relevansi nilai pajak tangguhan pada tahun · pdf file1 1. pendahuluan relevansi nilai pajak...
TRANSCRIPT
0
RELEVANSI NILAI PAJAK TANGGUHAN PADA TAHUN TERJADINYA
PERUBAHAN TARIF
IMAM PRAKOSO
Mahasiswa Program S-1 Akuntansi FEUI
DWI MARTANI
Dosen Departemen Akuntansi FEUI
ABSTRACT
The debate on value relevance of deferred taxes has gone so long. The older research
which conducted using tax reform year found the positive result, whereas the younger
research found the opposite because the changes of investor valuation. This research wants
to conclude that debate by using the characteristic of each result. This research uses tax
reform year and conducted at the timewhere investors became increasingly adept at using the
forward-looking information in deferred taxes.
This research uses Fetham & Ohlson's price model to measure the value relevance of
deferred taxes of listing companies. This research uses multiple regression models to test the
relationship between dependent and independent variable. This research conclude that
investors do not consider deferred taxes on decision making except it has huge potential to
reduce the value of their investment. In the cross sectional analysis, this research found that
investor did not react quickly to revaluate their investment. Deferred tax assets and
liablilities only have value relevance in 2009 when tax tariff changed. Investors prefer to
have negative tax rate adjustment because they want to minimize the gap between current tax
and income tax expense.
Keywords : Deferred Taxes, Tax Rate Adjustment, Tax Reform, Value Relevance.
1
1. Pendahuluan
Relevansi nilai pajak tangguhan telah menjadi perdebatan yang cukup panjang
dimana penelitian sebelumnya yang dilakukan saat terjadi perubahan undang-undang
perpajakan berkesimpulan bahwa informasi pajak tangguhan memiliki relevansi nilai (Ayers,
1998; Amir et al, 1997; Chandra dan Ro, 1997).Sebaliknya penelitian yang lebih muda
berkesimpulan bahwa informasi pajak tangguhan tidak memiliki relevansi nilai (Chang et al,
2009; Chludek, 2011).Hal ini dapat dikarenakan investor telah memiliki pandangan kedepan
yang lebih baik semenjak tahun 1990an (Lev dan Nissim, 2004). Kesimpulan mengenai
penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Informasi dapat dikatakan memiliki relevansi nilai jika dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan.Penelitian ini memiliki
karakteristik yang tidak dimiliki oleh penelitian sebelumnya karena menggunakan waktu
observasi saat terjadinya perubahan tarif pajak, dan dilakukan saat investor telah memiliki
pandangan kedepan.Sehingga penelitian ini dapat menjebatani perdebatan mengenai relevansi
nilai pajak tangguhan tersebut.
Penelitian ini menggunakan model yang serupa dengan penelitian yang dilakukan
Chludek (2011) dengan beberapa tambahan model penelitian lainnya.Dengan menggunakan
berbagai bentuk aset dan liabilitas pajak tangguhan, penelitian ini dapat memberikan
gambaran yang lebih spesifik mengenai relevansi nilai informasi pajak tangguhan beserta
hubungannya dengan variabel dependen.Penelitian ini merupakan penelitian yang baru
mengenai relevansi nilai pajak tangguhan.
2. Tinjauan Literatur dan Hipotesis Penelitian
2.1 Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan
2
Relevansi nilai aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat dipengaruhi kejadian-
kejadian pada dunia perpajakan.Ayers (1998) membuktikan bahwa aset dan liabilitas pajak
tangguhan memiliki relevansi nilai pada saat terjadi perubahan tarif pajak.Sedangkan
penelitian yang dilakukan tidak saat terjadi perubahan tarif pajak (Chludek, 2011; Chang et
al, 2009) menemukan bahwa keduanya tidak memiliki relevansi nilai.
Di Indonesia, aset pajak tangguhan lebih banyak dibentuk oleh perbedaan perhitungan
depresiasi, sedangkan liabilitas pajak tangguhan terbentuk dari pembentukan dana pensiun.
Penilaian depresiasi yang dilakukan perusahaan sering kali terlalu rendah sehingga memiliki
waktu yang lebih panjang. Pencairan dana cadangan juga tidak memiliki waktu yang pasti
dimasa depan. Hal tersebut dapat menyebabkan relevansi nilai aset dan liabilitas pajak
tangguhan di Indonesia menjadi rendah.Untuk memudahkan intepretasi hasil, hipotesis
pertama penelitian ini dibuat berhubungan positif terhadap variabel dependen.
H1A: Aset pajak tangguhan memiliki relevansi nilai positif.
H1B: Liabilitas pajak tangguhan memiliki relevansi nilai negatif.
2.1 Neto Pajak Tangguhan
Dalam melihat relevansi nilai pajak tangguhan secara keseluruhan, penggunaan aset
dan liabilitas pajak tangguhan sebagai variabel independen kurang tepat.Hal ini dikarenakan
PSAK 46 mewajibkan perusahaan untuk menggunakan nilai neto pajak tangguhan pada
neraca, sehingga terdapat perbedaan relevansi nilai antara perusahaan yang memiliki anak
dengan perusahaan yang tidak memiliki anak.
