rencana pembangunan perkebunan dan pabri mini kelapa sawit sebagai unit usaha teaching factory di...
TRANSCRIPT
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 1
RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRI MINI KELAPA SAWIT
SEBAGAI UNIT USAHA TEACHING FACTORY
DI SMK NEGERI PASIR PENYU
Yusnedi2, Agatha Ayiek Sih Sayeti
1, Harsawardana
1
1Dosen Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
2Alumni Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
ABSTRACT
The objectives of this reseach are to calculate the financial feasibility of the construction of
palm oil plantation area of 50 acre and mini palm oil factory capacity 50 tons per day as busines unit in
SMK Negeri I Pasir Penyu supportership Plantation (KKKS). The reseach was cinducted in SMK
Negeri I Pasir Penyu, form march until june 2010. This study was conducted with library research
method to find secondary data and unstructured interviews and taking picture for primary data. While
the analysis of the data used are analysis discriptive qualitative to describe the condition of SMK
Negeri I Pasis Penyu, development plan of teaching factory, construction site, and quantitative analysis
to inventory projection TBS, financial feasibilyty analysis (IRR, NPV, PBP, Uji Sensitifity). The result
consist of: (1) General description of SMK Negeri I Pasir Penyu, (2) General description of
construction plan of the main plantation in SMK Negeri I Pasir Penyu, (3) Description Plan Of School
Committee Partnership Plantation, (5) Management of Teaching Factory, (6) The location of plantation
and mini palm oil factory, (7) Financial feasibility analysis. Financial feasibility analysis using the
assumptions set shown the development of palm oil plantation area of 50 acre and mini palm oil factory
capacity 50 tons per day as business unit in SMK Negeri I Pasir Penyu are feasible to doing (the benefit
of project greater than cost project). This is indicated by the value of 18% IRR, and positive NPV value
reachhed RP.2.019.482.782,29,- and the Pay Back period (PBP) of 6.80. PBP Value means the capital
investment of Rp.8.135.694.150,- can pay back between 6 up to 7 years. Test sensitivity know the
decrease of income (10% and 20%) influenced to feasibilyty of project (IRR smaller than 15% and
NPV are negative). Mean while if we see from the increase cost of process are not influence to
feasibility of project (IRR > 15% NPV is positive, and project are feasible to doing).
Key word: Financial feasibility, Analysis, Mini palm oil factory, KKKS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kelayakan finansial terhadap terhadap Pembangunan
50 ha kebun kelapa sawit dan pabrik mini pengolahan kelapa sawit kapasitas 15 ton perhari sebagai
unit usaha teaching factory di SMK Negeri I Pasir Penyu, yang didukung oleh pengembangan pola
“Kebun Kemitraan Komite Sekolah (KKKS). Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri I Pasir Penyu,
dimulai Maret 2010 sampai Juni 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kepustakaan untuk
mencari data sekunder dan wawancara tidak terstruktur serta pengambilan gambar untuk data primer.
Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan
kondisi SMK Negeri I Pasir Penyu, rencana kebun 50 ha SMK Negeri I Pasir Penyu, rancangan pola
kemitraan, manajemen teaching factory, lokasi pembangunan, dan Analisis kuantitatif digunakan untuk
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 2
proyeksi persediaan bahan baku TBS, Analisis kelayakan finansial (IRR,NPV,Uji Sensitifitas). Hasil
penelitian terdiri atas : (1) Deskripsi gambaran umum SMK Negeri I Pasir Penyu, (2) Deskripsi
gambaran umum rencana kebun inti 50 ha SMK Negeri I Pasir Penyu, (3) Deskripsi rancangan pola
Kebun Kemitraan Komite Sekolah (KKKS), (4) Proyeksi persediaan TBS Kebun Kemitraan Komite
Sekolah, (5) Manajemen Teaching Factory SMK Negeri I Pasir Penyu, (6) Rencana lokasi dan pabrik
mini pengolahan kelapa sawit. (7) Analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial
menggunakan asumsi ditetapkan menunjukkan Pembangunan kebun kelapa sawit seluas 50ha dan
pabrik mini kelapa sawit kapasitas 15 ton per hari sebagai unit usaha teaching factory di SMK Negeri I
Pasir Penyu yang didukung pola Kebun Kemitraan Sekolah (KKKS) layak di laksanakan (manfaat
proyek lebih besar dari korbanan proyek), hal ini ditunjukkan oleh nilai IRR 18%. Dan nilai NPV yang
positif mencapai Rp.2.019.482.782,29.- serta Pay Back Periode (PBP) sebesar 6.80. Nilai PBP artinya
modal investasi sebesar Rp.8.135.694.150.- dapat kembali antara tahun ke 6 sampai dengan tahun ke 7.
