relevansi kurikulum kompetensi keahlian tata …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · biro...

51
RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA BUSANA SMK WIDYA PRAJA UNGARAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Mokhamad Sofyan 1102412061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: trinhminh

Post on 11-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA BUSANA SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mokhamad Sofyan

1102412061

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

i

Page 3: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

ii

Page 4: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

iii

Page 5: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

- Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu

tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan

cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik

pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. (Tan Malaka)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk Ayahanda

dan ibunda tercinta Bapak Dwi Haenri dan Ibu

Rini Utami.

Page 6: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

v

ABSTRAK

Sofyan, Mokhamad. 2017. Relevansi Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana

SMK Widya Praja Ungaran dengan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

Skripsi. Jurusan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Budiyono, M.Pd dan

Pembimbing II: Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si.

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga yang menyiapkan

para tenaga kerja. SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang unggul,

tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Salah satu

usaha SMK dalam meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya adalah dengan

menyelenggarakan program praktik kerja lapangan (PKL). Namun berdasarkan data

Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah selama ini masih banyak

lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia kerja. Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Widya

Praja Ungaran yang telah melaksanakan PKL. Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh anggota populasi yaitu 41 siswa kelas XII di SMK Widya Praja Ungaran.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, dan dokumentasi.

Angket digunakan untuk memperoleh data kompetensi siswa saat melaksanakan

PKL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata

Busana SMK Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan praktik kerja

lapangan (PKL). Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan siswa menjawab sebanyak

19 siswa (46,3%) masuk dalam kategori cukup relevan. Kemudian jumlah siswa yang

menjawab dalam kategori relevan sebanyak 13 siswa (31,7%). Selanjutnya jumlah

siswa yang menjawab pada kategori kurang relevan sebanyak 7 siswa (17,1%).

Sedangkan jumlah siswa yang menjawab paling sedikit masuk pada kategori sangat

relevan yaitu 2 siswa (4,9%) Simpulan penelitian ini Kurikulum Kompetensi

Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan

praktik kerja lapangan (PKL). Saran bagi sekolah sebaiknya dilakukan evaluasi

kurikulum dan silabus secara kontinyu, serta perlu dilakukan komunikasi untuk

menyamakan persepsi antara sekolah dan industri.

Kata Kunci: relevansi, kurikulum, PKL

Page 7: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan

berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsidengan

judul “Relevansi Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

Ungaran dengan Pelaksanaan PKL”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan studi dan menyelesaikan skripsi.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini.

3. Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan TP UNNES yang telah

memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Drs. Budiyono, M.Pd., Dosen pembimbing pertama yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si., Dosen pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

6. Drs. Sugeng Purwanto, M. Pd., Dosen penguji utama yang telah menguji dengan

teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada peneliti.

Page 8: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

vii

Page 9: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... i

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 7

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 7

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 8

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

BAB II KERANGKA TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR ............. 10

2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 10

2.1.1 Hakekat Kurikulum ...................................................................... 10

2.1.1.1 Pengertian Kurikulum ...................................................... 10

2.1.1.2 Kurikulum 2013................................................................ 11

2.1.1.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum ................................... 13

2.1.1.4 Relevansi Kurikulum ........................................................ 15

2.1.2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ..................................... 16

2.1.2.1 Pengertian SMK ............................................................... 16

Page 10: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

ix

2.1.2.2 Tujuan SMK ..................................................................... 17

2.1.3 Pendidikan Sistem Ganda ............................................................. 19

2.1.3.1 Pengertian PSG ................................................................. 19

2.1.3.2 Tujuan PSG ...................................................................... 19

2.1.3.3 Komponen-komponen PSG .............................................. 21

2.1.4 Praktik Kerja Lapangan ................................................................ 24

2.1.4.1 Pengertian PKL ................................................................ 24

2.1.4.2 Manfaat PKL .................................................................... 25

2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................. 27

2.3 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 33

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 34

3.4 Objek Penelitian .................................................................................... 34

3.4.1 Variabel Bebas.............................................................................. 34

3.4.2 Variabel Terikat ............................................................................ 35

3.5 Definisi Operasional .............................................................................. 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 36

3.6.1 Angket .......................................................................................... 36

3.6.2 Wawancara ................................................................................... 36

3.6.3 Dokumentasi ................................................................................. 37

3.7 Instrumen Penelitian .............................................................................. 37

3.7.1 Lembar Angket ............................................................................. 37

3.7.2 Lembar Wawancara ...................................................................... 39

3.7.3 Dokumentasi ................................................................................. 39

3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................... 40

3.8.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................ 40

Page 11: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

x

3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 41

3.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................. 45

4.1.1 Deskripsi Kurikulum Tata Busana .............................................. 45

4.1.1.1 Visi dan Misi .................................................................. 45

4.1.1.2 Kurikulum Komp. Keahlian Tata Busana ...................... 47

4.1.1.3 Potensi Pendukung ......................................................... 48

4.1.2 Pelaksanaan PKL SMK Widya Praja .......................................... 49

4.1.2.1 Deskripsi Pelaksanaan PKL ........................................... 49

4.1.2.2 Tata Tertib PKL ............................................................. 52

4.1.3 Analisis Relevansi dan PKL ........................................................ 53

4.2 Pembahasan ........................................................................................... 82

4.2.1 Kurikulum Komp. Keahlian Tata Busana ................................... 82

4.2.2 Pelaksanaa PKL Tata Busana Widya Praja ................................. 82

4.2.3 Relevansi Kurikulum dengan PKL .............................................. 83

4.3 Implikasi Penelitian ............................................................................... 97

4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 99

5.1 Simpulan ................................................................................................ 99

5.2 Saran ... .................................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101

Page 12: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana ........................................ 5

