antara pengamat dengan realitas yang
menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu, aliran
ini lebih menekankan pada konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu
pengetahuan, karena nilai-nilai yang dianut oleh pengamat ikut campur dalam
menentukan kebenaran tentang suatu hal.
Dan, pertanyaan utama dari paradigma kritis adalah adanya kekuatan-
kekuatan yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi.
Oleh karena itu, pertanyaan utama dari paradigma ini adalah siapa yang
mengontrol media? Kenapa ia mengontrol? Keuntungan apa yang bisa diambil
dengan kontrol tersebut? (Eriyanto, 2001: 24).
Eriyanto juga menambahkan, paradigma kritis sebagai aliran Frankfurt
School ini banyak memperhatikan aspek ekonomi politik dalam proses
penyebaran pesan. Seperti ditulis Sindhunata, teori kritis lahir karena ada
keprihatinan akumulasi dan kapitalisme lewat modal yang besar, yang mulai
menentukan dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
10
Universitas Sumatera Utara
Paradigma kritis menurut Eriyanto (2001: 31-33) mempunyai pandangan
tersendiri terhadap berita, yang bersumber pada bagaimana kedudukan wartawan
dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita, berikut:
Fakta merupakan hasil dari proses pertarungan antara kekuatan
ekonomi, politik, dan sosial yang ada dalam masyarakat.
Berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas,
karena berita yang terbentuk hanya cerminan dari kepentingan
kekuatan dominan.
Media hanya dimanfaatkan dan menjadi alat kelompok dominan.
Hasil liputan mencerminkan ideologi wartawan dan kepentingan
sosial, ekonomi, atau politik tertentu.
Tidak objektif, karena wartawan adalah bagian dari kelompok/struktur
sosial tertentu yang lebih besar.
2.1.2. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough
Analisis wacana termasuk ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun
belakangan, dimana kebanyakan aliran linguistik membatasi analisanya hanya
pada soal kalimat saja. Menurut Eriyanto (2001: 3) analisis wacana terbagi dalam
beberapa disiplin ilmu, diantaranya dalam studi linguistik ini merupakan reaksi
dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau
kalimat semata tanpa melihat keterkaitan diantara unsur tersebut. Analisis wacana
dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Sementara dalam
lapangan politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama
politik bahasa.
Adapun, model Analisis Wacana Kritis memang telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, seperti: Michel Foucault, Antonio Gramsci,
Frankfurt School, Louis Althusser, Teun A. Van Dijk dan Norman Fairclough.
Salah satunya, Norman Fairclough yang menyebutkan bahwa Analisis Wacana
Kritis adalah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada
bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing. Analisis Wacana Kritis
melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai sebuah praktik sosial.
Universitas Sumatera Utara
11
Universitas Sumatera Utara
Hal di atas menunjukkan terdapat kesamaan antara Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough dengan milik Teun A. Van Dijk, yaitu penelitian atas wacana
tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya
hasil dari suatu produksi yang juga harus diamati. Hanya saja, terdapat tiga
perbedaan dalam dimensinya, yakni: Teun A. Van Dijk lebih menekankan tiga
dimensi analisisnya kepada teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Adapun
Norman Fairclough lebih menekankan dimensi analisisnya kepada teks, praktik
wacana, dan praktik sosial budaya. Analisis Van Dijk pun lebih didominasi
kepada pemberitaan yang berifat rasial atau adanya diskriminasi
seseorang/kelompok, sedangkan Fairclough lebih beroientasi kepada pemberitaan
yang bersifat mencari keuntungan.
Fairclough juga menambahkan, karakteristik Analisis Wacana Kritis
adalah melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan
untuk melihat relasi kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough
dan Wodak (dalam Badara, 2012: 29), Analisis Wacana Kritis menyelidiki
bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan
mengajukan versinya masing-masing.
Norman Fairclough (dalam Badara, 2012: 26) lebih lanjut membagi
Analisis Wacana Kritis ke dalam tiga dimensi; yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang
digunakan dalam wacana. Yaitu: Text (Microstructual): Dianalisis secara
linguistik, dengan melihat kosakata, semantik dan tata kalimat; Discourse
Practise (Mesostructural): Dimensi yang berhubungan dengan produksi dan
konsumsi teks; dan Sociocultural Practise (Macrostructural): Dimensi ini
berhubungan dengan konteks yang berada di luar teks seperti konteks situasional,
institusional dan sosial. Analisis ini berdasarkan pada asumsi bahwa konteks
sosial yang berada di luar media dapat memengaruhi wacana yang muncul di
dalam media. Maka, ruang redaksi atau wartawan tak dilihat sebagai sesuatu yang
steril, bebas norma, ideologi, dan sebagainya. Namun, sangat ditentukan oleh
faktor yang berada di luarnya.
Universitas Sumatera Utara
12
Universitas Sumatera Utara
Jika text berhubungan erat dengan linguistik, dan Discourse Practise
merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi. Maka,
Sociocultural Practise lebih menyoroti kepada konteks di luar teks misalnya
politik media, ekonomi media atau budaya media tertentu yang berpengaruh
terhadap berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 2001: 288).
Ada tiga level analisis Sociocultural Practise, diantaranya:
1. Situasional (Konteks Situasi)
Setiap teks yang lahir pada umumnya lahir pada sebuah kondisi yang
lebih mengacu kepada waktu, atau suasana khas dan unik. Dengan kata
lain, aspek situasional lebih melihat konteks peristiwa yang terjadi
pada saat berita disiarkan.
2. Institusional (Konteks Praktik Institusi)
Level ini melihat bagaimana persisnya sebuah pengaruh dari institusi
organisasi pada praktik ketika sebuah wacana diproduksi. Institusi ini
bisa berasal dari kekuatan dalam maupun luar, yang sama-sama
dijadikan sebagai salah satu hal yang memengaruhi isi sebuah teks.
Maka, produk media tidak pernah bisa dilepaskan dari proses
produksinya. Proses produksi dan produk media (teks media) selalu
berada pada satu garis lurus, dimana kepentingan-kepentingan dalam
institusi media bertarung dan beradu di dalamnya. Tentunya,
kepentingan-kepentingan yang berada dalam suatu institusi media
tersebut akan sangat memengaruhi pada setiap tahap pembuatan
sebuah teks media.
3. Sosial
Level sosial lebih melihat kepada aspek mikro seperti sistem ekonomi,
politik, atau budaya masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian,
teks bisa dibedah sampai hal-hal yang mendalam. Dimana teks pun
mengandung sebuah ideologi tertentu yang disisipkan penulisnya, agar
masyarakat dapat mengikuti alur keinginan si penulis teks tersebut.
Dengan adanya paradigma kritis dan Analisis Wacana Kritis Norman
Fairclough dalam penelitian ini diharapkan teori dan praktik komunikasi dapat
berkembang terus sesuai dengan kreativitas peneliti yang bertujuan melakukan
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
kritik, dan transformasi terhadap suatu fenomena yang diteliti agar dipahami lebih
baik.
Berdasarkan paradigma kritis dan Analisis Wacana Kritis Norman
Fairclough yang telah diuraikan diatas, maka dapat disesuaikan dengan fokus
permasalahan yang akan diteliti ini adalah “Bagaimana Relasi Kuasa Media dalam
Siaran Langsung Sidang Kasus Pembunuhan Mirna Di tvOne?”.
2.2. Kajian Pustaka
Penelitian yang seirama dengan Relasi Kuasa Media sudah pernah
dilakukan oleh penelit-peneliti sebelumnya, namun penelitian dengan fokus relasi
kuasa media dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne
masih belum dilakukan oleh peneliti lain. Adapun beberapa literatur yang bisa
dijadikan sebagai acuan antara lain:
1. “RELASI BAHASA, KUASA, DAN IDEOLOGI TOKOH DI MEDIA
(Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan
Melawan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Koran Tempo)”, milik
Jaffry Prabu Prakoso; Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Skripsi ini mempertanyakan tentang bagaimana relasi bahasa, kuasa dan
ideologi tokoh yang digunakan Koran Tempo, sekaligus ingin melihat bagaimana
praktik wacana yang berlangsung di dalamnya. Mulai dari teks, produksi teks, dan
praktik sosial budaya terhadap pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR.
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dan Analisis Wacana Kritis Norman
Fairclough. Serta, teori Ekonomi Politik Media Vincent Mosco dengan konsep
komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi.
Jadi, terdapat banyak kesamaan dengan penelitian yang akan diteliti
peneliti. Namun, terdapat beberapa perbedaan, seperti: Penelitian ini hanya
berfokus pada tujuan untuk mengetahui bagaimana praktik wacana dan relasi
kuasa media dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne.
Praktik wacananya pun hanya dibatasi kepada praktik sosial budaya saja. Dan,
Universitas Sumatera Utara
14
Universitas Sumatera Utara
teori Ekonomi Politik Media Vincent Mosco hanya pada tataran konsep
komodifikasi semata untuk melihat relasi kuasa media yang berlangsung.
2. “KONGLOMERASI INDUSTRI MEDIA PENYIARAN DI
INDONESIA, ANALISIS EKONOMI POLITIK PADA GROUP MEDIA
NUSANTARA CITRA”, milik Sagita Ning Tyas; Mahasiswi Konsentrasi
Jurnalistik, Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Skripsi ini berfokus pada konsentrasi kepemilikan media yang mengacu
pada pandangan bahwa mayoritas media besar memiliki sejumlah kecil pemilik
(owner) perusahaan secara proporsional melalui sistem konglomerasi dalam
korporasi. Penelitian ini juga mempertanyakan bagaimana regulasi media
penyiaran tentang implementasi kepemilikan di Media Nusantara Citra, dan
dampak konglomerasi tersebut terhadap proses komodifikasi, spasialisasi, dan
strukturasi. Metode pada penelitian ini adalah kualitatif, dan paradigma yang
digunakan adalah paradigma kritis. Adapun teori yang digunakan ialah Ekonomi
Politik Media Vincent Mosco.
Maka, terdapat kesamaan dalam hal penggunaan teori Ekonomi Politik
Media Vincent Mosco, yang dapat digunakan sebagai pegangan, terkhusus pada
konsep komodifikasinya.
3. “PRODUKSI TEKS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK
MEDIA”, milik Agus Triyono; Jurusan Ilmu Komunikasi dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jurnal ini banyak memberikan gambaran akan teori ekonomi politik
media, yang menggunakan pendekatan kritis dimana fokus utamanya terletak pada
hubungan antara struktur ekonomi, dinamika industri media dan ideologi isi
media. Fokus kajian yang demikian berimplikasi pada perhatian kajian yang
diarahkan pada struktur kepemilikan dan kontrol dari media, serta bagaimana
kekuatan pasar media berlangsung. Oleh karena itu, jurnal ini berkesesuaian
dengan apa yang hendak diteliti peneliti. Yaitu dimana struktur ekonomi (baca:
relasi kuasa media) berimplikasi terhadap dinamika industri media, termasuk di
dalamnya konten media. Hanya saja, jurnal ini lebih menekankan kepada teori
Ekonomi Politik Golding dan Murdock.
Universitas Sumatera Utara
15
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Kerangka Teori
Menurut Nawawi (2007: 39), setiap penelitian memerlukan kejelasan titik
tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan sudut
mana masalah penelitian akan disorot. Maka teori yang relevan untuk penelitian
ini adalah:
2.2.2. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (suratkabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi). Sedangkan, komunikasi massa menurut Joseph A. Devito (dalam
McQuail, 1996: 7), menyatakan:
First, mass communication is communication addressed to the masses, to an
extremiley large audience. This does not mean that audience includes all people
or that is large and generally rather poorly defined. (Pertama, komunikasi massa
adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini
berarti khalayak itu besar pada umumnya sulit didefinisikan).
Second, mass communication is perhaps most easily and most logically
defined by it form: Television, radio, newspaper, magazine, film, books and tapes.
(Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-
pemancar audio dan visual komunikasi. Barangkali akan lebih mudah dan lebih
logis bila didefinisikan menurut bentuknya: Televisi, radio, majalah, film dan
buku). Selain itu, komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi
yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas yang identifikasinya ditentukan
oleh ciri khas institusionalnya.
Adapun karakteristik komunikasi massa ialah: 1) Komunikasi
terlembagakan, 2) Pesan bersifat umum, 3) Komunikannya anonim dan heterogen,
4) Media massa menimbulkan keserempakan, 5) Komunikasi mengutamakan isi
ketimbang hubungan, 6) Komunikasi massa bersifat satu arah, 7) Stimulasi alat
indra terbatas, dan 8) Umpan balik tertunda.
Sedangkan, ciri-ciri teoretis utama lembaga media massa menurut
McQuail (2011: 65) sebagai berikut:
1. Aktivitas intinya adalah produksi dan distribusi informasi dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
2. Media mendapatkan fungsi dan tanggung jawab dalam „ranah publik‟
yang diawasi oleh lembaga.
3. Kontrol pada umumnya bersifat regulasi sendiri dengan batasan yang
ditentukan masyarakat.
4. Batasan keanggotaan tidak jelas.
5. Media pada prinsipnya bebas dan bersih dari kekuatan politik dan
ekonomi.
2.2.3. Televisi
Televisi sebagai media massa, sangat membantu dalam hubungan
masyarakat. Dengan menggunakan media televisi, penyebarluasan informasi
bukan saja sangat luas, melainkan juga cepat dan serentak. Televisi mempunyai
sebuah karakteristik yang istimewa, televisi merupakan gabungan dari suara dan
gambar atau yang lebih dikenal dengan audiovisual. Sebagai media massa, televisi
memiliki ciri-ciri seperti berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,
pesannya bersifat umum dan menimbulkan keserempakan.
Dengan kekuatannya yang audiovisual, televisi mampu mempengaruhi
kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial dan budaya. Dan, salah satu
fungsi televisi yaitu penerangan atau informasi, sebagai sarana yang sangat efektif
dalam menginformasikan segala berita kepada khalayak.
Siaran dalam televisi sendiri seakan-akan memindahkan realitas ke
hadapan penonton, dan karena itu penonton seakan terlibat secara langsung atau
“hadir sendiri” pada peristiwa tersebut, meskipun kejadian dan tempat itu
mungkin sangat jauh dari penonton. Seringkali peristiwa yang diliput oleh televisi
tiba pada khalayak saat peristiwa itu sedang terjadi, sehingga derajat keterlibatan
penonton dalam kejadian-kejadian yang bersangkutan sangatlah besar.
Televisi berlangsung terus-menerus, apakah itu dalam konteks program
satu hari, atau menyangkut liputan yang bersifat serial. Televisi terjadi di dalam
ruang kita, di dalam waktu kita. Akibatnya, ia tidak hanya menghubungkan antara
penonton dan kenyataan, tetapi juga kenyataan dan fiksi, karena televisi
merupakan medium hiburan dan sekaligus medium informasi yang „lihat-dengar‟.
Kadang-kadang sulit untuk membedakan mana fiksionalnya dan mana fungsi non-
fiksionalnya.
Universitas Sumatera Utara
17
Universitas Sumatera Utara
Menurut Usman Ks (2009: 83-84), televisi siaran adalah televisi free to air
atau televisi yang bisa dinikmati siarannya secara gratis. Televisi siaran
menggunakan teknologi antena terestrial pada televisi analog atau kanal pada
televisi digital. Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884 meletakkan dasar-dasar
teknologi pertelevisian. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai
Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuan ini menghasilkan televisi elektris.
Charles Jenkins (AS) dan John Logic Bairds (Inggris) melakukan eksperimen
transmisi tv pertama kali pada tahun 1925. BBC merupakan televisi siaran
pertama yang mengudara pada tahun 1936. Penyiaran regular untuk tv elektronik
pertama AS dimulai pada tahun 1939.
Pada Periode tahun 1948-1952, tv tumbuh dengan cepat. Tahun 1940-an
disebut “golden age” bagi televisi di AS. Pada tahun 1950-an, tv menjadi sumber
utama hiburan dan informasi bagi kebanyakan rumah tangga di AS, tv begitu
mempengaruhi budaya AS. Pada tahun 1950-an, televisi kabel mulai
diperkenalkan, tv kabel memiliki stasiun kecil di Oregon dan Pennsylvania. Di
abad informasi ini mulai terbit regulasi untuk tv (Telecommunication Act 1999) di
AS.
Regulasi menandai mulai masuknya televisi ke era industri. Perusahaan
penyiaran televisi kini menjadi suatu industri yang berupaya mencari keuntungan.
Banyak konglomerat, seperti Rupert Murdock terjun ke industri televisi.
Sehingga, ciri utama dari televisi kini ialah besarnya kontrol yang dilakukan oleh
pemilik, pemerintah atau lisensi yang dimiliki perusahaan (McQuail, 2001: 38).
Usman Ks menambahkan, di Indonesia, televisi siaran tentu berawal dari
Televisi Republik Indonesia (TVRI). TVRI memulai siaran percobaan dengan
acara Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-XVIII pada 17 Agustus
1962, dengan bantuan ahli dari Jepang dan pelatihan dari Inggris. Pada Agustus
1962, TVRI menyiarkan langsung pembukaan Asean Games. Pada tahun 1988,
stasiun televisi swasta pertama, RCTI, lahir. RCTI awalnya adalah stasiun televisi
berbayar (pay television). Pada Agustus 1990, RCTI mendapatkan izin menjadi
televisi siaran (free to air televison). Pada tahun-tahun berikutnya menyusul lahir
sejumlah stasiun televisi swasta, seperti SCTV (1989), TPI (1990), antv (1993),
Indosiar (1995). Pasca Orde Baru, televisi swasta MetroTV, TransTV, TV7 yang
kemudian menjadi Trans7, Lativi yang kemudian menjadi tvOne, dan Global TV
Universitas Sumatera Utara
18
Universitas Sumatera Utara
muncul. Televisi lokal juga bermunculan. Kehadiran televisi swasta tersebut
menandai masuknya televisi siaran ke era industri. Bahwa televisi siaran telah
memasuki era industri makin nyata dengan terbitnya undang-undang penyiaran
yang mengatur kepemilikan, modal, jaringan, perizinan, serta isi siaran.
Televisi kini telah berada di garis depan, dan medium massa yang paling
dominan dalam penyampaian berita dan hiburan (Vivian, 2008: 222-224). Namun
di masa depan, televisi sebagai media paling populer bagi khalayak saat ini,
diharapkan mampu memperbaiki kualitas programnya untuk bersaing secara
fairplay dengan televisi yang lain.
Adapun tvOne sendiri merupakan tv swasta yang menjadi saluran berita
nomor satu di Indonesia menurut pangsa pemirsa. Awalnya bernama Lativi yang
mulai diluncurkan sejak tanggal 30 Juli 2002 oleh pengusaha Abdul Latief
(seorang pengusaha asal Banda Aceh). Sebelum saham perusahaan dimiliki,
konsep penyusunan acara saluran ini berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas,
hiburan anak, dan beberapa hiburan lainnya. PT. Lativi Media Karya resmi
menjadi tvOne pada tanggal 14 Februari 2008 dengan komposisi 70 persen berita,
sedangkan sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Direktur utama
perusahaan saat ini adalah Anindra Ardiansyah Bakrie, anak bungsu Aburizal
Bakrie. Pada tahun 2007, tvOne diakuisisi PT Visi Media Asia Tbk yang juga
mengelola bisnis penyiaran antv dan Sport One. Kini, tvOne memiliki tagline
“Memang Beda”. Di Indonesia, StarTV (baca: investasi asing) lah yang pernah
memiliki saham di antv dan tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri
dari PT. Visi Media Asia Tbk sebesar 49%, PT. Redal Semesta 31%, Good
Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10% (http://m.merdeka.com).
2.2.3.1. Program Siaran Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik
dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum,
dan peraturan yang berlaku.
Menurut Morissan, berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1. Program informasi
(berita); kemudian 2. Program hiburan (entertainment). Program informasi
kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hardnews) yang
merupakan laporan berita terkini yang disiarkan dan berita lunak (softnews) yang
merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show) dan
pertunjukan.
Program Informasi
Program informasi (berita) adalah program yang memberikan banyak
informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Daya
tarik program ini adalah informasi dan informasi itulah yang dijual kepada
audiens. Dengan demikian, program informasi tidak hanya sebuah program berita
dimana presenter atau penyiar membacakan berita, tetapi segala bentuk penyajian
informasi termasuk juga talkshow (perbincangan). Menurut Morissan (2004: 208),
program informasi/berita dapat dibagi menjadi dua besar, yaitu berita keras
(hardnews) dan berita lunak (soft news).
a. Berita Keras (Hard News)
Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan menarik
yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera
ditayangkan agar diketahui oleh khalayak audiens secepatnya. Dalam berita keras
dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita yaitu: Straight news, features dan
infotainment. Straight news berarti berita langsung yaitu suatu berita yang singkat
(tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup
5W+1H terhadap suatu berita yang diberitakan. Feature adalah berita ringan
namun menarik. Pengertian menarik disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh,
menimbulkan kekaguman dan sebagainya. Sedangkan infotainment berasal dari
dua kata, yaitu information yang berarti informasi dan entertainment yang berarti
hiburan. Maka, infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai
kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat luas (celebrity atau public
figure).
b. Berita Lunak (Soft News)
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan
menarik yang disampaikan secara mendalam, namun tidak bersifat harus segera
ditayangkan. Program yang termasuk dalam kategori berita lunak ini adalah
Universitas Sumatera Utara
20
Universitas Sumatera Utara
current affair, magazine, dokumenter dan talkshow. Current affair adalah
program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita yang
penting, dan muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap serta mendalam.
Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam
atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang.
Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan
pendidikan namun disajikan dengan menarik. Talkshow adalah program yang
menampilkan satu atau beberapa narasumber untuk membahas suatu topik tertentu
yang dipandu oleh pembawa acara atau host.
2.2.3.2. Sejarah Singkat tvOne
tvOne (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta
Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh
pengusaha Abdul Latief (seorang pengusaha asal Banda Aceh). Pada saat itu,
konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau
klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak
tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga
memiliki antv. Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi
tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga
dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne.
Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar 49%,
PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%.
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Relasi Kuasa tvOne (Buku tvOne academy, 2013).
Seperti dikutip dari Buku tvOne academy (2013), Direktur Utama tvOne
saat ini adalah Anindra Ardiansyah Bakrie. Pada Kamis 14 Februari 2008, pukul
19.00 wib merupakan pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan
oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. tvOne
menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk
diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. tvOne secara progresif
berusaha menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas agar
berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri, serta masyarakat
sekitar melalui program News and Sports yang dimilikinya. Mengklasifikasikan
program-programnya dalam kategori NewsOne, SportOne, InfoOne, dan
RealityOne. tvOne mencoba membuktikan keseriusannya dalam menerapkan
strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal
pemberitaan dan penyajian program.
Sebagai pendatang baru dalam dunia news, tvOne telah mempersiapkan
bentuk berita baru. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program
informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para
narasumber dan masyarakat. Disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio
luar tvOne. Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul: Kabar Terkini,
Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam, serta
Kabar Khusus. Kemasan yang berbeda disuguhkan oleh Kabar Petang, karena
menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya, dan
Makassar). Program ini meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia)
sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota
Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.
Sedangkan, Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara.
Tayangan Sport tvOne meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang
disiarkan langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia),
Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi Bola Basket
Nasional (IBL), dan Bola Voli Nasional (Pro Liga). tvOne juga menayangkan
program-program selected entertainment yang berusaha memberikan inspirasi
bagi para pemirsa untuk maju dan selalu berpikiran positif, tanpa unsur
membodohi. Pada awal tahun, tvOne telah memiliki 26 stasiun pemancar.
Diawal tahun berdirinya tvOne mempunyai tagline “MEMANG BEDA”,
karena menyajikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan penyajian yang
berbeda. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam
bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan
masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne.
Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul: Kabar Terkini, Kabar
Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam, serta Kabar
Khusus.
Di ulang tahun ke-2, tagline tvOne menjadi “TERDEPAN
MENGABARKAN”, sebagai pembuktian dari share dan rating kepermisaan.
Dalam kurun waktu 2 tahun berjalan, tvOne selalu menjadi yang terdepan dalam
menayangkan program-program berita seperti BREAKING NEWS yang setiap saat
secara langsung dapat tayang. Beberapa program unggulan current affairs:
Indonesia Lawyers Club, Suara Keadilan, Tokoh, Debat, Atas Nama Rakyat, Janji
Wakil Rakyat, dan lain-lain mencoba mengupas dan membedah berbagai issue,
fakta dan data dengan berbagai kemasan penyajian yang menarik.
Program unggulan lain seperti: Satu Jam Lebih Dekat, Ketemu Pepeng,
Damai Indonesiaku, Bangkit Indonesiaku, dan lain-lain ditayangkan untuk
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
memberikan inspirasi kepada pemirsa untuk terus maju, selalu berpikiran positif
dan tanpa unsur membodohi. Tidak kalah penting adalah program-program sports
pilihan: LIGA SPANYOL, WORLD BOXING serta program khusus lainnya
berkaitan dengan hari besar nasional, agenda besar negara dan lembaga negara
serta hari raya keagamaan yang senantiasa ditunggu oleh pemirsa.
Diusia yang ke-3, tvOne “GO INTERNATIONAL” dengan membuat
terobosan baru sebagai langkah inovatif untuk terus berkembang dan
mengepakkan sayap di kancah jaringan informasi internasional dengan membuka
kantor biro di beberapa negara antara lain: Amerika Serikat, Australia, Rusia,
Jerman, Timur Tengah, dan Malaysia sekaligus menjalin kerjasama dengan
televisi berita internasional CNN dan Al Jazeera.
2.2.3.3. Visi, Misi, Kebijakan Mutu serta Filosofi Logo tvOne
Sebagai salah satu wujud komitmen PT. Lativi Mediakarya dalam upaya
memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan, maka manajemen
PT. Lativi Mediakarya mempunyai:
Visi tvOne: Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat pada
akhirnya memajukan bangsa.
Untuk mencapai visi di atas berikut dijabarkan misi tvOne:
1. Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu.
2. Menayangkan Program News & Sport yang secara progresif
mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif, dan cerdas.
3. Memilih program News & Sport yang informatif dan inovatif dalam
penyajian dan kemasan.
Dari rumusan misi diatas, dapatlah disimpulkan bahwa tvOne berupaya
memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan
kebijakan nasional, pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah), serta peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha
dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kemandirian koperasi
dan UMKM secara sistematis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional.
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
Komitmen PT Lativi Mediakarya terhadap kebijakan mutu tvOne adalah
melakukan peningkatan yang berkelanjutan dalam:
1. Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan.
2. Memberdayakan kemampuan karyawan ke arah profesionalisme.
3. Menerapkan ISO 9001; 2008.
4. Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi dan
efektifitas yang optimal.
Gambar 2.2 Logo tvOne (id.wikipedia.org).
Filosofi Logo tvOne
1. Warna merah dan putih melambangkan kebanggaan kami sebagai
bangsa Indonesia.
2. Warna putih pada tvOne melambangkan kejujuran kami dalam
menyampaikan berita dan warna merah sebagai latar belakang
melambangkan keberanian, membuat tvOne menjadi terpercaya
dan terdepan.
3. Angka satu dalam bola dunia melambangkan simbol persatuan
untuk berkembang bersama menjadi nomor 1 dengan semangat
profesional yang tinggi.
4. Kalimat berbahasa Inggris “One” dan peta dunia menunjukkan
kesiapan tvOne dalam kancah pertelevisian global dan merupakan
simbol berkembangnya tvOne dalam jaringan informasi
internasional yang dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia
yang ingin selalu maju (Buku tvOne academy, 2013).
Universitas Sumatera Utara
25
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.4. Program-Program tvOne
NewsOne
1. Kabar Pagi : setiap hari 04.30 – 06.30 wib
2. Kabar Siang : setiap hari 12.00 – 13.30 wib,
akhir pekan 12.00 – 13.00 wib
3. Kabar Petang : setiap hari 16.00 – 19.30 wib,
akhir pekan 16.30 – 19.00 wib
4. Kabar Malam : -
5. Kabar Utama : senin – jum‟at 19.00 – 20.00 wib
6. Kabar Terkini : hampir setiap hari
7. Kabar Pasar Pagi : senin – jum‟at 09.30 – 10.00 wib
8. Kabar Pasar Sore : senin – jum‟at 15.00 – 15.30 wib
9. Breaking News : bersifat segera
Talkshow One
1. Apa Kabar Indonesia : senin – jum‟at 07.00 – 09.00 wib
akhir pekan 06.30 – 08.55 wib
2. Apa Kabar Indonesia Siang : senin – jum‟at 13.30 – 15.30 wib
3. Apa Kabar Indonesia Malam : senin – jum‟at 20.00 – 21.00 wib
akhir pekan 21.00 – 22.00 wib
4. Coffee Break : senin – jum‟at 10.00 – 11.30 wib
5. Indonesia Lawyers Club : selasa 19.30 wib
6. Satu Jam Lebih Dekat : -
7. Radio Show : senin – jum‟at 22.30 wib
8. Debat : -
9. Ruang kita : -
InfoOne
1. Telusur : -
2. Bang One Show : -
3. Fakta dan Data : -
4. Jendela Usaha : -
Universitas Sumatera Utara
26
Universitas Sumatera Utara
RealityOne
1. Menyingkap Tabir : -
2. Zona Merah : -
3. Tokoh : -
BangOne
1. Kabar Bang One : -
SportOne
1. Kabar Arena : -
2. PrideOne : -
2.2.4. Berita dan Informasi
Salah satu kategorisasi isi media televisi ialah berita dan informasi (news
reporting). Berita dan informasi adalah hal pokok yang harus dipunyai oleh media
massa. Atau menurut Charnley dan James M. Neal, berita adalah laporan tentang
suatu peristiwa, opini, kecenderungan situasi, kondisi interpretasi yang penting,
menarik, masih baru dan harus disampaikan secepatnya kepada khalayak. Karena
berita (news) sendiri berasal dari kata bahasa latin, yaitu Novus (Nova) yang
berarti “Baru” (New). Dari pengetian ini jelaslah bahwa berita selalu merupakan
kejadian yang memiliki sifat baru.