Uji sensitivitas diketahui bahwa penurunan pendapatan (10% dan 20%) sensitive (berpengaruh)
terhadap kelayakan proyek (IRR < tingkat suku bunga 15% dan NPV menunjukkan nilai negative).
Sedangkan bila ditinjau dari kenaikan biaya pengolahan tidak sensitive terhadap kelayakan proyek
(IRR> tingkat suku bunga 15% Nilai NPV menunjukkan nilai positif yang berarti layak proyek
dilaksanakan).
Kata Kunci: Kebun Kelapa Sawit dan Pabrik mini, Analisa kelayakan, Pola KKKS
PENDAHULUAN
Sektor pertanian terutama sektor
perkebunan kelapa sawit di Propinsi Riau sejak
tahun 1990-an terus meningkat. Luas kebun
kelapa sawit di Riau saat ini telah mencapai
1.741.727,28 hektar. Kedepan akan diproyeksikan
mencapai 2 juta hektar. Sebab potensi lahan masih
tersedia luas diberbagai daerah di Riau (Tribun
Pekan Baru, 13 Januari 2010).
Besarnya Potensi sumber daya yang ada
merupakan tantangan pembangunan tersendiri
dalam penanganan sumberdaya tersebut. Masalah
yang timbul saat tanaman kelapa sawit kebun
rakyat mulai memasuki usia produktif adalah
terjadinya kondisi full capasity. Sehingga TBS
kebun rakyat tidak tertampung oleh PKS yang
ada, sehingga petani merugi.
Atas dasar terciptanya sumberdaya
pertanian dan sumberdaya manusia SMK Negeri I
Pasir Penyu berniat mempunyai kebun yang
cukup memadai sebagai kebun inti dan pabrik
mini pengolahan kelapa sawit sendiri. Keinginan
ini akan berada dalam wadah unit usaha dalam
teaching factory. Disamping itu adanya sekolah,
tenaga kependidikan, wali murid serta masyarakat
peduli SMK yang mempunyai kebun kelapa sawit,
dapat berperan sebagai “ Kebun kemitraan komite
sekolah (KKKS)”. KKKS berfungsi sebagai
pemenuhan kekurangan posokan bahan dalam
pabrik mini yang akan di bangun.
Pembangunan kebun dan pabrik mini
pengolahan kelapa sawit dengan pola KKKS
memerlukan berbagai sumber daya dan dana yang
besar, oleh karena itu perlu penelitian yang
sistematis terutama dari segi kelayakan finansial
sebelum terlanjur menanam modal untuk
implementasi. Penelitian ini mencakup
identifikasi manfaat dalam bentuk penerimaan
dari hasil kegiatan produksi minyak kelapa sawit
(MKS dan IKS) dan identifikasi korbanan yang
dianggap sebagai biaya (Biaya investasi, biaya
operasi dan biaya lain), serta menilai
kelayakannya berdasarkan kriteria investasi yang
umum digunakan.
