remaja penyalahguna minuman keras di kelurahan...
TRANSCRIPT
REMAJA PENYALAHGUNA MINUMAN KERAS
DI KELURAHAN SUNGAI JANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
FERDIYAN
SRI WAHYUNI
NANIK RAHMAWATI
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang
disebut dibawah ini :
Nama : FERDIYAN
NIM : 100569201072
Jurusan/ Prodi : Sosiologi
Alamat : Jl. Pemasyarakatan No. 5 Tanjungpinang
Nomor Telp : 081378703022
Email : [email protected]
Judul Naskah : REMAJA PENYALAHGUNA MINUMAN KERAS DI
KELURAHAN SUNGAI JANG
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 1 September 2016
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
SRI WAHYUNI,M.Si
NIDN. 1016047701
Dosen Pembimbing II
NANIK RAHMAWATI,M.Si
NIDN. 1013048002
2
REMAJA PENYALAHGUNA MINUMAN KERAS DI KELURAHAN SUNGAI JANG
FERDIYAN
SRI WAHYUNI
NANIK RAHMAWATI
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penyimpangan-penyimpangan telah banyak terjadi di lingkungan sekitar kita pelakunya
yakni para remaja. Para remaja sudah tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Salah satu nya adalah norma kesopanan yang mana penggunaan minuman keras itu
adalah tindakan yang tak pantas dilakukan oleh anggota masyarakat, terlebih lagi penggunaan
minuman keras tersebut dilakukan oleh anggota masyarakat yang belum dewasa yakni remaja.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling, karena peneliti
memilih subjek yang memiliki pengetahuan dan informasi tentang apa yang diteliti. Informan
dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari remaja penyalahguna minuman
keras di lingkungan Kelurahan Sungai Jang yang dapat menjawab hasil penelitian peneliti. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan konsep teori dari teori Kartini Kartono yang menyatakan
bahwa teori sosiogenis merupakan penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti struktur sosial
yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial dan internalisasi simbolis yang keliru.
Penyalahgunaan minuman keras dilakukan oleh sekelompok remaja yang ada di lingkungan
Kelurahan Sungai Jang, baik yang sudah mengenal minuman keras terlebih dahulu maupun yang
baru mengenal minuman keras ketika masuk di kelompok. Hal tersebut terjadi akibat dari
kurangnya kontrol sosial di dalam keluarga, dan di lingkungan pertemanan dalam membangun
kepribadian remaja. Tekanan ekonomi diwilayah kelurahan sungai jang turut memberikan
pengaruh yang membuat remaja tersebut ingin minum-minuman keras sebagai penghilang beban
pikiran. Alasan pendorong lainnya yaitu mereka menganggap bahwa dengan meminum minuman
keras akan membuat mereka lebih disegani.
Kata Kunci : Remaja, Minuman Keras
iii
ABSTRACT
Deviations have been happened in the neighborhood around us, the culprit was teenagers.
The teens had ignored the norms prevailing in the community. One of them is the norms of decency
where the use of liquor is the act doesn’t deserve to be done by members of the society, especially
the use of liquor was carried out by members of the society immature teenagers.
In this study, researchers used a purposive sampling techniques, because the researchers
chose a subject that has the knowledge and information about what is being investigated.
Informants in this study was five (5 ) people, consisting of the teenagers as the Alcohol abuse of
Sungai Jang area who can answer the research investigators. In this study, the researchers used
theoretical concepts from the theory of Kartini Kartono who stated that sosiogenis theory is the
cause of juvenile delinquency as a social structure deviating, pressure from the groups, the role of
social and a fallacious internalizing symbolic.
Alcohol abuse conducted by a group of the teenagers in the Sungai Jang area, which already
familiar with the alcohol or just getting to know when entered in the group. This happens due to
the lack of social control in the family and in the neighborhood friendship in building the
personality of a teenager. Economic pressures in Sungai Jang area which also gives effect to make
a teenager want to drinking as relieving the burden of thought. The other reason was they assume
that drinking the alcohol will make them get more respected.
Keywords : Teenagers, Alcohol
4
A. PENDAHULUAN
Indonesia berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 memiliki jumlah
penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa,
jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah sehingga diproyeksikan pada
tahun 2016 penduduk Indonesia berjumlah
255 juta jiwa. Sedangkan populasi penduduk
di Kepulauan Riau pada sensus terakhir
tahun 2010 adalah 1.679.163 jiwa. Hal yang
paling penting dalam komposisi demografi
Indonesia yang memiliki hubungan dengan
penulisan skripsi ini adalah penduduk usia
muda di Indonesia. Rata-rata usia penduduk
Indonesia adalah 28.2 tahun. Ini adalah
median age yang berarti separuh dari
penduduk Indonesia berusia 28.2 tahun lebih
dan separuhnya lagi dibawah 28.2 tahun.
(BPS:2010)
Masa remaja merupakan masa transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Remaja dalam gambaran yang
umum merupakan suatu periode yang
dimulai dengan perkembangan masa
pubertas dan menyelesaikan pendidikan
untuk tingkat menengah. Perubahan biologis
yang membawanya pada usia belasan
(teenagers) seringkali mempengaruhi
perilaku masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang membedakan antara
jenjang anak-anak disatu sisi dan jenjang
orang dewasa di sisi lain. Masa remaja
merupakan hasil sosial. (Ihromi, 2004:39)
Biasanya, pada masa remaja, individu
seringkali menunjukkan tingkah laku yang
sulit diatur, mudah terangsang, mudah
emosional, dan berada dalam masa storm
and stress (badai dan tekanan). Istilah ini
muncul karena pada masa remaja, biasanya
individu banyak mengalami konflik dalam
dirinya dan dalam lingkungannya. Remaja
pada hakikatnya sedang berjuang untuk
menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan
pada keadaan luar atau lingkungan yang
kurang serasi penuh kontradiksi dan labil,
maka akan mudahlah mereka jatuh kepada
kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan,
ketidakpastian dan kebimbangan. Hal seperti
ini telah menyebabkan remaja-remaja
Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan
kelakuan yang membawa bahaya terhadap
dirinya sendiri baik sekarang, maupun di
kemudian hari. (Zakiah, 1973:98)
Remaja akan berkembang menuju
kearah kemandirian. Untuk mencapai
kemandirian tersebut, remaja masih sangat
memerlukan binaan atau bimbingan agar
dapat memahami dan mengerti apa yang
harus dilakukan dalam lingkungan dan
melihat arah kehidupannya. Namun tentu
saja dalam hal perkembangan tersebut
bukanlah hal yang mudah dalam proses
perjalannya. Karena pasti nya akan ada hal-
hal yang akan menghampiri dan
menghambat perkembangan-perkembangan
tersebut.
Faktor-faktor yang dapat menghambat
seperti yang dikatakan diatas bisa bersifat
internal dan eksternal. Dalam faktor internal
biasanya berasal dari individu remaja itu
sendiri, contohnya saja mental yang lemah
dan gampang terpengaruh. Mereka yang
memiliki mental yang lemah biasanya akan
mudah terjerumus dalam lingkungan
5
pergaulan yang tidak baik. Lain halnya jika
berbicara tentang faktor eksternal. Faktor
eksternal tersebut berasal dari lingkungan.
Contohnya saja dalam hal ekonomi
(kemiskinan), pertengkaran orang tua, kasih
sayang yang kurang dari orang tua, media
massa dan elektronik, lingkungan pergaulan
baik di lingkungan rumah maupun di
sekolah. Hal-hal tersebut sangat berperan
dalam mempengaruhi tingkah laku para
remaja.
Contohnya saja seperti yang ditulis
pada Abdulsyani (2007:190-191) bahwa
dalam pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat, biasanya sekaligus tumbuh pula
berbagai nilai dan norma sosial yang baru,
dan dapat mengakibatkan bergesernya
ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu,
yang kemudian menjadi suatu kelaziman
bagi masyarakat. Ukuran kaya atau miskin
dapat dilihat melalui kemampuan atau
jumlah pemilikan nilai-nilai ekonomisnya.
Jika pemilikan terhadap nilai-nilai ekonomis
ini mengalami ketimpangan, dimana tidak
cukup dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya, maka keadaan tersebut
dapat menimbulkan masalah-masalah sosial.
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa adanya masalah
kemiskinan merupakan sebuah penyebab
timbulnya masalah-masalah sosial yang ada
pada remaja. Sementara itu, penyebab yang
dapat menghambat perkembangan remaja
adalah lingkungan keluarganya. Masa
remaja dikatakan sebagai suatu masa yang
berbahaya karena periode itu, seseorang
meninggalkan tahap kehidupan anak-anak
untuk menuju ketahap selanjutnya, yaitu
tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan
sebagai suatu krisis karena belum adanya
pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang
mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia
memerlukan bimbingan, terutama dari orang
tua (Soekanto, 2012:326).
Dewasa ini banyak sekali terjadinya
penyimpangan-penyimpangan remaja yang
sangat meresahkan masyarakat. Remaja
merupakan sebuah masa transisi dengan
sebuah perubahan-perubahan yang potensial
disertai dengan pergolakan batin. Karena itu
mereka cenderung melakukan hal-hal yang
bersifat menyimpang. Salah satu bentuk
perilaku menyimpang yang banyak
dilakukan oleh remaja saat ini yang
meresahkan lingkungan masyarakat adalah
kebiasaan meminum minuman keras atau
alkohol. Bahkan mereka terkadang tidak
merasa takut lagi mengkomsumsi minuman
keras atau alkohol tersebut didepan umum.
Minuman keras sendiri adalah
minuman yang mengandung alkohol yang
bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-
menerus dapat merugikan dan
membahayakan kesehatan baik jasmani dan
rohani, mempengaruhi cara berpikir serta
kejiwaan pengonsumsinya sehingga
berperilaku menyimpang, gampang
emosional dan mudah tersinggung. Jadi,
minuman keras bukan hanya merusak tubuh
yang mengonsumsinya, tetapi juga memicu
seseorang dengan mudahnya melakukan
tindakan kriminal.
Badan kesehatan dunia (WHO)
mencatat rata-rata setiap tahun sebanyak 2,5
6
juta penduduk dunia meninggal akibat
alkohol dan sekitar 9% dari kematian
tersebut terjadi pada remaja. Bahaya lebih
besar ketika alkohol dikonsumsi oleh remaja
lebih banyak kecanduan dan menjadi gaya
hidup. Penggunaan minuman keras telah
diatur dalam Keppres nomor 3 tahun 1997
tentang pengawasan dan pengendalian
minuman keras, salah satu pasal nya
mengatur tentang 3 (tiga) golongan
minuman keras, yakni golongan A dengan
kandungan alkohol 0-5%, golongan B 5-
20% dan golongan C 20-55%. Hanya
minuman keras golongan A yang boleh
beredar di masyarakat, walaupun begitu
minuman keras golongan A tersebut tetap
dilarang dijual di tempat umum yang dekat
dengan kawasan pemukiman seperti sekolah,
dan tempat ibadah. (www.antarakepri.com)
Di dalam Keppres tersebut tidak
memuat sanksi bagi para penjual minuman
keras yang menyalahi aturan yang telah
diatur oleh Keppres, sehingga praktek yang
terjadi minuman keras begitu mudah
didapatkan di sekitaran pemukiman
penduduk. Yang dapat mengatur penyebaran
minuman keras hanyalah aturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Tanjungpinang, akan tetapi menurut Kabid
Perdagangan Disperindag Ekraf dan PM
Kota Tanjungpinang, Teguh Susanto
mengakui bahwa sampai saat ini
Tanjungpinang belum memiliki Peraturan
Daerah (Perda) untuk mengawasi peredaran
minuman keras.
Mudahnya menemukan penjual
minuman keras membuat semakin maraknya
komunitas-komunitas peminum yang
sebagian besar dari mereka adalah remaja.