Setiap hari televisi memberikan informasi dan berbagai kejadian di seluruh
dunia kepada para khalayaknya. Jenis-jenis berita diantaranya: 1) Berita langsung,
2) Berita opini, 3) Berita Interpretatif, 4) Berita mendalam, dan 5) Berita
Penjelasan. Dalam produksi informasi tersebut dibagi dalam dua kategori besar,
yaitu: Live Event (Siaran langsung), dan Recorder Event (Siaran tunda). Namun,
produksi berita merupakan proses yang kompleks, karena ia menyertakan dan
berhubungan dengan banyak kekuatan dan faktor yang ada dalam masyarakat, dan
hasil akhir dari seluruh proses negosiasi semacam itu adalah berita.
Menurut Assegaff (dalam Amrin, 2001), berita adalah laporan tentang
fakta atau ide yang dipilih oleh staf redaksi untuk disiarkan karena menarik
perhatian pembaca, luar biasa, penting, berakibat, dan mencakup segi-segi human
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
interest seperti humor, emosi dan ketegangan. Adapun unsur-unsur berita itu
mencakup hal-hal berikut:
Berita itu harus terkini (baru)
Jarak (dekat jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita
Penting atau ternamanya orang yang diberitakan
Keluarbiasaan dari berita
Akibat yang ditimbulkan oleh berita
Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita
Pertentangan (konflik) yang terlihat dalam berita
Teks yang ada dalam berita
Kemajuan-kemajuan yang diberitakan
Humor-humor yang ada dalam berita
Emosi yang ada dalam berita
2.2.5. Teori Ekologi Media
Dalam ilmu komunikasi terdapat teori ekologi media. Ekologi media
memandang media sebagai makhluk hidup yang berupaya mempertahankan
kehidupan. Untuk mempertahankan kehidupan, media membutuhkan sumber-
sumber kehidupan. Dalam perspektif ekologi media, sumber-sumber penunjang
kehidupan media adalah sebagai berikut:
1. Modal (Capital): Misalnya pemasukkan iklan atau iuran berlangganan.
2. Jenis isi media (Type of Content): Misalnya Quiz, Sinetron atau
Informasi.
3. Jenis khalayak sasaran (Type of Audiences): Misalnya usia,
berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan
lain sebagainya.
Media saling berkompetisi dalam memperebutkan sumber-sumber kehidupan
tersebut. Sebab secara teoritis, terdapat hubungan antara isi, khalayak dan iklan.
Jika isi suatu media baik secara kualitatif, banyak penonton yang akan
mengonsumsi media tersebut sehingga banyak pemasang iklan menempatkan
iklannya pada media itu (Usman Ks, 2009: 18-19).
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Pendekatan Ekonomi Politik Media Vincent Mosco
In the narrow sense, „political economy is the study of the social relations,
particularly the power relations, that mutually constitute the production,
distribution, and consumption of resources, including communication resources‟.
This formulation has a certain practical value because it calls attention to how
the communication bussiness operates.... Furthermore, it asks us to focus on how
information about these choices and even our attention to media become products
for sale in the marketplace. Political economy has always believed that there is a
big picture of society and that we should try to understand it (Dalam arti sempit,
„ekonomi politik adalah studi tentang hubungan sosial. Khususnya hubungan
kekuasaan, yang saling tumpang tindih antara proses produksi, distribusi, dan
konsumsi sumber daya. Termasuk sumber daya komunikasi'. Formulasi ini
memiliki nilai praktis tertentu karena memperhatikan bagaimana bisnis
komunikasi beroperasi..... Selain itu, meminta kita untuk fokus pada bagaimana
informasi menjadi produk yang dijual di pasar. Ekonomi politik selalu percaya
bahwa kita harus mencoba untuk memahaminya (Mosco, 2009: 2-4).
Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor seperti
pemilik media, modal dan pendapatan media dianggap lebih menentukan
bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor inilah yang menentukan peristiwa apa
saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan, serta ke arah mana
kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan.
Dalam studi media massa, penerapan pendekatan Ekonomi Politik Media
Vincent Mosco memiliki tiga konsep awal, yaitu: Komodifikasi, spasialisasi dan
strukturasi. Komodifikasi dan spasialisasi serta strukturasi tesebut saling berkaitan
satu sama lain. Yaitu berita atau isi media adalah komoditas yang dibatasi ruang
dan waktu bisa tetap dihadirkan dengan semakin berkembang pesatnya teknologi,
guna menaikkan jumlah audiens atau oplah. Jumlah audiens atau oplah juga
merupakan komoditas yang dapat dijual kepada pengiklan. Uang yang masuk
merupakan profit dan dapat digunakan untuk ekspansi media berikutnya. Pun,
strukturasi menyebabkan penyeragaman isi berita dimana ideologi pemiliknya tak
akan bisa dihindari.
Berikut rincian dari ke-tiga entry konsep dalam penerapan Ekonomi
Politik Media Vincent Mosco (1998: 76) dalam bukunya The Political Economy
of Communication, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
1. Commodification (Komodifikasi)
Yakni mengubah makna dari sistem fakta atau data yang merupakan
pemanfaatan isi media dilihat dari kegunaannya sebagai komoditi yang
dapat dipasarkan. Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada empat
macam, yaitu:
a. Intrinsic Commodification (Komodifikasi Intrinsik atau
Komodifikasi Isi)
Kecenderungan komodifikasi ini ialah melihat konten sebagai
komoditas dan makna. Konsekuensinya, komunikasi tampak
sebagai komoditas yang kuat karena dapat mendatangkan
keuntungan. Pada media televisi sendiri ditandai dengan diubahnya
konten/isi media menjadi komoditas untuk mendapatkan profit.
Salah satu strategi dalam pencapaian tersebut ialah memproduksi
program-program televisi yang sesuai dengan selera pasar,
sehingga dapat menaikkan rating dan share.
b. Extrinsic Commodificaton (Komodifikasi Ekstrinsik atau
Komodifikasi Khalayak)
Yakni proses komodifikasi peran media massa oleh perusahaan
media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media
kepada konsumen produk yang bukan media, dimana perusahaan
media memproduksi khalayak dan kemudian menyerahkannya
pada pengiklan. Singkatnya, yang terjadi adalah kerja sama yang
saling menguntungkan antara perusahaan media dan pengiklan.
Maka, media membuat program untuk menarik khalayak, dan
perusahaan yang ingin mengakses khalayak tersebut harus
memberikan kompensasi tertentu kepada media. Sebab menurut
Smythe, media massa terbentuk dari proses „penyerahan‟ khalayak
kepada pengiklan (Mosco, 1996: 148). Proses tersebut
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
menciptakan hubungan resiprokal yang mengikat antara media,
khalayak, dan pengiklan.
c. Cybernetic Commodification (Komodifikasi Sibernetik)
Yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam praktiknya
dapat dibagi dua, yaitu: Pertama, komodifikasi intrinsik adalah
khalayak sebagai media yang berpusat pada pelayanan jasa rating
khalayak. Rating adalah jumlah penonton atau pesawat televisi
yang memilih channel tersebut per-seribu orang. Rating sendiri
digunakan sebagai tolok ukur dalam melihat keberhasilan sebuah
program, dan menjadi hal yang sangat penting bagi pengelola
stasiun televisi penyiaran komersial.
Rating menjadi alat untuk menilai content (teks/produk media),
yang dilaporkan secara rutin oleh lembaga riset pemirsa, seperti
Nielsen Media Research (AGB), untuk mengetahui apakah suatu
konten layak dijual ditandai dengan seberapa banyak pemasang
iklan yang mampu ditarik dalam setiap penayangan program
tertentu.
Selain itu, rating juga menjadi data dalam mengakomodifikasikan
audience. Data audience yang terangkum dalam rating menjadi
pijakan bagi para pemasang iklan untuk memasarkan produknya di
program tayangan tertentu atau tidak. Jadi, yang dipertukarkan
bukan pesan atau khalayak melainkan rating. Sedangkan,
perbedaan dengan share ialah persentase orang atau pesawat
televisi yang memilih untuk menonton suatu program pada jam
atau waktu tertentu. Kedua, komodifikasi ekstensif adalah proses
komodifikasi yang menjangkau seluruh kelembagaan pendidikan
informasi pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motif atau
pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses.
Universitas Sumatera Utara
31
Universitas Sumatera Utara
d. Komodifikasi Tenaga Kerja
Dimana industri media menuntut tingkat pemikiran konseptual
yang relatif tinggi. Hal ini menyebabkan karakteristik pekerjanya
berbeda dengan industri lain, yang pekerjanya dapat
diklasifikasikan menjadi buruh tenaga kasar dan staf ahli.
Komodifikasi pada industri komunikasi dibutuhkan untuk
membentuk klasifikasi tersebut. Dimana kelas managerial “yang
juga merupakan bagian dari pemilik modal” dapat mewakili
kepentingannya.
Maka, dalam Ekonomi Politik Media Vincent Mosco, komodifikasi
ini erat kaitannya dengan fungsi atau guna pekerjanya dalam
mendapatkan berita. Untuk itu, pekerja media juga ikut
dikomoditaskan oleh pemilik modal, yaitu dengan
mengeksploitasinya dalam melakukan pekerjaan kewartawanan.
2. Spatialization (Spasialisasi)
Spatialization is the process of overcoming the constrains of geographical
space with, among other things, mass media and communication technologies for
example, television overcomes distance by bringing images of world events to
every part of the globe and companies increasingly use compute communication
to organize business on a worldwide basis, thereby allowing them greater accsess
to markets and the flexibility to move rapidly when conditions make it less
favorable for them to stay in one place (Spasialisasi adalah proses mengatasi
kendala ruang geografis dengan antara lain media massa dan teknologi
komunikasi misalnya. Televisi mengatasi jarak dengan membawa gambar dari
peristiwa dunia untuk setiap bagian dari dunia, dan perusahaan semakin
menggunakan komunikasi untuk mengatur bisnis di seluruh dunia. Sehingga,
memungkinkan mereka untuk mengakses pasar yang lebih besar dan fleksibilitas
untuk bergerak cepat ketika kondisi membuatnya kurang menguntungkan bagi
mereka untuk tinggal di satu tempat) (Mosco, 2009: 1-2).
Maka, spasialisasi adalah proses untuk mengatasi hambatan-hambatan
seperti ruang dan waktu dalam kehidupan sosial oleh industri media. Baik dalam
bentuk perluasan usaha seperti proses integrasi: Integrasi horizontal, integrasi
vertikal, dan integrasi internasionalisasi. Integrasi horizontal adalah: “When a firm
Universitas Sumatera Utara
32
Universitas Sumatera Utara
in one line of media buy a major interest in another media operation, not directly
related to the original business, or when it takes a major stake in a company
entirely outside of the media” (Ketika suatu perusahaan dibawah naungan sebuah
media yang mengambil keuntungan terbesar di perusahaan yang lain. Maka, tidak
langsung dihubungkan dari bisnis aslinya, atau ketika perusahaan yang sama
sekali tidak bergerak dalam media).
Pada praktiknya, integrasi horizontal adalah cross-ownership
(kepemilikan silang) beberapa jenis media massa (televisi, suratkabar, stasiun
radio, majalah dan tabloid) oleh suatu grup perusahaan media massa. Seperti yang
dilakukan KKG (Kelompok Kompas-Gramedia Group), MNC (Media Nusantara
Citra) Group, dan Trans Corp. Salah satunya KKG:
“Today KOMPAS still survive being the largest read by decision makers
and considered the also most respected newspaper in Indonesia. Their media
bussiness is become a big business with many of their companies are not directly
related to media, such as a hotel chain and toll road” (Hari ini KOMPAS masih
bertahan menjadi suratkabar terbesar yang paling banyak dibaca orang, termasuk
oleh para pengambil keputusan. Serta, dianggap sebagai suratkabar yang paling
dihormati. Bisnis mereka pun tersebar luas, dan tidak langsung bersentuhan
dengan media. Seperti jaringan hotel (Santika) sampai proyek jalan tol) (Hamid
dan Budianto, 2011: 53).
Integrasi vertikal adalah “The concentration of firms within a line of
business that extends a company‟s control over the process of production”. Yaitu
konsentrasi perusahaan dalam suatu jalur usaha atau garis bisnis yang memperluas
kendali sebuah perusahaan atas produksi. Di Indonesia, praktik integrasi vertikal
dilakukan oleh MNC Group milik pengusaha sekaligus Ketua Umum Partai
Perindo (Persatuan Indonesia) Hary Tanoesoedibjo. Adapun unit usaha dibawah
payung MNC Group antara lain: Media Penyiaran; RCTI, MNC TV, Global TV,
iNewsTV, Global Radio, V Radio, RDI, Sindo Trijaya FM. Media Cetak; Koran
Sindo, Genie (100% kepemilikan MNC), Mom & Kiddie (100% kepemilikan
MNC), Realita (100% kepemilikan MNC), HighEnd (80% kepemilikan MNC),
HighEnd Teen (80% kepemilikan MNC), Just for Kids Magazine. Media Online;
SINDOnews.com, Okezone.com (id.wikipedia.org).
Universitas Sumatera Utara
33
Universitas Sumatera Utara
Internasionalisasi atau globalisasi dipandang dari perspektif ekonomi
adalah konglomerasi ruang bagi global, yang dilakukan oleh perusahaan
transnasional dan negara, yang mengubah ruang melalui arus sumberdaya dan
komoditas, termasuk komunikasi dan informasi. Contoh untuk ini ialah Rupert
Murdoch: “The best example of a successful media conglomerate is News Corp.
The Company was created in 1980 by Rupert Murdoch in Australia” (Sampel
terbaik untuk konglomerasi media tersukses adalah News Corp. Perusahaan
tersebut didirikan oleh Rupert Murdoch di Australia) (Hamid dan Budianto, 2011:
53). News Corp menaungi media-media sebagai berikut: BskyB, Sky News, STAR
TV, Fox News Channel, Fox Crime, New York Post, National Geographic
Channel, The Weekly Standard, Baby TV, Fox Sport, 20th Century Fox dan Blue
Sky Studios (id.wikipedia.org).
3. Structuration (Strukturasi)
Strukturasi adalah kelanjutan bentuk vertical integration pada
spasialisasi, tetapi lebih kepada agen yang saling mempengaruhi dalam
kegiatan produksi di media massa akibat perbedaan akses antara
pekerja dan pemilik modal, sehingga menentukan kuasa siapa yang
berpengaruh pada saat bekerja. Atau Structuration is the process of
creating social relations, manily those organized around social class,
gender, and race (Strukturasi adalah proses menciptakan hubungan
sosial, terutama yang diselenggarakan di sekitar kelas sosial, jenis
kelamin, dan ras) (Mosco, 2009: 2).
Dari pemaparan di atas, jelas sekali bahwa teori Ekonomi Politik Media
Vincent Mosco memandang media sebagai institusi ekonomi. Sebab, seperti yang
dituliskan Usman Ks (2009: 5-8), bahwa untuk menghasilkan keuntungan,
perusahaan media tentu saling berkompetisi. Kompetisi antar industri media
adalah kompetisi memperebutkan khalayak dan pengiklan. Khalayak dan
pengiklan dalam ekonomi media disebut pasar. Dalam dunia media, tingkat, besar
atau jumlah khalayak suatu media bisa dilihat dari jumlah orang yang
mengonsumsi media tersebut. Tingkat atau besar khalayak bisa dilihat dari rating
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
atau share untuk televisi atau sirkulasi atau oplah untuk media cetak. Pengiklan
atau lembaga atau perorangan yang menggunakan media untuk menginformasikan
atau memasarkan produk mereka. Output dari pengiklan sebagai pasar adalah
reveneu atau penghasilan dari iklan suatu media.
Secara teoritis-kuantitatif, khalayak dan pengiklan sebagai pasar
mempunyai hubungan yang erat. Jika suatu produk media dikonsumsi oleh
banyak khalayak, pengiklan pun akan banyak, sehingga media tersebut
memperoleh keuntungan. Artinya secara teoritis-kuantitatif, semakin besar
khalayak maka akan semakin besar pendapatan dari pengiklan dan makin besar
pula keuntungan perusahaan media. Oleh karena itu, dalam upaya memenangkan
persaingan memperebutkan pasar tersebut, media sering kali mengabaikan
kepentingan publik. Media sering kali mengabaikan kualitas produk yang mereka
hasilkan demi mengejar keuntungan. Untuk itu, media dalam perspektif ekonomi
membutuhkan regulasi.
The political economist asks: How are power and wealth related and how are
these in turn connected to cultural and social life? The political economist of
communication wants to know how all of these influence and are influenced by
our systems of mass media, information, and entertainment. Political economy is
also note for its commitment to moral philosophy, which means that it cares about
the values that help to create social behaviour and about those moral principles
that ought to guide efforts to change it (Ekonom politik bertanya: Bagaimana
kekuasaan dan kekayaan terkait dan bagaimana pada gilirannya terhubung ke
kehidupan sosial dan budaya? Ekonom politik komunikasi ingin tahu bagaimana
semua pengaruh tersebut dan dipengaruhi oleh sistem kami media massa,
informasi, dan hiburan. Ekonomi politik juga dicatat untuk komitmennya untuk
filsafat moral, yang berarti peduli tentang nilai-nilai yang membantu untuk
menciptakan perilaku sosial dan tentang prinsip-prinsip moral yang harus
memandu upaya untuk mengubahnya (Mosco, 2009: 4).
Maka, teori ekonomi-politik media menjadi landasan teoritis dalam
memandang media sebagai institusi ekonomi. Dengan begitu, memandang media
sebagai institusi ekonomi mempunyai landasan teori yang kuat dalam dunia ilmu
komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Agenda Setting Media
“The press may not be successfully muck of the time in telling people what to
think, but it is stunningly successfull in telling its readers what to think about”
(Pers mungkin tidak sering berhasil memberi tahu orang apa yang harus
dipikirkan, tetapi Pers luar biasa berhasil dalam memberi tahu pembacanya apa
yang harus dipertimbangkan) (Cohen dalam Severin dan Tankard, 2008: 264-
265).
Denis McQuail mengatakan bahwa istilah „agenda setting‟ diciptakan oleh
Maxwell McCombs dan Donald Shaw dalam Public Opinion Quarteley tahun
1972, berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media. Dua peneliti dari
Universitas North Carolina untuk menjelaskan fenomena kegiatan kampanye
pemilihan umum (pemilu), yang telah lama diamati dan diteliti oleh kedua sarjana
tersebut.
Sejatinya, studi tentang efek media dengan pendekatan agenda setting
sudah dimulai pada tahun 1960-an. Dimana para peneliti yang lain juga telah
memiliki beberapa gagasan yang sangat mirip dengan hipotesis penentuan agenda.
Pernyataan yang lebih langsung tentang gagasan penentuan agenda terbit pada
artikel tahun 1958. Yang menyatakan bahwa dalam beberapa hal, surat kabar
(baca: Pers) adalah penggerak utama dalam menentukan agenda daerah. Surat
kabar memiliki andil besar dalam menentukan apa yang akan dibahas oleh
sebagian besar orang, apa pendapat sebagian besar orang tentang fakta yang ada,
dan apa yang dianggap sebagian besar orang sebagai cara untuk menangani
masalah.
Namun, popularitas teori agenda setting baru muncul pada hasil penelitian
karya McCombs dan Shaw mengenai fungsi khusus media. Sehingga, penelitian
oleh McCombs dan Shaw tersebut dianggap sebagai tonggak awal dari
perkembangan teori ini. McCombs dan Shaw menyatakan agenda setting adalah
proses dimana media memimpin masyarakat dalam menetapkan kepentingan
relatif untuk berbagi isu publik. Agenda setting mempengaruhi agenda publik
tidak dengan mengatakan “masalah ini penting” secara terang-terangan, tetapi
cukup dengan memberikan lebih banyak ruang dan waktu untuk masalah itu dan
dengan memberikan penonjolan lebih.
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
Kurt Lang dan Gladys Engel juga menghasilkan pernyataan awal tentang
gagasan penentuan media, dimana menurut mereka media massa memaksakan
perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa membangun citra publik tentang
figur-figur politik. Media massa sangat konstan menghadirkan objek-objek yang
menunjukkan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan
individu-individu dalam masyarakat.
Pernyataan lain tentang gagasan penentuan agenda setting yang diulangi
hampir dalam setiap buku atau artikel mengenai topik tersebut adalah pernyataan
Bernard Cohen (dalam Severin dan Tankard, 2008: 264-265) tentang kekuatan
Pers, yakni suratkabar (baca: Pers) mungkin tidak sering berhasil memberi tahu
orang apa yang harus dipikirkan, tetapi suratkabar luar biasa berhasil dalam
memberi tahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan.
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media dalam
menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan menjadikan isu tersebut tampak
lebih penting (isu yang menonjol/obstructive issues), dan isu-isu yang lain
dikurangi nilai pentingnya (isu yang tidak menonjol/unobstructive issues).
Kolumnis juga wartawan politik asal Amerika, Walter Lippman juga mengatakan
bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan-pencitraan ke
hadapan publik. Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan
pemilihan isu-isu; mana yang dianggap penting melalui penonjolan suatu
tayangan berita, dan sebaliknya. Sebab, fungsi penentuan agenda (agenda setting
function) mengacu pada kemampuan media dengan liputan berita yang diulang-
ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik (Severin dan
Tankard, 2008: 261).
Maka, ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan untuk memperjelas
teori ini:
1. Teori ini mempunyai kekuasaan penjelas untuk menerangkan mengapa
orang sama-sama menganggap penting suatu isu.
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
2. Teori ini mempunyai kekuatan untuk memprediksi sebab bahwa jika
orang-orang mengekspos pada suatu media yang sama, mereka akan
merasa isu yang sama tersebut penting.
3. Teori ini dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos
media yang sama, mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu
media itu penting.
Menurut Pamela J. Shoemaker dan Stephe D. Reese (1996: 184) dalam
buku Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content,
dengan memanfaatkan karya Herbert Gans dan Todd Gitlin mengusulkan lima
kategori utama pengaruh isi media:
1. Pengaruh dari pekerja media secara individu: Dimana aspek personal
seperti jenis kelamin, umur, agama, profesionalisme, serta orientasi
politik dari pengelolaan media mempengaruhi isi pemberitaan yang
akan ditampilkan kepada khalayak.
2. Pengaruh-pengaruh rutinitas media: Apa yang diterima media massa
dipengaruhi oleh praktik-praktik komunikasi sehari-hari
communicator/orang penghubung, termasuk deadline/batas waktu dan
kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam penerbitan, struktur
piramida terbalik untuk menulis berita, nilai berita, standar
objektivitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita.
Semua mekanisme dan proses tersebut ikut menentukan isi berita.
3. Pengaruh organisasi terhadap isi: Organisasi media memiliki beberapa
tujuan, dan menghasilkan uang sebagai salah satu yang paling umum
digunakan. Tujuan-tujuan organisasi media ini bisa berdampak pada isi
melalui berbagai cara. Jadi, bagian redaksi, pemasaran, iklan, sirkulasi,
dan juga umum tidak selamanya sejalan dalam menayangkan
pemberitaan. Contoh: Bagian redaksi ingin idealis dalam
memberitakan, tapi di sisi lain sirkulasi ingin suatu berita lebih
ditonjolkan karena ampuh menaikkan oplah penjualan.
4. Pengaruh terhadap isi dari luar organisasi media: Pengaruh-pengaruh
ini meliputi kelompok-kelompok kepentingan (Pemerintah, investor,
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
pengiklan dan masyarakat, serta lingkungan bisinis) yang melobi untuk
mendapatkan persetujuan (atau menentang) jenis-jenis isi tertentu,
orang-orang yang menciptakan pseudoevent untuk mendapatkan
liputan media, dan pemerintah yang mengatur isi secara langsung
dengan undang-undang pencemaran nama baik dan ketidaksopanan,
juga seperti ikut mempertimbangkan citra sumber berita, sumber
penghasilan (iklan), serta pelanggan ataupun konsumen media.
5. Pengaruh ideologi (worldview atau sudut/cara pandang): Walaupun
ideologi itu abstrak (tidak terlihat), namun ia menjadi pedoman
ataupun konsepsi posisi seseorang dalam menafsirkan suatu realitas.
Ideologi juga menggambarkan fenomena tingkat masyarakat. Ideologi
yang menyeluruh ini mungkin memengaruhi isi media massa dengan
banyak cara.
Lima kategori ini bervariasi mulai dari pengaruh pekerja media secara
individu (mikro) sampai pengaruh ideologi (makro) yang menggambarkan tingkat
yang paling “makro”. Kategori-kategori tersebut membentuk apa yang disebut
Shoemaker dan Reese sebagai “hierarki pengaruh”, dengan ideologi menempati
puncak hierarki dan perlahan-lahan turun ke bawah ke semua tingkatan yang
lainnya.
Selain itu, berikut beberapa dimensi yang berkaitan dengan agenda setting
seperti yang dikemukakan oleh Mainhem (dalam Severin dan Tankard) sebagai
berikut:
1) Agenda media
a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjolnya
berita.
b. Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak), yakni
relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c. Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak
menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
2) Agenda khalayak
a. Familiarity (keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak akan
topik tertentu.
b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi
kepentingan individu secara pribadi.
c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan antara senang
dengan tidak senang akan topik berita.
Sedangkan, agenda kebijakan tidak dimasukkan, karena tidak berkaitan
dengan produksi acara pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna.
Sebab, kasus tersebut tidak bersentuhan dengan politik ataupun kebijakan
pemerintahan.
2.2.8. Filsafat Post Structuralis Pierre Bourdieu
Sebagaimana dikutip dari rumahfilsafat.com, Pierre Bourdieu adalah
seorang pemikir Prancis yang hendak memahami struktur sosial masyarakat,
sekaligus perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalamnya. Baginya,
analisis sosial selalu bertujuan untuk membongkar struktur-struktur dominasi
ekonomi maupun dominasi simbolik dari masyarakat, yang selalu menutupi
ketidakadilan di dalamnya. Untuk itu, ia mengembangkan beberapa konsep yang
diperolehnya dari analisis data sosiologis, sekaligus pemikiran-pemikiran filsafat
yang ia pelajari.
Pierre Bourdieu lahir pada 1 Agustus 1930 di Denguin, Prancis. Ia
meninggal pada 23 Januari 2002 di Paris, Prancis. Ia dikenal sebagai intelektual
publik yang lahir dari pengaruh pemikiran Emile Zola dan Jean-Paul Sartre.
Konsep-konsep yang ia kembangkan amat berpengaruh di dalam analisis-analisis
sosial maupun filsafat di abad 21. Sebelum meninggal, ia mengajar di Lycee di
Moulins (1955-1958), University of Algeirs (1958-1960), University of Paris
(1960-1964), Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (dari 1964), dan
College de France (1982).
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
Di Perancis, ia mendirikan Centre for the Sociology of Education and
Culture. Dia sudah menulis beberapa buku, antara lain Sociologie de l‟Algerie
(1958; The Algerians, 1962), La Distinction (1979; Distinction, 1984), Le Sens
pratique (1980; The Logic of Practise, 1990), La Noblesse d‟etat (1989; The State
Nobility, 1996), dan Sur la television (1996; On Television, 1998). Tema-tema
bukunya berkisar kritik terhadap konsep sekaligus praktik ekonomi neoliberal,
globalisasi, elitisme intelektual, dan televisi.
Bourdieu juga menjadi editor untuk jurnal Actes de la recherche en
sciences sociales. Pada 1989, ia mendirikan Liber, sebuah review atas karya-
karyanya, dipublikasikan sebuah film dokumenter tentangnya. Judul film itu
adalah Sociology is a Combat Sport. Film tersebut disambut dengan baik di
Prancis.
Habitus
Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan
filsafati atas perilaku manusia. Dalam arti ini, habitus adalah nilai-nilai sosial
yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang
berlangsung lama, sehingga mengendap mencari cara berpikir dan pola perilaku
yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Habitus seseorang begitu kuat,
sampai memengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam
serta mengendap menjadi perilaku fisik disebutnya sebagai Hexis.
Contoh: Saya adalah seorang dosen filsafat politik dan filsafat sains. Sejak
kecil, saya terbiasa membaca buku. Ayah saya bekerja di toko buku, dan sering
membawakan buku komik, novel, koran, serta majalah terbaru untuk saya. Dunia
bacaan adalah dunia yang telah akrab di mata saya, sejak saya kecil.
