relations between obesity and the occurrence of …
TRANSCRIPT
RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF
BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA
DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
OLEH
NAILUL HUMAM
10542040412
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF
BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA
DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
OLEH
NAILUL HUMAM
10542040412
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Nailul Humam
Ayah : DR. Samhi Muawan Djamal, M.Ag
Ibu : Dra. Izatul Mubarakah, M.pd.I
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 10 September 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tala’ Salapang IN No.4 Perumdos. Unismuh
Makassar
Nomor Telepon/Hp : 082188885290
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Uminda Makassar (1999)
SD Inpres BTN Ikip I Makassar (2000-2006)
SMP Unismuh Makassar (2006-2009)
SMA Negeri 3 Makassar (2009-2012)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2012-2016)
i
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, April 2016
NAILUL HUMAM
A. SALSA ANGGERAINI
“HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014’’
(xiii + 64 halaman + 3 lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Tumor payudara merupakan benjolan pada payudara
yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah
yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain
pada tubuh. Tumor payudara terbagi atas dua, yaitu tumor payudara jinak dan
tumor payudara ganas. Berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet tinggi lemak
dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data
menunjukkan orang yang obesitas sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar
terkena kanker payudara.
TUJUAN: Mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014
METODE: Jenis penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan rancangan cross-
sectional. Sampel adalah pasien di poli bedah RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa dengan keluhan tumor payudara. Data diperoleh dari data sekunder yaitu
melalui rekam medis dalam menentukan apakah terdiagnosis tumor payudara dan
memiliki IMT obesitas, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21 dengan uji
Pearson Chi Square.
HASIL: Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 76 responden.
Kebanyakan sampel adalah yang tergolong obesitas sebanyak 47 orang (61,8%),
tumor payudara jinak sebanyak 21 orang (27,6%), tumor payudara ganas
sebanyak 55 orang (72,4%), dan umur terbanyak adalah 36 – 45 tahun sebanyak
25 orang (32,9%).
KESIMPULAN: Prevalensi obesitas terhadap kejadian tumor payudara di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa cukup tinggi. Pada penelitian ini didapatkan hasil
uji statistik yang signifikan dengan p-value 0,00 dan memiliki nilai oods ratio
15,229 yang sangat berisiko.
Kata Kunci : Obesitas dan kanker payudara.
ii
FACULTY OF MEDICINE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
Thesis, April 2016
NAILUL HUMAM
A. SALSA ANGGERAINI
“RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF
BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL IN
2014”
(xiii + 64 pages + 3 appendix)
ABSTRACT
BACKGROUND: Breast tumors are lumps found in the breast that usually of
clumps of fat that is encapsulated in a bag-like container. These lumps are benign
and do not spread to other parts of the body. Breast tumors are divided into two
types: benign breast tumor and malignant breast tumor. Various case studies
shows that a high diet in fat and calories is directly related to the incidence of
breast cancer. Another data shown that people in 50 years or older which also
have obesity is more prone to developing breast cancer.
OBJECTIVE: To determine the relations between obesity and the occurrence of
breast tumor in Syech Yusuf Gowa regional Hospital in 2014.
METHODS: This study is a descriptive analytic study with cross-sectional
approach. Samples used are surgical ward patients in Syech Yusuf Gowa regional
Hospital with a breast tumor. Data obtained are secondary data (medical records),
this data used to determine wheter the particular sample is diagnosed with breast
tumor and have a BMI value of the obese category. These findings then analyszed
with SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21
with a Pearson Chi Square test.
RESULTS: The number of samples involved in this study were 76 respondens.
Most of the samples were classified as obese, which is a many as 47 people
(61.8%), benign breast tumors as many as 21 people (27.6%), malignant breast
tumors as many as 55 people (72.4%), and the largest age group is 36-45 years
with as many as 25 people (32.9%).
CONCLUSION: The prevalence of obesity on the occurrence of breast tumors in
Syech Yusuf Gowa regional Hospital is notice
bly high. The statistic test result in this study found a significant p-value of 0,00,
and has a value of 15.229 odds ratio which is categorized as Very Risky.
Keywords: Obesity and breast tumor.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Program studi Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai
rintangan dan kesulitan. Namun, akhirnya semua itu dapat penulis atasi. Proses
penyusunan proposal penelitian ini pun banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak.
Untuk segala doa dan dukungan yang tak terhingga penulis ucapkan terima
kasih kepada orangtua penulis, Dr. Samhi Muawan Djamal, M.Ag dan Dra. Izatul
Mubarakah, M.Pd.I. Saudara-saudaraku, Imtihana Fitria, S.Si, M.Pd, Salwa
Rufaida, S.Pd, M.Pd, Zaki Fachrur Rozi, S.T, dan Arina Ulin Niama yang
senantiasa membantu, mendukung, mendoakan penulis sehingga skripsi ini bisa
selesai. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang yang diberikan.
Dan tak kalah pentingnya ucapan terima kasih kepada dr. A. Salsa
Anggeraini, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak
waktunya dalam membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai
skripsi ini selesai. Dan kepada penguji drg. St. Maesarah Alwany, MARS yang
juga telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan pengarahan sampai
skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Machmud Ghaznawie, Sp.PA (K), Ph.D, selaku Dekan Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Makassar
iv
2. dr. A. Salsa Anggeraini, M.Kes selaku pembimbing dan penasehat
akademik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. drg. St. Maesarah, MARS selaku penguji yang selalu memberikan
masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar yang ikut memperlancar urusan skripsi ini
5. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa atas
izinnya dalam melakukan penelitian.
6. Teman-teman FK Unismuh tanpa terkecuali
7. Saudara sejawat angkatan 2012 Trigeminus yang selalu mendukung dan
turut mendoakan penulis
8. Teman satu pembimbing : Kak Fatin, Kak Ira, Altaf, dan Ratu.
9. Sahabat – sahabat Trochanter dan teman seperjuangan lainnya.
10. Teman-teman penulis yang tidak sempat ditulis namanya yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan berbesar hati penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Besar harapan penulis agar proposal penelitian ini dapat diterima dan
dilaksanakan sebagai bentuk kontribusi kami pada pengembangan ilmu
pengetahuan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Makassar, April 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR SIDANG UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR SKRIPSI
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI .................. 7
A. Landasan Teori ............................................................................. 7
1. Payudara ................................................................................ 7
a. Anatomi Payudara .......................................................... 7
vi
b. Fisiologi Payudara .......................................................... 8
c. Kelainan Payudara .......................................................... 9
d. Tumor Payudara Jinak .................................................. 10
e. Tumor Payudara Ganas (Kanker Payudara) ................. 11
2. Obesitas .............................................................................. 29
a. Definisi ......................................................................... 29
b. Epidemiologi ................................................................ 31
c. Etiologi Obesitas........................................................... 31
d. Patogenesis ................................................................... 32
e. Diagnosa ....................................................................... 32
f. Komplikasi.................................................................... 33
g. Penatalaksanaan ............................................................ 33
B. Kerangka Teori........................................................................... 35
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..... 36
A. Kerangka Konsep ....................................................................... 36
B. Definisi Operasional................................................................... 37
C. Hipotesis ..................................................................................... 38
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 39
A. Desain Penelitian ........................................................................ 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 39
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 39
D. Teknik Sampling ........................................................................ 40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 40
F. Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................... 41
G. Penyajian Data ........................................................................... 42
H. Alur Penelitian ........................................................................... 43
I. Etika Penelitian .......................................................................... 44
vii
BAB 5. HASIL PENELITIAN .................................................................. 45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………… ...45
B. Hasil Penelitian………………………………………………... 46
1. Analisis Univariat…………………………………………. 46
2. Analisis Bivariat……………………………………………49
BAB 6. PEMBAHASAN ............................................................................ 50
A. Analisis Univariat…………………………………………….. 50
B. Analisis Bivariat……………………………………………….53
C. Keterbatasan Penelitian………………………………………..55
BAB 7. TINJAUAN KEISLAMAN .......................................................... 57
A. Kanker dalam Pandangan Islam……………………………… 57
B. Obesitas dalam Pandangan Islam..…………………………….59
BAB 8. PENUTUP ...................................................................................... 63
A. Kesimpulan…………………………………………………….63
B. Saran…………………………………………………………...63
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..xi
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan IMT (IOTF,
WHO 2000)........................................................................................ 32
Tabel 5.1 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan IMT di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014............................................. 45
Tabel 5.2 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan Diagnosa di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014.................................. 46
Tabel 5.3 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan Karakteristik Individu
(Jenis Kelamin dan Umur) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di
Tahun 2014......................................................................................... 46
Tabel 5.4 Hubungan obesitas dengan kejadian Tumor Payudara di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014……..................................... 48
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori……......……………………………….…………..35
Gambar 3.1 Kerangka Konsep……….......……………………….………….....36
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden
Lampiran 2. Analisis Data
Lampiran 3. Surat
RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF
BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
Nailul Humam
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar - 90221
Telp: (0411) 866 972
Fax: (0411) 865 588
E-mail : [email protected]
ABSTRACT
BACKGROUND: Breast tumors are lumps found in the breast that usually of clumps of fat
that is encapsulated in a bag-like container. These lumps are benign and do not spread to
other parts of the body. Breast tumors are divided into two types: benign breast tumor and
malignant breast tumor. Various case studies shows that a high diet in fat and calories is
directly related to the incidence of breast cancer. Another data shown that people in 50 years
or older which also have obesity is more prone to developing breast cancer.
OBJECTIVE: To determine the relations between obesity and the occurrence of breast
tumor in Syech Yusuf Gowa regional Hospital in 2014.
METHODS: This study is a descriptive analytic study with cross-sectional approach.
Samples used are surgical ward patients in Syech Yusuf Gowa regional Hospital with a breast
tumor. Data obtained are secondary data (medical records), this data used to determine
wheter the particular sample is diagnosed with breast tumor and have a BMI value of the
obese category. These findings then analyszed with SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) for windows version 21 with a Pearson Chi Square test.
RESULTS: The number of samples involved in this study were 76 respondens. Most of the
samples were classified as obese, which is a many as 47 people (61.8%), benign breast
tumors as many as 21 people (27.6%), malignant breast tumors as many as 55 people
(72.4%), and the largest age group is 36-45 years with as many as 25 people (32.9%).
CONCLUSION: The prevalence of obesity on the occurrence of breast tumors in Syech
Yusuf Gowa regional Hospital is notice
bly high. The statistic test result in this study found a significant p-value of 0,00 and has a
value of 15.229 odds ratio which is categorized as Very Risky.
Keywords: Obesity and breast tumor.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah
pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihan akibat faktor
pengendali pertumbuhan sel normal yang
tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan
menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau
kanker.
Pada penelitian di Yaman ditemukan
635 kasus tumor payudara, dimana
sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor
jinak dan 142 (22,4 %) merupakan tumor
ganas/kanker.4
Kanker payudara merupakan kanker
yang paling banyak menyerang
perempuan. Diperkirakan jumlah kasus
baru tidak kurang dari 1.050.346 per
tahun. Dari jumlah itu, 580.000 kasus
terjadi di negara maju, sisanya di negara
berkembang. Berdasarkan estimasi
International Agency for Research on
Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15
juta kasus baru dan 55% kematian
diprediksi terjadi di negara berkembang.5
Menurut data WHO (World Health
Organization) menunjukkan bahwa
548.000 mortalitas per tahun kanker
payudara terjadi pada wanita.
Di Indonesia, prevalensi penyakit
kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk,
atau sekitar 330.000 orang. Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan
adalah kanker payudara dan kanker leher
rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah
kanker paru dan kanker kolorektal.7
Berdasarkan estimasi Globocan,
International Agency for Research on
Cancer (IARC) tahun 2012, insidens
kanker payudara sebesar 40 per 100.000
perempuan, kanker leher rahim 17 per
100.000 perempuan, kanker paru 26 per
100.000 laki-laki, kanker kolorektal 16 per
100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010,
kasus rawat inap kanker payudara 12.014
kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349
kasus (12,8%).8
Berbagai studi kasus kelola
menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori
berkaitan langsung dengan timbulnya
kanker payudara. Terdapat data
menunjukkan orang yang obesitas sesudah
usia 50 tahun berpeluang lebih besar
terkena kanker payudara.9 Obesitas adalah
keadaan di mana terdapat kelebihan lemak
dalam tubuh. Standar definisi dari obesitas
dilihat berdasarkan indeks massa tubuh
(IMT). Seseorang didiagnosa menderita
obesitas apabila indeks massa tubuh (IMT)
diantara (25-40 kg/m2).
10
Obesitas lebih sering dialami pada
golongan wanita, disebabkan oleh faktor
hormon estrogen. Sehubungan dengan itu
juga, prevalensi individu yang menderita
obesitas adalah diantara 40-59 tahun.