Minuman keras sudah menjadi gaya hidup
bahkan muncul stigma kalau remaja atau
anak muda yang tidak ikut minum minuman
keras dianggap cemen dan tidak bisa masuk
atau bergaul dalam sebuah komunitas.
Wilayah Kota Tanjungpinang telah
banyak sekali pedagang-pedagang yang
menjual minuman keras. Dari Supermarket
sampai ke kios-kios kecil pun menyediakan
minuman keras ini, bahkan tidak pula
dicantumkan peringatan bahwa miras hanya
boleh dikonsumsi oleh usia tertentu.
Sehingga semakin mudah para remaja untuk
bisa mendapati dan mengkonsumsi
minuman keras tersebut. Tidak terkecuali di
daerah Sungai Jang.
Sungai Jang adalah sebuah
perkampungan yang tidak jauh dari pusat
kota Tanjungpinang. Kehidupan di lokasi ini
bisa dibilang cukup damai dan
masyarakatnya memiliki berbagai suku dan
agama. Mayoritas masyarakat di daerah ini
memeluk agama Islam, dan dalam kondisi
ekonomi pada masyarakat Sungai Jang ini
sendiri memiliki beberapa macam mata
pencaharian seperti pegawai negeri sipil,
buruh, swasta, dan nelayan. Menurut
informasi masyarakat di Sungai Jang,
mereka memiliki lingkungan yang cukup
baik. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari
interaksi yang terjadi antar masyarakat
sekitar yang telah terjalin baik serta sering
diadakannya kegiatan gotong royong untuk
menjaga keharmonisan bertetangga.
7
Tetapi dibalik keharmonisan itu ada
sebuah gejala sosial yang ada didalam
masyarakat Sungai Jang. Telah timbul
sebuah masalah sosial, yang mana
melibatkan remaja-remaja yang ada di dalam
lingkungan Sungai Jang tersebut. Dengan
pola hidup yang terbilang modern dan
pergaulan yang luas seperti majunya
teknologi serta mudahnya dalam mendapati
informasi-informasi dibarengi dengan
masuknya budaya-budaya asing berikut
dengan pergaulannya membuat beberapa
remaja di lingkungan ini memiliki kebiasaan
mengkonsumsi minuman keras atau sering
disebut minuman keras yang mana remaja-
remaja tersebut adalah remaja-remaja yang
berstatus sebagai pelajar. Adapun beberapa
permasalahan yang membuat remaja
tersebut menjadi pengguna minuman keras
dikarenakan adanya lingkungan sosial yang
membuat remaja menjadi pengguna
minuman keras. Lingkungan sosial yang
dimaksud berada di Jalan Kelong Shangrila
Gang Jebat, Kelurahan Sungai Jang, Kota
Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Diketahui dari penelitian jumlah
remaja yang menjadi penyalahguna
minuman keras disekitar Kelurahan Sungai
Jang berjumlah 11 (sebelas) orang yang
mana banyak tersebar di daerah Kelong
Shangrila dan sekitarnya. Remaja yang
melakukan aktivitas minuman keras adalah
remaja yang masih berumur belasan yang
seharusnya masih duduk di bangku sekolah,
ada juga remaja yang sudah berhenti
bersekolah. Beberapa dari remaja pengguna
minuman keras tersebut tidak lagi memiliki
keluarga yang lengkap, para remaja tersebut
memiliki keluarga dengan kondisi ekonomi
yang lemah, dan status pendidikan yang
rendah, serta pengaruh buruk dari pergaulan
remaja yang ada di lingkungan Kelurahan
Sungai Jang, sehingga hal-hal tersebut
kemungkinan menjadi penyebab para remaja
menggunakan minuman keras. Sebagian dari
remaja tersebut memiliki pekerjaan buruh
lepas yang mana menjadi pekerja buruh
angkut yang ada di Dermaga Pelabuhan
Sungai Jang. Mereka bekerja dengan tugas
mengangkat bahan pangan yang datang
untuk dipindahkan.
Pada permasalahan ini menimbulkan
keresahan sosial yang mengganggu dan
mengancam ketertiban serta keselamatan
masyarakat. Beberapa masyarakat kerap
mengeluh akan masalah-masalah yang
ditimbulkan dari remaja-remaja tersebut.
Contohnya saja walaupun mereka tidak
membuat suasana kerusuhan tetapi
masyarakat tetap mengeluh dengan
kebisingan yang mereka buat di malam hari
sehingga mengganggu kenyamanan didalam
masyarakat. Teguran-teguran atau sosialisasi
dari lingkungan masyarakat tersebut terlihat
tidak tampak berjalan dalam mengayomi
masyarakat khususnya remaja-remaja pada
masyarakat tersebut.
Apalagi jika kita berbicara tentang
lingkungan yang berada di Sungai Jang
tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa di
wilayah Kelurahan Sungai Jang ini telah
muncul aktivitas-aktivitas kelompok
keagamaan bermukim di Mesjid
Baiturahman yang letaknya persis di daerah
8
lingkungan tersebut. Setelah bermukimnya
kelompok keagamaan ditengah-tengah
masyarakat yang ada di Kelurahan Sungai
Jang tidak membuat kehidupan remaja yang
ada di lingkungan tersebut berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai sebagaimana
mestinya.
Melihat fenomena yang terjadi pada
kaum remaja dewasa ini maka timbul
pertanyaan mengenai prilaku remaja dalam
mengkomsumsi minuman keras tersebut,
untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut
secara deskriptif kualitatif terhadap para
remaja dan lingkungan disekitarnya, melalui
studi kepustakaan, dan mempelajari hasil
wawancara dengan para remaja dan
masyarakat setempat.
Sehubungan dengan maksud tersebut,
maka diajukan judul untuk penelitian
berikut: “Remaja Penyalahguna Minuman
Keras (Studi di Kelurahan Sungai Jang)”.
Remaja adalah masa transisi yang akan
dialami oleh setiap anak. Remaja dewasa ini
sangat banyak yang menyalahgunakan
minuman keras. Lingkungan sosial menjadi
salah satu pendorong remaja tersebut
menggunakan minuman keras seperti
lingkungan sekitar, pertemanan, bahkan
dilingkungan keluarga. Dalam penelitian ini
akan dikemukakan perumusan masalah yaitu
apa yang menjadi penyebab remaja terlibat
dalam penyalahgunaan minuman keras di
Kelurahan Sungai Jang?
Berdasarkan uraian diatas maka
dikemukakan tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui penyebab para remaja di
lingkungan Sungai Jang menjadi terlibat
dalam penyalahgunaan minuman keras di
Kota Tanjungpinang.
Hasil penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat untuk :
1. sebagai bahan pertimbangan dan
masukan bagi masyarakat di
Kelurahan Sungai Jang, terutama
dalam mengetahui sebab remaja
terlibat dalam penyalahgunaan
minuman keras di Kota
Tanjungpinang
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan bagi
mahasiswa selanjutnya yang tertarik
untuk mengkaji atau melakukan
penelitian yang berkaitan dengan
Remaja Penyalahguna Minuman
Keras.
B. LANDASAN TEORI
Kenakalan remaja merupakan tindakan
melanggar peraturan atau hukum yang
dilakukan oleh anak yang mengalami
perkembangan mental menuju ke tahap
dewasa. Perilaku yang ditampilkan dapat
bermacam-macam, mulai dari kenakalan
ringan seperti membolos sekolah, melanggar
jam malam yang ditetapkan orangtua,
hingga kenakalan berat seperti vandalisme,
perkelahian antar geng, penggunaan obat-
obat terlarang, minum minuman keras, dan
sebagainya.
Kurangnya perhatian dari masyarakat
terhadap perkembangan mental anak yang
sedang menuju tahap kedewasaan
9
menimbulkan permasalahan sendiri dari
dalam diri para remaja tersebut, pencarian
jati diri menjadi berat tanpa bimbingan dari
keluarga dan lingkungan. Hal tersebut akan
menimbulkan perilaku menyimpang yang
dilakukan sebagai wujud kekecewaan dan
karena tidak adanya pengawasan dari
lingkungan keluarga dan masyarakat, serta
kuatnya dorongan dari teman sebaya sebagai
contohnya adalah pergaulan bebas, homo
seksual, perampokan, pencurian serta
penggunaan minuman keras dan perilaku
yang menjurus kearah kejahatan lainnya.
Secara luas perilaku menyimpang
dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
bertentangan dengan aturan-aturan yang
bersifat normatif. Menurut Zanden (Sunarto,
2006:182) bahwa penyimpangan merupakan
perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi.
Sedangkan menurut Lemert (dalam
Sunarto, 2006:78) bahwa penyimpangan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
penyimpangan primer dan penyimpangan
sekunder. Penyimpangan primer adalah
suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan
secara terus-menerus sehingga masih
ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu
lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-
lain. Sedangkan penyimpangan sekunder
yakni perilaku menyimpang yang tidak
dapat ditoleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti
merampok, menjambret, memakai narkoba,
menjadi pelacur, tawuran, dan lainnya.
Soekanto (2004:196) mengatakan
bahwa perilaku menyimpang disebut sebagai
salah satu penyakit masyarakat atau penyakit
sosial. Penyakit sosial atau penyakit
masyarakat ini adalah segala bentuk tingkah
laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar
norma-norma umum, adat istiadat, hukum
formal, atau tidak bisa diintegrasikan dengan
pola tingkah laku umum. Disebut sebagai
penyakit masyarakat karena gejala sosialnya
yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus
sehingga menjadi penyakit. Dapat disebut
pula sebagai struktur sosial yang terganggu
fungsinya.
Meskipun masyarakat telah berusaha
agar setiap anggota berperilaku sesuai
dengan harapan masyarakat, namun
seringkali kita jumpai adanya anggota
masyarakat yang menyimpang. Menurut
Soerjono Soekanto yang menjadi penyebab
perilaku menyimpang antara lain;
a. Norma sosial yang ada tidak
memuaskan pihak tertentu, karena
tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
b. Norma sosial yang ada terlihat kurang
jelas perumusannya, sehingga
menimbulkan aneka penafsiran dalam
penerapannya
c. Dalam masyarakat terjadi konflik
antara peran-peran yang dipegang
warga
d. Tidak mungkin untuk mengatur semua
kepentingan masyarakat
Faktor lain mengapa individu
berperilaku menyimpang adalah karena
individu tidak mendapatkan sosialisasi yang
10
cukup memadai, kemudian kontrol sosial
yang lemah, dan sanksi yang relatif ringan,
serta perilaku menyimpang yang dapat
mendatangkan keuntungan. Dalam batasan
hukum menurut Philip Rice dan Gale
Dolgin, penulis buku The Adolescence,
terdapat dua kategori pelanggaran yang
dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya
tindak kriminal yang dilakukan oleh
anak remaja. Perilaku yang termasuk di
antaranya adalah pencurian,
penyerangan, pemerkosaan, dan
pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antara adalah
kabur dari rumah, membolos sekolah,
minum minuman keras dibawah umur,
perilaku seksual menyimpang, dan
perilaku yang tidak mengikuti
peraturan sekolah atau orangtua.
Menurut Kartono (2010:3-4) bahwa
gangguan pada masa remaja dan anak-anak,
yang disebut sebagai childhood disorders
dan menimbulkan penderitaan emosional
minor serta gangguan kejiwaan lain pada
pelakunya, di kemudian hari bisa
berkembang jadi bentuk kejahatan remaja
(juvenile delinquency).