Tabel 1.2 Kurikulum PKL Kompetensi Keahlian Tata Busana ................................ 6

Tabel 3.1 Skor Pengukuran Instrumen ...................................................................... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian................................................................... 38

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas Instrumen ................................................... 42

Tabel 3.4 Kategori Penilaian Standar Kompetensi ................................................... 44

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Relevansi Kurikulum dengan PKL ........................ 55

Tabel 4.2 Data Statistik Relevansi Kurikulum dengan PKL .................................... 56

Tabel 4.3 Tingkat Relevansi Kurikulum dengan PKL .............................................. 57

Tabel 4.4 Data Statistik SK Pengetahuan Tekstil ..................................................... 59

Tabel 4.5 Tingkat Relevansi SK Pengetahuan Tekstil .............................................. 61

Tabel 4.6 Data Statistik SK Dasar Teknologi Menjahit............................................ 62

Tabel 4.7 Tingkat Relevansi SK Dasar Teknologi Menjahit .................................... 64

Tabel 4.8 Data Statistik SK Dasar Pola .................................................................... 66

Tabel 4.9 Tingkat Relevansi SK Dasar Pola ............................................................. 67

Tabel 4.10 Data Statistik SK Dasar Desain .............................................................. 69

Tabel 4.11 Tingkat Relevansi SK Dasar Desain ....................................................... 71

Tabel 4.12 Data Statistik SK Desain Busana ............................................................ 72

Tabel 4.13 Tingkat Relevansi SK Desain Busana .................................................... 74

Tabel 4.14 Data Statistik SK Pembuatan Pola .......................................................... 75

Tabel 4.15 Tingkat Relevansi SK Pembuatan Pola .................................................. 77

Tabel 4.16 Data Statistik SK Pembuatan Busana (Industri) ..................................... 79

Tabel 4.17 Tingkat Relevansi SK Pembuatan Busana (Industri).............................. 81

Tabel 4.18 Kompetensi dan Potret Hasil PKL .......................................................... 97

Page 13: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Relevansi Kuriukulum dengan PKL .................... 56

Gambar 4.2 Diagram Kecenderungan Relevansi Kuriukulum dengan PKL ............ 58

Gambar 4.3 Diagram Kecenderungan SK Pengetahuan Tekstil ............................... 61

Gambar 4.4 Diagram Kecenderungan SK Dasar Teknologi Menjahit ..................... 65

Gambar 4.5 Diagram Kecenderungan SK Dasar Pola .............................................. 68

Gambar 4.6 Diagram Kecenderungan SK Dasar Desain .......................................... 71

Gambar 4.7 Diagram Kecenderungan SK Desain Busana ........................................ 74

Gambar 4.8 Diagram Kecenderungan SK Pembuatan Pola ...................................... 78

Gambar 4.9 Diagram Kecenderungan SK Pembuatan Busana (Industri) ................. 81

Page 14: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Uji Coba Peneliti ................................................................... 103

Lampiran 2 Validitas Instrumen Angket ................................................................ 111

Lampiran 3 Reliabilitas Instrumen Angket ............................................................ 115

Lampiran 4 Angket Penelitian ............................................................................... 116

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian ..................................................................... 122

Lampiran 6 Hasil Wawancara ................................................................................ 125

Lampiran 7 Rekap Skor Penilaian ......................................................................... 129

Lampiran 8 Data Statistik Angket Relevansi Kurikulum dengan PKL ................. 132

Lampiran 9 Dokumen Penelitian ........................................................................... 146

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 163

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian .................................................................... 165

Page 15: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era modern seperti saat ini tuntutan Sumber Daya Manusia yang memiliki

kompetensi di bidangnya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi

globalilasi yang membawa dampak bagi semua aspek kehidupan. Dunia kerja

yang makin hari makin berkembang juga menuntut kompetensi yang mumpuni

dan mengharuskan bagi para calon pelakunya untuk mempersiapkan diri mereka

secara matang.

Salah satu lembaga yang menyiapkan para tenaga kerja adalah

Sekolah Menengah Kejuruan. Sebagaimana mengacu pada penjelasan pasal 15

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang

menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang unggul, tangguh,

kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Salah satu usaha

SMK dalam meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya adalah dengan

menyelenggarakan program praktik kerja lapangan (PKL). Hal ini sejalan dengan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor

323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah

Page 16: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

2

Menengah Kejuruan. Program ini dilaksanakan di setiap SMK dalam bentuk

PKL. PKL melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah dan pihak dunia kerja baik

yang berbentuk dunia usaha maupun dunia industri.