Penelitan-penelitian sebelumnya memiliki kesimpulan berbeda karena waktu
penelitiannya. Amir et al, 1997; Chandra dan Ro, 1997; Ayers, 1998 berkesimpulan positif,
sedangkan Lev dan Nissim, 2004; dan Chludek, 2011 berkesimpulan negatif. Nilai neto pajak
tangguhan yang positif akan mengurangi beban pajak atau meningkatkan laba bersih
perusahaan dimasa depan. Investor jangka panjang akan melihat informasi neto pajak
3
tangguhan sebelum berinvestasi. Nilai pajak tangguhan yang positif disebabkan oleh nilai
aset pajak tangguhan yang lebih besar dibandingkan liabilitas pajak tangguhan. Aset pajak
tangguhan akan meningkatkan manfaat pajak tangguhan, sedangkan liabilitas pajak
tangguhan akan meningkatkan beban pajak tangguhan.
H2: Informasi mengenai pajak tangguhan secara keseluruhan memiliki relevansi nilai positif.
2.2 Neto Pajak Tangguhan dalam Distribusi Kuintil
Chludek (2011) mengemukakan bahwa hanya nilai neto pajak tangguhan yang sangat
besar yang memiliki relevansi nilai. Hal ini dikarenakan nilai neto pajak tangguhan yang
sangat besar memberikan garansi bahwa kedepannya perusahaan akan memiliki beban pajak
yang lebih rendah. Semakin besar nilai neto pajak tangguhan atau berada pada distribusi
kuintil keempat atau kelimaakan berhubungan positif. Untuk menguji pengaruh besaran
tersebut, hipotesis ketiga menggunakan nilai neto pajak tangguhan yang didistribusikan
dalam kuintil. Sehingga hipotesis ketiga bertujuan untuk melihat apakah besaran pajak
tangguhan akan memiliki tingkat relevansi nilai yang berbeda.
H3: Besaran pajak tangguhan memiliki tingkat relevansi nilai positif.
2.3 Nilai Neto Positif Pajak Tangguhan
Hipotesis keempat diajukan untuk melihat relevansi nilai informasi pajak tangguhan
yang lebih superior.Superioritas yang dimaksud adalah apabila nilai aset (liabilitas) pajak
tangguhan lebih besar dibandingkan liabilitas (aset) pajak tangguhan. Hal ini dapat
memberikan bukti yang lebih spesifik yaitu tidak hanya mengenai perhatian investor terhadap
aset atau liabilitas pajak tangguhan, melainkan konsekuensi yang akan muncul dari aset atau
liabilitas pajak tangguhan yang tidak selalu dipertimbangkan investor.
H4A: Aset pajak tangguhan yang lebih besar dibandingkan liabilitas pajak tangguhan akan
memiliki relevansi nilai positif.
4
H4B: Liabilitas pajak tangguhan yang lebih besar dibandingkan aset pajak tangguhan akan
memiliki relevansi nilai negatif.
2.4Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan Saat Perubahan Tarif
Hipotesis kelima serupa dengan hipotesis pertama, hanya saja hipotesis tersebut
menggunakan observasi yang terbagi-bagi setiap tahunnya.Hal ini dapat menunjukan apakah
relevansi nilai aset dan liabilitas pajak tangguhan hanya relevan pada saat perubahan undang-
undang perpajakan yang signifikan.
Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan Ayers (1998) dan Chludek (2011)
memberikan dugaan bahwa ada pengaruh diluar laporan keuangan yang mempengaruhi
relevansi nilai pajak tangguhan.Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perubahan yang
signifikan atas undang-undang perpajakan yang memaksa investor untuk menilai kembali
investasinya.Penelitian ini berada pada saat pengesahan undang-undang perpajakan tahun
2008, dan implementasi perubahan tarif tersebut (28% pada tahun 2009, dan 25% pada tahun
2010). Perusahaan diwajibkan menghitung pajak dengan tarif yang telah disahkan meskipun
belum diberlakukan, sehingga pada tahun 2008 investor akan tertarik untuk menilai kembali
investasinya. Hal tersebut akan membuat relevansi pajak tangguhan pada tahun 2008 lebih
baik daripada tahun sesudahnya.
H5: Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan akan memiliki relevansi nilai yang
lebih tinggi ketika terjadi perubahan undang-undang perpajakan.
2.5 Manfaat dan Beban Penyesuaian Pajak Tangguhan
Penurunan tarif PPh badan dapat berpengaruh padaseluruh aktivitas perusahaan tidak
terbatas pada aktivitas yang mempengaruhi pajak tangguhan.Perubahan tarif pajak tersebut
membuat perusahaan melakukan penyesuaian atas pajak tangguhan yang diakumulasi dalam
akun penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif pada catatan atas laporan
5
keuangan.Hal ini akanmembuat investor menilai kembali investasinya sehingga informasi
penyesuaian pajak tangguhan akan memiliki relevansi nilai.
Penyesuaian pajak tangguhan terbagi menjadi dua yaitu manfaat pajak tangguhan
akibat perubahan tarif dan beban pajak tangguhan akibat perubahan tarif.Secara matematis
manfaat tersebut akanmembuat beban pajak menjadi lebih kecil sehingga akan berhubungan
positif dengan nilai perusahaan. Namun, bukan tidak mungkin investor lebih menginginkan
beban pajak tangguhan dibandingkan manfaat pajak tangguhan.Hal ini dikarenakan manfaat
pajak tangguhan memiliki nilai sekarang yang sangat rendah karena ketidakpastian
reaslisasinya. Investor tersebut menginginkan nilai beban pajak yang tidak terlalu jauh
berbeda dengan nilai pajak kini sehingga beban penyesuaian pajak tangguhan
akanberhubungan positif dengan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Ayers (1998), dan Chen dan Schoderbek (2000)
berkesimpulan bahwa informasi penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif
memiliki relevansi nilai.Hal ini disebabkan dampaknya yang lebih luas dibandingkan
dampaknya pada pajak tangguhan membuat penyesuaian pajak tangguhan tersebut menjadi
relevan (Ayers, 1998).Penelitian sebelumnya tidak membagi penyesuaian pajak tangguhan
menjadi beban dan manfaat.Untuk memudahkan intepretasi hasil, hipotesis keenam penelitian
ini dibuat berhubungan positif terhadap variabel dependen.