Juvenile berasal dari bahasa latin
juvenilis, artinya anak-anak, anak muda, ciri
karakteristik pada masa muda, sifat-sifat
khas pada periode remaja. Sedangkan
Delinquent berasal dari kata latin
“delinquere” yang berarti terabaikan,
mengabaikan, yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,
pelanggaran aturan, pembuat ribut,
pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki
lagi, durjana, dursila, dan lain-lain (Kartono,
2010:6)
Kejahatan atau kenakalan Remaja
(Juvenile Deliquency) ialah perilaku jahat
(dursila) atau kejahatan atau kenakalan
anak-anak muda yang merupakan gejala
sakit (patologis) secara sosial pada anak-
anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
itu mengembangkan bentuk tingkah laku
yang menyimpang. Anak-anak muda yang
deliquen atau jahat itu disebut pula sebagai
anak cacat secara sosial. Mereka menderita
cacat mental disebabkan oleh pengaruh
sosial yang ada di tengah masyarakat.
(Kartono, 2010:6)
Kejahatan yang dilakukan oleh anak-
anak muda remaja pada intinya merupakan
produk dari kondisi masyarakatnya dengan
segala pergolakan sosial yang ada di
dalamnya. Kejahatan anak remaja ini disebut
sebagai salah satu penyakit masyarakat atau
penyakit sosial. (Kartono, 2010:4).
Sedangkan menurut Arifin (1994:79-
80) istilah kenakalan remaja merupakan
terjemahan dari kata juvenile
delinquency yang dipakai di dunia Barat.
Istilah ini mengandung pengertian tentang
kehidupan remaja yang menyimpang dari
berbagai pranata dan norma yang berlaku
umum. Baik yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat, tradisi, maupun agama, serta
hukum yang berlaku.
Lebih jelasnya pengertian kenakalan
tersebut mengandung beberapa ciri pokok,
sebagai berikut;
11
1. Tingkah laku yang mengandung
kelainan-kelainan berupa prilaku atau
tindakan yang bersifat a-moral, a-sosial
atau anti sosial.
2. Dalam prilaku atau tindakan tersebut
terdapat pelanggaran terhadap norma-
norma sosial, hukum, dan norma
agama yang berlaku dalam masyarakat.
3. Tingkah atau perilaku, perbuatan serta
tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan nilai-nilai hukum atau undang-
undang yang berlaku yang jika
dilakukan oleh orang dewasa hal
tersebut jelas merupakan pelanggaran
atau tindak kejahatan (kriminal) yang
diancam dengan hukuman menurut
ketentuan yang berlaku.
4. Perilaku, tindakan dan perbuatan
tersebut dilakukan oleh kelompok usia
remaja.
Maka dikemukakan dalam buku
Kartono (2010: 28) tentang teori sebab
terjadinya kenakalan remaja yakni sebagai
berikut :
1. Teori Biologis
Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen
pada anak-anak dan remaja dapat muncul
karena faktor-faktor fisiologis dan
struktur jasmaniah seseorang, juga dapat
cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir.
2. Teori Psikogenis
Teori ini menekankan sebab-sebab
tingkah laku delinkuen anak-anak dari
aspek psikologis atau isi kejiwaannya.
Antara lain faktor intelegensi, ciri
kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang
salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi,
diri yang keliru, konflik batin, emosi
yang kontroversial, kecenderungan
psikopatologis, dan lain-lain.
3. Teori Sosiogenis
Para sosiolog berpendapat penyebab
tingkah laku delinkuen pada anak-anak
remaja ini adalah murni sosiologis atau
sosial psikologis sifatnya. Misalnya
disebabkan oleh pengaruh struktur sosial
yang deviatif, tekanan kelompok,
peranan sosial dan internalisasi simbolis
yang keliru.
4. Teori Subkultural Delikuensi
Kultur atau kebudayaan dalam hal ini
menyangkut satu kumpulan nilai dan
norma yang menuntut bentuk tingkah
laku responsif sendiri yang khas pada
anggota-anggota kelompok gang tadi.
Sedangkan sub mengindikasikan bahwa
bentuk budaya tadi bisa muncul ditengah
suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya.
Subkultural delinkuen gang remaja itu
mengaitkan sistem nilai, kepercayaan/
keyakinan, ambisi-ambisi tertentu
(misalnya ambisi materil, hidup
bersantai, pola kriminal, relasi
heteroseksual bebas, dan lain-lain) yang
memotivasi timbulnya kelompok-
kelompok remaja berandalan dan
kriminal.
Pada intinya kenakalan remaja ini
dipicu oleh beberapa sebab yang secara luas
dihasilkan oleh lingkungan sosial yang salah
dan menyebabkan seorang remaja tidak
dapat mengendalikan kontrol dirinya
sehingga sering berperilaku sesuai dengan
keinginannya yang sering kali
12
mengesampingkan dan meremehkan orang
lain, lalu bertindak dengan motif-motif serta
landasan-landasan yang bersifat subjektif.
Pada umumnya, remaja sering bertindak
hanya dengan mengedepankan egonya dan
sering menyalahgunakan serta melebih-
lebihkan harga dirinya.
Definisi remaja menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) adalah waktu dimana seorang
manusia yang berumur 10-21 tahun dan
belum menikah (www.bkkbn.go.id).
Menurut Santrock ciri utama remaja
meliputi pertumbuhan fisik yang pesat,
kesadaran diri yang tinggi, dan selalu
tertarik mencoba sesuatu yang baru. Masa
remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk
kepribadian akan tetapi merupakan salah
satu tahap utama dalam pembentukkan
keperibadian seseorang. (Santrock 2002; 26)
Pada masa remaja manusia tidak dapat
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula
disebut sebagai anak-anak, jadi masa remaja
adalah masa perkembangan manusia dari
anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini
remaja beralih dari masa yang penuh dengan
ketergantungan kepada orang lain, dimana
dia harus melepaskan diri dari
ketergantungan itu dan ikut memikul
tanggung jawab sendiri.
Remaja memiliki perasaan takut
kehilangan masa anak-anak, hal ini
disebabkan karena remaja nantinya akan
memiliki tanggung jawab yang lebih besar.
Oleh sebab itu, masa remaja adalah masa
yang paling sulit dalam tahap
perkembangannya (Piager dalam Gunarsa
2003: 195). Masa remaja merupakan masa
yang sangat rentan terhadap perilaku-
perilaku negatif, karena pada masa ini
merupakan tahapan bagi seorang remaja
menuju kedewasaan, yang seringkali
menuntut seorang remaja untuk menemukan
karakter dan jati dirinya dan sayangnya
seringkali seorang remaja dalam mencari jati
dirinya sering terjerumus dalam pola hidup
dan perilaku yang salah, karena perilaku
negatif lingkungan sosial dan kurang
pengawasan dari beberapa pihak seperti
orangtua dan sekolah. Hal-hal seperti inilah
yang akhirnya menyebabkan remaja tersebut
gampang terjerumus pada kenakalan remaja
seperti menggunakan narkotika, minuman
keras dan bahkan kejahatan.
Definisi minuman keras adalah
minuman yang mengandung alkohol yang
bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-
menerus dapat merugikan dan
membahayakan kesehatan baik jasmani dan
rohani, mempengaruhi cara berpikir serta
kejiwaan pengonsumsinya sehingga
berperilaku menyimpang, gampang
emosional dan mudah tersinggung. Jadi,
minuman keras bukan hanya merusak tubuh
yang mengonsumsinya, tetapi juga memicu
seseorang dengan mudahnya melakukan
tindakan kriminal.
Pada umumnya remaja yang minum-
minuman keras untuk bersantai dan akan
berhenti minum tanpa kesukaran. Namun
apabila mulai tergantung pada minuman
keras, maka timbul apa yang disebut
alkoholisme atau pecandu minuman keras.
Minuman keras merupakan penekanan
13
(depresant) terdapat aktivitas di bagian
susunan saraf pusat. Remaja pengguna
minuman keras akan kekurangan rasa
pencegah atau sifat menghalangi. Ia merasa
bebas dari rasa tanggungjawab dan
kegelisahan, pengawasan terhadap pikiran
dan badan pun terancam akibat mabuk
(Sasangka, 2003:107).
C. METODE PENELITIAN
Dalam dunia pendidikan pendekatan
penelitian yang terkenal terbagi menjadi dua
penelitian yaitu penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Dalam penulisan ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dimana
dalam penelitian ini peneliti lebih
menekankan makna dan proses daripada
hasil suatu aktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab para remaja
dilingkungan Sungai Jang menggunakan
minuman keras, hal tersebut diketahui
berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara terhadap para remaja pengguna
minuman keras itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
Sungai Jang tepatnya di Jalan Kelong
Shangrila Gang Jebat. Alasan peneliti
mengambil obyek penelitian dikarenakan
adanya remaja yang memiliki kondisi
ekonomi yang rendah, sehingga memaksa
mereka untuk ikut membantu ekonomi
keluarga dengan bekerja sebagai buruh
angkut, yang mana remaja ini
menghilangkan beban tekanan tersebut
dengan menggunakan minuman keras
bersama teman-teman dilingkungannya. Hal
ini membuat munculnya kelompok
pengguna minuman keras yang diantaranya
adalah para remaja, sehingga membuat
timbulnya keresahan dimasyarakat sekitar
yang terganggu dengan adanya aktivitas
penggunaan minuman keras yang biasanya
sering sekali dilakukan oleh remaja.
Jenis dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa
angka-angka, melainkan diuraikan dalam
bentuk kalimat (Bungin, 2001:124).
Berdasarkan bentuk dan tipe penelitian,
sumber data yang digunakan sebagai data
utama adalah data primer, namun untuk
mendukung data primer tetap digunakan
data sekunder.
Data primer yang digunakan dalam
penelitian diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara pada remaja penyalahguna
minuman keras. Data sekunder diperoleh
melalui studi kepustakaan, dan dokumentasi
yang berkaitan dengan remaja pengguna
minuman keras.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber-sumber yang asli.
Dimana data sumber penelitian ini didapat
langsung melalui informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi
yang relevan dan sebenarnya di lapangan
mengenai aktivitas penggunaan minuman
keras yang dilakukan oleh remaja di
Kelurahan Sungai Jang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung
yang melengkapi dan memberikan
14
penjelasan mengenai data primer. Data ini
diperoleh melalui dokumen-dokumen dan
literatur dari perpustakaan maupun internet,
seperti pengertian tentang remaja dan
minuman keras, serta data dari Kelurahan
Sungai Jang yang menerangkan lokasi
penelitian dan geografis.
Populasi menurut Arikunto (2010:173)
adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:80)
populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Penarikan atau pembuatan sampel dari
populasi untuk mewakili populasi
disebabkan untuk mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi
populasi. Arikunto (2010:174) mengatakan
bahwa sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Selanjutnya menurut
Sugiyono (2010:81) sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Oleh karena itu selama proses
penelitian digunakan teknik Purposive
Sampling. Mengenai hal ini Sugiyono
(2010:85) sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Artinya setiap subjek yang diambil
dari populasi dipilih dengan sengaja
berdasarkan tujuan dan pertimbangan
tertentu. Tujuan dan pertimbangan
pengambilan subjek/ sampel penelitian ini
adalah orang yang dianggap tahu di dalam
penelitian ini yaitu adalah 5 orang remaja
pengguna minuman keras di Kelurahan
Sungai Jang. Kriteria yang dijadikan
informan adalah :
1) Remaja yang berusia 17-21 tahun.
2) Memiliki pekerjaan sebagai buruh
angkut lepas.
3) Sering melakukan aktivitas
penggunaan minuman keras setidaknya
2 (dua) kali dalam seminggu.
4) Melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras disekitar lingkungan
rumahnya yaitu di Gang Jebat.
Dari ke 5 (lima) orang informan ini
data sudah mencukupi untuk dapat
mengetahui penyebab remaja menjadi
penyalahguna minuman keras. Data yang di
dapat dari para informan juga diperkuat dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
yang juga menunjukkan adanya penyebab
remaja menjadi penyalahguna minuman
keras di Kelurahan Sungai Jang.
Pengumpulan data merupakan bagian
yang penting dalam sebuah penelitian.