Namun, kenyataanya menunjukan bahwa selama ini masih banyak

lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia kerja. Menurut data

Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka

lowongan kerja masih jauh lebih rendah dari angkatan pencari kerja, namun tidak

semua lowongan kerja terpenuhi penempatanya. Pada tahun 2013 tersedia

169,827 ribu pencari kerja terdaftar, dan 127,818 ribu lowongan kerja terdaftar,

serta sebanyak 99,007 ribu tenaga kerja ditempatkan. Keadaan tersebut

menunjukan terjadinya mismatch dalam pasar kerja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Dalam

web Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Republik Indonesia

menyebutkan bahwa masalah yang terjadi diantaranya adalah banyak sekolah

yang tidak berkomunikasi dengan industri, sehingga sekolah tidak mengetahui

apa yang dibutuhkan oleh industri. Mereka hanya ingin mengajar pada bidang

tertentu tanpa peduli bidang tersebut dibutuhkan atau tidak. Misalnya, materi

yang digunakan sebagai bahan mengajar sudah sangat kuno dan tidak update

padahal materi-materi tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan di dunia kerja.

Kedua, sarana dan prasarana praktik yang tidak mendukung. Misalnya, jurusan

tata busana tapi sarana dan prasarana sangat terbatas dan tidak memadai. Ketiga,

Page 17: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

3

kemampuan guru dalam mengajar kurang. Guru kurang berkompeten dalam

bidangnya, tidak ada upgrading, tidak ada magang, tidak pernah tahu kebutuhan

dunia luar, sehingga tidak memungkinkan guru tersebut memberikan kompetensi

yang memadai bagi siswanya. Selain itu, industri tidak memberikan kesempatan

yang cukup bagi siswa untuk melakukan PKL. Kalaupun diberikan pelaksanaan

PKL tidak terprogram, dilepaskan begitu saja, industri tidak mau

menginformasikan kebutuhan dan tuntutan yang ada. Industri tidak mau berbagi

fasilitas, misalnya alat-alat yang tidak terpakai disumbangkan ke sekolah yang

dapat dimanfaatkan sebagai alat praktik.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 menyebutkan

bahwa penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai

acuan pembelajaran melalui pendidikan formal, non formal dan informal oleh

menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan. Untuk

jenjang SMK berdasarkan peraturan tersebut termasuk pada kualifikasi II yang

harus mampu memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan

informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukan

kinerja dengan mutu yang terukur, dibawah pengawasan langsung

atasanya.

Page 18: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

4

b. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan factual bidang

kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia

terhadap masalah yang lazim timbul.

c. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab membimbing orang lain.

Penetapan kualifikasi nasional tersebut sesuai dengan tantangan dunia

kerja yang semakin meningkat. Tantangan kerja pada masa mendatang semakin

membutuhkan kualifikasi sumber daya manusia dengan spesifikasi keterampilan

teknis dan praktis yang semakin tinggi.

Hal yang dapat dipersiapkan untuk mengikuti tuntutan dunia industri

yang semakin berkembang adalah dengan mempersiapkan kurikulum yang isinya

relevan dengan dunia kerja. UU SISDIKNAS tahun 2003 mendefinisikan

kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pada proses pembelajaran, kurikulum dituangkan dalam silabus.

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

dengan tema tertentu, yang mencakup: standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Kegiatan pembelajaran di sekolah,

Page 19: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

5

baik itu teori mapun praktik dilakukan berdasarkan silabus yang telah disusun.

Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran praktik yang dilakukan di dunia kerja.

Tata Busana merupakan salah satu kompetensi keahlian di SMK

Widya Praja Ungaran. Berdasarkan silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana,

dijelaskan bahwa Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik digolongkan

menjadi Dasar Kompetensi Kejuruan (C2) dan Kompetensi Kejuruan Paket

Keahlian Tata Busana (C3). Namun dalam pelaksanaan PKL, hanya ada 7

kompetensi yang harus dilaksanakan.

Tabel 1.1 Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana

NoKompetensi Keahlian Tata Busana

Dasar Kompetesi Kejuruan (C2) Kompetensi Kejuruan Paket Keahlian Tata Busana (C3)

1 Pengetahuan Tekstil Pembuatan Hiasan

2 Dasar Teknologi Menjahit Desain Busana

3 Dasar Pola Pembuatan Pola

4 Dasar Desain Pembuatan Busana (Industri)

5 Simulasi Digital Pembuatan Busana (Custom-made)

Sumber: Silabus SMK Widya Praja Ungaran

Sedangkan, kompetensi yang harus dimiliki siswa yang

melaksanakan PKL adalah sebagai berikut:

Page 20: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

6

Tabel 1.2 Kurikulum PKL Kompetensi Keahlian Tata Busana

No Kompetensi1 Pengetahuan Tekstil

2 Dasar Teknologi Menjahit

3 Dasar Pola

4 Dasar Desain

5 Desain Busana

6 Pembuatan Pola

7 Pembuatan Busana (Industri)

Sumber: Silabus SMK Widya Praja Ungaran

Silabus yang menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran di SMK

harus sesuai dengan pelaksanaan PKL di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI).

Sehingga, perlu adanya relevansi antara proses dan materi yang diberikan dalam

pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Relevansi merupakan kesesuaian

antara kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dengan kebutuhan

pekerjaan. Hal tersebut juga disadari oleh SMK Widya Praja Ungaran, SMK

tersebut merupakan salah satu sekolah yang berada di kawasan industri konveksi

terbesar di daerah Kabupaten Semarang.