H6A: Manfaat penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif meningkatkanrelevansi.
H6B: Beban penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif menurunkan relevansi.
3. Metode Penelitian
3.1 Pemilihan Sampel
Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada BEI saat
perubahan tarif pajak (2008-2010) dengan pengecualian-pengecualian tertentu seperti tidak
6
dimasukannya perusahaan yang mengalami kerugian dalam lima tahun terakhir dan memiliki
net operating assets yang negatif (Tabel3.2). Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh langsung dalam laporan keuangan dan Thomson Reuter's
Worldscope(Tabel 3.1.).
7
3.2 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan merupakan ekstensi dari Fetham & Ohlson's Price
Model (selanjutnya disingkat F&O). Penelitian ini menggunakan enam model penelitian yang
konsisten dengan F&O. Berikut adalah perluasan model Ohlon menjadi model penelitian.
P = BV + AOE
dimana, BV = NOAo + NFA + edanNOAo = NOA + netDT + e
sehinggaP = NOA + DTA− DTL + NFA + AOE + e
Model penelitan pertama bertujuan untuk melihat apakah aset pajak tangguhan dan
liabilitas pajak tangguhan memiliki relevansi nilai.Aset pajak tangguhan menggambarkan
pembayaran yang lebih kecil dimasa mendatang, sedangkan liabilitas pajak tangguhan
sebaliknya. Meskipun aset pajak tangguhan akan menguntungkan investor dimasa yang akan
datang, namun tidak seluruh investor menanggapinya karena tingkat realisasi yang rendah.
Model Penelitian Pertama
Pit = β0 + β1NOAit + β2NFAit + β3AOEit + β4DTAit + β5DTLit + eit
Penggunaan variabel independen neto pajak tangguhan lebih dapat menggambarkan
relevansi nilai informasi pajak tangguha secara keseluruhan karena tidak seluruh perusahaan
memiliki anak perusahaan.Sehingga model penelitian kedua dapat melihat secara keseluruhan
relevansi nilai informasi pajak tangguhan.
Model Penelitian Kedua
Pit = β0 + β1NOAit + β2NFAit + β3AOEit + β4netDTit + eit
Tabel 2 Definisi Variabel
P harga saham pada saat perusahaan i mempublikasikan laporan keuangan
dalam pangkalan dataBEI.
NFA net financial assets dari perusahaan i pada tahun fiskal yang berakhir pada t
= kas, setara kas, dan investasi jangka pendekit (item 02001) - total utang
dan saham preferenit (item 03255).
NOA net operating assets before deferred tax dari perusahaan i pada tahun fiskal
yang berakhir pada t. nilai buku ekuitas pemegang sahamit (item 03501)-
8
net financial assetsit - aset pajak tangguhanit + liabilitas pajak tangguhanit.
AOE abnormal operating earnings dari perusahaan i pada tahun fiskal yang
berakhir pada t =EBTit(item 01401) - rata-rata required return IHSG sejak
tahun 1990 * (nilai buku ekuitas pemegang sahamit-1(item 03501) - net
financial assetsit-1. Required return IHSG 2008 = 15%, 2009 = 19%, 2010 =
20%.
DTA aset pajak tangguhan dari perusahaan i pada tahun fiskal yang berakhir pada
t.
DTL liabilitas pajak tangguhan dari perusahaan i pada tahun fiskal yang berakhir
pada t.
netDT neto pajak tangguhan dari perusahaan i pada tahun fiskal yang berakhir
pada t.
netDTA neto positif aset pajak tangguhan dari perusahaan i pada tahun fiskal yang
berakhir pada t. (jika DTL>DTA maka netDTA = 0)
netDTL neto positif liabilitas pajak tangguhandari perusahaan i pada tahun fiskal
yang berakhir pada t. (jika DTA>DTL maka netDTL = 0)
netDT1-5 nilainetDT dalam kuintil pertama (0 - 20 persen), ….., nilai netDT dalam
kuintil kelima (80 - 100 persen) dari distribusi netDT.
netDTo net deferred tax before tax rate adjustment dari perusahaan i pada tahun
fiskal yang berakhir pada t =neto pajak tangguhanit - manfaat pajak
tangguhan akibat dampak perubahan tarif pajakit.
MADJ manfaat pajak tangguhan akibat dampak penyesuaian atas perubahan tarif
pajak dari sampel i pada tahun fiskal yang berakhir pada t.
BADJ beban pajak tangguhan akibat dampak penyesuaian atas perubahan tarif
pajak dari sampel i pada tahun fiskal yang berakhir pada t.
y dummy tahun dari sampel i pada tahun fiskal yang berakhir pada t. Pada
penelitian tahun 2008, nilai y tahun 2008 adalah 1, tahun 2009 adalah 0,
dan tahun 2010 adalah 0. dst.