Arikunto (2010: 265) menyatakan bahwa
menyusun instrumen adalah pekerjaan yang
penting dalam penelitian akan tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
wawancara dan observasi langsung sebagai
alat pengumpulan data serta studi pustaka
sebagai metode pendamping.
a. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara
pengumpulan data dengan cara melakukan
pencatatan secara cermat dan sistematik.
Observasi harus dilakukan secara teliti dan
15
sistematis untuk mendapatkan hasil yang
bisa diandalkan (Soeratno, 1995:99).
Observasi langsung yang dilakukan oleh
peneliti bisa direalisasikan dengan cara
mencatat informasi dan mengamati apa yang
menjadi penyebab para remaja
menyalahgunakan minuman keras di kota
Tanjungpinang Kelurahan Sungai Jang.
Dengan observasi langsung peneliti dapat
memperoleh pandangan secara menyeluruh,
sehingga peneliti mendapatkan bukti yang
terkait dengan objek penelitian.
b. Wawancara/ Interview
Wawancara/ Interview sebagai upaya
mendekatkan informasi dengan bertanya
langsung kepada informan. Adapun
wawancara yang dilakukan adalah
wawancara berstruktur, dimana telah dibuat
sebuah pedoman wawancara sehingga arah
pertanyaan tetap fokus pada inti dari
penelitian.
Adapun dalam pengumpulan data,
peneliti melakukan wawancara bersama
antara lain dilakukan terhadap remaja-
remaja yang menggunakan minuman keras
yang ada di Kelurahan Sungai Jang. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
data secara luas dan menyeluruh sesuai
dengan kondisi saat ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu proses
pengumpulan data melalui buku-buku atau
literatur-literatur yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Adapun sumber
data dokumentasi diperoleh dari lapangan
berupa buku, arsip, koran berita bahkan
dokumen resmi dari Kelurahan Sungai Jang
yang berhubungan dengan fokus penelitian.
Analisa data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode penelitian karena
dengan analisa data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah dalam penelitian.
Analisa data yang dilakukan sejak awal
sampai akhir penelitian bertujuan untuk
memahami makna yang terkandung dalam
data. Data yang diperoleh akan dianalisis
melalui analisa deskriptif kualitatif, yaitu
data yang diperoleh, dilukiskan atau
digambarkan secara sistematis sehingga
dapat diperoleh suatu kesimpulan.
D. PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif yang mengambil data dengan cara
interview/ wawancara ke beberapa remaja
yang melakukan aktivitas meminum-
minuman. Remaja tersebut dijadikan sample
untuk mewakili populasi remaja pengguna
minuman keras yang ada di Kelurahan
Sungai Jang.
Untuk mengetahui remaja
penyalahguna minuman keras yang ada di
Kelurahan Sungai Jang, wawancara
dilakukan saat mereka sedang berkumpul
bersama teman sebaya yang terlihat sedang
melakukan aktivitas minum-minuman keras.
Wawancara langsung dilakukan peneliti di
Kelurahan Sungai Jang yang menjadi lokasi
penelitian.
1. AR
Setelah melakukan wawancara bersama
AR dapat diketahui bahwa ia telah mengenal
16
minuman keras sejak berada di jenjang
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) dan masih
mengkonsumsinya hingga saat ini. AR
menggunakan minum-minuman keras
pertama kali bersama teman-teman
sekolahnya yang juga merupakan pengguna
minuman keras, biasa nya AR dan teman-
teman nya melakukan aktivitas minum-
minman keras disaat pulang sekolah. AR
dan teman sekolahnya awalnya hanya ingin
mencoba agar tahu bagaimana rasanya
menggunakan minuman keras, tetapi lama
kelamaan akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan yang dia lanjutkan di lingkungan
rumahnya. Penggunaan minuman keras yang
dilakukan oleh AR ini telah diketahui oleh
kedua orang tuanya.
Bisa dikatakan bahwa AR ini adalah
seorang pengguna minuman keras yang
cukup aktif karena ia mengaku bahwa kerap
sekali melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras dilingkungan rumahnya
bersama teman-temannya. Walaupun sering
melakukan aktivitas minuman keras, tetapi
AR mengaku bahwa ia dan teman-teman
kelompoknya tidak pernah melakukan
tindakan yang menyebabkan kekerasan di
lingkungan rumahnya tersebut. AR juga
mengatakan bahwa ia sering melakukan
aktivitas penggunaan minuman keras di
sekitar lingkungan rumahnya bersama
teman-temannya yang juga tinggal
dilingkungan Kelurahan Sungai Jang,
Bahkan tak jarang aktivitas tersebut
dilakukan di depan rumahnya.
2. RA
RA telah mengenal minuman keras
sebelum masuk kedalam kelompok
pengguna minuman keras yang ada di
Kelurahan Sungai Jang. RA melakukan
aktivitas yang juga menjadi kebiasaannya
menggunakan minuman keras ini setelah ia
berhenti sekolah pada saat kelas 1 Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan
aktivitas minuman keras yang ia lakukan
ternyata juga sudah diketahui oleh kedua
orang tuanya bahkan saudara-saudaranya.
RA mengaku bahwa keluarganya tidak
banyak berkomentar dengan kebiasaan
minuman keras nya, terlebih lagi ia lebih
kerap menginap di rumah teman nya yang
juga menjadi anggota kelompok minuman
keras di Kelurahan Sungai Jang. RA
mengenal dan bergabung di dalam kelompok
teman sebaya remaja pengguna minuman
keras yang ada di Kelurahan Sungai Jang.
Awalnya informan RA mengenal
aktivitas minum-minuman keras pada saat ia
ikut bekerja dengan orang-orang yang lebih
dewasa darinya sebagai buruh kapal, dia
sering melihat para pekera tersebut
menggunakan minuman keras dan timbul
rasa ingin mencoba darinya yang akhirnya
malah menjadi sebuah kebiasaannya sampai
saat ini.
3. GN
GN yang menyatakan bahwa meskipun
kesan pertama yang dirasakan baginya tidak
enak saat menggunakan minuman keras,
tetapi tetap ia paksakan menggunakan
minuman keras tersebut karena itu adalah
aktivitas nya berkumpul bersama teman-
teman nya. GN pun lama kelamaan
17
mengakui bahwa ia menjadi terbiasa
menggunakan minuman keras seperti
anggota kelompok lainnya. Terlebih ketika
ia menggunakan minuman keras bersama
teman-temannya tersebut dia menjadi lebih
akrab bersama anggota kelompok dan
merasa disegani.
GN yang tinggal bersama kedua orang
tuanya tidak mempunyai permasalahan
apapun, karena menurut penuturan nya
bahwa kedua orang tua nya sudah
mengetahui bahwa ia telah menggunakan
minuman keras, sehingga baginya tidak
perlu menyembunyikan kepada kedua orang
tua nya untuk meminum-minuman keras dan
GN pun mengaku bahwa dia jarang
membuat rusuh ketika menggunakan
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang.
4. AI
AI mengakui bahwa sebelum berada
dikelompok ini dia bukanlah seorang
pengguna minuman keras bahkan untuk
mencoba saja tidak pernah. AI
menggunakan minuman keras saat ia
pertama kali pindah ke Kelurahan Sungai
Jang dan mulai mengenal teman-teman
bermainnya yang baru di lingkungan tinggal
tersebut, dan barulah ia dikenal kan dengan
minum-minuman keras oleh teman
kelompoknya tersebut.
Dari Pernyataan AI dapat diketahui
bahwa dia dikenalkan minuman keras
tersebut oleh teman kelompoknya yang juga
masih sebaya dengannya., Dan teman sebaya
itu jugalah yang memperkenalkannya masuk
kedalam kelompok pengguna minuman
keras yang ada di Kelurahan Sungai Jang.
Aktivitas penggunaan minuman keras ini di
akuinya dilakukan ia tidak ada kegiatan dan
suntuk dan terlebih dia bisa bersama teman
kelompoknya. Menurut pendapatnya, AI
merasa senang melakukan aktivitas tersebut
bersama teman kelompoknya walau aktivitas
tersebut dipandang buruk oleh masyarakat
setempat terlebih oleh Jama’ah Tabligh yang
ada di Kelurahan Sungai Jang.
5. RO
RO sendiri mengaku bahwa sebelum
berada di dalam kelompok pengguna
minuman keras ini ia sudah terlebih dahulu
menggunakan minuman keras. RO belajar
menggunakan minuman keras dengan
teman-teman nya saat dia bekerja sampingan
sebagai buruh bongkar muat barang dan ia
sendiri mengaku masuk kedalam kelompok
pengguna minuman keras ini semenjak kelas
2 Sekolah Menengah Akhir (SMA). RO
sangat mudah masuk kedalam kelompok
tersebut karena anggota kelompok tersebut
memang menjadi temannya dari kecil. RO
dan anggota lainnya biasa menggunakan
minuman keras sambil bermain gitar, dan
minum minuman keras dan mengaku bahwa
tidak pernah dibarengi dengan
mengkomsumsi obat-obatan.
A. Analisa Sosiogenis Remaja
Penyalahguna Minuman Keras
Remaja merupakan sebuah masa
transisi dengan sebuah perubahan-perubahan
yang potensial disertai dengan pergolakan
batin. Karena itu mereka cenderung
melakukan hal-hal yang bersifat
menyimpang. Seperti yang telah dikatakan
oleh Kartono (2010:28) yang mengatakan
18
bahwa penyebabnya dapat dipengaruhi oleh
struktur sosial yang deviatif, tekanan
kelompok, peranan sosial, dan internalisasi
simbolis yang keliru. Salah satu bentuk
perilaku menyimpang yang banyak
dilakukan oleh remaja saat ini yang
meresahkan lingkungan masyarakat adalah
kebiasaan meminum-minuman keras atau
alkohol. Bahkan mereka terkadang tidak
merasa takut lagi mengkomsumsi minuman
keras atau alkohol tersebut di depan umum.
Untuk mengetahui bagaimana para
remaja terlibat dalam penyalahgunaan
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang,
peneliti membagikan pembahasan pada
penelitian ini menjadi empat indikator
berdasarkan penyebab perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh remaja, sebagai berikut.
1. Struktur Sosial yang Deviatif
Seperti yang diungkapkan oleh Healy
dan Bronner (Kartono, 2010:28) bahwa
struktur sosial yang deviatif adalah sebuah
susunan didalam masyarakat ataupun
kelompok pergaulan hidup yang cenderung
menyimpang. Adanya nilai-nilai yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya di dalam
masyarakat, sehingga membuat nilai-nilai
yang ada di lingkungan Kelurahan Sungai
Jang ini menjadi longgar, khususnya di
lingkungan pergaulan remajanya yang kerap
sekali melakukan kegiatan penggunaan
minuman keras. Penggunaan minuman keras
tersebut tak lain adalah karena sudah
menjadi aktivitas yang biasa bagi remaja-
remaja di lingkungan Kelurahan Sungai
Jang.
Maka ketika dikaitkan dengan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
struktur sosial yang deviatif menjadi
penyebab individu mempunyai tingkah laku
yang menyimpang dikarenakan masuknya
individu itu sendiri kedalam suatu kelompok
atau lingkungan sosial yang sudah
melakukan penyimpangan terlebih dahulu.
Pada struktur sosial yang deviatif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa
yang menjadi salah satu alasan bagi remaja
tersebut menjadi penyalahguna minuman
keras dikarenakan remaja itu sendiri berada
di dalam kelompok yang terlebih dahulu
sudah mengenal dan melakukan aktivitas
meminum-minuman keras.
Berdasarkan keterangan informan di
atas sebelum dia masuk ke dalam kelompok
pengguna minuman keras di lingkungan
Kelurahan Sungai Jang, ia sudah terlebih
dahulu menggunakan minuman keras
bersama teman-teman di sekolahnya.