Untuk mengetahui secara lebih jelas apakah silabus yang selama ini

menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran khususnya tata busana sesuai dengan

pelaksanaan PKL dalam dunia industri, maka perlu diketahui seberapa tinggi

relevansi kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

Ungaran dengan pelaksanaan PKL.

Page 21: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Banyaknya lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia

kerja.

2. Kurangnya komunikasi antara sekolah dengan Dunia Industri.

3. Sarana dan prasarana praktik yang kurang mendukung

4. Guru kurang berkompeten dalam bidangnya

5. Industri tidak memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa yang

melakukan PKL

6. Sekolah belum mengetahui secara jelas apakah kurikulum kompetensi

keahlian tata busana yang menjadi pedoman PKL sesuai dengan

pelaksanaanya di dunia industri.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah perlu diadakan pembatasan masalah

penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti,

agar lebih fokus dalam mengkaji permasalahan. Peneliti hanya membatasi pada

relevansi silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran

dengan pelaksanaan PKL. Kompetensi keahlian disini yaitu kelompok mata

Page 22: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

8

pelajaran C2-Dasar Kejuruan dan C3-Kompetensi Kejuruan paket keahlian tata

busana. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Januari 2017.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, dapat dirumuskan

masalah yang timbul dan berhubungan dengan penelitian ini agar masalah

menjadi jelas, terarah, dan tidak meluas, maka menitikberatkan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

Ungaran?

2. Bagaimana pelaksanaan PKL di Jurusan Tata Busana SMK Widya Praja

Ungaran?

3. Bagaimana relevansi kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK

Widya Praja Ungaran dengan pelaksanaan PKL?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti bertujuan mendapatkan jawaban

dan gambaran atas permasalahan yaitu: untuk mengetahui relevansi kurikulum

Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran dengan

pelaksanaan PKL.

Page 23: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

9

1.6 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk kajian lebih

mendalam tentang pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai

relevansi silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana dengan pelaksanaan PKL.

2. Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengeahuan dan

wawasan, sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan tentang pelaksanaan praktik

kerja lapangan di lapangan sehingga dapat dijadikan sebagai evaluasi

kegiatan lebih lanjut.

Page 24: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

10

BAB II

KERANGKA TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kerangka Teoritik

2.1.1 Hakekat Kurikulum

2.1.1.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan

dalam proses kegiatan belajar mengajar. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Menurut pandangan lama, kurikulum diartikan sebagai rencana

pelajaran disuatu sekolah. Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata

pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa

(Sukmadinata, 2007: 4). Sedangkan pandangan modern dalam kurikulum

dikemukakan oleh Romine (dalam Hamalik, 2008: 4): “Curriculum is

interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences

which pupils have under direction of the school, weather in the classroom or

not”. Dalam pandangan ini, kurikulum lebih dianggap sebagai suatu

pengalaman yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Kurikulum bersifat

Page 25: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

11

luas, karena bukan hanya terdiri atas mata pelajaran, tetapi meliputi semua

kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah termasuk

kegiatan di luar kelas (ekstrakurikuler).

Berdasarkan beberapa pengertian kurikulum diatas, maka kurikulum

dapat diartikan sebagai rancangan pembelajaran menegenai tujuan, isi, serta

cara dalam semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab

sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.1.1.2 Kurikulum SMK Widya Praja

Kurikulum yang digunakan SMK Widya Praja Ungaran saat ini adalah

Kurikulum 2013. Kurikulum ini memusatkan pada perkembangan karakter

siswa. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau

(Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi

pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa, 2013: 66).

Menurut Mulyasa (2013: 65) pengembangan Kurikulum 2013

diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang terintegrasi. Pengembangan kuriulum difokuskan pada pembentukan

kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan,

Page 26: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

12

keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai

wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.

Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan

kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil

belajar sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui

penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai

prasayarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter

berikutnya.

UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum mengatakan bahwa “Strategi

pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi: ….., 2.

pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, ….” dan

pada penjelasan Pasal 35, bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.” maka diadakan

perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.” Untuk mencapai tujuan

tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam

implementasinya di lapangan.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu

konsep kurikulum yang menekankan pada kemampuan melakukan

Page 27: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

13

(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik. Kurikulum ini diarahkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan

minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,

ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah yang mengacu pada SI dan SKL, dijelaskan spektrum Kompetensi

Keahlian Administrasi Tata Busana, yakni kompetensi yang harus dimiliki

peserta didik yang terdiri dari 5 Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan 5

Kompetensi Kejuruan (KK). Secara keseluruhan, terdapat 10 kompetensi mata

pelajaran yang harus dikuasai peserta didik Kompetensi Keahlian Tata

Busana. Oleh sebab itu, pada penyusunan kurikulum Kompetensi Keahlian

Tata Busana, sekolah perlu memperhatikan 10 kompetensi tersebut.

2.1.1.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum

Menurut Sukmadinata (2007:150) kurikulum merupakan rancangan

pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi

siswa di sekolah. Ada 2 prinsip pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Prinsip-prinsip Umum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

a. relevansi

Page 28: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

14

ada 2 macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum yaitu

relevan keluar dan relevan di dalam kurikulum itu sendiri.

Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar

yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan

tuntutan, kebutuhan, perkembangan masyarakat. Relevansi di

dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara

komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses

penyampaian, dan penilaian.

b. fleksibilitas

kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel.