Seluruh variabel diatas dinyatakan dalam perlembar saham, dibagi dengan jumlah saham
beredar pada akhir tahun fiskal.
Data diatas diambil dari Thompson Reuters' Worldscope.
Relevansi nilai pajak tangguhan bisa disebabkan oleh besaran nilai tersebut.Semakin
besar nilai neto pajak tangguhan maka nilai aset pajak tangguhan perusahaan selalu
meningkat dari waktu ke waktu.Peningkatan yang konsisten tersebut bisa mengakibatkan
informasi pajak tangguhan memiliki relevansi nilai karena memiliki tingkat kepastian yang
lebih besar.Model penelitian ketiga bertujuan untuk melihat apakah relevansi informasi pajak
tangguhan tersebut berbeda setiap besarannya. Model penelitian ketiga membagi nilai neto
pajak tangguhan kedalam lima bagian atau distribusi kuintil.
9
Model Penelitian Ketiga
Pit = β0 + β1NOAit + β2NFAit + β3AOEit + β4netDT1it
+ β5netDT2it + β6netDT3it + β7netDT4it + β8netDT5it + eit
Model penelitian keempat digunakan untuk menjawab hipotesis keempat mengenai
apakah sampel yang memiliki nilai DTA (DTL) yang lebih superior dibandingkan dengan
DTL (DTA) akan memiliki relevansi nilai dibandingkan sebaliknya. Model penelitian
keempat membagi dua variabel netDT menjadi nilai neto positif aset (liabilitas) pajak.
Model Penelitian Keempat
Pit = β0 + β1NOAit + β2NFAit + β3AOEit + β4netDTAit + β5netDTLit + eit
Informasi pajak tangguhan akanmemiliki relevansi nilai pada saat perubahan undang-
undang perpajakan yang signifikan (Ayers, 1998; Amir et al, 1997; Givoly dan Hayn, 1992).
Penelitian ini menggunakan waktu (tiga tahun) terjadinya perubahan undang-undang
perpajakan yang signifikan.Model penelitian kelima digunakan untuk melihat apakah
informasi mengenai pajak tangguhan kehilangan relevansinya seiring menjauhnya dari tahun
terjadinya perubahan undang-undang pajak yang signifikan.Nilai pajak tangguhan pada tahun
tertentu tidak dipengaruhi oleh nilai pajak tangguhan tahun sebelumnya, dengan demikian
perubahan model data panel menjadi cross section data untuk tujuan spesifik dapat
memberikan hasil yang sesuai.
Model penelitian kelima serupa dengan model penelitian pertama yaitu mengubahnya
menjadi cross section dengan menggunakan variabel moderasi dummy tahun.Model kelima
bertujuan untuk melihat apakah relevansi nilai DTA dan DTL secara terpisah semakin tidak
relevan seiring semakin jauhnya dari tahun terjadinya perubahan tarif pajak.
Model Penelitian Kelima
Pit = β0 + β1NOAit + β2NFAit + β3AOEit + β4y ∗ DTAit + β5y ∗ DTLit + eit
10
Selanjutnya, model penelitian keenam menggunakan dua variabel independen yaitu
manfaat dan beban penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif.Manfaat (beban)
pajak tangguhan akibat dampak penyesuaian atas perubahan tarif pajak diakibatkan oleh
peningkatan nilai aset (liabilitas) pajak tangguhan atau penurunan liabilitas (aset) pajak
tangguhan. Dengan demikian, peneliti mengoffset nilai aset dan liabilitas pajak tangguhan
yang kemudian dikurangkan dengan nilai penyesuaian perubahan tarif pajak yang akan
menghasilkan nilai pajak tangguhan sebelum penyesuaian perubahan tarif pajak. Nilai
tersebut kemudian digunakan sebagai variabel pengendali tambahan dalam menguji relevansi
nilai manfaat dan beban penyesuaian pajak tangguhan akibat perubahan tarif agar tetap
konsisten dengan F&O. Berikut adalah perluasan model Ohlon menjadi model penelitian.
P = NOA + netDTo + ADJ + NFA + AOE
dimana, netDTo = netDT − ADJ
dan,ADJ = MADJ + BADJ
Model Penelitian Keenam
Pi = β0 + β1NOAi + β2NFAi + β3AOEi + β4netDToi + β5MADJi + β6BADJi + ei
4. Hasil Penelitian
4.1 Pengujian Hipotesis Utama
Tabel 4.1 menggambarkan statistik deskriptif dari sampel yang digunakan sebagai
penelitian ini. Variabel P memiliki nilai tengah sebesar 390 atau lebih mendekati nilai
minimum yang menggambarkan bahwa kepercayaan investor terhadap perusahaan pada BEI
masih berada pada perusahaan-perusahaan tertentu. Hal ini menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya.Tabel koefisien
korelasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
11
Dibandingkan dengan NOA, nilai median NFA jauh lebih rendah atau memiliki nilai
negatif yang menggambarkan bahwa nilai buku perusahaan banyak dibentuk dari kegiatan
operasional.Perusahaan telah berhasil menggunakan modalnya untuk menghasilkan
pendapatan dari operasional.Nilai AOE memiliki rata-rata negatif sebesar 28,20atau sekitar
1% dari rata-rata harga saham menggambarkan penilaian buruk investor kepada perusahaan
secara rata-rata.Hal ini mungkin disebabkan oleh trauma krisis yang belum dapat
mengembalikan sentimen pasar.