Mereka memulai aktivitas minuman keras
tersebut saat pulang sekolah. Biasanya saat
pulang sekolah AR dan teman sekolahnya
mengumpulkan uang bersama-sama untuk
membeli minuman. Tetapi AR sendiri
mengaku untuk dikelompoknya yang berada
di Kelurahan Sungai Jang, mereka hanyalah
kelompok yang menggunakan minuman
keras, bukan obat-obatan dan lain-lainnya.
Berdasarkan penuturan RA dapat
diketahui bahwa ia sebenarnya sudah
menjadi pengguna minuman keras sebelum
masuk dikelompok pengguna minuman
keras di Kelurahan Sungaijang. RA
mengenal minuman keras dan tertarik untuk
19
menggunakan minuman keras saat berkerja
sebagai buruh kapal yang berada di
Dermaga Pelabuhan Sungai Jang. Di
lingkungan tersebut para buruh yang
berkerja sering menggunakan minuman
keras, sehingga akhirnya timbul keinginan
RA untuk mengikuti dan mencoba minuman
keras tersebut. Dan diakui oleh RA bahwa
aktivitas tersebut tidak dibarengi dengan
kekerasan atau kerusuhan, melainkan
mereka hanya melakukan penggunaan
minuman keras tersebut sambil duduk-
duduk, main gitar atau mendengarkan
musik.
Penjelasan RO juga tidak berbeda hal
nya dengan penuturan dari informan AR dan
RA, karena sebelum masuk kedalam
kelompok pengguna minuman keras di
Kelurahan Sungai Jang, RO sudah terlebih
dahulu mengenal minuman keras. RO
sendiri telah menggunakan minuman keras
sama halnya seperti halnya informan RA.
Mereka memulai minum-minuman keras
saat mulai bekerja dibongkar muat barang
yang berada di Dermaga Pelabuhan Sungai
Jang, yang mana pekerjaannya adalah
mengangkut barang-barang yang akan
diturunkan dari kapal ke lori ataupun
sebaliknya dari lori ke kapal. Mereka mulai
menggunakan minuman keras ketika orang-
orang yang ada dilingkungan nya
menggunakan minuman keras, mereka
mengikuti kebiasaan orang-orang yang
berada di mongkar buat barang tersebut.
Adapun aktivitas yang mereka lakukan
selain menggunakan minuman keras adalah
bermain song (kartu), merokok dan bermain
gitar, dan tak jarang mereka bermain song
atau kartu dengan menggunakan uang.
GN yang mengenal minuman keras
sejak duduk di bangku sekolah 2 (dua) SMP
tepatnya setahun yang lalu ia mulai
mengikuti teman-temannya yang
menggunakan minuman keras di kelompok
tersebut, yang berarti bahwa sebelum masuk
kedalam kelompok tersebut dia belum
menjadi penguna minuman keras yang
akhirnya sekarang menjadi sebuah aktivitas
yang kerap ia lakukan bersama teman-teman
kelompok nya di Kelurahan Sungai Jang.
Terlebih hubungan GN bersama teman-
temannya di Kelurahan Sungai Jang ini
sangat dekat, sehingga aktivitas yang
dilakukan oleh kelompoknya dapat diterima
dan diikutinya dengan mudah. GN juga
mengaku bahwa mereka pernah mencoba
melakukan aktivitas mengelem, itu
dilakukannya saat mereka kekurangan uang.
Kelompok teman sebaya yang dipilih
AI saat berkumpul di lingkungan Kelurahan
Sungai Jang sudah lebih dulu mengenal
minuman keras dan AI yang sebenarnya
bukan pengguna minuman keras sebelum
pindah ke Kelurahan Sungai Jang pun
akhirnya mengikuti aktivitas kelompoknya
dan menjadi pengguna minuman keras yang
terbilang cukup aktif. Dapat dikatakan
bahwa lingkungan pergaulan di Kelurahan
Sungaijang inilah yang membuat AI belajar
menggunakan minuman keras.
Berdasarkan hasil wawancara bersama
kelima informan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengguna minuman keras di
lingkungan Kelurahan tersebut masih
20
termasuk usia remaja yang seharusnya masih
seorang pelajar dan sebenarnya masih belum
pantas untuk mengkomsumsi minuman
keras tersebut walau ada beberapa dari
mereka yang sudah putus sekolah. Dari
kelima informan dapat diketahui bahwa
remaja pengguna minuman keras yang
terjadi di lingkungan Kelurahan Sungai Jang
tidak hanya dilakukan oleh seorang
Mahasiswa saja, bahkan ada 1 (satu) dari
informan yang berinisial GN merupakan
seorang pelajar yang masih duduk di bangku
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
informan RA dan AI yang telah putus
sekolah. Aktivitas penggunaan minuman
keras yang dilakukan oleh kelima informan
di lingkungan Kelurahan Sungai Jang itu
merupakan aktivitas yang mereka lakukan
karena berada dilingkungan yang sudah
terlebih dahulu menggunakan minuman
keras seperti di lingkungan bermain, sekolah
serta tempat bekerja mereka yang mana
diantara nya informan GN dan AI sendiri
mengenal minuman keras tersebut
dikarenakan diajak masuk kedalam
kelompok pengguna minuman keras
tersebut.
Pernyataan dari informan-informan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya
nilai-nilai yang tidak berfungsi dilingkungan
Kelurahan Sungaijang, yang mana remaja di
lingkungan ini sangat terbiasa menggunakan
minuman keras. Apalagi penggunaan
minuman keras tersebut telah menjadi
aktivitas yang sering sekali mereka lakukan
di lingkungan Kelurahan Sungai Jang,
bahkan bisa dibilang penggunaan minuman
keras tersebut telah menjadi aktivitas rutin
bagi kelompok remaja yang ada di
Kelurahan Sungaijang. Kelompok remaja ini
melakukan aktivitasnya saat mereka sedang
berkumpul bersama remaja lainnya di
lingkungan Kelurahan Sungai Jang, bahkan
aktivitas itu kadang mereka lakukan di
depan rumah mereka sendiri dan mengaku
bahwa keluarga mereka telah mengetahui
aktivitas minum-minuman keras yang
mereka lakukan tersebut sehingga tidak
adanya lagi rasa malu maupun segan
terhadap keluarga dan lingkungan sekitar
untuk menggunakan minuman keras di
lingkungan tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa adanya
kelompok remaja berada di Kelurahan
Sungai Jang yang melakukan aktivitas
penggunaan minuman keras membuat
lingkungan tersebut lebih mempermudah
remaja di sekitar lingkungan Kelurahan
Sungai Jang untuk terpengaruh ikut ke
dalam aktivitas penggunaan minuman keras
tersebut. Mereka sadar bahwa mereka
melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak
baik dan tentunya dianggap buruk di mata
masyarakat yaitu menggunakan minuman
keras tapi mereka tetap memilih bergabung
dan melakukan aktivitas tersebut dengan
alasan kesetiakawanan, agar merasa
dianggap dan lainnya. Kelompok ini
menjadikan minuman keras sebagai
kebiasaan serta aktivitas yang dilakukan saat
sedang berkumpul dengan remaja lainnya
dilingkungan Kelurahan Sungai Jang.
2. Tekanan Kelompok
21
Seperti yang diungkapkan oleh Healy
dan Bronner (Kartono, 2010:28) bahwa
tekanan kelompok dapat diartikan dengan
adanya proses pengawasan yang
direncanakan atau tidak bertujuan untuk
mengajak, bahkan memaksa agar mematuhi
aturan yang ada didalam kelompok.
Tekanan-tekanan atau dorongan yang
didapatkan oleh individu di lingkungan
bermainnya, sehingga tekanan-tekanan
tersebut secara tidak langsung memaksa
individu untuk masuk ke dalam lingkungan
yang mana di dalamnya terdapat individu-
individu dengan tingkah laku yang
menyimpang. Yang dimaksud dalam
pengertian ini adalah adanya dorongan dari
kelompok teman sebaya yang berupa ajakan
agar remaja tersebut masuk ke dalam
kelompok dan menjadi seorang pengguna
minuman keras sesuai dengan kebiasaan
yang dilakukan oleh anggota kelompok
lainnya.
Dalam penelitian ini tekanan kelompok
adalah adanya ajakan yang yang diterima
oleh individu remaja tersebut untuk
melakukan aktivitas meminum-minuman
keras sesuai dengan kebiasaan yang sudah
dilakukan oleh teman-teman sebayanya saat
berkumpul di lingkungan Kelurahan Sungai
Jang, dan remaja tersebut menyadari bahwa
ada sanksi yang diberikan kepada mereka
yang tidak mengikuti kebiasaan yang
dilakukan oleh kelompok.
Penuturan dari informan AR di atas
yang menuturkan bahwa anggota kelompok
pengguna minuman keras yang sering
melakukan aktivitas menggunakan minuman
keras bersama nya adalah teman-teman yang
berada dalam satu lingkungan Kelurahan
Sungai Jang, dan AR sendiri mengatakan
bahwa tidak adanya sebuah paksaan maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang AR
lakukan tersebut dilakukan nya dikarenakan
ia sering berkumpul bersama teman-teman
yang juga menggunakan minuman keras dan
sering diajak ikut berkumpul bersama
anggota kelompok pengguna tersebut.
Apalagi karena memang sebelum nya AR
sudah menjadi pengguna minuman keras
terlebih dahulu saat dia duduk di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sehingga ketika
ia diajak untuk masuk ke dalam kelompok
pengguna minuman keras bukanlah suatu hal
yang baru untuk dicoba. Bahkan ia sudah
merasa nyaman untuk menggunakan
minuman keras bersama anggota
kelompoknya di Kelurahan Sungai Jang.
Dari hasil wawancara dengan informan
maka dianalisis bahwa informan RA ini
masuk ke dalam kelompok pengguna
minuman keras karena dikenalkan oleh
temannya atau lebih tepatnya RA diajak
masuk kedalam kelompok tersebut. Menurut
penuturan RA juga sama halnya seperti yang
diungkapkan oleh AR bahwa ia mulai
mengenal minuman keras sebelum masuk di
kelompok Kelurahan Sungai Jang. RA
mengenal minuman keras terlebih dahulu
saat ia diajak oleh Informan RO yang juga
sama-sama bekerja buruh angkut di
Dermaga Pelabuhan Sungai Jang. Menurut
penuturan informan RA bahwa di kelompok
pengguna minuman keras yang ada di
Kelurahan Sungai Jang ini tidak ada aturan-
22
aturan yang diterapkan oleh kelompoknya,
namun dapat disimpulkan bahwa anggota
kelompok tersebut memiliki peran yang
cukup besar dalam membawa mereka ikut
menggunakan minuman keras bersama
anggota kelompok di Kelurahan Sungai Jang
lainnya.
Dari informan di atas maka dapat
dianalisis bahwa anggota kelompok
berperan penting dalam mengajak nya
masuk kedalam kelompok tersebut dan
melakukan aktivitas minuman keras,
walaupun sama halnya seperti informan AR
dan RA bahwa informan RO sudah terlebih
dahulu mengenal minuman keras terlebih
dahulu sebelum masuk ke dalam kelompok
di Kelurahan Sungai Jang. Sebelum masuk
di kelompok Kelurahan Sungai Jang RO
bukanlah pengguna minuman keras yang
aktif. RO hanya menggunakan minuman
keras sesekali sesaat setelah selesai bekerja.
Tetapi karena sekarang ia telah masuk
kedalam kelompok anggota pengguna
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang
yang kerap melakukan aktivitas minuman
keras dan memang karena sering diajak
gabung ia pun kini menjadi pengguna
minuman keras yang aktif. Menurut
informan RO kelompok pengguna minuman
keras ini tidak memiliki aturan-aturan
khusus yang diterapkan kepada setiap
anggotanya, hanya mereka dilarang untuk
melakukan kerusuhan walau dengan
pertawuran tersebut kerusuhan seperti
perkelahian juga pernah terjadi.