Sewaktu SMU, saya tinggal di asrama. Di waktu-waktu kosong, karena
tidak banyak hiburan, saya mulai membaca buku yang tebal-tebal. Akhirnya,
kegiatan membaca pun menjadi suatu kebutuhan yang amat penting untuk saya.
Saya seolah tidak bisa hidup, tanpa membaca.
Universitas Sumatera Utara
41
Universitas Sumatera Utara
Sewaktu kuliah, saya diminta banyak menulis paper ilmiah. Saya pun
mulai belajar menulis, dan menyukai kegiatan itu. Di sisi lain, saya juga banyak
ikut kelompok diskusi di kampus. Kegiatan itu merangsang saya untuk berani
berpendapat, berargumen, dan mendengarkan pemikiran orang lain.
Dari sudut pandang teori Boudieu tentang habitus, saya sudah memiliki
habitus yang tepat untuk menjadi seorang pendidik, yakni habitus membaca,
menulis, dan berdiskusi. Habitus yang sama memungkinkan saya untuk lulus
kuliah dengan nilai yang lumayan baik, sehingga saya juga bisa menjadi pendidik
nantinya. Habitus tersebut saya peroleh dari penghayatan nilai-nilai yang ada di
lingkungan saya, yang kemudian mengendap menjadi cara berpikir dan pola
perilaku yang saya hayati sebagai manusia.
Kapital
Kapital adalah modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan
kesempatan-kesempatan di dalam hidup. Ada banyak jenis kapital, seperti kapital
intelektual (pendidikan), kapital ekonomi (uang), dan kapital budaya (latar
belakang dan jaringan). Kapital bisa diperoleh, jika orang memiliki habitus yang
tepat dalam hidupnya.
Habitus membaca, menulis, dan berdiskusi akan menghasilkan kapital
intelektual dan kapital budaya. Sementara, sikap rajin bekerja dan banyak jaringan
bisnis akan menghasilkan kapital ekonomi. Kapital bukanlah sesuatu yang mati,
melainkan hidup dan bisa diubah.
Karena kepemilikan kapital intelektual (pendidikan), orang bisa bekerja
sebagai pendidik, dan memiliki uang (kapital ekonomi) untuk hidup. Kapital
intelektual juga bisa diubah menjadi kapital budaya (jaringan yang banyak),
sehingga bisa memperkaya kapital intelektual itu sendiri. Kapital ekonomi juga
bisa diubah, misalnya dengan investasi, sehingga menghasilkan kapital ekonomi
dan kapital budaya yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
Arena
Arena adalah ruang khusus yang ada di dalam masyarakat. Ada beragam
arena, seperti arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, dan arena politik.
Jika orang ingin berhasil di suatu arena, maka ia perlu untuk mempunyai habitus
dan kapital yang tepat.
Misalnya di dalam arena pendidikan, jika ingin berhasil, orang perlu
memiliki habitus pendidikan (belajar, menulis, berdiskusi, membaca) dan kapital
intelektual (pendidikan dan penelitian) yang tepat. Jika ia tidak memiliki habitus
dan kapital yang tepat untuk dunia pendidikan, maka ia tidak akan berhasil di
dalam arena pendidikan.
Hal yang sama berlaku di dalam arena bisnis. Jika orang ingin berhasil
dalam bisnis, maka ia harus memiliki habitus yang tepat (ulet bekerja dan hemat)
serta kapital bisnis (uang sebagai modal usaha) maupun kapital budaya (jaringan
kenalan yang luas) yang tepat. Jika orang memiliki habitus dan kapital seorang
pendidik, dan ia terjun ke dalam dunia bisnis, maka kemungkinan besar, ia tak
akan berhasil.
Dengan demikian, konsep habitus, kapital dan arena terkait amat erat.
Untuk bisa berhasil dalam salah satu arena dalam hidup, orang perlu mempunyai
habitus dan kapital yang tepat untuk arena itu. Jika ia tidak memiliki habitus dan
kapital yang tepat untuk satu arena, maka ia, kemungkinan besar, akan gagal
dalam arena yang telah ia pilih tersebut.
Pendidikan
Bourdieu juga banyak berbicara tentang pendidikan. Baginya, pendidikan
adalah suatu proses penciptaan ulang dominasi sosial yang telah ada sebelumnya.
Pendidikan menutup pintu bagi orang-orang yang tidak memiliki habitus maupun
kapital sebagai seorang pembelajar. Dan orang-orang yang ditolak ini adalah
umumnya kelas ekonomi bawah yang memang tidak memiliki habitus maupun
kapital untuk belajar secara akademik.
Universitas Sumatera Utara
43
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, pendidikan, pada hakekatnya, bersifat diskriminatif.
Secara tidak langsung, pendidikan menindas orang orang-orang yang memang
sejak awal sudah “kalah”, baik secara ekonomi, maupun secara habitus belajar.
Secara mekanis, nyaris otomatis, pendidikan melestarikan kesenjangan sosial
antara si kaya dan si miskin, antara si “pintar” (memiliki habitus dan kapital
intelektual), dan si “bodoh” (tidak memiliki habitus maupun kapital intelektual).
Pendidikan, dengan demikian, menutupi sekaligus melestarikan
ketidakadilan serta kesenjangan sosial yang telah berlangsung lama di masyarakat.
Argumen ini diperoleh Bourdieu dari analisis terhadap data-data mahasiswa yang
memasuki fakultas-fakultas tenar di Prancis. Jika anda berasal dari keluarga yang
cukup kaya, dan memiliki habitus membaca, menulis, dan berdiskusi sejak kecil,
maka kemungkinan besar (tidak mutlak), anda akan belajar di fakultas-fakultas
tenar di perguruan tinggi-perguruan tinggi ternama di negara anda.
Status Bahasa
Bourdieu juga banyak menulis soal bahasa. Baginya, bahasa bukanlah alat
komunikasi yang bersifat netral, tanpa kepentingan. Pandangan semacam itu amat
naif, jika tidak mau dikatakan sebagai picik.
Sebaiknya, bagi Bourdieu, bahasa adalah simbol kekuasaan. Di dalam
bahasa tersembunyi dominasi simbolik serta struktur kekuasaan yang ada di dalam
masyarakat. Tata bahasa yang digunakan oleh seseorang mencerminkan kelas
sosial ekonominya di masyarakat. Dalam arti ini, sebagai sebuah simbol, bahasa
adalah suatu “teks” yang perlu untuk terus dipahami secara kritis.
Ilmu pengetahuan modern memiliki cita-cita untuk menjadi jalan utama
manusia sampai pada kebenaran. Para ilmuwan modern yakin, bahwa bahasa ilmu
pengetahuan adalah bahasa obyektif yang terbebaskan dari prasangka maupun
kekuasaan itu sendiri. Ilmu pengetahuan adalah jalan netral dan bebas hambatan
untuk sampai pada kebenaran.
Universitas Sumatera Utara
44
Universitas Sumatera Utara
Bagi Bourdieu, pandangan semacam ini amatlah picik. Dengan mengira
bahwa bahasa yang ia gunakan adalah netral, maka para ilmuwan secara sadar
menyembunyikan kepentingan-kepentingan dan pengaruh kekuasaan yang
terkandung dalam bahasa itu. Ini berarti mereka melakukan penipuan pada
masyarakat. Jika tidak sadar akan hal ini, maka mereka menjadi boneka dari
“kekuasaan simbolik” yang tengah berlangsung di masyarakat.
Dominasi Simbolik
Dominasi simbolik adalah penindasan dengan menggunakan simbol-
simbol. Penindasan ini tidak dirasakan sebagai penindasan, tetapi sebagai sesuatu
yang secara normal perlu dilakukan. Artinya, penindasan tersebut telah
mendapatkan persetujuan dari pihak yang ditindas itu sendiri.
Misalnya, guru yang otoriter di kelas, namun tidak mendapatkan
perlawanan apaun dari muridnya, karena muridnya telah menyetujui “penindasan”
yang dilakukan oleh gurunya. Atau seorang istri yang tidak dapat membela diri,
walaupun telah dirugikan oleh suaminya, karena ia, secara tidak sadar, telah
menerima statusnya sebagai yang tertindas oleh suaminya.
Mekanisme dominasi simbolik nantinya memuncak pada pemikiran
Bourdieu tentang doxa. Secara singkat, doxa adalah pandangan penguasa yang
dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat. Masyarakat tidak lagi memiliki
sikap kritis pada pandangan penguasa.
Doxa menunjukkan, bagaimana penguasa bisa meraih, mempertahankan,
dan mengembangkan kekuasaannya dengan mempermainkan simbol yang
berhasil memasuki pikiran yang dikuasai, sehingga mereka kehilangan sikap
kritisnya pada penguasa. Pihak yang dikuasai melihat dirinya sama dengan
penguasa. Mereka ditindas, tetapi tidak pernah merasa sungguh ditindas, karena
mereka hidup dalam doxa.
Universitas Sumatera Utara
45
Universitas Sumatera Utara
2.2.9. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) Norman
Faiclough
Model Analisis Wacana Kritis berpandangan bahwa wacana dapat
dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam masyarakat
untuk memperbesar kekuasaannya (Eriyanto, 2001: 342). Dan, telah banyak pakar
komunikasi yang mengembangkan Analisis Wacana Kritis tersebut. Berikut ini
karakteristik penting dari analisis wacana kritis dari tulisan Teun A. Van Dijk,
Norman Fairclough dan Wodak:
1. Tindakan, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action).
2. Konteks, analisis wacana kritis mempertimbangkan aspek konteks dari
wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi.
3. Historis, wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat
dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya.
4. Kekuasaan, analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen
dalam analisisnya.
5. Ideologi, ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana
yang bersifat kritis.
Salah satunya adalah Norman Fairclough. Seperti juga Teun A. Van Dijk,
analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan besar: “Bagaimana
menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro?”. Oleh
karena itu, Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang
mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya. Sehingga ia
mengkombinasikan tradisi analisis tekstual yang selalu melihat bahasa dalam
ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian besar
dari Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Fairclough
memiliki ciri khasnya tersendiri dalam menganalisis sebuah pemberitaan di media
massa. Ia menganalisis sebuah pemberitaan menjadi tiga dimensi, yaitu: teks
(text), praktik wacana (discourse practise), dan praktik sosial budaya
(sociocultural practise).
Universitas Sumatera Utara
46
Universitas Sumatera Utara
Description (text analysis)
Interpretation (processing analysis)
Explanation (social analysis)
Dimensions of discourse Dimensions of discourse analysis
Gambar 2.3 Analisis Wacana Kritis metode Norman Fairclough.
Penghubung antara analisis teks dengan praktik sosial budaya adalah
praktik wacana. Sebuah teks diproduksi atau diinterpretasi dalam wacana
tergantung dari praktik wacana dan diskusi bersama saat di ruang redaksi. Sifat
dari praktik wacana adalah membentuk produksi teks dan meninggalkan hakikat
dasar dari kenyataan yang sebenarnya. Sifat dari produksi wacana juga tergantung
pemahaman yang ditentukan dari ruang redaksi.
Norman Fairclough (1995: 37-38) mengibaratkan praktik wacana seperti
apa yang terjadi dalam institusi sekolah yang menghubungkan antara seorang guru
dan murid-muridnya. Hubungan ini akhirnya ditentukan pada level bentuk sosial
antara sekolah dan sistem ekonomi, sehingga semua tindakan yang ada di sekolah
dipengaruhi oleh faktor institusi.
Peraturan institusi yang dianalogikan Norman Fairclough ini seperti
kinerja pada sebuah media massa. Hubungan antara wartawan dan pemimpin
redaksi saat menentukan tema sebuah pemberitaan ditentukan oleh institusi media,
yang tentunya amat memperhatikan aspek situasional. Misal: Konteks situasi atau
konteks dari media terkini, yang bersinggungan langsung dengan masyarakat
ataupun budaya politik tertentu. Lagipula, kebijakan redaksi tidak mungkin lepas
Sociocultural Practise
(Situational, Institutional, Societal)
Process of production
Process of interpretation
Discourse Practise
Text
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
dari ideologi dan relasi kuasa media massa tersebut. Oleh karena itu, suatu teks
berita adalah hasil praktik wacana, yang muncul dari kebijakan redaksi media
yang telah diatur sebelumnya.
Sedangkan, level sosial dapat dilihat dari teks yang muncul dalam
pemberitaan. Teks tak hanya menggambarkan peristiwa yang ada, tetapi di
dalamnya tersembunyi maksud tertentu. Peristiwa ini terlukiskan melalui
koherensi (keterpaduan) pada sebuah berita yang kemudian menjadi sebuah
paragraf. Paragraf kemudian saling terhubung dengan paragraf lain, sehingga
menjadi sebuah wacana dalam sebuah pemberitaan.
Universitas Sumatera Utara
48
Universitas Sumatera Utara
2.3. Model Teoritis
Model Teoritis merupakan acuan konseptual yang didasari pada prediksi
data yang diamati melalui fluktuasi fenomena secara garis besar. Dengan adanya
model teoritis diharapkan agar peneliti dapat menjalankan penelitian kualitatif
secara terstruktur dan efektif.
Gambar 2.4 Model Teoritis.
RELASI KUASA MEDIA DALAM SIARAN LANGSUNG
SIDANG KASUS PEMBUNUHAN MIRNA Di tvOne
Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough
1. Mengetahui praktik wacana dibalik produksi
acara pada siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna di tvOne.
2. Mengetahui relasi kuasa media dilihat dari
komodifikasi pada siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna di tvOne.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Menurut Pujileksono (2015: 4), metode penelitian adalah analisis teori
atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian. Metode
penelitian komunikasi adalah prosedur atau cara ilmiah dalam melakukan
penelitian bidang komunikasi untuk menemukan hal-hal baru,
membuktikan/menguji temuan penelitian sebelumnya atau untuk pengembangan
ilmu komunikasi.
Metode penelitian umumnya dibagi kedalam dua bagian, yaitu metode
penalaran deduktif dan metode penalaran induktif. Metode penalaran deduktif
melahirkan metode analisis kuantitatif dan digunakan untuk melayani tujuan
verifikasi teori atau hipotesis. Sedangkan, metode penalaran induktif melahirkan
metode analisis kualitatif, dan digunakan untuk memenuhi tujuan heuristik
(Arifin, 2013: 35).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
secara mendalam. Seperti yang dikatakan Kriyantono (2008: 35), metode
kualitatif tidak mengutamakan populasi dan sampling, sehingga penelitian
tersebut bersifat subjektif yang hasilnya bukan untuk digeneralisasikan.
3.2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne dari tanggal 15 Juni 2016
(sidang perdana) sampai dengan 27 Oktober 2016 (sidang ke-31).
3.3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah tvOne. Yang
merupakan salah satu televisi swasta yang paling gencar memberitakan siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna sampai berjam-jam lamanya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
3.4. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh rangkaian berita terkait
siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne. Unit tersebut akan
dianalisis pada dimensi sosiocultural practise (praktik sosial budaya) dalam
Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough, dan konsep komodifikasi pada
Ekonomi Politik Media Vincent Mosco. Dengan tiga level analisis sociocultural
practise seperti situasional, institusional, dan sosial akan melihat bagaimana
praktik wacana dibalik produksi acara tersebut. Sedangkan, pada konsep
komodifikasi akan melihat bagaimana relasi kuasa media pada siaran
langsungnya.
3.5. Metode Analisis Data
Menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2001: 327) ada tiga tahap analisis
wacana kritis yang digunakannya, yaitu deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap eksplanasi yang bertujuan
untuk mencari penjelasan, dan mencoba menghubungkan produksi teks tersebut
dengan praktik sociocultural di tempat media itu (baca: tvOne) berada.
3.6. Kerangka Analisis
Analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan
untuk menjelaskan fakta tersebut. Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan
untuk mencari data dalam frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis makna
dari data yang tampak di permukaan (Bungin, 2008: 39).
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
Studi Kepustakaan merupakan bentuk teknik pengumpulan data yang
berasal dari berbagai sumber literatur yang diperoleh dari buku, internet,
koran dan lain-lain yang menjadi media referensi atas kepentingan
keragaman informasi penelitian.
2. Studi Dokumen
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dianalisis dari
penelusuran penayangan pemberitaan sidang kasus pembunuhan Mirna
yang dapat diakses dan diunduh kembali melalui Youtube.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini peneliti lakukan sejak bulan Oktober atau sejak disetujuinya
proposal penelitian, dan akan dilakukan hingga Desember (3 Bulan) sesuai
dengan tenggang waktu yang diberikan Departemen Ilmu Komunikasi
dalam pengerjaan skripsi.
3.8. Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan mengajukan empat
kriteria keabsahan data yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Empat
hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi Data: Menggunakan berbagai sumber data seperti
dokumen, arsip, kepustakaan, dan hasil observasi.
2. Triangulasi Pengamat: Adanya pengamat di luar peneliti yang turut
memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen
pembimbing skipsi bertindak sebagai pengamat (expert judgement)
yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi Teori: Penggunaan berbagai teori yang berkesesuaian
dengan tujuan yang hendak dicapai, untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini,
berbagai teori telah dipaparkan pada Bab II Kajian Pustaka untuk
dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
52
Universitas Sumatera Utara
4. Triangulasi Metode: Penggunaan metode untuk meneliti suatu hal.
Dalam penelitin ini, peneliti melakukan metode observasi lewat siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne yang dapat
diunduh kembali lewat Youtube.
3.9. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dari Analisis
Wacana Kritis Norman Fairclough, terutama pada dimensi sociocultural practise
(praktik sosial budaya) yang terdiri dari tiga level analisis, yaitu: Situasional,
institusional, dan sosial. Peneliti melakukan analisis praktik wacana sosial budaya
dengan konteks relasi kuasa media dilihat dari komodifikasi pada siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Sidang kasus pembunuhan Mirna, barangkali merupakan salah satu sidang
yang paling menyedot perhatian publik di era kebebasan Pers kini. Setidaknya,
dibutuhkan 31 kali persidangan sebelum tiba saatnya vonis. Persidangan bukan
hanya menyajikan adu fakta dan bukti, melainkan juga adu argumentasi serta
keilmuan para ahli yang khas dan mulai menjurus ke dramaturgi, semakin
menambah efek dramatisasi pemberitaan tiap-tiap media yang meliputnya. Dan,
tvOne merupakan salah satu televisi swasta me-nasional yang ikut dengan
intensnya dalam memberitakan masalah ini. Sekaligus menjadikan kasus ini
sebagai komoditi media paling laku di pasaran.
Seperti dikutip dari mediaindonesia.com (27 Oktober 2016), sepanjang
sidang kasus kematian Mirna yang bergulir sejak 15 Juni 2016, total ada 46 saksi
yang memberikan keterangan. Dari 46 saksi itu, 30 saksi dihadirkan Jaksa
Penuntut Umum (JPU). Sebanyak 17 diantaranya merupakan saksi fakta. Mulai
dari keluarga Mirna hingga para pegawai Kafe Olivier.
Sementara itu, 13 diantara mereka merupakan saksi ahli, yang terdiri dari
dua ahli forensik, dua ahli toksikologi, dua ahli psikologi, dan satu ahli psikiatri.
Jaksa juga menghadirkan dua ahli digital forensik, satu ahli hukum pidana, dan
satu ahli kriminologi. Selain itu, Jaksa turut pula menghadirkan seorang polisi dari
Australia untuk menjadi saksi pada kesempatan pamungkas. Disamping itu, bos
Jessica di Australia, Kristie Louis Charter juga ikut tercantum dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP).
Sedangkan, tim Kuasa Hukum Jessica Kumala Wongso menghadirkan 16
saksi. Sebanyak tiga diantaranya merupakan tamu terdekat dari meja nomor 54,
tempat Jessica, Mirna, dan Hani Juwita Bwon ngopi bareng di Kafe Olivier. Tim
Kuasa Hukum Jessica yang dimotori oleh Otto Hasibuan, menghadirkan 13 saksi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
54
Universitas Sumatera Utara
ahli; tiga ahli patologi forensik dari Australia, satu ahli patologi anatomi, dua ahli
toksikologi, dua ahli psikologi, dan satu ahli psikologi klinis. Kubu Jessica juga
menghadirkan satu ahli digital forensik, satu ahli kriminologi, dan dua ahli hukum
pidana.
Seluruh saksi dinyatakan rampung diperiksa pada sidang ke-25 (26/9).
Jessica bersaksi pada sidang ke-26 (28/9). Jaksa lalu membacakan tuntutan pada
sidang ke-27 (5/10). Kala itu, Jaksa mantap menuntut hukuman 20 tahun penjara
terhadap Jessica.
Kubu Jessica membacakan nota pembelaan (pledoi) pada sidang ke-28
(12/10). Jessica menangis sepanjang membacakan pledoinya. Begitupula Tim
Kuasa Hukum Jessica. Sebanyak lebih dari 3.000 halaman nota pembelaan
disusun oleh Tim Kuasa Hukum Jessica. Dari jumlah itu, terangkum dalam 245
halaman pledoi yang dibacakan. Butuh dua hari buat merampungkan pembacaan
pledoi kubu Jessica. Jaksa menjawab semua pledoi Jessica pada replik yang
dibacakan pada sidang ke-29 (17/10). Kubu Jessica menanggapi replik Jaksa
lewat dupliknya yang dibacakan pada sidang ke-30 (20/10).
Hari Kamis, 27 Oktober 2016 (sidang ke-31) tiba waktunya bagi majelis
hakim menjatuhkan vonis 20 tahun penjara. Nasib Jessica tersebut diketuk palu
oleh hakim yang dipimpin Kisworo Handoyo dengan Hakim Anggota, Partahi
Hutapea dan Binsar Gultom. “Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan karena itu
menjatuhkan hukuman selama 20 tahun penjara,” sebut Hakim Ketua Kisworo
Handoyo dalam amar putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus).
Belakangan, Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan mengungkapkan
kekecewaannya terhadap majelis hakim, yang dinilai tidak adil dalam
memberikan vonis. Kuasa Hukum Jessica mengajukan banding. Adapun poin
banding yang pertama yaitu tidak adanya bukti atau saksi yang melihat Jessica
menaruh sianida. Kedua, terkait BB IV (Barang bukti nomor empat), yang
merupakan sampel cairan lambung yang diambil 70 menit pasca kematian Mirna
di RS Abdi Waluyo, Jakarta Pusat. Sampel cairan itu dinyatakan negatif zat
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
sianida. Namun, majelis hakim dianggap tidak memasukkan BB IV ke dalam
pertimbangannya. Ketiga, mempermasalahkan pernyataan hakim terkait Jessica
yang paling lama menguasai kopi Mirna, sehingga dianggap paling
memungkinkan memasukkan sianida saat itu. Keempat, keabsahan CCTV;
pemindahan file rekaman tidak dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Terlebih, rekaman CCTV yang asli dari Kafe Olivier sudah dihapus. Kelima,
tentang tangisan Jessica yang dianggap sandiwara saat pledoi dianggap tidak
layak dijadikan pertimbangan vonis.
“Masa orang dihukum karena tangisan, orang dihukum karena tidak ada
ingus. Jadi seakan-akan kalau orang nangis harus sampai keluar ingus dan air
mata sampai ke bibir. Kalau nggak bisa dipidana. Jadi pertimbangan seperti ini
kan menurut saya kurang etis,” Otto Hasibuan memungkasi (liputan6.com, 31
Oktober 2016).
Frekuensi sidang kasus pembunuhan Mirna yang telah disiarkan secara
langsung oleh tvOne adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Sidang Kasus Pembunuhan Mirna yang disiarkan tvOne secara live.
Frekuensi Sidang Tanggal Pelaksanaan
Sidang
Agenda Sidang
Sidang ke-1
32:47
Breaking News
Live
Youtube
15 Juni 2016 Kuasa Hukum Jessica
menyampaikan keberatan
dakwaan dari pihak JPU,
yang mendakwa Jessica
melakukan tindak
pembunuhan berencana.
Kuasa Hukum Jessica
juga menjelaskan
beberapa kejanggalan atas
dakwaan Jaksa, seperti:
Asal sianida yang tidak
bisa dibuktikan dan tak
ada saksi yang melihat
Mirna diracun. Sehingga,
Kuasa Hukum Jessica
menilai dakwaan Jaksa
tak masuk akal dan sumir
(terlalu terburu-buru
dalam mengambil suatu
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
kesimpulan).
Sidang ke-2
03:09
Kabar Petang
Recorder Event
Youtube
21 Juni 2016 Pemberitaan tvOne terkait
eksepsi Jessica yang
ditolak. Selain itu, JPU
juga menegaskan bahwa
Jessica terlibat
pembunuhan berencana,
sekaligus membantah
dakwaan mereka tidak
jelas.
Sidang ke-3
06:04
Kabar Siang
Recorder Event
Youtube
28 Juni 2016 Majelis Hakin menolak
seluruh eksepsi yang
diajukan Kuasa Hukum
Jessica Kumala Wongso.
Pada persidangan dengan
agenda pembacaan
putusan sela ini, keluarga
almh. Mirna turut hadir,
seperti: Ayah Mirna
(Darmawan Shalihin),
saudari kembar Mirna
(Sandy Shalihin) dan juga
suami Mirna (Arief
Soemarko).
Sidang ke-4
04:26
Kabar Siang
Live
Youtube
12 Juli 2016 Dengan agenda
menghadirkan saksi dari
keluarga almh. Mirna,
jaksa menghadirkan tiga
saksi, yaitu: Ayah, saudari
kembar, dan suami Mirna.
Sidang ke-5
25:23
Kabar Siang
Live
Youtube
13 Juli 2016 Hakim memutar rekaman
CCTV sebagai barang
bukti kunci, selain
daripada kesaksian Hani
Juwita Bwon. Mirna
sendiri meninggal pada 6
Januari 2016 pasca
menyeruput es kopi
Vietnam pesanan Jessica,
yang membuatnya
mengalami kejang dan
susah bernafas. Dalam
persidangan itu, juga turut
ditunjukkan barang bukti
berupa gelas dan sisa es
kopi Vietnam yang
diminum korban.
Sidang ke-6 21 Juli 2016 Dengan agenda
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
1:36:17
Kabar Siang
Live
Youtube
mendengarkan keterangan
dari tiga pegawai Kafe
Olivier yang dihadirkan
pihak JPU. Salah satunya
ialah peracik kopi
Vietnam korban, Rangga.
Selain itu, Jaksa juga
menunjukkan beberapa
alat bukti. Namun, banyak
tayangan-tayangan yang
tidak perlu, seperti: Jaksa
yang menanyakan proses
pembuatan kopi, dan
perdebatan seputar “Es
batu dulu atau susu dulu
yang dimasukkan?” antara
pengacara Otto Hasibuan
dan Hakim kepada saksi
Rangga. Serta perdebatan
terkait perbedaan rentang
waktu kedatangan Jessica
ke Kafe Olivier (pukul
18:14) dengan pukul
dimana kopi dipesan
(18:08). Sehingga,
tayangan semacam ini
benar-benar dapat
mengurangi kesempatan
pemirsa guna memperoleh
ragam informasi lain
sebagaimana teguran KPI.
Namun, konten siaran
yang penuh perdebatan
(baca: menarik) mampu
menjadikan siaran
langsung ini sayang untuk
dilewatkan.
Sidang ke-7
25:26
Kabar Siang
Live
Youtube
23 Juli 2016 Dengan agenda
mendengarkan saksi fakta
dari pihak JPU, yaitu
Barista Kafe Olivier,
Rangga. Disini Rangga
menjelaskan keseluruhan
proses pembuatan kopi,
dan mengakui aroma kopi
Vietnam yang diseruput
Mirna berbau menyengat.
Selain itu, Jaksa juga
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan struk
pembayaran, sebagai
bukti pesanan kopi
Vietnam yang dipesan
Jessica pada pukul 16.09
wib. Dimana pesanan
kopi untuk meja nomor 54
itu langsung dibayarkan
Jessica (bill out).
Sidang ke-8
01:44:08
Kabar Khusus Live
Youtube
27 Juli 2016 Kesaksian pegawai dan
manajer Kafe Olivier,
Devi, serta Hani Juwita
Bwon. Dalam persidangan
itu, Devi menjelaskan
teknis penyajian kopi.
Namun Hakim sempat
mengkonfrontir
keterangannya yang
melebar dan berbelit-belit.
Sidang ke-9
02:27:49
Kabar Khusus Live
Youtube
28 Juli 2016 Dengan agenda
mendengarkan keterangan
saksi fakta, yakni
resepsionis Kafe Olivier,
Resmiati. Selain itu,
Hakim juga
mengkonfrontir kembali
sejumlah saksi yang telah
dihadirkan pada
persidangan sebelumnya.
Seperti Manager, Devi
dan pegawai, Sari.
Rekaman CCTV juga
kembali diperlihatkan
beserta barang bukti lain,
seperti gelas dan sisa ice
coffee Vietnam milik
korban. Namun sempat
diwarnai perdebatan soal
keabsahan barang bukti
antara Jaksa dan
Pengacara.