Risiko relatif pasien obesitas yang
menderita kanker payudara adalah
sebanyak 1.1-2.5, dimana lebih tinggi
berbanding risiko relatif yang diakibatkan
mutasi dalam gen BRCA1. Namun ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa,
pada wanita dengan riwayat keluarga
kanker payudara dengan obesitas, secara
signifikan dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara dibandingkan
dengan wanita yang non-obesitas dengan
riwayat keluarga positif. Disamping itu,
pasien obesitas dengan kanker payudara
mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita metastasis kelenjar getah
bening, tumor besar dan kematian bila
dibandingkan dengan pasien non-obesitas
kanker payudara.11
Terdapat beberapa hipotesa
berhubungan dengan obesitas dan kanker
payudara. Hipotesa yang pertama
menyatakan obesitas perlu dikategorikan
sebagai tumor endokrin. Sel adiposit
merupakan komposisi terbesar payudara
manusia, berfungsi mensekresi sitokin,
polipeptida dan hormon. Kanker payudara
yang invasif akan menyebabkan interaksi
parakrin dengan sel-sel adiposit di
payudara. Hipotesa yang seterusnya
menyatakan bahwa sintesis estrogen
adalah di payudara, abdomen, dan bokong,
dimana dalam biosintesis estrogen
membutuhkan enzim aromatase untuk
menukarkan androgen kepada estrogen.
Sementara estrogen berperan penting
untuk pengembangan susu normal dan
pertumbuhan duktal dan memainkan peran
sentral dalam perkembangan kanker
payudara manusia.11
Pada peningkatan BMI dan usia akan
menyebabkan peningkatan enzim
aromatase, maka penghasilan estrogen
akan tidak terkawal. Hipotesis yang
terakhir adalah bahwa obesitas, seperti
yang berkaitan dengan sindrom metabolik
menghasilkan peningkatan sirkulasi insulin
dan insulin-like growth factor (IGF),
dimana bertindak sebagai mitogen.11
Berdasarkan uraian diatas penulis
tertarik melakukan penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa mengenai Hubungan
Obesitas dengan Kejadian Tumor
Payudara.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik deskriptif dengan pendekatan studi
cross sectional yang dimana variabelnya
menghubungkan antara obesitas dengan
kejadian tumor payudara. Teknik sampling
yang digunakan adalah tehnik Total
Sampling dengan mengambil seluruh
sampel yang akan diteliti.
Populasi pada penelitian adalah seluruh
pasien yang telah terdiagnosis tumor
payudara di Poli Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa selama bulan Januari 2014 –
Desember 2014. Populasi pada penelitian
ini 157 orang.
Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder berupa rekam medik
pasien berdasarkan kriteria inklusidan
eksklusi. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 76 orang. Pengumpulan data
dilakukan setelah meminta perizinan dari
pihak pemerintah provinsi Sulawesi
Selatan dan Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Kemudian
nomor rekam medik pasien yang
terdiagnosis tumor payudara dalam periode
yang telah ditentukan dikumpulkan untuk
memperoleh rekam medik pasien.
Pengeditan data dilakukan dengan cara
mempertimbangkan untuk memilih atau
memasukkan data yang penting dan benar-
benar diperlukan. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi-square dengan
nilai kemaknaan α = (0.05) serta tingkat
kepercayaan 95%.
HASIL
Tabel 1. Distribusi pasien tumor payudara
berdasarkan IMT
IMT Frekuensi Persentase
(%)
Tidak Obesitas
Obesitas
29
47
38,2
61,8
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, ditemukan
bahwa distribusi pasien yang mempunyai
Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas
(underweight, normal dan overweight)
sebanyak 29 orang (38,2 %) dan yang
obesitas sebanyak 47 orang (61,8 %).
Tabel 2. Distribusi pasien tumor payudara
berdasarkan diagnosa
Diagnosa Frekuensi Persentase
(%)
Tumor Payudara
Jinak
Tumor Payudara
Ganas
21
55
27,6
72,4
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan
bahwa distribusi pasien yang terdiagnosa
tumor payudara jinak sebanyak 21 orang
(27,6 %) dan sebagian besar terdiagnosa
tumor payudara ganas sebanyak 55 orang
(72,4 %).
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
kesehatan selama tumbuh kembang anak.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%)
Perempuan
Laki - laki
76
N/A
100
N/A
Umur Frekuensi Persentase
(%)
Remaja akhir
kebawah
(<25 tahun)
Dewasa awal
(26-35 tahun)
Dewasa akhir
(36-45 tahun)
Lansia awal
(46-55 tahun)
Lansia akhir
(56-65 tahun)
Manula (>65 tahun)
21
15
25
12
2
1
27,6
19,7
32,9
15,8
2,6
1,3
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan
bahwa perempuan mempunyai jumlah
keseluruhan yaitu sebanyak 21 orang (100
%) dan laki – laki tidak ada (N/A) dari
jumlah sampel. Dan berdasarkan distribusi
pasien menurut umur ditemukan bahwa
umur dewasa akhir (36-45 tahun) paling
banyak terdiagnosa tumor payudara
sebanyak 25 orang (32,9 %), remaja akhir
kebawah (< 25 tahun) sebanyak 21 orang
(27,6 %), dewasa awal (26-35 tahun)
sebanyak 15 orang (19,7 %), lansia awal
(46-55 tahun) sebanyak 12 orang (15,8 %),
lansia akhir (56-65) sebanyak 2 orang (2,6
%) dan manula (> 65 tahun) sebanyak 1
orang (1,3 %). Umur dikategorikan
berdasarkan klasifikasi Departemen
Kesehatan tahun 2009.
Tabel 4. Hubungan obesitas dengan kejadian tumor payudara
Indeks
Massa Tubuh
Tumor payudara Total
P Value
(α =
0.05)
Odd Ratio
95% CI Jinak Ganas
N % N % N %
Tidak Obesitas
Obesitas
17
4
58,6
19,0
12
23
41,4
78,2
29
27
100,0
100,0
0.00
15,229
(4,306-
53,864)
Total 21 12,5 55 87,5 100 100,0%
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, distribusi
pasien yang tumor payudara jinak dengan
Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas
sebanyak 17 orang (58,6 %) dan pasien
yang tumor payudara ganas dengan Indeks
Massa Tubuh yang tidak obesitas sebanyak
12 orang (41,4%). Sedangkan pasien yang
tumor payudara jinak dengan indeks massa
tubuh yang obesitas sebanyak 4 orang
(19,0 %) dan pasien yang tumor payudara
ganas dengan indeks massa tubuh yang
obesitas yaitu 23 orang (78,2 %).
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan Pearson Chi-Square
didapatkan p-value 0,00 kurang dari α
(0,05) maka Ha diterima, artinya ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian
tumor payudara di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2014. Dengan
Odds Ratio 15,229 artinya obesitas
memiliki risiko 15,229 atau 15 kali
beresiko terhadap kejadian tumor
payudara.
PEMBAHASAN
Obesitas
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pasien obesitas lebih banyak dibanding
yang tidak obesitas. Hal ini pun sama
dengan penelitian yang dilakukan Rayesh
Nanda yang meneliti tentang obesitas
dengan reseptor hormonal pada pasien
kanker payudara, dimana pasien obesitas
yang mengalami tumor payudara (55,3 %)
lebih besar daripada pasien tidak obesitas
yang mengalami tumor payudara (44,8 %).
Menurut Hidayati dkk (2010), asupan
energi yang berlebih dan tidak diimbangi
dengan pengeluaran energi yang seimbang
(dengan kurang melakukan aktivitas fisik)
akan menyebabkan terjadinya penambahan
berat badan. Perubahan gaya hidup
mengakibatkan terjadinya perubahan pola
makan masyarakat yang merujuk pada
pola makan tinggi kalori, lemak dan
kolesterol, dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah
gizi lebih). Berbagai sarana dan fasilitas
memadai menyebabkan gerak dan aktivitas
menjadi semakin terbatas dan hidup
semakin santai karena segalanya sudah
tersedia.
Tumor Payudara
Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pasien tumor payudara ganas lebih
banyak dibanding pasien tumor payudara
jinak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Celaya
et al (2010) menyebutkan tumor payudara
ganas merupakan tumor payudara ganas
lebih banyak dibanding tumor payudara
jinak. Namun berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Helvia (2010) dimana
frekuensi pasien tumor payudara jinak jauh
(80 %) lebih besar dibanding tumor
payudara ganas (20 %) dan pada penelitian
di Yaman ditemukan 635 kasus tumor
payudara, dimana sebanyak 493 (77,6 %)
merupakan tumor jinak dan 142 (22,4 %)
merupakan tumor ganas/kanker.4
Umur
Rata-rata umur perempuan yang
mengalami menopause di Indonesia adalah
sekitar awal 40 tahun sehingga akhir 60
tahun. Kelompok dewasa akhir (36-45
tahun) mencatat persentase paling tinggi
berdasarkan penelitian ini mungkin karena
kebanyakan perempuan di dalam
kelompok ini seharusnya mengalami fasa
pre atau pasca menopause.
Semasa fase menopause, produksi
estrogen yang sebelumnya dihasilkan di
ovarium akan diambil alih oleh jaringan
lemak. Kadar estrogen pada wanita
menopause adalah 50 sampai 100 % lebih
tinggi pada wanita yang mengalami
obesitas. Maka jaringan yang sensitif
terhadap stimulasi estrogen akan
mengalami pertumbuhan yang cepat dan
menyebabkan terjadinya kanker payudara.
Peningkatan usia juga dapat meningkatkan
penghasilan enzim aromatase yang turut
membantu dalam proses katalisis androgen
ke estrogen.
Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian (tabel 3) terdapat
perbedaan yang sungguh jelas diantara
jumlah pasien yang mengalami kanker
payudara berdasarkan jenis kelaminnya.
Secara fisiologis juga telah terbukti
bahwa saat mengalami pubertas (biasanya
sekitar 13 atau 14 tahun), anak laki-laki
dan perempuan memiliki sedikit jaringan
payudara yang terletak di kawasan areola.
Selepas pubertas, ovarium perempuan
menghasilkan hormon estrogen dan
menyebabkan pertumbuhan jaringan pada
payudara meningkat. Namun pada anak
laki-laki, hormon yang dihasilkan oleh
testis dapat menghambat pertumbuhan
jaringan pada payudara. Maka kanker
payudara kurang umum pada laki-laki
karena sel-sel duktus payudara mereka
kurang berkembang dibandingkan dengan
payudara perempuan.
Hubungan obesitas dengan kejadian
kanker payudara
Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pasien yang tumor payudara
ganas/kanker payudara dengan indeks
massa tubuh yang obesitas lebih banyak
dibanding pasien yang tumor payudara
jinak.
Menurut Robbins dan Rasjidi, obesitas
juga merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan seseorang menderita
kanker payudara. Sesuai dengan hasil
penelitian didapatkan hasil uji Chi-Square
P = 0,00 (P < 0,05) maka Ha diterima,
artinya ada hubungan antara obesitas
dengan kejadian tumor payudara di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014
dengan Odds Ratio 15,229 artinya obesitas
memiliki risiko 15,229 atau 15 kali
beresiko terhadap kejadian tumor
payudara.
Dalam penelitian yang dilakukana
Eviana (2013), didapatkan nilai P value =
0,036 (P > 0,05) antara obesitas dan
kanker payudara yang berarti ada
hubungan antara obesitas dan kanker
payudara.
Kedua hasil penelitian tersebut sejalan
dengan teori Baradero (2006) yang
menyebutkan bahwa obesitas mempunyai
efek perangsang pada perkembangan
payudara. Estrogen disimpan dalam
jaringan adiposa (jaringan lemak).
Beberapa kanker payudara adalah reseptor
estrogen positif (ER+), artinya bahwa
estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel
kanker payudara. Maka, makin banyak
jaringan adiposa, makin banyak estrogen
yang mengikat ER = sel-sel kanker.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan
penelitian Enger (1989) dan Colidtz (1994)
bahwa ada peningkatan risiko terkena
tumor payudara ganas pada wanita dengan
Body Mass Index yang besar, namun tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Budiningsih (1995) bahwa obesitas tidak
berpengaruh terhadap kanker payudara.
Pada individu obese, ditemukan adanya
peningkatan sel adiposit berbanding
individu tidak obese. Maka sel adiposit
terutamanya di payudara akan mensekresi
sitokin seperti faktor tumor nekrosis (TNF-
alpha) dan interleukin-6 (IL-6) dimana
akan bertindak merangsang produski
aromatase. Peningkatan sel adiposit juga
akan menyebabkan peningkatan
konsentrasi insulin dan IGF-1 dimana akan
menyebabkan penurunan kadar SHBG
(sex-hormone binding globulin).
Penurunan SHBG dalam obesitas akan
meningkatkan bioavaibilitas estradiol yang
bersirkulasi. SHBG merupakan faktor
regulator kepada estradiol dalam sel
kanker payudara. SHBG bertindak sebagai
faktor anti-proliferasi, jadi wanita obese
mempunyai resiko relatif lebih tinggi
mengidap kanker payudara dibanding pria.
Leptin yang merupakan protein diproduksi
oleh jaringan adiposa juga merupakan
faktor pertumbuhan kanker karena leptin
merangsang proliferasi sel epitel payudara,
menghambat sel apoptosis dan
angiogenesis.
KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian didapatkan
prevalensi pasien dengan diagnosa
tumor payudara ganas lebih tinggi
daripada tumor payudara jinak di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa.
2. Dari hasil penelitian didapatkan
prevalensi pasien yang obesitas lebih
tinggi daripada pasien yang tidak
obesitas di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
3. Dari hasil uji analisis didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara obesitas dengan
kejadian tumor payudara.dan
didapatkan bahwa pasien obesitas
15,229 atau 15 kali beresiko terhadap
kejadian tumor payudara di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas
dukungan dari RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa, khususnya bagian
poliklinik Bedah. Dan untuk pembimbing
skripsi yaitu dr. A. Salsa Anggeraini,
M.Kes terima kasih atas dukungan dari
beliau.