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal

yang solit tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan

terjadinya penyesuaian dengan kondisi.

c. kontinuitas atau kesinambungan

perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus.

d. praktis

Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan menggunakan

alat-alat sederhana dan biaya yang murah.

e. efektivitas

Page 29: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

15

Kurikulum tetap harus diperhatikan keberhasilanya, baik

secara kuantitas maupun kualitas.

2) Prinsip-Prinsip Khusus

a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

b. Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan

c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat

pengajaran

e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

2.1.1.4 Relevansi Kurikulum

Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah

bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia).

Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Sperber &

Wilson, D. (dalam Jatmoko, 2013), mendefinisikan relevansi dalam dua hal

yaitu pertama relevansi merupakan masalah derajat dan kami tidak

menyatakan apa pun tentang bagaimana cara menentukan derajat relevansi,

kedua relevansi sebagai suatu hubungan antara asumsi dan konteks.

Menurut Jatmoko (2013) kurikulum merupakan segala bentuk

aktivitas atau kegiatan dalam dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi

peserta didik selama berada dalam lingkungan sekolah serta hal-hal yang

memiliki fungsi untuk mengantarkan pendidikan pada tujuannya

Page 30: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

16

Jadi dapat disimpulkan bahwa relevansi kurikulum merupakan

kesesuaian/keserasian antara apa yang diajarkan di sekolah dengan visi dan

misi sekolah yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Kurikulum

harus sejalan dengan lingkungan peserta didik, tuntutan kehidupan peserta

didik dan tuntutan karier peserta didik. Kaitannya dengan pendidikan SMK,

dalam meningkatkan mutu pendidikan relevansi kurikulum sangat diperlukan

dalam kemampuan sekolah membentuk kompetensi lulusan agar menjadi

tenaga kerja yang produktif.

2.1.2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

2.1.2.1 Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

Hamalik (1990: 24) mengemukakan pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk

pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan

yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan menengah

kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan sosial, bangsa, dan alam sekitarnya serta mengembangkan

kemampuan untuk lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan

Page 31: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

17

menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau

bentuk lain yang sederajat.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 Ayat (3)

menjelaskan bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada

jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan

siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah

kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah

menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang

disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan pekerjaan.

2.1.2.2 Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan

Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

pendidikan menengah kejuruan yaitu:

a. meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan

Yang Maha Esa;

b. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan

bertanggung jawab;

Page 32: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

18

c. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan

kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya

bangsa Indonesia;

d. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian

terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan

melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam

dengan efektif dan efisien.

Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:

a. menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu

bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga

kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program

keahlian yang dipilihnya;

b. menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih

dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan

mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang

diminatinya;

c. membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri

maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

d. membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai

dengan program keahlian yang dipilih.

Page 33: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

19

Berdasarkan uraian tersebut pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

menengah yang mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja dalam bidang

tertentu.

2.1.3 Pendidikan Sistem Ganda

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Sistem Ganda

Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan

keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan sinkron program

pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh

melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan terarah

untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu (Pakpahan, dalam

Wena 1996: 16).

Pendidikan sistem ganda sebagai alternatif pola pembelajaran di SMK

ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

Nomor 323/U/1997, yaitu “pendidikan sistem ganda selanjutnya disebut PSG

adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian jurusan yang

memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah

menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh

melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya di institusi pasangan,

terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”.

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Sistem Ganda

Merujuk pada Kemendikbud, tujuan PSG yaitu:

Page 34: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

20

a. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui peran

serta IP

b. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

etos kerja yang sesuai dengan lapangan kerja

c. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

sikap, yang menjadi bekal dasar pengembangan dirinya secara

berkelanjutan

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

sebagai bagian dari proses pendidikan

e. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan menengah

kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya pendidikan yang ada di

dunia kerja.

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1994: 7) tujuan

penyelenggaraan program PSG sebagai berikut:

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional

(dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yag sesuai

dengan tuntutan lapangan kerja).

b. Memperkokoh “link and match” antara sekolah dengan dunia kerja.

c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

yang berkualitas profesional.

Page 35: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

21

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

sebagai bagian dari proses pendidikan.

Berdasarkan uraian tujuan pendidikan sistem ganda diatas dapat

disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan sistem ganda adalah

mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan. Hasil

pembelajaran pada pendidikan kejuruan antara lain menghasilkan lulusan

lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan yang sesuai dnegan

kebutuhan lapangan kerja

2.1.3.3 Komponen-komponen Pendidikan Sistem Ganda

Menurut Wena (1996: 17) komponen-komponen Pendidikan Sistem Ganda

antara lain:

a. Kelembagaan

Dilihat dari segi kelembagaan pendidikan sistem ganda kejuruan terdiri

dua sub sistem yaitu sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem

pendidikan di industri. Lembaga sekolah kejuruan sebagai salah satu sub

sistem dari sistem ganda memang secara khusus dirancang sebagai

tempat belajar. Tetapi lembaga sebagai bagian dari sistem ganda tidak

secara khusus dirancang sebagai tempat belajar. Oleh karena itu, agar

dunia industri dapat digunakan sebagai tempat praktik secara maksimal

oleh siswa maka seyogyanya pihak industri mampu memerankan fungsi

kependidikan.