Sidang ke-10
02:37:27
Kabar Khusus
Live
Youtube
3 Agustus 2016 Sejatinya menghadirkan
saksi fakta dari polisi
yang mengamankan
barang bukti. Namun,
belakangan polisi tersebut
tak dapat dihadirkan
lantaran sakit. Oleh
Universitas Sumatera Utara
59
Universitas Sumatera Utara
karena itu, sempat terjadi
perdebatan antara
Penasehat Hukum dengan
JPU atas kehadiran saksi
ahli yang tidak sesuai
dengan rundown agenda
persidangan. Namun pada
akhirnya, Majelis Hakim
setuju saksi ahli untuk
dihadirkan. Sehingga,
agenda persidangan
berubah menjadi
mendengarkan saksi ahli
forensik, dr Slamet
Purnomo. Dokter
Spesialis Forensik ini juga
sempat memeriksa
jenazah Mirna yang sudah
diawetkan. Ia menyatakan
menemukan bercak-
bercak hitam dan rusak
baik pada sampel
lambung maupun bibir
dalam tubuh jenazah
Mirna. dr Slamet
meyakini adanya zat
korosif (baca: racun
sianida) yang merusak
kedua organ tersebut
hingga korban meninggal
dunia.
Sidang ke-11
Terbagi ke dalam 3
video berdurasi selama
03:46, 16:29 dan 16:01
Kabar Khusus dan
Kabar Siang
Youtube Langganan
tvOne
10 Agustus 2016 Dengan agenda
mendengarkan keterangan
saksi ahli digital forensik
Bareskrim Polri, Ajun
Komisaris Besar M. Nuh
Al-Azhar dari pihak JPU.
Pada persidangan yang
berlangsung di PN Jakpus
itu, Nuh mengungkapkan
beberapa kejanggalan dari
tingkah laku Jessica,
seperti sering menoleh ke
belakang, terlihat
membuka tas,
memindahkan gelas kopi
ke ujung meja,
memindahkan paper bag,
Universitas Sumatera Utara
60
Universitas Sumatera Utara
dan beberapa kali
menggeser posisi duduk.
Sidang ke-12
Siaran Langsung
persidangan ini
berdurasi selama 6:36
Kabar Khusus
Youtube Langganan
tvOne
15 Agustus 2016 Mendengarkan keterangan
saksi ahli psikologi,
Antonia Ratih Andjayani
dari pihak JPU. Pada
persidangan di PN Jakpus
itu, Ratih mengungkapkan
perilaku Jessica tidak
wajar saat melihat Mirna
dalam kondisi sekarat.
Dan sempat terjadi
perdebatan di ruang
sidang antara saksi ahli
psikologi, Antonia Ratih
Andjayani dan tim kuasa
hukum Jessica, Otto
Hasibuan. Pada
persidangan di PN Jakpus
itu, Otto tidak terima
kliennya dikatakan
menunjukkan perilaku
yang tidak wajar saat
melihat Mirna dalam
kondisi sekarat.
Sidang ke-13
Siaran langsung
persidangan ini
berdurasi selama 2:56
Kabar Siang
Youtube Langganan
tvOne
18 Agustus 2016 Natalia Widiasih
Rahardjanti, saksi ahli
psikiatri forensik/ahli
kejiwaan RSCM kubu
JPU mengatakan Jessica
tidak mengalami
gangguan jiwa.
Sidang ke-14
05:47:01
Kabar Khusus
Live
Youtube
25 Agustus 2016 I Made Gelgel, saksi ahli
toksikologi forensik dan
ahli hukum pidana, Prof.
Dr. Edward Omar Sharif
Hiariej dari pihak JPU
memberikan
keterangannya. Made
mengungkapkan
kegunaan obat yang
ditemukan dalam tas
Jessica adalah untuk
pengobatan depresi.
Adapun Pengacara
Jessica, Otto Hasibuan
keberatan dengan
keterangan yang diajukan
Universitas Sumatera Utara
61
Universitas Sumatera Utara
saksi ahli hukum pidana,
Prof. Dr. Edward Omar
Sharif Hiariej.
Menurutnya saksi ahli
yang dihadirkan tersebut
tidak lagi independen
(netral) dalam
kesaksiannya. Sebab telah
berkeyakinan bawa
Jessica Kumala Wongso
lah sebagai pembunuh
Wayan Mirna Shalihin.
Perdebatan pun sempat
terjadi antara Otto dan
Shandy Handika (pihak
JPU).
Sidang ke-15
1:31:02
Kabar Khusus
Live
Youtube
29 Agustus 2016 Mendengarkan keterangan
saksi fakta, yakni dokter
dari Rumah Sakit Umum
Abdi Waluyo yang
menangani Mirna.
Keduanya yakni dokter
Prima Yudho dan dokter
Ardianto yang dihadirkan
dari pihak JPU. Keduanya
menyatakan kronologis
kejadian kematian Mirna
dan kondisi tubuh korban
pada saat itu. Sempat
terjadi perdebatan antara
JPU dan Penasehat
Hukum terkait kematian
Mirna pra atau pasca
berada di RS tersebut.
Sidang ke-16
2:48:26
Kabar Khusus
Live
Youtube
31 Agustus 2016 Mendengarkan keterangan
dari saksi ahli Dokter
Forensik, dr. Budi
Sampurna, yang telah
banyak menangani kasus
kematian akibat racun.
Salah satu yang
ditanganinya ialah kasus
Munir dengan racun
arsenik. Ada banyak hal
yang dijelaskan oleh dr.
Budi seperti bagaimana
prosedur visum jenazah,
autopsi (pemeriksaan luar
Universitas Sumatera Utara
62
Universitas Sumatera Utara
dalam jenazah) yang tak
harus memerlukan izin
keluarga, guna
mengetahui penyebab
kematian. Meski demikian
dr. Budi menambahkan
merupakan suatu hal yang
lazim, jika pihak keluarga
menolak untuk
dilakukannya autopsi.
Selain itu, saksi juga
menjelaskan tanda dan
efek dari kematian akibat
sianida, seperti: Sianida
yang bereaksi cepat di
lambung, tubuh kejang-
kejang, serta menyerang
otak dan jantung juga
organ-organ yang
membutuhkan oksigen.
Dan sempat terjadi
perdebatan antara pihak
JPU dan Penasehat Umum
terkait gejala kematian
Mirna sesuai dengan
akibat sianida atau mati
akibat sianida.
Sidang ke-17
5:29:46
Kabar Pagi
Live
Youtube
1 September 2016 Jessica dinilai
mengintervensi kopi
Mirna dan berperilaku tak
lazim saat Mirna sekarat.
Hal itu diungkapkan oleh
Sarlito Wirawan, saksi
ahli psikolog UI yang
dihadirkan kubu JPU.
Persidangan itu juga turut
menghadirkan saksi ahli
kriminolog UI, Ronny
Nitibaskara yang
menganalisis pribadi dan
gerak-gerik Jessica di
Kafe Olivier.
Menurutnya, Jessica
memiliki kepribadian
narsistik, emosional dan
sensitif serta cemas.
Sehingga kepribadian
tersebut menjadikan
Universitas Sumatera Utara
63
Universitas Sumatera Utara
Jessica berpotensi untuk
melakukan kekerasan.
Keterangannya tersebut
sontak membuat Jessica
angkat bicara,
sebagaimana sebelumnya
pengacara Otto Hasibuan
juga mempertanyakan
kesimpulan ahli tersebut.
Sidang ke-18
5:11:49
Kabar Khusus
Live
Youtube
5 September 2016 Merupakan persidangan
yang baru dinyatakan
rampung pada pukul
23:25 wib. Persidangan
tersebut menghadirkan
saksi ahli untuk
meringankan terdakwa
Jessica. Yaitu ahli
patologi senior dari
Queensland University,
Australia, Prof. Beng-
Beng Ong yang
didampingi oleh
penerjemah tersumpah,
Arief. Dalam persidangan
tersebut sempat diwarnai
suasana cekcok, karena
JPU keberatan dengan
visa kunjungan yang
digunakan oleh saksi ahli.
Secara keseluruhan,
keterangan Prof. Beng-
Beng Ong bertolak
belakang dengan
keterangan dari saksi-
saksi ahli sebelumnya
yang dihadirkan pihak
JPU. Salah satu
kesimpulannya ialah
bahwa penyebab kematian
Mirna tidak dapat
dipastikan alias besar
kemungkinan kematian
Mirna bukan karena
sianida.
Sidang ke-19
1:51:31
Kabar Khusus
Live
7 September 2016 Menghadirkan saksi fakta
yang berada di TKP untuk
meringankan terdakwa
Jessica. Yakni Hartanto
Universitas Sumatera Utara
64
Universitas Sumatera Utara
Youtube Sukmono dan Saiful
Hidayat yang datang
pukul 16.00 wib ketika itu
untuk suatu urusan bisnis.
Sebelumnya kedua saksi
tersebut juga telah
diperiksa oleh penyidik.
Sidang ke-20
8:35:15
Kabar Khusus
Live
Youtube
14 September 2016 Menghadirkan saksi ahli
toksikologi kimia dari
pihak Jessica, Dr. rer. nat
(doktor ilmu sains)
Budiawan dan ahli
patologi forensik, dr.
Gatot Susilo Lawrence.
Keduanya menyimpulkan
bahwa penyebab kematian
Mirna tidak dapat
dipastikan, dan
menekankan pentingnya
melakukan autopsi
terhadap jenazah Mirna.
Sidang ke-21
06:16, 12:01, 09:11,
02:24 (versi Youtube
langganan tvOne)
2:29:14 (versi Youtube)
Kabar Khusus
Live
15 September 2016 Menghadirkan saksi ahli
digital forensik, Rismon
Hasiholan Sianipar dari
pihak Jessica, dan
dilanjutkan dengan saksi
ahli psikiater, dr.
Irwansyah. Rismon
menyatakan video CCTV
kematian Mirna diduga
hasil modifikasi ilegal
(tampering), yang terbagi
ke dalam tiga video, yaitu:
06:16, 12:01, dan 9:11.
Sedangkan video
berdurasi 02:24
merupakan detik-detik
Roy Suryo diusir dari
ruang persidangan Jessica.
Kesemua video di atas
tanpa jeda iklan (versi
Youtube langganan
tvOne). Adapun, dr.
Irwansyah mengatakan
kemampuan mengontrol
emosi Jessica merupakan
suatu hal yang wajar.
Video tersebut berdurasi
Universitas Sumatera Utara
65
Universitas Sumatera Utara
selama 2:29:14 tanpa jeda
iklan (versi Youtube).
Sidang ke-22
Keterangan Ahli
Kriminologi (3:19),
Dewi Haroen kritisi
saksi ahli sebelumnya
(3:56), dan Jaksa
pertanyakan metode
pemeriksaan ahli (4:12)
tanpa jeda iklan (versi
Youtube langganan
tvOne)
Keterangan Ahli
Psikolog Klinis
(2:18:53) tanpa jeda
iklan (versi Youtube).
Kabar Pagi dan Kabar
Khusus
Live
19 September 2016 Kubu Jessica
menghadirkan tiga saksi
ahli dari Universitas
Indonesia (UI), yakni
psikolog Dewi Taviana
Walida Haroen,
Kriminolog Eva Achjani
Zulfa, dan psikolog klinis
Agus Mauludi. Dalam
kesaksiannya, ketiga
pakar itu membantah
keterangan-keterangan
yang diuraikan sejumlah
ahli dari pihak JPU.
Mereka menyatakan
bahwa keterangan yang
disampaikan ahli dari JPU
salah. Bahkan, hasil
pemeriksaan beberapa
ahli terhadap Jessica
dianggap tidak sah secara
metode keilmuan.
Sidang ke-23
04:33:19
Kabar Khusus
Live
Youtube
21 September 2016 Mendengarkan keterangan
saksi ahli toksikologi,
Michael Robertson dari
Monash University,
Australia. Ahli tersebut
menyatakan sianida di
lambung sebesar 0,2 mg
(miligram) tak buktikan
Mirna diracun. Sebab bisa
saja terbentuk pasca
kematian atau karena zat-
zat lain seperti makanan,
rokok ataupun terpapar
berbagai lingkungan.
Sehingga, pendapat ahli
sebelumnya dianggap
spekulatif dan tidak bisa
dipercaya. Selain itu, ia
juga menyayangkan tidak
dilakukannya postmortem
(autopsi). Namun, sebagai
pakar toksikologi yang
muncul dalam sidang
Jessica, nama Michael
Universitas Sumatera Utara
66
Universitas Sumatera Utara
Robertson tercemar
karena terseret kasus
pembunuhan Greg de
Villers oleh istrinya
sendiri, tahun 2000.
Robertson disebut
memiliki hubungan
asmara dengan istri de
Villers dan terlibat
pembunuhan itu.
Sidang ke-24
04:20:04
Kabar Khusus
Live
Youtube
22 September 2016 Menghadirkan saksi ahli
patologi forensik dari
pihak Jessica, Richard B.
Collins. Ahli tersebut
menyatakan tidak
ditemukan tanda
kekerasan dalam tubuh
Mirna, saluran pernapasan
Mirna tak diperiksa secara
maksimal, dan
menyayangkan tidak
dilakukannya autopsi –
yang dapat menentukan
penyebab suatu kematian.
Sidang ke-25
04:36:24
Kabar Khusus
Live
Youtube
26 September 2016 Memasuki babak akhir
dengan mendengarkan
saksi ahli hukum pidana
Universitas Islam
Indonesia (UII), Mudzakir
dari kubu Jessica.
Mudzakir menjelaskan
pentingnya motif dalam
melakukan suatu tindak
kejahatan, dan proses
penyidikan yang harus
sesuai dengan standar
dengan dilengkapi BAP.
Ia juga menekankan
pentingnya data/bukti asli
untuk dihadirkan dalam
persidangan.
Sidang ke-26
Jessica ke Olivier
diantar Ayah pakai
mobil pribadi (01:22),
Jessica Wongso tak
pernah naik angkutan
umum (01:47),
28 September 2016 Mendengarkan keterangan
Jessica sebagai terdakwa.
Universitas Sumatera Utara
67
Universitas Sumatera Utara
Jessica ungkap alasan
foto di Olivier dan
letakkan paper bag di
atas meja (03:19),
Jessica sebut terbiasa
langsung bayar saat
memesan minuman di
bar (01:58)
Kabar Khusus
Youtube Langganan
tvOne
Sidang ke-27
03:31
Kabar Khusus
Youtube Langganan
tvOne
5 Oktober 2016 Jaksa Penuntut Umum
(JPU) membacakan
tuntutannya. Jaksa kala itu
mantap menuntut Jessica
selama 20 tahun penjara
atas kasus pembunuhan
berencana.
Sidang ke-28
Jessica bersumpah
tidak membunuh
Mirna (04:34)
Baca Pembelaan,
Jessica terus menangis
(13:22)
Kabar Pagi dan Kabar
Khusus
Youtube Langganan
tvOne
12 Oktober 2016 Pledoi/Pembacaan nota
pembelaan terdakwa.
Sidang ke-29
(Video tidak
ditemukan)
17 Oktober 2016 Pembacaan
Replik/Mendengarkan
jawaban Jaksa untuk
meneguhkan dakwaannya.
Sidang ke-30
(Video tidak
ditemukan)
20 Oktober 2016 Pembacaan
Duplik/Mendengarkan
jawaban dari kubu Jessica
atas replik Jaksa. Dalam
duplik tersebut, Arief
Soemarko, suami
mendiang Mirna dan
Barista Kafe Olivier,
Rangga Dwi Saputra
dituding berkomplot
meracun Mirna.
Sidang ke-31
Youtube Langganan
tvOne
27 Oktober 2016 Pembacaan putusan
hakim kepada terdakwa
(03:39),
Kuasa Hukum Jessica
Universitas Sumatera Utara
68
Universitas Sumatera Utara
ajukan banding (01:28),
Reaksi suami Mirna pasca
vonis hakim (07:48),
Otto Hasibuan beberkan
kejanggalan pertimbangan
hakim (32:32).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Analisis Wacana Kritis atau
Critical Discourse Analysis Norman Fairclough dengan dimensi sosiocultural
practise (praktik sosial budaya) dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan
Mirna di tvOne. Pada Dimensi sosial budaya tersebut, peneliti berfokus kepada
tiga level analisisnya, yaitu: Situasional, Institusional, dan Sosial. Serta
menggunakan Ekonomi Politik Media Vincent Mosco, terkhusus pada pendekatan
commodification (komodifikasi).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Dalam Siaran
Langsung Sidang Kasus Pembunuhan Mirna di tvOne
4.2.1.1. Analisis Level Sociocultural Practise (Praktik Sosial
Budaya)
Eriyanto (2001: ii) menyatakan analisis wacana adalah alternatif terhadap
kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini lebih didominasi oleh
analisis isi konvensional dengan paradigma positivis atau konstruktivisnya. Basis
sistem produksi yang melahirkan teks-teks isi media kita tetap yang dulu juga,
yakni yang digerakkan oleh dinamika never ending circuit of capital
accumulation (atau sirkuit money-commodity-more money) (Eriyanto, 2001: viii).
Namun yang penting untuk dimengerti dalam soal itu adalah perbedaan antara
kuasa atas teks dengan kuasa atas struktur didalam mana teks dikonstruksi,
dipresentasi, dan dimaknai. Artinya, konsumen dan pekerja industri pers memang
mempunyai pilihan bagaimana membuat dan memaknai teks; namun toh itu
semua tidak dilakukan dalam bingkai struktur pilihan-pilihan yang mereka susun
sendiri, melainkan yang terbentuk di luar jangkauan intervensi mereka (Hidayat
dalam Eriyanto, 2001: ix).
Universitas Sumatera Utara
69
Universitas Sumatera Utara
Analisis sosiocultural practise didasarkan pada asumsi bahwa konteks
sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul
dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong
yang steril, tetapi sangat ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sociocultural
practise ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia
menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.
Maka, bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan dari aspek
kebahasaan semata, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Adapun
konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu,
termasuk didalamnya praktik kekuasaan. Dan kuasa disini juga merupakan aspek
yang inheren (berhubungan erat) dalam suatu berita yang disiarkan.
Norman Fairclough lebih tertarik dengan faktor struktur dan praktik kerja
dari media, yang didalamnya menyertakan kepentingan ekonomi dan politik
pengelolanya. Dimana pada Fairclough (dalam Eriyanto, 2001: 346-349)
disebutkan bahwa kekuasaan kelompok dominan itu sebagai kebenaran. Secara
tidak sadar wartawan memproduksi dan mereproduksi praktik permaknaan yang
dihasilkan oleh kelompok dominan. Fairclough (dalam Eriyanto, 2001: 322-326)
juga membuat tiga level analisis pada sociocultural practise, yaitu: Level
situasional, institusional dan sosial.
1. Situasional
Dalam konteks siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne,
tampak jelas bagaimana siaran tersebut diproduksi diantaranya karena
memperhatikan aspek situasional. Persidangan kasus tewasnya Wayan Mirna
Shalihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso yang kala itu masih terus
berjalan, sejumlah saksi fakta dan ahli yang terus dihadirkan dari dua kubu guna
dimintai keterangan, serta bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan aktivitas
Jessica saat berada di lokasi kejadian, yang pada saat itu masih menimbulkan
perdebatan merupakan suatu kondisi atau suasana yang khas dan unik. Sehingga,
persidangan ini bisa jadi berbeda dengan persidangan-persidangan kebanyakan.
Universitas Sumatera Utara
70
Universitas Sumatera Utara
Persidangan kasus tewasnya Wayan Mirna Shalihin yang digelar di PN
Jakpus itu dibalut dengan konteks situasional yang khas, yang melibatkan emosi
dan nuansa tertentu. Dimana Jessica Kumala Wongso yang duduk di bangku
pesakitan dengan status terdakwa menolak dituding telah melakukan pembunuhan
berencana terhadap kawannya sendiri, Wayan Mirna Shalihin dengan
membubuhkan racun sianida ke dalam Kopi Vietnam yang diminum korban.
“Dalam rentang waktu pukul 16.30 wib sampai dengan pukul 16.45 wib,
terdakwa langsung memasukkan racun natrium sianida atau NaCN kepada gelas
berisi minuman yang tidak disaksikan untuk korban Mirna. Dan korban Mirna
dinyatakan meninggal pada pukul 18.30 wib sebagaimana surat Rumah Sakit
Abdi Waluyo,” dakwa salah seorang anggota JPU, Ardito Muwardi membacakan
surat dakwaannya pada siang perdana (tvOne, 15/6).
Tentu, isi siaran semacam ini sebagai bagian dari komodifikasi
memberikan sumbangan terhadap wacana media.
Tema tertentu yang menarik seperti motif Jessica menghabisi nyawa
Mirna lantaran tersinggung dan sakit hati dengan kata-kata korban, masalah
asmara, perencanaan pembunuhan yang terbukti mendongkrak penjualan akan
terus-menerus diliput dan disiarkan secara langsung oleh tvOne.
“Korban Mirna mengetahui permasalahan dalam hubungan antara Jessica dan
pacarnya. Sehingga korban Mirna menasehati terdakwa agar putus saja dengan
pacar yang suka kasar dan pemakai narkoba. Dengan mengatakan, „Buat apa
berpacaran dengan orang yang tidak baik dan tidak modal‟. Ucapan Mirna
tersebut ternyata membuat terdakwa marah serta sakit hati, sehingga terdakwa
memutuskan untuk menghentikan komunikasi dengan korban Mirna. Bahwa
setelah kemarahan terdakwa kepada korban Mirna tersebut, terdakwa pada
akhirnya putus dengan pacarnya dan mengalami beberapa peristiwa hukum dan
melibatkan pihak kepolisian Australia. Sehingga membuat terdakwa semakin
tersinggung dan sakit hati kepada korban Mirna. Sehingga untuk membalas sakit
hatinya tersebut, terdakwa merencanakan untuk menghilangkan nyawa korban
Mirna,” lanjut JPU pada siang perdana (tvOne, 15/6).
Oleh karena itu, tvOne tidak bodoh untuk menyia-nyiakan momentum
persidangan yang penuh emosi dan konflik serta masih digandrungi khalayak
ramai. Karena seperti yang dinyatakan Vivian (2008: 495), media tidak
menentukan agenda secara sepihak, tetapi mempertimbangkan audiens dalam
menentukan prioritas liputannya.
Universitas Sumatera Utara
71
Universitas Sumatera Utara
Jika disimak, jumlah pemberitaan siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna di tvOne relatif amat tinggi. Terlihat pada sidang ke-20
(08:35:15) yang disiarkan secara langsung sampai dengan delapan jam lebih;
sidang ke-14 (05:47:01), ke-17 (05:29:46), dan ke-18 (05:11:49) yang disiarkan
secara langsung sampai dengan lima jam lebih; sidang ke-23 (04:33:19), ke-24
(04:20:04), dan ke-25 (04:36:24) empat jam lebih; sidang ke-9 (02:27:49), ke-10
(02:37:27), dan ke-16 (02:48:26) dua jam lebih; sidang ke-6 (01:36:17), ke-8
(01:44:08), ke-15 (01:31:01), ke-19 (01:51:31) satu jam lebih. Hal itu
menunjukkan berita „buruk‟ berbau sensasional, kriminalitas, penuh drama dan
ibarat sinetron memang relatif masih disukai oleh pemirsa televisi. Sehingga,
tvOne pun mengupas dengan selugas-lugasnya dan setransparan mungkin dengan
durasi tayang yang berjam-jam lamanya.
Padahal, tingginya jumlah akses informasi tentang kasus Jessica yang
ditayangkan tvOne secara live, sedikit banyak akan memengaruhi opini
masyarakat. Terutama kepada dampak berita bagi perkembangan jiwa anak dan
remaja. Terbukti dari 114 pengaduan masyarakat yang dilayangkan ke KPI Pusat
terkait sidang Jessica, salah satunya menyangkut kepada dampak berita tersebut
bagi perkembangan jiwa anak dan remaja.
Apalagi, media massa (baca: tvOne) merupakan agen sosialisasi sekunder
yang dampak penyebarannya paling luas dibanding agen sosialisasi lain. Cukup
signifikan dalam memengaruhi remaja, baik dari segi kognisi (pemikiran), afeksi
(perasaan) maupun konatif (tindakan)-nya. Sehingga, pemberitaan siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna yang disajikan tvOne saat itu telah berubah
menjadi komoditi dan mimetisme (gairah yang melanda media untuk meliput
berita-berita yang dianggap penting).
Maka, meski teori keperkasaan media massa pernah tergusur oleh
pendekatan uses and gratifications, yang menyatakan bahwa individu memiliki
kemampuan menyeleksi setiap informasi yang ditangkapnya. Agaknya, siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne sekarang dapat membalikkan
kembali pemikiran tentang kekuatan media.
Universitas Sumatera Utara
72
Universitas Sumatera Utara
Sementara dalam kacamata bisnis media, kecanduan masyarakat terhadap
beberapa jenis pemberitaan terkait Jessica merupakan peluang yang tidak
mungkin disia-siakan. Karena yang demikian tersebut sangat menguntungkan
tvOne dalam pemasukan iklan. Apalagi ditunjang dengan tingginya tingkat
kompetisi di bidang media massa, maka tvOne akan berlomba-lomba
meningkatkan layanan yang memikat pemirsanya.
Dalam upaya memikat pemirsanya tersebut, tvOne pun mengabaikan
prinsip-prinsip idealnya. Sehingga, durasi tayang yang panjang pun tidak menjadi
soal, asalkan unsur-unsur dramatik muncul tak terduga pada setiap babaknya.
Karena merasa pemirsanya “membutuhkan” sajian media tersebut, dan tanpa
terlampau peduli dengan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
2. Institusional
Dalam masyarakat modern, pada dasarnya Pers merupakan institusi yang
mempunyai tiga wajah sekaligus. Ia merupakan institusi politik, institusi sosial
dan institusi bisnis. Seperti yang dikutip dari Severin dan Tankard (2008: 373)
yakni kekuatan politik, sosial, dan ekonomi tersebut berpengaruh langsung
terhadap isi media. Kepemilikan dan pengendalian media memengaruhi isi media,
dan isi media menentukan pengaruh media.
Maka, level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi
dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dari dalam diri media
sendiri, bisa juga kekuatan-kekuatan eksternal di luar media yang menentukan
proses produksi berita. Faktor institusi yang penting adalah institusi yang
berhubungan dengan ekonomi media. Oleh karena itu, Produksi acara pada siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne, menunjukkan tvOne tidak
mungkin bisa dilepaskan dari pengaruh ekonomi media yang sedikit banyak bisa
berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaannya.
Misalnya: Dalam agenda sidang ke-4 (12/7) yang kembali digelar.
Darmawan Shalihin, Ayah Mirna; Sandy Shalihin, saudari kembar Mirna; dan
Arief Sumarko, selaku suami Mirna ikut dihadirkan guna memberikan keterangan
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
sebagai saksi. Dimana Darmawan Shalihin sendiri, sejak mengetahui anaknya
tewas mengaku telah menaruh curiga bahwa Jessica lah pembunuhnya. Tentu
mempunyai nilai ekonomi media bagi tvOne.
Ataupun saat Hani Juwita Bwon, orang yang berada bersama Mirna dan
juga Jessica di TKP (Tempat Kejadian Perkara) ikut dihadirkan sebagai saksi.
Semakin menunjukkan bahwa posisi wartawan tampak tidak berdaya di tengah
praktik pemilik institusi media. Wartawan tersebut diharuskan juga meliput setiap
keterangan Hani secara utuh yang tentunya memiliki nilai ekonomi media.
“Ini ga enak banget, this is so awfull. Oh My God, ini apaan ya? This is so
bad! Dia (Mirna) mukanya langsung kelihatan marah, lalu ditanya minta air putih
dong. Dia mengibas terus, dia bilang ini parah banget, ini apaan, gitu. Ga lama
saya liat Mirna sudah saya pikir dia pusing atau apa. Pas saya liat dia udah begini,
uda besandar, matanya kosong. Terus dia kesusahan nafas, pelan-pelan tangannya
kejang, kakinya semua masuk ke dalam gini, tatapan matanya ke atas kosong;
pertama mengeluarkan buih, bubble gitu bola-bola kecil, buih-buih dari mulut, ya
busa. Dia berusaha bernafas, tetapi kesusahan. Tidak sampai semenit, dua menit
dokter keluar mengabarkan sudah tidak ada,” terang Hani memberikan keterangan
pada sidang ke-5 (tvOne, 13/7).
Eriyanto (2001: 41-42) merinci kelemahan wartawan tersebut sebagai
kelas tersendiri dan hubungannya dengan redaktur, pemilik modal, dan pemasaran
adalah relasi kelas yang berbeda, bukan hubungan profesional. Oleh karena itu,
kerja wartawan tvOne bukanlah diatur dalam proses dan pembagian kerja, tetapi
dari kontrol kesadaran kelas mereka dengan kelompok elit, terhadap pentingnya
kesaksian Hani yang melihat bahwa Jessica telah memesan minuman untuk Mirna
setiba mereka di Kafe Olivier, dan menjadi orang yang menyaksikan detik-detik
Mirna menghembuskan nafas terakhirnya.
Jadi, pengaruh modal, institusi dan kepemilikan serta politik kelas sangat
mempengaruhi fakta apa yang harus diambil dan bagaimana berita itu
dibahasakan. Apalagi wartawan sebagai bagian terkecil dari struktur sosial,
ekonomi dan politik yang lebih besar. Jadi, persoalannya bukan wartawan tvOne
yang tidak objektif, melainkan struktur di luar diri wartawan tersebut yang
mempropagandakan nilai-nilai tertentu.