Hasil wawancara dengan informan GN
dapat disimpulkan bahwa dalam hal masuk
ke dalam anggota kelompok pengguna
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang
tersebut sama halnya dengan informan
lainnya bahwa GN masuk di dalam
kelompok tersebut atas ajakan dari anggota
kelompok pengguna minuman keras juga.
Berbeda dengan penuturan oleh informan
sebelumnya, GN mengatakan bahwa walau
tidak ada peraturan yang mengharuskan
mereka menggunakan minuman keras
bersama anggota kelompok lainnya, tapi jika
GN tidak menggunakan minuman keras
bersama anggota kelompok di Kelurahan
Sungai Jang, maka akan timbul rasa tidak
enak atau segan dengan anggota kelompok
lainnya atau bisa dikatakan dia takut akan
tanggapan kawannya yang akan mengatakan
bahwa GN tidak setia kawan karena tidak
ikut juga melakukan aktivitas minuman
keras bersama anggota kelompok pengguna
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang
tersebut.
Menurut informan AI ia sama juga
dengan informan-informan sebelumnya
dalam hal masuk ke dalam kelompok
tersebut, yaitu karena adanya ajakan-ajakan
dari anggota kelompok sehingga ia masuk
dan ikut melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras bersama anggota lainnya.
Ketika ditanyakan tentang tekanan yang ia
dapatkan, informan AI mengatakan bahwa
walaupun tidak adanya peraturan yang
mewajibkan dia ikut menggunakan
minuman keras, tetapi dalam diri AI akan
timbul perasaan tidak enak dengan angota
kelompok lainnya. Diketahui bahwa
informan AI pernah menolak ajakan
23
penggunaan minuman keras dengan alasan
ada kerjaan diesok harinya. Namun respon
yang ia dapatkan dari teman-temannya
kurang baik, anggota kelompok tersebut jadi
jarang menghubunginya untuk ikut
menggunakan minuman keras bersama-sama
sehingga membuat informan AI segan ketika
menolak ajakan dari anggota kelompok
pengguna minuman keras di Kelurahan
Sungai Jang. AI takut akan hubungan
pertemanannya bersama anggota kelompok
di Kelurahan Sungai Jang menjadi semakin
buruk.
Berdasarkan hasil wawancara dari
informan-informan di atas, kelima informan
menyadari bahwa adanya peran dari dalam
kelompok bermain untuk informan tersebut
masuk kedalam anggota kelompok
penggunaan minuman keras yang ada di
Kelurahan Sungai Jang. Meskipun informan
AR, RA , dan RO tidak mengatakan bahwa
adanya tekanan-tekanan dan peraturan-
peraturan khusus yang mereka rasakan
dalam kelompok tersebut dikarenakan
mereka sudah menjadi pengguna minuman
keras sebelum masuk kedalam anggota
kelompok pengguna minuman keras di
Kelurahan Sungai Jang, Sehingga ketika
mereka masuk kedalam kelompok dan ikut
menggunakan minuman keras bukanlah hal
yang baru, bahkan mereka senang ketika
menggunakan minuman keras bersama yang
lain karena sudah menjadi kebiasaan mereka
menggunakan minuman keras terlebih
dahulu sebelum masuk kedalam kelompok
di Kelurahan Sungai Jang.
Berbeda dari penuturan informan GN
dan AI. Dapat diketahui bahwa adanya
perasaan kesetia kawanan, segan terhadap
anggota lainnya, dan tentunya merasa
dianggap oleh anggota lainnya yang
menghalang untuk mereka tidak ikut dalam
aktivitas penggunaan minuman keras
dilingkungan Kelurahan Sungai Jang
tersebut. Walaupun peraturan-peraturan
tersebut tidak ada dibuat secara lisan atau
tulisan namun tetap saja telah tertanam
dalam diri mereka tekanan-tekanan tersebut
yang membuat mereka segan atau takut jika
tidak ikut melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras bersama anggota kelompok
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa walau
tekanan-tekanan tersebut memang tidak
didapatkan bagi informan AR,RA, dan RO
karena memang belum adanya penolakan
dari mereka saat diajak menggunakan
minuman keras bersama anggota kelompok
di Kelurahan Sungaijang. Tetapi tekanan-
tekanan tersebut didapatkan pada diri AI dan
GN yang merupakan pemula ketika
bergabung bersama anggota di Kelurahan
Sungai Jang. Walapun tekanan-tekanan
tersebut bukan dengan kekerasan atau
paksaan yang jelas melainkan tekanan-
tekanan tersebut dengan cara penanaman
nilai kesetiakawanan yang salah. Ketika
informan GN dan AI tidak mau untuk ikut
menggunakan minuman keras maka mereka
akan diasingkan oleh anggota kelompoknya
di Kelurahan Sungai Jang.
3. Peranan Sosial
Seperti yang diungkapkan oleh Healy
dan Bronner (Kartono, 2010:28) bahwa
24
peranan sosial ini dapat diartikan dengan
perilaku seseorang yang penting di dalam
perkembangan anak, maka ketika dikaitkan
dengan penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa Peranan sosial disini
adalah perilaku seseorang yang penting
didalam struktur sosial masyarakat, dimana
adanya peran dari agen sosial yang ada
dilingkungan tersebut tidak bekerja dengan
sebagaimana mestinya dalam mengontrol
perkembangan individu di lingkungan
Kelurahan Sungai Jang.
Dalam pengertian disini, peneliti lebih
menekankan pada peranan di lingkungan
keluarga dan masyarakat sekitar. Munculnya
kesimpulan bahwa adanya kontrol sosial
yang tidak berjalan sehingga lingkungan
tersebut tidak terjadi sebagaimana mestinya,
yang mana di lingkungan Kelurahan Sungai
Jang ternyata terdapat remaja-remaja yang
memilih menjadikan dirinya melakukan
penyimpangan yaitu sebagai seorang
pengguna minuman keras bersama teman
berkumpulnya. Peranan sosial yang tidak
berjalan dengan baik di Kelurahan Sungai
Jang. Tidak adanya aturan baik tertulis
maupun tidak tertulis ataupun larangan yang
tidak membenarkan adanya aktivitas
meminum-minuman keras disini menjadikan
tempat ini sebagai tempat berkumpul dan
melakukan aktivitas minuman keras bersama
teman sebaya.
Menurut pendapat dari informan RO di
atas dapat disimpulkan bahwa peranan
sosial yang dilakukan oleh lingkungan
sekitarnya tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam membangun kepribadian
remaja tersebut. Terlihat dari lingkungan
keluarga yang kurang membatasi anak
dalam melakukan sebuah aktivitas serta
terlalu memberikan kebebasan tanpa melihat
baik-buruk hanya karena anak tersebut telah
menghasilkan uang sendiri dan dapat
membantu keluarganya. Diketahui bahwa
informan RO adalah anak yang ikut
membantu masalah keuangannya, karena
saudaranya semua telah menikah dan sudah
jarang ikut membantu keuangan di
keluarganya maka ia sebagai anak bungsu
yang masih tinggal bersama orang tuanya
memiliki beban yang cukup besar dalam
membantu keuangan keluarganya. Hal itu
yang membuat keluarganya pun tidak terlalu
berani melarang serta memberikan
kebebasan kepada RO.
Apalagi dengan lingkungan masyarakat
yang kurang memberikan sosialisasi serta
teguran yang efektif agar remaja-remaja di
lingkungan tersebut berhenti melakukan
aktivitas penggunaan minuman keras,
melainkan hanya kelompok agama di
lingkungan sekitar Jama’ah Tabligh saja
yang memberikan teguran-teguran kecil
kepada remaja yang melakukan aktivitas
penggunaan minuman keras di Kelurahan
Sungai Jang ini.
Dari informan di atas, maka dapat
dianalisis bahwa peran anggota keluarga
tidak terlalu menonjol dalam perannya
memberikan sosialisasi terhadap anak
dilingkungan Kelurahan Sungai Jang, yang
mana terlihat jelas bahwa orang tua dari
informan AI hanya memberikan teguran di
awalnya saja dan menyerah begitu saja
25
ketika sang anak tetap melakukan aktivitas
minuman keras bersama anggota kelompok
yang berada di Kelurahan Sungai Jang
Dapat terlihat hanya dengan ajakan anggota
kelompoknya serta pemasukan nilai akibat
kurangnya pendidikan yang AI dapatkan ia
tetap menggunakan minuman keras
sembunyi-sembunyi awalnya bersama
anggota kelompoknya sehingga orang
tuanya pun mudah menyerah dan tidak
pernah melarangnya lagi untuk melakukan
aktivitas penggunaan minuman keras
bersama anggota kelompoknya di Kelurahan
Sungai Jang.
Sedangkan pada lingkungan sekitarnya
juga tidak begitu tampak, hanya teguran
sesekali yang tidak mendapatkan respon
oleh anggota kelompok pengguna minuman
keras di Kelurahan Sungai Jang. Bahkan ada
Jama’ah Tabligh yang kebetulan juga
merupakan masyarakat sekitar di Kelurahan
Sungai Jang yang menegur AI dan teman-
temannya sedikit keras yang berujung
dengan adu mulut yang nyaris berakhir
dengan perkelahian. Dapat dilihat bahwa
dilingkungan Kelurahan Sungai Jang tidak
memiliki kontrol sosial yang kuat,
melainkan hanya bersifat teguran yang
muncul tanpa ada peraturan yang keras
sehingga membuat remaja tersebut berani
untuk membantah. Bahkan teguran-teguran
tersebut kini sudah semakin memudar.
Dapat diketahui hasil wawancara
dengan informan GN bahwa peran dari
keluarga juga tidak berjalan sebagaimana
mestinya yang sama halnya dengan pendapat
informan AI diatas. Awalnya GN mengaku
kerap sekali ketahuan oleh orang tuanya
ketika sedang menggunakan minuman keras
bersama anggota kelompoknya, karena
aktivitas yang mereka lakukan tersebut
tidaklah jauh dari rumahnya melainkan
masih disekitar lingkungan Kelurahan
Sungai Jang. Bahkan menurut pengakuan
GN sendiri terkadang aktivitas penggunaan
minuman keras tersebut dilakukan didepan
rumah teman anggota kelompoknya. Dan
tetangga-tetangganya pun sering melihat
aktivitas penggunaan minuman keras yang
mereka lakukan, lalu sampai ketelinga orang
tuanya. GN mengaku dulu ia sering dimarahi
karena aktivitas penggunaan minuman
kerasnya, tapi sekarang kontrol sosial atau
peran keluarganya tersebut tidak tampak lagi
karena larangan-larangan tersebut telah
hilang. Pihak keluarga tidak melakukan
sosialisai yang tepat sehingga GN tersebut
tidak memiliki kepribadian seperti remaja
sebagaimana mestinya, serta kurang
mengetahui tentang batas-batas perilaku
yang berlaku dimasyarakat.
Seperti informan-informan sebelumnya
juga GN mengatakan bahwa tidak begitu
nampak peran dari masyarakat atau
kelompok organisasi untuk remaja-remaja
tersebut, bahkan hanya Jama’ah Tabligh
yang menasehati jika kebetulan sedang lewat
dan melihat aktivitas-aktivitas minuman
keras tersebut bahkan ada yang cuma
melihat lalu pergi tanpa memberi teguran
atau nasehat, Dan juga adanya respon yang
tidak baik dilakukan oleh pengguna
minuman keras tersebut sehingga mungkin
saja membuat beberapa masyarakat dan
26
anggota kelompok sosial menjadi tidak mau
ikut campur dan acuh.
Dari hasil wawancara dengan informan
di atas maka dapat dianalisis bahwa peranan
sosial di lingkungan keluarga yang didapat
oleh remaja tersebut sama sekali tidak
berjalan dikarenakan telah hilangnya fungsi
kontrol sosial di keluarga tersebut. Dapat
terlihat dari ternyata sebelum remaja
tersebut menggunakan minuman keras
bersama anggota kelompoknya di Kelurahan
Sungai Jang, ternyata anggota keluarga AR
yaitu abangnya sendiri juga sudah
meminum-minuman keras terlebih dahulu.