Page 36: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

22

b. Kurikulum PSG

Kurikulum di sekolah dirancang secara komperehensif, yang meliputi

semua kegiatan belajar. Dengan demikian pengembangan kurikulum

sekolah didasari atas aspek-aspek psikologis karakteristik siswa.

Sedangkan kurikulum yang ada di industri hanya berupa tuntunan

praktik, yang jauh lebih sederhana dan lebih praktis dari kurikulum

seklah. Jadi, dalam hal ini isndutri seyogyanya menyediakan tuntunan

praktik bagi para siswa, sehingga siswa tahu secara jelas apa yang harus

dilakukan dan bagaimana melakukannya.

c. Materi pembelajaran

Materi disekolah lebih ditekankan pada pembelajaran teori-teori

kejuruan, sedangkan materi di industri lebih ditekankan pada praktik

kerja tetapi berkaitan dengan teori-teori yang dipelajari di sekolah.

d. Strategi mengajar

Kegiatan mengajar di sekolah lebih sistematis karena pelajaran telah

disusun secara sistematis berdasarkan kaidah-kaidah teori pembelajaran.

Sedangkan pembelajaran di industri menekankan pada proses belajar

mengajar keterampilan kerja tertentu.

Page 37: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

23

e. Kegiatan industri

Lebih besifat usaha produksi barang, tetapi dibarengi dengan usaha

belajar mengajar di tempat, atau belajar melalui pengalaman praktik

langsung.

f. Kegiatan belajar di industri

Bersifat belajar dalam situasi dunia nyata, sedangkan belajar di sekolah

berupa belajar pada situasi sekolah yang terkendali.

g. Dunia industri dan sekolah

Industri merupakan dunia orang dewasa, sedangkan dunia sekolah

merupakan dunia remaja. Kondisi dan situasi yang demikian jangan

sampai mengganggu proses belajar siswa di industri.

h. Kepentingan

Di industri terjadi konfik tujuan antara kepentingan produksi (prinsip

ekonomi) dan kepentingan latihan (prinsip pendidikan), sedangkan

sekolah prinsip pendidikan merupakan satu0satunya faktor

determinannya.

i. Pengajar

Di sekolah guru bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan

pembelajaran, sedangkan di industri pembelajaran praktik sepenuhnya

menjadi tanggng jawab instruktur.

j. Tempat belajar

Page 38: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

24

Belajar di sekolah sebagian besar dilakukan di ruang kelas, sedangkan

belajar di industri hampir seluruhnya dilakuka di tempat kerja. Adanya

perbedaan tempat belajar ini tentu akan mempengaruhi situasi

pembelajaran.

Berdasarkan seluruh komponen tesebut, perlu adanya sinergitas dan

keterkaitan antar komponen sehingga dapat menghasilkan pendidikan sistem

ganda yang tepat guna dan tepat sasaran.

2.1.4 Praktik Kerja Lapangan

2.1.4.1 Pengertian Praktik Kerja Lapangan

Menurut Hamalik (2007: 91) praktik kerja lapangan, pada hakikatnya adalah

suatu program latihan yang diselenggarakan di lapangan atau luar kelas, dalam

rangka kegiatan pembelajaran sebagai bagian integral program pelatihan. Lebih

lanjut ia menjelaskan bahwa:

Praktik kerja industri merupakan suatu komponen yang penting dalam

sistem pelatihan manajemen untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan

manajemen para pesertanya. Dalam kesempatan itu, para peserta dapat

memadukan antara teori proses yang telah diperolehnya di kelas dengan

pengalaman praktis, mereka mengalami secara langsung kehidupan lingkungan

organisasi bertindak dan berperan sebagai tenaga unsur manajemen dalam

bidang tertentu.

Page 39: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

25

2.1.4.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Hamalik (2007: 92) menggolongkan manfaat PKL sebagai berikut:

1) Bagi peserta didik, praktik kerja lapangan memberikan manfaat antara

lain:

a. Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih keterampilan

manajemen dalam situasi lapangan yang aktual, hal ini penting dalam

rangka belajar menerapkan teori atau konsep yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada peserta

sehingga hasil pelatihan bertambah luas.

c. Mendekatkan dan menjembatani penyiapan peserta untuk terjun

langsung ke bidang tugasnya menempuh program pelatihan tersebut.

2) Bagi lembaga latihan, praktik kerja bermanfaat bagi lembaga pelatihan,

antara lain:

a. Mengembangkan dan membina kerjasama antara lembaga pelatihan

dengan organisasi dan manajemen tempat penyelenggaraan praktik

tersebut.

b. Lembaga pelatihan berkesempatan menguji tingkat relevansi dan

efektivitas program peralihan serta memperoleh informasi balikan

mengenai program pelatihan yang telah dilaksanakan.

Page 40: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

26

c. Tenaga pelatih turut memperoleh pengalaman tertentu dari

lingkungan manajemen tempat penyelenggaraan praktik.

d. Lembaga pelatihan mendapat bantuan yang sangat berharga dari

organisasi diluar lembaga dalam melaksanakan program pelatihan.

e. Lembaga pelatihaan turut dan berkesempatan melaksanakan program

pengabdian masyarakat terhadap organisasi penyelenggara praktik

dalam pelaksanaan program produktivitas organisasi bersangkutan.