Rumusan masalah penelitian ini yaitu
apakah pembangunan kebun kelapa sawit 50 ha
dan pabrik mini kapasitas 15 ton perhari lebih
besar manfaatnya atau layak secara finansial jika
kondisi struktur modal sebagian dibiayai dari
pinjaman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui kelayakan finansial terhadap
rencana pembangunan kebun kelapa sawit 50 ha
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 3
dan pabrik mini kapasitas 15 ton perhari yang
akan dibangun sebagai unit usaha teaching factory
di SMK Negeri I Pasir Penyu dengan struktur
modal jika pembangunan sebagian dibiayai dari
pinjaman. Selanjutnya adalah mengetahui
informasi mengenai berbagai biaya dalam
membangun kebun kelapa sawit dan pabrik mini
kelapa sawit, pola “Kebun Kemitraan Komite
Sekolah (KKKS) dan sistem pengelolaan unit
usaha dalam manajemen teaching factory.
Dengan penelitian ini akan dapat
memberikan manfaat bagi petani. Sekolah SMK
Negeri I Pasir Penyu, dan pemerintah Kabupaten
Indragiri Hulu dalam merencanakan
pembangunan kebun dan pabrik mini kelapa
sawit.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri I
Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu. Sedangkan
waktu Pelaksanaan dari Maret 2010 hingga Juni
2010 (Selama 4 bulan).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah; Buku Indragiri Hulu dalam Angka,
Profil SMK Negeri I Pasir Penyu, Panduan
pengelolaan Kelapa Sawit, Teori Analisa
Kelayakan Finansial. Dengan alat yang
dibutuhkan seperangkat komputer sofware analisa
kelayakan finansial dan Corel draw, Alat tulis,
kamera.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan
metode studi pustaka dan wawancara. Oleh karena
data yang diperlukan lebih banyak menggunakan
data sekunder maka metode ini lebih dikatakan
sebagai metode penelitian keputusan. Data
sekunder yang banyak digunakan adalah data
kelayakan kelapa sawit (Pahan, I, 2008), yang
dijadikan dasar perhitungan untik membuat
kelayakan finansial pembangunan kebun 50 ha
dan pabrik mini kelapa sawit di SMK Negeri I
Pasir Penyu.
Prosedur Pengumpulan Data
Jenis data yang dibutuhkan adalah data
sekunder yang mencakup data kuantitatif dan
kualitatif. Untuk memperoleh data dan informasi
yang berkaitan dengan kelayakan finansial,
digunakan: Metode studi keputusan untuk mencari
data sekunder. Data ini diperoleh dengan mencari
referensi dan literatur untuk memperoleh data
mengenai pembangunan kebun dan pengolahan
kelapa sawit dan harga sarana pertanian serta
harga barang investasi. Studi kasus pustaka dapat
berasal dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,
laopran Dinas/Instansi terkait dan internet.
Metode wawancara langsung tidak
terstruktur, pengambilan gambar untuk
memperoleh data primer. Wawancara dilakukan
dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
SMK Negeri I Pasir Penyu, karyawan PT.
Tunggal Perkasa Plantation, serta pemilik kebun
di seitar wilayah kecamatan pasir penyu untuk
memperoleh data primer.
Rancangan Analisis Data
Membedakan data menjadi dua variable
yaitu variabel teknis terdiri dari luas lahan kebun
sawit, produktivitas lahan, input usaha kebun,
kwalitas TBS, kwalitas CPO, input output pabrik
mini kelapa sawit dan peralatan barang investasi.
Variabel ekonomi yang penting dan dilibatkan
dalam penelitian ini yaitu harga kelapa sawit,
harga minyak kelapa sawit (MKS dan IKS) dunia
dan domestik, harga barang investasi, hara input
usaha tani, harga input pabrik kelapa sawit, nilai
tukar (exchange rate) (Desai, 1997).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum SMKN 1 Pasir Penyu
SMK Negeri I Pasir Penyu dalam tatanan
pemerintah terletak di kelurahan Tanah Merah,
Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri
Hulu. Termasuk SMK kategori teknis, yang
mempunyai SK pendirian tertanggal 14 maret
1989. Dan saat ini terakreditasi A, dimana sedang
dalam tahap rintisan bertaraf Internasional.