REFERENSI
1. 1 Kumar V, Abbas KA, Fausto N,
Aster JC. 2005. The female breast. In:
Schmitt W, editor. Robbin and cotran
pathologic basis of disease. 7th
ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
2. Sjamsuhidahat, R. 2010. Buku Ajar
Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong.
EGC, Jakarta.
3. Reksoprodjo S. 2010. Kanker payudara
: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bina
Rupa Aksara Publisher, Tangerang.
4. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO.
2010. Breast disease in southern
Yemen. Saudi Med J.
5. Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi
Kanker Pada Wanita. Jakarta
WHO.2012. Available from :
http://www.who.int/cancer/en/33444
6. BPPK Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar.
Available form:
http://www.depkes.go.id/resources/do
wnload/general/HasilRiskesdas2013.pd
f
7. GLOBOCAN 2012, IARC. 2012.
Available form :
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheet
s_cancer.aspx
8. Desen, Wan. 2008. Buku Ajar
Onkologi Klinis Edisi 2 FKUI. Badan
Penerbit FKUI, Jakarta
9. World Health Organization (WHO).
Western Pacific Region (WPRO)
International Association for the Study
of Obesity (IASO). The Asia Pacific
Perspective: Refining Obesity and its
Treatment. Sydney: Health
Communications Australia Pty Ltd.
ISBN 0-9577082-1-1.
10. Loricnz A. M. and Sukumar S.,2006.
Molecular links between obesity and
cancer, 13(2):279. Available from:
http://erc.endocrinologyjournals.org/cg
i/content/full/13/2/279
11. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F.
2013. Anatomi Berorientasi Klinis
Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta
12. Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
13. Syaifudddin, 2002. Struktur dan
Komponen Tubuh Manusia. Widya
Medika. Jakarta
14. Sukarja, 2000. Onkologi Klinik.
Airlangga University Press. Surabaya.
15. Price, S., 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
16. Dalimartha, S., 2004. Deteksi Dini
Kanker dan Simplisia Antikanker.
Penebar Swadaya, Jakarta.
17. Muchlis, R., 2005. Deteksi Dini
Kanker. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
18. Syaifudddin, 2002. Struktur dan
Komponen Tubuh Manusia. Widya
Medika. Jakarta.
19. Sitorus, R., 2006. Tiga Jenis Penyakit
Pembunuh Utama Manusia. CV.
Yrama Widya, Bandung.
20. Ganong, WF, 2005. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22.
Jakarta: EGC.
21. Health Statistics NSW, 2011. Adult
Overweight and Obesity. NSW
Government
22. Elrington, J, 2003. Obesity and
Overweight. World Heart Organization
23. Racette SB, Deusinger SS, Deusinger
RH, 2003. Obesity: Overview of
Prevalence, Etiology, and Treatment.
Physical Therapy. 83:276-288
24. Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N.,
dan Mitchell R. N., 2007.
Environmental and Nutritional
Diseases. In: Schmitt W., ed. Robbins
Basic Pathology.8th Edition.China:
Saunders and Elsevier Inc., 313-318
25. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2006.
Dietary Balances; Regulation of
Feeding; Obesity and Starvation;
Vitamin and Minerals. In Belfus L., ed.
Medical Physiology. 11th
Edition.China:Saunders and Elsevier.,
872-874
26. Klikdokter, 2008. Indeks Penyakit,
Obesitas . Available from:
http://www.klikdokter.com/illness/deta
il/43
27. Flier JS, Maratos-Flier E, 2008.
Biology of Obesity. In:Kasper, DL.,
Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser,
SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed.
Harrison’s Principles of Internal
Medicines. Edisi 17.New York:
McGraw-Hill, 462-473
28. Bethesda,. 1998. Clinical Guidelines
on the Identification, Evaluation, and
Treatment of Overweight and Obesity
in Adults. National Heart, Lung, and
Blood Institute: NIH Publication No.
98–4083.
29. Hawari Dadang, Prof,Dr,dr. Kanker
Payudara dimensi psikoreligi. P:134-
139. Balai penerbit FK UI. Jakarta.
2009
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang
tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas
atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran makroskopik maupun
mikroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan lambat,
massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya, dan tidak
bermatastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik dati tumor ganas/kanker
adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan cepat serta dapat menginfiltrasi
ke jaringan sekitar.1,2
Sel-sel kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari
tubuh secara hematogen maupun limfogen.3
Pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana
sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4 %) merupakan
tumor ganas/kanker.4
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyerang
perempuan. Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per
tahun. Dari jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju, sisanya di negara
berkembang. Berdasarkan estimasi International Agency for Research on Cancer,
pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru dan 55% kematian diprediksi
terjadi di negara berkembang.5
2
Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa
548.000 mortalitas per tahun kanker payudara terjadi pada wanita. Menurut
International Union Againts Cancer (UIAC), sebuah lembaga non pemerintah
internasional yang bergerak di bidang pencegahan kanker, kanker telah
membunuh orang lebih banyak daripada total kematian yang diakibatkan AIDS,
tuberkulosis, dan malaria. Jumlah kematian akan meningkat secara dramatis
dalam dekade mendatang jika kita tidak melakukan upaya nyata. Pada tahun 2030
diperkirakan lebih dari 12 juta orang akan mati akibat kanker per tahun.5,6
Saat ini kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di negara maju dan
nomor tiga di negara berkembang. Di negara maju, meski angka kejadian kanker
meningkat, angka kesitasan (survival rate) juga meningkat karena kanker
terdeteksi lebih dini dan diobati secara baik. Sementara itu, angka kejadian dan
kematian terus meningkat di negara berkembang karena fasiltas deteksi dini dan
pengobatan belum memadai.5
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher
rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal.7
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer
(IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan,
kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki-
laki, kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem
3
Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014
kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).8
Berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori
berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data
menunjukkan orang yang obesitas sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar
terkena kanker payudara.9 Obesitas adalah keadaan di mana terdapat kelebihan
lemak dalam tubuh. Standar definisi dari obesitas dilihat berdasarkan indeks
massa tubuh (IMT). Seseorang didiagnosa menderita obesitas apabila indeks
massa tubuh (IMT) diantara (25-40 kg/m2).
10
Obesitas lebih sering dialami pada golongan wanita, disebabkan oleh
faktor hormon estrogen. Sehubungan dengan itu juga, prevalensi individu yang
menderita obesitas adalah diantara 40-59 tahun. Risiko relatif pasien obesitas
yang menderita kanker payudara adalah sebanyak 1.1-2.5, dimana lebih tinggi
berbanding risiko relatif yang diakibatkan mutasi dalam gen BRCA1. Namun ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa, pada wanita dengan riwayat keluarga
kanker payudara dengan obesitas, secara signifikan dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang non-obesitas dengan
riwayat keluarga positif. Disamping itu, pasien obesitas dengan kanker payudara
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita metastasis kelenjar getah bening,
tumor besar dan kematian bila dibandingkan dengan pasien non-obesitas kanker
payudara.11
Terdapat beberapa hipotesa berhubungan dengan obesitas dan kanker
payudara. Hipotesa yang pertama menyatakan obesitas perlu dikategorikan
4
sebagai tumor endokrin. Sel adiposit merupakan komposisi terbesar payudara
manusia, berfungsi mensekresi sitokin, polipeptida dan hormon. Kanker payudara
yang invasif akan menyebabkan interaksi parakrin dengan sel-sel adiposit di
payudara. Hipotesa yang seterusnya menyatakan bahwa sintesis estrogen adalah di
payudara, abdomen, dan bokong, dimana dalam biosintesis estrogen
membutuhkan enzim aromatase untuk menukarkan androgen kepada estrogen.
Sementara estrogen berperan penting untuk pengembangan susu normal dan
pertumbuhan duktal dan memainkan peran sentral dalam perkembangan kanker
payudara manusia.11
Pada peningkatan BMI dan usia akan menyebabkan peningkatan enzim
aromatase, maka penghasilan estrogen akan tidak terkawal. Hipotesis yang
terakhir adalah bahwa obesitas, seperti yang berkaitan dengan sindrom metabolik
menghasilkan peningkatan sirkulasi insulin dan insulin-like growth factor (IGF),
dimana bertindak sebagai mitogen.11
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa mengenai ”Hubungan
Obesitas dengan Kejadian Tumor Payudara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peniliti ingin melihat, apakah terdapat
hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014 ?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian tumor payudara jinak maupun ganas di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
b. Mengetahui Indeks Masssa Tubuh pada pasien tumor payudara di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
c. Mengetahui seberapa besar faktor resiko obesitas terhadap kejadian tumor
payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai obesitas dan tumor
payudara, terutama kanker payudara.
b. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan peneliti dalam
membuat sebuah penelitian.
c. Untuk dijadikan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
6
2. Bagi Pengembangan Penelitian
a. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan penelitian mengenai obesitas dan tumor
payudara
b. Sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian mengenai
obesitas dan tumor payudara
3. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat
a. Sebagai dasar penyuluhan dan konseling kepada pasien agar
mempertahankan berat badan yang ideal untuk mengurangi risiko terkena
tumor payudara payudara serta sadar akan efek obesitas terhadap
prognosis tumor payudara jinak maupun ganas.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara adalah struktur superficial yang paling menonjol pada
dinding toraks anterior, terutama pada perempuan. Glandula mammaria
berada pada jaringan subkutan yang menutupi musculus pectoralis major dan
minor. Jumlah lemak yang mengelilingi jaringan glandular menentukan
ukuran payudara non-laktasi. Puncak tonjolan payudara adalah puting (papilla
mammae), dikelilingi oleh area berpigmen sirkular pada kulit disebut aerola.12
Badan yang secara kasar sirkular pada payudara perempuan terletak di
atas bantalan yang memanjang melintang dari batas lateral sternum ke linea
midaxillaris dan secara vertical dari costa II sampai VI. Dua pertiga batalan
payudara terbentuk oleh fascia pectoralis yang menutupi musculus pectoralis
major; sepertiga lain, oleh fascia yang menutupi musculus serratus anterior.
Di antara payudara dan fascia pectoralis terdapat bidang jaringan ikat longgar
atau ruangan potensial-spatium retromammari. Bagian kecil glandula
mammaria dapat memanjang di sepanjang tepi inferolateral musculus
pectoralis major ke arah fossa axillaris dan membentuk processus axillaris
atau processus lateralis (Spence). Glandula mammaria sangat kuat menempel
8
pada dermis kulit di atasnya, terutama oleh ligamentum kulit substansial,
ligamentum suspensorium (Cooper).12
Pasokan darah kelenjar mammae terutama berasal dari cabang arteri
axillaris, ramus perforate interkostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan
ramus perforate arteri interkostalis 3 - 7. Cabang arteri axillaris dari medial ke
lateral adalah arteri torakalis superior, arteri torakali sakromial, arteri
torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri
subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, superfisial dan
profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke
vena mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena dalam berjalan
seiring dengan arteri yang senama tersebut di atas, secara terpisah bermuara
ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena
hemiazigos.9
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4
rami dari pleksus servikalis. Adapun saraf yang berkaitan erat dengan terapi
bedah adalah; nervus torakalis lateralis, nervus torakalis medialis, nervus
torakalis longus, dan nervus torakalis dorsalis.9
b. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
9
juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya
asinus.13
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-
8 haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu,
mammografi menjadi rancu karena kontras kelejar terlalu besar. Begitu haid
mulai, semua hal di atas berkurang.13
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berploriferasi, dan tumbuh duktus baru.13
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui ductus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin.13
c. Kelainan Payudara
Ada beberapa kelainan yang dapat terjadi pada payudara, antara lain :
kelainan pertumbuhan dan perkembangan (ginekomastia, anomali), infeksi
(mastitis puerperalis akut, mastitis tuberkulosa, fistel paraareola), tumor jinak
(kista, fibroadenoma, perubahan fibrokistik, tumor filoides, galaktokel,
papilloma intraduktus, duktus ectasia, adenosis sclerosis, nekrosis lemak) dan
tumor ganas (karsinoma mammae).13
10
d. Tumor Payudara Jinak
Tumor adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus.1 Tumor payudara merupakan benjolan pada
payudara yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam
suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak
menyebar ke bagian lain pada tubuh.2
Tumor jinak payudara terdiri dari fibroadenoma, tumor filoides,
papilloma intraduktus, adenosis sclerosis, lipoma, dan nekrosis lemak.
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terbentuk baik dalam
jaringan payudara glandular maupun dalam jaringan stromal. Fibroadenoma
biasa terjadi pada usia 20 hingga 30-an tahun. 2
Tumor filoides merupakan neoplasma jinak yang bersifat menyusup
secara lokal dan mungkin ganas, pertumbuhannya lebih cepat. Papiloma
intraduktus adalah lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus di bawah
areola, gejalanya berupa pengeluaran cairan yang berdarah dari puting susu.