3) Bagi organisasi penyelenggara praktik kerja, organisasi atau lembaga

tempat diselenggarakannya praktik kerja merasakan manfaat tertentu,

antara lain:

a. Para manajer dan tenaga di lingkungan organisasi mempunyai

kesempatan memberikan sumbanganya dalam upaya menyiapkan

tenaga professional.

b. Dalam hal-hal tertentu, organisasi atau lembaga tersebut mendapat

bantuan dalam melaksakan kegiatan di lingkungan organisasinya.

c. Kehadiran tenaga/peserta prakktik kerja turut berpengarauh terhadap

tenaga kerja yang ada berupa pengetahuan dan keterampilan serta

motivasi untuk belajar terus.

d. Lembaga atau organisasi yang bersangkutan secara tak langsung

merupakan sumbangan social dan kegiatan pemasaran melalui pra

peserta tersebut.

Page 41: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

27

4) Bagi pengembangan program pelatihan, hasil praktik kerja dan laporan

serta hasil penilaian praktik dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk melakukan modifikasi, perbaikan, dan peningkatan efisiensi

pelatihan untuk masa selanjutnya.

2.2 Kerangka Berpikir

Lulusan SMK yang telah disiapkan sebagai calon tenaga kerja, diharapkan

memiliki kompetensi yang relevan terhadap kebutuhan dunia usaha/ dunia

industri konveksi di Kota Ungaran. Harapan dunia usaha/ dunia industri tersebut

berarti semakin baik kompetensi yang dimiliki siswa, maka produktivitas kerja

dan tingkat keterserapan lulusannya di dunia kerja semakin tinggi.

Pelaksanaan PKL di SMK Widya Praja Kompetensi Keahlian Tata Busana

dilakukan di beberapa perusahaan konveksi di Ungaran. Berdasarkan paparan

tersebut, maka dapat dirumuskan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 42: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

28

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

PRAKTIK KERJA

LAPANGAN DI

INDUSTRI

PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH

1. Pengetahuan Tekstil

2. Dasar Teknologi Menjahit

3. Dasar Pola

4. Dasar Desain

5. Desain Busana

6. Pembuatan Pola

7. Pembuatan Busana (Industri)

RELEVANSI KURIKULUM TATA BUSANA

DENGAN PELAKSANAAN PKL

KURIKULUM

KOMPETENSI

KEAHLIAN TATA

BUSANA

KOMPETENSI SISWA

KEBUTUHAN

INDUSTRI

Page 43: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

29

2.3 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan

dilakukan, untuk membedah hasil dari penelitian ini. Penelitian yang relevan

dengan penelitian ini diantaranya yaitu:

Penelitian sebelumnya dalam bentuk jurnal tahun 2013 oleh Dwi

Jatmoko dengan judul “Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman”.

Hasil dari penelitian ini (1) relevansi kurikulum SMK Kompetensi Keahlian

Teknik Kendaraan Ringan dengan kebutuhan industri servis mobil di Kabupaten

Sleman untuk bidang Engine sebesar 100% chasis 100% dan kelistrikan 91,6%;

(2) kompetensi yang dibutuhkan industri servis mobil yang tidak disediakan

dalam kurikulum untuk bidang engine sebesar 15%, chasis 4% dan kelistrikan

0%; (3) kompetesi yang tidak dibutuhkan industri servis mobil namun

dilaksanakan dalam kurikulum bidang engine dan chasis 0%, dan kelistrikan

0,08%; (4) kompetensi yang dibutuhkan industri service mobil dan ada dalam

kurikulum tapi tidak dilaksanakan di SMK untuk bidang engine sebesar 22,88%,

chasis 14,60% dan kelistrikan 12,02%. Kesimpulan secara umum bahwa

kurikulum dalam kategori relevan, namun ada beberapa kompetensi yang tidak

terlaksana.

Selanjutnya, penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan adalah dalam bentuk artikel jurnal yang ditulis Machfud Ridwan

Page 44: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

30

dkk dari Universitas Negeri Surabaya dengan judul “Relevansi Kurikulum Ilmu

Ukur Tanah Pendidikan Teknik Bangunan FT-Unesa dengan Kurikulum

Geomatika SMK dan Kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Industri”. Hasil

penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa tingkat relevansi kompetensi

kurikulum Ilmu Ukur Tanah di S1 PTB FT-Unesa dengan Kurikulum Geomatika

di SMKN 3 Jombang, SMKN 1 Nganjuk, dan SMKN 1 Madiun mempunyai

tingkat relevansi yang tinggi yaitu 92,86% sangat relevan, 7,14% relevan

marjinal, dan 0% tidak relevan. Tingkat relevansi kompetensi kurikulum Ilmu

Ukur Tanah di S1 PTB FT-Unesa dengan kemapuan yang dibutuhkan di dunia

industri juga mempunyai tingkat relevansi yang tinggi yaitu 78,57% sangat

relevan, 0% relevan marjinal, dan 21,43% tidak relevan. Terdapat 16 kompetensi

kurikulum gabungan antara kurikulum Geomatika di SMK dan kompetensi

RSKKNI Bidang Informasi Geospasial yang tidak tercakup dalam kurikulum S1

PTB FT-Unesa.

