rencana strategis pengabdian kepada masyarakat...
TRANSCRIPT
i
RENCANA STRATEGIS
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2020-2024
Oleh
TIM PENYUSUN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
OKTOBER 2020
ii
iii
RENCANA INDUK PENELITIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
No. Dok : 00024 25003
No. Revisi : 2 Tgl Terbit : 01-10-2020 Halaman : 68
DAFTAR REVISI
NO. Rev Tanggal Halaman Tertulis Revisi
iv
TIM PENYUSUN
RENSTRA
PENGABDIAN UM
JEMBER 2020-2024
PENANGGUNG
JAWAB:
Dr. Emy Kholifah R.,
M.Si
KETUA:
Dr. Bagus Setya R., ST,
M.Kom
SEKRETARIS:
Dr. Siti Nursyamsiyah,
SS, M.Pd
Ns. Cahya Tri Bagus H , S.Kep., M.Kes
ANGGOTA:
Dr. Arik Susbiyanti,
M.Si
Dr. Wahju Dyah Laksmi W., M.Pd
Dr. Juariyah, M.Si
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan semesta alam Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengabdian Universitas Muhammadiyah Jember
(UM Jember). Penyusunan Renstra Pengabdian ini merupakan tindak lanjut kebijakan
Kemenristekdikti yang telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk menyusun Rencana
Strategis Pengabdian dalam rangka memberikan payung pengabdian kepada para dosen dan
peneliti yang akan melakukan pengabdian.
Kebijakan dari Kemenristekdikti tentang rencana desentralisasi pengabdian kepada
perguruan tinggi mensyaratkan ketersediaan jejak rekam dan payung pengabdian kepada
Program Studi dan Pusat Studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Jember telah membuat peta jalan
(roadmap) pengabdian di lingkungan UM Jember. Sebagai tindak lanjut dari peta jalan
pengabdian tersebut, telah disusun Renstra Pengabdian ditingkat universitas.
Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 memiliki tema pokok Inovasi Model
SOSIAL DAN IPTEKS untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa. Tema
tersebut sesuai dengan visi dan misi serta jejak rekam pengabdian internal dan eksternal.
Renstra Pengabdian UM Jember dituangkan dalam 10 peta jalan (roadmap) bidang-bidang
unggulan sebagai berikut :
1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis
Komoditas Lokal.
2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan
Dan Berkelanjutan.
3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan,
Bisnis, Lingkungan, Kesehatan.
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
vi
6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar serta masyarakat bugar,
berprestasi dan produktif
8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus,
Keluarga Dan Masyarakat Desa
9. Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam Masyarakat.
Masing-masing bidang unggulan telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam tema-tema
pengabdian spesifik. Untuk mendukung pengembangan kesepuluh bidang unggulan tersebut
telah pula dirancang berbagai skema pengabdian dengan mempertimbangkan potensi dan
kompetensi SDM dilingkungan UM Jember.
Kami berharap Renstra Pengabdian 2020-2024 ini dapat dijadikan acuan dan dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh para pengabdi di lingkungan UM Jember untuk mendukung
visi dan misi Unmuh Jember menjadi Universitas Yang Unggul Dalam IPTEKS Bernafaskan
Nilai-nilai Ke-Islaman.
Buku RIP ini terwujud berkat kerjasama dan dedikasi Tim LPPM yang terdiri dari
dosen-dosen dari berbagai fakultas. Ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada
Rektor UM Jember, Dekan, Ketua Program Studi, Laboratorium, serta Pusat Studi di UM
Jember yang telah memberikan masukan berharga di dalam menyusun Renstra Pengabdian.
vii
SAMBUTAN REKTOR
Peningkatan kualitas kegiatan pengabdian dilingkungan UM Jember diarahkan pada
penyebarluasan hasil-hasil inovasi IPTEKS untuk kesejahteraan dan peradaban umat sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang berkeadilan dan berkemakmuran
jasmani dan rohani serta diridlai Allah SWT. Orientasi tersebut selaras dengan tujuan pendirian
Persyarikatan Muhammadiyah, PTM dan UM Jember. Oleh karena itu perlu disusun
dokumen Rencana Strategis (Renstra) Pengabdian UM Jember
2020-2024 yang sesuai dengan visi dan misi UM Jember serta memiliki kontribusi nyata dalam
menyelesaikan permasalahan di masyarakat dan negara.
Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 memiliki tempa pokok Inovasi
IPTEKS untuk kesejahteraan dan peradaban umat. Tema tersebut diuraikan dalam 10 peta
jalan (roadmap) bidang-bidang unggulan sebagai berikut :
1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis
Komoditas Lokal.
2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan
Dan Berkelanjutan.
3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan,
Bisnis, Lingkungan, Kesehatan.
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar Serta Masyarakat
Bugar, Berprestasi Dan Produktif
8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus,
Keluarga Dan Masyarakat Desa
9. Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam Masyarakat.
viii
Tema pokok Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024dilatarbelakangi oleh visi dan
misi UM Jember yang bercita-cita sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam IPTEKS
bernafaskan nilai-nilai keIslaman”. Kesepuluh bidang unggulan pengabdian dikembangkan
dengan mempertimbangkan potensi dan kompetensi SDM di UM Jember. Semoga Renstra
Pengabdian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan IPTEKS untuk kesejahteraan
masyarakat dan pengembangan pengabdian di UM Jember.
Jember, 1 Oktober 2020
Rektor Universitas Muhammadiyah Jember
Dr. Hanafi, M.Pd
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR REVISI iii
TIM PENYUSUN iv
KATA PENGANTAR v
SAMBUTAN REKTOR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II LANDASAN PENGEMBANGAN UM JEMBER 5
BAB III GARIS BESAR RENSTRA PENGABDIAN 25
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN 31
BAB V POLA PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI
DAN DISEMINASI 53
BAB VI PENUTUP 59
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Universitas Muhammadiyah Jember (UM Jember) merupakan bagian dari
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) berdiri berdasarkan Piagam Pendirian PTM Nomor
: 047/III-JTM.81/81 tertanggal 1 September 1981, dan disetujui oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 0172/Q/1982
tertanggal 10 Mei 1982. UM Jember mengemban misi mulia untuk mencapai cita-cita luhur
bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. UM Jember
berketetapan untuk menciptakan, menerapkan, dan mengembangkan IPTEKS untuk
membangun peradaban modern yang sesuai dengan ajaran Islam. Demi tercapainya tujuan
luhur pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang berkeadilan dan berkemakmuran jasmani dan rohani yang diridlai Allah
SWT, UM Jember menyiapkan peserta didik untuk menjadi cendekiawan muslim dan
pemimpin bangsa yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan memiliki keunggulan dalam keislaman,
kepemimpinan, keahlian profesional, dan kemandirian (Statuta UM Jember, 2013) (Renstra
UM Jember, 2013).
Dalam rangka mencapai misi dan tujuan mulia tersebut, seluruh civitas akademika UM
Jember secara terus menerus menjalankan tugas dan fungsi dalam catur dharma perguruan
tinggi. Salah satu catur dharma adalah pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian
dilaksanakan sebagai upaya penyebarluasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS)
dan manfaatnya bagi kesejahteraan dan peradaban umat. Hasil Inovasi model social dan
IPTEKS diharapkan dapat dimanfaatkan oleh UM Jember sebagai revenue generating dalam
rangka memperkuat kemandirian finansial.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di lingkungan Universitas Muhammadiyah
Jember diarahkan untuk ikut serta mensukseskan program “Desa Membangun”. Payung hukum
UU No. 4 Tahun 2014 Tentang Desa meletakkan desa sebagai halaman depan Indonesia, bukan
hanya sebagai latar belakang Indonesia dengan mengedepankan azas rekognisi dan subsidiaritas
dalam pengaturan desa. Dalam konteks Nawacita Pembangunan Jilid ke-2 Kabinet Kerja
Presiden Joko Widodo, setidaknya UU Desa mengemban 3 misi. Pertama, UU Desa
menegaskan bahwa desa berdaulat secara politik, artinya desa memiliki prakarsa dan
emansipasi lokal untuk mengatur dan mengurus dirinya. Kedua, secara ekonomi desa diarahkan
untuk mandiri secara ekonomi dipayungi oleh kewenangan berdasarkan hak lokal berskala desa.
2
Ketiga, rekognisi budaya lokal desa tetap dilindungi sehingga inovasi kontemporer yang
bertujuan untuk mengembangkan desa tidak menghilangkan identitas budaya lokal desa.
Dengan kata lain, UU Desa telah membalik perspektif “desa sebagai obyek
pembangunan” menjadi “desa menjadi subyek pembangunan”. Karena itu ada perubahan
istilah dari “membangun desa” menjadi “desa membangun”. Dalam konteks “membangun
desa”, desa hanya berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan
wilayah pedesaan. Namun, dalam konteks “desa membangun”, desa menjadi subyek yang
merencanakan, membiayai dan melaksanakan pembangunan. Dalam rangka mensukseskan
perubahan paradigma inilah berbagai langkah diperlukan agar konsep “desa membangun”
terimplementasi dengan baik, bukan hanya menjadi jargon semata. Di antara langkah-langkah
penting itu antara lain adalah : 1) membangun kapasitas perangkat dan masyarakat desa yang
kritis dan dinamis, 2) membangun sistem perencanaan pembangunan desa yang responsif dan
partisipatif serta 3) membangun kelembagaan ekonomi lokal yang mandiri dan produktif.
Percepatan agenda dharma perguruan tinggi khususnya bidang pengabdian kepada
masyarakat menuju Research University sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis UM
Jember 2012-2030, diperlukan pengembangan dan penerapan strategi yang efektif dalam
bentuk Rencana Strategis (Renstra) Pengabdian periode 5 tahun (2020-2020). Renstra
Pengabdian UM Jember tahun 2020-2024 adalah pedoman dan arahan kebijakan bagi
pelaksanaan Pengabdian yang telah ditetapkan oleh UM Jember. Penyusunan Renstra
Pengabdian ini berlandaskan lima aspek utama yaitu visi dan misi UM Jember, riwayat
perkembangan dan capaian, peran unit kerja pengelola, potensi sumber daya, dan
pengembangan kapasitas.
Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 berorientasi pada terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya yang berkeadilan dan berkemakmuran jasmani dan rohani serta
diridlai Allah SWT. Orientasi tersebut selaras dengan tujuan pendirian Persyarikatan
Muhammadiyah, PTM dan UM Jember. Adapun fokus pengembangan Renstra Pengabdian UM
Jember dituangkan dalam 10 peta jalan (roadmap) bidang-bidang unggulan sebagai berikut :
1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis
Komoditas Lokal.
2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan
Dan Berkelanjutan.
3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan,
Bisnis, Lingkungan, Kesehatan.
3
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar Serta Masyarakat
Bugar, Berprestasi Dan Produktif
8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus,
Keluarga Dan Masyarakat Desa
9. Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam Masyarakat.
Penyusunan Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 menggunakan pendekatan
bottom-up dan top-down. Pendekatan secara bottom-up dilakukan dengan menyimpulkan
gagasan-gagasan dan topik-topik program pengabdian yang telah dilaksanakan oleh para Dosen
dalam tiga komponen berikut ini.
1. Tema dan topic abdimas dosen selama tiga tahun terakhir dalam
www.simlitabmas.unmuhjember.ac.id
2. Publikasi hasil kegiatan pengabdian dosen baik di laman
www.jurnal.unmuhjember.ac.id maupun di jurnal-jurnal pengabdian di luar kampus.
3. Rumusan hasil-hasil capaian penelitian dan pengabdian dari internal dan eksternal UM
Jember dalam lokakarya, seminar dan workshop pengembangan kapasitas pengabdian
berbasis riset, kearifan lokal dan orientasi bidang penelitian unggulan.
4. Kompetensi akademik dari para Dosen UM Jember.
Pendekatan secara top-down dilakukan dengan cara menyelaraskan dengan
dokumen manajemen UM Jember meliputi komponen sebagai berikut ini.
1. Statuta UM Jember II 2013
2. Rencana Jangka Panjang UM Jember 2012-2030
3. Rencana Strategis (Renstra) UM Jember 2018-2022
4. Rencana Operasional (Renop) UM Jember 2018-2022
5. Rencana Induk Penelitian UM Jember 2020-2024
4
6. Agenda Riset Nasional 2009-2025
7. UUD 1945: Ps. 31 (5) bahwa pemerintah memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi
nilai agama, persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia;
8. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS;
9. UU RI No. 12 Tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Tinggi;
10. PP No. 4 Tahun 2014 tentang Pendidikan Tinggi dan Penyelenggaraan Pergurun Tinggi;
11. Permenristekdikti No. 44 tahun 2015 tentag SN Dikti;
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Riset Nasional tahun 2017-2045.
13. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor
38 tahun 2019 tentang prioritas Riset Nasional 2020-2024.
5
BAB 2 LANDASAN PENGEMBANGAN PENGABDIAN UM JEMBER
2.1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Mutu UM Jember
2.1.1 Visi UM Jember
Visi UM Jember adalah perguruan tinggi yang unggul dalam IPTEKS bernafaskan
nilai-nilai ke-Islaman. Visi ini akan dicapai pada tahun 2042.
2.1.2 Misi UM Jember
Misi UM Jember sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan mutakhir.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan umat.
3. Menyelenggarakan pengelolaan universitas yang amanah dan transparan.
4. Menyelenggarakan interaksi islami antar sivitas akademika.
5. Menyelenggarakan kerja sama dengan pihak lain yang saling memberi manfaat.
2.1.3 Tujuan UM Jember
Tujuan UM Jember sebagai berikut :
1. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, kompetitif, dan inovatif.
2. Menghasilkan IPTEKS untuk meningkatkan kesejahteraan umat.
3. Terwujudnya tata kelola universitas yang produktif, efektif, efesien,
transparan, akuntabel dan berkelanjutan.
4. Terwujudnya sivitas akademika yang mampu menjadi teladan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
5. Terlaksananya jalinan kerja sama dengan berbagai pihak sebagai implementasi
Catur
Dharma Universitas.
2.1.4 Sasaran Mutu UM Jember
Sasaran mutu UM Jember dirinci dalam strategi dan indikator capaian dalam enam
bidang. Keenam bidang tersebut adalah bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat, kemahasiswaan, kelembagaan, kemandirian finansial, Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK) dijelaskan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1. Sasaran Mutu UM Jember 2020 - 2024
Bidang
No
Sasaran Mutu Target
2024
Pen
did
ikan
1 Jumlah KBK yang sudah menjadikan KKNI sebagai acuan 100%
2 Jumlah kurikulum yang termutakhirkan secara berkala 100%
3 Kebijakan operasional penerapan hasil pembelajaran berbasis riset Ada
4 Jumlah prodi yang mengimplementasikan pembelajaran berbasis
riset secara terstruktur
100%
5 Indeks kepuasan layanan akademik 4.0
6 Rasio dosen dan mahasiswa 1:25
7 Jumlah SOP layanan Akademik 75
8 Jumlah Buku Ilmiah Nasional 63
9 Jumlah HKI/Paten 150
10 Jumlah publikasi nasional terakreditasi 250
11 Jumlah publikasi internasional terakreditasi 90
Pen
elitia
n d
an
pen
gab
dia
n
1 Jumlah penelitian yang diterapkan dalam pengabdian masyarakat 25
2 Jumlah dosen yang terlibat dalam penelitian unggulan universitas 150
3 Rata-rata jumlah mahasiswa yang terlibat dalam setiap judul
penelitian
90
4 Rata-rata jumlah mahasiswa yang terlibat dalam setiap judul
pengabdian pada masyarakat
90
5 Jumlah dosen yang melaksanakan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat yang sesuai dengan kepakarannya
140
6 Jumlah dosen yang menjadi pembicara pada pertemuan ilmiah
nasional
105
7 Jumlah dosen yang menjadi pembicara pada pertemuan ilmiah
internasional
35
8 Adanya dukungan institusi berupa penyediaan anggaran penelitian 15 jt
9 Jumlah realisasi kerjasama dalam negeri 150
10 Jumlah realisasi kerjasama luar negeri 35
Kem
ah
asisw
aan
1 Indeks kepuasan mahasiswa terhadap layanan kemahasiswaan 5.7
2 Jumlah sistem layanan kemahasiswaan berbasis online 5
3 Banyaknya Mahasiswa yang terlibat dalam organiasi kemahasiswaan
regional dan nasional
25%
4 Banyaknya Mahasiswa yang terlibat dalam program kreatifitas
mahasiswa (PKM) tingkat regional dan nasional
55%
5 Banyaknya Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan bidang seni dan
olahraga tingkat regional dan nasional
50%
6 Banyaknya Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan bidang
teknologi tingkat regional dan nasional
45%
7 Banyaknya mahasiswa penerima beasiswa 465
8 Banyaknya mahasiswa yang mendapatkan prestasi tingkat regional
dan nasional
45
9 Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan pembentukan
karakter mahasiswa
100%
10
Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam pengembangan soft skills
yaitu kecakapan hidup dan kewirausahaan.