Dengan kejadian tersebut bisa saja menjadi
salah satu sebab informan AR berani untuk
menggunakan minuman keras bersama
teman-temannya tanpa takut diketahui oleh
keluarganya. Serta tidak adanya sosialisasi
dari masyarakat, hanya berupa teguran atau
nasehat serta ajakan dari masyarakat yang
juga aktif di keanggotaan kelompok
keagamaan Jama’ah Tabligh untuk ikut
berkumpul dimesjid, dan juga tidak berbeda
dengan informan-informan lainnya AR pun
mengatakan bahwa ia tidak pernah
mendengarkan nasehat serta ajakan dari
masyarakat tersebut. Mereka lebih memilih
untuk bertindak acuh atau tidak
mendengarkan sama sekali.
Hasil wawancara dengan informan RA
dapat dianalisis bahwa lingkungan
keluarganya tersebut sangatlah tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan
orang tua yang seharusnya menjadi contoh
bagi anak-anaknya malah sama seperti anak
nya, gemar melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras. Mungkin saja sama halnya
yang diutarakan informan AR diatas bahwa
bisa saja informan RA tidak lagi merasakan
takut ketika keluarganya mengetahui
aktivitas yang telah ia lakukan, karena orang
tuanya yang juga bekerja sebagai buruh
angkut di Dermaga Pelabuhan Sungai Jang
pun juga melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras, baik dirumahnya sendiri
maupun diluar bersama temannya.
Sedangkan dilingkungan rumahnya,
Kelurahan Sungai Jang merupakan tempat
yang tidak terlalu memperdulikan aktivitas
yang dilakukan oleh remaja-remaja tersebut,
dapat dilihat dari tidak adanya larangan atau
teguran serta peran dari masyarakat, serta
hanya teguran-teguran yang bersifat nasehat
dan ajakan untuk ikut ke mesjid untuk ikut
begabung dengan Jama’ah Tabligh lainnya.
Berdasarkan keterangan dari kelima
informan remaja dapat disimpulkan bahwa
kurangnya peran yang dilakukan oleh pihak
keluarga dalam membangun kepribadian
yang sebagaimana mestinya dilakukan oleh
remaja-remaja di lingkungan Kelurahan
Sungai Jang tersebut. Keteledoran oleh
pihak keluarga yang terlalu cepat
memberikan kebebasan kepada anak
sehingga mereka tidak lagi takut ketika
melakukan hal-hal yang sebenarnya diluar
norma yang berlaku di masyarakat. Bahkan
bukannya memberikan contoh, beberapa
keluarga informan tersebut ada juga yang
lebih dulu menggunakan minuman keras
sehingga bisa saja itu menjadi salah satu
penyebab remaja tersebut berani terang-
27
terangan meminum-minuman keras bersama
teman-temannya.
Serta tidak adanya aturan yang bersifat
tertulis maupun tidak tertulis ataupun
larangan yang tidak membenarkan adanya
aktivitas menggunakan minuman keras di
Kelurahan Sungai Jang membuat remaja
yang ada dilingkungan tersebut menjadi
nyaman dan bebas untuk melakukan
aktivitas penggunaan minuman keras tanpa
ada rasa takut dan cemas. Kurangnya peran
dari keluarga maupun masyarakat yang ada
dilingkungan sekitar dalam memberi teguran
serta kegiatan-kegiatan yang membentuk
kepribadian remaja sebagaimana mestinya
membuat pengertian akan buruknya aktivitas
penggunaan minuman keras menjadi
terabaikan.
Para remaja di lingkungan Kelurahan
Sungai Jang tersebut menjadi lebih leluasa
melakukan aktivitas tersebut, mereka
menganggap aktivitas mereka tersebut tidak
mengganggu masyarakat setempat sehingga
bagi mereka tidak bermasalah, dan juga
dengan adanya tindakan mereka yang tidak
memperdulikan nasehat yang diberikan serta
malah dikarenakan nasehat tersebut para
remaja dan anggota masyarakat/ Jama’ah
Tabligh hampir berujung perkelahian
sehingga membuat masyarakat maupun
Jama’ah Tabligh tidak lagi terlalu
memperdulikan remaja tersebut. Dapat
dilihat dari pernyataan diatas bahwa mulai
memudarnya peran dari pihak keluarga dan
masyarakat di lingkungan sekitar Kelurahan
Sungai Jang dalam memberikan kontrol
sosial kepada remaja sekitar serta
memberikan nilai-nilai baik yang seharusnya
membangun kepribadian remaja yang
sebagaimana mestinya.
4. Internalisasi Simbolis yang Keliru
Seperti yang diungkapkan oleh Healy
dan Bronner (Kartono, 2010:28) bahwa
Internalisasi simbolis yang keliru adalah
individu mempersamakan diri mereka
dengan orang-orang yang melakukan
tindakan yang sudah menyimpang atau lebih
tepatnya bisa dikatakan adalah sebuah
proses pembelajaran/ pemasukan nilai dari
seseorang yang membentuk pola pikirnya
yang menyimpang. Dalam penelitian ini,
yang dimaksud adalah adanya peniruan yang
dilakukan remaja terhadap teman sebayanya
yang melakukan aktivitas meminum-
minuman keras di dalam kelompok. Remaja
tersebut sadar bahwa aktivitas penggunaan
minuman keras yang mereka lakukan adalah
suatu hal yang tidak sesuai dengan norma
kesopanan yang berlaku di dalam
masyarakat, tetapi mereka tetap memilih
untuk melakukan aktivitas penggunaan
minuman keras di dalam kelompok. Karena
di dalam kelompok itu sendiri telah
menetapkan bahwa penggunaan minuman
keras adalah aktivitas rutin yang dilakukan.
Dan remaja itu sendiri memaknai minuman
keras sesuai dengan kebutuhan mereka.
Analisis dari hasil wawancara yang
dilakukan dengan informan di atas adalah
bahwa adanya rasa senang yang muncul saat
melakukan aktivitas penggunaan minuman
keras bersama anggota kelompoknya di
Kelurahan Sungai Jang. Hal itu
menunjukkan bahwa telah timbul pemikiran
28
bahwa dengan mengikuti aktivitas
penggunaan minuman keras yang dilakukan
oleh kelompoknya dapat membuat informan
AR merasa senang dan merasa nyaman.
Tentunya memang karena aktivitas
penggunaan minuman keras adalah aktivitas
yang dilakukan oleh kelompoknya, maka
AR pun senang dengan mengikuti kegiatan
tersebut. Apalagi diakui oleh informan AR
sendiri dengan menggunakan minuman
keras bersama anggota kelompoknya di
Kelurahan Sungai Jang ia merasa
masalahnya yang selalu terbawa
dipikirannya menjadi hilang walaupun
hanya untuk sesaat. Ketika menggunakan
minuman keras tersebut bersama anggota
kelompoknya ia hanya merasakan senang
dan melupakan masalah yang ada dalam
hidupnya seperti stress dinasehati orang tua,
masalah pacar dan masalah sekolahnya
untuk sesaat.
Meskipun informan di atas mengetahui
dan sadar bahwa aktivitas penggunaan
minuman keras yang dia lakukan bersama
anggota kelompok lainnya sangatlah buruk
di mata masyarakat ataupun Jama’ah
Tabligh, namun AI tetap melakukan hal
tersebut dikarenakan perasaan senangnya
sama seperti informan AR yang nyaman
ketika menggunakan minuman keras dan
tetap ikut bersama kelompok tersebut.
Apalagi ia hanya mempunyai seorang
ibu dan adik perempuan dikeluarganya,
tanpa seorang ayah yang seharusnya
memberikan contoh serta pengarahan yang
sebagaimana mestinya. Alih-alih mengikuti
perkataan orang tuanya, AI malah mengikuti
kebiasaan teman-temannya untuk
menggunakan minuman keras. Dan juga
untuk mengatasi kesuntukannya, wajar saja
selain dia yang tidak menyambung sekolah
lagi, ia juga hanya bekerja serabutan ikut-
ikut orang jadi waktu luang yang ia punya
cukup banyak. Serta terbatasnya teman-
teman yang seharusnya membimbingnya
kearah yang lebih baik, melainkan ia hanya
mempunyai teman yang ada di lingkungan
Kelurahan Sungai Jang tersebut. Dan ia
sadar bahwa ia telah mengikuti ajakan
aktivitas penggunaan minuman keras yang
ada di kelompok Kelurahan Sungai Jang dan
lama-lama menjadi sebuah kebiasaan dan
tentunya sebuah aktivitas rutin yang mereka
lakukan.
Informan RO yang menggunakan
minuman keras karena mengikuti teman-
temannya dikelompok tersebut menganggap
bahwa aktivitas yang ia lakukan bersama
kelompoknya dapat menghilangkan
bebannya. Dapat kita simpulkan bahwa
tekanan ekonomi sangat berpengaruh
kepadanya. Karena di usianya yang muda ia
sudah ikut membantu keuangan di
keluarganya. Apalagi dengan kondisi
ekonomi yang bisa dibilang kurang
berkecukupan. Hal itu cukup besar untuk
menjadi beban yang ditanggung oleh RO
yang masih tergolong muda. Dan sama
seperti informan-informan sebelumnya tentu
ia merasakan kenyamanan ketika mengikuti
anggota kelompok lainnya untuk
menggunakan minuman keras dan menjadi
sebuah kebiasaan bagi dirinya. RO pun
menganggap tidak ada masalah dengan
29
aktivitas minuman keras yang dilakukannya,
dan merasa itu haknya asalkan ia tak
menganggu masyarakat disini tuturnya.
Hasil dari analisis yang dilakukan
dengan informan di atas dapat diketahui
bahwa RA menggunakan minuman keras
tersebut dikarenakan ingin mengikuti
aktivitas yang dilakukan teman-temannya di
bongkar muat barang, akhirnya menjadi
sebuah kebiasaan baginya. Dan ketika ia
masuk kedalam kelompok pengguna
minuman keras di Kelurahan Sungai Jang
tersebut ia pun menjadi lebih terbiasa akan
aktivitas minuman keras tersebut. Apalagi
dengan menggunakan minuman keras, RA
merasakan bahwa ia makin dekat dengan
teman-temannya serta lebih disegani oleh
teman dilingkungannya. Dan ditambah
dengan kenyataan bahwa ayahnya pun juga
menggunakan minuman keras terlebih
dahulu dan sempat juga meminum-minuman
keras selepas bekerja di angkut barang
bersama. Dapat disimpulkan bahwa adanya
proses pembelajaran yang salah dari RA
sehingga membuat ia mengikuti perilaku
penggunaan minuman keras yang dilakukan
oleh kelompoknya ataupun orang tuanya,
yang juga didukung oleh lingkungan di
Kelurahan Sungai Jang yang telah memudar
kontrol sosialnya.
Menurut pendapat informan di atas
dapat dijelaskan bahwa sama seperti
informan RA, GN mengikuti teman-
temannya yang juga menggunakan minuman
keras yang akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan baginya. GN mengakui bahwa
pada awalnya memang ia kurang suka
dengan aktivitas penggunaan minuman keras
dikelompoknya tersebut dikarenakan saat
meminumnya pertama kali ia merasakan
hanyalah rasa pahit. Namun akibat sering
diajak oleh anggota kelompoknya untuk
menggunakan minuman keras di Kelurahan
Sungai Jang lama kelamaan ia menjadi suka
akan aktivitas penggunaan minuman keras
tersebut.
Dan juga dia masih menggunakan
minuman keras dikarenakan memang
aktivitas yang dilakukan oleh kelompoknya
adalah penggunaan minuman keras. GN juga
merasakan bahwa dengan menggunakan
minuman keras bersama anggota
kelompoknya ia menjadi lebih disegani
dilingkungannya sama seperti kelompok
yang lainnya yang juga melakukan aktivitas
penggunaan minuman keras dan dianggap
jagoan dilingkungannya, serta tidak masalah
dengan aktivitas tersebut dikarenakan GN
nyaman melakukan aktivitas tersebut
bersama anggota kelompoknya.
Dari pernyataan kelima informan
remaja diatas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa informan AR, RA, dan RO adalah
seorang pengguna minuman keras yang
sudah aktif terlebih dahulu sebelum masuk
kedalam anggota kelompok pengguna
minuman keras yang ada di Kelurahan
Sungai Jang yang dimulai bersama teman-
teman satu sekolah nya dan juga ketika
bekerja bersama anggota buruh kapal.
Pernyataan ini berbeda dengan yang
dituturkan oleh kedua informan lainnya
yaitu GN dan AI yang mengatakan bahwa
mereka baru mengenal serta menggunakan
30
minuman keras ketika bergabung
dikelompok pengguna minuman keras
tersebut yang sebelumnya mereka bukanlah
peminum dan tidak pernah mencoba
minuman keras sama sekali yang mana
mereka ingin menyatu dengan anggota
kelompok lainnya serta lebih merasa
dianggap dan diakui.
Pernyataan dari informan-informan di
atas, maka peneliti dapat membuktikan
bahwa meskipun bagi sebagian besar remaja
di Kelurahan Sungai Jang menyadari bahwa
kebiasaan serta aktivitas penggunaan
minuman keras yang mereka lakukan
bersama teman sebaya saat berkumpul
merupakan suatu hal yang tidak sesuai
dengan norma kesopanan yang berlaku di
dalam masyarakat, bahkan mereka hampir
sempat berselisih dengan masyarakat atau
Jama’ah Tabligh yang ada di Kelurahan
Sungai Jang, namun mereka tetap memilih
untuk menggunakan minuman keras saat
mereka sedang berkumpul dengan berbagai
macam alasan mereka sendiri, mereka tetap
saling mengikuti anggota kelompok lainnya
untuk menggunakan minuman keras.
Dengan kebiasaan serta longgarnya aturan
yang ada di lingkungan sekitarnya membuat
para remaja yang ada di Gang Jebat ini tidak
sungkan dan takut untuk melakukan
aktivitas penggunaan minuman keras
dilingkungan rumahnya atau bahkan didepan
rumahnya sendiri.
Setelah melakukan wawancara bersama
kelima informan remaja di lokasi penelitian
Kelurahan Sungai Jang ternyata dapat
diketahui bahwa 2 (dua) dari kelima
informan pengguna minuman keras yaitu:
GN dan AI mengenal minuman keras
dikarenakan pengaruh dari teman sebaya
remaja yang juga tinggal dilingkungan
Kelurahan Sungai Jang. Teman-teman
dilingkungannya tersebut adalah bagian dari
kelompok pengguna minuman keras.
Teman-teman sebayanyalah yang mengajak
informan GN dan AI untuk masuk kedalam
kelompok pengguna minuman keras.
Mereka pun tanpa hambatan meniru
aktivitas yang dilakukan anggota
kelompoknya untuk menggunakan minuman
keras dan menjadi sebuah kegiatan yang
rutin. Berbeda dengan informan AR, RA,
dan RO yang sudah mengenal minuman
keras terlebih dahulu sebelum masuk
kedalam anggota kelompok tersebut. Dari
kedua informan AR dan AI diketahui bahwa
mereka masih tetap menggunakan minuman
keras bersama anggota kelompok yang lain
untuk mengisi waktu luangnya (suntuk) serta
mereka juga merasa senang dan nyaman
dengan aktivitas tersebut bersama anggota
kelompoknya sedangkan ketiga informan
lainnya RA, RO dan GN tetap menggunakan
minuman keras bersama anggota kelompok
lainnya dikarenakan mereka ingin merasa
lebih disegani oleh teman-teman sebayanya
serta lebih mendekatkan diri dengan anggota
kelompoknya, bahkan bagi informan RO
sendiri merasa bahwa dengan menggunakan
minuman keras bersama anggota kelompok
lainnya membuat beban yang ditanggungnya
hilang sehingga membuat RO nyaman
melakukan aktivitas tersebut bersama
anggota kelompoknya.
31
E. PENUTUP
Dari pembahasan pada bab sebelumnya
maka dapat ditarik simpulan antara lain
sebagai berikut :
1. Berdasarkan teori sosiogenesis dapat
diketahui bahwa penyebab remaja
menyalahgunakan minuman keras yakni;
pertama, struktur sosial yang deviatif
sangat mempengaruhi tingkah laku
remaja di Kelurahan Sungai Jang,
mereka menjadi pengguna minuman
keras dikarenakan mereka sendiri berada
di kelompok yang sudah terlebih dahulu
menjadi pengguna minuman keras.
Kedua, tekanan kelompok juga
mempengaruhi tingkah laku delinkuen
remaja di Kelurahan Sungai Jang, lebih
tepatnya remaja tersebut mendapati
tekanan-tekanan yang bersifat ajakan
dari teman sebayanya untuk meminum
minuman keras. Ketiga, Peranan sosial
dari keluarga dan masyarakat serta
anggota kelompok keagamaan sekitar
yang gagal dalam mengontrol
perkembangan dan tingkah laku para
remaja sehingga para remaja tersebut
tidak mampu berhenti meminum
minuman keras. Keempat, internalisasi
simbolis yang keliru membuat para
remaja menyamakan diri mereka dengan
orang-orang yang melakukan tindakan
delinkuen. Para remaja meniru dan
menjadikan kegiatan meminum
minuman keras sebagai suatu kebiasaan
dalam bergaul dengan kelompoknya.
2. Para remaja menyadari bahwa kebiasaan
minum minuman keras yang mereka
lakukan bersama dengan teman-teman
sebaya saat berkumpul merupakan suatu
hal yang tidak sesuai dengan norma
kesopanan yang berlaku di dalam
masyarakat Kelurahan Sungai Jang.
3. Pada dasarnya aktivitas meminum
minuman keras yang dilakukan
merupakan pilihan yang dipilih oleh para
remaja di Kelurahan Sungai Jang, hal
tersebut terjadi bukan hanya karena
faktor dari luar diri para remaja, tapi juga
dari dalam diri para remaja tersebut
sebagai dampak perkembangan umur
yang belum dewasa.
Untuk menindaklanjuti beberapa
kesimpulan yang telah dikemukakan oleh
peneliti dalam penulisan skripsi ini, maka
perlu disampaikan beberapa saran yaitu
diantaranya;
1. Meningkatkan harga jual minuman
beralkohol. Kenaikan harga jual
minuman keras diharapkan dapat
membawa penurunan signifikan pada
jumlah pengguna minuma keras. Saran
penulis pemerintah seharusnya menaikan
cukai minuman yang mengandung
alkohol, sehingga dapat mengurangi
bahkan menghentikan kebiasaan mereka
menggunakan minuman keras.
2. Mendukung program swadaya
pengawasan dari masyarakat. Mengingat
efek buruk yang ditimbulkan minuman
keras, maka kota Tanjungpinang harus
memiliki kontrol ketat terhadap
peredarannya. Pedagang minuman keras
32
harus bekerjasama dengan tegas untuk
tidak menjual minuman keras bila
pembeli minuman keras berusia kurang
dari 21 tahun. Pemerintah juga harus
membentuk tim pengawasan remaja yang
harus melibatkan orang tua atau keluarga
agar dapat memberikan pengarahan dan
pengawasan supaya remaja terhindar dari
penyalahgunaan minuman keras.
3. Perlu memperbanyak sosialisasi edukasi
tentang bahaya penggunaan minuman
keras. Masyarakat yang sudah
mengetahui efek buruk dari penggunaan
minuman keras, tetapi masih kurang
memiliki rasa tanggungjawab setelah
mengetahui bahaya dari minuman keras,
menyebabkan perlunya edukasi lanjutan
kepada remaja pengguna minuman keras,
dan juga edukasi kepada penyalur,
pedagang, dan pembuat minuman keras
tersebut. Dalam melakukan edukasi
sebaiknya berkoordinasi dengan aparat,
pemuka agama dan pemuka masyarakat
setempat. Untuk menamkan bahwa
minuman keras itu tidak baik untuk
kesehatan, pandai dan bijak untuk
memilih pergaulan supaya tidak
terpengaruh oleh mereka yang sudah
kecanduan minuman keras, dan yang
terakhir bahwa minuman keras adalah
haram menurut agama manapun karena
memberikan dapat tidak baik buat diri
sendiri dan lingkungan di sekitar.
4. Terakhir, penulis menyarankan agar para
Jama’ah Tabligh di Kelurahan Sungai
Jang lebih mendekatkan diri dengan para
remaja dan lebih banyak mengadakan
acara keagamaan yang melibatkan para
remaja serta membantu pemerintah
melakukan penyuluhan kesehatan atau
swadaya dan edukasi keimanan terhadap
para remaja, agar para remaja lebih
mendalami agama islam yang telah
melarang penggunaan alkohol. Dengan
begitu kondisi lingkungan di Sungai Jang
juga bias lebih sehat karena peran para
anggota Jama’ah Tabligh lebih besar
daripada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2007. Sosiologi “Skematika,
Teori, Dan Terapan”, Jakarta: Bumi
Aksara
Arifin Muhammad. 1994. Pedoman
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, cet 5, Jakarta: PT.Golden Trayon
Press.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi
VI, Jakarta : Rineka Cipta.
Burhan, Bungin, 2001. Metodologi
Penelitian Sosial : Format-Format
Kualitatif Dan Kuantitatif. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Gunarsa S, D, & Yulia S. D. G, 2003.
Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Jakarta : BPK Gunung Mulia
Husein Umar. 2007. Metode Penelitian
Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Ihromi T.O, 2004. Bunga Rampai Sosiologi
Keluarga cet 2, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
33
Imam Suprayogo, Tobroni, 2001. Metode
Penelitian Sosial Agama cet 1, Bandung
: Remaja Rosdakarya
Kartono, Kartini, 2010. Patologi Sosial 2”
Kenakalan Remaja”, Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada.
Kartono, Kartini, 2010. Patologi Sosial 3
“Gangguan-Gangguan Kejiwaan”,
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Lexy J. Moleong, 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Santrock, John W. 2002. Life- Span
Development, Edisi 5 Jilid 1&2. Jakarta :
Erlangga.
Sarwono, 2002. Psikologi Remaja. Jakarta:
Raja Grafindo
Sasangka H, 2003. Narkotika dan
Psikotropika dalam Hukum Pidana,
Bandung : Mandar Maju.
Soekanto, Soerjono. 1980. Remaja Dan
Masalah-masalahnya. Yogyakarta :
Kanisius
Soekanto, Soerjono, 2004. Sosiologi
Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga,
Remaja
dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono, 2010. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soekanto, Soerjono, 2012. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soeratno, 1995. Metodologi Penelitian,
Yogyakarta : UUP AMP YKPN
Sudarto, 1995. Metodologi Penelitian
Filsafat, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan “PendekatanKuantitatif,
Kualitatif, dan R & D”. Bandung
:Alfabeta.
Sunarto, Kamanto, 2006. Sosiologi dengan
Pendekatan Membumi, Edisi keenam,
Jilid Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga..
Syarbaini, Syahrial & Rusdiyanta, 2009.
Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Zakiah Daradjat, 1973. Perawatan Jiwa
Untuk Anak-anak, cet 2, Jakarta: Bulan
Bintang.
Website :
http://www.antarakepri.com/berita/36710/ta
njungpinang-belum-punya-perda-
pengawasan-minuman-beralkohol,
Diakses pada Selasa, 2 Februari 2016,
pukul 11:45
http://www.bkkbn.go.id , Diakses pada
Jumat, 4 Maret 2016, pukul 21:13