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

adalah dalam bentuk artikel jurnal yang ditulis Arina Hidayati dari Universitas

Sebelas Maret dengan judul “Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri”. Hasil penelitian

menyebutkan (1) Kurikulum SMK Negeri 1 Batang disusun dengan melibatkan

pihak diluar sekolah yaitu pemerintah dan perusahaan; (2) kompetensi keahlian

akuntansi dan softskills yang diajarkan sekolah sudah sesuai dengan kebutuhan

Page 45: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

31

DU/DI, hanya saja DU/DI menetapkan standar kompetensi yang tinggi dalam

rekrutmen kerja, terutama pada bagian akuntasi dan keuangan. Hal ini

menyebabkan siswa lulusan SMK N 1 Batang yang bekerja di perusahaan hanya

mendapat jabatan yang rendah.

Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Rita Permana Kelana

Wati pada tahun 2013 dengan judul “ Relevansi Pekerjaan Lulusan SMK dengan

Kompetensi Keahlian Berdasarkan Pengalaman Praktik Kerja Industri”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada relevansi pekerjaan lulusan SMK

berdasarkan pengalaman prakerin terutama untuk kompetensi keahlian Pemasaran

dan Perhotelan, sementara untuk kompetensi keahlian Akuntansi dan TKJ

sebagian kurang relevan; 2) Faktor penyebab sebagian tidak relevan baik dalam

penempatan prakerin maupun setelah lulus dan memperoleh pekerjaan

dikarenakan tidak semua DU/DI mengijinkan untuk mengerjakan tugas-tugas

yang sifatnya rahasia; ada beberapa materi pelajaran produktif yang sebenarnya

sudah diajarkan di sekolah berbeda kondisinya pada saat mereka berada pada

lingkungan kerja.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Ioana Chan Mouw dkk

dari Computing Departement, National University of Samoa Apia, Samoa pada

tahun 2013 hingga 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kursus dalam

computing dinas relevan dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.

Namun, ada aspek yang perlu diperbaiki lagi. Dalam penelitian ini disarankan

Page 46: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

32

melakukan penelitian secara rutin untuk menyesuaikan kurikulum dengan

kebutuhan industri.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

dilaksanakan terletak pada objek yang akan diteliti, yaitu relevansi kurkulum.

Selain itu, subjek yang digunakan juga sama, yaitu siswa SMK yang telah

melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

Page 47: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

99

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan analisis kompetensi sesuai kurikulum yang sudah ditetapkan

pemerintah, terutama yang paling dibutuhkan, dari 10 Standar Kompetensi

yang ada dalam kurikulum, hanya 7 yang diambil sebagai pedoman PKL

karena hal tersebut mengingat 3 dari 7 kompetensi tersebut sangat jarang

dipakai saat PKL.

2. Pada pelaksanaan PKL terdapat beberapa Industri dan Usaha yang tidak

melibatkan siswa secara penuh dalam melaksanakan pekerjaan. Sehingga

siswa kurang mendapat kesempatan dan pengalaman yang maksimal.

3. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis yang dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK

Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan praktik kerja

lapangan (PKL). Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan siswa

menjawab sebanyak 19 siswa (46,3%) masuk dalam kategori cukup

relevan.

Page 48: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

100

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dan kesimpulan

pada bagian sebelumnya, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi sekolah:

a. Sebaiknya dilakukan evaluasi kurikulum dan silabus secara kontinyu

agar dapat mengikuti perubahan kebutuhan kompetensi yang

dibutuhkan dunia industri.

b. Sebaiknya menggunakan dunia industri yang memiliki

sarana/peralatan kantor yang lengkap dan memiliki kedekatan

terhadap tugas pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi sebagai

tempat prakerin.

c. Sebaiknya dilakukan komunikasi tentang konsep PSG untuk

menyamakan persepsi antara sekolah dengan dunia industri.

2. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian sejenis,

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melibatkan dunia industri

sebagai responden.

Page 49: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

101

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Hamalik, Oemar. 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatian Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Hidayati, Arina. 2015. Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri. Jurnal Universitas Sebelas

Maret

Jatmoko, Dwi. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi UNY

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kemdikbud

Mouw, Ioana Chan. 2014. An Evaluation of Relevance of Computing Curricula to Industry Need (Virtual Partisipation). Computing Departement, National

University of Samoa Apia.

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Page 50: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

102

Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 Ayat (3). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 8 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Jakarta:

Pemerintah Repulik Indonesia.

Ridwan, Machfud, dkk. 2015. Relevansi Kurikulum Ilmu Ukur Tanah Pendidikan Teknik Bangunan FT-Unesa dengan Kurikulum Geomatika SMK dan Kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Industri. Jurnal Kajian Pendidikan

Teknik Bangunan Vol 3 (3)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wati, Rita Permana Kelana. 2013. Relevansi Pekerjaan Lulusan SMK dengan Kompetensi Keahlian Berdasarkan Pengalaman Praktik Kerja Industri.Skripsi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

Wena, Made. 1997. Pendidikan Kejuruan Sistem Ganda. Malang: Proyek OPF IKIP

Malang

Page 51: RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA …lib.unnes.ac.id/29536/1/1102412061.pdf · Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka lowongan kerja

167

167

Wwawancara dengan Ketua Jurusan Tata Busana

Kegiatan Belajar Mengajar Siswa SMK Widya Praja Ungaran