Nilai median DTA adalah 2,91 sedangkan nilai median DTL adalah 0,00. Hal ini
menunjukan bahwa lebih banyak perusahaan yang memiliki nilai DTA pada neraca
dibandingkan dengan nilai DTL.Nilai rata-rata DTA yang lebih besar dari pada DTL
menggambarkan bahwa secara keseluruhan nilai DTA yang dimiliki perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan nilai DTL.
Pada Tabel 4.3, terlihat bahwa aset pajak tangguhan (DTA) dan liabilitas pajak
tangguhan (DTL) tidak signifikan mempengaruhi nilai perusahaan (yang diproksi oleh harga
saham / P). Penelitian ini berada pada tahun terjadinya perubahan undang-undang perpajakan
dan perubahan tarif pajak yang seharusnya membuat investor akan memperhatikan informasi
perpajakan. Hal ini berkebalikan dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Ayers (1998)
bahwa seluruh informasi pajak tangguhan akan memiliki relevansi nilai saat terjadinya
perubahan undang-undang perpajakan yang signifikan.
Hasil pengujian DTA dan DTL ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan
Chang et al (2009), dan Chludek (2011). Namun penelitian mereka tidak berada pada saat
terjadinya perubahan undang-undang perpajakan yang signifikan. Menurut Lev dan Nissim
(2004) semenjak tahun 1990 investor semakin memiliki pandangan kedepan mengenai
informasi pajak tangguhan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan memiliki nilai sekarang yang
12
mendekati nol (Chludek, 2011), sehingga pajak tangguhan akan tidak memiliki relevansi
nilai bagi investor.
Perubahan undang-undang perpajakan yang signifikan tidak membuat investor
menilai kembali investasinya karena mengetahui bahwa pajak tangguhan memiliki tingkat
ketidakpastian yang cukup tinggi. Hal ini memberikan gambaran bahwa penelitian serupa
kedepannya akan memberikan hasil yang sama kecuali terjadi perubahan-perubahan lainnya
yang membuat investor dapat mengetahui nilai sekarang dari pajak tangguhan dengan pasti.
Selanjutnya penelitian ini ingin melihat lebih jauh mengenai relevansi nilai dari
informasi mengenai pajak tangguhan dengan mengubah bentuk DTA dan DTL kebentuk
lainnya. Bentuk lain dari DTA dan DTL yang digunakan adalah adalah netDT, netDT1-5, dan
netDTA & netDTL. Bentuk-bentuk tersebut kemudian diolah dengan menggunakan model
yang sama agar seluruh penelitian ini tetap konsisten.
Pada Tabel 4.3, terlihat bahwa netDT tidak memiliki relevansi nilai. Namun, variabel
netDT lebih signifikan daripada variabel DTA dan DTL karena memiliki z-value yang lebih
besar. Hal ini memberikan gambaran bahwa nilai pajak tangguhan akan relevan pada kondisi
tertentu, sehingga penggunaan bentuk lain dari DTA dan DTL akan memberikan kesimpulan
yang lebih spesifik. Seperti kesimpulan model pertama, netDT tidak memiliki relevansi nilai
karena investor telah memiliki pandangan kedepan mengenai informasi pajak tangguhan. Hal
ini dibuktikan dengan penelitian yang menggunakan tahun observasi mendekati tahun 1990
(Chandra dan Ro, 1997; Amir et al, 1997; Ayers, 1998) memiliki hasil yang positif
dibandingkan penelitian pada tahun 2000an (Chludek, 2011). Amir et al (1997)
berkesimpulan bahwa relevansi nilai netDT bergantung kepada kapan nilai tersebut
terealisasi. Sehingga, penelitian serupa kedepannya juga memiliki kemungkinan besar untuk
memiliki kesimpulan yang sama kecuali terjadi suatu hal yang mengakibatkantingkat
kepastian pemulihan atau penyelesaian pajak tangguhan menjadi lebih tinggi.
13
Perusahaan yang memiliki nilai pajak tangguhan yang sangat kecil (netDT1 dan
netDT2) lebih relevan dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai pajak tangguhan
yang lebih besar (netDT3-5). Hal ini berkebalikan dengan penelitian yang dilakukan Chludek
(2011) di Jerman bahwa hanya perusahaan yang memiliki pajak tangguhan yang sangat besar
(netDT5) yang akan memiliki relevansi nilai. Dengan demikian, kesimpulan model keempat
adalah semakin kecil besaran nilai pajak tangguhan maka semakin memiliki relevansi.
Nilai yang kecil (negatif) dari neto pajak tangguhan yang memiliki relevansi nilai
dapat memberikan gambaran bahwa investor memiliki kekhawatiran akan nilai DTL yang
lebih besar daripada DTA. Hal ini dibuktikan dengan nilai netDT2 yang juga signifikan. Nilai
netDT2 adalah nilai netDT yang negatif atau memiliki nilai DTL yang sedikit lebih besar
daripada DTA. Sehingga nilai DTL yang akan sedikit lebih besar dari pada nilai DTA akan
menyebabkan investor bereaksi.
Hasil pengolahan data pada model keempat memberikan gambaran bahwa informasi
mengenai pajak tangguhan hanya akan memiliki relevansi nilai apabila nilai liabilitas pajak
tangguhan (DTL) lebih besar atau lebih superior dibandingkan aset pajak tangguhan (DTA).