Adenosis sklerosis adalah kelainan fibrokistik, tampak poliferasi jinak
ditandai dengan gejala lobulus payudara membesar, terdistorsi oleh jaringan
berserat. 2
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah
kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-
60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma bersifat lunak
pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri, pertumbuhannya sangat
lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil,
11
namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Nekrosis
lemak, terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara mengalami
kerusakan, akibat adanya luka pada payudara. Biasanya dapat terjadi setelah
menjalani radiasi atau pembedahan.2
e. Tumor Payudara Ganas (Kanker Payudara)
(1) Definisi
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya
pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat
mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling
sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan
pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti
payudara.14
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker
payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.15
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal
terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak
beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-
perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya.15
Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati,
dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun
12
supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui
pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.16
(2) Faktor Risiko
Terdapat berbagai faktor yang diperkirakan meningkatkan risiko
kanker payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial, hormonal, gaya
hidup, lingkungan, dan adanya riwayat tumor jinak.
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara.
Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara
akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan
pada wanita berusia di bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara
invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun.13
Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik herediter
sebagai penyebab kanker payudara yang diderita jika (1) menderita kanker
payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat
keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum 50 tahun, dan satu atau
lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker
ovarium; (3) kanker payudara bilateral; (4) menderita kanker payudara pada
usia berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita
kanker payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara. Risiko
seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak, kakak,
atau adik kandung, dan anak) menderita kanker payudara, meningkat dua kali
lipat, dan meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat
pertama yang menderita kanker payudara.
13
Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko kanker payudara
yang signifikan, 70 – 80 % kanker payudara timbul secara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi
germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13
ditetapkan sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium
herediter. Gen BRCA1 terutama menimbulkan kanker payduara ER(-).
BRCA2 juga banyak ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.13
Usia menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun,
meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia
menopause yang lebih lambat, yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 2 kali. Perempuan yang melahirkan bayi aterm
lahir hidup pertama kalinya pada usia di atas 35 tahun mempunyai risiko
mengidap terkena kanker payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi
hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker payudaranya;
penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko sebesar 1,24 kali;
penggunaan terapi sulih-hormon pascamenopause meningkatkan risiko
sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan
estrogen penguat kandungan selama kehamilan meningkatkan risiko sebesar
dua kali lipat.13
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker
payudara; sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya.
Hal ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar
hormone endogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terkait-
14
globulin dan menurunkan pajanan terhadap estrogen, obesitas pramenopause
meningkatkan kejadian anovulasi sehigga menurunkan pajanan payudara
terhadap progesterone. Pada masa pascamenopause, penurunan risiko kanker
payudara yang disebabkan oleh obesitas pramenopause secara bertahap
menghilang, dan peningkatan bioavailabilitas estrogen yang terjadi pada masa
ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.13
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30-
40 %. Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer
Society merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.13
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Alkoholpun
demikian, lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol
secara berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol
meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi responsivitas
tumor terhadap hormon. Kumpulan analisis terakhir membuktikan bahwa
risiko relatif kanker payudara meningkat 7 % kini menjadi 10 % untuk setiap
drink (1,25 ons liquor atau 40 ons anggur 12 % atau 12 ons bir 4%) tambahan
per harinya, dan keduaya berbanding lurus. Walaupun tidak semua data
konsisten, konsumsi alkohol lebih berkolerasi kuat dengan kanker payudara
ER (estrogen receptor) dan PR (progesterone receptor) positif sesuai dengan
perkiraan.13
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani
terapi penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin
maupun non Hodgkin, mereka berisiko menderita keganasan payudara
15
terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewasa muda
saat payudara berkembang. Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan
tempat kerja juga berisiko menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah
satu zat kimia tersebut yaitu pestisida atau DDT yang seringkali mencemari
bahan makanan sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang berisiko mendapat
pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudara antara lain, penata
kecantikan kuku yang tiap harinya menghirup uap pewarna kuku, penata
radiologi, dan tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan
catnya.13
(3) Klasifikasi stadium
Dewasa ini memakai cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan
Anti Kanker Internasional (edisi tahun 2000). Klasifikasi cTNM klinis
sebagai berikut :9
T : kanker primer.
TX : tumor primer tak dapat dinilai (misal telah direseksi).
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma
in situ lobular, penyaki Paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit
Paget dengan nodul diklasifikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor terbesar <= 2 cm.
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm.
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm.
16
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <= 2cm.
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm.
T3 : diameter tumor terbesar >5 cm.
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau
kulit (dinding toraks termasuk tulang iga, m. interkostalis dan m.
serratus anterior, tak termasuk m. pektoralis).
T4a : menyebar ke dinding toraks.
T4b : udem kulit mammae (termasuk peau d‟orange) atau ulserasi, atau
nodul satelit di mammae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mammae inflamatorik
Catatan :
(1) Lesi mikroinvasif multiple, diklasifikasi berdasarkan massa terbesar, tidak
atas dasar total massa lesi multiple tersebut.
(2) Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif
dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologik adalah
pTx.
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional.
N1 : di fossa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil.
17
N2 : kelenjar limfe metastatik fossa aksilar ipsilateral saling konfluen dan
terfiksasi dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan
terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna namun tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar.
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain.
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna
dan metastasis kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral.
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular.
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria
interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
Catatan :
1. Kelenjar limfe regional adalah kelenjar limfe aksilar dan kelenjar limfe
mamaria interna. Kelenjar limfe mamaria interna secara klinis dibagi
menjadi kelompok infra-aksilar atau level II dan kelompok supra-aksilar
atau level III. Kelompok infra-aksilar adalah kelenjar limfe dari margo
lateral otot pektoralis minor, kelompok intra-aksilar adalah kelenjar limfe
di antara margo medial dan lateral otot pektoralis minor (termasuk kelenjar
18
limfe di antara otot pektoralis mayor dan minor), kelompok supra-aksilar
adalah kelenjar limfe di medial dari margo medial otot pektoralis minor.
2. Bukti klinis : menunjukkan bukti yang ditemukan dari pemeriksaan klinis,
pemeriksaan pencitraan (tak termasuk pencitraan sintigrafi kelenjar limfe),
atau bukti dari pemeriksaan makroskopik patologik.
M : metastasis jauh.
MX : metastasis jauh tak dapat dinilai.
M0 : tak ada metastasis jauh.
M1 : ada metastasis jauh.
Klasifikasi stadium klinis :
Stadium 0 : TisN0M0
Stadium I : T1N0M0
Stadium IIA : T0N1M0
T1N1M0
T2N0M0
Stadium IIB : T2N1M0
T3N0M0
Stadium IIIA : T0N2M0
T1N2M0
T2N2M0
T3N1-2M0
Stadium IIIB : T4, N apapun, M0
Stadium IIIC : T apapun, N3M0
19
Stadium IV : T apapun, M apapun, M1
(4) Patogenesis
Tumorigenensis kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap
tahapnya berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator
minor atau mayor. Terdapat dua jenis sel utama pada payudara orang dewasa;
sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.13
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis
alam perjalanan menuju keganasan. Hiperplasi duktal, ditandai oleh
proliferasi sel-sel epitel pliklonal yang tersebar tidak rata yang pola kromatin
dan bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih dan lumen duktus yang tidak
teratur, sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel di atas
relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara
sitologis jinak. Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal), yang
sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan
lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker
payudara.13
Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya
karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologis
sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum menginvasi
stroma dan menembus membran basal. Karsinoma in situ lobular biasanya
menyebar ke seluruh jaringan payudara (bahkan bilateral) dan biasanya tidak
teraba dan tidak terlihat pada pencitraan. Sebaliknya, karsinoma in situ duktal
20
merupakan lesi duktus segmental yang dapat mengalami kalsifikasi sehingga
memberikan penampilan yang beragam.13
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi
stroma, tumor menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan
limfogen sehingga menimbulkan metastasis.13
(5) Manifestasi Klinis
Gejala kanker payudara sangat dipengaruhi oleh lokasi tumor dan ciri
pertumbuhannya. Berbagai gejala yang biasanya mendorong pasien untuk
datang ke dokter antara lain adanya benjolan di payudara unilateral maupun
bilateral; nyeri lokal di salah satu payudara; retraksi kulit atau puting;
keluarnya cairan dari puting; eksim, radang atau ulserasi puting susu;
benjolan ketiak serta edema lengan.13
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mamma yang tidak
nyeri, sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan
di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas
tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut
dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap,
dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.9
Perubahan kulit juga sangat jelas pada penderita kanker payudara.
Biasanya nampak tanda lesung, ini terjadi ketika tumor mengenai ligamen
glandula mammae , ligamen itu memendek hingga kulit setempat menjadi
cekung. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange) juga sering terjadi ketika vasa
21
limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe
menyebabkan udem kulit, dan folikel rambut tenggelam ke bawah. Selain itu,
nodul satelit dan ulserasi pada kulit payudara juga menjadi gejala klinis
kanker payudara.9
Perubahan papilla mammae pada kanker payudara berupa retraksi
papilla, sekret papilar dan perubahan eksematoid. Perubahan eksematoid
merupakan manifestasi spesifik kanker eksematoid (Penyakit Paget). Klinis
tampak aerola, papilla mamme tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat
mirip eksim.9
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau
multiple, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar
limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu
diperhatikan adalah sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya
tampil dengan limfodenopati aksilar tapi tidak teraba massa mamma, kami
menyebutnya sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.9
(6) Diagnosis
Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi,
dan riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga kanker, fungsi
kelenjar tiroid, dan penyakit ginekologik. Dalam riwayat penyakit sekarang
terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, dan kecepatan
pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.9
22
Pemeriksaan fisis harus menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan
pemeriksaan kelenjar mammae. Pada inspeksi, amati ukuran, simetri kedua
mammae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik
kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi, nodul satelit). Perhatikan
kedua papilla mammae apakah simetris, ada retraksi, distorsi, erosi dan
kelainan lain. Pada palpasi, sebaiknya dilakukan dalam posisi baring, juga
dapat kombinasi duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan ke empat jari,
gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum
jam palpasi lembut, dilarang meremas payudara. Kemudian dengan lebut pijat
aerola mamme, papilla mammae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat
tumor, harus secara rinci periksa dan cata lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi
batas, permukaan, mobilitas, dan nyeri tekan dari massa itu.9
Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta
lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar musculus pektoralis mayor
berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang,
kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papilla mammae,
harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar
limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksilla kanan,
dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi
seluruh fossa aksilla secara berurutan. Waktu memeriksa fossa aksilla kiri
sebaliknya. Akhirnya periksa kelenjar supraklavikular.9
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, mamografi, ultrasonografi dan
biopsi (FNAB, core biopsy dan open biopsy) dapat membantu deteksi kanker
23
payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu dengan Rontgen
toraks, USG abdomen (hepar), dan bone scanning. Sedangkan pemeriksaan
radiodagnostik yang bersifat opsional (atas indikasi) yaitu magnetic
resonance imaging (MRI), CT scan, PET scan, dan bone survey.13
Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara
pada kasus kecurigaan keganasan maupun kasus kanker payudara kecil yang
tidak terpalpasi (lesi samar). Indikasi mamografi antara lain kecurigaan klinis
adanya kanker payudara, sebagai tindak lanjut pascamastektomi (deteksi
tumor primer kedua dan rekurensi di payudara kontralateral), dan pasca-
breast conversing therapy (BCT) untuk mendeteksi kambuhnya tumor primer
kedua (walaupun lebih sering dengan MRI), adanya adenokarsinoma
metastatik dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya, dan sebagai
program skrining. Temuan mammograf yang menunjukkan kelainan yang
mengarah ke keganasan antara lain tumor berbentuk spikula, distorsi atau
uregularitas, mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang disertai
pembesaran kelenjar limfe.13
Hasil mamografi dikonfirmasi lebih lanjut dengan FNAB, core
biopsy, atau biopsy bedah. FNAB (fine needle aspiration biopsy) dilakukan
dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor terpalpasi dengan mudah,
FNAB dapat dilakukan sambil mempalpasi tumor. Namun, jika benjolan
tidak terpalpasi dengan jelas, ultrasonografi dapat digunakan untuk memandu
arah jarum.13
24
(7) Penatalaksanaan
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, targeting therapy, terapi rehabilitasi
medik, serta terapi paliatif.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama
dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat
kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala
penyakit). 17
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu: 18
- Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian
dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.
Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
- Mastektomi total (mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
- Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan di sekitar ketiak.18
Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini
25
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini
biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.19
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil, cair, atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan
membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada
pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.17, 20
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon
estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat
menghambat laju perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut juga
dengan therapy anti-estrogen karena sistem kerjanya menghambat atau
menghentikan kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara.17
(8) Prognosis
Seperti keganasan pada umunya, prognosis kanker payudara
ditunjukkan oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis
penderita keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda,
menderita kanker payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya
26
triple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR
negatif, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif.13
(9) Pencegahan
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker
payudara atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker
payudara. Usaha pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh
dari karsinogen dan mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan
kanker payudara dapat berupa pencegahan primordial, pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier.15
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang
sehat yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan
membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko
changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara. Pencegahan primordial
yang dapat dilakukan antara lain:
- Penggunaan Obat-obatan Hormonal
o Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter.
o Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara
atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi
yang mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.
27
- Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan
selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang
dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang
peranan penting dalam perkembangan sel kanker payudara.
- Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)10,15
Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI
setiap bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi
terakhir ketika payudara sudah tidak membengkak dan sudah menjadi
lembut.
- Pemeriksaan Mammografi.17,19
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu
sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal tersebut, menurut
American Cancer Society mammografi dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
o Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
o Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan
1-2 tahun sekali.