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
Ataupun saat wartawan tvOne mengabarkan bahwa dalam sidang ke-11
(10/8), pihak JPU menghadirkan tiga saksi ahli, diantaranya: Dokter ahli forensik
dari Rumah Sakit Bhayangkara Polri, dr. Slamet Purnomo; saksi ahli toksikologi
forensik, Nursamad Subandi; serta saksi ahli digital forensik, AKBP Muhammad
Nuh Al-Azhar maka hal itu adalah objektif. Namun ketika pendapat saksi ahli dr.
Slamet Purnomo, yang mengatakan, “Dari gejala dari CCTV ini, ini jelas sekali
adalah gejala dari keracunan sianida” diberikan ruang yang besar, atau ketika
AKBP Muhammad Nuh memberikan analisanya yang disambut riuh tepuk tangan
pengunjung persidangan, maka ada nilai-nilai tertentu yang ingin
dipropagandakan di luar struktur diri wartawan tersebut.
Maka, pengelola berita di stasiun televisi tvOne adalah tetap manusia
bebas yang tentu mempertimbangkan etika jurnalistik ketika mengolah dan
menyiarkan berita atau informasi. Tetapi, kelemahan insan jurnalistik elektronika
itu menurut Hamid dan Budianto (2011: 58) adalah mereka dalam struktur
keperusahaan hanya seorang pegawai biasa. Wartawan adalah “orang gajian”
yang secara psikologis tidak akan menang berdebat dengan orang yang
menggajinya. Take it or leave it!
McQuail (2011: 244) menambahkan bahwa kunci bagi karakter institusi
media yang tidak biasa adalah bahwa aktivitasnya tidak terpisahkan secara
ekonomi maupun politik, sekaligus sangat tergantung dari teknologi yang terus-
menerus berubah. Hal itu terlihat dari banyaknya sorotan kamera tvOne yang
mengambil gesture/air muka atau gerak-gerik Jessica, Otto Hasibuan, Ardito
Muwardi (pihak JPU), dan Kisworo Handoyo (Ketua Hakim) pada sidang ke-26
(28/9) menunjukkan persidangan yang disiarkan secara langsung oleh tvOne telah
berubah menjadi “teater terbuka” yang bisa ditonton semua orang. Bahkan,
Todung Mulya Lubis, Advokat Senior menyuarakan kegelisahannya.
“...Hakim, jaksa, advokat, saksi ahli, dan terdakwa tiba-tiba menjelma
menjadi aktor dan aktris yang harus memerankan peran mereka di panggung
teater, menjaga penampilan, dan mendengar suara-suara penonton. Bukan
mustahil dalam situasi seperti ini obyektivitas dinegasikan karena kepedulian akan
“citra” dan suara yang berkembang di masyarakat. Hal ini sangat mungkin terjadi
apalagi pemberitaan media bisa juga bias dan bisa juga disetir pihak tertentu yang
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
ingin membentuk opini publik. Alhasil, tak ada yang steril dari pengaruh dan
terutama hakim. Situasi seperti ini berbahaya karena akan mengganggu
independensi dan obyektivitasnya,” tulisnya. (Opini KOMPAS, edisi 14 Oktober
2016).
Selain itu, Shoemaker dan Reese (1996), menyatakan bahwa dalam
produksi berita setidaknya dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara garis besar,
faktor-faktor tersebut antara lain (1) ideologi, (2) ekstra media, (3) organisasional,
(4) rutinitas media, dan (5) faktor individual yaitu pekerja media. Masing-masing
faktor ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Individual level
Media routines
Organizations
Extramedia
Ideological
Gambar 4.1 Model Hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi isi media
(Shoemaker & Reese, 1996).
Pertama, faktor individual (individual level). Dalam melakukan konstruksi
realitas, faktor individual wartawan tvOne sangat berpengaruh sebagaimana dia
akan mengkonstruksi sebuah realitas yang dilihatnya di PN Jakpus. Jadi, peliputan
hal-hal yang tidak perlu dalam persidangan ke- 26 (28/9) seperti Jessica ke Olivier
diantar Ayah pakai mobil pribadi, Jessica tak pernah naik angkutan umum, Jessica
ungkap alasan foto di Olivier dan letakkan paper bag di atas meja 54, atau Jessica
sebut terbiasa langsung bayar (bill out) saat memesan minuman di bar merupakan
nilai-nilai yang diyakini wartawan yang bertugas tersebut sebagai suatu hal yang
penting untuk diberitakan kepada khalayak pemirsa.
Kedua, adalah faktor rutinitas media (media routines). Faktor ini berkaitan
dengan keseharian dari mekanisme pembentukan berita. Pada setiap media massa
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebijakan pemberitaan dan pengolahan berita tersendiri yang sudah
menjadi ciri khas media tersebut. Kebijakan redaksional tersebut dioperasionalkan
dalam mekanisme kerja redaksi yang dimulai dari proses perencanaan berita.
Mekanisme kerja redaksional tersebut dipengaruhi dengan alur produksi berita,
dimana sebuah berita yang terbentuk harus melalui suatu proses gate keeping,
yaitu rangkaian penjaga gerbang yang muncul mulai dari jajaran reporter, redaktur
hingga pemimpin redaksi.
Namun, Ben Bagdikian (dalam Vivian, 2008: 30) yang dikenal sebagai
salah satu suara paling disegani dalam jurnalisme dewasa ini mengatakan, bahwa
perusahaan raksasa sekarang sangat terobsesi pada profit. Dia mengatakan strategi
perusahaan mereka sering kali mengorbankan mutu siaran dan mutu pelayanan
untuk menaikkan profit. Bagdikian memberi data yang menyedihkan tentang
konglomerasi dalam bukunya yang berjudul “The New Media Monopoly”.
Karena itu, jiwa “kepentingan umum” pada tvOne bisa terkontaminasi oleh
kepentingan privat perusahaannya untuk mencari laba dalam sistem ekonomi
kapitalis. Maka, jika bobot komersial dari pemberitaan sidang kasus pembunuhan
Mirna lebih tinggi dari bobot manfaatnya, maka proporsi sensasional dalam berita
tersebut jelas akan mendominasi. Dan, berita yang mengutamakan sensasi serta
daya jual (komoditi), biasanya rawan pelanggaran hukum.
Seperti halnya pengakuan Jessica yang dirangkum kembali di luar
persidangan. Dalam program berita Apa kabar Indonesia Pagi (29/9) berjudul
“Membaca Kejujuran Jessica”, membuktikan tvOne memiliki rutinitas media yang
sangat terobsesi pada profit, dengan mengulang-ulang kembali pengakuan Jessica
sebagai suatu hal yang lumrah. Tanpa menyadari telah mengurangi kesempatan
pemirsa untuk memperoleh ragam informasi lain, sekaligus mempertanyakan
manfaat berita itu bagi pemirsa. Diantaranya:
Pra-kejadian
Jessica membenarkan sosok di CCTV adalah dirinya.
Mengajak bertemu Mirna sebagai balas budi karena pernah ditraktir
dua kali.
Memilih Kafe Olivier tanpa alasan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
Paper Bag
Jessica membeli bingkisan sebagai pengganti oleh-oleh.
Mengaku tak ingat posisi paper bag diletakkan.
Pemesanan Minuman
Memesan minum di bar, karena isi menu berbeda dengan tampilan di
website.
Ber-foto karena baru pertama kali ke bar di Indonesia.
Membayar pesanan lebih dulu karena tradisi di Australia.
Mengaku tak ingat detail bentuk dan kedatangan pesanan.
Pertemuan dengan Mirna dan Hani
Mengklaim Mirna tak menunjukkan kekecewaan karena dipesankan
minuman.
Tak memindahkan sedotan di minuman milik Mirna.
Mengaku stress dan sesak nafas saat tahu Mirna tak sadarkan diri.
Celana Sobek
Menjelaskan celana sobek saat naik ke mobil Arief.
Baru sadar celana sobek saat diberitahu pembantu.
Pembantu diminta membuang celana karena masih ada celana lain.
Tak Melayat
Mengaku tak nyaman dengan tudingan keluarga Mirna.
Hubungan Dengan Mirna
Sebatas teman kuliah bukan sahabat.
Mengaku tak pernah minta nasihat ke Mirna soal hubungannya
dengan Patrick.
Mempertanyakan kesaksian Arief, suami Mirna soal Patrick.
Pekerjaan Jessica di Australia
Mengaku bekerja sebagai desainer grafis di NSW (New South Wales)
Ambulance.
Ketiga, faktor organisasi media. Karakter organisasi terdiri dari komponen
kelembagaan organisasi itu sendiri, struktur organisasi hingga sistem
keorganisasian yang diterapkan. Berikut struktur perusahaan tvOne:
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
Direktur Utama : Anindra Ardiansyah Bakrie
Direktur Pemberitaan, Produksi
dan Olahraga : Karni Ilyas
Direktur Keuangan : Tolop Samosir
Direktur Program dan Pemasaran : Gunawan Wibisono
Gambar 4.2 Menunjukkan struktur perusahaan tvOne (www.tvOne.co.id) “telah
diolah kembali”.
Dari kelembagaan organisasi tvOne diatas, tampak aspek redaksional
pemberitaan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi proses produksi
berita. Unit-unit lainnya seperti iklan atau promosi dari Direktur Program dan
Pemasaran merupakan aspek lain yang turut berperan dalam proses pengambilan
keputusan redaksional.
Direktur Utama
Direktur Teknik
Staff Teknik
Direktur Program dan Pemasaran
Programmer
Promosi/ Iklan
Direktur Keuangan
Divisi Keuangan
Direktur Pemberitaan, Produksi dan Olahraga
Produser Staff Produksi Redaktur Pelaksana
Reporter
Writer
Wakil Direktur
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan faktor keempat ekstra media, yaitu faktor yang berasal dari luar
lingkungan media seperti pemerintah maupun kalangan bisnis tidak ikut
mempengaruhi proses produksi acara pada siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna. Karena sidang Jessica tidak bersentuhan dengan politik,
pemerintah maupun kalangan bisnis.
Kelima, faktor ideologi, yang seringkali diartikan dengan kerangka
referensi yang ada di dalam masing-masing individu wartawan tvOne. Dalam
melihat realitas sidang Jessica dan bagaimana individu-individu tersebut
menyikapinya. Melalui faktor ini, dapat dilihat kekuatan yang dominan di
masyarakat dan sekaligus di media tempat mereka bekerja, sehingga kekuatan
tersebut mampu berperan dalam penentuan agenda media terhadap kasus sidang
Jessica. Tak ayal, kebebasan wartawan tvOne telah dinegasikan saat intervensi
pemilik media masuk ke dalam ruang redaksi.
3. Sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam
pemberitaan. Bahkan, Fairclough menegaskan bahwa wacana yang muncul dalam
media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya
masyarakat misalnya, turut menentukan perkembangan dari wacana media.
Seperti dikutip dari data Adstensity –Lembaga riset yang memantau iklan tv
komersial (TVC) pada laman berita tirto.id; Pada sidang ke-11 yang dilakukan 10
Agustus lalu, share tvOne melejit hingga 5,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya masyarakat Indonesia masih menyenangi berita berbau drama dan konflik.
Salah satu gambaran berita berbau drama dan konflik ini pernah dideskripsikan
dengan baik oleh media daring Tirto.id (6 September 2016) sebagai berikut:
“Jessica Kumala Wongso yang melankolis hanya duduk terpojok di ruang
sidang. Dia hanya terdiam melihat pengacaranya, Otto Hasibuan, berkonflik
dengan jaksa ganteng bernama Shandy Handika. Di tengah laga kedua pihak itu,
ketua majelis hakim Kisworo sebagai tritagonis mengernyitkan dahi dari kursinya.
Sesekali, dia terlihat menyandarkan punggung dan kepalanya menempel kursi. Di
bangku penonton, Ayah Mirna, Darmawan Shalihin, duduk mengawasi. Tatapan
matanya tajam”.
Universitas Sumatera Utara
80
Universitas Sumatera Utara
Program drama biasanya menyajikan cerita mengenai kehidupan atau
karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh). Dalam persidangan ke-11 (10/8)
yang menghadirkan saksi ahli digital forensik Bareskrim Polri, Ajun Komisaris
Besar M. Nuh Al-Azhar dari pihak JPU. M. Nuh seolah menjadi tokoh protagonis,
karena banyak mengungkap beberapa kejanggalan dari tingkah laku Jessica yang
disambut riuh tepuk tangan pengunjung sidang. Sedangkan Jessica sebaliknya, ia
seakan berperan sebagai antagonis „yang tak punya rasa iba‟ dan posisinya kian
terpojokkan. Kesaksian yang disiarkan secara live oleh tvOne tersebut tentu
banyak menyita ruang dan perhatian publik. Apalagi sifat dari siaran televisi
sendiri yang seakan-akan memindahkan realitas ke hadapan penonton, dan karena
itu penonton seakan terlibat secara langsung atau “hadir sendiri” pada sidang
Jessica.
Program berita yang telah mirip-mirip sinetron itu juga turut dikritik oleh
Todung Mulya Lubis sebagai berikut, “Hakim, jaksa, advokat, saksi ahli, dan
terdakwa tiba-tiba menjelma menjadi aktor dan aktris yang harus memerankan
peran mereka di panggung teater, menjaga penampilan, dan mendengar suara-
suara penonton” (Opini KOMPAS, edisi 14 Oktober 2016). Walhasil, siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne seolah telah menjadi
semacam pertunjukkan; dimana programnya menampilkan kemampuan hakim,
jaksa, advokat, saksi ahli, dan terdakwa dalam beradu akting dengan PN Jakpus
sebagai latar tempatnya.
4.2.2. Analisis Relasi Kuasa Media Dilihat Dari Komodifikasi
Dalam Siaran Langsung Sidang Kasus Pembunuhan Mirna
di tvOne
4.2.2.1. Commodification (Komodifikasi)
Kasus kematian Wayan Mirna Shalihin pasca menyeruput es kopi Vietnam
pesanan Jessica Kumala Wongso, sempat menjadi pembicaraan hangat di
masyarakat. Kasus tersebut mencuat ke permukaan, karena sidangnya yang tak
kunjung usai. Di satu sisi, Jessica sebagai terdakwa mengaku „keukeuh‟ bahwa
dirinya tidak bersalah. “Bagaimanapun juga saya tidak membunuh Mirna. Jadi,
Universitas Sumatera Utara
81
Universitas Sumatera Utara
tidak ada alasan untuk memperlakukan saya seperti sampah!” isak Jessica pada
saat pembacaan pledoi atau nota pembelaan (5/10). Tangis dan air mata Jessica
tatkala pembacaan pledoi itu pecah, sama seperti sidang-sidang sebelumnya kerap
berhasil mencuri perhatian pemirsa. Disisi lain pihak JPU terus menuntut keadilan
atas kematian Wayan Mirna.
Komodifikasi menurut Vincent Mosco (1996: 140-141) adalah perubahan
bentuk nilai guna menjadi nilai tukar atau bentuk dari produk saat produksinya
diatur melalui proses pertukaran tersebut. Untuk dapat memahami konsep
komodifikasi, kita harus memahami apa yang dimaksud dengan nilai guna dan
nilai tukar terlebih dahulu. Menurut Adam Smith, nilai guna dan nilai tukar
merupakan dua nilai yang dapat membedakan suatu produk. Nilai guna berasal
dari kepuasan manusia atas keinginan atau kebutuhan tertentu, sedangkan nilai
tukar didasarkan pada apa yang dapat dihasilkan produk dalam pertukaran.
Maka, pada konteks ini tvOne menjadikan siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna sebagai berita „seksi‟ yang diberitakan kepada masyarakat
guna menjadi nilai tukar. Masyarakat merupakan objek pasar utama tvOne untuk
komodifikasi ini. Sebab, komodifikasi merujuk kepada konten siaran sebagai
produk yang nilainya ditentukan oleh kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan
relasi kuasa medianya, dan diubah menjadi produk yang nilainya juga ditentukan
oleh pasar. Komodifikasi ini disebut juga dengan komodifikasi isi (intrinsic
commodification).
Commodification applies to audience as well as to content. Political economy
has paid some attention to audience, particularly in the effort to understand the
common practise whereby advertisers pay for the size and quality (propensity to
consume) of an audience that a newspaper, magazine, website, radio, or
television program can deliver (Komodifikasi berlaku untuk penonton serta
konten. Ekonomi politik media telah membayar perhatian kepada penonton,
terutama dalam upaya untuk memahami praktek umum dimana pengiklan
membayar untuk ukuran dan kualitas (kecenderungan untuk mengkonsumsi) dari
pembaca surat kabar, majalah, website, pendengar radio, atau penonton suatu
program televisi (Mosco, 2009: 12).
Oleh karena itu, publik yang menjadi acuan utama disajikan konten yang
menarik. Penuh dengan konflik dan perdebatan panjang antara kubu JPU dan
Universitas Sumatera Utara
82
Universitas Sumatera Utara
kubu Jessica. “Apakah mereka menjadi jahat (Keluarga Mirna) karena kehilangan
Mirna, atau apakah mereka kehilangan Mirna karena mereka jahat!” lanjut Jessica
pada pledoinya (5/10). Konten tersebut tentu menjadi “bumbu-bumbu penyedap”
yang dapat dinikmati pemirsa. Pemberitaan semacam ini sudah lumrah menjadi
produk utama media massa.
Padahal, selama berlangsungnya sidang yang ditayangkan adalah
perdebatan-perdebatan yang terus berlarut-larut, seperti pada sidang ke-11 (10/8),
dimana Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan mempermasalahkan barang bukti
yang tidak asli (CCTV kopian) yang tidak terdapat dalam BAP, CCTV yang sudah
diedit, adanya bagian yang hilang atau dipotong-potong dari CCTV, sedotan,
hingga flashdisk.
Dari segi pemberitan, kasus ini menjadi sumber utama tvOne dalam
mengubah peristiwa menjadi penghasilannya. Kerja utama sebuah media adalah
mencari berita. Jika berita itu menarik dan unik serta penuh drama, banyak
masyarakat yang akan tertarik mengikutinya. Semakin banyak pemirsa yang
menikmati, semakin besar pula keuntungan yang dimiliki tvOne.
Menurut Komentator TV Jeff Greenfield (dalam Biagi, 2010: 220), stasiun
televisi dan penyiar tidak menghasilkan uang dengan menayangkan siaran yang
diputar. Hasil uang tersebut berasal dari penjualan iklan pada saat siaran. Inti
siaran tersebut adalah untuk meraup penonton terbanyak.
Penting untuk mengingat bahwa televisi komersial terutama ada sebagai
media iklan. Acara televisi dipenuhi oleh iklan, tetapi iklan itulah yang
disampaikan kepada penonton. Komersial diciptakan hanya untuk memberikan
penonton kepada pemasang iklan. Karena televisi mampu mengantar suatu pesan
lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan melalui media lainnya, maka stasiun
TV merupakan sarana media yang paling mahal untuk menayangkan iklan (Biagi,
2010: 202).
Maka, berita persidangan Jessica harus dibuat sedemikian rupa, guna
menjadi tontonan yang menarik minat banyak orang. Dan karena berpretensi
untuk menarik khalayak sebanyak-banyaknya (jenis komodifikasi khalayak),
maka wartawan yang memproduksi berita harus menciptakan „berita yang
Universitas Sumatera Utara
83
Universitas Sumatera Utara
melibatkan emosi‟. Tema yang diangkat seperti; “Kematian Mirna Shalihin”,
“Jessica Meracun Mirna?” atau “Siapa Meracun Mirna?”, “Polemik Tuntutan
Jessica”, “Jelang Vonis Jessica” serta “Sidang Putusan Jessica” dipilih,
disesuaikan dengan menyoroti gesture/air muka Jessica sesuai kebutuhan dan
keinginan khalayak. Pada akhirnya, pemberitaan juga melakukan dramatisasi isu
seperti isak tangis dan rasa tertekan Jessica dari keluarga Mirna.
Jadi, suatu peristiwa tidak hanya cukup diberitakan dari apa yang terjadi
atau apa adanya. Kalau bisa dieksploitasi, maka akan dieksploitasi. Sehingga bisa
dijual dan menarik banyak khalayak pemirsa. Misal, Kuasa Hukum Jessica, Otto
Hasibuan dalam persidangan ke-11 (10/8) yang mempertanyakan keabsahan video
CCTV sebagai barang bukti. Tentu hal-hal seperti ini benar-benar menarik minat
orang untuk mengikuti berita tersebut. Walaupun tidak sedikit juga yang
„ngedumel‟, terbukti dari 114 pengaduan masyarakat kepada KPI Pusat terkait isi
siaran yang terlalu lama, sehingga mengurangi kesempatan pemirsa untuk
memperoleh ragam informasi lain, mempertanyakan manfaat berita itu bagi
pemirsa, judul berita yang tendensius, dan dampak berita bagi perkembangan jiwa
anak dan remaja.
Daily or weekly report on rating and share is the main consideration when
the management decided which programme can survive for another night or
dropped from the audience screen (Bertahannya laporan harian ataupun mingguan
seorang reporter juga suatu program, sangat bergantung kepada pertimbangan
rating ataupun share, atau mesti hengkang dari layar penonton) (Hamid dan
Budianto, 2011: 60).
Jadi, setelah melewati perundingan yang alot dan panjang, akhirnya tvOne
memutuskan untuk memberitakan sidang kasus pembunuhan Mirna secara live.
Musabab kasus ini menarik, pemirsa ingin tahu bagaimana kelanjutan atau
„what‟s new?‟ dari persidangan Jessica di PN Jakpus itu, serta rating dan share-
nya yang juga tinggi (komodifikasi sibernetik).
Seperti dikutip dari data Adstensity –Lembaga riset yang memantau iklan
tv komersial (TVC) pada laman berita tirto.id: Pada sidang ke-11 yang dilakukan
10 Agustus lalu, share tvOne melejit hingga 5,68 persen. Begitupun juga dengan
KOMPAS TV 5,64 persen dan iNewsTV 3,65 persen. Sedangkan Metro TV yang
Universitas Sumatera Utara
84
Universitas Sumatera Utara
tidak menayangkan siaran secara live hanya kebagian 1,62 persen. Padahal, jika
merujuk rerata share harian pada pekan itu, tanpa melibatkan hari dimana sidang
digelar, tvOne hanya mendapatkan 3,43 persen, KOMPAS TV 2,06 persen dan
iNewsTV 1,72 persen.
Sedangkan, untuk pendapatan tvOne pasca menyiarkan sidang Jessica
secara langsung adalah sebagai berikut:
1. Persidangan 3 Agustus 2016: tvOne 9,9 miliar dan KOMPAS TV 1,5
miliar.
Pada sidang tertanggal 3 Agustus 2016 (sidang ke-10), judul besar yang
diangkat tvOne yaitu “Jessica Meracun Mirna?”. Adapun pembahasan yang
disorot oleh tvOne didalamnya ialah kesaksian dokter forensik terkait jenazah
Mirna. Didalam kesaksian ahli kubu JPU tersebut, dr. Slamet Purnomo
mengatakan bahwa lambung Mirna rusak akibat zat korosif, yang disebabkan oleh
racun sianida. Dalam pemberitaan yang disiarkan secara langsung di Kabar
Khusus itu, posisi terdakwa Jessica terpojokkan.
2. Persidangan 10 Agustus 2016: tvOne 6,4 miliar dan KOMPAS TV 1,8
miliar.
Pada sidang tertanggal 10 Agustus 2016 (sidang ke-11), judul besar yang
diangkat tvOne yaitu masih “Jessica Meracun Mirna?”. Adapun pembahasan yang
disorot oleh tvOne didalamnya ialah mendengarkan keterangan saksi ahli digital
forensik Bareskrim Polri, Ajun Komisaris Besar M. Nuh Al-Azhar dari pihak
JPU. Kesaksian tersebut banyak menyita ruang dan perhatian publik. Pasalnya,
saksi ahli ini banyak mengungkap beberapa kejanggalan dari tingkah laku Jessica,
yang disambut riuh tepuk tangan pengunjung sidang yang dilaksanakan di PN
Jakpus tersebut. Dalam pemberitaan yang disiarkan tvOne, posisi terdakwa Jessica
terpojokkan. Pemberitaan secara langsung tersebut terdapat pada Kabar Khusus
dan Kabar Siang.
3. Persidangan 25 Agustus 2016: tvOne 7,7 miliar dan KOMPAS TV 1,7
miliar.
Universitas Sumatera Utara
85
Universitas Sumatera Utara
Pada sidang tertanggal 25 Agustus 2016 (sidang ke-14), judul besar yang
diangkat tvOne yaitu masih tetap “Jessica Meracun Mirna?”. Adapun pembahasan
yang disorot oleh tvOne didalamnya ialah mendengarkan keterangan saksi ahli
toksikologi forensik dari kubu JPU, I Made Gelgel. Saksi ahli tersebut
mengungkapkan kegunaan obat yang ditemukan dalam tas Jessica adalah untuk
pengobatan depresi. Selain itu Pengacara Jessica, Otto Hasibuan sempat
menyatakan keberatan dengan keterangan yang diajukan saksi ahli hukum pidana
dari kubu JPU, Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej. Menurutnya, saksi ahli
yang dihadirkan tersebut tidak lagi independen (netral) dalam kesaksiannya.
Sebab telah berkeyakinan bawa Jessica Kumala lah sebagai pembunuh Wayan
Mirna. Perdebatan pun sempat terjadi antara Penasehat Hukum, Otto Hasibuan
dan Shandy Handika dari pihak JPU. Pemberitaan secara langsung tersebut
terdapat pada Kabar Khusus.
4. Persidangan 1 September 2016: tvOne 3,7 miliar dan KOMPAS TV 1,8
miliar.
Pada sidang tertanggal 1 September 2016 (sidang ke-17), judul besar yang
diangkat tvOne yaitu masih tetap “Jessica Meracun Mirna?”. Adapun pembahasan
yang disorot oleh tvOne didalamnya ialah mendengarkan keterangan (alm) Sarlito
Wirawan, saksi ahli psikolog klinis UI dari kubu JPU. Sarlito menilai Jessica telah
mengintervensi kopi milik Mirna dan berperilaku tak lazim saat Mirna sekarat.
Pada persidangan ini juga Jessica Kumala Wongso angkat bicara, setelah sekian
lama cenderung bungkam. Jessica membantah apa yang menjadi pendapat ahli
dari pihak JPU, Ronny Nitibaskara (Kriminolog UI) tidak benar dan merupakan
fitnah. Jessica mengaku sangat tertekan saat melakukan rekonstruksi kejadian
yang tidak sesuai dengan keinginannya. Belakangan Ronny menyatakan Jessica
memiliki kepribadian narsistik, emosional dan sensitif serta cemas. Sehingga
kepribadian tersebut menjadikan Jessica berpotensi untuk melakukan kekerasan.
Berita ini disiarkan secara langsung pada program acara Kabar Pagi.
Universitas Sumatera Utara
86
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Infografik jumlah pendapatan media yang menyiarkan secara
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna (https://tirto.id).
Dari pemaparan di atas tampak jelas bahwa telah terjadi praktik wacana
berupa komodifikasi khalayak (extrinsic commodification), dimana khalayak
tvOne dijual kepada pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sampai bermiliar-
miliar. Namun, tvOne yang terlalu mengacu kepada orientasi „mencari untung‟
tersebut malah terdorong untuk melupakan, mengesampingkan, bahkan cenderung
meremehkan idealisme dalam arti tidak mempertimbangkan pengaruh jelek dari
siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna yang ditayangkannya.
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara
Komitmen untuk bertanggungjawab secara sosial pun seolah sekedar retorika
belaka.
Berikut beberapa pemberitaan terkait sidang kasus pembunuhan Mirna
baik secara live maupun dalam program berita lainnya di tvOne:
1. Tanggal : 3 Agustus 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
Kesaksian Dokter Forensik, dr Slamet Purnomo terkait Jenazah
Mirna
Lambung Mirna rusak akibat zat korosif, yang diakibatkan racun
sianida
Keterangan program acara: Kabar Pagi (live) sidang ke-10
2. Tanggal : 10 Agustus 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
Sidang mendengarkan keterangan saksi ahli digital forensik
Bareskrim Polri, Ajun Komisaris Besar M. Nuh Al-Azhar dari pihak
JPU.