Investor lebih memperhatikan informasi pajak tangguhan apabila memiliki potensi merugikan
atau memiliki nilai DTL yang besar, selanjutnya investor akan menggunakan informasi pajak
tangguhan apabila hal tersebut telah dipastikan akan merugikan investasinya atau memiliki
nilai DTA yang kecil. Dengan demikian, investor memandang liabilitas pajak tangguhan
sama seperti investor memandang liabilitas lainnya (Givoly dan Hayn, 1992).
Model kelima digunakan untuk melihat relevansi nilai DTA dan DTL setiap tahunnya
selama terjadinya perubahan tarif pajak. Hasil regresi pada Tabel 4.4. membuktikan bahwa
variabel DTA dan DTL signifikan secara tidak konsisten setiap tahunnya. Pada tahun 2008
hanya variabel DTL yang signifikan, sedangkan pada tahun 2009 variabel DTA dan DTL
sama-sama signifikan, dan pada tahun 2010 variabel keduanya tidak signifikan. Pada tahun
14
2008 terdapat79 perusahaan tidak menginformasikan bahwa perubahan undang-undang
perpajakan telah disahkan (Gambar 1). Akibatnya peningkatan relevansi tersebut baru terjadi
pada tahun 2009, tahun dimana undang-undang yang baru mulai implementasikan. Pada
tahun 2010 investor yang telah memiliki pandangan kedepan atas informasi pajak tangguhan
telah memperhitungkan dampak perubahan tarif tersebut sehingga tidak lagi memiliki
relevansi nilai.
Gambar 1 Perusahaan dan Pengungkapan Informasi Perpajakan tahun 2008
Model keenam tidak memiliki hubungan dengan model-model sebelumnya. Model ini
bertujuan untuk melihat apakah informasi manfaat dan beban penyesuaian pajak tangguhan
akibat perubahan tarif pajak (MADJ dan BADJ) memiliki relevansi nilai. Pada Tabel 4,
MADJ tidak memiliki hubungan yang signifikan (berhubungan negatif) sedangkan BADJ
memiliki hubungan yang signifikan namun berhubungan positif. Secara matematis MADJ
memberikan dampak positif bagi investor karena merupakan pengurang beban pajak,
sedangkan BADJ memberikan dampak sebaliknya. Hasil penelitian model keenam
memberikan bukti bahwa investor tidak menyukai pajak tangguhan yang besar pada laporan
laba rugi karena memiliki tingkat realisasi yang rendah. BADJ merupakan pengurang akun
manfaat pajak tangguhan pada laporan keuangan. Investor ingin selisih antara pajak kini dan
beban pajak tidak jauh berbeda sehingga BADJ memiliki hubungan positif dengan signifikan.
308
772
Jumlah perusahaan
Perubahan undang-
undang perpajakan
Catatan atas perpajakan
15
4.2 Analisis Sensitivitas
Penelitian ini menggunakan dua analisis sensitivitas yaitu dengan hanya
menggunakan sampel seimbang seperti yang dilakukan Chludek (2011), dan memasukan
kembali sampel yang mengalami kerugian. Penggunaan sampel seimbang memiliki
kesimpulan yang tidak jauh berbeda dengan pengujian hipotesis utama.
Nilai DTA menjadi lebih besar ketika pengujian memasukan kembali sampel yang
mengalami kerugian.Hal ini membuat seluruh nilai DTA menjadi memiliki relevansi nilai
dan berhubungan positif.Pengecualian sampel yang merugi dapat mempengaruhi hasil
penelitian ini.
5.Simpulan, Implikasi dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pada umumnya investor tidak menjadikan informasi pajak tangguhan sebagai bahan
pengambilan keputusan meskipun terjadi perubahan undang-undang perpajakan yang
signifikan. Investor hanya akan menggunakan informasi pajak tangguhan jika berpotensi
merugikan investasinya. Hasil penelitian ini berkebalikan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada saat perubahan undang-undang perpajakan (Amir et al, 1997; Chandra dan
Ro, 1997; Ayers, 1998), dan juga berkebalikan dengan penelitian yang terbaru (Chang et al,
2009; dan Chludek, 2011). Penelitian ini memberikan gambaran baru atas relevansi nilai
pajak tangguhan bahwa pada saat terjadi perubahan tarif pajak yang signifikan, dan investor
yang telah memiliki pandangan kedepan mengenai informasi pajak tangguhan maka investor
akan lebih memperhatikan hal-hal yang dapat merugikan investasinya dimasa yang akan
datang. Nilai signifikansi netDT1 dan netDT2 (α=1%) yang lebih besar dibandingkan
16
netDTL (α=5%) menunjukan bahwa sedikit saja nilai neto pajak tangguhan negatif, investor
akan bereaksi.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan terlihat lebih memiliki relevansi nilai bila dilihat
setiap tahunnya dibandingkan dilihat secara keseluruhan selama perubahan tarif pajak. Pada
tahun 2009, relevansi nilai pajak tangguhan berada pada titik maksimal karena berhubungan
dengan variabel dependen dengan sangat signifikan (α=1%). Sewajarnya pada tahun 2008
informasi pajak tangguhan memiliki relevansi tertinggi karena pada tahun tersebut
perusahaan telah melakukan perhitungan dampak perubahan tarif pajak. Keterlambatan
tersebut diakibatkan sedikit perusahaan yang menginformasikan perubahan undang-undang
perpajakan dan dampaknya pada catatan atas laporan keuangan. Pada tahun 2010 investor
yang telah memiliki pandangan kedepan atas informasi pajak tangguhan telah
memperhitungkan dampak perubahan tarif sehingga tidak lagi memiliki relevansi nilai.