28
o Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi
dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini
terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan
pengobatan dan penanganan yang tepat.15
Penanganan yang tepat pada
penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan memperpanjang harapan
hidup penderita. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
- Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dimulai dengan mewawancarai penderita kanker
payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya, inspeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar
getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain
dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti
penderita kanker payudara.17
- Penatalaksanaan Medis yang Tepat
Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan
semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker
29
didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, dan terapi homonal.19
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan
tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat
progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta
perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spritual.28
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan rehabilitasi
supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi
dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan
rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari
orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.26
2. Obesitas
a. Definisi
Kelebihan berat badan (obesitas) adalah suatu kondisi dimana
perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan.
Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh
atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan
peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan
>20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak.22
Obesitas adalah suatu keadaan kelebihan massa jaringan lemak dan
keadaan ini menyebabkan berbagai penyakit kronis dan morbiditas serta
mortalitas yang tinggi. Penyebab utama dari obesitas adalah perbedaan pada
30
keseimbangan energi dalam jangka waktu lama. Ketidakseimbangan itu
diakibatkan konsumsi lemak yang cukup tinggi, makanan padat energi dan
minuman manis, kurangnya aktivitas fisik, dan mengikuti sedentary lifestyle
yaitu gaya hidup yang jarang berpindah-pindah atau jarang bergerak.23
Standar definisi dari obesitas dilihat berdasarkan indeks massa tubuh
(IMT). IMT diukur dengan satuan berat badan dan tinggi badan ((berat
badan/tinggi badan (kg/m2)). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) adalah suatu alat bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Indeks
Massa Tubuh tersedia dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan
kategori dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik
diperuntukkan untuk orang-orang yang berdomisili di daerah Asia, karena Indeks
Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang
Eropa, orang Amerika, ataupun orang Australia.27
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan yang Diusulkan berdasarkan IMT (IOTF,
WHO 2000)
IMT Kelas
< 18,5 kg/m2 Kurang Berat Badan
18,5 – 22,9 kg/m2 Batas Normal
23,0 – 24,9 kg/m2 Lebih Berat Badan
25 – 29,9 kg/m2 Obese Kelas I
≥ 30 kg/m2 Obese Kelas II
31
b. Epidemiologi
Obesitas sudah menjadi masalah yang global yang mengenai kira-
kira 300.000.000 orang di seluruh dunia. Prevalensi ini meningkat baik di
negara maju ataupun negara berkembang. Obesitas dapat mengenai semua
orang pada semua umur dan semua tingkat sosioekonomi. 24
Di Indonesia, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi
penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada
tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik
18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (15,5%).
c. Etiologi Obesitas
(1) Faktor Genetik
Maes et all. meneliti bahwa variabilitas untuk peran faktor genetik
terhadap obesitas adalah 50%-90%. Tetapi, negara industri seperti Amerika
Serikat menyatakan bahwa faktor genetik adalah faktor utama dari penyebab
kasus epidemik obesitas.25
(2) Faktor Lingkungan dan Kebiasaan
Sekarang gaya hidup manusia menjadi gaya hidup yang tidak
memerlukan aktivitas fisik yang banyak, sehingga pengeluaran energi
menjadi sedikit. Ditambah lagi, kebiasaan sekarang yang gemar
mengonsumsi makanan dan minuman dengan jumlah kalori yang cukup
32
tinggi. Kedua hal itu membuat ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dan yang keluar. Kelebihan energi itu akan disimpan dalam bentuk
triasilgliserol atau asam lemak yang akan disimpan pada jaringan lemak.25
d. Patogenesis
Dalam keadaan normal, ada mekanisme fisiologis di jaringan lemak
yang mempengaruhi penyimpanan lemak dan reseptor (adipostat) di
hipotalamus. Ketika penyimpanan lemak berkurang, maka sinyal adipostat
menjadi berkurang, lalu hipotalamus meresponnya dengan rasa lapar. Begitu
juga sebaliknya. Salah satu yang merangsang sinyal tersebut adalah hormon
leptin yang dihasilkan pada jaringan lemak. Pada obesitas, terjadi
peningkatan leptin, tetapi mengalami resistensi dari leptin. Mekanisme
resistensi leptin belum diketahui. Beberapa data mengatakan leptin tidak
dapat melewati sawar darah otak jika jumlahnya berlebihan. Pada penelitian
yang dilakukan pada hewan menunjukkan adanya leptin signalling inhibitor,
seperti SOCS3 dan PTP1b, berperan dalam resistensi leptin.29
e. Diagnosa
Obesitas dapat ditegakkan dengan menggunakan Body Mass Index
(BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), yang didefinisikan sebagai berat
badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter
(kg/m2).24
33
Selain IMT, cara untuk menentukan obesitas adalah dengan
mengukur lingkar pinggang untuk menilai resiko penyakit yang berhubungan
dengan berat badan. Lingkar pinggang berkaitan erat dengan IMT,
pengukuran dengan menggunakan pengukur pita, dan dapat mengestimasi
lemak pada abdomen. Lemak pada abdomen berkaitan erat dengan risiko
penyakit daripada lemak pada organ lain dalam tubuh.25
f. Komplikasi
Obesitas, terutamanya obesitas sentral, meningkatkan risiko diabetes,
hipertensi, hipertrigliseridemia dan kanker. Peningkatan berat badan juga
akan menyebabkan peningkatan resistensi terhadap insulin
(hiperinsulinemia).26
g. Penatalaksanaan
Strategi menurunkan berat badan harus melakukan modifikasi diet,
aktivitas fisik, kebiasaan dan hindari stress. Diet yang dianjurkan adalah
makan yang secukupnya, kurangi konsumsi makan-makanan yang
mengandung karbohidrat dan lemak. Kira-kira karbohidrat yang dikonsumsi
55-65% dari total energi. Buah-buahan, gandum dan sayuran diperbanyak,
dan kurangi konsumsi alkohol. Salah satu faktor yang tidak kalah penting
untuk program penurunan berat badan adalah meningkatkan aktivitas fisik
sehari-hari. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk obesitas adalah aktivitas
yang tidak terlalu berat seperti jalan kaki dan turun-naik tangga. Aktivitas
34
yang intensitas rendah sampai sedang sangat dianjurkan. Apabila sudah
melaksanakan perubahan gaya hidup di atas, namun masih belum berhasil,
dapat konsultasikan ke dokter anda untuk penatalaksanaan dengan obat-
obatan maupun tindakan lainnya (operasi).
Ada dua obat resep yang sudah diizinkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas, yaitu;
sibutramine. Obat ini merubah persarafan di otak menyebabkan lebih cepat
merasa kenyang. Obat yang lain adalah orlistat (xenical), cara kerja obat ini
adalah mencegah penyerapan lemak dalam usus. Lemak yang tidak terserap
akan dibuang bersama tinja. Efek samping yang timbul adalah peningkatan
gerakan usus. Karena obat ini juga akan menyerap nutrisi selain lemak, maka
konsumsi multivitamin disarankan. Obat seperti amphetamines dapat
mengurangkan derajat rasa lapar dengan menginhibisi pusat rangsangan lapar
di otak.27
Operasi bypass lambung, yang akan merubah anatomi dari saluran
pencernaan untuk mengontrol masuknya makanan yang anda makan. Dokter
bedah akan membuat kantung di bagian atas lambung yang akan disambung
dengan usus halus. Maka makanan yang masuk, langsung menuju kantung
dan langsung ke usus halus. Lambung akan tetap mengeluarkan cairannya
untuk membantu menghancurkan makanan. Tindakan ini dapat menimbulkan
efek samping seperti pneumonia, pembekuan darah dan infeksi bisa terjadi.28
35
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Obesitas dengan Kejadian Kanker
Payudara
TUMOR PAYUDARA
Faktor Risiko:
- Usia - Aktifitas Fisik
- Genetik - Merokok dan Alkohol
- Hormonal - Lingkungan
- Berat Badan
HORMO
N
TUMOR GANAS /KANKER PAYUDARA
TUMOR PAYUDARA JINAK
Penatalaksanaan :
- Pembedahan
- Radioterapi
- Kemoterapi
- Terapi Hormonal
Benjolan Nyeri Retraksi
Papilla
Peau
d’orange
Ulserasi Putting
discharge
e
36
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul hubungan
dengan kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2014 dijelaskan dalam bagan berikut ini:
Catatan :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Obesitas dengan Kejadian
Kanker Payudara
B. Definisi Operasional
OBESITAS
TUMOR
PAYUDARA
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
37
1. Penderita tumor payudara adalah pasien yang telah terdiagnosa menderita
tumor payudara jinak maupun ganas oleh dokter di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014 berdasarkan rekam
medis.
a. Alat ukur : Rekam medis
b. Cara ukur : Membaca rekam medis
c. Skala ukur : Kategorik
d. Hasil ukur : 1. Tumor Payudara Jinak
2. Tumor Payudara Ganas
2. Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang ditentukan dengan cara
mencari Indeks Massa Tubuh yag melebihi berdasarkan
berat badan dan tinggi badan yang tertera di rekam medis penderita.
a. Alat ukur : Rekam medis
b. Cara ukur : Indeks Massa Tubuh (IMT)
c. Skala ukur : Kategorik
d. Hasil ukur : 1. Tidak Obesitas : < 25 kg/m2
2. Obesitas : ≥ 25 kg/m2
C. Hipotesis
38
1. Hipotesis Null (H0) : Tidak ada hubungan antara Obesitas dengan
kejadian Tumor Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2014.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan antara Obesitas dengan
kejadian Tumor Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2014.
39
BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan
studi cross sectional yang dimana variabelnya menghubungkan antara obesitas
dengan kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2014.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Poli Bedah Rumah Sakit Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah terdiagnosis
tumor payudara di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa selama bulan Januari 2014 – Desember 2014.
2. Sampel
40
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita kanker payudara yang
memenuhi kiteria inklusi untuk penelitian ini.
Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah :
a. Terdaftar sebagai pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa dengan diagnosis tumor payudara pada tahun 2014
b. Memiliki rekam medis lengkap dengan data berat badan dan tinggi badan
Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah
a. Pasien yang post-menopause (50 tahun keatas) yang mengambil hormone
replacement therapy (HRT) yang ditentukan berdasarkan rekam medis.
D. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode total sampling, yaitu dari 157 populasi di Poli Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa akan didapatkan
sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa
rekam medik pasien. Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan
dari pihak pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Kemudian nomor rekam medik pasien
yang terdiagnosis tumor payudara dalam periode yang telah ditentukan
dikumpulkan untuk memperoleh rekam medik pasien tersebut di bagian rekam
41
medik Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa.
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data rekam medik yang
dibutuhkan, ke dalam daftar tilik dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel dan SPSS 21.0 untuk memperoleh hasil analitik deskriptif
yang diharapkan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.
Adapun analisis yang akan dilakukan meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik dari
variabel penelitian. Hasil analisis dari variabel kemudian dimasukan ke
tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan di antara dua
variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi silang antara
kedua variabel yang berhungan. Kemudian akan dilakukan uji statistik
untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna
atau tidak. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
chisquare (x2). Syarat untuk uji chisquare adalah sel yang mempunyai
nilai expected kurang 5 maksimal 20 % dari jumlah seluruhnya. Jika syarat
uji Chi square tidak terpenuhi maka uji alternatifnya adalah uji fisher.
42
Untuk melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara faktor risiko
dan faktor efek dilihat melalui nilai Odds Ratio (OR). Untuk interpretasi
hasil menggunakan derajat kemaknaan α (P alpha) sebesar 5% dengan
catatan jika p <0,05 (p value ≤ p alpha) maka H0 ditolak ada hubungan
antara variabel bebas dengan terikat) sedangkan bila p > 0,05 maka H0
diterima (tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan terikat)
sedangkan untuk mengetahui besarnya faktor risiko maka digunakan OR.
G. Penyajian data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
untuk menggambarkan hasil dari penelitian.
H. Alur Penelitian
PENENTUAN POPULASI
KRITERIA INKLUSI
- Terdaftar sebagai pasien dengan
diagnosis kanker payudara
- Memiliki rekam medis
KRITERIA EKSKLUSI
- Pasien yang post menopause
(50 tahun keatas) yang
mengambil hormone
replacement therapy (HRT)
yang ditentukan berdasarkan
rekam medis.
43
I. Etika Penelitian
1. Menyertakan surat permohonan izin penelitian yang ditujukan kepada
pihak Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa dan
pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai permohonan izin untuk
melakukan penelitian.
SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan Total Sampling
STUDI CROSS SECTIONAL
DESKRIPTIF ANALITIK
Pengumpulan data dengan
menggunakan data sekunder berupa
rekam medik
ANALISIS STATISTIK
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
44
2. Menjaga kerahasiaan identitas yang terdapat dalam rekam medik, sehingga
diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau penelitian yang
dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya.
45
BAB 5
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Syech Yusuf Kabupaten Gowa. Poliklinik Bedah merupakan
poliklinik yang berada di dalam Rumah Sakit Klasifikasi B yang terletak di
Ibukota Kabupaten Gowa ± 500 m2
ke timur dari jalan raya yang
menghubungkan kota-kota yang berada di Sulawesi Selatan, ± 10 km dari arah
timur kota Makassar yang luasnya 4,62 Ha dengan batas-batasnya adalah:
a. Sebelah timur, berbatasan dengan Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sungguminasa.
b. Sebelah barat, berbatasan dengan Jl. Dahlia Sungguminasa.
c. Sebelah utara, berbatasan dengan Jl. Perintis AMD Sungguminasa.
d. Sebelah selatan, berbatasan dengan Jl. Kamboja Sungguminasa.