Saksi ahli ungkap beberapa kejanggalan tingkah laku Jessica
Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan mempertanyakan keaslian file
rekaman CCTV yang dianalisa Nuh
Keterangan program acara: Kabar Khusus dan Kabar Siang (live) sidang
ke-11
3. Tanggal : 15 Agustus 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
Saksi ahli psikologi, Antonia Ratih Andjayani analisis gerak-gerik
Jessica
Jessica berperilaku tidak wajar saat Mirna sekarat
Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan tak terima kliennya dikatakan
berperilaku tidak wajar
Keterangan program acara: Kabar Khusus (live) sidang ke-12
Universitas Sumatera Utara
88
Universitas Sumatera Utara
4. Tanggal : 18 Agustus 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten : Jessica tidak mengalami gangguan jiwa (penjelasan saksi
ahli psikiatri forensik, Natalia Widiasih)
Keterangan program acara: Kabar Siang (live) sidang ke-13
5. Tanggal : 22 Agustus 2016
Judul : Jalan Panjang Kasus Jessica
Konten : Rangkuman perjalanan kasus Jessica
Keterangan program acara: Menyingkap Tabir
6. Tanggal : 25 Agustus 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
Ahli Toksikologi Forensik, I Made Gelgel ungkap kegunaan obat
yang ditemukan di tas Jessica untuk pengobatan depresi
Saksi ahli hukum pidana kubu JPU, Prof. Dr. Edward Omar Sharif
Hiariej menyimpulkan kematian korban Mirna akibat
sianida/pembunuhan berencana yang dilakoni Jessica
Kesaksian tersebut sempat menuai protes dari kuasa hukum Jessica,
Otto Hasibuan yang mempertanyakan independensinya sebagai
seorang ahli
Keterangan program acara: Kabar Khusus (live) sidang ke-14
7. Tanggal : 1 September 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
Pihak JPU menghadirkan (alm) Sarlito Wirawan sebagai ahli
psikolog klinis UI
Sarlito menilai Jessica berperilaku tak lazim saat Mirna sekarat
Kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan kembali protes saksi ahli
kriminolog UI kubu JPU, Ronny Nitibaskara, yang mengatakan
Jessica memiliki kepribadian narsistik, emosional dan sensitif serta
cemas. Sehingga kepribadian tersebut menjadikan Jessica berpotensi
untuk melakukan kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
89
Universitas Sumatera Utara
Jessica Kumala Wongso angkat bicara, mengatakan itu tidak benar
dan merupakan fitnah
Keterangan program acara: Kabar Pagi (live) sidang ke-17
8. Tanggal : 5 September 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten : Heboh rekaman pembicaraan Jessica-Sandy
Keterangan program acara: Kabar Khusus (live)
9. Tanggal : 15 September 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten:
Menghadirkan saksi ahli digital forensik, Rismon Hasiholan Sianipar
dari pihak Jessica
Rismon mengatakan video CCTV kematian Mirna diduga hasil
modifikasi ilegal
Mantan Menpora, Roy Suryo diusir dari ruang persidangan karena
menunjuk-nunjuk hakim
Keterangan program acara: Kabar Khusus (live) sidang ke-21
10. Tanggal : 19 September 2016
Judul : Jessica Meracun Mirna?
Konten :
JPU pertanyakan metode pemeriksaan ahli psikolog kubu Jessica,
Dewi Haroen
Dewi Haroen kritisi saksi ahli psikolog sebelumnya dari kubu JPU
Hakim Anggota, Binsar Gultom banyak bertanya kepada ahli
kriminologi kubu Jessica, Eva Achjani Zulfa
Keterangan program acara: Kabar Pagi (live) sidang ke-22
11. Tanggal : 28 September 2016
Judul : Siapa Meracun Mirna?
Konten :
Mendengarkan keterangan Jessica sebagai terdakwa
Jessica ke Olivier diantar Ayah pakai mobil pribadi
Jessica tak pernah naik angkutan umum
Universitas Sumatera Utara
90
Universitas Sumatera Utara
Jessica ungkap alasan foto di Olivier dan meletakkan paper bag di
atas meja 54
Jessica sebut terbiasa langsung bayar saat memesan minuman di bar
Alasan Jessica datang lebih awal ke Grand Indonesia
Cerita Jessica awal mula memesan Kopi Vietnam di Kafe Olivier
Keterangan program acara: Kabar khusus (live) sidang ke-26
12. Tanggal : 29 September 2016
Judul : Membaca Kejujuran Jessica
Konten :
Rangkuman persidangan Jessica
Jessica membantah semua tuduhan jaksa
Jessica sering ucapkan lupa dan tidak tahu
Jessica menangis saat persidangan, karena kondisi sel tahanannya
yang mengenaskan
Celana Jessica sobek saat naik mobil
Kesimpulan talkshow ini ialah sidang Jessica bagaikan sinetron
Keterangan program acara: Apa kabar Indonesia Pagi
13. Tanggal : 5 Oktober 2016
Judul : Siapa Meracun Mirna?
Konten : Jaksa tuntut 20 tahun penjara kepada terdakwa
pembunuhan berencana, Jessica Kumala Wongso
Keterangan program acara: Kabar Khusus (live) sidang ke-27
14. Tanggal : 12 Oktober 2016
Judul : Siapa Meracun Mirna?
Konten :
Jessica sampaikan nota pembelaan (pleidoi)
Jessica bersumpah tidak membunuh Mirna
Curahan hati Jessica di nota pembelaan
Baca pembelaan, Jessica terus menangis
Keterangan program acara: Kabar Pagi dan Kabar Khusus (live) sidang
ke-28
Universitas Sumatera Utara
91
Universitas Sumatera Utara
15. Tanggal : 13 Oktober 2016
Judul : Di Balik Tangisan dan Pembelaan Jessica
Konten :
Membahas isi nota pembelaan yang dibacakan terdakwa Jessica pada
pleidoinya
Praktisi Hukum, Hotman Paris Hutapea mempermasalahkan barang
bukti CCTV, sedotan dan flashdisk hingga keterangan saksi ahli kubu
JPU yang mulai menjurus kepada opini
Keterangan program acara: Apa Kabar Indonesia Malam
Maka, dari pemaparan di atas tampak berkesesuaian dengan pernyataan
McCombs dan Shaw, bahwa agenda setting adalah proses dimana media
memimpin masyarakat dalam menetapkan kepentingan relatif untuk berbagi isu
publik. Agenda setting mempengaruhi agenda publik tidak dengan mengatakan
kasus Jessica ini penting secara terang-terangan, tetapi cukup dengan memberikan
lebih banyak ruang dan waktu untuk masalah ini serta dengan memberikan
penonjolan-penonjolan lebih.
Oleh karena itu, tvOne amat sangat memperhatikan agenda medianya,
seperti: Jumlah dan tingkat menonjolnya siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna (visibility), menyesuaikan relevansi isi berita yang sarat
konflik dan berbau drama dengan kebutuhan pemirsa (audience salience), dan
dengan cara pemberitaan yang menyenangkan bagi pemirsanya (valence).
Sehingga, menghasilkan tingkat rasa penasaran pemirsa tvOne yang tinggi atas
setiap babak jalannya sidang kasus pembunuhan Mirna.
Nuri, seorang ibu muda dari Bandung misalnya, mengaku tidak pernah absen
mengikuti kasus Jessica. Sejak bulan Juli lalu, rutin tiap hari Rabu atau Kamis dia
akan menyalakan TV sepanjang hari. Ini jadi sesuatu hal yang jarang dia lakukan
mengingat aktivitasnya yang padat sebagai peneliti bidang bioteknologi.
Dia tidak risih saat kegiatannya mengetik paper ditemani oleh ocehan-ocehan
Otto Hasibuan, “Kasus ini seru. Aku suka dengan teka-tekinya yang sampai
sekarang belum terungkap. Jadi penasaran aja ingin tahu siapa pembunuhnya,”
katanya dengan bangga.
Apa yang dilakukan Nuri tidaklah segila Yeni. Nenek berumur 60 tahun ini
selalu menyempatkan diri datang secara langsung ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Padahal rumahnya jauh di Citayam, Depok. Dari Citayam dia biasa
Universitas Sumatera Utara
92
Universitas Sumatera Utara
menumpang Commuter Line sampai Manggarai, lalu pindah kereta melanjutkan
perjalanan ke Kemayoran. Dengan penuh semangat dia bercerita:
“Biasanya nonton dulu di rumah sampai jam 12. Setelah masak baru
berangkat ke sini. Aku ikuti persidangan ini dari sidang ke-6. Diam di sini pun
dari pagi sampai malam.”
Loyalitasnya pada persidangan ini hampir tak masuk akal. Pernah suatu
ketika sidang berakhir jam 10 malam, dan dia tetap setia menyimak di pengadilan.
“Sampai rumah jam sekitar pukul 2, gila ya aku. Haha.”
Di pengadilan itu, ada Yeni-Yeni lain yang jumlahnya bisa mencapai
puluhan. Sorak sorai berisik penonton yang sering terdengar di televisi keluar dari
mulut-mulut mereka.
Ketertarikan Nuri, Yeni dan jutaan pemirsa lain inilah yang membuat
Kompas TV, TvOne, dan InewsTV muncul bak pahlawan memberikan kesegaran
lewat tayangan panjang di persidangan (Tirto.id, 6 Desember 2016).
Sehingga, hal di atas menjelaskan betapa besarnya pengaruh media tvOne
dalam menyoroti beberapa kejadian terkait Jessica, seperti berulang-ulang
mempertanyakan kebenaran akan keterlibatan Jessica dalam pembunuhan Mirna
lewat tema “Jessica Meracun Mirna?”. Atau pengakuan-pengakuan Jessica pada
sidang ke-26 (28/9), seperti: Jessica ke Olivier diantar Ayah pakai mobil pribadi,
Jessica tak pernah naik angkutan umum, Jessica terbiasa langsung bayar (bill out)
saat memesan minuman di bar sesuai kebudayaan di Australia. Semua hal tersebut
merupakan aktivitas-aktivitas Jessica yang dibeberkan di persidangan dan ikut
menjadi objek peliputan tvOne. Sehingga, isu-isu tersebut tampak lebih penting
(isu yang menonjol/obstructive issues). Sebab, seperti yang dinyatakan Severin
dan Tankard (2008: 261) yaitu komodifikasi amat-sangat mengacu kepada fungsi
penentuan agenda (agenda setting function), dimana kekuatan media ditunjukkan
dengan peliputan berita yang diulang-ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah
isu dalam benak publik.
Hanya saja, dalam upaya-upaya tersebut tvOne mengabaikan kepentingan
publik untuk mendapatkan kualitas produk berita yang baik. Contoh:
Permasalahan celana Jessica yang sobek saat naik mobil suami Mirna pada sidang
ke-26 (28/9), yang juga ikut diberitakan serta disiarkan secara live oleh tvOne.
Bahkan, membahasnya kembali pada program berita Apa Kabar Indonesia Pagi
Universitas Sumatera Utara
93
Universitas Sumatera Utara
(29/9) berjudul “Membaca Kejujuran Mirna” yang dalam dokumentasinya juga
menghadirkan terdakwa Jessica.
Pembawa acara (wanita) : Robeknya di bagian apa?
Jessica : Di bagian selangkangan..
Pembawa acara (laki-laki) : O, gede dong!
Selain itu, detik-detik Roy Suryo diusir dari persidangan Jessica ke-21
(15/9) juga ikut diberitakan dan disiarkan secara berlebihan oleh tvOne. Terlihat
dari dibahasnya kembali dalam program acara lain, seperti Kabar Khusus dengan
menghadirkan Roy Suryo. Pada acara itu dijelaskan alasan Roy Suryo
memberikan jempolnya kepada hakim dan saksi ahli M. Nuh sebagai tanda
apresiasinya. Sedangkan, saksi ahli digital forensik dari kubu Jessica, Rismon
Sianipar disebutnya sebagai pemilik barang bukti „cicit‟, artinya barang bukti
kesekian ketimbang yang dimiliki M. Nuh. Ataupun saat keluarga Mirna, Arief
Soemarko dan Sandy Shalihin mengungkapkan kekecewaannya terhadap tuntutan
Jaksa yang hanya 20 tahun juga ikut disorot oleh tvOne. Polemik tuntutan Jessica
pada Kabar Siang itu memberitakan bahwa keluarga Mirna ingin Jessica dihukum
mati.
Jelas, upaya tvOne di atas yang membuat „ramai‟ kasus ini telah
mengabaikan kepentingan publik untuk mendapatkan informasi yang bermutu.
Dan adanya penggiringan opini dengan menggunakan pemberitaan Jessica dari
segala sisinya, untuk kemudian dijadikan sebagai alat guna mendapatkan
keuntungan (komodifikasi). Imbasnya, selain tidak menghargai proses hukum di
persidangan yang kala itu masih berjalan, tvOne masih belum memperbaiki dan
membatasi porsi pemberitaan kasus tersebut sebagaimana imbauan KPI Pusat
tertanggal 12 Agustus 2016.
Pemberitaan kasus kematian Mirna sendiri mulai merebak sejak 6 Januari
2016 silam. Pasca diduga meregang nyawa seusai menyeruput es kopi Vietnam
yang dipesan oleh Jessica di Kafe Olivier, Grand Indonesia. Kopi tersebut
dipesankan oleh Jessica sebagai terdakwa tunggal kasus tersebut. JPU mendakwa
sahabat Mirna di Billyblue College Australia itu diyakini sebagai penaruh sianida
ke dalam kopi korban. Kemudian JPU menuntut Jessica 20 tahun atas Pasal 340
Universitas Sumatera Utara
94
Universitas Sumatera Utara
KUHP tentang pembunuhan berencana. Sidang perdana pun dimulai dari 15 Juni
2016 dan terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Serta berakhir dengan amar
putusan hakim pada Kamis, 27 Oktober 2016.
Dengan demikian, siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna yang
memiliki nilai guna pun dimanfaatkan oleh tvOne menjadi nilai tukar. Publik kala
itu dibuat penasaran siapa sebenarnya pembunuh Mirna? Dan putusan apa yang
akan diketok hakim? Apakah Jessica bebas karena sampai dengan saat itu tidak
terbukti secara fisik sebagai penaruh sianida ke kopi Mirna, atau mengacu kepada
JPU yang menuntutnya dibui selama 20 tahun?
Adapun pertanyaan akan relasi kuasa media adalah inti dari penafsiran
Marx mengenai media massa. Meskipun beragam, pertanyaan ini selalu
menekankan fakta bahwa pada akhirnya media merupakan instrumen bagi kelas
penguasa untuk mengontrol. Mereka menekankan pada ideologi efek media
(media effect) terhadap kepentingan kelas penguasa dalam „mereproduksi‟
hubungan yang intinya adalah eksploitatif dan manipulatif, mengesahkan dominan
kapitalisme serta mengesampingkan kelas pekerja. Teks berikut diambil dari
German Ideology milik Marx yang berbunyi: “Lapisan yang memiliki alat dan
bahan produksi pada saat yang sama memiliki kontrol terhadap alat produksi
mental, sehingga secara umum mereka yang tidak memiliki alat produksi akan
tunduk kepadanya”.
Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, karena mendirikan dan mengoperasikan
media massa butuh biaya mahal. Peralatan dan fasilitas membutuhkan investasi
besar. Harus ada dana untuk gaji. Stasiun televisi harus membayar rekening listrik
yang selangit. Singkatnya, media massa beroperasi dalam lingkungan kapitalistis.
Dengan sedikit pengecualian, mereka berusaha mendapatkan banyak uang.
Pengiklan membeli waktu di media siaran” (Vivian, 2008: 20).
Universitas Sumatera Utara
95
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Menunjukkan media merupakan titik pusat dari tiga macam
pengaruh yang saling tumpang tindih (McQuail, 2011: 245).
Hal fundamental bagi pemahaman relasi kuasa media adalah persoalan
kepemilikan dan bagaimana kekuasaan atas kepemilikan tersebut dijalankan.
Kepercayaan bahwa kepemilikan sangat menentukan sifat media tidak sekedar
teori Marxist (Marxist Theory), tetapi merupakan aksioma logis yang dirangkum
ke dalam „hukum kedua jurnalisme‟ milik Altschull, dimana konten media selalu
mencerminkan kepentingan mereka yang membiayainya. Maka, konten siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna mencerminkan kepentingan relasi
kuasa tvOne. Dengan menjadikan siaran langsung sidang kasus tersebut sebagai
salah satu objek pemilik tvOne guna menghasilkan keuntungan.
Kekuatan kepemilikan tersebut dapat dijalankan dengan cara mengontrol
wartawan tvOne mendukung pemilik dalam memutuskan berbagai konten terkait
sidang Jessica di PN Jakpus. Apalagi, stasiun televisi siaran tvOne berkompetisi
dengan sesama stasiun televisi lain yang juga ikut menyiarkan persidangan yang
sama, seperti KOMPAS TV dan iNewsTV. Jelas, kompetisi antarstasiun ini adalah
kompetisi memperebutkan audience dan iklan. Secara teoritis, makin besar
audience, maka makin banyak pengiklan (Usman Ks, 2009: 91). Atau
sebagaimana yang dikatakan Subiakto (dalam Cahyana dan Suyanto, 1996: 63)
bahwa perkembangan keadaan lebih lanjut menunjukkan pertumbuhan industri
pers diwarnai dengan situasi kompetisi yang semakin ketat.
Ekonomi Politik Institusi
Media
Teknologi
Universitas Sumatera Utara
96
Universitas Sumatera Utara
tvOne sebagai institusi ekonomi memafhumi, bahwa masyarakat
memerlukan informasi dan kebutuhan akan perkembangan lebih lanjut dari
persidangan Jessica (People rights to know). Dan hal itu hanya dapat difasilitasi
oleh mereka, yang sekaligus juga ingin menguatkan kedudukan ekonominya.
Niscaya, keberadaan tvOne yang bertolak dari kekuatan permodalan serta
berorientasi mencari keuntungan telah menyebabkan penyakit sosial lewat siaran
langsungnya. Yaitu, mengurangi kesempatan pemirsa untuk memperoleh ragam
informasi lain, muatan ungkapan kata-kata kasar/tidak sopan, judul berita yang
tendensius, penggambaran detail sianida yang dapat ditafsirkan menjadi tutorial
pembunuhan, mempertanyakan manfaat berita itu bagi pemirsa, dan dampak
berita bagi perkembangan jiwa anak dan remaja. Selain itu, kebebasan berekspresi
wartawannya juga ikut dikorbankan untuk tetap survive (bertahan dalam
persaingan antar media).
Ecep S. Yasa, General Manager tvOne mengatakan jalannya sidang kasus
pembunuhan Wayan Mirna Shalihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso
merupakan informasi kasus yang menarik bagi publik, sehingga tvOne
menyiarkannya secara langsung, termasuk beberapa televisi lain. Tayangan kasus
tersebut, kata dia, didasarkan pada prinsip keterbukaan informasi publik. “Kasus
ini sarat dengan animo masyarakat yang sudah terlanjur mengikuti berbagai
update kasus kopi bersianida. Jadi, siaran langsung ini memberikan fakta nyata
atau perspektif yang menyajikan kedua belah pihak,” kata Ecep. Menurutnya,
khususnya tvOne juga sudah menyiarkan persidangan kasus pembunuhan Mirna
dengan memenuhi kaidah jurnalistik, terutama unsur keberimbangan (Suara.com
Rabu, 31/8).
Menurut Dimmick dan Rothenbuhler (dalam Cahyana dan Suyanto, 1996:
65), ada tiga sumber utama yang menjadi penunjang kehidupan industri media.
Yakni; Capital, Types of Content, dan Types of Audience. Kompetisi antar pers,
pada dasarnya adalah memperebutkan ketiga sumber tersebut. Capital yang
wujudnya berupa sumber dana, merupakan unsur penentu utama dalam industri
media. Sedang types of content adalah isi media yang harus diperebutkan, dimana
tvOne berusaha memberitakan lebih cepat sidang kasus pembunuhan Mirna dan
mengemas dalam bahasa yang menarik sehingga unggul dalam persaingan.
Selanjutnya suatu pers harus berusaha memahami tipe khalayak (types of
audience), sekaligus menguasainya sebagai pasar.
Universitas Sumatera Utara
97
Universitas Sumatera Utara
Terbukti, seperti dikutip dari data Adstensity –Lembaga riset yang
memantau iklan tv komersial (TVC) pada laman berita tirto.id: Pada persidangan 3
Agustus 2016 (sidang ke-10), tvOne mendapatkan 9,9 miliar dan KOMPAS TV 1,5
miliar; Persidangan 10 Agustus 2016 (sidang ke-11), tvOne mendapatkan 6,4
miliar dan KOMPAS TV 1,8 miliar; Persidangan 25 Agustus 2016 (sidang ke-14),
tvOne mendapatkan 7,7 miliar dan KOMPAS TV 1,7 miliar; dan persidangan 1
September 2016 (sidang ke-17), tvOne mendapatkan 3,7 miliar dan KOMPAS TV
1,8 miliar.
Juga pada sidang ke-11 yang dilakukan 10 Agustus lalu, share tvOne
melejit hingga 5,68 persen ketimbang KOMPAS TV 5,64 persen dan iNewsTV
3,65 persen. Sedangkan Metro TV yang tidak menayangkan siaran secara live
hanya kebagian 1,62 persen. Padahal, jika merujuk rerata share harian pada pekan
itu tanpa melibatkan hari dimana sidang digelar, tvOne hanya mendapatkan 3,43
persen, KOMPAS TV 2,06 persen, dan iNewsTV 1,72 persen. Menunjukan
keunggulan tvOne dari para pesaingnya baik dalam pemasukan iklan maupun
rerata share-nya.
Berikut tabel dua model berlawanan dari kekuatan media
Tabel 4.2 Dua model berlawanan dari kekuatan media (McQuail, 2011: 95) “telah diolah
kembali”.
Dominan Pluralis
Sumber Masyarakat Kelas penguasa atau elit
dominan
Kepentingan politik,
sosial, budaya, dan
kelompok yang saling
bersaing
Media Di bawah kepemilikan
yang terkonsentrasi dari
yang seragam
Banyak jenis dan mandiri
satu sama lain
Produksi Terstandar, rutin Kreatif, bebas, orisinal
Isi dan Pandangan Selektif dan ditentukan Pandangan yang beragam
Universitas Sumatera Utara
98
Universitas Sumatera Utara
Dunia dari atas dan saling bersaing
tergantung permintaan
khalayak
Dari tabel diatas terlihat bawah tvOne dalam model kekuatan medianya
termasuk dalam bentuk yang dominan. Dimana media tvOne dibawah
kepemilikan yang terkonsentrasi kepada kelas penguasa atau elit dominan
medianya, yang menciptakan keseragaman dalam pemberitaan terkait siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna. Bentuk produksi siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna juga kerap terstandar dan rutin, serta isi dan
kontennya terselektifitas dan ditentukan dari atas.
Maka, tvOne lewat relasi kuasa yang dimilikinya telah menggunakan
kekuasaan yang ada untuk melakukan kendali atas produksi acara pada siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna. Dengan secara tidak langsung
menekan wartawannya untuk mendapatkan eksklusifitas berita sidang kasus
Jessica yang tidak biasa dan bersifat serial, dan menyebarluaskannya pada ranah
public sphere. Implikasi di atas menunjukkan bagaimana relasi kuasa media
tvOne tersebut menggunakan hak mereka untuk melakukan kontrol atas aliran
informasi terkait siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna. Dan hal ini
termasuk ke dalam bentuk komodifikasi tenaga kerja, dimana kelas managerial
yang juga mewakili kepentingan pemilik modal menekan wartawannya untuk
mendapatkan eksklusifitas berita dari sidang kasus Jessica.
Menurut McManus lebih lanjut (1994: 114-115), dalam tahap pemilihan
berita tersebut ada tiga pertimbangan yang lazim digunakan, yakni: Pertimbangan
jurnalistik, pertimbangan pasar dan kompromi antara jurnalisme dan pasar. Pada
pertimbangan jurnalistik yang digunakan wartawan dalam meliput sidang Jessica
adalah kode etik dasar dari jurnalisme yang disebut sebagai tanggung jawab
sosial, keterbukaan informasi kepada publik dan sebagainya. Namun,
Pertimbangan pasar seperti iklan atau promosi dari Direktur Program dan
Pemasaran tvOne turut mengarahkan pemilihan berita pada isu atau kejadian yang
Universitas Sumatera Utara
99
Universitas Sumatera Utara
mampu menarik pemirsa dari produksi acara pada siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna.
Relasi kuasa media tvOne sebagai agen ekonomi secara alamiah akan
berupaya untuk mendukung kebijakan produksi acara sidang kasus pembunuhan
Mirna yang menjamin keuntungan bagi mereka. Baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Untuk itu, relasi kuasa tvOne berupaya merespons
kepentingan baik khalayak maupun pengiklannya. Pada waktu yang bersamaan,
relasi kuasa tvOne pun harus mengorientasikan dirinya sebagai kompetitor yang
berada pada arena yang sama, seperti KOMPAS TV dan iNewsTV.
Maka, telah terjadi praktik wacana dalam konteks relasi kuasa media
tvOne dilihat dari komodifikasi pada keseluruhan proses produksi acara tersebut
ialah sebagai berikut:
1. Fakta yang dimunculkan merupakan hasil dari pertarungan
ekonomi media dan sosial yang berkembang dalam masyarakat.
2. Produksi acara siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di
tvOne mencerminkan refleksi dari kepentingan elit dominannya.
3. Produksi acara siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di
tvOne dijadikan sebagai alat untuk mencari keuntungan
(komodifikasi) oleh kelompok dominannya.
4. Hasil liputan siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna
mencerminkan ideologi wartawan dan kepentingan ekonomi
tvOne.
5. Hasil liputan siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna
tidak objektif, karena tvOne terlalu mengacu kepada profit
(keuntungan) sehingga merugikan pemirsa.
Alhasil, tvOne yang seharusnya sebagai frekuensi penyiaran milik sah
publik telah tergadaikan atas nama „kepentingan‟ dari para relasi kuasa medianya.
Sehingga, resiko yang dimunculkan dengan kebijakan yang demikian adalah
pemberitaan yang dihasilkan hanya akan mengikuti kepentingan mereka dalam
hal mencari keuntungan semata.
Universitas Sumatera Utara
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Analisis Siaran Langsung Sidang Kasus Pembunuhan Mirna di
tvOne Berdasarkan Konsep Pemikiran Pierre Bourdieu
Pada hemat peneliti, ketika mencoba memahami pemikiran Bourdieu, ada
satu poin penting yang penting untuk kita renungkan bersama, yakni ilmu
pengetahuan sosial dan filsafat harus mampu mengangkat dan menganalisis
berbagai situasi di masyarakat yang menciptakan ketidakadilan dan penindasan
sosial. Termasuk di dalamnya masalah relasi kuasa media dalam siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne yang berdampak terhadap ranah
frekuensi penyiaran sebagai milik sah publik.
Maka, konsep pemikiran kritisnya dapat diaplikasikan untuk membedah
praktik wacana dan relasi kuasa media dibalik produksi acara pada siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne ialah sebagai berikut:
1. Habitus
Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan
filsafati atas perilaku manusia. Dalam kasus ini, habitus ialah nilai-nilai sosial
yang dihayati oleh wartawan di lingkungan tvOne, dan tercipta melalui proses
sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama. Kemudian mengendap menjadi cara
berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri wartawan tvOne tersebut.
Contohnya: Sukarni Ilyas (Karni Ilyas) merupakan Pemimpin Redaksi
tvOne dan Pembawa Acara Indonesia Lawyers Club (ILC). Sejak kecil Karni Ilyas
telah hidup di lingkungan yang ber-kapital (bermodal). Kakeknya dari pihak ibu
yang bernama Datuk Basa (Angku Datuak), merupakan seorang pedagang kain
partai besar dan salah satu pendiri Diniyah School. Ia juga mendapatkan habitus
yang cukup di lingkungan pendidikan, seperti: Semasa SMP Karni bersekolah di
SMPN 5 Padang. Setelah menamatkan SMEA di Padang ia melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sehingga, wajar jika
kemudian namanya cukup berkibar dalam memandu acara ILC, yang banyak
dihadiri oleh para pengacara kondang itu. Ia pun pernah menyabet penghargaan
dalam kategori Presenter Talkshow Berita & Informasi Terbaik pada Panasonic
Universitas Sumatera Utara
101
Universitas Sumatera Utara
Globel Awards 2013, dan Presenter Pria Terfavorit pada Anugerah Komisi
Penyiaran Indonesia 2015. Kepiawaiannya dalam bidang hukum pun pernah
mengantarkannya untuk memimpin Majalah Forum tahun 1991-1999. Tahun
berikutnya Karni memegang posisi sebagai Komisaris Majalah tersebut.
Disisi lain, Karni Ilyas telah memulai habitusnya sebagai seorang
wartawan sejak bergabung dengan Harian Suara Karya pada tahun 1972. Ia
kemudian pindah ke Majalah Tempo tahun 1978 sampai menduduki jabatan
sebagai Redaktur Pelaksana.
Ia memimpin Liputan 6 SCTV sejak tahun 1999-2005. Di televisi ia
menemukan dunia baru yang ternyata luar biasa baginya. Ia terpacu ketika
berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa muncul setiap saat. Dunia baru
inilah yang membuatnya memiliki jargon bahwa kekuatan televisi adalah
“kecepatan-kecepatan-kecepatan!”. Dalam tempo hanya enam tahun, ia berhasil
mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di tanah air
kala itu.
Karni hijrah ke antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya, banyak
tayangan eksklusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannya. Tak
jarang dalam liputan-liputan tersebut ia sekaligus menjadi reporternya. Sehingga,
wajarlah jika merujuk pada pemikiran Bourdieu, bahwa pada tahun 2007, Karni
kemudian dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih Keluarga
Bakrie. Di tvOne, Karni menjabat Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi
News and Sport. Pada tahun 2012, ia meraih Panasonic Gobel Awards, untuk
kategori “Life Time Achievement”.