Secara matematis, manfaat (beban) pajak tangguhan merupakan pengurang beban
pajak sehingga meningkatkan (menurunkan) laba bersih. Pada penelitian ini, manfaat pajak
tangguhan tidak memiliki relevansi nilai karena investor tidak mengharapkan nilai
penyesuaian tersebut terealisasi. Hal ini disebabkan nilai manfaat pajak tangguhan yang
sangat kecil untuk dijadikan pertimbangan, dan waktu pemulihan yang panjang. Beban
penyesuaian pajak tangguhan memiliki relevansi nilai, namun memiliki hubungan positif. Hal
ini membuktikan bahwa investor tidak menyukai pajak tangguhan yang besar pada laporan
laba rugi karena memiliki tidak memiliki tingkat kepastian yang cukup besar. Penelitian ini
juga membuktikan bahwa investor menginginkan nilai beban pajak tidak jauh berbeda
dengan nilai pajak kini.
5.2 Keterbatasan dan Implikasi
Kesimpulan mengenai relevansi nilai aset dan liabilitas pajak tangguhan akan lebih
bervariasi jika dibagi menjadi menurut aktivitas perusahaan seperti depresiasi, dana pensiun,
17
kompensasi kerugian, dll. Hal ini dapat memberikan hasil yang lebih baik karena setiap
aktivitas tersebut memiliki tingkat realisasi dan jangka waktu yang berbeda-beda.Selain itu
perubahan tarif pajak tidak hanya berdampak pada pajak tangguhan melainkan aktifitas
perusahaan.Salah satu contohnya adalah ketika tarif pajak diturunkan ada kemungkinan
perushaan lebih ingin memberikan insentif berupa jaminan pensiun kepada jajaran eksekutif
dibandingkan kenikmatan karena tarif PPh badan yang lebih rendah dibandingkan tarif
pribadi.
Penelitian kedepannya sebaiknya memodifikasi NFA (Net Financing Activity) dan
AOE (abnormal operating earnings) menjadi berbeda pada setiap industri agar dapat
mengkontrol perbedaan sistematik dalam cost of capital dan abnormal earnings yang sangat
bergantung pada preferensi dan sifat investor.
Model kelima pada penelitian ini hanya menggunakan waktu saat terjadi perubahan
tarif pajak. Hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik jika membandingkan tiga waktu yang
berbeda yaitu sebelum, saat, dan sesudah perubahan tarif pajak seperti penelitian yang
dilakukan Lev dan Nissim (2004) dengan model cross section dengan rentang waktu yang
cukup panjang. Dengan membandingkan ketiganya akan memberikan gambaran akurat
mengenai pengaruh perubahan undang-undang perpajakan terhadap relevansi nilai pajak
tangguhan. Apakah investor akan lebih mempertimbangkan informasi pajak tangguhan saat
terjadi perubahan undang-undang perpajakan yang signifikan.
Pengukuran relevansi nilai sebaiknya juga menggunakan model yang berbeda selain
menggunakan F&O model, sehingga dapat dibandingkan apakah relevansi nilai pajak
tangguhan tersebut bergantung pada model penelitian yang digunakan.
18
Daftar Referensi
Amir, E., M. Kirschenheiter, dan K. Willard. 1997. The Valuation of Deferred Taxes.
Contemporary Accounting Research 14 (4): 579-622.
Ayers, B. C. 1998.Deferred Tax Accounting under SFAS No. 109: An Empirical
Investigation of Its Incremental Value-Relevance Relative to APB No. 11. The
Accounting Review 73 (2): 195-212.
Chandra, U., dan B. T. Ro. 1997. The Association between Deferred Taxes and Common
Stock Risk.Journal of Accounting and Public Policy 16: 311-333.
Chang, C., K. Herbohn, dan I. Tuttici. 2009. Market's perception of deferred tax accruals.
Accounting and Finance 49 (4): 645-673. dalamChludek, A. K. 2011. Perceived
versus Actual Cash Flow Implication of Deffered Taxes - An Analysis of Value
Relevance and Reversal under IFRS.Journal of International Accounting Research 10
(1): 1-25.
Chen, K. C. W., dan M. P. Schoderbek. 2000. The 1993 Tax Rate Increase and Deferred Tax
Adjustments: A Test of Functional Fixation. Journal of Accounting Research 38 (1):
23-44.
Chludek, A. K. 2011. Perceived versus Actual Cash Flow Implication of Deffered Taxes - An
Analysis of Value Relevance and Reversal under IFRS.Journal of International
Accounting Research 10 (1): 1-25.
Givoly, D., dan C. Hayn. 1992. The Valuation of the Deferred Tax Liability: Evidence from
the Stock Market. The Accounting Review 67 (2): 394-410.
Guenther, D. A., dan R. C. Sansing. 2000. Valuation of the Firm in the Presence of
Temporary Book-Tax Differences: The Role of Deferred Tax Assets and Liabilities.
The Accounting Review 75 (1): 1-12.
Lev, B., dan D. Nissim. 2004. Taxable Income, Future Earnings, and Equity Values. The
Accounting Review79 (4): 1039–1074.