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terletak di jalan Dr. Wahidin
Sudirohusodo no. 48 Sungguminasa pada wilayah Kelurahan Batangkaluku,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa dengan Kode pos 92111, Telepon
04110866536, dan Fax. 0411-840892.
Wilayah cakupan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa meliputi
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa. Jumlah pasien sebagian
besar berasal dari kecamatan yang terdekat dari 18 kecamatan dengan radius
46
10 km dari pusat kota dan terdapat pula pasien yang berasal dari pinggiran
wilayah kota Makassar.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil
penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Pasien Tumor Payudara berdasarkan IMT di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014
Variabel N %
IMT
- Tidak Obesitas
- Obesitas
29
47
38,2
61,8
Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas, ditemukan bahwa distribusi pasien yang
mempunyai Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas (underweight, normal
dan overweight) sebanyak 29 orang (38,2 %) dan yang obesitas sebanyak 47
orang (61,8 %).
47
Tabel 5.2 Distribusi Pasien Tumor Payudara berdasarkan
Diagnosa di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di
Tahun 2014
Variabel N %
Diagnosa Tumor Payudara
- Tumor Payudara Jinak
- Tumor Payudara Ganas
21
55
27,6
72,4
Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa distribusi pasien yang
terdiagnosa tumor payudara jinak sebanyak 21 orang (27,6 %) dan sebagian
besar terdiagnosa tumor payudara ganas sebanyak 55 orang (72,4 %).
Adapun beberapa karakteristik individu dari kejadian tumor payudara
yang tercantum di rekam medis pasien tumor payudara di RSUD Syekh Yusuf
tahun 2014 antara lain :
Tabel 5.3 Distribusi Pasien Tumor Payudara berdasarkan
Karakteristik Individu (Jenis Kelamin dan Umur) di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014
Variabel N %
Jenis Kelamin
- Perempuan
- Laki – laki
76
N/A
100
N/A
48
Variabel N %
- Remaja Akhir kebawah (< 25 tahun)
- Dewasa Awal (26-35 tahun)
- Dewasa Akhir (36-45 tahun)
- Lansia Awal (46-55 tahun)
- Lansia Akhir (56-65 tahun)
- Manula (> 65 tahun)
21
15
25
12
2
1
27,6
19,7
32,9
15,8
2,6
1,3
Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa perempuan mempunyai
jumlah keseluruhan yaitu sebanyak 21 orang (100 %) dan laki – laki tidak ada
(N/A) dari jumlah sampel. Dan berdasarkan distribusi pasien menurut umur
ditemukan bahwa umur dewasa akhir (36-45 tahun) paling banyak terdiagnosa
tumor payudara sebanyak 25 orang (32,9 %), remaja akhir kebawah (< 25
tahun) sebanyak 21 orang (27,6 %), dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 15
orang (19,7 %), lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 12 orang (15,8 %), lansia
akhir (56-65) sebanyak 2 orang (2,6 %) dan manula (> 65 tahun) sebanyak 1
orang (1,3 %). Umur dikategorikan berdasarkan klasifikasi Departemen
Kesehatan tahun 2009.
49
2. Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hubungan Obesitas dengan kejadian Tumor Payudara di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014.
Indeks Massa
Tubuh
Tumor Payudara
Total P Value
Odd Ratio
(Baik/Kurang)
CI
Jinak Ganas
N % N % N %
Tidak Obesitas 17 58,6 12 41,4 29 100,0
0,00
15,229
(4,306-53,864) Obesitas 4 19,0 23 78,2 47 100,0
Total 21 12,5 55 87,5 76 100,0
Berdasarkan tabel di atas, distribusi pasien yang tumor payudara jinak
dengan Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas sebanyak 17 orang (58,6 %)
dan pasien yang tumor payudara ganas dengan Indeks Massa Tubuh yang
tidak obesitas sebanyak 12 orang (41,4%). Sedangkan pasien yang tumor
payudara jinak dengan indeks massa tubuh yang obesitas sebanyak 4 orang
(19,0 %) dan pasien yang tumor payudara ganas dengan indeks massa tubuh
yang obesitas yaitu 23 orang (78,2 %).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Pearson Chi-Square
didapatkan p-value 0,00 kurang dari α (0,05) maka Ha diterima, artinya ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian tumor payudara di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014. Dengan Odds Ratio 15,229 artinya
obesitas memiliki risiko 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian tumor
payudara.
50
BAB 6
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Obesitas
Dari hasil penelitian (tabel 5.1) menunjukkan bahwa distribusi pasien yang
mempunyai Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas (underweight, normal dan
overweight) sebanyak 29 orang (38,2 %) dan yang obesitas sebanyak 47 orang
(61,8 %). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien obesitas lebih banyak
dibanding yang tidak obesitas. Hal ini pun sama dengan penelitian yang dilakukan
Rayesh Nanda yang meneliti tentang obesitas dengan reseptor hormonal pada
pasien kanker payudara, dimana pasien obesitas yang mengalami tumor payudara
(55,3 %) lebih besar daripada pasien tidak obesitas yang mengalami tumor
payudara (44,8 %).
Menurut Hidayati dkk (2010), asupan energi yang berlebih dan tidak
diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan kurang melakukan
aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan. Perubahan
gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang
merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi
dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih). Berbagai sarana
dan fasilitas memadai menyebabkan gerak dan aktivitas menjadi semakin terbatas
dan hidup semakin santai karena segalanya sudah tersedia.
51
2. Tumor Payudara
Dari hasil penelitian (tabel 5.2) menunjukkan bahwa distribusi pasien yang
terdiagnosa tumor payudara jinak sebanyak 21 orang (27,6 %) dan sebagian besar
terdiagnosa tumor payudara ganas sebanyak 55 orang (72,4 %). Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pasien tumor payudara ganas lebih banyak
dibanding pasien tumor payudara jinak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Celaya et al (2010) menyebutkan tumor
payudara ganas merupakan tumor payudara ganas lebih banyak dibanding tumor
payudara jinak. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Helvia (2010)
dimana frekuensi pasien tumor payudara jinak jauh (80 %) lebih besar dibanding
tumor payudara ganas (20 %) dan pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus
tumor payudara, dimana sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor jinak dan 142
(22,4 %) merupakan tumor ganas/kanker.4
3. Umur
Dari hasil penelitian (tabel 5.3) menunjukkan bahwa distribusi pasien
menurut umur ditemukan bahwa umur dewasa akhir (36-45 tahun) paling banyak
terdiagnosa tumor payudara sebanyak 25 orang (32,9 %), remaja akhir kebawah
(< 25 tahun) sebanyak 21 orang (27,6 %), dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 15
orang (19,7 %), lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 12 orang (15,8 %), lansia
akhir (56-65) sebanyak 2 orang (2,6 %) dan manula (> 65 tahun) sebanyak 1
orang (1,3 %). Umur dikategorikan berdasarkan klasifikasi Departemen
Kesehatan tahun 2009.
52
Rata-rata umur perempuan yang mengalami menopause di Indonesia
adalah sekitar awal 40 tahun sehingga akhir 60 tahun. Kelompok dewasa akhir
(36-45 tahun) mencatat persentase paling tinggi berdasarkan penelitian ini
mungkin karena kebanyakan perempuan di dalam kelompok ini seharusnya
mengalami fasa pre atau pasca menopause.
Semasa fase menopause, produksi estrogen yang sebelumnya dihasilkan di
ovarium akan diambil alih oleh jaringan lemak. Kadar estrogen pada wanita
menopause adalah 50 sampai 100 % lebih tinggi pada wanita yang mengalami
obesitas. Maka jaringan yang sensitif terhadap stimulasi estrogen akan mengalami
pertumbuhan yang cepat dan menyebabkan terjadinya kanker payudara.
Peningkatan usia juga dapat meningkatkan penghasilan enzim aromatase yang
turut membantu dalam proses katalisis androgen ke estrogen.
4. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian (tabel 5.3) ditemukan bahwa perempuan mempunyai
jumlah keseluruhan yaitu sebanyak 76 orang (100 %) dan laki-laki tidak ada
(N/A) dari jumlah sampel. Disini terdapat perbedaan yang sungguh jelas diantara
jumlah pasien yang mengalami kanker payudara berdasarkan jenis kelaminnya.
Berdasarkan teori dan dari hasil penelitian sebelumnya menyatakan kanker
payudara adalah sekitar 100 kali lebih sering terjadi pada wanita berbanding laki-
laki. Sehubungan dengan hal tersebut maka kurang dari 1% dari seluruh kasus
kanker payudara terjadi pada laki-laki.
53
Secara fisiologis juga telah terbukti bahwa saat mengalami pubertas
(biasanya sekitar 13 atau 14 tahun), anak laki-laki dan perempuan memiliki
sedikit jaringan payudara yang terletak di kawasan areola. Selepas pubertas,
ovarium perempuan menghasilkan hormon estrogen dan menyebabkan
pertumbuhan jaringan pada payudara meningkat. Namun pada anak laki-laki,
hormon yang dihasilkan oleh testis dapat menghambat pertumbuhan jaringan pada
payudara. Maka kanker payudara kurang umum pada laki-laki karena sel-sel
duktus payudara mereka kurang berkembang dibandingkan dengan payudara
perempuan.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan obesitas dengan kejadian kanker payudara
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.4), menunjukkan distribusi pasien
yang tumor payudara jinak dengan Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas
sebanyak 17 orang (58,6 %) dan pasien yang tumor payudara ganas dengan
Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas sebanyak 12 orang (41,4%). Sedangkan
pasien yang tumor payudara jinak dengan indeks massa tubuh yang obesitas
sebanyak 4 orang (19,0 %) dan pasien yang tumor payudara ganas dengan indeks
massa tubuh yang obesitas yaitu 23 orang (78,2 %). Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien yang tumor payudara ganas/kanker payudara dengan
indeks massa tubuh yang obesitas lebih banyak dibanding pasien yang tumor
payudara jinak.
54
Menurut Robbins dan Rasjidi, obesitas juga merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara. Sesuai dengan
hasil penelitian didapatkan hasil uji Chi-Square P = 0,00 (P < 0,05) maka Ha
diterima, artinya ada hubungan antara obesitas dengan kejadian tumor payudara di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014 dengan Odds Ratio 15,229
artinya obesitas memiliki risiko 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian
tumor payudara.
Dalam penelitian yang dilakukana Eviana (2013), didapatkan nilai P value
= 0,036 (P > 0,05) antara obesitas dan kanker payudara yang berarti ada
hubungan antara obesitas dan kanker payudara.
Kedua hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Baradero (2006) yang
menyebutkan bahwa obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan
payudara. Estrogen disimpan dalam jaringan adiposa (jaringan lemak). Beberapa
kanker payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen
menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Maka, makin banyak jaringan
adiposa, makin banyak estrogen yang mengikat ER = sel-sel kanker.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian Enger (1989) dan
Colidtz (1994) bahwa ada peningkatan risiko terkena tumor payudara ganas pada
wanita dengan Body Mass Index yang besar, namun tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Budiningsih (1995) bahwa obesitas tidak berpengaruh
terhadap kanker payudara.
Seperti mana yang kita ketahui mutasi gen, gaya hidup yang tidak sehat,
infeksi virus dan radiasi juga merupakan faktor resiko lain yang dapat
55
menyebabkan terjadinya kanker payudara. Peningkatan Indeks Massa Tubuh
(IMT) akan mengakibatkan peningkatan enzim aromatase yang mengkatalisis
produksi estrogen.
Pada individu obese, ditemukan adanya peningkatan sel adiposit
berbanding individu tidak obese. Maka sel adiposit terutamanya di payudara akan
mensekresi sitokin seperti faktor tumor nekrosis (TNF-alpha) dan interleukin-6
(IL-6) dimana akan bertindak merangsang produski aromatase. Peningkatan sel
adiposit juga akan menyebabkan peningkatan konsentrasi insulin dan IGF-1
dimana akan menyebabkan penurunan kadar SHBG (sex-hormone binding
globulin). Penurunan SHBG dalam obesitas akan meningkatkan bioavaibilitas
estradiol yang bersirkulasi. SHBG merupakan faktor regulator kepada estradiol
dalam sel kanker payudara. SHBG bertindak sebagai faktor anti-proliferasi, jadi
wanita obese mempunyai resiko relatif lebih tinggi mengidap kanker payudara
dibanding pria. Leptin yang merupakan protein diproduksi oleh jaringan adiposa
juga merupakan faktor pertumbuhan kanker karena leptin merangsang proliferasi
sel epitel payudara, menghambat sel apoptosis dan angiogenesis.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian hubungan obesitas dengan kejadian tumor payudara di
Rumah Sakit Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terdapat keterbatasan yang bisa
mempengaruhi hasil penelitian. Proses pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara melihat rekam medik pasien dimana data status gizi kurang
56
lengkap dan beberapa tulisan sulit dibaca dan dimengerti sehingga banyak sampel
yang tidak dapat diteliti.