Namun, terlepas dari segudang prestasi di atas. Aspek kelembagaan tvOne
sebagai sebuah perusahaan Pers ikut memengaruhi proses produksi berita oleh
para wartawannya. Baik dari segi keredaksionalan sampai kepada unit-unit
lainnya, seperti dari segi pemasukan iklan atau promosi dari Direktur Program dan
Pemasaran. Sehingga, habitus yang terus berkesinambungan tersebut turut
berperan atas perilaku wartawan tvOne dalam melakukan peliputan. Dan, habitus
yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku fisik
Universitas Sumatera Utara
102
Universitas Sumatera Utara
disebutnya sebagai Hexis. Yakni, dalam kasus ini, cenderung berpikir kepada
profit, share dan rating, serta eksklusifitas berita siaran langsung sidang kasus
pembunuhan Mirna.
Pemimpin Redaksi (Karni Ilyas) dan awak media dituntut tunduk oleh
pemilik media untuk berpikir bisnis secara profesional. Artinya, di satu sisi
cenderung mementingkan kepentingan pemilik, sedangkan pada sisi yang lain
melanggengkan kesan bahwa tvOne melayani kepentingan pemirsa yang haus
akan informasi.
Altschull dalam edisi pertamanya, “Agent of Power” juga pernah
menuliskan:
Sejarah pers menunjukkan bahwa surat kabar dan variasi model cenderung
mementingkan kepentingan pemilik, sedangkan pada saat yang sama
melanggengkan kesan bahwa pers adalah untuk melayani kepentingan pengguna
berita. Terlalu berangan-angan bila berharap bahwa media berita akan berbelok
180 derajat dan mencemoohkan keinginan pemilik.
Akibatnya, pekerja media tidak dapat melawan kuasa pemilik media.
Sebagaimana yang dituliskan oleh Hamid dan Budianto (2011: 58), kelemahan
insan jurnalistik elektronika itu menurut mereka adalah dalam struktur
keperusahaan hanya seorang pegawai biasa. Wartawan adalah “orang gajian”
yang secara psikologis tidak akan menang berdebat dengan orang yang
menggajinya. Take it or leave it! Walhasil, habitus awak media setinggi apapun
telah terkooptasi oleh kepentingan para pemilik kapital yang lebih besar (modal).
Dengan mengeksploitasi mereka „awak media‟ guna menghegemoni pemirsa.
Hegemoni sendiri adalah dominasi yang tak terasa. Yakni, dominasi yang dilihat
sebagai sesuatu hal yang lumrah dan normal. Sementara, dominasi terlihat jelas
sebagai sebuah dominasi, yakni penaklukan yang kuat atas yang lemah, sehingga
kerap menimbulkan pemberontakan-pemberontakan.
2. Kapital
Kapital adalah modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan
kesempatan-kesempatan di dalam hidup. Ada banyak jenis kapital, seperti kapital
Universitas Sumatera Utara
103
Universitas Sumatera Utara
intelektual (pendidikan), kapital ekonomi (uang), dan kapital budaya (latar
belakang dan jaringan). Kapital bisa diperoleh, jika orang memiliki habitus yang
tepat dalam hidupnya.
Dalam kasus ini, Anindra Ardiansyah Bakrie merupakan anak bungsu dari
Aburizal Bakrie, dan kini menjabat sebagai Direktur Utama tvOne yang memiliki
kapital ekonomi (modal), dengan Pemred Karni Ilyas dan General Manager Ecep
S. Yasa yang keduanya memiliki kapital intelektual (pendidikan). Sehingga,
dengan kapital yang mereka miliki itu, mereka melakukan kendali atas produksi
acara pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna. Dengan menekan
wartawannya untuk mendapatkan eksklusifitas berita sidang kasus tersebut yang
tidak biasa dan bersifat serial.
Dan, para wartawan yang tidak memiliki kapital dalam struktur
keperusahaan hanyalah seorang pegawai biasa. Wartawan adalah “orang gajian”
yang secara psikologis tidak akan menang berdebat dengan orang yang
menggajinya. Take it or leave it!
Alhasil, dengan kepemilikan kapital tersebut, mereka menggunakannya
untuk melakukan kontrol atas aliran informasi terkait siaran langsung sidang
kasus pembunuhan Mirna sesuai kepentingan mereka dalam hal mencari
keuntungan.
3. Arena
Arena adalah ruang khusus yang ada di dalam masyarakat. Ada beragam
arena, seperti arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, dan arena politik.
Jika orang ingin berhasil di suatu arena, maka ia perlu untuk mempunyai habitus
dan kapital yang tepat.
Dalam kasus ini, tvOne berkompetisi dengan televisi lain seperti KOMPAS
TV dan iNewsTV yang juga ikut menyiarkan persidangan tersebut (arena sama).
Jelas, kompetisi antar stasiun ini adalah kompetisi memperebutkan audience dan
iklan. Sebab secara teoritis, makin besar audience, maka makin banyak pengiklan
Universitas Sumatera Utara
104
Universitas Sumatera Utara
(Usman Ks, 2009: 91). Dan, perkembangan lebih lanjut menunjukkan bahwa
tvOne menggungguli lawannya dalam arena ini.
Terbukti, seperti dikutip dari data Adstensity –Lembaga riset yang
memantau iklan tv komersial (TVC) pada laman berita tirto.id: Pada persidangan 3
Agustus 2016 (sidang ke-10), tvOne mendapatkan 9,9 miliar dan KOMPAS TV 1,5
miliar; Persidangan 10 Agustus 2016 (sidang ke-11), tvOne mendapatkan 6,4
miliar dan KOMPAS TV 1,8 miliar; Persidangan 25 Agustus 2016 (sidang ke-14),
tvOne mendapatkan 7,7 miliar dan KOMPAS TV 1,7 miliar; dan persidangan 1
September 2016 (sidang ke-17), tvOne mendapatkan 3,7 miliar dan KOMPAS TV
1,8 miliar.
Juga pada sidang ke-11 yang dilakukan 10 Agustus lalu, share tvOne
melejit hingga 5,68 persen ketimbang KOMPAS TV 5,64 persen dan iNewsTV
3,65 persen. Sedangkan, Metro TV yang tidak menayangkan siaran secara live
hanya kebagian 1,62 persen. Padahal, jika merujuk rerata share harian pada pekan
itu tanpa melibatkan hari dimana sidang digelar, tvOne hanya mendapatkan 3,43
persen, KOMPAS TV 2,06 persen, dan iNewsTV 1,72 persen. Menunjukan
keunggulan tvOne dari para pesaingnya baik dalam pemasukan iklan maupun
rerata share-nya.
Data ini sekaligus menunjukkan, bahwa tvOne berhasil di arena ini, karena
tvOne telah mempunyai habitus dan kapital yang tepat untuk menyaingi para
kompetitornya. Habitus dan kapital yang tepat disini maksudnya ialah keuletan
wartawan tvOne dalam meliput sidang Jessica yang didasari oleh tekanan relasi
kuasa medianya untuk mendapatkan eksklusifitas berita.
Oleh karena itu, merujuk pada konsep pemikiran kritis Pierre Bourdieu
dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne. Maka,
pemberitaan tersebut sebagai sebuah produk bahasa bukanlah alat komunikasi
yang bersifat netral dan tanpa kepentingan. Bourdieu menyebutnya sebagai suatu
pandangan yang amat naif, jika tidak mau dikatakan sebagai picik.
Universitas Sumatera Utara
105
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, jika merujuk pada Bourdieu, bahasa (siaran langsung sidang
kasus pembunuhan Mirna di tvOne) adalah simbol kekuasaan relasi kuasa
medianya. Di dalam siaran langsung tersebut tersembunyi dominasi simbolik dan
struktur kekuasaan yang ada di dalam medianya, serta menyembunyikan
kepentingan-kepentingan relasi kuasa media tvOne untuk mendulang keuntungan
(pemasukan iklan) lewat siaran langsung persidangan tersebut. Jadi, siaran
langsung tersebut bukan hanya didasarkan pada nilai guna, tetapi juga nilai tukar.
Artinya siaran itu diproduksi bukan semata-mata memiliki kegunaan bagi
khalayak. Melainkan lebih karena dapat dipertukarkan di pasar. Dengan demikian,
orientasi siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne bukan untuk
memenuhi kebutuhan objektif masyarakat yang haus akan informasi, tetapi lebih
terdorong oleh akumulasi modal. Masyarakat yang tidak sadar akan hal ini telah
menjadi boneka dari “kekuasaan simbolik” yang tengah berlangsung.
tvOne sebagai institusi ekonomi memafhumi, bahwa masyarakat
memerlukan informasi dan kebutuhan akan perkembangan lebih lanjut dari
persidangan Jessica (People rights to know). Dan hal itu hanya dapat difasilitasi
oleh mereka, yang sekaligus juga ingin menguatkan kedudukan ekonominya.
Sehingga, penindasan ini tidak dirasakan sebagai penindasan, tetapi sebagai
sesuatu yang secara normal perlu dilakukan. Artinya, penindasan dari pemberitaan
siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne telah mendapatkan
persetujuan dari pemirsanya sendiri.
Penindasan-penindasan di atas dapat berupa mengurangi kesempatan
pemirsa untuk memperoleh ragam informasi lain, muatan ungkapan kata-kata
kasar/tidak sopan, judul berita yang tendensius, penggambaran detail sianida yang
dapat ditafsirkan menjadi tutorial pembunuhan, mempertanyakan manfaat berita
itu bagi pemirsa, dan dampak berita bagi perkembangan jiwa anak dan remaja.
Selain itu, kebebasan berekspresi wartawannya juga ikut dikorbankan untuk tetap
survive (bertahan dalam persaingan antar media).
Mekanisme dominasi simbolik ini nantinya memuncak pada pemikiran
Bourdieu tentang doxa. Secara singkat, doxa adalah pandangan pandangan
Universitas Sumatera Utara
106
Universitas Sumatera Utara
penguasa dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat. Sebagaimana,
pernyataan Ecep S. Yasa, General Manager tvOne yang mengatakan jalannya
sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Shalihin dengan terdakwa Jessica
Kumala Wongso merupakan informasi kasus yang menarik bagi publik, sehingga
tvOne menyiarkannya secara langsung, termasuk beberapa televisi lain. Tayangan
kasus tersebut, kata dia, didasarkan pada prinsip keterbukaan informasi publik.
Walaupun secara konseptual, pandangan tersebut mengandung banyak kesesatan.
“Kasus ini sarat dengan animo masyarakat yang sudah terlanjur mengikuti
berbagai update kasus kopi bersianida. Jadi, siaran langsung ini memberikan fakta
nyata atau perspektif yang menyajikan kedua belah pihak,” kata Ecep.
Menurutnya, khususnya tvOne juga sudah menyiarkan persidangan kasus
pembunuhan Mirna dengan memenuhi kaidah jurnalistik, terutama unsur
keberimbangan (Suara.com Rabu, 31/8).
Doxa menunjukkan, bagaimana relasi kuasa media tvOne bisa meraih
pendapatan, dan mempertahankan pemirsanya lewat mengontrol siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan
informasi. Dengan mempermainkan simbol (baca: pemberitaan sidang Jessica)
yang berhasil memasuki pikiran pemirsa, sehingga pemirsa kehilangan sikap
kritisnya atas pemberitaan yang disuguhkan tvOne ini. Mereka ditindas, tetapi
tidak pernah merasa sungguh ditindas, karena mereka hidup dalam doxa. Pada
akhirnya, pemirsa hanya mengabdi pada kepentingan relasi kuasa media tvOne.
Universitas Sumatera Utara
107
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Setelah melakukan penelitian, dengan teknik pengumpulan data yang
mendalam. Dan menganalisisnya dengan Analisis Wacana Kritis Norman
Fairclough, terutama pada analisis sociocultural practise dengan konteks relasi
kuasa media dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne
dilihat dari komodifikasi. Maka, peneliti memiliki simpulan pada penelitian ini
sebagai berikut:
1. Praktik Wacana
Telah terjadi praktik wacana dibalik produksi acara pada siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne. Pada level
situasional, siaran langsung sidang kasus tersebut amat sangat
memperhatikan aspek situasional. Dimana perdebatan yang ada di
dalam sidangnya menjadikan siaran langsung ini tampak khas dan
unik, serta sarat konflik yang melibatkan emosi pemirsa. Apalagi kala
itu, pemirsa masih penasaran siapa pembunuh Mirna dan hukuman apa
yang akan dijalani Jessica. Sehingga, tvOne tidak bodoh untuk menyia-
nyiakan momentum ini guna mendulang keuntungan.
Pada level institusional, menunjukkan bahwa tvOne sebagai sebuah
institusi media tidak dapat dipisahkan dari model hierarki faktor-faktor
yang mempengaruhi konten siaran langsung sidang kasus pembunuhan
Mirna. Dan lebih lanjut, bahwa kepemilikan media dapat
mempengaruhi independensi pemberitaan tersebut. Bisa tidaknya
sebuah paket berita ditayangkan menjadi kewenangan pemilik media.
Hal ini kemudian sangat bergantung pada kepentingan ekonomi
pemilik media.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
108
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan, pada level sosial jumlah pemberitaan siaran langsung
sidang kasus pembunuhan Mirna lewat tvOne relatif amat tinggi. Hal
itu menunjukkan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang
masih suka dengan berita „buruk‟ berbau sensasional, kriminalitas,
penuh drama dan ibarat sinetron yang dikupas dengan selugas-
lugasnya serta setransparan mungkin.
2. Relasi Kuasa Media
tvOne mengubah polemik sidang kasus pembunuhan Mirna menjadi
nilai jual mereka kepada khalayak. Masyarakat yang kala itu masih
tertarik sekaligus penasaran dengan akhir kasus ini akan terus
mengikuti setiap update persidangannya. Karena dalam proses
komodifikasi isi ini, siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna
bukan hanya didasarkan pada nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar.
Artinya, siaran itu diproduksi bukan semata-mata memiliki kegunaan
bagi khalayak, tetapi lebih karena dapat dipertukarkan di pasar.
Komodifikasi khalayak dan sibernetik terlihat dari banyaknya
keuntungan tvOne lewat pemasukan iklan serta tingginya share.
Dengan demikian orientasi siaran langsung tersebut bukan untuk
memenuhi kebutuhan objektif masyarakat, tetapi lebih terdorong oleh
akumulasi modal.
Maka, tvOne lewat relasi kuasa media yang dimilikinya telah
menggunakan kekuasaan yang ada untuk melakukan kendali atas
produksi acara pada siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna.
Dengan menekan wartawannya untuk mendapatkan eksklusifitas berita
sidang kasus Jessica yang tidak biasa dan bersifat serial, serta
menyebarluaskannya pada ranah public sphere. Implikasi di atas
menunjukkan bagaimana relasi kuasa media tvOne tersebut
menggunakan hak mereka untuk melakukan kontrol atas aliran
informasi terkait siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna.
Dan hal ini termasuk ke dalam bentuk komodifikasi tenaga kerja,
Universitas Sumatera Utara
109
Universitas Sumatera Utara
dimana kelas managerial yang juga mewakili kepentingan pemilik
modal menekan wartawannya untuk mendapatkan eksklusifitas berita
dari sidang kasus Jessica.
Alhasil, tvOne yang seharusnya menjadi ranah frekuensi penyiaran
milik publik telah dijual kepada kepentingan dari para relasi kuasa
medianya. Sehingga, resiko yang dimunculkan dengan kebijakan yang
demikian adalah pemberitaan yang dihasilkan hanya akan mengikuti
kepentingan mereka dalam mencari keuntungan semata.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai relasi kuasa media dalam siaran
langsung sidang kasus pembunuhan Mirna di tvOne, peneliti memberikan saran
yang sekiranya bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Saran penelitian, penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih
menyiapkan lagi studi kepustakaan seperti berbagai sumber literatur yang
dapat menunjang isi pembahasan penelitian. Usahakan untuk mencari
buku, sumber internet, media daring, dan koran yang seyogyanya
kompatibel dengan fokus penelitian. Sehingga lebih dapat menjaga mutu
skripsi peneliti. Peneliti juga dapat mengumpulkan data yang dianalisis
(studi dokumen) lewat sumber ataupun link Youtube resminya, sehingga
penelitian dapat langsung tertuju kepada objek ataupun subjek penelitian
yang sebenarnya.
2. Usaha, kesabaran dan do‟a menjadi tiga kunci utama dalam menggali
informasi dari kasus seperti ini. Sebab, peneliti biasanya bakal dihinggapi
rasa malas ketika hendak menyatukan teori dengan studi kasus yang ada.
3. Penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan terhadap semua stasiun televisi
yang ada di Indonesia. Penelitian ini hanya terbatas terhadap relasi kuasa
media dalam siaran langsung sidang kasus pembunuhan Mirna, yang
berfokus pada subjek penelitian yaitu tvOne. Dan dalam kurun waktu
tertentu saja, yakni tertanggal 15 Juni 2016 (sidang perdana) sampai
dengan 27 Oktober 2016 (sidang ke-31) saja.
4. Saran kaitan praktis :
Universitas Sumatera Utara
110
Universitas Sumatera Utara
a) Kekuasaan pemilik media mesti secara etik dibatasi. Sebab
pengaruh tayangan yang buruk juga berimplikasi kepada
masyarakat selaku pemirsanya. Walhasil pemberitaan menjadi
tidak bebas lagi; muatannya kerap memperhitungkan aspek pasar.
b) Persaingan antar media dalam memperebutkan penonton dan
pengiklan yang sama dan dengan peristiwa yang sama pula,
seharusnya tidak menghalangi antar media untuk tetap memberikan
informasi yang bermutu dan sarat makna kepada masyarakat.
Apalagi industri media berbeda dengan industri manufaktur atau
industri jasa yang lain. Industri media mengandung unsur nilai,
pendapat tertentu, dan informasi tertentu yang dapat membawa
pemirsa terpengaruh atas isu media tersebut.
c) Industri media di samping telah menjadi kenyataan sebagai industri
yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, harus
tetap memenuhi fungsinya sebagai penyebar informasi sekaligus
mengedukasi masyarakat.
d) Undang-undang No 40 Tahun 1999 Tentang Pers, dan Undang-
undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Kode Etik
Jurnalistik (KEJ), serta P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran) sebagai batasan perilaku penyelenggaraan
penyiaran wajib dipatuhi, agar pemanfaatan frekuensi tv sebagai
ranah milik publik dapat senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan
masyarakat yang sebesar-besarnya, dan bukan hanya demi
keuntungan segelintir elit „berkuasa‟ saja.
e) Alhasil, di tengah fenomena komersialisasi program televisi yang
sering kali mengabaikan mutu, apresiasi terhadap program yang
berkualitas sangat diperlukan. Langkah ini diharapkan bisa
mengubah paradigma pemirsa Indonesia dalam menonton siaran
televisi.
Universitas Sumatera Utara
111
Universitas Sumatera Utara
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam
penulisan proposal penelitian, berikut sistematika penulisan penelitian ini (Pohan,
dkk, 2012: 3).
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
1.2. Fokus Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perspektif/Paradigma Penelitian
2.2. Kajian Pustaka
2.3. Model Teoritis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Objek Penelitian
3.3. Subjek Penelitian
3.4. Unit Analisis
3.5. Metode Analisis Data
3.6. Kerangka Analisis
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
112
Universitas Sumatera Utara
3.8. Keabsahan Data
3.9. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.2. Saran
Universitas Sumatera Utara
113
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR REFERENSI
Arifin, Anwar. (2013). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Biagi, Shirley. (2010). Media/Impact: Pengantar Media Massa Edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika.
Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.
. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Cahyana, Yan Yan dan Bagong Suyanto. (1996). Kajian Komunikasi Dan Seluk
Beluknya. Surabaya: Airlangga University Press.
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS.
Fairclough, Norman. (1995). Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. New York: Longman Group Limited.
Hamid dan Budianto. (2011). Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa
Depan. Jakarta: Kencana.
J. Severin, Werner dan James W. Tankard, Jr. (2008). TEORI KOMUNIKASI:
Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa Edisi Kelima
(Terjemahan). Jakarta: Kencana.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Erlangga.
Universitas Sumatera Utara
114
Universitas Sumatera Utara
Ks, Usman. (2009). Ekonomi Media: Pengantar Konsep dan Aplikasi. Jakarta
Selatan: Ghalia Indonesia.
McManus, John H. (1994). Market-Driven Journalism: Let The Citizen Beware?.
USA: SAGE Publications, Inc.
McQuail, Denis. (1996). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1.
Jakarta: Salemba Humanika.
Morrisan. (2004). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia Indonesia.
. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Kencana.
Mosco, Vincent. (1996). The Political Economy of Communication. London:
SAGE Publication Ltd.
. (1998). The Political Economy of Communication: Rethinking
and Renewal. University of Wisconsin Press.
. (2009). The Political Economy of Communication 2 Edition
London: SAGE Publication Ltd.
Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Pohan, Syafruddin. dkk. (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal
Penelitian. Medan: PT GRASINDO Monoratama.
Pujileksono, Sugeng. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:
Intrans Publishing.
Rasjidi, Lili dan I.B. Wyasa Putra. (2003). Hukum Sebagai Suatu Sistem.
Bandung: Mandar Maju.
Universitas Sumatera Utara
115
Universitas Sumatera Utara
Saragih, Amrin. (2001). Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: USU Press.
Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese. (1996). Mediating The Message:
Theories of Influences on Mass Media Content Second Edition. USA:
Logman Publisher.
Surip, Muhammad. (2011). Teori Komunikasi: Perspektif Teoritis Teori
Komunikasi. Medan: Penerbit UNIMED.
Vivian, John. (2008). TEORI KOMUNIKASI MASSA Edisi Kedelapan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
“RELASI BAHASA, KUASA, DAN IDEOLOGI TOKOH DI MEDIA (Analisis
Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan Melawan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat di Koran Tempo)”, milik Jaffry Prabu Prakoso;
Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010.
“KONGLOMERASI INDUSTRI MEDIA PENYIARAN DI INDONESIA,
ANALISIS EKONOMI POLITIK PADA GROUP MEDIA NUSANTARA
CITRA”, milik Sagita Ning Tyas; Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
“PRODUKSI TEKS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK MEDIA
VINCENT MOSCO”, milik Agus Triyono; Jurusan Ilmu Komunikasi dan
Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://m.suara.com/news/2016/08/31/165841/kenapa-tv-jor-joran-siaran-sidang-
kasus-pembunuhan-mirna&ved, diakses pada 17 September 2016.
http://harian.analisadaily.com/headline/news/kpi-kritisi-durasi-tayang-sidang-
kasus-mirna/260298/2016/09/01&ved, diakses pada 17 September 2016.
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/08/160815_trensosial_jessica&ei,
diakses pada 17 September 2016.
https://tirto.id/20160906-2/drama-sidang-kopi-sianida-jessica, diakses pada 17
September 2016.
www.kpi.go.id, diakses pada 19 September 2016.
tempo.co.id, diakses pada 13 Oktober 2016.
http://m.merdeka.com/profil/indonesia/t/tvOne/, diakses pada 17 Oktober 2016.
Universitas Sumatera Utara
116
Universitas Sumatera Utara
id.wikipedia.org, diakses pada 19 Oktober 2016.
Suara.com/ Rabu, 31 Agustus 2016, diakses pada tanggal 1 November 2016.
Liputan6.com/ Rabu, 31 Agustus 2016, diakses pada tanggal 1 November 2016.
Youtube.com/ langganan tvOne/ kasus kematian Mirna
mediaindonesia.com/ #PEMBUNUHANMIRNA
Buku tvOne academy. 2013.
Kompas, edisi 14 Oktober 2016.
http://rumahfilsafat.com/2012/04/14/sosiologi-kritis-dan-sosiologi-reflektif-
pemikiran-pierre-bourdieu, diakses pada tanggal 13 Januari 2017.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
BIODATA PENELITI
Nama : Khairullah
NIM : 130904165
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Tempat/ Tanggal Lahir : Langsa/ 20 Maret 1995
Alamat : Jalan Kenanga Sari 1, Medan
Hobi : Membaca,
Menulis puisi,
Mendengarkan musik,
Nonton One Piece!
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sekilas Tentang Kasus Kematian Mirna
Jika dirunut ke belakang, kasus ini mencuat tatkala Mirna diduga
meregang nyawa seusai menyeruput es kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica di
Kafe Olivier, Grand Indonesia, tepatnya pada 6 Januari lalu. Kopi tersebut
dipesankan oleh Jessica sebelum Mirna dan temannya yang lain, Hani tiba di
kawasan itu. Jessica pun menjadi terdakwa tunggal kasus tersebut. JPU mendakwa
rekan Mirna di Billyblue College Australia itu diyakini sebagai penabur sianida ke
dalam kopi korban. Jessica dituntut dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana. Jessica pun terancam hukuman seumur hidup ataupun hukuman mati.
Belakangan, pihak JPU menuntut Jessica dengan hukuman penjara selama 20
tahun, atau merupakan hukuman paling ringan dalam Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana. Hari Kamis, 27 Oktober 2016 (sidang ke-31), tiba
waktunya bagi majelis hakim menjatuhkan vonis 20 tahun penjara. Nasib Jessica
tersebut diketuk palu oleh hakim yang dipimpin Kisworo Handoyo
(mediaindonesia.com “telah diolah kembali”).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kuasa Hukum Jessica menyampaikan keberatan dakwaan dari pihak JPU, yang
mendakwa Jessica melakukan tindak pembunuhan berencana. Kuasa Hukum
Jessica pada sidang perdana tersebut (15/6) juga menjelaskan beberapa
kejanggalan atas dakwaan Jaksa, seperti: Asal sianida yang tidak bisa dibuktikan
dan tak ada saksi yang melihat Mirna diracun. Sehingga, Kuasa Hukum Jessica
menilai dakwaan Jaksa tak masuk akal dan sumir (terlalu terburu-buru dalam
mengambil suatu kesimpulan). Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama
32 menit 47 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube) pada program berita Breaking
News.
Pemberitaan tvOne terkait eksepsi Jessica yang ditolak pada sidang ke-2 (21/6).
Selain itu, JPU juga menegaskan bahwa Jessica terlibat pembunuhan berencana,
sekaligus membantah dakwaan mereka tidak jelas. Pemberitaan ini terdapat pada
Kabar Petang. Tidak disiarkan secara live, sebab termasuk kedalam recorder event
(siaran tunda) dengan durasi selama 3 menit 9 detik tanpa jeda iklan (versi
Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Majelis Hakin menolak seluruh eksepsi yang diajukan Kuasa Hukum Jessica
Kumala Wongso pada sidang ke-3 (28/6). Pemberitaan yang terdapat pada Kabar
Siang ini termasuk kedalam recorder event, dan berdurasi selama 6 menit 4 detik
tanpa jeda iklan (versi Youtube). Pada persidangan dengan agenda pembacaan
putusan sela ini, keluarga almh. Mirna turut hadir, seperti: Ayah Mirna
(Darmawan Shalihin), saudari kembar Mirna (Sandy Shalihin) dan juga suami
Mirna (Arief Soemarko).
Pada persidangan ke-4 (12/7) dengan agenda menghadirkan saksi dari keluarga
almh. Mirna, jaksa menghadirkan tiga saksi, yaitu: Ayah, saudari kembar, dan
suami Mirna. Siaran langsung pesidangan ini berdurasi selama 4 menit 26 detik
tanpa slot iklan (versi Youtube), dan terdapat pada program berita Kabar Siang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hakim memutar rekaman CCTV sebagai barang bukti kunci, selain daripada
kesaksian Hani Juwita Bwon pada persidangan ke-5 (13/7). Persidangan yang
dapat ditafsirkan sebagai tutorial pembunuhan ini berdurasi selama 25 menit 53
detik tanpa jeda iklan (versi Youtube). Mirna sendiri meninggal pada 6 januari
2016 pasca menyeruput es kopi Vietnam pesanan Jessica, yang membuatnya
mengalami kejang dan susah bernafas. Dalam persidangan itu, juga turut
ditunjukkan barang bukti berupa gelas dan sisa es kopi Vietnam yang diminum
korban.
Sidang ke-6 (21/7) dengan agenda mendengarkan keterangan dari tiga pegawai
Kafe Olivier yang dihadirkan pihak JPU. Salah satunya ialah peracik kopi
Vietnam korban, Rangga. Selain itu, Jaksa juga menunjukkan beberapa alat bukti.
Namun, dalam siaran langsung berdurasi selama 1 jam 36 menit 17 detik itu
banyak tayangan-tayangan yang tidak perlu, seperti: Jaksa yang menanyakan
proses pembuatan kopi, dan perdebatan seputar “Es batu dulu atau susu dulu yang
dimasukkan?” antara pengacara Otto Hasibuan dan Hakim kepada saksi Rangga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Serta perdebatan terkait perbedaan rentang waktu kedatangan Jessica ke Kafe
Olivier (pukul 18:14) dengan pukul dimana kopi dipesan (18:08). Sehingga,
tayangan semacam ini benar-benar dapat mengurangi kesempatan pemirsa guna
memperoleh ragam informasi lain sebagaimana teguran KPI. Namun, konten
siaran yang penuh perdebatan (baca: menarik) mampu menjadikan siaran
langsung ini sayang untuk dilewatkan.