Jumlah siswa Th 2009/2010 berjumlah 1269
tersebar dalam 7 program keahlian yaitu
Agribisnis Tanaman Perkebunan, Agribisnis
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 4
Tanaman Pangan, Hortikultura, Agribisnis
Ternak Unggas, Mekanisasi Pertanian, Agribisnis
Produksi Sumber daya Perairan, Agribisnis Hasil
Pertanian, dan Teknik Komputer dan jaringan.
Dalam rangka kerjasama, SMK telah
menjalin kerjasama dengan 25 perusahaan dalam
pengembangan siswa untuk praktek kerja industri
lapangan . dalam rangka menjalankan prinsip
berusaha sambil belajar, SMK membuat unit
usaha sesuai minat yang dikelola dibawah
manajemen yang di sebut dengan teaching
factory.
Gambaran Umum Rencana Kebun Kelapa
Sawit (50 Ha) SMKN I Pasir Penyu
Kebun inti adalah kebun kelapa sawit yang
ingin dibangun oleh unit usaha teaching factory
SMK Negeri I Pasir Penyu dengan luas lahan 50
ha. Lahan disediakan oleh pemerintah Kabupaten
Indragiri Hulu dengan status Hak Guna Usaha
(HGU). Lahan kebun ini terletak dekat dengan
SMK Negeri I Pasir Penyu dan mempunya
kondisi tanah mineral podzolik merah kuning,
serta termasuk kelas lahan S3 (Kesesuaian
terbatas). Lahan ini direncanakan dibangun kebun
kelapa sawit dengan bibit Legitim. Tahun ke 1
proyek dan diproyeksikan panen tahun ke 3. Biaya
pembangunan kebun diperoleh dari pinjaman
Bank dan dana sendiri (dana pemerintah).
Pelaksanaan pembangunan pembangunan kebun
dilakukan oleh tega teaching factory/sekolah yang
disupervisi oleh guru yang dibantu oleh
manajemen PT.Tunggal Perkasa Plantation.
Seluruh produksi TBS kebun inti di
tampung oleh unit pengolahan TBS teaching
factory berupa pabrik mini. Siklus pembangunan
kebun ini diproyeksikan selama 25 tahun.
Manajemen pengelolaan kebun dilakukan unit
usaha dalam manajemen teaching factory. Jumlah
hasil TBS dari kebun inti ini diprediksikan sebesar
25,025 ton/ siklus proyek. Disamping
mengharapkan TBS, kebun ini juga merupakan
sarana belajar bagi siswa SMK Negeri I Pasir
Penyu, sekaligus sebagai tempat praktek dan
magang. Sistem inilah diharapkan sebagai pola
pendidikan sistem ganda. Adanya pembangunan
kebun kelapa sawit ini merupakan sarat mutlak
untuk pengembangan pola kebun kemitraan
komite sekolah (KKKS). Jika kebun inti ini
berhasil maka dapat dijadikan percontohan bagi
sekolah-sekolah lain di Indonesia dalam
mengelola kebun kelapa sawit. Disamping itu juga
menjadi suatu kebanggaan kebupaten Indragiri
Hulu dimasa mendatang.
Rancangan Pola Kebun Kemitraan Komite
Sekolah (KKKS)
Kebun kemitraan Komite Sekolah (KKKS)
merupakan kebun kelapa sawit kemitraan yang
dimitrakan dalam rangka sebagai pemasok TBS
kepada unit usaha teaching factory SMKN I Pasir
Penyu. KKKS ini terdiri dari kebun sekolah,
kebun tenaga pendidik (guru) dan tenaga
kependidikan (Staf dan TU), kebun wali murid
dan kebun masyarakat yang memiliki kebun
swadaya murni di kecamatan Pasir Penyu,
Kecamatan Lirik dan Kecamatan Sei Lala yang
secara geografis dan historis layak dan mau
bekerja sama menjadi mitra pemasok tandan buah
segar.
Rancangan pengembangan Pola KKKS
dilakukan melalui internal dan eksternal sekolah.