57
BAB 7
TINJAUAN KEISLAMAN
D. Kanker dalam Pandangan Islam
Robert, et. al (1997) melakukan survey terhadap 108 pasien wanita yang
sedang menjalani kanker kandungan. Dilaporkan bahwa 93 % dari pasien
menyatakan bahwa komitmen agama telah menolong mereka dalam bertahan
dengan harapan. Selanjutnya 76 % pasien menyatakan bahwa agama menempati
secara bermakna dalam kehidupannya, dan 41 % pasien menyatakan bahwa
kehidupan beragama telah memberi arti kehidupan bagi dirinya. Hampir 50 % dari
mereka menjadi merasa religius sejak diketahui mereka menderita kanker.29
Dalam kaitannya dengan komitmen agama terhadap penderita kanker,
ternyata ibadah puasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga
menghambat serta mematikan pertumbuhan sel-sel kanker. Sehubungan dengan
peningkatan daya tahan tubuh dengan berpuasa, Nabi Muhammad SAW bersabda
yang artinya :
“Berpuasalah kamu, nanti engkau akan sehat; sesungguhnya puasa itu
merupakan perisai” (HR. Ibnu Suni dan Abu Nuaim; H.R Bukhari Muslim)
Ahmad Syarifuddin (2003) dalam bukunya yang berjudul puasa menuju
sehat fisik dan psikis, menyatakan bahwa bentuk perisai yang tumbuh dari
aktivitas puasa menurut para pakar kesehatan adalah bertambahnya sel darah putih
dan diblokirnya suplai makanan untuk bakteri, virus dan sel kanker yang
bersarang pada tubuh yang meningkat. Karena itu, mereka kelihatan lebih sehat
58
dan tidak mudah terserang penyakit seiring dengan ibadah puasa yang dijalaninya
dengan baik. 29
Selanjutnya beliau mengutip hasil penelitian dari pakar kedokteran di
Amerika, Jepang dan Taiwan sebagai berikut.
Eksperimen para ahli di Amerika terhadap tikus-tikus putih yang tubuhnya
disuntikkan sel-sel kanker membuktikan bahwa kelompok tikus yang diberi terapi
puasa tidak menderita kanker. Sebaliknya, kelompok tikus yang tidak diberi terapi
puasa ternyata menderita kanker. 29
Menurut hasil penelitian di Universitas Osaka Jepang (1930), setelah
memasuki hari ke-7 berpuasa, jumlah sel darah putih dalam darah orang-orang
yang berpuasa meningkat. Pada minggu pertama yaitu hari ke-1 hingga hari ke-6
berpuasa, tidak ditemukan pertumbuhan sel darah putih, namun pada hari ke-7
sampai hari ke-10 penambahan sel darah putihnya sangat pesat. Penambahan sel
darah putih ini secara otomatis meningkatkan kekebalan tubuh, sel-sel darah putih
ini berfungsi melawan peradangan yang ada dalam tubuh sehingga banyak
penyakit infeksi yang dapat disembuhkan dengan berpuasa.29
Hasil penelitian para pakar kedokteran di Taiwan membuktikan bahwa
tubuh manusia normal setiap hari diproduksi sel-sel kanker. Akan tetapi, ternyata
jumlah orang yang tidak terkena kanker jauh lebih banyak. Ini biasa terjadi karena
tubuh memiliki zat yang berfungsi menetralisir racun (sel kanker). Sel getah
bening yang berada dalam darah putih memiliki keampuhan menghancurkan sel-
sel kanker yang disebut vaksinasi sel. 29
59
Dengan demikian pengaruh puasa terhadap kesehatan fisik selain aspek
pengobatan yang sangat signifikan ialah aspek pencegahan dan aspek
perlindungan. Sahabat Ali bin Abi Thalib menceritakan sabda Nabi Muhammad
SAW yang menjamin kesehatan fisik orang-orang yang berpuasa, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada Nabi, Bani Israil (dengan
firmannya) : “Umumkanlah kepada kaummu bahwa seorang hamba tidak
berpuasa sehari demi mendapatkan keridhoan-Ku semata kecuali Aku akan
memberikan kesehatan fisik dan memberinya pahala yang amat dasar.” (H.R.
Baihaki).
E. Obesitas dalam Pandangan Islam
Berdasarkan yang terkait dengan judul di atas, pandangan islam tentang
sesuatu yang berlebihan adalah dalam QS. Al-A‟raf: 31.
Terjemahan :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebihan-lebihan.”30
Dalam ayat ini selain dikatakan mengenai memilih pakaian yang menutup
aurat, dalam ayat ini juga Allah SWT mengatur pula perkara makan dan minum
manusia agar tidak berlebih-lebihan hingga pada sampai yang haram makanan dan
60
minuman manusia itu harus disempurnakan dan diatur untuk dapat memelihara
kesehatannya. Dengan makan dan minum yang dapat memelihara kesehatan maka
manusia lebih kuat melakukan ibadah.
Dalam sahih Bukhari dan Muslim (216H), dari „Imran bin Hushain ra;
Rasulullah sallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:
خيزكم قزوي، ثم الذيه يلىوهم، ثم الذيه يلىوهم ، إن بعدكم قىما يخىوىن ول »
«يؤتمىىن، ويشهدون ول يستشهدون، ويىذرون ول يفىن، ويظهز فيهم السمه
Terjemahan :
“Yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup di masaku,
kemudian masa setelahnya, kemudian setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang
akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bias dipercaya, mereka
bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan
nampak pada mereka kegemukan”.
Maka jika seorang mukmin meniru mereka dan menikmati kenikmatan
dunia setiap saat, lantas dimana hakikat keimanan dan pelaksanaan Islam pada
dirinya? Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin
rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya
dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur. (Jami‟
li Ahkam Al-Qur‟an 13/394)
Hadist riwayat Imran bin Hushain ra. : Bahwa Rasulullah saw, bersabda :
Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu ialah hidup pada zaman
kurunku (sahabat), kemudian orang-orang yang hidup sesudah kurunku (tabiin),
61
kemudian orang-orang yang hidup sesudah mereka (tabiit tabiin), kemudian
orang-orang yang hidup sesudah mereka. Imran berkata : Aku tidak tahu apakah
Rasulullah saw. mengatakan setelah kurun beliau dua kali atau tiga kali.
Kemudian setelah mereka datang suatu kaum yang memberikan kesaksian
sedangkan mereka tidak dimintai kesaksian, dan mereka berkhianat sehingga tidak
dapat dipercaya, mereka selalu bernazar namun tidak pernah memenuhinya dan
akan tampak pada mereka kegemukan.34
Nabi Muhammad saw bersabda: “Kunyahlah setiap suap makanan 30-50
kali sehingga menjadi lunak & melalui kerongkongan tanpa kesulitan. Kalau
makanan itu keras, kunyahlah sampai 70-75 kali” (Imam Ghazali dalam Kitabnya
Ihya Ulumuddin)
Dalam hadist di atas, kita diperintahkan mengunyah 30-5- kali setiap
suapan makanan. Mengunyah 30-50 kali setara 30-80 detik, bermanfaat bagi
kesehatan. Hal ini biasa dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan
berdasarkan penelitian ilmiah. Sebagaimana dipublikasikan ’Daily Mail’, koran
harian Inggris, melalui 4 artikelnya di bawah ini. Mengunyah makanan 30-50 kali
(lebih lama) akan memberikan waktu untuk lambung mengirimkan sinyal ke otak.
Sinyal bahwa lambung sudah kenyang. Dengan feedback dari otak ke tubuh
bahwa tubuh tidak memerlukan makanan lagi dan untuk berhenti makan.
Mengunyah lebih lama akan mengurangi ghrelin atau hormon lapar dan
mengurangi kalori makanan yang masuk dalam tubuh. Mengunyah lebih lama
berakibat psikologis, kita akan bosan sehingga mengurangi kuantitas makanan
yang masuk ke dalam tubuh. Mengunyah lebih lama akan mengurangi kebiasaan
62
kita ngemil setelah makan. Dengan mengunyah lebih lama akan menghindarkan
kita dari obesitas.
Ingat, di dalam agama Islam, baik perintah/ larangan dari Allah SWT di
dalam al-Qur‟an dan Nabi Muhammad SAW di dalam sunnahnya pasti ada
makna, manfaat dan hikmah yang tersurat dan tersirat di dalam yang dapat
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Di dalam sunnah Nabi Muhammad SAW,
segala sesuatu dilarang/ diperintahkan karena pasti ada manfaat bagi manusia,
sehingga benar yang tertera dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…“
63
BAB 8
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi pasien dengan diagnosa tumor
payudara ganas lebih tinggi daripada tumor payudara jinak di Rumah Sakit
Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi pasien yang obesitas lebih
tinggi daripada pasien yang tidak obesitas di Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
3. Dari hasil uji analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara obesitas dengan kejadian tumor payudara.dan didapatkan bahwa
pasien obesitas 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian tumor
payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
4. Dengan berpuasa akan meningkatkan imunitas sehingga bakteri, virus, dan
sel kanker tidak mudah masuk ke tubuh. Berpuasa juga menjaga berat
badan agar terhindar dari obesitas. Dan Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan termasuk dalam makan dan minum.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan mengadakan penelitian menggunakan metode lain
dengan jumlah responden yang lebih banyak dan mengendalikan variable-
64
varibel pengganggu lainnya untuk mendukung hasil penelitian yang sudah
ada serta untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih valid.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu melakukan upaya
preventif bagi masyarakat dengan obesitas khususnya untuk mencegah
kejadian tumor payudara dengan memberikan pendidikan kesehatan,
(SADARI). Diharapkan pula bagi petugas kesehatan untuk melengkapi
data-data pasien di rekam medis.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat perlu melakukan deteksi dini tumor payudara secara
berkala terutama bagi masyarakat yang mempunya fakto risiko seperti
obesitas. Masyarakat juga perlu menjaga berat badan yang ideal untuk
mengurangi risiko terjadinya tumor payudara.
65
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. 2005. The female breast. In:
Schmitt W, editor. Robbin and cotran pathologic basis of disease. 7th
ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
2. Sjamsuhidahat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. EGC,
Jakarta.
3. Reksoprodjo S. 2010. Kanker payudara : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bina
Rupa Aksara Publisher, Tangerang.
4. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO. 2010. Breast disease in southern Yemen.
Saudi Med J.
5. Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta WHO.2012.
Available from : http://www.who.int/cancer/en/33444
6. BPPK Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Available
form:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2013.pdf
7. GLOBOCAN 2012, IARC. 2012. Available form :
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx
8. Desen, Wan. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2 FKUI. Badan Penerbit
FKUI, Jakarta
9. World Health Organization (WHO). Western Pacific Region (WPRO)
International Association for the Study of Obesity (IASO). The Asia Pacific
Perspective: Refining Obesity and its Treatment. Sydney: Health
Communications Australia Pty Ltd. ISBN 0-9577082-1-1.
10. Loricnz A. M. and Sukumar S.,2006. Molecular links between obesity and
cancer, 13(2):279. Available from:
http://erc.endocrinologyjournals.org/cgi/content/full/13/2/279
11. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi
Kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta
12. Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
13. Syaifudddin, 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya Medika.
Jakarta
66
14. Sukarja, 2000. Onkologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya.
15. Price, S., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
16. Dalimartha, S., 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Penebar
Swadaya, Jakarta.
17. Muchlis, R., 2005. Deteksi Dini Kanker. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
18. Syaifudddin, 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya Medika.
Jakarta.
19. Sitorus, R., 2006. Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. CV. Yrama
Widya, Bandung.
20. Ganong, WF, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta:
EGC.
21. Health Statistics NSW, 2011. Adult Overweight and Obesity. NSW
Government
22. Elrington, J, 2003. Obesity and Overweight. World Heart Organization
23. Racette SB, Deusinger SS, Deusinger RH, 2003. Obesity: Overview of
Prevalence, Etiology, and Treatment. Physical Therapy. 83:276-288
24. Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., dan Mitchell R. N., 2007. Environmental
and Nutritional Diseases. In: Schmitt W., ed. Robbins Basic Pathology.8th
Edition.China: Saunders and Elsevier Inc., 313-318
25. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2006. Dietary Balances; Regulation of Feeding;
Obesity and Starvation; Vitamin and Minerals. In Belfus L., ed. Medical
Physiology. 11th Edition.China:Saunders and Elsevier., 872-874
26. Klikdokter, 2008. Indeks Penyakit, Obesitas . Available from:
http://www.klikdokter.com/illness/detail/43
27. Flier JS, Maratos-Flier E, 2008. Biology of Obesity. In:Kasper, DL.,
Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed.
Harrison’s Principles of Internal Medicines. Edisi 17.New York: McGraw-
Hill, 462-473
28. Bethesda,. 1998. Clinical Guidelines on the Identification, Evaluation, and
Treatment of Overweight and Obesity in Adults. National Heart, Lung, and
Blood Institute: NIH Publication No. 98–4083.
67
29. Hawari Dadang, Prof,Dr,dr. Kanker Payudara dimensi psikoreligi. P:134-139.
Balai penerbit FK UI. Jakarta. 2009
30. Al-Quran surah Al A‟raf : 31
31. Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam. P:20-21
Bumi Aksara. Jakarta. 1996.