Sidang ke-7 (23/7) dengan agenda mendengarkan saksi fakta dari pihak JPU, yaitu
Barista Kafe Olivier, Rangga. Disini Rangga menjelaskan keseluruhan proses
pembuatan kopi, dan mengakui aroma kopi Vietnam yang diseruput Mirna berbau
menyengat. Selain itu, Jaksa juga menunjukkan struk pembayaran, sebagai bukti
pesanan kopi Vietnam yang dipesan Jessica pada pukul 16.09 wib. Dimana
pesanan kopi untuk meja nomor 54 itu langsung dibayarkan Jessica. Persidangan
yang terdapat pada Kabar Siang ini, ditayangkan secara live selama 25 menit 26
detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kesaksian pegawai dan manajer Kafe Olivier, Devi, serta Hani Juwita Bwon pada
sidang ke-8 (27/7) di PN Jakpus. Dalam persidangan itu, Devi menjelaskan teknis
penyajian kopi. Namun Hakim sempat mengkonfrontir keterangannya yang
melebar dan berbelit-belit. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 1
jam 44 menit 8 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Sidang ke-9 (28/7) dengan agenda mendengarkan keterangan saksi fakta, yakni resepsionis Kafe Olivier, Resmiati. Selain itu, Hakim juga mengkonfrontir
kembali sejumlah saksi yang telah dihadirkan pada persidangan sebelumnya.
Seperti Manager, Devi dan pegawai Sari. Rekaman CCTV juga kembali
diperlihatkan beserta barang bukti lain, seperti gelas dan sisa ice coffee Vietnam
milik korban. Namun pada persidangan selama 2 jam 27 menit 49 detik tanpa jeda
iklan (versi Youtube) tersebut sempat diwarnai perdebatan soal keabsahan barang
bukti antara Jaksa dan Pengacara. Siaran langsung persidangan ini terdapat pada
program berita Kabar Khusus.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sidang ke-10 (3/8) sejatinya menghadirkan saksi fakta dari polisi yang
mengamankan barang bukti. Namun, belakangan polisi tersebut tak dapat
dihadirkan lantaran sakit. Oleh karena itu, sempat terjadi perdebatan antara
Penasehat Hukum dengan JPU atas kehadiran saksi ahli yang tidak sesuai dengan
rundown agenda persidangan. Namun pada akhirnya, Majelis Hakim setuju saksi
ahli untuk dihadirkan. Sehingga, agenda persidangan berubah menjadi
mendengarkan saksi ahli forensik, dr Slamet Purnomo. Dokter Spesialis Forensik
ini juga sempat memeriksa jenazah Mirna yang sudah diawetkan. Ia menyatakan
menemukan bercak-bercak hitam dan rusak baik pada sampel lambung maupun
bibir dalam jenazah Mirna. dr Slamet meyakini adanya zat korosif (baca: racun
sianida) yang merusak kedua organ tersebut hingga korban meninggal dunia.
Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 2 jam 37 menit 27 detik (versi
Youtube) pada program berita Kabar Khusus.
Sidang ke-11 (10/8) dengan agenda mendengarkan keterangan saksi ahli digital
forensik Bareskrim Polri, Ajun Komisaris Besar M. Nuh Al-Azhar dari pihak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
JPU. Pada persidangan yang berlangsung di PN Jakpus itu, Nuh mengungkapkan
beberapa kejanggalan dari tingkah laku Jessica, seperti sering menoleh ke
belakang, terlihat membuka tas, memindahkan gelas kopi ke ujung meja,
memindahkan paper bag, dan beberapa kali menggeser posisi duduk. Tayangan
persidangan ini terbagi ke dalam 3 video berdurasi selama 3:46, 16:29 dan 16:00
tanpa jeda iklan (versi Youtube Langganan tvOne).
Salah satu hasil rekaman CCTV yang dianalisa oleh M. Nuh Al-Azhar pada sidang
ke-11 (10/8), yang disambut riuh tepuk tangan para pengunjung sidang. Nuh
menjelaskan dari rekaman CCTV yang telah di zoom itu tampak bahwa Jessica
beberapa kali menggeser posisi duduknya. Bukti rekaman CCTV sempat
menimbulkan perdebatan antara pihak JPU dan Kuasa Hukum Jessica. Tayangan
persidangan ini terbagi ke dalam 3 video berdurasi selama 3:46, 16:29 dan 16:00
tanpa jeda iklan (versi Youtube Langganan tvOne).
Salah seorang wartawan tvOne, Rurin Julianti yang melaporkan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
situasi sidang terkini di PN Jakpus pada sidang ke-11 (10/8). Tayangan terbagi ke
dalam 3 video berdurasi selama 3:46, 16:29 dan 16:00 tanpa jeda iklan (versi
Youtube Langganan tvOne).
Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan mempertanyakan file rekaman CCTV yang
dianalisa Nuh. Menurutnya, CCTV yang diputar tersebut bukanlah barang bukti
original, melainkan kloningan (hasil penggandaan). Tayangan persidangan ini
terbagi ke dalam 3 video berdurasi selama 3:46, 16:29 dan 16:00 tanpa jeda iklan
(versi Youtube Langganan tvOne).
Sidang ke-12 (15/8), mendengarkan keterangan saksi ahli psikologi, Antonia
Ratih Andjayani dari pihak JPU. Pada persidangan di PN Jakpus itu, Ratih
mengungkapkan perilaku Jessica tidak wajar saat melihat Mirna dalam kondisi
sekarat. Dan sempat terjadi perdebatan di ruang sidang antara saksi ahli psikologi,
Antonia Ratih Andjayani dan tim kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan. Pada
persidangan di PN Jakpus itu, Otto tidak terima kliennya dikatakan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
perilaku yang tidak wajar saat melihat Mirna dalam kondisi sekarat. Tayangan
persidangan ini berdurasi selama 6:36 tanpa jeda iklan (versi Youtube Langganan
tvOne).
Sidang ke-13 (18/8). Natalia Widiasih Rahardjanti, saksi ahli psikiatri
forensik/ahli kejiwaan RSCM kubu JPU mengatakan Jessica tidak mengalami
gangguan jiwa. Tayangan persidangan ini berdurasi selama 2:56 tanpa jeda iklan
(versi Youtube Langganan tvOne).
I Made Gelgel, saksi ahli toksikologi forensik dari pihak JPU saat memberikan
keterangannya pada sidang ke-14 (25/8). Made mengungkapkan kegunaan obat
yang ditemukan dalam tas Jessica adalah untuk pengobatan depresi. Siaran
langsung persidangan ini berdurasi selama 5 jam 47 menit 1 detik tanpa jeda iklan
(versi Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Selain daripada mengungkapkan kegunaan obat yang ditemukan di dalam tas
Jessica. Saksi ahli hukum pidana kubu JPU, Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej
menyimpulkan kematian korban Mirna akibat sianida/pembunuhan berencana
yang dilakoni Jessica. Kesaksian tersebut sempat menuai protes dari kuasa hukum
Jessica, Otto Hasibuan yang mempertanyakan independensinya sebagai seorang
ahli. Siaran langsung persidangan ke-14 (25/8) ini berdurasi selama 5 jam 47
menit 1 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Pengacara Jessica, Otto Hasibuan keberatan dengan keterangan yang diajukan
saksi ahli hukum pidana dari kubu JPU, Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej.
Menurutnya, saksi ahli yang dihadirkan pada sidang ke-14 (25/8) tidak lagi
independen (netral) dalam kesaksiannya. Sebab telah berkeyakinan bawa Jessica
Kumala lah sebagai pembunuh Wayan Mirna. Perdebatan pun sempat terjadi
antara Otto dan Shandy Handika (pihak JPU). Siaran langsung persidangan ini
berdurasi selama 5 jam 47 menit 1 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dokter Prima Yudho, yang pertama kali menangani Mirna dalam sidang ke-15
(29/8), menjelaskan bahwa Mirna masuk RS Umum Abdi Waluyo pukul 18.00
wib dan melakukan pertolongan pertama. Dokter Prima mengaku melihat bibir
Mirna yang telah kebiruan, juga kuku serta wajahnya yang pucat, tubuh Mirna
yang belum kaku namun hanya sedikit dingin, serta pupil mata yang mengecil saat
kelopak Mirna dibuka untuk pemeriksaan. Dokter Prima sempat memeriksa nadi
dan nafas korban serta melakukan resusitasi jantung. Sehingga menurut
pengakuannya, jantung Mirna sempat dipacu selama 15 menit. Siaran langsung
persidangan ini berdurasi selama 1 jam 31 menit 2 detik tanpa jeda iklan (versi
Youtube), dan terdapat pada program berita Kabar Khusus.
Dokter Ardiyanto, yang juga ikut menangani Mirna dalam sidang ke-15 (29/8),
menjelaskan bahwa bibir Mirna terlihat kebiruan. Dokter Ardiyanto juga
menjelaskan dirinya melakukan scan otak dan mengambil cairan lambung Mirna,
karena pihak keluarga menolak korban untuk dilakukan autopsi. Terutama
Darmawan Shalihin, ayah Mirna yang meyakini anaknya meninggal musabab
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diracun. Ardiyanto juga ikut menjelaskan hasil resume, yang menunjukkan secara
medis (rekam jantung) Mirna meninggal pukul 18.30 wib. Ia juga menambahkan
Hani ikut mengantarkan korban ke RS Umum Abdi Waluyo, bahkan sempat
diperiksa dan menunjukkan kondisi Hani normal. Saksi juga ikut memeriksa
kesehatan Jessica, yang mengakui dirinya mengidap riwayat penyakit asma
turunan ibunya. Namun di akhir persidangan, Jessica menampik pernyataan itu
tidak benar. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 1 jam 31 menit 2
detik tanpa jeda iklan (versi Youtube), dan terdapat pada program berita Kabar
Khusus.
Sidang ke-16 (31/8) dengan agenda mendengarkan keterangan dari saksi ahli
Dokter Forensik dr. Budi Sampurna, yang telah banyak menangani kasus
kematian akibat racun. Salah satu yang ditanganinya ialah kasus Munir dengan
racun arsenik. Ada banyak hal yang dijelaskan oleh dr. Budi seperti bagaimana
prosedur visum jenazah, autopsi (pemeriksaan luar dalam jenazah) yang tak harus
memerlukan izin keluarga, guna mengetahui penyebab kematian. Meski demikian
dr. Budi menambahkan merupakan suatu hal yang lazim, jika pihak keluarga
menolak untuk dilakukannya autopsi. Selain itu, saksi juga menjelaskan tanda dan
efek dari kematian akibat sianida, seperti: Sianida yang berekasi cepat di
lambung, tubuh kejang-kejang, serta menyerang otak dan jantung juga organ-
organ yang membutuhkan oksigen. Dan sempat terjadi perdebatan antara pihak
JPU dan Penasehat Umum terkait gejala kematian Mirna sesuai dengan akibat
sianida atau mati akibat sianida. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama
2 jam 48 menit 26 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sarlito Wirawan (alm), ahli psikolog klinis UI yang dihadirkan pihak JPU pada
sidang ke-17 (1/9). Sarlito menilai bahwa Jessica telah mengintervensi kopi milik
Mirna, dan berperilaku tak lazim saat Mirna sekarat. Siaran langsung persidangan
ini berdurasi selama 5 jam 29 menit 46 detik tanpa slot iklan (versi Youtube).
Jessica dinilai mengintervensi kopi Mirna dan berperilaku tak lazim saat Mirna
sekarat. Hal itu diungkapkan oleh Sarlito Wirawan (alm), saksi ahli psikolog UI yang dihadirkan kubu JPU. Persidangan itu juga turut menghadirkan saksi ahli
kriminolog UI, Ronny Nitibaskara yang menganalisis pribadi dan gerak-gerik
Jessica di Kafe Olivier. Menurutnya Jessica memiliki kepribadian narsistik,
emosional dan sensitif serta cemas. Sehingga kepribadian tersebut menjadikan
Jessica berpotensi untuk melakukan kekerasan. Keterangannya tersebut sontak
membuat Jessica angkat bicara, sebagaimana sebelumnya pengacara Otto
Hasibuan juga mempertanyakan kesimpulan ahli tersebut. Siaran langsung sidang
ke-17 (1/9) ini berdurasi selama 5 jam 29 menit 46 detik tanpa jeda iklan (versi
Youtube).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jessica Kumala Wongso, angkat bicara setelah sekian lama cenderung bungkam.
Pada sidang ke-17 (1/9) itu, Jessica membantah apa yang menjadi pendapat ahli
dari pihak JPU, Ronny Nitibaskara (Kriminolog UI) tidak benar dan merupakan
fitnah. Jessica mengaku sangat tertekan saat melakukan rekonstruksi kejadian
yang tidak sesuai dengan keinginannya. Siaran langsung persidangan ini berdurasi
selama 5 jam 29 menit 46 detik tanpa slot iklan (versi Youtube).
Sidang ke-18 (5/9) merupakan persidangan yang baru dinyatakan rampung pada
pukul 23:25 wib. Persidangan tersebut menghadirkan saksi ahli untuk
meringankan terdakwa Jessica. Yaitu ahli patologi senior dari Queensland
University, Australia, Prof. Beng-Beng Ong yang didampingi oleh penerjemah
tersumpah, Arief. Dalam persidangan tersebut sempat diwarnai suasana cekcok,
karena JPU keberatan dengan visa kunjungan yang digunakan oleh saksi ahli.
Secara keseluruhan, keterangan Prof. Beng-Beng Ong bertolak belakang dengan
keterangan dari saksi-saksi ahli sebelumnya yang dihadirkan pihak JPU. Salah
satu kesimpulannya ialah bahwa penyebab kematian Mirna tidak dapat dipastikan
alias besar kemungkinan kematian Mirna bukan karena sianida. Siaran langsung
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
persidangan ini berdurasi selama 5 jam 11 menit 49 detik tanpa slot iklan (versi
Youtube).
Sidang ke-19 (7/9) menghadirkan saksi fakta yang berada di TKP untuk
meringankan terdakwa Jessica. Yakni Hartanto Sukmono dan Saiful Hidayat yang
datang pukul 16.00 wib ketika itu untuk suatu urusan bisnis. Sebelumnya kedua
saksi tersebut juga telah diperiksa oleh penyidik. Berdasarkan keterangannya,
Hartanto melihat Jessica dan dua teman perempuannya duduk di meja nomor 54.
Saksi juga melihat saat korban Mirna tidak sadarkan diri hingga diangkut
menggunakan kursi roda. Sempat terjadi ketegangan antara pihak JPU dan
Pengacara Otto Hasibuan saat JPU mempertanyakan kapan persisnya saksi
melihat Jessica menelepon, “Dengan tangan kiri atau kanan?”. Hartanto mengaku
tidak tahu-menahu penyebab Mirna pingsan. Siaran langsung persidangan ini
berdurasi selama 1 jam 51 menit 31 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube), dan
terdapat pada program berita Kabar Khusus.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Saiful mengatakan ia duduk berhadapan dengan meja Jessica, serta
ikut memesan Kopi Vietnam Panas. Saiful juga melihat saat Mirna tak sadarkan
diri hingga dibopong dengan kursi roda. Ia juga mengaku menyarankan salah
seorang waiter (pelayan) untuk langsung membawa korban ke rumah sakit.
Sebelumnya ia mengira Mirna pingsan akibat stroke, dan mengaku tidak begitu
memperhatikan gerak-gerik Jessica Siaran langsung persidangan ke-19 (7/9) ini
berdurasi selama 1 jam 51 menit 31 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube), dan
terdapat pada program berita Kabar Khusus.
Sidang Jessica ke-20 (14/9) menghadirkan saksi ahli toksikologi kimia dari pihak
Jessica, Dr. rer. nat (doktor ilmu sains) Budiawan. Pada persidangan berdurasi
selama 8 jam 35 menit 15 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube) tersebut, saksi
menyimpulkan penyebab kematian Mirna tidak dapat dipastikan. Ia menilai tidak
ada sianida dalam tubuh korban, karena organ tubuh akan bekerja secara simultan
guna menetralisir racun, serta efek racun yang tergantung pada dosisnya. Ia juga
menambahkan dibutuhkannya alat khusus untuk mendeteksi sianida.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sidang Jessica ke-20 (14/9) menghadirkan saksi ahli patologi forensik, dr. Gatot
Susilo Lawrence. Saksi ahli ini menyatakan penyebab kematian Mirna bukan
karena sianida, tetapi karena kekurangan oksigen. Sebab menurutnya, sianida
dalam jumlah sedikit seharusnya akan dinetralisir oleh mekanisme tubuh. Selain
itu, dr. Gatot menjelaskan formalin pada tubuh korban dapat menghilangkan bukti
keracunan. Oleh karena itu, ahli menekankan pentingnya postmortem (autopsi)
pada kasus ini. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 8 jam 35 menit
15 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Sidang ke-21 (15/9) dengan agenda sidang menghadirkan saksi ahli digital
forensik, Rismon Hasiholan Sianipar dari pihak Jessica. Rismon mengatakan
video yang dianalisa saksi sebelumnya, Nuh, merupakan hasil modifikasi ilegal.
Durasi tayangan persidangan ini ialah 6:16, 12:01, 9:17, dan 2:24 tanpa slot iklan
(versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Detik-detik Roy Suryo diusir dari ruang persidangan Jessica karena menunjuk-
nunjuk hakim. Belakangan Roy mengakui itu sebagai sindiran kepada Rismon
yang menurutnya memiliki bukti „cicit‟ ketimbang bukti rekaman CCTV yang
dimiliki M. Nuh. Durasi tayangan persidangan ini ialah 6:16, 12:01, 9:17, dan
2:24 tanpa slot iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Detik-detik Roy Suryo diusir dari persidangan Jessica juga ikut diberitakan dan disiarkan secara berlebihan oleh tvOne. Bahkan, juga ikut dibahas kembali dalam
program acara lain, seperti Kabar Khusus dengan menghadirkan Roy Suryo. Pada
acara itu dijelaskan alasan Roy Suryo memberikan jempolnya kepada hakim dan
saksi ahli M. Nuh sebagai tanda apresiasinya. Sedangkan, saksi ahli digital
forensik dari kubu Jessica, Rismon Sianipar disebutnya sebagai pemilik barang
bukti „cicit‟, artinya barang bukti kesekian ketimbang yang dimiliki M. Nuh.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sidang ke-21 (15/9) dilanjutkan dengan mendengarkan saksi ahli psikiater, dr.
Irwansyah. Saksi yang dihadirkan penasehat hukum tersebut mengatakan,
kemampuan Jessica untuk mengontrol emosi adalah sebagai suatu hal yang wajar,
dan dimiliki oleh setiap manusia secara umum. Siaran langsung persidangan ini
berdurasi selama 2 jam 29 menit 14 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Persidangan yang dimulai pukul 10.00 wib tersebut baru dinyatakan selesai pukul
23.57 wib.
Ada beberapa hal yang terjadi pada sidang ke-22 (19/9), yaitu pihak JPU
mempertanyakan metode pemeriksaan saksi ahli psikolog kubu Jessica, Dewi
Haroen (4:12); Dewi Haroen mengkritisi saksi ahli psikolog sebelumnya dari
pihak JPU (3:56); dan sebelumnya, Hakim Anggota, Binsar Gultom yang banyak
bertanya ke ahli kriminologi kubu Jessica, Eva Achjani Zulfa (3:19). Tayangan
persidangan tersebut tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada persidangan ke-22 (19/9), kubu Jessica menghadirkan tiga saksi ahli dari
Universitas Indonesia (UI), yakni psikolog Dewi Taviana Walida Haroen,
Kriminolog Eva Achjani Zulfa, dan psikolog klinis Agus Mauludi. Dalam
kesaksiannya, ketiga pakar itu membantah keterangan-keterangan yang diuraikan
sejumlah ahli dari pihak JPU. Mereka menyatakan bahwa keterangan yang
disampaikan ahli dari JPU salah. Bahkan, hasil pemeriksaan beberapa ahli
terhadap Jessica dianggap tidak sah secara metode keilmuwan. Siaran langsung
persidangan ini berdurasi selama 2 jam 18 menit 53 detik tanpa jeda iklan (versi
Youtube). Dan persidangan yang dimulai pukul 09.00 wib itu baru dinyatakan
rampung pada pukul 23.15 wib.
Sidang ke-23 (21/9) dengan agenda mendengarkan keterangan saksi ahli
toksikologi, Michael Robertson dari Monash University, Australia. Ahli tersebut
menyatakan sianida di lambung sebesar 0,2 mg tak buktikan Mirna diracun. Sebab
bisa saja terbentuk pasca kematian atau karena zat-zat lain seperti makanan, rokok
ataupun terpapar berbagai lingkungan. Sehingga, pendapat ahli sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dianggap spekulatif dan tidak bisa dipercaya. Selain itu, ia juga menyayangkan
tidak dilakukannya postmortem (autopsi). Namun, sebagai pakar toksikologi yang
muncul dalam sidang Jessica, nama Michael Robertson tercemar karena terseret
kasus pembunuhan Greg de Villers oleh istrinya sendiri, tahun 2000. Robertson
disebut memiliki hubungan asmara dengan istri de Villers dan terlibat
pembunuhan itu. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 4 jam 33 menit
19 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Sidang ke-24 (22/9) menghadirkan saksi ahli patologi forensik dari pihak Jessica,
Richard B. Collins. Ahli tersebut menyatakan tidak ditemukan tanda kekerasan
dalam tubuh Mirna, saluran pernapasan Mirna tak diperiksa secara maksimal, dan
menyayangkan tidak dilakukannya autopsi –yang dapat menentukan penyebab
suatu kematian. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 4 jam 20 menit
4 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Sidang ke-25 (26/9), memasuki babak akhir dengan mendengarkan saksi ahli
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII), Mudzakir dari kubu Jessica.
Mudzakir menjelaskan pentingnya motif dalam melakukan suatu tindak kejahatan,
dan proses penyidikan yang harus sesuai dengan standar dengan dilengkapi BAP.
Ia juga menekankan pentingnya data/bukti asli untuk dihadirkan dalam
persidangan. Siaran langsung persidangan ini berdurasi selama 4 jam 36 menit 24
detik tanpa jeda iklan (versi Youtube).
Persidangan ke-26 (28/9) dengan agenda mendengarkan keterangan Jessica
sebagai terdakwa di PN. Jakpus. Dalam keterangannya Jessica mengaku ke Kafe
Olivier diantar ayahnya menggunakan mobil pribadi (01:22), tidak pernah naik
angkutan umum di Indonesia (01:47), alasan berfoto karena baru petama kali ke
kafe tersebut, dan meletakkan paper bag di atas meja 54 sebagai penanda bahwa
meja telah dipesan (03:19), dan membayar langsung (bill out) karena kebiasaan
ketika di Australia (01:58). Tayangan persidangan tersebut tanpa jeda iklan (versi
Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jessica saat mengungkapkan alasannya datang lebih awal ke Grand Indonesia agar
tidak terjebak three in one, dan menceritakan awal mula memesan Es Kopi
Vietnam di Kafe Olivier. Keseluruhan durasi tayangan pada sidang ke-26 (28/9)
ini ialah 4 menit 10 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Banyaknya sorotan kamera tvOne yang mengambil gesture/air muka atau gerak-
gerik Jessica, Otto Hasibuan, Ardito Muwardi (pihak JPU), dan Ketua Hakim Kisworo Handoyo pada sidang ke-26 (28/9). Tayangan persidangan ini berdurasi
selama 3 menit 19 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Rangkuman persidangan Jessica yang dikemas dalam program talkshow Apa
Kabar Indonesia Pagi (29/9). Dalam rangkuman itu dijelaskan, bahwa Jessica
sering mengucapkan kata „lupa‟ dan „tidak tahu‟; kerap menangis, salah satunya
saat menjelaskan kondisi sel yang dihuninya; pernyataan yang berbelit-belit.
Program tersebut turut menghadirkan Pakar Hukum Pidana, Teuku Nasrullah dan
Kirdi Putra, Pakar Mikro Ekspresi. Tayangan ini berdurasi selama 30 menit 54
detik tanpa jeda iklan (veris Youtube langganan tvOne).
Salah satu scene dari program talkshow Apa Kabar Indonesia Pagi (29/9), yang
merangkum kembali persidangan-persidangan yang telah dilalui Jessica. Seperti:
Jessica yang sering mengucapkan kata „lupa‟ dan „tidak tahu‟; kerap menangis
selama persidangan, salah satunya ketika menceritakan kondisi sel yang
mengenaskan; celana Jessica yang sobek ketika naik mobil Arief Soemarko,
suami mendiang Mirna juga ikut disorot tvOne. Tayangan ini berdurasi selama 30
menit 54 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan celana Jessica sobek saat naik mobil suami Mirna, Arief Soemarko,
yang dibahas dalam persidangan, juga ikut diberitakan serta disiarkan secara live
oleh tvOne. Bahkan, membahasnya kembali pada program berita Apa Kabar
Indonesia Pagi (29/9) berjudul “Membaca Kejujuran Mirna” yang dalam
dokumentasinya juga menghadirkan terdakwa Jessica. Tayangan ini berdurasi
selama 30 menit 54 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Jaksa Penuntut Umum (JPU) membacakan tuntutannya pada sidang ke-27 (5/10).
Jaksa kala itu mantap menuntut Jessica selama 20 tahun penjara atas kasus
pembunuhan berencana. Tayangan persidangan ini berdurasi selama 3 menit 31
detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jessica menangis saat membacakan pledoinya pada agenda sidang ke-28 (12/10).
Pada pledoi tersebut, Jessica menolak dituding telah melakukan pembunuhan
berencana terhadap kawannya sendiri, Wayan Mirna Shalihin dengan
membubuhkan racun sianida ke dalam Es Kopi Vietnam yang diminum korban.
Tayangan persidangan ini berdurasi selama 4 menit 34 detik tanpa slot iklan (versi
Youtube langganan tvOne).
Tanggal (12/10) sidang ke-28 Jessica menyampaikan nota pembelaannya
langsung dari PN Jakpus. Ada beberapa poin dari pembelaannya, yakni: Jessica
bersumpah tidak membunuh rekannya, Mirna dan curahan isi hati Jessica yang
merasa tertekan dengan adanya kasus ini. Tayangan persidangan ini berdurasi
selama 4 menit 34 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jessica menangis pada sidang ke-28 (12/10) saat menyampaikan nota
pembelaan/pleidoi. Tangis dan air mata Jessica tatkala pembacaan pleidoi itu
sama seperti sidang-sidang sebelumnya, kerap berhasil mencuri perhatian
pemirsa. Tayangan persidangan ini berdurasi selama 13 menit 22 detik di luar jeda
iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Praktisi Hukum, Hotman Paris Hutapea dalam program talkshow Apa Kabar Indonesia Malam: Di Balik Tangisan & Pembelaan Jessica (13/10)
mempermasalahkan barang bukti CCTV yang tidak asli dan tidak terdapat dalam
BAP, CCTV yang sudah diedit, adanya bagian yang hilang atau dipotong-potong
dari CCTV. Juga barang bukti lain yang digunakan pihak JPU seperti sedotan,
flashdisk sampai kepada keterangan saksi ahlinya yang mengetahui jumlah sianida
(5 miligram) yang dituangkan ke dalam kopi korban. Mantan jaksa, Chairuman
Harahap juga turut dihadirkan dalam program berdurasi 31 menit 15 detik tanpa
jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Ketua Hakim, Kisworo Handoyo pada sidang ke-31 (27/10) menjatuhkan vonis 20
tahun penjara terhadap Jessica atas kasus pembunuhan berencana terhadap korban
Mirna. Tayangan persidangan ini berdurasi 3 menit 39 detik tanpa jeda iklan
(versi Youtube langganan tvOne).
Kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan membeberkan kejanggalan pertimbangan
hakim pasca vonis 20 tahun terhadap kliennya (32:32), Kuasa Hukum Jessica ajukan banding (01:28), dan reaksi suami Mirna, Arief Soemarko pasca vonis
hakim (07:48). Tayangan pasca vonis hakim ini tanpa slot iklan (versi Youtube
langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tanggal 22 Agustus 2016, tvOne kembali merangkum perjalanan kasus Jessica,
dengan judul „JALAN PANJANG KASUS JESSICA‟ pada program Menyingkap
Tabir. Durasi tayangan ini 39 menit 37 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube
langganan tvOne).
Ardito Muwardi, salah satu Jaksa Penuntut Umum (JPU) membacakan surat
dakwaan pada sidang perdana kasus tewasnya Mirna (15/6). Pada sidang yang berlangsung di PN Jakpus itu, Ardito mendakwa Jessica membunuh Mirna
lantaran sakit hati dengan kata-kata korban. Durasi tayangan ini 39 menit 37 detik
tanpa jeda iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada sidang ke-5 (13/7), Hani Bwon Juwita, rekan Mirna yang sama-sama berada
di TKP memberikan kesaksiannya terkait detik-detik tewasnya Mirna di PN
Jakpus. Durasi tayangan ini 39 menit 37 detik tanpa jeda iklan (versi Youtube
langganan tvOne).
Dokter Forensik Rs. Bhayangkara Polri, dr. Slamet Poernomo selaku saksi ahli
yang dihadirkan pihak JPU pada sidang ke-10 (3/8). Dalam kesaksiaanya di PN Jakpus itu, dr. Slamet mengatakan lambung Mirna rusak akibat zat korosif, yang
diakibatkan oleh racun sianida. Durasi tayangan ini 39 menit 37 detik tanpa jeda
iklan (versi Youtube langganan tvOne).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara