rencana kinerja (renkin) badan penelitian dan …bppi.kemenperin.go.id/uploads/files/dokumen/renkin...
TRANSCRIPT
RENCANA KINERJA (RENKIN)
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
TAHUN 2018
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2017
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 KATA PENGANTAR
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri i
KATA PENGANTAR
Rencana Kinerja (Renkin) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI)
Tahun 2018 hasil Reviu ini merupakan perubahan dari Renkin sebelumnya untuk
menyesuaikan dengan hasil Reviu Rencana Strategis Kementerian Perindustrian
Tahun 2015-2019 yang diikuti oleh perubahan pada Renstra BPPI. Selanjutnya Renkin
TA. 2018 hasil Reviu ini akan dijadikan pedoman dalam penetapan kinerja dan
pelaksanaan program/kegiatan Anggaran 2018.
Tujuan penyusunan Renkin BPPI Tahun 2018 adalah sebagai koridor dalam
penyusunan program kegiatan supaya sesuai dengan Rencana Strategis yang telah
ditetapkan sebelumnya, meantau pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian
realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja serta menilai keberhasilan
organisasi. Diharapkan pelaksanaan kinerja BPPI TA. 2018 lebih terarah dan fokus
pada capaian dari program/kegiatan.
Dalam penyusunan Renkin ini, tentunya masih banyak kekurangan karena
adanya perubahan dalam dokumen perencanaan. Saran dan masukan serta kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Renkin BPPI ini.
Jakarta, 25 Juni 2017
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Kepala,
Ngakan Timur Antara
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Daftar Isi
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................................................................... 6
C. Tugas Pokok dan Fungsi.......................................................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup ............................................................................................................................................. 7
BAB II PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI ................................................................ 10
A. Hasil-Hasil Pembangunan ................................................................................................................... 10
B. Arah Pembangunan di Bidang Litbang Industri ....................................................................... 14
BAB III RENCANA KINERJA ...................................................................................................................... 17
A. Sasaran ......................................................................................................................................................... 17
B. Indikator Kinerja...................................................................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................................... 21
1
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi perlambatan perekonomian dunia yang masih terjadi pada tahun 2016
dan awal tahun 2017 telah membuat pemerintah melakukan koreksi terhadap target
pertumbuhan ekonomi, dimana salah satunya adalah sektor industri. Pada tahun 2015-
2019, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk Pengembangan
Industri Nasional (RIPIN), target pertumbuhan industri nasional ditetapkan sebesar
6,8% kemudian direvisi menjadi sebesar 6,1%. Sedangkan sasaran kuantitatif lain di
dalam RIPIN tak berubah, yakni kontribusi sektor nonmigas terhadap PDB nasional
21,20%, kontribusi ekspor produk industri ditargetkan sebesar 67,3%, serta sasaran
penyerapan tenaga kerja di bidang nonmigas adalah sebesar 15,5 juta orang. Rencana
Induk Pengembangan Industri Nasional turut mengamanatkan penurunan rasio impor
bahan baku industri terhadap PDB sektor nonmigas menjadi 43,1%. Selain itu,
investasi dipatok dengan target Rp. 270 triliun, serta penyebaran dan pemerataan
industri sebesar 27,7%.
Cabang industri yang menjadi andalan sesuai RIPIN yakni industri pangan,
industri farmasi/kosmetik/alkes, industri tekstil/kulit/alas kaki dan aneka, industri
alat transportasi, industri elektronika dan telematika/ICT, industri pembangkit energi.
Selain itu, Kemenperin juga berjanji meningkatkan pengembangan industri pendukung
dan industri hulu. Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 telah menetapkan arah kebijakan industri. Pertama, fokus kepada
pengembangan perwilayahan industri. Hal ini diimplementasikan melalui
pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri dan kawasan peruntukkan
industri, fasilitas pembangunan 13 kawasan industri di luar Pulau Jawa dan satu di
Pulau Jawa, serta membangun 22 sentra industri kecil dan menengah. Arah kebijakan
kedua ialah pertumbuhan populasi industri. Pendekatan yang akan dilakukan adalah
dengan cara menambah setidaknya 9.000 industri berskala besar dan sedang yang
separuhnya ada di luar tanah Jawa, serta penumbuhan industri 20.000 unit usaha
industri kecil.
2
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Sasaran pembangunan industri di atas merupakan tantangan yang sangat berat
serta memerlukan upaya yang maksimal dan koordinasi yang baik dari seluruh
pemangku kepentingan sektor industri. Sebagai gambaran, data tahun 2016
menunjukkan bahwa pertumbuhan industri pengolahan nonmigas nasional tercatat
hanya sebesar 4,42%, lebih rendah dari pertumbuhan pada tahun 2015 yang mencapai
5,05%. Cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi selama tahun 2016
adalah Industri Makanan dan Minuman sebesar 8,46%, serta Industri Kulit/Barang
dari Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,15%. Kendati demikian, pada tahun 2016 industri
pengolahan nonmigas masih mampu memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar
20,05%, yang merupakan kontribusi tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya.
Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian merupakan
pengganti dari UU Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian yang menjadi landasan
hukum yang kuat dalam memberikan ruang yang lebih luas untuk peningkatan kinerja
sektor industri. UU Perindustrian ini bertujuan untuk menjawab tantangan, kebutuhan
dan perkembangan kondisional dan situasional akibat perubahan lingkungan strategis
agar mampu menjadi landasan hukum yang kuat bagi pengaturan, pembinaan dan
pengembangan industri nasional pada masa datang. Berikut ketentuan pokok yang
diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian:
1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian;
2. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN);
3. Industri Strategis;
4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam;
5. Pembangunan Sumber Daya Manusia;
6. Infrastruktur Industri;
7. Standardisasi Industri;
8. Tindakan Pengamanan Industri; serta
9. Fasilitas Industri.
Dalam rangka mendorong tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi angka
kemiskinan maka dibutuhkan pengelolaan industri yang relevan dengan kebutuhan
pembangunan dan pengembangan daya saing Indonesia di kancah internasional.
Indonesia adalah negara yang yang memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) yang didukung oleh potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil
3
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Melalui kekayaan
hasil buminya, Indonesia menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai
komoditas.
Dengan besarnya potensi sumber daya alam, letak geografis, dan tenaga kerja
yang besar yang merupakan comparative advantage yang dimiliki oleh Indonesia,
menjadi sangat tepat sekiranya filosofi pengembangan industri nasional menuju
filosofi pengembangan competitive advantage untuk membawa Indonesia pada tahun
2025 menjadi negara industri tangguh dunia melalui visi antara 2014 yaitu
pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta
terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
Untuk menjadi negara industri tangguh dunia dengan filosofi pengembangan
competitive advantage dapat dicapai dengan upaya-upaya mendorong peningkatan
nilai tambah industri; mendorong peningkatan perluasan pasar domestik dan
internasional; mendorong peningkatan industri jasa pendukung; memfasilitasi
penguasaan teknologi industri; memfasilitasi penguatan struktur industri; mendorong
penyebaran industri keluar Pulau Jawa; mendorong peran IKM terhadap PDB.
Faktor lain yang juga sangat menentukan dalam upaya pengembangan industri,
antara lain tersedianya berbagai infrastruktur penunjang dan kebijakan fasilitas
pengembangan industri. Namun, kewenangan terkait beberapa hal tersebut ada di
berbagai instansi, tidak hanya di Kementerian Perindustrian.
Pembangunan nasional secara terencana harus terus terjaga dengan seksama
agar pemerintah mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi negara mandiri, maju,
adil, dan makmur pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Visi pembangunan ini
menjadi pertimbangan dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menjamin
keberlanjutan pembangunan industri.
Dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan bagi setiap misi yang diembannya
serta untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang dihadapinya, Kementerian
Perindustrian telah menjabarkan strategi dan kebijakan yang dikelompokkan dalam
strategi dan strategi implementasi. Pencapaian tujuan tersebut, maka ditetapkan 3
(tiga) strategi sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran litbang dan aplikasi teknologi industri pada dunia usaha
melalui pengembangan Pusat-Pusat Inovasi dan Pilot Project di daerah serta
membangun jejaring kerja dengan institusi litbang lainnya, perguruan tinggi, dan
4
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
industri pengguna;
b. Meningkatkan kemampuan dan pengakuan infrastruktur standardisasi di lingkup
nasional dan internasional;
c. Meningkatkan koordinasi dan jejaring kerja dengan seluruh stakeholders serta
menggunakan tenaga ahli terkait untuk mampu merumuskan kebijakan yang
berkualitas.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengantisipasi perubahan lingkungan
strategis yang dinamis serta dampak negatif terhadap pertumbuhan industri nasional,
meningkatkan koordinasi dan jejaring kerja serta memanfaatkan kompetensi tenaga
ahli yang ada. Renkin BPPI TA. 2018 merupakan dokumen perencanaan kegiatan
tahunan sebagai penjabaran dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang
(UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005 – 2025, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
tentang RPJMN Tahun 2015 – 2019 dan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019
merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi. Renstra ini
bersifat rolling plan dengan ruang lingkup mencakup: visi, misi, tujuan dan sasaran
strategis pembangunan industri, arah kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
industri, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan kerangka
pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan industri selama tahun
2015 – 2019. Kebijakan Industri Nasional (PP No.28/2008) saat ini berfokus pada
penyebaran dan pemerataan industri, peningkatan nilai tambah di dalam negeri
melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan, serta peningkatan daya
saing dan produktivitas industri nasional. Renstra Kementerian Perindustrian tahun
2015-2019 diharapkan menjadi pedoman dalam meningkatkan keterpaduan,
keteraturan, dan pengendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit
kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan Industri Nasional. Selain itu, sektor industri harus bisa menjadi motor
penggerak perekonomian yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas,
5
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien,
moderen, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif yang menerapkan
praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang
tangguh. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya
saing dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri disehatkan dengan meniadakan
praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar.
2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan dengan menjadikan
Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai basis industri nasional, yaitu
terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri berskala besar.
3. Dalam hal hulu-hilir, struktur industri akan diperdalam dengan mendorong
diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun industri yang sehat dan kuat.
Selanjutnya, merujuk pada Rancangan Rencana Strategis Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) Tahun 2015-2019, sebagai salah satu unit Eselon I
Kementerian Perindustrian telah menetapkan visinya yaitu:
“Menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner dan pelayanan
teknis teknologis terkini yang profesional bagi sektor industri nasional”.