100%
7
Kele
mb
agaan
1 Optimalisasi fungsi organ-organ penunjang tata kelola yang
diamanatkan Statuta dan peraturan perundangan yang berlaku
52
2 Jumlah dokumen yang dihasilkan dan mendapat pertimbangan Senat 90
3 Jumlah rumusan Kebijakan Rektor bidang non akademik 15
4 Jumlah auditor internal yang bersertifikat 44
5 Jumlah unit bisnis otonom 15
6 Tersedianya perangkat aturan yang diperlukan dalam ketatakelolaan
dan sesuai dengan budaya PTM dan lokal UM Jember
5
7 Jumlah program pendidikan profesi baru 6
8 Perolehan akreditasi A program studi 10
9 Perolehan akreditasi universias A
Kem
an
dir
ian
Fin
an
sial
1 Dilakukan audit laporan keuangan oleh akuntan public independen Ada
2 Penurunan jumlah temuan audit 5
3 Tersedia sistem inventarisasi aktiva yang modern Ada
4 Tersusunnya hasil opini laporan keuangan WTP
5 Pelaporan pertanggung jawaban keuangan yang tepat waktu 95%
6 Penyampaian laporan kinerja keuangan yang tepat waktu 100%
7 Jumlah SOP bidang perencanaan keuangan dan akuntansi 24
8 Pendapatan bersih pengembang bisnis non akademik, hasil usaha
unit penunjang, kerjasama dan pendapatan lainnya
5,5
Al-Isla
m d
an
Kem
uh
am
mad
iya
ha
n
1 Jumlah sivitas akademika dan karyawan yang ikut Baitul Arqom 100%
2 Jumlah dosen yang jadi instruktur LKMM dan Pelatihan Aqidah
Islam
65%
3 Jumlah dosen dan karyawan yang sholat berjamaah di mesjid UM
Jember selama jam kerja
70%
4 Jumlah dosen dan karyawan yang mampu membaca alquran dan
memahami isinya
100%
5 Jumlah dosen dan karyawan yang aktif pengajian Persyarikatan
Muhammadiyah
100%
6 Jumlah dosen dan karyawan yang datang tepat waktu sesuai aturan
yang berlaku
80%
7 Komitmen dosen dan karyawan dalam bekerja 80%
8 Rasa memiliki terhadap UM Jember 100%
9 Jumlah Pengabdian pada masyarakat di amal usaha Muhammadiyah 15
10 Jumlah penelitian yang berbasis syariah Islam berdasarkan
kepakaran
65
11 Jumlah publikasi ilmiah di jurnal terakreditasi berbasis syariah 80
12 Jumlah dosen dan karyawan masuk ke pengurusan Muhammadiyah 55%
2.2 Perkembangan dan Capaian
Perkembangan dan capaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat di UM Jember
dilakukan melalui kerjasama antar dosen baik dalam satu atau lintas fakultas dan program studi.
Sebagian besar telah ditindaklanjuti dalam media publikasi ilmiah baik prosiding dan jurnal
pengabdian masyarakat. Kegiatan pengabdian tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
8
penelitian, sehingga sub-bab ini menguraikan capaian penelitian dan pengabdian masyarakat.
Akan tetapi penekanan uraian pada aspek capaian pengabdian masyarakat. UM Jember
senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas program penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Sejumlah upaya telah dilakukan dalam bentuk capaian kinerja
bidang penelitian dan pengabdian baik internal dan eksternal. Berdasarkan Laporan Kinerja
Penelitian dan pengabdian masyarakat Perguruan Tinggi Tahun 2017-2019 dari
Kemenristekdikti, UM Jember menempati kluster 3.
Kegiatan penelitian dan pengabdian di UM Jember bersumber dari dana internal dan
eksternal. Sumber dana internal dari anggaran LPPM UM Jember, dan sumber dana eksternal
berasal antara lain Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti),
dunia industri, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berdasarkan Laporan Kinerja LPPM UM
Jember Tahun 2011-2015 telah terjadi peningkatan signifikan baik jumlah judul dan besaran
dana perolehan dana hibah penelitian dan pengabdian internal dan eksternal. Peningkatan dalam
lima tahun terakhir tersebut menunjukkan semakin tingginya kesadaran dan kinerja dosen di
lingkungan UM Jember. Peningkatan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Jumlah Judul dan Dana Penelitian dan Pengabdian UM Jember
Berkaitan dengan capaian kinerja bidang karya ilmiah, UM Jember telah memiliki
media publikasi dalam bentuk jurnal ilmiah nasional berbasis program studi. Disamping itu
dosen juga memiliki kinerja publikasi ilmiah baik didalam dan diluar institusi sebagai
pemakalah dalam seminar nasional dan atau penulis dalam jurnal nasional dan internasional
cetak dan elektronik, serta karya buku ber-ISBN. Perkembangan jumlah capaian kinerja
bidang karya ilmiah Dosen UM Jember Tahun 2017-2019 ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
Berdasarkan Tabel 2.4 tersebut telah terjadi peningkatan jumlah capaian secara konsisten dalam
publikasi ilmiah dan sedikit penurunan pada karya buku. Luaran karya ilmiah tersebut telah
berdampak pada kualitas dosen dalam meningkatkan kinerja akademik, penelitian dan
pengabdian.
No
Tahun Jumlah Penelitian Jumlah Pengabdian
Judul Dana (Rp) Judul Dana (Rp)
1. 2017 38 356.642.000 28 1.691.500.000
2. 2018 28 1.844.000.000 25 1.003.000.000
3. 2019 7 812.683.500 13 1.000.420.000
9
Tabel 2.4 Jumlah Capaian Kinerja Bidang Karya Ilmiah
Kegiatan pengabdian di UM Jember sebagai bentuk penyebarluasan hasil-hasil
IPTEKS atau hilirisasi penelitian agar dapat diimplementasikan dalam masyarakat sehingga
berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu pengabdian
diarahkan pada kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Jawa Timur Bagian Timur sebagai
keunggulan spesifik yang dilakukan secara kolaboratif dalam 8 fakultas dan 22 program studi.
Kearifan lokal daerah menjadi keunggulan kompetetif (competitive advantage) UM Jember
dalam meningkatkan daya saing terhadap perguruan tinggi lain. Berdasarkan basis data (data
base) pengabdian di UM Jember, kegiatan pengabdian dikelompokkan dalam 9 bidang
unggulan yaitu
1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis
Komoditas Lokal.
2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan
Dan Berkelanjutan.
3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan,
Bisnis, Lingkungan, Kesehatan.
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar Serta Masyarakat
Bugar, Berprestasi Dan Produktif
8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus,
No Komponen 2017 2018 2019
1. Jurnal Nasional 120 95 0
2. Jurnal Nasional Terakreditasi 0 3 100
3. Jurnal Internasional 3 13 23
4. Buku Ber-ISBN 14 15 17
10
Keluarga Dan Masyarakat Desa
9. Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam Masyarakat.
Peran Unit Kerja Pengelola
Unit kerja pengelola kegiatan pengabdian di UM Jember adalah Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Dalam pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra)
Pengabdian dan pengembangannya, LPPM senantiasa berdasarkan pada visi dan misi LPPM
UM Jember. Visi LPPM UM Jember adalah menjadi lembaga pencerahan untuk kegiatan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara jujur dan amanah dalam lingkungan
internal dan eksternal, sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan sejahtera yang diridhai
Allah SWT. Sedangkan misi LPPM UM Jember sebagai berikut :
1. Sebagai wahana kelompok ilmuwan yang kreatif, terampil, pemikir, dan pelopor
pembaharuan peradaban manusia ke arah kemajuan yang positif.
2. Berperan sebagai pusat pengkajian dan pengembangan serta pemeliharaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Membina dan mengembangkan tenaga pengajar dan mahasiswa yang berdedikasi
tinggi untuk bersama-sama memajukan ilmu pengetahuan melalui pelatihan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Sebagai wadah meningkatkan dan mengembangkan jaringan kerjasama di bidang
penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan lembaga eksternal.
LPPM adalah unsur pelaksana akademik yang mempunyai tugas melaksanakan,
mengkoordinasikan, memantau, dan menilai pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, serta ikut membangun kompetensi sumber daya manusia yang diperlukan. Sejak
berdirinya, LPPM UM Jember telah memfasilitasi dan mendorong sivitas akademika di
lingkungan UM Jember untuk mengadakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
baik secara kelompok dan individu. LPPM UM Jember memiliki tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut :
1. Sebagai lembaga yang mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dalam bidang sains, teknologi, kesehatan, sosial dan humaniora
yang dilaksanakan oleh sivitas akademika UM Jember sesuai visi UM Jember.
2. Sebagai lembaga yang mengkoordinasikan diseminasi hasil-hasil penelitian dan
pengabdian masyarakat dalam bidang sains, teknologi, kesehatan, sosial dan
humaniora kepada masyarakat.
11
3. Sebagai lembaga yang bertugas mengembangkan kapasitas dan potensi penelitian di
lingkungan UM Jember untuk kesejahteraan masyarakat.LPPM UM Jember
dikembangkan melalui mekanisme koordinasi Bidang Akademik UM Jember yang
dipimpin oleh Wakil Rektor I. Gambar 2.3 menyajikan struktur organisasi LPPM UM
Jember.
2.4 Potensi Sumber Daya
2.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pengembangan kegiatan pengabdian.
UM Jember memiliki potensi SDM yang terdiri dari pendidik, pengabdi, dan tenaga
kependidikan. Tabel 2.5, 2.6, 2.7 menguraikan komposisi dosen tetap di UM Jember
berdasarkan status, tingkat pendidikan, dan jabatan fungsional yang memenuhi UU Sisdiknas
dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Tabel 2.5 Komposisi Dosen Tetap UM Jember Berdasarkan Status
No. Status Dosen TA 2017/2018 TA 2018/2019 TA 2019/2020
1. Kopertis 54 51 50
2. Persyarikatan 101 149 160
Jumlah 155 200 210
Tabel 2.6 Jumlah Dosen Tetap UM Jember Berdasar Tingkat Pendidikan
No. Status Dosen S1 S2 S3
1. Kopertis 1 37 8
2. Persyarikatan 1 216 25
Jumlah 2 253 33
Tabel 2.7 Jumlah Dosen Tetap UM Jember Berdasarkan Jabatan Fungsional
No. Status Dosen Tenaga
Pengajar
Asisten
Ahli
Lektor Lektor
Kepala
Guru
Besar
Total
1 Kopertis 2 9 26 9 - 46
2 Persyarikatan 87 121 30 4 - 242
Jumlah 89 130 56 13 0 288
12
Dengan komposisi dosen UM Jember, jumlah judul pengabdian yang dihasilkan
semakin meningkat secara signifikan dalam setiap tahun dalam 5 tahun baik sumber dana
eksternal dan internal. Tabel 2.8 menunjukkan capaian judul pengabdian dalam 5 tahun terakhir
baik yang bersumber dari dana internal dan eksternal. Capaian kinerja pengabdian tersebut
dapat lebih ditingkatkan melalui peningkatan kerjasama antar lembaga nasional dan
internasional, peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan metodologi pengabdian dan
teknik penyusunan proposal pengabdian kompetitif.
Tabel 2.8 Jumlah Judul Pengabdian Dosen UM Jember 2011-2015
No
Sumber Pembiayaan Jumlah Judul
Pengabdian
Total
2017 2018 2019
1 Dana Pengabdian Eksternal 28 25 13 66
2 Dana Pengabdian Internal 118 102 41 261
Total 246 127 54 327
UM Jember berkomitmen dan berupaya untuk terus meningkatkan kualitas SDM yang
dimiliki. Upaya yang dilakukan antara lain pemberian dan atau membantu akses beasiswa
studi lanjut, melakukan pelatihan-pelatihan tematik sesuai tugas pokok dan fungsi SDM,
melakukan monitoring dan evaluasi periodik, serta koordinasi rutin. Peningkatan kualitas
SDM juga dilakukan dengan pelaksanaan kode etik bagi seluruh sivitas akademika UM Jember.
Berdasarkan data per 31 Agustus 2020, terdapat 41 dosen yang sedang tugas belajar dalam
program Magister (S2) dan Doktoral (S3). Dari 41 dosen tersebut sebagian besar (90%) sumber
dananya berasal dari beasiswa yang disediakan oleh pemerintah dan sisanya 10% berasal dana
mandiri dosen yang bersangkutan. Pihak UM Jember memberikan bantuan biaya untuk
pelaksanaan tesis dan desertasi dosen studi lanjut dengan memberikan bantuan sebesar Rp.
15.000.000 sampai Rp.30.000.000 per dosen. Kompetensi dosen juga terus meningkat terbukti
dengan telah tersertifikasinya dosen UM Jember. Jumlah dosen UM Jember yang telah
mendapatkan sertifikasi dosen adalah sebanyak 78. Disamping itu sebagian besar program studi
sudah terakreditasi B. Adapun komposisi jumlah fakultas, program studi dan peringkat
akreditasi serta jumlah dosen studi lanjut disajikan dalam Tabel 2.9.
13
Tabel 2.9. Daftar Dosen Studi Lanjut
No. Fakultas/Prodi Studi Lanjut S2
Studi Lanjut S3
1. Hukum 0 3
2. Psikologi 0 2
3. Manajemen 0 7
4. Akuntansi 0 1
4. Ilmu Pemerintahan 0 5
5. Ilmu Komunikasi 0 2
6. FIKES 0 4
7. Pendidikan Biologi 0 4
8. Pendidikan Bhs. Inggris 0 3
9. Pendidikan Bhs. Indonesia 0 5
10. Pendidikan Matematika 0 4
11. Teknik Sipil 0 4
12. Teknik Informatika 0 2
13. Agribisnis 0 3
14. Agroteknologi 0 5
15. Akuntansi 0 1
16. Teknik Mesin 0 1
17. Pendidikan Agama Islam 0 3
18. Ekonomi Syariah 0 0
19. Prodi PJKR 0 1
20. Teknologi Industri Pertanian 0 1
21. Perhotelan 0 1
Jumlah 0 61
Tabel 2.10 Program Studi dan Status Akreditasi
No. Jenjang Program Studi Fakultas Akreditasi/Nilai
1. S1 Hukum FH B/339
2. S1 Psikologi F.Psikologi B/326
3. S1 Manajemen FE A/366
4. S1 Akuntansi A/361
5. S1 Ilmu Pemerintahan FISIPOL B/342
6. S1 Ilmu Komunikasi A/364
14
7. S1 Ilmu Keperawatan FIKES B/337
8. D3 Ilmu Keperawatan B/335
9. S1 Pendidikan Biologi FKIP B/307
10. S1 Pendidikan Bhs. Inggris B/341
11. S1 Pendidikan Bhs.Indonesia B/353
12. S1 Pendidikan Matematika B/324
13. S1 PAUD B/340
14. S1 Teknik Sipil FT B/326
15. S1 Teknik Informatika B/347
16. S1 Teknik Elektro B/326
17. S1 Teknik Mesin B/337
18. D3 Manajemen Informatika B/330
19. S1 Agribisnis FP A/377
20. S1 Agroteknologi A/362
21. S1 Pendidikan Agama Islam FAI A/362
22. S1 Prodi PJKR FKIP Ijin
23. Profesi Ners FIKES B/338
24. S2 Magister Manajemen FE B/338
25. S1 Teknologi Industri Pertanian FP Ijin
26. S1 Ekonomi Syariah FAI Ijin
27. D3 Perhotelan FISIPOL Ijin
28. Profesi Pendidikan Profesi Guru FKIP Ijin
2.4.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan penunjang pelaksanaan pengabdian yang sangat
diperlukan keberadaannya. UM Jember memiliki sarana utama berupa gedung kampus
dengan fasilitasnya yang berada di Kota Jember yang beralamat di Jalan Karimata No. 49
Jember. Tabel 2.10 menyajikan luas tanah dan bangunan yang dimiliki UM Jember, Tabel
2.11 menyajikan luas fasilitas penunjang, tabel 2.12 menyajikan daftar peralatan pendukung
kegiatan praktikum.
Tabel 2.10 Gedung dan Ruang Kelas
No Jenis Ruang Kuliah Jumlah
(Unit)
Luas (m2) Fakultas
1. Ruang Kuliah Lt. 2 Gedung A 12 576 Ekonomi
2. Ruang Kuliah Lt. 3 Gedung A 10 608 FIKES
3. Ruang Kuliah Lt. 4 Gedung A 2 151 FIKES
4. Ruang Kuliah Lt. I Gedung B 6 324 FAPERTA
15
5. Ruang Kuliah Lt. II Gedung B 12 704 FT
6. Ruang Kuliah Lt. III Gedung B 8 384 FISIPOL
7. Ruang Kuliah Lt. 1 Gedung CC 2 96 FT
8. Ruang Kuliah Lt. 2 Gedung CC 2 118 FT
9. Ruang Kuliah Lt. 3 Gedung CC 4 280 FT
10. Ruang Kuliah Lt. 4 Gedung CC 2 100 FT
11. Ruang Kuliah Lt. 1 Gedung C 2 200 FT
12. Ruang Kuliah Lt. 2 Gedung C 4 235 FT
13. Ruang Kuliah Lt. 3 Gedung C 6 352 Lab Terpadu
14. Ruang Kuliah Lt. I Gedung Al Fanani
8 384 FKIP
15. Ruang Kuliah Lt. II Gedung Al Fanani
8 384 F. Psikologi & Pascasarjana
16. Ruang Kuliah Lt. 1 Gedung G 1 60 FAPERTA
17. Ruang Kuliah Lt. 2 Gedung G 1 60 FAPERTA
18. Ruang Kuliah Lt. 2 Gedung G 2 120 FAI
19. Ruang Kuliah Lt. 3 Gedung G 4 400 FAI
Tabel 2.11 Fasilitas Penunjang
No. Jenis Prasarana Penunjang
Jumlah Luas (m2) Jumlah Unit
1. Masjid 400 1
2. Poliklinik 1000 1
3. Plasa 1
4. Kantin 300 3
5 Parkir 3000 4
6 Asrama dan Pondok Pesantren 70 1
7 Toilet 200 50
8 Radio Nusantara 20 1
9 Gedung UKM 400 10
10 Ruang Himpunan Mahasiswa 16 1
11 Ruang Server 100 1
12. Ruang HKI 30 1
13. Ruang rapat 125 1
14. Loby Pariwisata 80 1
15. Aula Zaenuri 950 1
16. Galeri Investasi 75 1
17. ATM Center 20 3
16
18. Perpustakaan 100 1
19. Kebun Percobaan 490 1
20. Moyamu 150 1
21. Kantin 60 11
22. Lapangan Basket 20X15 1
23. Lapangan Sepak Bola 120X90 1
24. Lapangan Volly 18X9 1
25. Papan Mapala 20X10 1
26. Papan Tenis Meja 8X8 1
Tabel 2.12 Data Peralatan Untuk Peralatan Pratikum
No Nama
Laboratorium
Jenis Peralatan dan Tahun
Produksi
Jumlah
Unit
Fakultas
1. Lab. Microteaching Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer 1 FKIP
2. Lab. Bahasa Pend.BhsInggris
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer
1
FKIP
3. Lab.Workshop
P. Matematika
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer
1
FKIP
4. Lab. Mikro Biologi Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer,
alat lab
1
FKIP
5. Lab.Botani &
Genetika
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer,
alat lab
1
Pertanian
6. Lab.Akuntansi Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1 Ekonomi
7. Lab.Manajemen Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1 Ekonomi
8.
Lab.Teknik Sipil
Lab Teknik Informatika
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1
Teknik
1
2
.
Lab.M.
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1
Teknik Informatika
13.
Lab.MMS Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab 1 Teknik
1
4
.
Lab.Hardware-
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1
Teknik Jaringan
15
.
Lab.
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1
Pertanian Agroteknologi
16.
Lab.Agribisnis Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab 1 Pertanian
17.
Lab. Psikologi Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab 1 Psikologi
1Lab.Medikal
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1
Kesehatan
Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1 Teknik
9. Lab.Teknik Elektro Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1 Teknik
10. Lab.Teknik Mesin Meja, Kursi, Papan Tulis, Komputer, alat lab
1 Teknik
17
2.5 Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas pengabdian dilakukan salah satunya dengan manajemen
internal. Secara berkala dilakukan evaluasi secara komprehensif dengan mempertimbangkan
aspek kinerja unit, kontribusi terhadap kinerja dan reputasi akademik secara keseluruhan serta
efektifitas penyelenggaraan unit. Evaluasi secara menyeluruh selama ini telah dilakukan
secara periodik dengan mengoptimalkan sistem penjaminan mutu yang dapat digunakan
sebagai pengembangan yang tepat untuk masing-masing unit.
Audit Mutu Akademik Internal (AMAI) merupakan alat evaluasi yang selama ini
dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Penjaminan Mutu (LPM). Indikator kinerja
dasar/umum yang dievaluasi dan berlaku untuk semua unit, yaitu (1) Pencapaian Sasaran
Mutu Unit, (2) Pencapaian program/rencana kerja dan program pengembangan unit, (3)
Ketersediaan Prosedur Kerja dan implementasinya, (4) Pemahaman, Realisasi dan Evaluasi
Daftar Catatan Mutu, (5) Evaluasi Kedisiplinan Kerja, dan (6) Pengendalian dan Evaluasi
Keluhan Pelanggan. Indikator kinerja akademik yang dievaluasi ada 9 yaitu (1) Proses
Persiapan Pembelajaran, (2) Proses Pelaksanaan Pembelajaran, (3) Proses Ujian, (4) Prestasi
Akademik Mahasiswa, (5) Proses Kerja Praktik/Kerja Lapangan/Kepaniteraan Klinik dan
Praktek Hukum, (6) Proses Skripsi/Tugas Akhir, (7) Proses Pendadaran, (8) Kondisi Dosen,
dan (9) Hasil Lulusan. Masing-masing indikator kinerja dijabarkan dalam bentuk kegiatan
atau aktivitas yang lebih rinci dan lebih operasional.
Hasil AMAI untuk kinerja UM Jember pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.13
dan Tabel 2.14 berikut ini.
Tabel 2.13 Indeks Kepuasan Dosen Terhadap Layanan UM Jember
No. Aspek Nilai
Interval
Kepuasan
Prosentase Kategori Nilai Layanan
UM
Jember
1. Tugas Pokok >_ 47 57.1% Puas B Baik
2. Hubungan dengan Pimpinan
>_ 18 64.30% Puas B
Baik
3. Kepedulian UM Jember
>_ 37 37% Puas B Baik
4. Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi
>_ 59.5 46% Puas B Baik
18
5. Fasilitas Sarana dan Prasarana
>_ 55 59% Puas B Baik
Tabel 2.14 Indeks Kepuasan Tenaga Kependidikan (Tendik) Terhadap Layanan UM Jember
No. Aspek Nilai
Interval
Kepuasan Tendik
Indeks
Kepuasan
Tendik
Kepuasan
Dosen
Nilai Layanan
UM
Jember
1. Pekerjaan dan Suasana Pekerjaan
21 78% Puas B Baik
2. Hubungan
dengan
Pimpinan
57 43% Puas B Baik
3. Kepedulian
UM Jember
29 71% Puas B Baik
4. Gaji dan
Kesejahtera
an
57 43% Puas B Baik
5. Peningkatan
Kualifikasi
dan
Kompetensi
14 86 Puas B Baik
Kapasitas pengabdian UM Jember juga ditunjang oleh jejaring kerjasama. UM Jember
terus berupaya untuk membangun jejaring kerjasama dengan berbagai instansi baik perguruan
tinggi, pemerintah, maupun industri di tingkat nasional. Upaya membangun kerjasama ini
diwujudkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan
memberdayakan kerjasama yang telah dilakukan UM Jember, sedangkan upaya ekstensifikasi
dilakukan melalui pembangunan kerjasama baru. Dalam pergaulan di dunia perguruan tinggi,
UM Jember menjadi anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI). UM
Jember juga tergabung dalam Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta Se-Indonesia
(BKS-PTIS). Kerjasama lain yang sudah dirintis dan masih berjalan hingga saat ini adalah
dengan Mahkamah Konstitusi RI, dengan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Propinsi
Jawa Timur, PT Telkom Jember, PT Telkom Situbondo, PT Telkom Bondowoso, PT Telkom
Malang, PT PLN (Persero) Jember, PT PLN (Persero) Bondowoso, Dinas Pengairan Jember.
PT Bank Mandiri (Persero) Jember, PT Bank BNI 1946 (Persero) Jember, PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Jember, PT Bank Mandiri Syariah (Persero) Jember. Kerjasama di bidang
pengabdian juga telah dilakukan oleh UM Jember selama 4 tahun. Kerjasama secara nasional
19
dilakukan dengan Ditlitabmas DIKTI, LIPI dan Yayasan Darmandiri. Kerjasama regional
yang telah dilakukan antara lain dengan Pemerintah Kabupaten di daerah tapal kuda yaitu
dengan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo. Kerjasama secara
lokaldilakukan dengan GAPOKTAN dan HIPPA. Disamping kerjasama yang dilakukan
pihak universitas, pihak unit juga melaksanakan kerjasama dengan pihak luar antara lain
dalam program PKL, PPL, KKN baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga non
pemerintah.
2.6 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan analisis yang mendasari penyusunan Rencana Strategis
(Renstra) Pengabdian UM Jember agar lebih fokus dalam menyusun dan melaksanakan setiap
rencana dan kegiatan. Analisis SWOT dapat memberikan gambaran secara menyeluruh
dan utuh tentang kondisi internal dan eksternal yang dihadapioleh UM Jember, serta
hubungan di antara kedua kondisi tersebut dalam membentuk arah perkembangan UM
Jember. Analisis internal mencakup evaluasi terhadap beberapa faktor utama di dalam UM
Jember, yang berkait erat dengan kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) UM
Jember pada aspek ketatakelolaan (Good University Governance) dan penjaminan mutu,
aspek infrastruktur, aspek finansial, aspek sumberdaya manusia, aspek operasional (Proses
Pembelajaran), aspek administrasi dan pengelolaan program akademik, dan aspek pelayanan,
serta aspek sistem informasi manajemen. Analisis eksternal mengkaji faktor-faktor di luar
UM Jember yang berpengaruh terhadap peluang (Opportunities) dan tantangan (Threats) yang
dihadapi UM Jember pada aspek kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, kondisi
makro ekonomi, aspek geografis, dukungan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan
aspek hukum. Hasil analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal digunakan sebagai
acuan dalam menetapkan strategi umum pengembangan UM Jember.
2.6.1 Analisis Eksternal
Tabel 2.15 Analisis SWOT Eksternal
Peluang Tantangan
• Kebijakan MBKM dari Kemendikbud
• Pembukaan moratorium pendirian
Program Studi baru
• Tantangan untuk meningkatkan
kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi
• Kebijakan dana desa oleh kementrian
• Tingkat persaingan antar PT yang
semakin kompetitif dalam bidang Tri
Dharma PT.
• Berdirinya lembaga pendidikan baru strata
diploma / sarjana di Jember
• Munculnya pesaing lokal, dengan adanya
20
desa (Kemendes PDTT) sebagai
implementasi konsep desa membangun.
• Posisi UM Jember berada di wilayah
yang merupakan pusat dari kegiatan
beberapa kabupaten di Jawa Timur
bagian timur.
• Terbukanya kemitraan dengan
berbagai lembaga, baik lembaga
pemerintah maupun lembaga non
pemerintah.
• Potensi calon mahasiswa UM Jember
di sekitar Kota Jember maupun Jawa
Timur bagian Timur cukup besar.
• Potensi tempat pengabdian masyarakat
masih cukup banyak dan luas terutama
di wilayah pedesaan yang
memungkinkan implementasi desa
mitra.
• Potensi pembiayaan/beasiswa dari
Pemerintah pusat dan daerah maupun
perusahaan masih terbuka.
• Dukungan pemerintah terhadap
peningkatan mutu pendidikan dan
pengembangan PT, serta kesempatan
untuk mendapatkan dana dari DIKTI
untuk pengembangan PT.
• Aplikasi IPTEK dapat mendukung
Kegiatan Tri Dharma PT.
• Telah ada networking Perguruan
Tinggi Muhammadiyah dengan
berbagai institusi di dalam dan luar
kelas jarak jauh yang diselenggarakan
baik oleh PTN/PTS.
• Potensi pasar bebas yang memberi
kesempatan PT asing untuk menawarkan
program-program kompetitif.
• Perkembangan IPTEKS dan tuntutan
produktivitas universitas menuntut
ketersediaan fasilitas pendidikan yang
modern, kesiapan SDM dan system
manajemen yang handal.
• Meningkatnya standart mutu Tri Dharma
PT.
• Tekanan biaya pesaing yang ada di sekitar
wilayah Jawa Timur.
• Calon mahasiswa sangat selektif memilih
PT dan Program Studi yang mampu
memenuhi tuntutan dunia kerja di era
industri 4.0
• Era industri 4.0 ditandai dengan
otomatisasi dan aplikasi big data
menyebabkan batas negara bukan
menjadi hambatan bagi suatu perguruan
tinggi terkemuka untuk menjaring dan
2.6.2 Analisis Internal
Tabel 2.16 Aspek Ketatakelolaan dan Penjaminan Mutu
Kekuatan Kelemahan
• Kebijakan pemangku kepentingan
internal untuk kemajuan PT Adanya
keingginan untuk menerapakan
menejemen mutu dilingkungan UM
Jember.
• Dukungan dari pemangku kebijakan
internal untuk memfasilitasi kegiatan
pengabdian Dosen.
• Adanya keinginan institusi untuk
memberdayakan Tim Monitoring dan
• Portofolio Program Studi belum
dijalankan dengan baik dan belum
dibakukan sebagai alat evaluasi diri
dan pengembangan Program Studi.
• Masih sering terjadi konflik peran dan
ambiguitas peran pada staf akademik dan
nonakademik.
• Lemahnya budaya kerja berorientasi
kualitas.
• Masih sangat sedikit personal yang
21
Evaluasi Internal dan Sistem
Penjaminan Mutu Internal.
• Adanya keseragaman tata kelola untuk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
• Cukup tingginya reputasi UM Jember di
wilayah Jawa Timur
memahamai system penjaminan mutu.
Tabel 2.17 Aspek infrastruktur
Kekuatan Kelemahan
• Telah memiliki gedung kuliah yang
representatif
• Area kampus yang luas
• Lokasi kampus berada di Wilayah yang
kondusif untuk menciptakan atmosfir
akademik.
• Mempunyai masjid kampus
• Tersedia akses poin diseluruh area
kampus
• Memiliki bandwidth dengan kapasitas
yang memadai
• Telah memiliki fasilitas kesehatan
mandiri berupa poliklinik
• Memiliki unit usaha pendukung antara
lain : UMJ trans, UMJ Enginering, UMJ
Press, Koperasi, SPBU, Gedung Zaenuri
dan air mineral (Moyamu)
• Memiliki kendaraan operasional dalam
jumlah yang memadai
• Belum memiliki master plan yang baku
sebagai acuan dalam pengembangan
kampus.
• Belum memiliki sistem pengembangan
dan peningkatan
• Belum jelasnya SOP penggunaan
sarana prasarana
• Sarana akademik belum sesuai dengan
keperluan institusi.
• Belum ada ruang rapat mini di masing-
masing unit.
Tabel 2.18 Aspek Finansial
Kekuatan Kelemahan
• Pendapatan keuangan cenderung
meningkat seiring dengan
bertambahnya mahasiswa baru
• Aset UM Jember cukup besar.
• Memilik unit usaha berorientasi bisnis
seperti : UMJ Trans, SPBU,
Poliklinik Suherman.
• UM Jember dipercaya menjadi
Pemenang dana hibah dari pemerintah
untuk kegiatan Tri Dharma PT
• Pemasukan, pengeluaran, dan
pengelolaan dana UM Jember belum
mengacu kepada RAPBU.
• Penerimaan sumber dana masih
didominasi SPP mahasiswa.
• Belum ada laporan keuangan berstandard
akuntansi.
22
Tabel 2.19 Aspek Sumber Daya Manusia
Kekuatan Kelemahan
• Dosen dan Karyawan memiliki
komitmen yang baik dalam Al-Islam
dan Kemuhammadiyahan.
• Banyak dosen studi lanjut S3
• Sistem rekrutmen, seleksi,
pengembangan, dan pelatihan SDM
belum terstandar.
• Sistem penilaian kinerja, beban kerja,
sistem reward dan punishment, rentang
kendali belum terstandar.
• Pemberdayaan karyawan belum optimal.
• Komposisi keahlian dosen tidak
seimbang dengan kelompok keilmuan.
• Belum adanya kriteria baku yang sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab
untuk mencapai suatu jabatan struktural
tertentu.
• Kurangnya jumlah lektor dan lektor
kepala
• Belum ada guru besar.
Tabel 2.20 Aspek Pembelajaran
Kekuatan Kelemahan
• Universitas memiliki komitmen
menyelenggarakan MBKM.
• Memiliki infrastruktur e Study untuk
mendukung kegiatan pembelajaran
berbasis blended learning.
• Sudah memiliki panduan pelaksanaan
MBKM.
• Memiliki sistem informasi akademik
yang mendukung kegiatan
pembelajaran.
• Prodi telah memiliki kemandirian
dalam penyelenggaraan pembelajaran
• Jumlah dosen telah memenuhi nisbah
dosen dan mahasiswa
• Kurikulum belum disusun bersama
dengan stakeholder.
• Proses pembelajaran belum berorientasi
pada penelitian.
• Jaringan kerja sama industri dan
masyarakat belum dikembangkan secara
optimal.
Tabel 2.21 Aspek Administrasi dan Pengelolaan Program Akademik.
Kekuatan Kelemahan
• Telah memiliki sistem informasi
akademik.
• Semua dosen dan mahasiswa telah
memanfaatkan sistem informasi
• Kinerja dosen dalam pembuatan buku
ajar.
• Belum ada pemberdayaan kepakaran.
• Belum ada jaringan yang optimal untuk
23
akademik dalam pembelajaran.
• Semua prodi telah terakreditasi
minimal B.
• Sudah memiliki peraturan akademik
Universitas Muhammadiyah Jember
• Sudah ada standarisasi penjaminan
mutu pelayanan administrasi
akademik pada setiap fakultas.
pemberdayaan akademik.
• Pengelolaan lulusan belum berbasis
sistem informasi.
Tabel 2.21 Aspek Pelayanan
Kekuatan Kelemahan
• Sudah memiliki unit layanana
kemahasiswaan.
• Memiliki unit layanan kesehatan
berupa poliklinik.
• Memiliki layanan bimbingan
konseling dan soft skill.
• Ada pusat psikologi dan layanan
masyarakat
• Sebagian besar layanan sudah
berbasis sistem informasi
• Layanan untuk pengembangan karir
dosen dan karyawan belum optimal.
• Belum ada pelatihan untuk peningkatan
kinerja karyawan.
Tabel 2.22 Penelitian dan Pegabdian kepada Masyarakat
Kekuatan Kelemahan
• Telah memiliki skim dana internal
untuk meningkatkan kualitas
publikasi dosen dan pembiayaan
pengabdian kepada masyarakat
• Memiliki insentif publikasi pada
jurnal bereputasi di luar skem dana
penelitian internal.
• Memiliki platform OJS untuk jurnal
ilmiah di lingkungan UM Jember.
• Klusterisasi kinerja penelitian di
kluster utama sedangkan klasterisasi
kinerja pengabdian di kluster memuaskan.
• Memiliki 19 jurnal ilmiah program
• Riset belum dilakukan dalam kelompok
riset atau kelompok penelitian.
• Belum memiliki pusat penelitian sebagai
pusat kegiatan dan diseminasi hasil
penelitian.
• Belum ada luaran inovasi riset dalam
bentuk paten.
• Dari sisi kuantitas dan kualitas, luaran
riset dalam bentuk artikel di jurnal
bereputasi masih perlu ditingkatkan.
• Dari sisi akreditasi, jurnal program studi
masih perlu ditingkatkan.
24
Studi yang telah terakreditasi Sinta
• Memiliki international conference
untuk meningkatkan publikasi dosen.
• Memiliki kerja sama dengan desa
mitra dan stakeholder lain dalam
kegiatan pembelajaran, riset dan
abdimas.
• Memiliki kerjasama riset, abdimas
dan publikasi dengan LPPM PTMA
dan LPPM PT lainnya.
• Memiliki simlitabmas internal untuk
pengelolaan administrasi penelitian
dan abdimas.
• Memiliki pelatihan untuk
peningkatan kualitas publikasi dosen.
• Ada pelatihan untuk meningkatkan
serapan dana riset eksternal.
• Sudah memiliki standard penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
• Sudah ada luaran riset dalam bentuk
artikel internasional pada jurnal
bereputasi.
Tabel 2.25 Mahasiswa dan Alumni
Kekuatan Kelemahan
• Meningkatnya jumlah mahasiswa
pada beberapa tahun terakhir
• Banyak alumni yang berhasil dalam
dunia kerja, berpeluang menjadi
mitra pengembangan institusi dan
agen pencitraan kampus.
• Kegiatan ekstrakurikuler berkembang
di kalangan mahasiswa
• Bervariasinya kualitas input mahasiswa.
• Lemahnya database penelusuran alumni.
• Belum ada tracer study sercara berkala.
• Belum ada pengembangan database
alumni.
• Kurangnya kegiatan kerja sama yang
melibatkan alumni.
25
BAB 3 GARIS BESAR RENSTRA PENGABDIAN UM JEMBER
3.1 Sinergi Pengabdian dengan Riset dan MBKM
Era Revolusi Industri 4.0 menjadi tantangan bagi Perguruan Tinggi untuk menyiapkan
lulusan yang memiliki daya saing terhadap perubahan yang sedang dan akan terjadi. Perubahan-
perubahan itu meliputi bidang sosial, ekonomi, budaya, dunia dan teknologi. Perubahan-
perubahan itu menuntuk dunia pendidikan agar adaptif dan dinamis dalam penerapan
kurikulum. Lulusan perguruan tinggi yang dihasilkan dari implementasi perangkat
kurikulumnya harus memiliki link and match terhadap perubahan yang terjadi, termasuk di
dalamnya dunia kerja. Dalam konteks itulah, kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
yang dikemas dalam program “Merdeka Belajar – Kampus Merdeka” perlu segera
diimplementasikan. Program tersebut memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran di luar prodi dan atau kampusnya, memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas dan
kompetensi baru yang tidak akan didapatkan jika mahasiswa hanya mengikuti pembelajaran di
program studi mereka sendiri.
Gambar 3.1 Sinergi Antara Riset, Abdimas dan MBKM untuk pengembangan Desa Mitra
Universitas Muhammadiyah Jember mengimplementasikan kegiatan riset dan abdimas
selaras dengan program MBKM. Sinergi dari 3 kegiatan yang pada dasarnya merupakan
kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi digambarkan seperti Blok Diagram di atas. Permasalahan
26
yang diangkat dari riset dosen bisa berawal dari temuan gap penelitian yang dikaji secara
mendalam dalam pembelajaran. Permasalahan juga bisa berasal dari mitra UM Jember dalam
kegiatan abdimas, yaitu desa. LPPM UM Jember, melalui pendanaan riset dan abdimas skem
internal dan eksternal memfasilitasi kegiatan penelitian dosen hingga menghasilkan bebeberapa
luaran seperti : 1) Artikel ilmiah yang terpublikasi dalam jurnal bereputasi, 2) Hak Cipta dapat
berupa paten atau HAKI dan luaran lain.
Gambar 3.2 Tingkat kesiapterapan teknologi
Kegiatan riset didorong untuk mengarah pada pengembangan Sistem/Sub sistem sehingga
telah menghasilkan fitur suatu produk inovasi teknologi. Dalam kerangka Tingkat
Kesiapterapan Teknologi, setidaknya berada di TKT Level 6, 7 dan 8. Di level 6 TKT, hasil
riset berupa sebuah model atau prototype sistem dapat didemonstrasikan dalam suatu
lingkungan yang relevan. Sedangkan pada level 7 model dapat didemonstrasikan pada
lingkungan yang sebenarnya. Pada tahap ini peran mitra sangat penting untuk demonstrasi
27
model atau sistem. Sedangkan pada TKT level 8, sistem telah lengkap dan telah memenuhi
syarat pengujian dalam lingkungan yang sebenarnya.
Dengan tingkat kematangan di level itu, hasil riset dapat dihilirisasi menjadi sebuah fitur
produk teknologi yang aplikatif dan inovatif yang siap dioperasikan. Fitur inovasi hasil riset itu
kemudian diterapkan dan diaplikasikan pada mitra untuk ikut serta menyelesaikan
permasalahan pada mitra. Kegiatan ini dilakukan dalam skema abdimas untuk desa mitra.
Universitas Muhammadiyah Jember melalui LPPM telah melakukan kerja sama dengan desa
mitra dalam payung kegiatan riset, MBKM dan abdimas. Kerja sama dengan desa mitra akan
terus ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas yang mampu menjangkau desa-desa
di wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya.
Hasil-hasil riset yang inovatif juga digunakan untuk melakukan update konten kurikulum
dalam Kurikulum MBKM Universitas Muhammadiyah Jember. Dalam tinjauan MBKM,
kurikulum tidak hanya disusun oleh kampus, tetapi dirancang bersama dengan stakeholder,
sehingga hasil riset yang telah diterapkan bersama dengan mitra akan digunakan untuk
mengupdate konten pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran MBKM bersama mitra.
Universitas Muhammadiyah Jember, sebagai komitmen untuk ikut membantu mensukeskan
program “Desa Membangun” mengarahkan kegiatan riset, penelitian dan abdimas untuk
penyelesaian permasalahan di desa.
3.2 Strategi dan Kebijakan
Penyusunan Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal (peluang dan tantangan) dan lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan) UM Jember. Memperhatikan kekuatan dan kelemahan saat
ini, UM Jember akan selalu berkomitmen untuk mampu menangkap setiap peluang yang ada
dengan tetap mengantisipasi tantangan yang dihadapi. Bab ini menyajikan secara ringkas
langkah yang ditempuh dalam merumuskan arah pengembangan Pengabdian UM JEMBER.
Gambaran kondisi lingkungan eksternal di masa datang serta gambaran lingkungan internal UM
Jember yang saat ini dimiliki, sebagaimana disajikan dalam narasi skenario di atas, menuntut
dan memungkinkan UM Jember untuk membangun, mengembangkan dan meneguhkan posisi
UM Jember, sebagai bentuk kewaspadaan, guna meraih keunggulan baru.
Program akselerasi menuju research university dan world class university merupakan
salah satu dari program utama yang dilakukan, secara umum research university didefinisikan
sebagai universitas di mana kegiatan pendidikan dan Pengabdian berjalan bersama dengan porsi
28
yang hampir sama pentingnya. Lebih lanjut disebutkan bahwa pencapaian status sebagai
research university akan ditandai oleh beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Dosen maupun mahasiswa terlibat secara aktif dalam Pengabdian;
2. Hasil Pengabdian digunakan untuk pengayaan perkuliahan dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
3. Pelaksanaan Pengabdian dikomunikasikan baik melalui forum diskusi atau seminar
yang dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran dalam perbaikan pelaksanaan
pengabdian;
4. Semua atau sebagian Pengabdian harus dipublikasikan di jurnal internasional;
5. Pendanaan Pengabdian diperoleh dari berbagai sumber, baik dari universitas yang
bersangkutan, pemerintah maupun swasta.
Beberapa persiapan UM JEMBER yang telah disiapkan untuk mewujudkan research
university adalah:
1. Meningkatkan iklim dan memfasilitasi riset dan abdimas untuk mendorong peningkatan
publiksi dosen pada jurnal bereputas
2. Membangun kerjasama dengan desa sebagai mitra dalam kegiatan riset abdimas dan
pembelajaran berbasis MBKM
3. Mendorong hilirisasi hasil riset agar model dan teknologi hasil riset dapat
diimplementasikan di desa mitra;
4. Menyediakan dana riset , abdimas internal dan insentif publikasi untuk meningkatkan
kualitas penelitian dan pengabdian masyrakat
5. Menjalin kerjasama penelitian , abdimas, dan publikasi bersama PT lain.
6. Meningkatkan akreditasi jurnal dilingkungan UM Jember
Bab ini menyajikan strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja. Ketiga
komponen tersebut disusun pada tingkatan yang sangat mendasar dengan fungsi sebagai arahan
dasar. Pada saat proses implementasinya, ketiga komponen tersebut masih memerlukan rincian
yang lebih operasional sesuai dengan kondisi riil saat itu. Dengan demikian diharapkan
rumusan yang tercantum dalam dokumen Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024ini
menjadi tidak kaku, meski tetap masih mempunyai arah yang jelas.
Strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja yang disajikan pada bagian berikut
ini disusun untuk masing-masing tahap pengembangan; karena pada dasarnya ketiga
komponen tersebut dirumuskan dalam rangka mewujudkan tujuan yang ditetapkan untuk
masing-masing tahapan pengembangan. Di lain pihak, ketiga komponen tersebut dirumuskan
29
berdasarkan roh dasar pengembangan (strategic intent) pada masing-masing tahapan, dan
tentunya penyusunan tersebut tidak lepas dari arahan yang terdapat pada visi, misi, tujuan dan
nilai-nilai dasar UM Jember. Secara skematis landasan berpikir proses penyusunan Renstra
Pengabdian UM Jember 2020-2024 adalah sebagaimana diuraikan dalam Tabel 3.1.
Kegiatan yang menjadi objek dalam penyusunan strategi dasar, kebijakan dasar dan
indikator kinerja didasarkan atas pendekatan value chain. Pendekatan ini pada dasarnya
membagi kegiatan organisasi menjadi dua kelompok besar, yaitu kegiatan utama (main activity)
dan kegiatan pendukung (supporting activity) . Kegiatan utama direpresentasikan oleh Catur
Darma UM Jember, yang terdiri atas pendidikan, Pengabdian, pengabdian pada masyarakat,
dan dakwah, sedangkan kegiatan pendukung diwujudkan oleh kegiatan pada bidang organisasi
dan SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta keuangan. Gambar tersebut menyajikan
pola pikir tersebut. Sementara itu, bentuk lengkap yang mencantumkan tujuan tahapan,
strategic intent, strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja masing-masing tahapan
pengembangan secara rinci disajikan pada lampiran. Sedang bagian selanjutnya dalam bab ini
menyajikan penjelasan lebih rinci atas komponen-komponen tersebut.
3.2 Strategi dan Kebijakan
Bab ini menyajikan strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja. Ketiga
komponen tersebut disusun pada tingkatan yang sangat mendasar dengan fungsi sebagai arahan
dasar. Pada saat proses implementasinya, ketiga komponen tersebut masih memerlukan rincian
yang lebih operasional sesuai dengan kondisi riil saat itu. Dengan demikian diharapkan
rumusan yang tercantum dalam dokumen Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024ini
menjadi tidak kaku, meski tetap masih mempunyai arah yang jelas.
Strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja yang disajikan pada bagian
berikut ini disusun untuk masing-masing tahap pengembangan; karena pada dasarnya
ketiga komponen tersebut dirumuskan dalam rangka mewujudkan tujuan yang ditetapkan untuk
masing-masing tahapan pengembangan. Di lain pihak, ketiga komponen tersebut dirumuskan
berdasarkan roh dasar pengembangan (strategic intent) pada masing-masing tahapan, dan
tentunya penyusunan tersebut tidak lepas dari arahan yang terdapat pada visi, misi, tujuan dan
nilai-nilai dasar UM Jember. Secara skematis landasan berpikir proses penyusunan Renstra
Pengabdian UM Jember 2020-2024 adalah sebagaimana diuraikan dalam Tabel 3.1.
Kegiatan yang menjadi objek dalam penyusunan strategi dasar, kebijakan dasar dan
indikator kinerja didasarkan atas pendekatan value chain. Pendekatan ini pada dasarnya
30
membagi kegiatan organisasi menjadi dua kelompok besar, yaitu kegiatan utama (main activity)
dan kegiatan pendukung (supporting activity) . Kegiatan utama direpresentasikan oleh Catur
Darma UM Jember, yang terdiri atas pendidikan, Pengabdian, pengabdian pada masyarakat,
dan dakwah, sedangkan kegiatan pendukung diwujudkan oleh kegiatan pada bidang organisasi
dan SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta keuangan. Gambar tersebut menyajikan
pola pikir tersebut. Sementara itu, bentuk lengkap yang mencantumkan tujuan tahapan,
strategic intent, strategi dasar, kebijakan dasar dan indikator kinerja masing-masing tahapan
pengembangan secara rinci disajikan pada lampiran. Sedang bagian selanjutnya dalam bab ini
menyajikan penjelasan lebih rinci atas komponen-komponen tersebut.
Gambar 3.3 Strategi dan Kebijakan
31
BAB 4 PROGRAM DAN KEGIATAN
4.1 Orientasi Pengabdian
Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 memiliki orientasi keunggulan dalam rangka
Peningkatan Kehidupan Masyarakat yang memiliki moralitas yang dibungkus dalam
kerangka keimanan untuk mewujudkan bangsa yang baik, makmur, sentosa dan diberkahi
Allah SWT (baldatun thoyibatun warobbun ghofur). Tema unggulan yang diangkat adalah
“Inovasi Model SOSIAL DAN IPTEKS untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Desa”. Adapun fokus pengembangan bidang unggulan untuk pemecahan masalah bangsa
tersebut tertuang dalam 9 bidang peta jalan (road-map) unggulan, yaitu :
1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis
Komoditas Lokal.
2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan Dan
Berkelanjutan.
3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan,
Bisnis, Lingkungan dan Kesehatan.
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar serta masyarakat bugar,
berprestasi dan produktif
8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus,
Keluarga Dan Masyarakat Desa
9. Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam Masyarakat.
32
4.2 Bidang Unggulan
4.2.1 Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan
Berbasis Komoditas Lokal.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. UU Nomor 7 tahun 1996
tentang pangan menjelaskan bahwa pangan merupakan hak asasi setiap Warga Negara
Indonesia. Karena itulah, pemerintah memiliki kewajiban dalam menjamin upaya pemenuhan
kebutuhan pangan di seluruh wilayah Indonesia. Secara sosial, pangan merupakan faktor
penting dan stragis dalam kebijakan Nasional. Konsep ketahanan pangan di Indonesia berdasar
pada Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Ketahanan pangan adalah suatu
kondisi dimana setiap individu dan rumah tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi, dan
ketersediaan pangan yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Selain itu aspek pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk secara merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat juga tidak boleh
dilupakan.
Gambar 4 Kerangka Kebijakan Ketahanan Pangan
Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada
berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan tingkat rumah tangga serta
individu yang merupakan suatu rangkaian system hirarkis. Hal ini menunjukkan bahwa konsep
ketahanan pangan sangat luas dan beragam serta merupakan permasalahan yang kompleks.
Namun demikian dari luas dan beragamnya konsep ketahanan pangan tersebut intinya bertujuan
33
untuk mewujudkan terjaminnya ketersediaan pangan bagi umat manusia. Bagi Indonesia,
ketahanan pangan masih sebatas konsep. Pada prakteknya, permasalahan ketahanan pangan di
Indonesia masih terus terjadi, masalah ini mencakup empat aspek aspek pertama ialah aspek
produksi dan ketersediaan pangan. Ketahanan pangan menghendaki ketersediaan pangan yang
cukup bagi seluruh penduduk dan setiap rumah tangga. Dalam arti setiap penduduk dan rumah
tangga mampu untuk mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup. Permasalahan
aspek produksi diawali dengan ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi pangan yang relatif
lebih lambat dari pertumbuhan permintaannya. Permasalahan ini akan berpengaruh pada
ketersediaan bahan pangan.
Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu bahan pangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor,
diantaranya : tingkat pengetahuan masyarakat tersebut terhadap bahan pangan atau makanan yang
dikonsumsi dan pendapatan masyarakat. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bahan pangan juga
sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat tersebut. Apabila suatu masyarakat memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai bahan pangan yang sehat, bergizi, dan aman untuk dikonsumsi.
Maka masyarakat tersebut tentunya akan lebih seksama dalam menentukan pola konsumsi makanan
mereka. Selain itu, pendapatan masyarakat sangat berpengaruh di dalam menentukan pola konsumsi
masyarakat. Berdasarkan data dari BPS mengenai hubungan antara skor pola pangan harapan (PPH)
suatu masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. Terdapat hubungan positif dianta
keduanya, yakni semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan suatu masyarakat maka akan
semakin tinggi pula pola pangan harapan masyarakat tersebut. Aspek terkhir ialah aspek kemiskinan.
Ketahanan pangan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek kemiskinan. Kemiskinan menjadi
penyebab utamanya permasalahan ketahanan pangan di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat
pendapatan masyarakat yang dibawah rata-rata sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka sendiri. Tidak tercukupi pemenuhan kebutuhan masyarakat dikarenan daya beli
masyarakat yang rendah juga akan mempengaruhi tidak terpenuhinya status gizi masyarakat. Tidak
terpenuhinya status gizi masyarakat akan berdampak pada tingkat produktivitas masyarakat Indonesia
yang rendah. Status gizi yang rendah juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan generasi muda suatu
bangsa.
4.2.2 Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan
Dan Berkelanjutan.
Infrastruktur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam menjalani aktifitas
kehidupan. Dari asal katanya, infrastruktur adalah tempat atau prasarana yang digunakan
manusia dalam melakukan sebuah aktifitas, seperti pemukiman, jalan, jembatan, gedung dan
34
bangunan-bangunan irigasi. Secara umum infrastruktur perlu dirancang dengan
memperhatikan faktor lingkungan, artinya semua aktifitas mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan operasional infrastruktur tidak merubah kondisi lingkungan yang
sebelumnya sudah baik. Infrastruktur sebagai sistem yang didukung dengan sarana dan
prasarana yang menjadi syarat kehidupan layak. Persoalan infrastruktur menjadi sangat
penting mengingat investasi yang cukup besar, maka jika keberlanjutannya tidak bertahan lama
maka investasi yang dikularkan semakin bertambah lagi.
Sebagai contoh pasokan rumah mencapai puluhan ribu per tahunnya dan baru dapat
dipenuhi sebagian saja, baik oleh pihak pemerintah, swasta ataupun mandiri oleh masyarakat.
Selain permasalahan kekurangan pasokan permukiman, permukiman yang dibuat sering
mengabaikan integrasi dari beberapa aspek, misalnya kenyamanan, keselamatan, lingkungan,
dan proses penghidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihood) . Permasalahan lain yang
sering muncul adalah aspek legalitas tanah dan bangunan, meroketnya harga bangunan, local
genius yang terbaikan, ketiadaaan/kekurangan pasokan listrik, gas, dan jaringan komunikasi,
serta infrastruktur lainnya. Ditambah lagi banyaknya persoalan permukiman yang berada di
area yang rawan bencana.
Gambar 4 Pengembangan Infrastruktur dan Energi menuju Green Village
GREEN
VILLAGES
35
Berangkat dari beberapa hal tersebut di atas, maka UM Jember mengambil tema
Pengabdian dalam road map ke-4 adalah pengembangan infrastruktur yang berwawasan
lingkungan. Pengmbangan model infastruktur yang berwawasan lingkungan di sini menjadi
salah satu kata kunci penting yang mengindikasikan adanya kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan. Hal ini tidak hanya berdimensi teknologis bagi rumah atau
infrastruktur permukiman secara umum, tetapi, barangkali lebih penting, adalah kecerdasan
masyarakat yang tinggal di dalamnya dalam merespon keterbatasan, perubahan lingkungan
serta bencana. Artinya, dalam road map ini akan dibangun suatu konsep yang komprehensif
dalam mengembangkan permukiman yang berbasis persoalan dan local genius Indonesia, untuk
mencapai sustainability dan merespon terhadap potensi bencana. Kebencanaan yang menjadi
kata kunci menjadi sangat beralasan karena lokasi Kabupaten Jember dan sekitarnya dikenal
sebagai daerah bencana.
Di sebelah selatan terdapat patahan gempa yang aktif dan banjir, di sebelah utara
terdapat Gunung Argopuro, di sebelah barat terdapat pegunungan yang rawan longsor, dan di
sebelah tenggara terdapat ancaman kekeringan di musim kemarau. Isu tentang permukiman
yang terjangkau harganya, nyaman dihuni, ramah lingkungan, aman terhadap bencana, dan
mempertimbangkan ikatan sosial budaya merupakan topik menarik di Kabupaten Jember.
Melalui road map ini UM Jember ingin mengembangkan konsep desain, model dan prototip
berbagai skala pengembangan infrastruktur, mulai dari rumah hingga kawasan baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Konsep, model dan prototip ini juga meliputi teknologi, sistem,
infrastruktur pendukung yang mendukungnya. Solusi ini juga perlu didukung mulai dari
rekayasa lahan hingga customization interior dan piranti di dalamnya. Solusi fisik ini dengan
sendirinya juga perlu didukung dengan rekayasa sosial dan kultural serta ekonomi agar dapat
diterima oleh masyarakat. Agama juga perlu dilibatkan sebagai upaya memberi makna lebih
koheren pada perubahan perilaku dari kultur "apa adanya" yang berkembang saat ini ke kultur
yang lebih menghargai kebersihan, inklusivitas, serta citra yang baik. Dengan demikian model
yang akan dikembangkan ini bersifat dinamis dan multi dimensi yang diharapkan nantinya
dapat diaplikasikan di berbagai wilayah di Indonesia dalam rangka meningkatan infrastruktur
permukiman Indonesia seperti tercantum dalam Visi Inovasi Indonesia 2025.
Wilayah Indonesia memang sangat luas dan terkandung sumber daya alam dan potensi
enegi yang berlimpah, baik di dalam tanah atau di permukaan tanah. Beberapa di antaranya
dapat dikembangkan menjadi energi alternative atau energi terbarukan contohnya energi
matahari, air, angin dan sampah sebagai pengganti atau alternative lain dari bahan bakar minyak
36
yang setiap tahun terus menurun dan menyusut persediaanya. Indonesia mempunyai potensi
yang sangat besar untuk mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air dan
sampah. Namun penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah sehingga
diperlukan peningkatan dalam kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan semua jenis
sumber daya energi terbarukan secara menyeluruh. Penelitian bisa dimulai dengan upaya
perumusan standar rekayasa system konversi energi yang sesuai dengan Indonesia,
pembuatan prototype yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya, perbaikan
penyedian energi listrik, dan pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang
pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan.
Pengembangan energi terbarukan perlu dilakukan supaya bisa mengatasi persoalan
sumber energi fosil yang setiap hari kian menipis. Potensi energi terbarukan di Indonesia
memang bermacam-macam contohnya matahari, air, angin dan sampah akan tetapi kendala
muncul dari pemanfaatanya. Penyebabnya diantaranya adalah sumber daya manusia yang
kurang ahli, teknologi, dan terdapat kesenjangan geografis lokasi-lokasi pasokan energi dan
permintaan. Bicara soal teknologi untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia
memiliki beberapa kendala di antaranya rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar
komponen utamanya belum bisa didapat di Indonesia jadi harusimport dari luar negeri,
maka dari itu kita harus mengoptimalkan teknologi yang kita gunakan untuk mendapatkan
sumber energy yang maksimal pula.
Energi adalah modal dasar dalam melakukan pembangunan nasional. Ketersediaan
sumber energi mutlak untuk menjalankan berbagai aktivitas dalam kehidupan kita. Menurut
beberapa ahli berpendapat bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu
50 tahun cadangan bahan bakar fosil akan habis, ini bisa dilihat dari naiknya harga minyak di
dalam negeri dan tidak stabilnya harga minyak di pasar internasional. Jika dikaitkan dengan
penggunan sumber energi fosil sebagai bahan bakar sistem pembangkit listrik, maka kebisaan
tersebut akan meningkatkan pula biaya oprasional pembangkit yang berpengaruh langsung
terhadap biaya produksi listriknya yang berimbas langsung terhadap pertumbuhan ekonomi,
maka dari itu kita memerlukan mengunakan energi dari sumber energi terbarukan agar bisa
menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang sekarang kita gunakan ini. Menurut kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) energi terbarukan di Indonesia setidaknya
mampu berkontribusi sebanyak 23 persen darri kebutuhan energi nasional pada tahun 2025
kemudian dapat meningkat lagi menjadi 31 persen pada tahun 2050. Pertanyaannya sekarang
adalah apakah masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran pelestarian lingkungan hidup
37
? jawabannya adalah “ya”. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan
hidup menunjukan sambutan yang sangat baik. Masyarakat makin peduli mulai dari sekedar
menjaga kebersihan lingkungan, mengontrol limbah buangan dan sisa produksi. Banyak
pembangunan proyek fisik yang memperhatikan faktor pelestarian lingkungan hidup, sehingga
perusahan atau perorangan yang merugikan sekitar dapat diminimalisir atau dihindari.
4.2.3 Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan,
Pemerintahan, Bisnis, Lingkungan dan Kesehatan.
Terbitnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang melahirkan adanya kebijakan
tentang dana desa dan mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada pengembangan inovasi
desa. Payung hukum UU No. 4 Tahun 2014 Tentang Desa meletakkan desa sebagai halaman
depan Indonesia, bukan hanya sebagai latar belakang Indonesia dengan mengedepankan azas
rekognisi dan subsidiaritas dalam pengaturan desa. Dalam konteks Nawacita Pembangunan
Jilid ke-2 Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, setidaknya UU Desa mengemban 3 misi.
Pertama, UU Desa menegaskan bahwa desa berdaulat secara politik, artinya desa memiliki
prakarsa dan emansipasi lokal untuk mengatur dan mengurus dirinya. Kedua, secara ekonomi
desa diarahkan untuk mandiri secara ekonomi dipayungi oleh kewenangan berdasarkan hak
lokal berskala desa. Ketiga, rekognisi budaya lokal desa tetap dilindungi sehingga inovasi
kontemporer yang bertujuan untuk mengembangkan desa tidak menghilangkan identitas
budaya lokal desa.
Salah satu model implementasi inovasi desa sebagai penerapan konsep “Desa
Membangun” adalah penerapan smart village yang sebenarnya merupakan turunan dari smart
city. Masih banyak gap anatara kajian teoritis dengan implementasi praktis di lapangan
berkaitan dengan smart village, karena memang penerapannya masih relative baru di Indonesia.
Melalui kegiatan pengabdian dalam payung Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat
UM Jember 2020-2004, UM Jember berusaha mengurangi kesenjangan itu khususnya di desa-
desa mitra LPPM UM Jember. Meskipun belum ada definisi final tentang smart village, namun
secara umum dapat dikatakan bahwa desa itu adalah desa cerdas jika desa tersebut secara
inovatif menggunakan teknologi informasi untuk mencapai peningkatan kualitas hidup,
efisiensi dan daya saing dalam aspek pendidikan, pemerintahan, bisnis, lingkungan dan
kesehatan.
Terwujudnya desa mandiri yang berkelanjutan dapat menjadikan desa lebih menarik
untuk ditempati, dikunjungi maupun untuk dijadikan sasaran investasi. Oleh sebab itu, maka
38
perlu dilakukan upaya untuk merubah pandangan bahwa kota lebih maju, lebih canggih, atau
lebih sejahtera bila dibandingkan dengan desa. Anggapan tersebut perlu dibalik dengan
langkah-langkah inovatif yang salah satunya dilakukan dengan menciptakan smart village atau
desa cerdas. Smart village merupakan rangkaian dari Program Universal Service Obligation
(USO) yang dimaksudkan sebagai sarana memperkenalkan bidang information and
communication technology (ICT) pada masyarakat, terutama untuk meningkatkan
produktivitas dan perekonomian di daerah. Sementara itu, Smart City and Community
Innovation Centre (SCCIC) memformulasikan smart village sebagai sebuah ekosistem yang
memungkinkan pemerintah, industri, akademisi maupun elemen masyarakat terlibat untuk
menjadikan desa menjadi lebih baik.
Dalam konsep desa cerdas, tingkat keberhasilan program diukur dengan melihat kinerja
pengelolaan sumber daya sehingga menjadi lebih efisien, berkelanjutan dan melibatkan
beragam elemen masyarakat. Konsep Smart Village dibutuhkan agar desa-desa mampu
mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya (sensing), memahami kondisi permasalahan
desa (understanding), dan dapat mengatur (controlling) berbagai sumber daya yang ada untuk
digunakan secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memaksimalkan pelayanan kepada
warganya. Selain itu, agar program smart village mencapai keberhasilan, diperlukan elemen
pendukung yang meliputi 5 (lima) teknologi pintar, yaitu: (1) sensor pintar, (2) komunikasi dari
satu mesin ke mesin lain, (3) komputasi awan, (4) media sosial, dan (5) teknologi Geographical
Information System (GIS).
4.2.4 Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya
Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang
Kesehatan Komplementer.
Indonesia masuk kategori negara yang lamban dalam mencapai MDGs. Sumber
kelambanan ditunjukkan dari masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian balita,
belum teratasinya laju penularan HIV/AIDS, rendahnya pemenuhan air bersih dan sanitasi yang
buruk, belum adanya pengakuan inisiatif masyarakat, pemerintah RI belum pernah mendorong
rasa kepemilikan bersama MDGs kepada rakyatnya, sangat kuat kesan bahwa pen capaian
MDGs identik dengan pelaksanaan program pemerintah. melakukan upaya terobosan yang
memiliki daya ungkit bagi peningkatan derajat kesehatan penduduk Indonesia dan untuk
akselerasi pencapaian MDGs yaitu melalui kebijakan program Desa sehat. Desa sehat adalah
suatu kondisi masyarakat desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
39
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri. Masalah pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program
Desa sehat adalah sebagai berikut: Pertama, paradigma sehat sebagai paradigma pembangunan
kesehatan telah dirumuskan, namun belum dipahami dan diaplikasi semua pihak. Kedua,
undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan daerah
(kabupaten/kota) memegang kewenangan penuh dalam bidang kesehatan, namun kewenangan
tersebut belum berjalan optimal. revitalisasi puskesmas dan posyandu hanya diartikan dengan
pemenuhan fasilitas sarana. keterlibatan masyarakat bersifat semu yang lebih berkonotasi
kepatuhan daripada partisipasi dan bukan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat
merupakan elemen utama dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Pentingnya
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan menyepakati perlunya: membangun
kapasitas promosi kesehatan, penguatan sistem kesehatan, kemitraan dan kerjasama lintas
sektor, pemberdayaan masyarakat, serta sadar sehat dan perilaku sehat.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat noninstruktif
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun LSM dan tokoh
masyarakat. Model pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diformulasikan sebagai
berikut. Pertama, model pengembangan lokal yaitu pemberdayaan masyarakat sejalan dengan
model pengembangan lokal sebagai upaya pemecahan masalah masyarakat melalui partisipasi
masyarakat dengan pengembangan potensi dan sumber daya lokal. Kedua, model promosi
kesehatan dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu persuasi (bujukan/ kepercayaan)
kesehatan, konseling personal dalam kesehatan, aksi legislatif, dan pemberdayaan masyarakat.
Ketiga, model promosi kesehatan perspektif multidisiplin mempertimbangkan lima pendekatan
meliputi medis, perilaku, pendidikan, pemberdayaan, dan perubahan sosial. Keempat, model
pelayanan kesehatan primer berbasis layanan masyarakat, masyarakat harus bertanggung jawab
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan menetapkan prioritas, merencanakan dan memberikan
layanan kesehatan, serta memantau dan mengevaluasi layanan kesehatan. Kelima, model
pemberdayaan masyarakat meliputi partisipasi, kepemimpinan, keterampilan, sumber daya,
nilai-nilai, sejarah, jaringan, dan pengetahuan masyarakat. Keenam, model pengorganisasian
masyarakat yaitu hubungan antara pemberdayaan, kemitraan, partisipasi, responsitas budaya,
dan kompetensi komunitas. Ketujuh, model determinan sosial ekonomi terhadap kesehatan
40
meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan modal atau kekayaan yang berhubungan satu
sama lain dengan kesehatan.
4.2.5 Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan
Pelaksanaan otonomi dan demokrasi Desa yang dibingkai dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bukan sekadar perkara kelembagaan semata, melainkan
mempunyai dasar filosofis yang dalam. Masa depan negara ini, membutuhkan bangsa yang
mandiri, bermartabat, pemerintah yang kuat (berkapasitas dan bertenaga) dan demokratis.
Upaya penguatan otonomi daerah dan “otonomi desa” menjadi bagian dari cita-cita itu,
sekaligus hendak membangun imajinasi Indonesia yang kuat dan sempurna, yang melampaui
(beyond) sentralisme dan lokalisme. NKRI akan menjadi lebih kuat bila ditopang oleh
kedaulatan rakyat serta kemandirian lokal (daerah dan Desa), yakni pusat yang “menghargai”
lokal dan lokal yang “menghormati” pusat. Kemandirian Desa akan menjadi fondasi dan
kekuatan NKRI, oleh karenanya jika Desa selamanya marginal dan tergantung, maka justru
akan menjadi beban berat pemerintah dan melumpuhkan fondasi NKRI tersebut.
Gambar Gap dalam Kebijakan Layanan di Desa
Jika menilik amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, disebutkan bahwa pada
dasarnya otonomi Desa memiliki tujuan sebagai berikut: (1) memperkuat kemandirian Desa
41
sebagai basis kemandirian NKRI; (2) memperkuat posisi Desa sebagai subyek pembangunan;
(3) mendekatkan perencanaan pembangunan ke masyarakat; (4) memperbaiki pelayanan publik
dan pemerataan pembangunan; (5) menciptakan efisiensi pembiayaan pembangunan yang
sesuai dengan kebutuhan lokal; (6) menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat
Desa; (7) memberikan kepercayaan, tanggung jawab dan tantangan bagi Desa untuk
membangkitkan prakarsa dan potensi Desa; (8) menempa kapasitas Desa dalam mengelola
pemerintahan dan pembangunan; (9) membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi
pemerintah Desa, lembagalembaga Desa dan masyarakat; dan (10) merangsang tumbuhnya
partisipasi masyarakat lokal.
Untuk mewujudkan kondisi Desa sebagaimana tersebut di atas, tentu banyak sekali hal
yang harus dilakukan oleh pemerintah, baik pusat, provinsi, kabupaten, dan kecamatan serta
seluruh stake holders terkait. Salah satu hal yang sangat krusial adalah terkait dengan penguatan
kapasitas pelayanan publik Pemerintahan Desa, dimana esensi desentralisasi dan otonomi
daerah salah satunya adalah mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Oleh karena
itu, membangun model pelayanan publik dalam Pemerintahan Desa menjadi sebuah
keniscayaan dalam mendorong desentralisasi dan otonomi desa sebagai strategi dalam
memperkuat NKRI kedepan. Membangun konstruksi model pelayanan publik Desa paling tidak
harus dimulai dari mengidentifikasi aspek-aspek yang berkaitan dengan manajemen pelayanan
publik Desa secara menyeluruh. Beberapa aspek yang berpengaruh terhadap totalitas dalam
pemberian pelayanan publik Desa yang berkualitas, antara lain terkait dengan: (1)
pengorganisasiannya; (2) bisnis proses; (3) SDM; (4) Standar-standar; (5) IT dan Sarana
pendukung lainnya. Oleh karena itu, penguatan kapasitas pelayanan publik Desa pada dasarnya
adalah upaya-upaya untuk mengidentifikasi, membangun, menerapkan dan mengevaluasi
secara baik dan konsisten seluruh aspek-aspek pelayanan publik Desa sebagaimana tersebut di
atas. Dengan demikian, akan dapat dikembangkan konstruksi model pelayanan publik Desa
baik menyangkut jenis dan jumlahnya, pengorganisasiannya, ruang lingkupnya, kompetensi
SDM pelayanan Desa, standar-standar pelayanannya serta penggunaan IT untuk mendukung
kelancaran dan kualitas pelayanan publik Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan instrumen untuk
membangun visi menuju kehidupan Desa yang mandiri, demokratis dan sejahtera. Kemandirian
Desa bukanlah kesendirian Desa dalam menghidupi dirinya sendiri serta berada di ruang yang
hampa politik, tetapi juga terkait dengan dimensi keadilan yang berada dalam konteks relasi
antara Desa . Kemandirian Desa berarti kapasitas dan inisiatif lokal yang kuat. Inisiatif lokal
42
adalah gagasan, kehendak dan kemauan entitas Desa yang berbasis pada kearifan lokal,
komunalisme dan modal sosial (kepemimpinan, jaringan dan solidaritas sosial). Dengan
demikian, inisiatif lokal yang kuat merupakan fondasi lokal bagi kemandirian Desa. Perspektif
pelayanan publik Desa, berdasarkan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2014 Pasal 4 butir f, dinyatakan bahwa pengaturan desa bertujuan meningkatkan
pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan
umum. Sedangkan dalam Pasal 7 ayat (3) butir c, disebutkan bahwa penataan Desa
dimaksudkan untuk mempercepat proses pelayanan publik. Selanjutnya Pasal 67 ayat (2) butir
e, menyatakan bahwa Desa berkewajiban memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat desa. Lebih lanjut, dalam Pasal 68 ayat (1) butir b disebutkan bahwa masyarakat
desa berhak memperoleh pelayanan yang sama dan adil. Isu kesejahteraan mencakup dua
komponen besar, yakni penyediaan layanan dasar (pangan, papan, pendidikan dan kesehatan)
dan pengembangan ekonomi Desa yang berbasis pada potensi lokal. Kemandirian dan
demokrasi Desa merupakan alat dan peta jalan untuk mencapai kesejahteraan rakyat Desa.
Desentralisasi memungkinkan alokasi sumberdaya kepada Desa, dan demokrasi
memungkinkan pengelolaan sumberdaya Desa berpihak pada rakyat Desa. Hak Desa untuk
mengelola sumberdaya alam, misalnya, merupakan modal yang sangat berharga bagi ekonomi
rakyat Desa. Demikian juga dengan alokasi dana Desa yang lebih besar akan sangat bermanfaat
untuk menopang fungsi Desa dalam penyediaan layanan dasar warga Desa. Namun,
kesejahteraan rakyat Desa yang lebih optimal tentu tidak mungkin mampu dicakup oleh
pemerintah Desa semata, karena itu dibutuhkan juga kebijakan pemerintah yang responsif dan
partisipatif, yang berorientasi pada perbaikan pelayanan dasar dan pengembangan ekonomi
local.
4.2.6 Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan
Kewirausahaan.
Pengembangan ekonomi terus mengalami proses transformasi seiring dengan adanya
perubahan ketersediaan sumber daya dan kebutuhan masyarakat. Keterbatasan ketersediaan
sumber daya alam mendorong munculnya paradigma baru dalam pembangunan ekonomi, yaitu
bahwa pembangunan ekonomi tidak lagi menggantungkan kepada ketersediaan sumber daya
alam, namun lebih pada unsur kreatif itas dan inovasi yang bisa dilakukan oleh sumber daya
manusianya. Sektor ekonomi yang bergerak dengan dorongan ini kemudian dikenal dengan
industri atau ekonomi kreatif. Berdasarkan INPRES no. 6 Tahun 2009, industri ekonomi kreatif
43
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, ketrampilan, dan bakat
individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomi.
Gambar 4 Spektrum Ekonomi Kreatif
Dengan semakin pentingnya peran ekonomi kreatif ini akhirnya mendorong Pemerintah
Indonesia untuk serius dalam mengembangkannya. Sebagian besar industri ekonomi kreatif
paling menyentuh ke masyarakat kebanyakan adalah UKM dan menurutnya saat ini
pengelolaannya belum profesional. Pasalnya ekonomi kreatif merupakan basis dari karakter
dan identitas bangsa apalagi berbasis potensi lokal. Dengan memperkuat struktur industri
berbasis tradisi dan budaya, kekayaan intelektual dan warisan budaya bangsa dapat
dilestarikan sebagai sumber inspirasi untuk menghasilkan produk-produk inovatif baru
bernilai tambah dan berdaya saing tinggi. Di sinilah tampak bahwa aspek kewirausahaan dalam
industri ekonomi kreatif ini belum tergarap secara professional.
Kabupaten Jember sebagai sentral Kawasan Besuki memiliki berbagai kelebihan,
termasuk dalam aspek ekonomi. Tiga sektor utama yang menjadi pilar ekonomi Jember, yaitu
44
sektor pendidikan, sektor pariwisata dan sektor perkebunan serta pertanian. Ketiga-tiganya
berkembang dengan berbasis knowledge. Dari ketiga sector inilah mendorong tingginya
semangat melakukan kegiatan usaha ekonomi kreatif yang berbasis potensi lokal. Kabupaten
Jember merupakan sebuah kawasan yang masih tertinggal di bidang pendidikan
mengharuskan penduduk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usahanya. Sebagai
sebuah perguruan tinggi berideologi Islam, UM Jember memiliki tanggung jawab untuk turut
melakukan pendidikan terhadap para calon wirausahawan dan wirausahawan untuk
meningkatkatkan kualitas kinerjanya sesuai dengan nilai-nilai Islam dan peradaban Indonesia.
Nilai-nilai islam dan peradaban inilah yang kemudian diharapkan bukan sekedar sebagai
sebuah kode etik, namun sebagai suatu spirit dan prinsip di dalam bisnis.Pengembangan
ekonomi kreatif meski diarahkan setidaknya dalam tiga orientasi: wirausaha, etika dan daya
saing global.
Tiga nilai inilah yang akan didorong oleh UM Jember dalam tema Pengabdian ini.
Diharapkan UM Jember mampu berperan dalam pengembangan ekonomi kreatif dengan
mengedepankan sisi kewirausahaanya sehingga memiliki saya saing global. Tentunya hal ini
diperlukan pentahapan, mulai mengangkat ekonomi kreatif kelas local menjadiberkelas
nasional, dan kemudian mendorong industri berkelas nasional menjadi berdaya saing global.
Meskipun demikian sangat dimungkinkan dengan adanya percepatan peningkatan
kewirausahaan mendorong ekonomi kreatif melakukan sebuah lompatan menuju berdaya
saing global. Berdaya saing global bukan hanya diartikan sebagai kemampuan industri ekonomi
kreatif untuk menangkap peluang ekspor, namun dalam arti industri ini memiliki daya saing
yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan industri asing maupun industri domestik di dalam
menggarap pasar lokal, domestik maupun pasar ekspor.
Secara umum, topik-topik dalam Pengabdian ini berorientasi untuk mengetahui
bagaimana pemanfaatan potensi lokal untuk pengembangan ekonomi kreatif saat ini dan
strategi percepatannya penguatan ekonomi kretaif berbasis potensi lokal ?. Melalui road map
ini dapat diungkap hal-hal sebagai berikut :
• Bagaimanakah pola pemetaan potensi lokal di kawasan Jember dan sekitarnya ?
• Mengetahui pola pengembangan ekonomi kreatif kawasan ?
• Strategi apakah yang diperlukan dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis
sumberdaya lokal ?
• Bagaimana mewujudkan model ekonomi kreatif berbasis potensi local ?
• Bagaimana implementasi model dalam rangka penguatan ekonomi kreatif berbasis
45
sumberdaya local ?
Ada empat sasaran pokok yang akan digali yaitu:
• Ekonomi kreatif dan aspek-aspek pembentuk maupun pendukungnya
• Etika bisnis dan potensi lokal dalam pengembangan industri kreatif
• Industri ekonomi kreatif, terutama di Kabupaten Jember dan sekitarnya
• Daya saing global
Dalam rangka menjalankan road map Pengabdian, maka akan dilakukan berbagai
Pengabdian untuk menjawab pertanyaan khusus Pengabdian. Kerangka pelaksanaan
Pengabdian-Pengabdian tersebut diproyeksikan dalam sebuah rencana 5 tahun 2020-2020.
4.2.7 Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar serta masyarakat
bugar, berprestasi dan produktif
Pada era 4.0 layanan pendidikan masyarakat desa perlu ditingkatkan melalui sistem tata
kelola dan proses Belajar Mengajar. Dalam Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan amanat
bahwa Kursus dan Pelatihan dalam mendukung pengurangan pengangguran dan kemiskinan
seperti tercantum dalam pasal 26 ayat 5 yang menyatakan bahwa kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lalu masih
ditemukannya fakta angka kemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Maka dari itu
diselenggarakan program Desa Vokasi, yaitu kawasan pedesaan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus dan/atau pelatihan berbagai kecakapan vokasional dan pengelolaan
unit-unit usaha (produksi/jasa) berdasarkan keunggulan lokal dalam dimensi sosial, ekonomi,
budaya, dan lingkungan.
Salah satu program Desa adalah memberikan pembekalan pada masyarakat dalam hal
layanan pendidikan melalui program kerjasama mitra denga PT ataupun lembaga-lembaga
pendidikan lainnya untuk pengembangan diri. Program desa vokasi diselenggarakan agar
masyarakat di wilayah pedesaan mendapat:
a) Dukungan berbagai keterampilan produksi/ jasa, agar mampu memberdayakan potensi
desa menjadi produktif sebagai sumber pendapatan untuk meningkatkan mutu
46
kehidupan dan pembangunan desa,
b) Menekan angka pengangguran dan tingkat urbanisasi dengan memberikan keterampilan
masyarakat di wilayah pedesaan dalam memanfaatkan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dari sumber daya dan potensi suatu desa berbasis kearifan local,
c) Membentuk kawasan desa yang menjadi sentra beragam vokasi,
d) Terbentuknya kelompok–kelompok usaha yang memanfaatkan pontesi sumber daya
dan kearifan lokal, dimana warga masyarakat dapat belajar dan berlatih menguasai
keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan menciptakan lapangan kerja
sesuai dengan sumber daya yang ada di wilayahnya sehingga taraf hidup masyarakat di
wilayah pedesaan semakin meningkat.
Sekolah-sekolah di daerah pedesaan sering diasosiasikan dengan keterbelakangan
dalam banyak aspek, seperti ketersediaan fasilitas, infrastruktur, kualitas proses belajar-
mengajar, output, manajemen dan tata kelola. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,
berbagai program digulirkan baik oleh pemerintah, dunia usaha, masyarakat, maupun
pemangku kepentingan lain. Secara umum, program-program tersebut lebih berfokus pada
distribusi resources, pembangunan infrastruktur sekolah, peningkatan kualitas guru dan
perbaikan manajemen dan tata kelola.
Sangat sedikit program yang diarahkan pada perbaikan manajemen dan kepemimpinan
sekolah, yang memperhatikan aspek keunikan dan karakteristik wilayah pedesaan serta
peningkatan kualitas interaksi antara berbagai stake holders di tingkat sekolah. Untuk
mewujudkan Tri dharma PT UM Jember memiliki tanggung jawab untuk melakukan
pengembangan layanan pendidikan masyarakat desa untuk mengembangkan tata kelola dan
proses belajar mengajar. Mencerdaskan masyarakat, mengentas kemiskinan dan desa tertinggal
bagian dari Tri Dharma PT yaitu melakukan pengabdian pada masyarakat untuk membangun
masyarakat yang mandiri dan berkemajuan. Oleh karena itu pentingnya mempertimbangkan
konteks dan relasi dalam tata kelola, kepemimpinan dan manajemen sekolah di daerah pedesaan
untuk menciptakan proses pembelajaran yang relevan dan bermakna.
Globalisasi telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk manajemen dan
kepemimpinan di sektor pendidikan. Sebagai sebuah fenomena yang melampaui batas-batas
politik, budaya dan geografis, globalisasi sukses menciptakan keseragaman baik dalam teori,
kebijakan maupun praktek kepemimpinan dan manajemen sekolah. Dalam kacamata Dimmock
dan Walker (2005), teori dan praktek kepemimpinan di sektor pendidikan lebih banyak
‘diekspor’ dari negara-negara Anglo-American yang kemudian diadopsi di banyak belahan
47
dunia tanpa memperhatikan konteks ekonomi, politik dan budaya di negara-negara tersebut.
Kondisi ini kemudian diperkuat dengan kehadiran institusi-institusi global seperti Program for
International Students Assessment (PISA) yang merumuskan kriteria-kriteria global untuk
mengukur dan membuat komparasi pencapaian pendidikan di negara-negara anggota OECD.
Layanan pendidikan secara optimal pada masyarakat perlu diperioritaskan untuk
membangun masyarakat mandiri. Lebih jelasnya layanan pendidikan dapat dikategorikan
menjadi 3 (tiga) jenjang layanan yaitu: 1) Layanan pemerintah (pusat, kabupaten/kota dan dinas
pendidikan) kepada masyarakat dan sekolah; 2) layanan sekolah kepada masyarakat dan siswa;
dan 3) Layanan guru kepada siswa.Dari jenjang layanan ini masing-masing memiliki jenis
layanan yang berbeda sesuai jenjangnya. Jenis layanan sesuai jenjangnya dari tinggi ke rendah,
dari umum ke khusus dan dari kelompok ke individu.
Pertama, layanan pemerintah pusat, kabupaten/kota, dan dinas pendidikan kepada
masyarakat dan sekolah mencakup: a) Informasi jenis sekolah ke masyarakat; b) Pemberian
biaya operasional sekolah; c) Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; d) Pembinaan
manajemen; e) Pembinaan akademik; f) Bantuan biaya pendidikan bagi siswa miskin; dan g)
Bantuan operasional bagi sekolah yang kurang biaya.
Kedua, layanan sekolah kepada masyarakat dan siswa mencakup: a) Informasi sekolah
(program, peminatan, paket keahlian, pendaftaran dll) kepada masyarakat; b) Pendaftaran
danpenerimaan siswa baru; c) Peminatan; d) Penyediaan ruang dan sarana belajar; e)
Pembelajaran yg sesuai dg karakteristik siswa; f) Bimbingan belajar; g) Kegiatan ekstra
kurikuler; h) Pembelajaran remedial; i) Bimbingan karir; i) Bursa kerja; k) Penyaluran ke
perguruan tinggi; dan l) Penyaluran ke dunia kerja.
Ketiga, layanan guru kepada siswa mencakup: a) Layanan orientasi: memperkenalkan
seseorang pada lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada
sekolah yang baru dimasukinya; b) Layanan informasi: bersama dengan layanan orientasi
memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal
yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu
tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah di antaranya:
informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi tentang cara belajar yang efektif dan
informasi sosial budaya; c) Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran: membantu
menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya.
Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke jurusan/program studi, penyaluran untuk studi
48
lanjut atau untuk bekerja; d) Layanan bimbingan belajar: membantu siswa untuk mengatasi
masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif; e) Layanan konseling
individual: konseling yang diberikan secara perorangan; dan f) Layanan bimbingan dan
konseling kelompok: konseling yang dilaksanakan pada sekelompok orangyang mempunyai
permasalahan yang serupa.
Dengan mengacu pada jenis layanan di atas maka perlu sekali ditetapkan Standar
Pelayanan Minimal di bidang pendidikan, yang mana standar pelayanan ini berbeda dengan
standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan mengacu pada komponen/instrumen
yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan sedangkan standar pelayanan
pendidikan ditekankan pada penyediaan layanan yang dibutuhkan oleh pelanggan. Dengan
demikian, standar pelayanan pendidikan bukanlah miniatur dari SNP (atau SNP minus) tetapi
merupakan hal yang berbeda dengan SNP, yaitu terkait dengan konsep melayani pelanggan
dengan sebaik-baiknya (pelayanan prima) dan memberikan kepuasan pelanggan atas imbalan
yang diberikan oleh pelanggan (customer satisfaction). Berikut ini gambar alur bagaimana
layanan pendidikan memberikan kepuasan pada pelanggan termasuk masyarakat desa.
4.2.8 Eksplorasi Budaya Pendalungan Berbasis Nilai-Nilai Multi Etnis Dalam
Masyarakat.
Dewasa ini upaya pengembangan kapasitas Masyarakat Pendalungan merupakan bagian
yang penting di dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan
kapasitas misalnya dilaksanakan dengan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Di
dalam perusahaan misalnya melalui pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia, pengembangan
sistem manajerial. Di dalam pemerintahan pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan juga
penting untuk meningkatkan performa aparatur dalam menjadalankan tugasnya sebagai abdi
negara, dan juga regulasi dan deregulasi kebijakan pemerintahan. Dalam konteks pembangunan
secara keseluruhan pun upaya pengembangan kapasitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Dengan kata lain tidak mungkin terjadi suatu proses pembangunan/pengembangan dalam hal
apapapun tanpa upaya pengembangan kapasitas bagi pelaku maupun juga sistem yang
mengaturnya. Dalam hal ini yang akan kita bahas adalah kapasitas yang terkait dengan manusia
dan juga sistem yang ada di sekitarnya, kapasitas yang dapat pula diartikan sebagai kemampuan
manusia, kemampuan institusi dan juga kemampuan sistemnya. Implementasi capacity building
harus melibatkan pihak pemerintah, masyarakat dan private sector termasuk di antaranya adalah
Perguruan Tinggi Swasta seperti UM Jember.
49
Gambar 4 Pihak yang terlibat
Lalu bagaimana dengan Pengertian umum Pengembangan Kapasitas? Apakah
kapasitas Masyarakat Pendalungan hanya berorientasi kepada kemampuan manusia
semata-mata?tentu saja tidak, mengingat dalam sebuah sistem organisasi misalnya selain
mencakup aspek manusia juga mencakup sistem manajemen, kebijakan, strategi, peraturan dll.
Pengertian pengembangan kapasitas memang secara terminologi masih ada perbedaaan
pendapat, sebagian orang merujuk kepada pengertian dalam konteks kemampuan (pengetahuan,
keterampilan) sebagian lagi mengartikan kapasitas dalam konteks yang lebih luas termasuk di
dalamnya soal sikap dan perilaku. Sebagian ilmuwan juga melihat pengembangan kapasitas
sebagai capacity development atau capacity strengthening, mengisyaratkan suatu prakarsa
pada pengembangan kemampuan yang sudah ada (existing capacity). Sementara yang
lain lebih merujuk padaconstructing capacity sebagai proses kreatif membangun kapasitas yang
belum nampak (not yet exist) (Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS: 2010). Beberapa
pengertian menurut para ahli:
a) capacity building sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan
seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan
yang dicita- citakan, Brown (2001:25)
b) capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian
gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-
organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan
penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan
lingkungan yang ada Morison (2001:42)
Lain lagi menurut A9CBF: 2001) Peningkatan kapasitas dapat didefinisikan sebagai
sebuah proses untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi, komunitas
UM Jember
Masyarakat
Pemda
50
atau masyarakat untuk menganalisa lingkungannya; mengidentifikasi masalah-masalah,
kebutuhan-kebutuhan, isu-isu dan peluang-peluang; memformulasi strategi-strategi untuk
mengatasi masalah-masalah, isu-isu dan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan memanfaatkan
peluaang yang relevan. merancang sebuah rencana aksi, serta mengumpulkan dan
menggunakan secara efektif, dan atas dasar sumber daya yang berkesinambungan untuk
mengimplementasikan, memonitor, dan mengevaluasi rencana aksi tersebut, serta
memanfaatkan umpan balik sebagai pelajaran.
Dalam Buku The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance
yang ditulis oleh Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS, juga menyampaikan bahwa World Bank
menekankan perhatian capacity building pada;
a) Pengembangan sumber daya manusia; training, rekruitmen dan pemutusan pegawai
profesional, manajerial dan teknis,
b) Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya
manajemen,
c) Jaringan kerja (network), berupa koordinasi, aktifitas organisasi, fungsi network,
serta interaksi formal dan informal,
d) Lingkungan organisasi, yaitu aturan (rule) dan undang-undang (legislation) yang
mengatur pelayanan publik, tanggung jawab dan kekuasaan antara lembaga,
kebijakan yang menjadi hambatan bagi development tasks, serta dukungan
keuangan dan anggaran.
e) Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meliputi faktor-faktor politik, ekonomi dan
situasi-kondisi yang mempengaruhi kinerja.
Sedangkan UNDP memfokuskan pada tiga dimensi, yaitu;
a) Tenaga kerja (dimensi human resources), yaitu kualitas SDM dan cara SDM
dimanfaatkan
b) Modal (dimensi fisik), menyangkut sarana material, peralatan, bahan-bahan
yang diperlukan dan ruang/gedung,
c) Teknologi, yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan, penentuan
kebijakan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi, serta sistem informasi
manajemen.( lihat Edralin, 1997:148).
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa upaya pengembangan kapasitas
dilaksanakan di berbagai tingkatan yang mencakup berbagai macam aspek, mulai dari
sumberdaya manusianya maupun juga sistem-sistem yang mengatur proses kerja di dalamnya.
51
4.2.9 Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan
Kampus, Keluarga Dan Masyarakat Desa
Kegiatan penanaman nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UM Jember
diarahkan untuk pencapaian standar mutu UM Jember yang telah ditetapkan. Ada bentuk
pembinaan yang dilakukan pada dosen, pegawai dan mahasiswa untuk mencapai standar mutu
UM Jember. Ada beberapa indikator pembinaan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang telah
dilakukan oleh UM Jember sebagai berikut: 1) Melaksanakan pengajian rutin untuk karyawan
dan dosen; 2) melakukan refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk Karyawan; 3)
melakukan refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk Dosen; 4) Melaksanakan
Baitul Arqom untuk Dosen Baru; 5) melakukan workshop, seminardan simposiun tentang
pengembangan pemikiran Islam dan Kemuhammadiyahan; 6) melakukan kajian-kajian untuk
pengembangan kelembagaan persyarikatan, ortom dan amal usaha Muhammadiyah; dan 7)
tersedianyan buku pedoman hidup islami warga Muhammadiyah.
Dalam buku pedoman hidup Islami warga kampus UM Jember disebut bahwa seluruh
pimpinandan karyawan atau pengelola amal usaha Muhammadiyah, berkewajiban menjadi
tuntutan untuk menunjukkan keteladanan diri, melayani sesama, menghormati hak-hak sesama,
dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi sebagai cerminan ihsan, ikhlas dan ibadah.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus bisa menciptakan suasana kehidupan Islami,
dalam amal usaha yang menjadikan tanggung jawabnya dan menjadikan amal usaha yang
dipimpinnya sebagai salah satu alat dakwah maka tentu saja usaha ini menjadi sangat perlu agar
juga menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun proses rangkaian Al Islam dan Kemuhammadiyahan melalui 3 tahapan yaitu:
internalisasi, implementasi dan integrasi. Berikut ini penjelasan dari rangkaian tersebut: 1)
Internalisasi, 2) Implementasi, dan 3) Integrasi. Internalisasi dilakukan UM jember dalam upaya
memberikan pemahaman dan pengayaan dalam proses pembelajaran nilai-nilai Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan secara terus menerus kepada pegawai UM Jember melalui berbagai
kegiatan dan model pendekatan yang terstruktur, terencana dan terukur. Proses ini dilakukan
secara kontinuitas. Internalisasi ini bertujuan untuk: a) penumbuhan kesadaran nilai-nilai Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan untuk mewujudkan pengalaman keberagamaan yang lurus
(mustaqiim) berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan tarjih Muhammadiyah
sebagai pedoman; b) peneguhan nilai-nilai dasar Islam dan Kemuhammadiyahan dalam
kehidupan individu, keluarga, kampus, organisasi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
52
Implementasi dilakukan melalui proses pemberian pelatihan dan pendampingan
keagamaan, bagi pegawai dan mahasiswa UM Jember dalam rangka mewujudkan pengalaman
nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini
diharapkan dapat mewujudkan budaya kerja dan hidup yang kondusif dalam upaya
mengantarkan para pegawai menjadi muslim yang sebenar-benarnya dan pegawai profesional
yang dilandasi nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Implementasi ini bertujuan:
a) Terciptanya budaya, membaca, memahami dan menghafal Al-Qur’an;
b) Terciptanya budaya ibadah mahdah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
c) Terciptanya budaya Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, kampus, profesi,
organisasi, masyarakat, berbangsa dan bernegara;
d) Terciptanya budaya literasi dalam kehidupan kampus
e) Terciptanya budaya kerjasama yang baik dalam membangun kampus knowledge
morality; dan
f) Terciptanya budaya aktif dalam kegitan bermuhammadiyah.
Integrasi merupakan proses menumbuhkan nilai-nilai Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan dalam pengembangan keilmuan dan profesi program studi melaui
penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui pemurnian
(purifikasi) pemahaman pemikiran yang sudah berkembang berdasarkan nilai-nilai Al-Islam
dan Kemuhammadiyahan dan atau dilakukan pengembangan (modernisasi) keilmuan dan
profesi program studi yang dapat menumbuhkan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
sebagai arus utama pengembangan keilmuan. Implementasi ini bertujuan:
a) Terciptanya budaya kajian penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang
berlandaskan pada nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk
pengembangan keilmuan program studi;
b) Terciptanya budaya pengembangan keilmuan guna pengayaan nilai-nilai Al-Islam
dan Kemuhammadiyahan dalam pelaksanaan keilmuan dan profesi program studi.
Ketiga proses tahapan tersebut dilakukan secara sistematis dan kontinuitas dalam
pengabdian pada masyarakat. Mengacu pada persepsi database Pengabdian yang lalu, serta
kekhasan UM Jember sebagai Universitas Islam, maka road map pelaksanaan Renstra
Pengabdian Universitas Muhammadiyah Jember 2020-2024 dalam bidang pengembangan
model, inovasi, produk dan market.
53
BAB 5 POLA PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI DAN DISEMINASI
Pelaksanaan Pengabdian unggulan sesuai dengan Renstra Pengabdian UM Jember
2020-2024 mengikuti topik yang telah diuraikan di dalam Bab IV. Skenario pola pelaksanaan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dalam 4 tahap kegiatan yaitu : 1)
Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Evaluasi, dan 4) Diseminasi seperti terlihat pada Gambar 5.1.
Pada tahap perencanaan, dosen melaksanakan kegiatan perencanaan dengan
mempertimbangkan topik riset pada RIP karena abdimas merupakan kegiatan hilirisasi riset.
Selanjutnya, kegiatan abdimas dilaksanakan oleh dosen di desa mitra dengan memanfaatkan
peluang dana yang ada yang bisa bersumber dari : 1) Dana Internal maupun 2) Dana Eksternal.
Pada tahap evaluasi, hasil kegiatan pengabdian dosen akan dilakukan evaluasi oleh Tim
Reviewer Abdimas. Evaluasi meliputi dampak dan luaran abdimas. Pada tahap berikutnya,
dosen melakukan diseminasi hasil-hasil kegiatan abdimas yang telah dilaksanakan. Diseminasi
hasil dapat dilakukan melalui konferensi, jurnal ilmiah dan media daring atau luring.
Gambar 5.1 Pola Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Diseminasi
Pada tahap perencanaan, dosen mengusulkan dana abdimas baik dari dana internal
maupun dana eksternal universitas. Dana eksternal bisa berasal dari : 1) Kementerian terkait, 2)
Pemerintah Daerah, 3) Dana dari CSR. Untuk usulan dan internal Universitas Muhammadiyah
Perencanaan Topik pada RIP
Usulan Abdimas
Pelaksanaan Desa MitraMelibatkan mahasiswa
EvaluasiTim reviewer internal dan
eksternal
Dampak dan luaran
Diseminasi SeminarJurnal Ilmiah
AbdimasMedia daring
atau luring
54
Jember, pola pengelolaan usulan dana dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi
penelitian dan abdimas internal pada www.simlitabmas.unmuhjember.ac.id.
Gambar 5 Pola Pengelolaan Abdimas melalui simlitabmas internal
Alternatif rincian program kegiatan abdimas, dengan menyesuaikan topik pada Rencana
Induk Penelitian UM Jember 2020-2024 dan merupakan hilirisasi hasil riset dosen dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 5.1 Alternatif Program Abdimas sesuai 9 Bidang Unggulan
Bidang Program
Pro
gra
m p
engem
ban
gan
model
pen
ingkat
an d
an
kea
man
an p
angan
ber
bas
is
kom
odit
as l
okal
a) Eksplorasi pangan potensial di desa dari biodiversitas plasma
nutfah
b) Budidaya dan produksi bibit unggul untuk desa mitra
c) Pengembangan IPTEKS pasca panen
d) TTG untuk deteksi pangan halal
e) Pengembangan model bisnis pertanian berbasis E-Commerce
f) Peningkatan kewirausaahaan di kalangan petani
55
Pro
gra
m p
engem
ban
gan
infr
astr
uktu
r
des
a yan
g i
novti
f ber
waw
asan
lingkungna
dan
ber
kel
anju
tan
a) Aplikasi teknologi produksi biomasa didesa,
b) Aplikasi material lokal untuk rancang bangun infrastruktur
ramah lingkungan, dan
c) Aplikasi teknik biopori untuk mengurangi pemakaiaan listrik
dan air bersih.
d) Rancang bangun PLTMH dan PLTS,
e) Aplikasi teknik pengolahan sampah.
f) Aplikasi bioenergi berbasis limbah organic.
g) Aplikasi teknologi tepat guna untuk mitigasi polusi dan
sumberdaya air
Pro
gra
m P
engem
ban
gan
sm
art
vil
lage y
ang
men
dukung a
spek
pen
did
ikan
, p
emer
inta
han
, bis
nis
lin
gkungan
dan
kes
ehat
an
a) Smart government untuk desa
b) Smart education untuk desa
c) Smart health untuk desa
d) Smart business untuk desa
e) TTG berbasis mikro elektronika
f) Aplikasi sistem informasi untuk pengelolaan administrasi dan
keuangan desa
g) Jaringan internet untuk desa
Pro
gra
m P
engem
ban
gan
L
ayan
an
Kes
ehat
an U
ntu
k M
asyar
akat
Des
a S
ebag
ai
Upay
a P
ence
gah
an,
Dia
gnost
ik,
Ter
apeu
tik, R
ehab
ilit
atif
, D
an I
mple
men
tasi
Bid
ang K
eseh
atan
Kom
ple
men
ter:
a) Edukasi stunting pada ibu hamil. alat peraga dan bahan
kampanye, deteksi dini dan pencegahan penyakit.
b) Edukasi Elderly abuse pada keluarga yang berbasis komunitas,
c) Edukasi dan pendampingan pada kasus nutris pada semua usia.
d) Penerapan model kolaborasi peringatan terjadinya disaster pada
masyarakat desa rawan bencana.
e) Edukasi dan pemberdayaan masyarakat desa dalam pengelolaan
air bersih.
f) penyuluhan tentang air bersih, sanitasi, ruang terbuka,
posyandu.
56
Sis
tem
H
ukum
, K
ebij
akan
L
ayan
an
Publi
k D
an P
enyel
enggar
aan
Pem
erin
tahan
Des
a Y
ang T
ransp
aran
Dan
Ber
kea
dil
an
a) Pelatihan pengelolaan dan administrasi pemerintahan desa
b) Bantuan fasilitas layanan public
c) Edukasi politik pemerintahan local dan demokrasi.
d) Pelatihan aparatur desa untuk implementasi desa mandiri
e) Pelatihan pengelolaan keuangan desa.
f) Edukasi tentang kesetaraan gender.
g) Pembentukan desa wisata
h) Edukasi pemanfaatan media sosial
i) Pembentukan desa tangguh bencana
j) Bantuan sertifikasi produk
k) Bantuan legalitas badan hukum
Pen
gem
ban
gan
Indust
ri E
konom
i K
reat
if
Des
a B
erbas
is K
eari
fan L
okal
Dan
Kew
irau
sahaa
n :
a) Pelatihan pengelolaan BUMDES.
b) Pemberdayaan usaha kreatif UMKM.
c) Edukasi perbankan syari’ah
d) Intermediasi akses permodalan untuk BUMDES dan UMKM.
e) Pelatihan kewirausahaan untuk pengelola BUMDES dan
UMKM
Pen
gem
ban
gan
Lay
anan
dan
Pen
did
ikan
Ola
hra
ga
Mas
yar
akat
Des
a U
ntu
k
Men
ingkat
kan
Sis
tem
Tat
a K
elola
Dan
Pro
ses
Bel
ajar
Men
gaj
ar s
erta
mas
yar
akat
bugar
, ber
pre
stas
i dan
pro
dukti
f
a) Pembentukan taman bacaan masyarakat
b) penuntasan buta aksara.
c) Pelatihan guru TPA, TK dan PAUD.
d) Eduasi pendidikan jasmani di sekolah formal dan nonformal
e) Edukasi literasi fisik
f) Program latihan fisik BBTT (Baik, Benar, Terukur dan
Teratur) sesuai karakteristik individu
g) Pembentukan industri, dan pariwisata bidang olahraga
57
Eksp
lora
si B
uday
a P
endal
ungan
Ber
bas
is
Nil
ai-N
ilai
Mult
i E
tnis
Dal
am M
asyar
akat
a) Penguatan nilai budaya dan karakter masyarakat Pandalungan.
b) Trauma healing berbasis local wisdom
Pen
anam
an N
ilai
-Nil
ai A
l-Is
lam
Dan
Kem
uham
mad
iyah
Dal
am K
ehid
upan
Kam
pus,
Kel
uar
ga
Dan
Mas
yar
akat
Des
a
a) pelatihan guru ngaji,
b) Edukasi transparansi pengelolaan pesantren.
c) Mengadakan kajian-kajian keislaman
Selain luaran yang sudah ditetapkan oleh LPPM, kegiatan abdimas diharapkan mampu
meningkatkan aspek keberdayaan mitra, baik mitra produktif maupun mitra non produktif.
Contoh mitra produktif adalah UMKM dan BUMDES, sedangkan mitra non produktif seperti
anggota masyarakat.
Tabel 5.2 Peningkatan Aspek keberdayaan mitra
Mitra Non Produktif Mitra Produktif
• Pengetahuan
• Keterampilan
• Pengetahuan
• Keterampilan
58
• Kesehatan
• Pendapatan
• Pelayanan
• Kualitas produk
• Jumlah produk
• Jenis produk
• Kapasitas Produksi
• Berhasil melakukan ekspor
• Berhasil melakukan pemasaran antar
pulau
• Aset
• Omset
• Tenaga kerja
• Kemampuan manajemen
• Keuntungan
• Sertifikasi produk
• Badan hukum unit usaha
• Jumlah wirausaha baru mandiri
59
BAB 6 PENUTUP
Syukur Alhamdulillah, Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 telah berhasil
disusun dengan segenap kelemahan dan kelebihannya. Renstra Pengabdian UM Jember 2020-
2024 ini dijadikan sebagai panduan pelaksanaan semua program yang terkait Pengabdian
unggulan di UM Jember. Pada proses implementasi, peran kesiapan organisasi dan sumber daya
manusia menduduki posisi yang amat penting. Kesehatan organisasi beserta segenap
dosen/pengabdian harus diupayakan dalam kondisi prima. Segala aspek yang menyangkut
terciptanya lingkungan kerja yang kondusif serta terciptanya peningkatan produktivitas kerja,
baik produktivitas dosen/pengabdian secara khusus maupun produktivitas kerja organisasi
secara umum, harus menjadi perhatian utama. Selanjutnya, untuk menjaga proses
implementasi berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka kegiatan evaluasi beserta
tindakan pembetulan/penyesuaian (corrective actions), jika memang diperlukan, harus
dijadikan agenda kerja yang tak terpisahkan dalam mengelola UM Jember. Demikian Renstra
Pengabdian UM Jember 2020-2024ini disusun semoga bermanfaat bagi pengembangan dan
kemajuan Pengabdian di UM Jember khususnya dan berdampak positif bagi bangsa
Indonesia.