Yang termasuk pengembangan internal sekolah
untuk KKKS adalah anggota tenaga pendidik dan
kependidikan serta wali murid. Untuk mengikat
pola KKKS pada wali murid dilakukan surat
pernyataan pada saat penerimaan siswa baru.
Dalam perjalanan kerjasama diadakan evaluasi
saat pengambilan rapor siswa oleh wali murid.
Hal ini harus dilakukan terus menerus selama
siklus proyek. Pengembangan pola KKKS
terhadap eksternal sekolah yaitu melalui Camat,
Kepala desa, Pemuka masyarakat, para mantan
wali murid, kerabat, guru, kepala desa dengan
himbauan, promosi dan surat resmi. Penetapan
harga TBS oleh teaching factory untuk suatu
perjanjian sesuai dengan harga TBS pasar
(bersaing). Pengembangan eksternal ini dapat
berjalan apabila masyarakat merasa
terpanggil/sadar serta ingin memajukan sekolah
untuk anak-anak bangsa dimasa depan. Pola
KKKS dirancang tetap mengacu pada prinsip-
prinsip bisnis dan saling menguntungkan, baik
oleh sekolah maupun anggota KKKS.
Pola KKKS merupakan rancangan pola
baru kemitraan dalam kebun kelapa sawit yang
pernah ada di Indonesia. Pola ini diharapkan dapat
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 5
mempererat hubungan antara guru, sekolah,
masyarakat dan wali murid.
Proyeksi Persediaan TBS Kebun Kemitraan
Komite Sekolah
Untuk memenuhi kapasitas pabrik mini
diperlukan pasokan tandan buah segar dari kebun
kemitraan komite sekolah yang diproyeksikan
pada tebel 1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
pabrik mini tetap terjamin pasokan bahan baku,
sebab kapasitas mesin hanya 4500 ton TBS/tahun
sedangkan proyeksi persediaan 43.007,8 Ton
TBS/tahun. Jumlah pemasok terbesar
direncanakan berasal dari masyarakat peduli
SMKN I Pasir Penyu, kemudian diikuti oleh wali
murid, tenaga pendidik dan kependidikan dan
sekolah. Direncanakan persediaan bahan baku
TBS dapat terpenuhi sesuai kapasitas mesin yang
dibangun yaitu 15 ton TBS per hari. Jika tidak
tepenuhi unit usaha dapat mencari TBS ke luar
KKKS.
Tabel 1. Proyeksi Tandan Buah Segar KKS
No Ket Jml
Anggota
Proyeksi
lahan
(ha)
Proyeksi
TBS
(Ton/th) 1 Sekolah 1 3 67,8
2
Pendidik +
Tenaga
Kependidikan
106 60 1.084,8
3 Wali Murid 1.289
siswa 650 7345
4 Masyarakat *
Peduli SMK 1212 5.090 34.510,2
5 Jumlah 93.605 43.007,8
*Swadaya murni di kec Pasir Penyu, Lirik, Sei lala
Manajemen Teaching Factory SMKN I Pasir
Penyu
Dari hasil studi diperoleh bahwa teaching
factory adalah suatu bagian organisasi di
lingkungan SMKN I Pasir Penyu yang
mempunyai beberapa kegiatan unit usaha
tergantung pada keinginan jurusan/guru yang
yang ada dilingkungan sekolah dan pasar yang
ada. Setiap unit usaha yang dirancang di buat
berdasarkan kriteria kelayakan usaha. Teaching
factory dipimpin oleh ketua teaching factory, yang
berwenang mengorganisasikan teaching factory.
Dalam mengelola teaching factory, ketua
bertanggung jawab terhadap pengelolaan teaching
factory yang dilaporkan kepada kepala sekolah.
Jika ketua teaching factory berhalangan/ absen
maka digantikan oleh staf yang ditunjuk.