BPPI mengemban misi mewujudkan visi tersebut dalam 5 tahun ke depan (2015-
2019) sebagai berikut:
1. Mengembangkan kebijakan dan iklim usaha industri;
2. Meningkatkan peran standardisasi dalam mendukung daya saing industri nasional;
3. Mendorong pengembangan teknologi industri yang maju dan berdaya saing
termasuk di dalamnya perlindungan HKI;
4. Mendorong pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan (industri hijau);
5. Mendorong penguasaan teknologi dan penggunaan SDA lokal melalui kegiatan
litbang dan pelayanan jasa teknis.
Dalam rangka mendukung visi dan misi yang menjadi sasaran strategis BPPI,
dalam setiap subprogram dan kegiatan yang direncanakan, telah ditetapkan sasaran
yang akan dicapai beserta indikator pencapaiannya. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah monitoring dan evaluasi keberhasilan implementasi dari Renstra BPPI.
Jika pencapaiannya masih dirasakan minim, maka akan dengan mudah teridentifikasi
permasalahannya sehingga dapat segera ditemukan solusinya.
6
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Misi BPPI dapat tercapai apabila seluruh unit kerja di lingkungan BPPI dapat
mencapai keberhasilan yang terukur setiap tahunnya, berdasarkan Rencana Kinerja
yang disusun setiap tahun. Berpedoman kepada mekanisme yang berlaku, penyusunan
Renkin BPPI Tahun 2018, harus mengacu pada Renstra BPPI 2015-2019, namun
Renstra dimaksud ketika Renkin ini disusun masih dalam tahap reviu, sehingga tidak
menutup kemungkinan apabila pada akhir TA. 2017 terdapat perubahan-perubahan
pada perencanaan kinerja.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penyusunan rencana kinerja di lingkungan BPPI
tahun 2018 ini adalah agar pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan
memberikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati dan dapat terukur.
Selain itu penyusunan Renkin BPPI tahun 2018 dimaksudkan untuk membuat suatu
dokumen yang berisi informasi mengenai tingkat kinerja yang ingin dicapai pada tahun
2018. Dengan demikian tujuan penyusunan Renkin BPPI tahun 2018 adalah sebagai
kontrak atau kesepakatan tentang kinerja yang akan diwujudkan pada tahun 2018.
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas dan Fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) adalah :
Tugas yaitu untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan
rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang,
kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri.
Dalam melaksanakan tugas, fungsinya :
- Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengkajian
serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka
menengah dan panjang, kebijakan pengembangan iklim dan mutu industri;
- Pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan
makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan
pengembangan iklim dan mutu industri;
- Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian
dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro
pengembangan industri jangka menengah dan panjang,
kebijakan serta iklim dan mutu industri; dan
- Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.
7
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
D. Ruang Lingkup
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No.105/M-IND/PER/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) terdiri atas 5 (lima) unit setingkat eselon II di pusat, 11
(sebelas) Balai Besar dan 11 (sebelas) Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand
Industri) yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia.
BPPI mempunyai peran yang sangat vital dalam upaya pengembangan industri
nasional, melalui kebijakan-kebijakan pengembangan industri. Hal ini didukung oleh
pusat-pusat yang mencakup semua aspek keindustrian, yaitu :
- Pusat Standardisasi berperan dalam perumusan, penyiapan penerapan,
pengembangan, dan kerja sama di bidang standardisasi industri;
- Pusat Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri berperan dalam pengkajian dan
perumusan kebijakan iklim usaha industri yang mencakup fasilitas (insentif fiskal
dan non fiskal), kebijakan-kebijakan sektor industri, juga aspek perpajakan dan tarif;
- Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup berperan dalam pengkajian
dan perumusan kebijakan terkait industri hijau dan lingkungan hidup;
- Pusat Pengkajian Teknologi dan HKI yang berperan dalam pengkajian dan
perumusan terkait teknologi industri dan hak kekayaan intelektual.
Di samping Pusat-Pusat tersebut, 11 unit Balai Besar dan 11 Balai Riset dan
Standardisasi Industri (Baristand Industri) mempunyai peranan yang penting sebagai
unit pelayanan teknis dan perwakilan Kementerian Perindustrian di daerah. Beberapa
Balai Besar dan Baristand ada yang telah memiliki status Badan Layanan Umum (BLU).
Dengan berstatus BLU, Balai-Balai tersebut dapat secara cepat memberikan pelayanan
teknis kepada masyarakat dan mengelola aset dan keuangannya secara optimal.
Masing-masing unit tersebut memiliki kompetensi masing-masing seperti tercantum
pada Tabel 1.1.
8
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Tabel 1.1 Kompetensi Inti Balai Besar
Balai Besar Kompetensi Inti
1. Tekstil (BBT), Bandung Desain Struktur dan Permukaan Tekstil 2. Bahan dan Barang Teknik
(B4T), Bandung Quality Assurance untuk teknologi pengelasan bawah air, instrumentasi virtual & material teknik/maju berbasis polimer
3. Logam dan Mesin (BBLM), Bandung
Desain Proses dan Produk engineering (fokus: peralatan energi dan tooling)
4. Keramik (BBK), Bandung Material Engineering for Electric & Structural Ceramic
5. Pulp dan Kertas (BBPK), Bandung
Bioengineering untuk pulp dan kertas
6. Industri Agro (BBIA), Bogor
Komponen aktif bahan alami komoditas agro
7. Kimia dan Kemasan (BBKK), Jakarta
Fine Chemical & Degradable Packaging Design
8. Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI), Semarang
Teknologi terapan untuk pengendalian buangan industri
9. Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), Yogyakarta
Desain bahan dan konstruksi sepatu
10. Kerajinan dan Batik (BBKB), Yogyakarta
Desain dan bahan baku baru untuk produk-produk kerajinan dan batik
11. Industri Hasil Perkebunan (BBIHP), Makassar
Proses produksi dan teknologi terapan untuk pengolahan kakao
Fokus Baristand Industri yang berada di bawah pembinaan BPPI dapat dilihat
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Fokus Balai Riset dan Standardisasi Industri
Baristand Fokus
1. Aceh Rempah dan minyak atsiri 2. Medan Mesin dan peralatan pabrik 3. Padang Makanan tradisional 4. Palembang Karet komponen teknis 5. Lampung Tepung industri agro 6. Surabaya Mesin listrik & peralatan listrik 7. Banjarbaru Teknologi pengolahan kayu, rotan, dan
bambu 8. Samarinda Hasil perikanan dan perkebunan 9. Pontianak Bahan baku kosmetik alami dan pangan
semi basah 10. Manado Teknologi pengolahan palma
9
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab I Pendahuluan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Baristand Fokus 11. Ambon Teknologi pengolahan hasil laut
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BPPI
Dalam penyusunan Renkin BPPI tahun 2018 ini, maka ruang lingkup
pembahasan dibatasi sebagai berikut:
1. Rencana Sasaran Strategis TA. 2018;
2. Rencana Indikator Kinerja TA. 2018.
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
(BPKIMI)
Pusat Standardisasi
Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim
Usaha Industri
Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak
Kekayaan Intelektual
Sekretariat
11 (sebelas) Balai Besar
11 (sebelas) Baristand
10
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
BAB II
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Hasil-Hasil Pembangunan
Hasil capaian kinerja yang telah dilakukan BPPI pada periode tahun 2011 – 2015
dalam upaya mendukung pengembangan industri nasional, melalui kebijakan-
kebijakan pengembangan industri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Capaian Kinerja BPPI
No Uraian Sasaran/ Indikator Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 1 Tingginya Kemampuan Inovasi dan
Penguasaan Teknologi Industri
Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Siap Diterapkan
200 96 62 62 54
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
33 42 45 35 36
2 Mengembangkan Research and Development di Instansi dan Industri
Kerjasama R & D di instansi dan industri
81 71 50 60 -
3 Memfasilitasi penerapan, pengembangan, dan penggunaan kekayaan intelektual
Jumlah pendaftaran Perlindungan HKI
5 5 7 14 13
4 Memfasilitasi penerapan standardisasi
Rancangan SNI yang diusulkan 103 92 124 116 102 5 Mengusulkan Insentif yang
Mendukung Pengembangan Industri
Rekomendasi usulan insentif 3 4 2 4 - Rekomendasi kebijakan
perpajakan dan tarif - 17 34 6 -
Rekomendasi kebijakan non fiskal dan moneter
- 4 5 1 -
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
- 69 81 95 -
6 Meningkatkan pengembangan Industri Hijau
Rumusan kebijakan 1 3 5 12 12 Perusahaan yang mendaftar 74 74 101 111 129
11
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
1. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
a. Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Siap Diterapkan. Dari jumlah 200
penelitian pada TA. 2012, menjadi 96 penelitian pada TA. 2013, pada TA. 2014
mencapai 62 penelitian dan pada tahun 2015 serta 2016 masing-masing
terdapat 62 dan 54 penelitian. Bila dilihat perkembangannya dari TA. 2012
sampai TA. 2016 terdapat penurunan jumlah penelitian. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan penetapan kriteria penelitian yang dianggap siap diterapkan,
ketika dalam penyusunan Renstra penelitian yang siap diterapkan adalah
seluruh penelitian yang dilaksanakan pada saat tahun anggaran berjalan,
namun pada TA. 2013 sampai 2016 lebih berorientasi outcome maka yang
dimaksudkan dengan hasil Litbang yang Siap Diterapkan adalah hasil litbang
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, telah diuji coba, diakui oleh pihak
eksternal, ada hasil nyata yang dapat dilihat pada waktu didiseminasikan.
Dengan bertambahnya kriteria penelitian hasil litbang yang siap diterapkan
menyebabkan meningkatnya litbang dari segi kualitas, namun menurunnya
jumlahnya secara kuantitas;
b. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri pada TA.
2012 sebanyak 33 penelitian, TA. 2013 menjadi 42 penelitian, TA. 2015
sebanyak 35 penelitian dan TA. 2016 menjadi 36 penelitian. Minimnya hasil
litbang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat industri karena umumnya
hasil litbang masih dalam bentuk prototipe atau skala laboratorium, hal ini
menyebabkan kontribusi litbang terhadap pembangunan ekonomi masih
belum maksimal.
2. Mengembangkan Research and Development di Instansi dan Industri
Telah terbentuk kerjasama R & D di instansi dan industri pada TA. 2012 sebesar
81 kerja sama, TA. 2013 terdapat 71 kerjasama, TA. 2014 mengalami penurun
hanya terdapat 50 kerjasama dan pada TA. 2015 kembali meningkat menjadi 60
kerjasama. Kerjasama dimaksud merupakan kerjasama yang menghasilkan
teknologi dibidang proses/produk/peralatan yang dibiayai bersama atau dibiayai
oleh dunia usaha yang sifatnya operasional. Namun pada tahun 2016 kerjasama
R&D ini tidak lagi dijadikan indikator karena indikator jumlah kerjasama ini masih
berorientasi output.
12
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
3. Terfasilitasinya penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual
dengan indikator jumlah pendaftaran perlindungan HKI. Pada Tahun 2012 sampai
dengan Tahun 2013 terdapat masing-masing 5 pendaftar, pada TA. 2014 sebanyak
7 pendaftar dan TA. 2015 meningkat 100% menjadi 14 pendaftar. Sedangkan pada
tahun 2016 sebanyak 13 pendaftar. Kendala yang dialami untuk dapat
merealisasikan indikator ini adalah Kemenperin dalam hal ini hanya bertindak
sebagai fasilitasi/advokasi sedangkan kewenangan berada pada instansi lain
(Ditjen HKI, Pengadilan, Polri), sehingga perlu tindak lanjut koordinasi dengan
instansi terkait.
4. Memfasilitasi penerapan standardisasi
Fasilitasi penerapan standardisasi dilaksanakan dalam rangka pencapaian
kebijakan dan pengembangannya, penyiapan perumusan kebijakan standardisasi,
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), kaji ulang dan revisi Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan penyiapan pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia secara wajib. Pada TA. 2012 terealisasi 103 RSNI, TA. 2013 sebesar 92
RSNI, TA. 2014 terealisasi sebesar 124 RSNI, pada TA. 2015 realisasinya mencapai
116 RSNI, dan pada TA. 2016 realisasi RSNI sebanyak 102 RSNI.
5. Mengusulkan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri
Pengembangan kebijakan harus terus dilakukan dan diarahkan sesuai dengan
perubahan kondisi lingkungan strategis, sehingga mampu menciptakan iklim
usaha industri yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing industri.
Pada TA. 2012 untuk rumusan kebijakan insentif dan disinsentif adalah sebanyak
3 rumusan, TA. 2013 rekomendasi usulan insentif sebanyak 4 jenis rekomendasi,
TA. 2014 mencapai target sebanyak 2 rekomendasi dan TA. 2015 telah diusulkan
4 rekomendasi.
Pada TA. 2013 telah tersusun 17 rekomendasi kebijakan perpajakan dan tarif,
pada TA 2014 terdapat 34 rekomendasi atau diatas target, sedangkan TA. 2015
hanya dihasilkan 6 rekomendasi; TA 2013 terdapat 4 rekomendasi kebijakan non
fiskal dan moneter sektor industri sedangkan TA 2014 terealisasi sebesar 5
rekomendasi dan pada TA. 2015 terealisasi 1 rekomendasi; Pada TA 2013
perusahaan industri yang memperoleh insentif adalah sebanyak 69 perusahaan,
TA. 2014 sebanyak 81perusahaan dan pada TA. 2015 sebanyak 95 perusahaan
atau di atas target yang ditetapkan sebanyak 50 perusahaan.
13
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dijadikan indikator pada TA. 2016 sudah
tidak lagi dijadikan indikator. Sebagai penggantinya maka dirumuskan indikator
baru yang berorientasi outcome.
6. Meningkatkan pengembangan Industri Hijau
Sejak TA. 2010 sampai TA. 2012 telah disusun dokumen Rencana Induk
Pengembangan Industri Hijau (RIPIH) merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
perencanaan pembangunan industri sesuai dengan amanat Rancangan Undang-
Undang Perindustrian, khususnya pengembangan industri hijau. Penyusunan
RIPIH bertujuan untuk mendorong sektor industri nasional menghasilkan
produk hijau untuk memenuhi pasar produk hijau di tingkat global. RIPIH
berperan sebagai acuan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan industri hijau
bagi pemerintah, perusahaan industri maupun masyarakat serta menjadi ruang
bersinergi dalam berbagai program dan inisiatif yang relevan dengan
pengembangan industri hijau di Indonesia. Standar Industri Hijau merupakan
salah satu komponen utama RIPIH dalam rencana aksi Infrastruktur industri hijau
di bidang standardisasi. Standar industri hijau, difokuskan pada efisiensi sumber
daya (bahan baku, energi, air dan lain-lain), yang disusun untuk setiap komoditi
industri.
Selain itu sejak TA. 2010-2012 telah tersusun Pengembangan diversifikasi dan
konservasi energi industri berupa Roadmap pengurangan emisi CO2 berbasis pada
konservasi energi dan Roadmap pengurangan emisi CO2 berbasis pada
diversifikasi energi terutama untuk industri semen dan baja, kemudian tersusun
pula Pedoman Teknis Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor industri
pupuk dan Pedoman Teknis Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor
industri keramik.
Pada TA. 2013 telah tersusun 3 rumusan kebijakan yang terkait lembaga Sertifikasi
Industri Hijau, Standard Industri Hijau, dan Insentif Industri Hijau. Pada TA. 2014
dan 2015 masing-masing telah dihasilkan 5 rumusan kebijakan dan 12 rumusan
kebijakan terkait lembaga, standar dan insentif industri hijau. Selain itu, dalam
rangka mendorong penerapan industri hijau, pemerintah memberikan
Penghargaan Industri Hijau kepada industri yang telah melakukan upaya
penghematan penggunaan sumber daya alam dan penggunaan sumber daya alam
yang ramah lingkungan dan terbarukan. Pemberian penghargaan ini telah dimulai
sejak tahun 2010. Pada TA. 2012 terdapat 74 perusahaan yang mengikuti
14
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
penghargaan, pada TA. 2013 diikuti 74 perusahaan, pada TA 2014 diikuti 101
perusahaan, pada TA. 2015 meningkat menjadi 111 perusahaan yang mendaftar
penghargaan industri hijau, dan pada TA. 2016 semakin meningkat menjadi 129
perusahaan.
B. Arah Pembangunan di Bidang Litbang Industri
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis yang
dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi Perspektif
Pemangku kepentingan, Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Perspektif Proses
Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis dan Indikator
Kinerja Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian untuk periode tahun 2015–2019
adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya populasi dan persebaran industri, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1) Unit industri pengolahan non-migas besar sedang yang tumbuh.
2) Unit industri kecil yang tumbuh.
3) Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas.
4) Nilai tambah sektor industri di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor
industri nasional.
5) Kawasan industri yang terbangun.
6) Sentra IKM di luar pulau jawa yang dibangun dan beroperasi.
7) Persentase jumlah unit usaha industri besar sedang di luar pulau jawa
terhadap total populasi industri besar sedang nasional.
2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor
Industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis
ini adalah:
1) Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor
nasional.
2) Penguasaan teknologi industri.
3) Penurunan impor produk industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan
secara Wajib.
4) SDM Industri kompeten dan berseretifikasi yang terserap di dunia kerja.
5) Produktivitas SDM industri.
15
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Dari Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian tersebut, BPPI memiliki
Sasaran Strategis :
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Peran Fasilitas Fiskal dan Non Fiskal
Dalam Peningkatan Daya Saing Industri, dengan indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Kontribusi investasi yang memanfaatkan fasilitas fiskal
2) Peningkatan jumlah industri berorientasi ekspor
3) Peningkatan kemampuan dan pengamanan dunia usaha
2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya harmonisasi kebijakan industri sebagai
upaya penciptaan iklim usaha industri yang lebih kondusif, dengan indikator
kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Peningkatan rekomendasi kebijakan dalam rangka harmonisasi kebijakan
terkait industri
3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Penguasaan Pangsa Pasar Dalam Negeri,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Penurunan impor Produk Industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan
secara wajib
4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya penguasaan teknologi industri, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Produk industri yang dikuasai teknologinya
2) Tingkat kesiapterapan teknologi (TRL) yang dikuasai
5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Industri yang Menerapkan Industri Hijau,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Industri Manufaktur yang memenuhi standar industri hijau
2) Penetapan Standar Industri Hijau (SIH)
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku
kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) BPPI.
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL
6. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Layanan Jasa Teknis kepada Industri,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
16
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 Bab II Perkembangan Pembangunan Industri
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
1) Tingkat Kepuasan Pelanggan.
7. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya penerapan reformasi birokrasi, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Tingkat Maturitas Satker di lingkungan BPPI mencapai level 3
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
8. Sasaran Strategis 8: Pengembangan SDM ASN di Lingkungan BPPI, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Persentase Peningkatan Kompetensi ASN BPPI
2) Persentase Peningkatan Jenjang Jabatan Fungsional ASN
9. Sasaran Strategis 9: Peningkatan Infrastruktur dan Kelembagaan BPPI,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Persentase Peningkatan Tertib Administrasi Pengelolaan BMN
2) Tersedianya Data dan Informasi Kinerja BPPI
10. Sasaran Strategis 10 Terwujudnya tata kelola yang efektif dan efisien,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Tersedianya Sistem Tata Kelola Organisasi Satker BPPI
2) Pengelolaan Keuangan BPPI Berpredikat WTP
11. Sasaran Strategis 11: Terwujudnya Akuntabilitas Perencanaan Program dan
Pengelolaan Keuangan, dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran ini adalah:
1) Tingkat Persetujuan Rencana Kegiatan
2) Tingkat Realisasi Anggaran BPPI
3) Peningkatan Nilai SAKIP Satker BPPI
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 BAB III RENCANA KINERJA
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 17
BAB III
RENCANA KINERJA
A. Sasaran
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memberikan arah kebijakan dan
strategi pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan
menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu
2015-2019 sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan
fungsi Kementerian Perindustrian.
Bila merujuk pada Recana Strategis Kementerian Perindustrian 2015-2019 yang
sedang dalam proses revisi untuk TA. 2018 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Peran Fasilitas Fiskal dan Non Fiskal
Dalam Peningkatan Daya Saing Industri, dengan indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Kontribusi investasi yang memanfaatkan fasilitas fiskal
2) Peningkatan jumlah industri berorientasi ekspor
3) Peningkatan kemampuan dan pengamanan dunia usaha
2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya harmonisasi kebijakan industri sebagai
upaya penciptaan iklim usaha industri yang lebih kondusif, dengan indikator
kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Peningkatan rekomendasi kebijakan dalam rangka harmonisasi
kebijakan terkait industri
3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Penguasaan Pangsa Pasar Dalam Negeri,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Penurunan impor Produk Industri yang SNI, ST dan/atau PTC
diberlakukan secara wajib
4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya penguasaan teknologi industri, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Produk industri yang dikuasai teknologinya
2) Tingkat kesiapterapan teknologi (TRL) yang dikuasai
18
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 BAB III RENCANA KINERJA
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Industri yang Menerapkan Industri Hijau,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Industri Manufaktur yang memenuhi standar industri hijau
2) Penetapan Standar Industri Hijau (SIH)
Arah kebijakan BPPI dalam mendukung visi dan misi pembangunan industri
adalah :
1. Peningkatan kemampuan penguasaan teknologi maju;
2. Peningkatan fasilitasi penerapan teknologi dan perlindungan HKI;
3. Peningkatan kualitas hasil litbang industri;
4. Pengembangan kebijakan regulasi teknis dan kemampuan pelayanan teknis SNI
lingkup industri;
5. Pengembangan kebijakan menuju iklim usaha kondusif dan Kebijakan Industri
Nasional (KIN) yang efektif;
6. Peningkatan fasilitasi pengembangan industri hijau;
7. Peningkatan pemanfaatan SDA lokal di industri.
Strategi BPPI dalam mendukung visi dan misi pembangunan industri adalah :
1. Mengembangkan jejaring dengan instituisi kebijakan litbang dan teknologi
terkemuka melalui organiasi internasional, kerangka kerjasama perdagangan
bebas dan kemitraan dengan akademisi;
2. Mendorong pengembangan kerjasama dengan dunia usaha untuk
mengembangkan teknologi dan memanfaatkan potensi bahan baku lokal;
3. Mengembangkan bank data yang lengkap dan mutakhir;
4. Meningkatkan kompentensi SDM BPPI sesuai perkembangan IPTEK Industri;
5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan litbang dan Lembaga Penilaian dan
Kesesuaian (LPK).
B. Indikator Kinerja
Dalam rangka capaian sasaran strategis dan program pemerintah di atas, maka
BPPI menetapkan indikator capaian kinerja Tahun 2018 yang tergambar pada kegiatan
Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri. Pada Tahun Anggaran
2018, direncanakan terdapat beberapa kegiatan yang diperbaharui disesuaikan
dengan hasil Reviu Renstra BPPI. Sehingga direncanakan BPPI akan melaksanakan
19
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 BAB III RENCANA KINERJA
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan, dengan Rencana Kinerja di bawah
ini:
Tabel 3.1 Rencana Kinerja BPPI TA. 2018
No. Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target
1. Meningkatnya peran
fasilitas fiskal dan non fiskal
dalam peningkatan daya
saing industri
Kontribusi investasi yang
memanfaatkan fasilitas fiskal
5 persen
Peningkatan jumlah industri
berorientasi ekspor
80 persen
Peningkatan kemampuan dan
pengamanan dunia usaha
30 persen
2. Meningkatnya harmonisasi
kebijakan industri sebagai
upaya penciptaan iklim
usaha industri yang lebih
kondusif
Peningkatan rekomendasi kebijakan
dalam rangka harmonisasi kebijakan
terkait industri
100 persen
3. Meningkatnya Penguasaan
Pangsa Pasar Dalam Negeri
Penurunan Impor Produk Industri
yang SNI, ST dan/atau PTC
diberlakukan Secara Wajib
5 persen
4 Meningkatnya Penguasaan
Teknologi Industri
Produk industri yang dikuasai
teknologinya
5 persen
Tingkat kesiapterapan teknologi
(TRL) yang dikuasai
61 persen
5 Meningkatnya Industri yang
Menerapkan Industri Hijau
Industri Manufaktur yang memenuhi
standar industri hijau
0,5%
Penetapan Standar Industri Hijau
(SIH)
17%
6 Meningkatnya Layanan Jasa
Teknis kepada Industri
Tingkat Kepuasan Pelanggan Skala
indeks 3,6
7 Meningkatnya penerapan
reformasi birokrasi
Tingkat Maturitas Satker di
lingkungan BPPI mencapai level 3,2
82%
20
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 BAB III RENCANA KINERJA
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Terdapat beberapa Sasaran dalam Renstra yang tidak masuk dalam Rencana
Kinerja yait Sasaran Strategis yang termasuk pada Perspektif Pembelajran Organisasi,
yang terdiri dari :
1. Sasaran Strategis 8: Pengembangan SDM ASN di Lingkungan BPPI, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Persentase Peningkatan Kompetensi ASN BPPI
2) Persentase Peningkatan Jenjang Jabatan Fungsional ASN
2. Sasaran Strategis 9: Peningkatan Infrastruktur dan Kelembagaan BPPI,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Persentase Peningkatan Tertib Administrasi Pengelolaan BMN
2) Tersedianya Data dan Informasi Kinerja BPPI
3. Sasaran Strategis 10 Terwujudnya tata kelola yang efektif dan efisien, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Tersedianya Sistem Tata Kelola Organisasi Satker BPPI
2) Pengelolaan Keuangan BPPI Berpredikat WTP
4. Sasaran Strategis 11: Terwujudnya Akuntabilitas Perencanaan Program dan
Pengelolaan Keuangan, dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran ini adalah:
1) Tingkat Persetujuan Rencana Kegiatan
2) Tingkat Realisasi Anggaran BPPI
3) Peningkatan Nilai SAKIP Satker BPPI
Keempat Sasaran Strategis di atas tidak masuk dalam Rencana Kinerja karena
tidak menjadi kegiatan prioritas, merupakan kegiatan rutin, serta menjadi kegiatan
yang menjadi tanggung jawab Satker dan Sasaran tersebut telah dicantumkan dalam
Rencanaa Kinerja Sekretariat BPPI. Selain itu terdapat perubahan dalam indikator
kinerja yang berbeda dari tahun sebelumnya, seperti pada sasaran strategis
meningkatnya peran fasilitas fiskal dalam investasi sektor industri dan meningkatnya
penguasaan teknologi industri, serta penambahan sasaran strategis baru seperti
meningkatnya penerapan reformasi birokrasi. Beberapa perubahan dalam rencana
kinerja ini merupakan upaya agar kinerja yang ditetapkan dapat dengan jelas diukur
indikatornya dan berorientasi hasil (outcome) atau output yang berkualitas.