No No Rekam Medik Umur Jenis Kelamin BB TB IMT
1 260301 64 Perempuan 66 148 30,13
2 293776 42 Perempuan 66 150 29,33
3 323836 45 Perempuan 78 152 33,76
4 329761 46 Perempuan 58 158 23,23
5 336137 33 Perempuan 41 150 18,22
6 336138 33 Perempuan 45 150 20
7 336259 39 Perempuan 50 152 21,64
8 339371 45 Perempuan 79 150 35,11
9 341101 59 Perempuan 68 150 30,22
10 348231 51 Perempuan 70 148 31,95
11 349370 53 Perempuan 55 155 22,89
12 352510 40 Perempuan 74 154 31,20
13 353335 60 Perempuan 64 149 28,82
14 354957 30 Perempuan 51 142 25,29
15 355259 45 Perempuan 55 155 22,89
16 356662 35 Perempuan 59 148 26,93
17 357304 66 Perempuan 60 144 28,93
18 360526 45 Perempuan 60 146 28,14
19 360538 50 Perempuan 68 144 32,79
20 361474 38 Perempuan 60 146 28,14
21 361529 42 Perempuan 70 151 30,70
22 366402 49 Perempuan 51 160 19,92
23 366419 37 Perempuan 61 168 21,61
24 368796 32 Perempuan 50 150 22,22
25 370893 35 Perempuan 45 150 20
26 370983 35 Perempuan 75 150 33,33
27 371193 51 Perempuan 55 160 21,48
28 373246 33 Perempuan 75 150 33,33
29 375602 39 Perempuan 70 148 31,95
30 376134 37 Perempuan 65 147 30,08
31 376699 44 Perempuan 75 150 33,33
32 380836 47 Perempuan 50 154 21,08
33 380926 37 Perempuan 75 150 33,33
34 381312 36 Perempuan 65 151 28,50
35 382407 51 Perempuan 75 150 33,33
No No Rekam Medik Umur Jenis Kelamin BB TB IMT
1 14485 41 Perempuan 48 154 20,23
2 21869 47 Perempuan 58 160 22,65
3 227602 30 Perempuan 60 154 25,29
7 285612 29 Perempuan 58 151 25,43
8 303579 20 Perempuan 50 155 20,81
9 311873 23 Perempuan 60 168 21,25
10 318865 31 Perempuan 45 154 18,97
11 344654 19 Perempuan 56 155 23,30
12 346381 19 Perempuan 60 168 21,25
13 348735 16 Perempuan 55 145 26,15
14 351427 22 Perempuan 50 161 19,28
15 351449 19 Perempuan 69 148 31,50
16 352397 23 Perempuan 55 148 25,10
17 352523 22 Perempuan 53 144 25,55
18 352983 40 Perempuan 60 148 27,39
19 353125 35 Perempuan 76 150 33,77
20 353278 28 Perempuan 50 142 24,79
21 353384 18 Perempuan 65 155 27,05
22 353970 24 Perempuan 61 140 31,12
23 354170 46 Perempuan 68 152 29,43
24 354421 40 Perempuan 80 150 35,55
25 355296 17 Perempuan 41 150 18,22
26 356109 35 Perempuan 68 155 28,30
27 356584 21 Perempuan 58 160 22,65
28 358266 40 Perempuan 70 150 31,11
29 360989 23 Perempuan 65 155 27,05
30 361608 21 Perempuan 75 169 26,25
31 363174 55 Perempuan 72 150 32
32 364872 30 Perempuan 86 165 31,58
33 365123 17 Perempuan 60 160 23,43
34 365974 36 Perempuan 75 155 31,21
35 367442 23 Perempuan 53 142 26,28
36 367987 30 Perempuan 60 154 25,29
37 368699 19 Perempuan 50 144 22,82
38 368921 28 Perempuan 50 157 20,28
39 372001 20 Perempuan 42 152 18,17
40 380167 43 Perempuan 80 156 32,87
42 380573 35 Perempuan 49 151 21,49
43 382270 22 Perempuan 60 131 34,96
44 382404 53 Perempuan 49 150 21,77
45 382603 21 Perempuan 65 157 26,37
Diagnosa Umur JK IMT Diagnosa
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 1
Tumor Payudara Ganas 2 4 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 3
Tumor Payudara Ganas 2 3 2 4
Tumor Payudara Ganas 2 2 2 5
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 1
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 3
Tumor Payudara Ganas 2 2 2 4
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 5
Tumor Payudara Ganas 2 4 2 6
Tumor Payudara Ganas 2 4 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 4 2 1
Tumor Payudara Ganas 2 4 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 4 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 4 2 1
Tumor Payudara Ganas 2 5 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 2 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Tumor Payudara Ganas 2 4 2
Tumor Payudara Ganas 2 5 2
Diagnosa Umur JK IMT Diagnosa
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 3 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 3 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 1 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 3 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 1 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 5 1
Tumor Payudara Jinak 2 2 1
Tumor Payudara Jinak 2 4 1
IMT Class Diagnosa Total Pasien
< 18,5 kg/m2 Underweight Jinak 150
18,5 - 22,9 kg/m2 Normal Ganas 45
23 - 24,9 kg/m2 Overweight
25 - 29,9 kg/m2 Obesitas I
> 30 kg/m2 Obesitas II
Umur
Remaja Akhir (17-25)
Dewasa Awal (26-35)
Dewasa Akhir (36-45)
Lansia Awal (46-55)
Lansia Akhir (56-65)
Manula (>65)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Diagnosa
Jinak
Ganas
Total Sampel Memenuhi Kriteria
45
35
LAMPIRAN
1. Data Pasien
No Nomor
Rekam Medik Umur
Jenis Kelamin
BB TB IMT Diagnosa
1 260301 64 Perempuan 66 148 30,13 Tumor Payudara Ganas
2 293776 42 Perempuan 66 150 29,33 Tumor Payudara Ganas
3 323836 45 Perempuan 78 152 33,76 Tumor Payudara Ganas
4 329761 46 Perempuan 58 158 23,23 Tumor Payudara Ganas
5 336137 33 Perempuan 41 150 18,22 Tumor Payudara Ganas
6 336138 33 Perempuan 45 150 20 Tumor Payudara Ganas
7 336259 39 Perempuan 50 152 21,64 Tumor Payudara Ganas
8 339371 45 Perempuan 79 150 35,11 Tumor Payudara Ganas
9 341101 59 Perempuan 68 150 30,22 Tumor Payudara Ganas
10 348231 51 Perempuan 70 148 31,95 Tumor Payudara Ganas
11 349370 53 Perempuan 55 155 22,89 Tumor Payudara Ganas
12 352510 40 Perempuan 74 154 31,20 Tumor Payudara Ganas
13 353335 60 Perempuan 64 149 28,82 Tumor Payudara Ganas
14 354957 30 Perempuan 51 142 25,29 Tumor Payudara Ganas
15 355259 45 Perempuan 55 155 22,89 Tumor Payudara Ganas
16 356662 35 Perempuan 59 148 26,93 Tumor Payudara Ganas
17 357304 66 Perempuan 60 144 28,93 Tumor Payudara Ganas
18 360526 45 Perempuan 60 146 28,14 Tumor Payudara Ganas
19 360538 50 Perempuan 68 144 32,79 Tumor Payudara Ganas
20 361474 38 Perempuan 60 146 28,14 Tumor Payudara Ganas
21 361529 42 Perempuan 70 151 30,70 Tumor Payudara Ganas
22 366402 49 Perempuan 51 160 19,92 Tumor Payudara Ganas
23 366419 37 Perempuan 61 168 21,61 Tumor Payudara Ganas
24 368796 32 Perempuan 50 150 22,22 Tumor Payudara Ganas
25 370893 35 Perempuan 45 150 20 Tumor Payudara Ganas
26 370983 35 Perempuan 75 150 33,33 Tumor Payudara Ganas
27 371193 51 Perempuan 55 160 21,48 Tumor Payudara Ganas
28 373246 33 Perempuan 75 150 33,33 Tumor Payudara Ganas
29 375602 39 Perempuan 70 148 31,95 Tumor Payudara Ganas
30 376134 37 Perempuan 65 147 30,08 Tumor Payudara Ganas
31 376699 44 Perempuan 75 150 33,33 Tumor Payudara Ganas
32 380836 47 Perempuan 50 154 21,08 Tumor Payudara Ganas
33 380926 37 Perempuan 75 150 33,33 Tumor Payudara Ganas
34 381312 36 Perempuan 65 151 28,50 Tumor Payudara Ganas
35 382407 51 Perempuan 75 150 33,33 Tumor Payudara Ganas
No No Rekam
Medik Umur
Jenis Kelamin
BB TB IMT Diagnosa
1 14485 41 Perempuan 48 154 20,23 Tumor Payudara Jinak
2 21869 47 Perempuan 58 160 22,65 Tumor Payudara Jinak
3 227602 30 Perempuan 60 154 25,29 Tumor Payudara Jinak
7 285612 29 Perempuan 58 151 25,43 Tumor Payudara Jinak
8 303579 20 Perempuan 50 155 20,81 Tumor Payudara Jinak
9 311873 23 Perempuan 60 168 21,25 Tumor Payudara Jinak
10 318865 31 Perempuan 45 154 18,97 Tumor Payudara Jinak
11 344654 19 Perempuan 56 155 23,30 Tumor Payudara Jinak
12 346381 19 Perempuan 60 168 21,25 Tumor Payudara Jinak
13 348735 16 Perempuan 55 145 26,15 Tumor Payudara Jinak
14 351427 22 Perempuan 50 161 19,28 Tumor Payudara Jinak
15 351449 19 Perempuan 69 148 31,50 Tumor Payudara Jinak
16 352397 23 Perempuan 55 148 25,10 Tumor Payudara Jinak
17 352523 22 Perempuan 53 144 25,55 Tumor Payudara Jinak
18 352983 40 Perempuan 60 148 27,39 Tumor Payudara Jinak
19 353125 35 Perempuan 76 150 33,77 Tumor Payudara Jinak
20 353278 28 Perempuan 50 142 24,79 Tumor Payudara Jinak
21 353384 18 Perempuan 65 155 27,05 Tumor Payudara Jinak
22 353970 24 Perempuan 61 140 31,12 Tumor Payudara Jinak
23 354170 46 Perempuan 68 152 29,43 Tumor Payudara Jinak
24 354421 40 Perempuan 80 150 35,55 Tumor Payudara Jinak
25 355296 17 Perempuan 41 150 18,22 Tumor Payudara Jinak
26 356109 35 Perempuan 68 155 28,30 Tumor Payudara Jinak
27 356584 21 Perempuan 58 160 22,65 Tumor Payudara Jinak
28 358266 40 Perempuan 70 150 31,11 Tumor Payudara Jinak
29 360989 23 Perempuan 65 155 27,05 Tumor Payudara Jinak
30 361608 21 Perempuan 75 169 26,25 Tumor Payudara Jinak
31 363174 55 Perempuan 72 150 32 Tumor Payudara Jinak
32 364872 30 Perempuan 86 165 31,58 Tumor Payudara Jinak
33 365123 17 Perempuan 60 160 23,43 Tumor Payudara Jinak
34 365974 36 Perempuan 75 155 31,21 Tumor Payudara Jinak
35 367442 23 Perempuan 53 142 26,28 Tumor Payudara Jinak
36 367987 30 Perempuan 60 154 25,29 Tumor Payudara Jinak
37 368699 19 Perempuan 50 144 22,82 Tumor Payudara Jinak
38 368921 28 Perempuan 50 157 20,28 Tumor Payudara Jinak
39 372001 20 Perempuan 42 152 18,17 Tumor Payudara Jinak
40 380167 43 Perempuan 80 156 32,87 Tumor Payudara Jinak
42 380573 35 Perempuan 49 151 21,49 Tumor Payudara Jinak
43 382270 22 Perempuan 60 131 34,96 Tumor Payudara Jinak
44 382404 53 Perempuan 49 150 21,77 Tumor Payudara Jinak
45 382603 21 Perempuan 65 157 26,37 Tumor Payudara Jinak
2. Analisis Data SPSS
Frequencies
Statistics
OBESITAS TUMOR UMUR JENISKELAMIN
N Valid 76 76 76 76
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
OBESITAS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
.0 29 38.2 38.2 38.2
1.0 47 61.8 61.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
TUMOR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.0 21 27.6 27.6 27.6
2.0 55 72.4 72.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
UMUR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.0 21 27.6 27.6 27.6
2.0 15 19.7 19.7 47.4
3.0 25 32.9 32.9 80.3
4.0 12 15.8 15.8 96.1
5.0 2 2.6 2.6 98.7
6.0 1 1.3 1.3 100.0
Total 76 100.0 100.0
JENISKELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 2.0 76 100.0 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
OBESITAS * TUMOR 76 100.0% 0 0.0% 76 100.0%
OBESITAS * TUMOR Crosstabulation
TUMOR Total
1.0 2.0
OBESITAS
.0
Count 17 12 29
Expected Count 8.0 21.0 29.0
% within OBESITAS 58.6% 41.4% 100.0%
% within TUMOR 81.0% 21.8% 38.2%
% of Total 22.4% 15.8% 38.2%
1.0
Count 4 43 47
Expected Count 13.0 34.0 47.0
% within OBESITAS 8.5% 91.5% 100.0%
% within TUMOR 19.0% 78.2% 61.8%
% of Total 5.3% 56.6% 61.8%
Total
Count 21 55 76
Expected Count 21.0 55.0 76.0
% within OBESITAS 27.6% 72.4% 100.0%
% within TUMOR 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 27.6% 72.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 22.520a 1 .000
Continuity Correctionb 20.084 1 .000
Likelihood Ratio 22.898 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.224 1 .000
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.01.
b. Computed only for a 2x2 table