Teaching factory sangat berhubungan terhadap
seluruh unit kerja di SMKN I Pasir Penyu. Agar
manajemen teaching factory berjalan dengan baik,
maka setiap unit usaha harus melaksanakan
petunjuk dan standar kerja. Standar kerja unit
usaha ini harus dilaksanakan oleh pelaksana unit
usaha.
Rencana Lokasi Kebun dan Pabrik Mini
Pengolahan Kelapa Sawit
Lokasi kebun kelapa sawit 50 ha sebagai
kebun inti direncanakan berlokasi dikabupaten
Indragiri Hulu., Kecamatan Pasir Penyu,
Kelurahan Tanah Merah atau Kelurahan Kembang
Harum, Desa Batu Gajah. Diharapkan lokasi ini
dekat dengan sekolah SMKN I Pasir penyu.
Sedangkan lokasi tanah untuk membangun pabrik
pengolahan kelapa sawit mini memerlukan lahan
minimal 300 m2 (Anonim, 2010). Walaupun
demikian lahan tersedia sekitar 700 m2. Posisi
lokasi pabrik berada didalam lahan sekolah
SMKN I Pasir Penyu.
Analisis Kelayakan Finansial
Asumsi yang digunakan merupakan unsur
penting dalam metodologi ekonomi, termasuk
dalam metode analisis kelayakan suatu proyek
bisnis. Rencana pembangunan kebun 50ha sebagai
kebun inti dan pabrik mini pengolahan kelapa
sawit kapasitas 15 ton per hari sebagai unit
teaching factory, dalam menganalisis kelayakan
finansialnya didasarkan pada asumsi pokok
seperti; nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika
Rp.9116 = 1$US, nilai tukar dianggap konstan
sepanjang proyek (25 Tahun). Harga MKS
dianggap tetap, yaitu USD 800/ton sepanjang
proyek, dan harga IKS dianggap tetap, yatu 55%
dari harga MKS. Harga TBS dari KKKS 1000/ Kg
dan harga input lain dianggap tetap. Jenis tanah
kebun adalah tanah mineral pedzolik merah
kuning di kecamatan Pasir Penyu dengan tingkat
produksi maksimum 28 ton TBS/ha/th persiklus.
Jadwal penanaman 50 ha diselesaikan dalam 1
tahun, yaitu n+1= 50ha. Lahan kebun 50 ha
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 6
dengan status hak guna usaha dengan nilai
Rp.1000.000/ha persiklus. Ekstraksi minyak sawit
(OER) 20,00 – 23,75 % (rata-rata 23,45%).
Ekstraksi inti sawit (KER) 4,50 – 5,50% (rata-rata
5,42%). Waktu produksi 1bulan (25 hari kerja),
1tahun = 12bulan. Periode proyek 25 tahun.
Tingkat teknologi yang direfleksikan oleh rasio
input/output.Oportunity Cost Modal. Dalam
analisis kelayakan, direfleksikan oleh tingkat
discount factor (DF) sebesar 15%. Umur teknis,
penyusutan/ amortisasi dan nilai sisa barang
modal. Untuk investasi diluar tanaman umur
teknisnya 10 tahun sedangkan investasi tanaman
umurnya 25 tahun besarnya penyusutan barang
modal ditetapkan dengan mengikuti metode
penyusutan linier dengan nilai sisa 0.
Perencanaan Biaya Investasi
Setelah melakukan identifikasi proyeksi
korbanan proyek, maka dilakukan perencanaan
biaya investasi. Perencanaan biaya investasi
ditentkan oleh jadwal penanaman kelapa sawit
dilapangan serta periode pembelian dan/atau
pembuatan alat/mesin/ bangunan untuk digunakan
dilapangan. Secara garis besar perencanaan
investasi untuk kebun seluas 50 ha dan pabrik
mini pengolahan kelapa sawit kapasitas 15 ton per
hari tahun awal (RP.706.102.200), tahun ke-1
(Rp.151.308.550-), tahun ke-2(Rp.1.192.349.700)
tahun ke-3(Rp.163.379.200,-).