19
Lampiran
Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya
Informasi pajak tangguhan memiliki relevansi nilai
Hubungan
Variabel digunakan
Penelitian
Positif
Negatif
Dependen
Independen
Chang et al (2009)
✔
P DTA & DTL
Chen dan Schoderbek
(2000)*
✔
CAR ADJ
Lev dan Nissim (2004)*
✔
Earning
growth
netDT
Amir et al (1997)*
✔
P netDT depre.,
netDT loss., dll
(komponen def.
tax)
Chandra dan Ro (1997)*
✔
Beta netDT
Givoly and Hayn (1992)*
✔
CAR DTL
Guenther dan Sansing
(2000)
✔
Model analitis
Ayers (1998)*
✔
P netDT, DTA &
DTL, ADJ
Chludek (2011)
✔
P DTA & DTL,
netDT, netDT1-5,
netDTA &
netDTL,
DTA_aset lancar,
dll (def. tax dari
akun neraca)
Penelitian yang diberi bintang adalah penelitian yang dilakukan pada periode sekitar
perubahan undang-undang perpajakan.
20
Tabel 3.1.Sumber Data
Datastream
Saham beredar
hand-collected
Kas, setara kas, dan investasi jangka pendek
WC02001
Total utang dan saham preferen
WC03255
Nilai buku ekuitas pemegang saham
WC03501
EBIT
WC18191
Beban pajak penghasilan
WC01451
EBT
WC01401
DTA
hand-collected
DTL
hand-collected
Harga saham
hand-collected
Tax rate adjustment
hand-collected
Tabel 3.2 Seleksi Sampel
2008
2009
2010
Tercatat di BEI tahun
396
398
419
Pengecualian :
LK tidak berakhir pada 31 Desember
3
3
1
Industri jasa keuangan (JASICA 81-89)
67
69
70
LK tidak tersedia di BEI
18
8
6
Data keuangan yang tidak lengkap
87
24
20
Rugi selama lima tahun terakhir
12
14
7
NOA negative
5
8
10
Total (H1)
204
272
305
Sampel yang digunakan pada H1 tahun
2008
204
Pengecualian :
Tidak menyertakan penyesuaian perubahan
tarif pajak pada tahun 2008
50
Total (H2)
154
21
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Mean
Std.
Dev Median
Max.
Min.
Obs.
P
2.451,59
7.708,9
0 390,00
66.912,00
43,00
781
NOA
1.642,55
3.460,0
4 462,33
19.890,66
3,69
781
NFA
-462,99
2.184,2
6 -71,00
11.904,71
-
15.827,07 781
AOE
-28,20
795,36
-16,83
6.049,13
-6.257,48
781
DTA
26,49
86,54
2,91
1.087,84
0,00
781
DTL
20,89
59,33
0,00
359,94
0,00
781
netDT
5,60
100,20
1,21
1.087,84
-359,94
781
netDT1
-16,00
51,49
0,00
0,00
-359,94
781
netDT2
-0,20
0,85
0,00
0,40
-7,71
781
netDT3
0,31
0,75
0,00
3,78
0,00
781
netDT4
1,81
3,99
0,00
20,74
0,00
781
netDT5
19,67
82,20
0,00
1.087,84
0,00
781
netDTA
21,80
81,78
1,21
1.087,84
0,00
781
netDTL
16,20
51,43
0,00
359,94
0,00
781
netDTo
-9,02
84,33
2,00
393,13
-405,05
154
ADJ
1,93
18,78
0,00
113,40
-110,53
154
P
harga saham
NFA
net financial assets
NOA
net operating assets
AOE
abnormal operating earnings
DTA
aset pajak tangguhan
DTL
liabilitas pajak tangguhan
netDT
net deferred tax
netDT1
s/d
netDT5
nilai netDT dalam kuintil pertama (0 - 20 persen) distribusi netDT, …,
nilai netDT dalam kuintil pertama (80 - 100 persen) distribusi netDT.
netDTA
net deferred tax assets (jika DTL>DTA maka netDTA = 0)
netDTL
net deferred tax liabilities (jika DTA>DTL maka netDTL = 0)
netDTo
net deferred tax before tax rate adjustment
MADJ
manfaat pajak tangguhan akibat dampak penyesuaian atas perubahan tarif
pajak
BADJ
beban pajak tangguhan akibat dampak penyesuaian atas perubahan tarif
pajak
22
Tabel 4.2. Koefisien Korelasi
Tabel 4.3. Hasil Regresi Model 1-4
23
Tabel 4.4. Hasil Regresi Model 5-6
24
Curriculum Vitae
Imam Prakoso Place of Birth Jakarta
Date of Birth 15 August 1990
Address Taman ManggisPermai T/18 Depok, Jawa Barat 16415
Status/Marital Single
Phone/Fax +6281908244410 / +622177828727
E-Mail [email protected]
Education
University of Indonesia 2008-2012
Majoring in Accounting - Financial Accounting
Graduating in 2012
SMA Negeri 3 Depok 2006-2008
Organizational Experience A Member of SPA FEUI 2008-2009 BEM FEUI DivisiPengabdianMasyarakat 2008-2009
Computer Literate & Language Ability
Language Ability Bahasa Native
English Good
Computer Literate Operating System Microsoft Windows and Mac OSX
Microsoft Office Microsoft Word, Power Point, Excel,
Access, Visio
Adobe Photoshop, Acrobat
Accounting and Statistic MYOB, Stata
Interest
I am very interested in research on accounting study, especially taxation, public sector, and capital market.