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 BAB IV Penutup
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 21
BAB IV PENUTUP
Renkin BPPI tahun 2018 disusun dengan mengacu pada Renstra BPPI 2015-
2019 dan hasil reviunya, yang merupakan pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi BPPI
dalam mewujudkan visi menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner
dan pelayanan teknis teknologis terkini yang mampu menjadi katalis peningkatan
produktivitas dan daya saing sektor industri di tingkat nasional maupun global.
Pencapaian target pembangungan berdasarkan Rencana Strategis BPPI 2015-
2019, meliputi sasaran strategis dan indikator sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Peran Fasilitas Fiskal dan Non Fiskal
Dalam Peningkatan Daya Saing Industri, dengan indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Kontribusi investasi yang memanfaatkan fasilitas fiskal : 5 persen
2) Peningkatan jumlah industri berorientasi ekspor : 80 persen
3) Peningkatan kemampuan dan pengamanan dunia usaha : 30 persen
2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya harmonisasi kebijakan industri sebagai
upaya penciptaan iklim usaha industri yang lebih kondusif, dengan indikator
kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Peningkatan rekomendasi kebijakan dalam rangka harmonisasi kebijakan
terkait industri :100 persen
3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Penguasaan Pangsa Pasar Dalam Negeri,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Penurunan impor Produk Industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan
secara wajib : 5 persen
4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya penguasaan teknologi industri, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) sebagai berikut:
1) Produk industri yang dikuasai teknologinya : 5 persen
2) Tingkat kesiapterapan teknologi (TRL) yang dikuasai :61 persen
5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Industri yang Menerapkan Industri Hijau,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Industri Manufaktur yang memenuhi standar industri hijau: 0,5 persen
2) Penetapan Standar Industri Hijau (SIH) : 17 pesen
6. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Layanan Jasa Teknis kepada Industri,
dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Tingkat Kepuasan Pelanggan.
7. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya penerapan reformasi birokrasi, dengan
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Tingkat Maturitas Satker di lingkungan BPPI mencapai level 3
Rencana Kinerja BPPI Tahun 2018 memaparkan sasaran utama yang
direncanakan akan dicapai BPPI pada tahun 2018 yang merupakan bagian dari
pembangunan industri jangka menengah maupun jangka panjang. Diharapkan pada
tahun 2018, sasaran strategis yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 dapat
terealisasi dengan optimal. Rencana Kinerja BPPI periode tahun 2018 pada
perjalanannya mungkin mengalami perubahan disesuaikan dengan kondisi strategis
yang terjadi. Diharapkan Rencana Kinerja dapat terlaksana dengan baik dan dapat
mencapai sasaran yang ditargetkan.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Rencana Kinerja BPPI TA. 2018
No. Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target
1. Meningkatnya peran
fasilitas fiskal dan non fiskal
dalam peningkatan daya
saing industri
Kontribusi investasi yang
memanfaatkan fasilitas fiskal
5 persen
Peningkatan jumlah industri
berorientasi ekspor
80 persen
Peningkatan kemampuan dan
pengamanan dunia usaha
30 persen
2. Meningkatnya harmonisasi
kebijakan industri sebagai
upaya penciptaan iklim
usaha industri yang lebih
kondusif
Peningkatan rekomendasi kebijakan
dalam rangka harmonisasi kebijakan
terkait industri
100 persen
3. Meningkatnya Penguasaan
Pangsa Pasar Dalam Negeri
Penurunan Impor Produk Industri
yang SNI, ST dan/atau PTC
diberlakukan Secara Wajib
5 persen
4 Meningkatnya Penguasaan
Teknologi Industri
Produk industri yang dikuasai
teknologinya
5 persen
Tingkat kesiapterapan teknologi
(TRL) yang dikuasai
61 persen
5 Meningkatnya Industri yang
Menerapkan Industri Hijau
Industri Manufaktur yang memenuhi
standar industri hijau
0,5%
Penetapan Standar Industri Hijau
(SIH)
17%
6 Meningkatnya Layanan Jasa
Teknis kepada Industri
Tingkat Kepuasan Pelanggan Skala
indeks 3,6
7 Meningkatnya penerapan
reformasi birokrasi
Tingkat Maturitas Satker di
lingkungan BPPI mencapai level 3,2
82%