Kebutuhan dan Sumber Dana Investasi
Setelah menghitung perencanaan
kebutuhan investasi, maka diteruskan melakukan
kegiatan mencari sumber dana investasi. Besarnya
kebutuhan dana dalam pembangunan kebun dan
pabrik mini kelapa sawit sebesar
Rp.8.135.694.150,-. Dana ini terdiri atas
kebutuhan dana investasi dan dana operasional.
Dana investasi dibutuhkan sebesar
Rp.2.213.139.650.- dan dana operasional
Rp.5.922.554.500,-. Sumber dana untuk
pembangunan ini berasal dari modal pinjaman
sebesar 60% (Rp.4.881.416.490.-) dan modal
sendiri (Pemerintah dan SMKN I Pasir Penyu)
sebesar 40% (Rp.3.254.277.660).
Proyeksi Rugi Laba dan Cash Flow
Berdasarkan hasil identifikasi manfaat dan
korbanan proyek diatas dan disertai dengan
implementasi asumsi pada angka analisis, maka
dibuat proyeksi laba rugi dan cash flow. Laporan
laba rugi dari hasil proyek dapat menggambarkan
besarnya aba bersih dari unit usaha teaching
factory. Dari hasil studi diketahui bahwa pada
tahun 1 dan 2 masih belum menghasilkan laba
kerena belum melakukan pengolahan (pabrik mini
belum beroprasi), namun pada tahun ke-3 baru
menghasilkan laba sebesar Rp.919.886.928,- atau
dengan persentase laba bersih terhadap revenu
sebesar 12%. Persentase laba bersih tertinggi
terjadi pada tahun ke-13 yaitu 33.43%. hal ini
terjadi karena rendemen ekstraksi TBS pada tahun
tersebut paling tinggi. Cash flow yang dibuat
terdiri dari cash inflow , cash outflow dan net cash
flow sepanjang umur proyek kebun dan pabrik
mini. Hasil studi cash flow yang terjadi
menunjukan net Cash Flow proyek ini mengalami
defisit selama dua tahun pertama (tahun ke-0
sampai tahun ke-1). Namun peningkatan
akumulasi Cash setiap akhir tahun mulai terjadi
dari tahun ke-3 sampai akhir proyek, yang
menunjukan nilai positif akumulasi cash pada
akhir proyek, yang menunjukkan nilai positif.
Akumulasi cash pada akhir proyek mencapai
Rp.58.831.650.779,-.
Ukuran Kelayakan
Berdasarkan Net Cash Flow yang telah di
buat, dengan base analisis discount factor 15%,
menggunakan program excel diperoleh nilai IRR
18% dan nilai NPV yang positif mencapai
Rp.2.019.482.782,29,-. Dari hasil ini berarti
bahwa menurut Gray,C.,et al (1997) proyek layak
dilaksanakan atau masih menguntungkan.
Pay Back Periode menunjukan waktu yang
diperlukan proyek untuk mengembalikan
pengeluaran investasi dari pendapatan netto
proyek. Dengan menggunakan program excel
diperoleh PBD sebesar 6.80. yang artinya modal
investasi sebesar Rp.8.135.694.150,-. Dapat
kembali antara tahun ke 6 sampai tahun ke 7. Data
ini berarti proyek masih layak dilaksanakan
karena lebih kecil dari waktu pengembalian (25
tahun)
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 7
Untuk menilai kemantapan studi
kelayakan proyek dilakukan uji sensitivitas
kelayakan proyek terhadap perubahan faktor
penentu utamanya, yaitu penurunan pendapatan
(revenue) sebesar 10% dan 20%, dan kenaikan
biaya pengolahan pabrik mini sebesar 10% dan
20%. Dari hasil perhitungan diperoleh
sebagaimana di sajikan pada tabel 2.
Dari hasil uji sensivitas diketahui bahwa
perubahan pendapatan sangat sensitive terhadap
kelayakan proyek, hal ini bisa terjadi bila harga
MKS dan IKS bergejolak kearah penurunan. Nilai
IRR yang diperoleh lebih rendah dari tingkat suku
bunga 15% dan NPV menunjukan nilai negative
(tidak layak dilaksanakan). Sedangkan bila
ditinjau dari perubahan biaya pengolahan tidak
sensitive terhadap kelayakan proyek. Hal ini
ditunjukka oleh nilai IRR untuk kedua perubahan
10% dan 20% menunjukan nilai IRR 17% dan
16% dan lebih tinggi dari suku bunga 15%. Nilai
NPV menunjukan nilai positif yang berarti layak
proyek dilaksanakan.
Dari segi Pay Back Periode (PBP) ke
empat faktor perubahan tidak mempengaruhi
tingkat kelayakan proyek. Artinya walau
pendapatan berubah atau biaya pengolahan
meningkat maka tingkat pengembalian masih
dibawah umur pengembalian proyek (25 tahun).
Akan tetapi penilaian tingkat pengembalian yang
cepat merupakan pilihan yang terbaik.
Tabel 2. Hasil Uji Sensitivitas
No Faktor
Perubahan
Nilai
IRR Nilai NPV
Pay
Back
Periode
1 Penurunan
pendapatan 10% 13% Rp.964.705.199.00 8.42 th
Keputusan NG NG G
2 Penurunan
pendapatan 20% 8% Rp.3.948.893.180.20 11.64 th
Keputusan NG NG G
3 Kenaikan biaya
pengolahan 10% 17% Rp.1.426.887.561.06 7.07 th
Keputusan G G G
4 Kenaikan biaya
pengolahan 20% 16% Rp.834.292.339.84 7.36 th
Keputusan G G G
Ket: G=Proyek layak dilaksanakan NG=tidak layak
KESIMPULAN DAN SARAN
Membangun kebun kelapa sawit seluas 50
ha sebagai kebun baru SMK Negeri I Pasir Penyu
dan Pola Kebun Kemitraan Komite Sekolah
(KKKS) sebagai kebun mitra merupakan sarat
mutlak untuk mendirikan pabrik mini kelapa sawit
kapasitas 15t on perhari.
Hasil analisa kelayakan finansial kebun
dan pabrik mini sebagai unit usaha teaching
factory dengan menggunakan asumsi-asumsi yang
ditetapkan menunjukkan nilai IRR 18%, nilai
NPV positif yaitu Rp. 2.019.482.782,29 serta Pay
Back Periode (PBD) 6.80 tahun. Dari nilai ini
diketahui bahwa pembangunan kebun kelapa
sawit 50 ha dan pabrik mini pengolahan kelapa
sawit 15 ton per hari layak untuk dilaksanakan.
Uji sensitivitas terhadap perubahan
pendapatan sangat berpengaruh (sensitive)
terhadap kelayakan proyek ini (IRR dibawah suku
bunga, NPV Negatif), sedangkan kenaikan biaya
pengolahan kurang berpengaruh (kurang
sensitive) terhadap kelayakan proyek (IRR diatas
suku bunga, NPV positif).
Dari penulis menyarankan perlu adanya
kajian porsi pendanaan oleh pemerintah yang
lebih besar dari pada pinjaman kepada pihak bank.
Sehingga revenue unit usaha teaching factory
lebih besar misalnya 80% dana pemerintah dan
20% dana bank. Selain itu perlu dilakukan kajian
analisa SWOT terhadap pembangunan kebun dan
pabrik mini pengolahan kelapa sawit di SMK
Negeri I Pasir Penyu dalam rangka pemantapan
realisasi penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kecamatan Pasir Penyu Barat
dalam Angka. Koordinator Statistik
Kecamatan Pasir Penyu.
BPS. 2009. Indragiri Hulu dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hulu,
Rengat.
Indrian, Yovita Hetty. 1992. Pemilihan Tanaman
dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan
Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Copyright: Koko Setiawan, S.P. Page 8
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit dari
Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta:
UI-Press.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman
Perkebunan Tahunan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press