rencana umum dan rancang bangun
TRANSCRIPT
VII‐1
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
BAB VII RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
(DESIGN GUIDELINES)
Panduan perancangan kawasan merupakan penjelasan lebih rinci atas konsep perancangan yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya. Panduan bersifat mengikat elemen perancangan yang ada
pada tiap zona perencanaan, agar dihasilkan ketentuan sebagai upaya mencapai visi
pembangunan Kawasan Koridor Jalan A. Yani.
7.1. STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN
Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting
dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang ditetapkan dalam suatu
kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penetapan
peruntukan lahan dalam RTBL harus sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 RTRW Kabupaten
Banjar Tahun 2012‐2032 serta menjadi bagian yang terintegrasi. Komponen penataan meliputi:
1. Peruntukan Lahan Makro
Kawasan Kota Martapura adalah bagian wilayah dari Kabupaten Banjar yang difungsikan
sebagai Kawasan Perkotaan di Kabupaten Banjar (Perda No. 3 Tahun 2013, pasal 14 tentang
RTRW Kabupaten Banjar 2012–2032).
Fungsi Kawasan Martapura Kota sebagai BWP Kawasan Perkotaan ditunjang oleh kebijakan‐
kebijakan lain seperti: RTRW Propinsi Kalimatan Selatan Tahun 2010‐2030 dimana
Kabupaten Banjar dalam hal ini Martapura Kota dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
Promosi (PKNp), dalam RTR Kawasan Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin‐Banjarbaru‐
Martapura) dimana Martapura Kota merupakan Kota Inti selain Banjarmasin dan Banjarbaru
akan menjadi pusat orientasi kawasan dikembangkan fungsinya sebagai pusat kegiatan
primer.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 (dua) laporan ini mengenai kebijakan terkait
pengembangan Kawasan Perkotaan Martapura ini sebagaimana dapat dilihat pada
RTRW Kabupaten Banjar.
2. Peruntukan Lahan Mikro
Peruntukan lahan mikro ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci (termasuk secara
vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Peruntukan
lahan mikro ini merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar
ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan yang diatur pada ketentuan dalam Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) dalam hal ini RDTR Kota Martapura, yang disusun untuk penyiapan
perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program‐program pembangunan.
Di dalam RDTR Kota Martapura dan juga dalam Penyusunan Peraturan Zonasi (Zoning
Regulation) Kawasan Perkotaan Martapura telah diatur mengenai Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Rencana Ketinggian Bangunan dan Rencana Blok Peruntukan. Berikut adalah gambar
peta rencana pola ruang dalam RDTR Kota Martapura seperti terlihat pada gambar 7.1. 7.2 INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting
dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang ditetapkan dalam suatu
kawasan perencanaan berdasarkan ketentuan tata ruang wilayah. Dalam pengertian lain,
penetapan peruntukan lahan dalam RTBL harus sesuai dengan RTRW serta menjadi bagian yang
terintegrasi. Intensitas pemanfaatan lahan yang akan diatur meliputi: Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Ketinggian Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau (KDH), serta penetapan‐
penetapan insentif‐disinsentif pembangunan (pengelola, pemerintah daerah setempat,
pengembang, pemilik lahan dan masyarakat umum).
Sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat dan zona–zona pengembangan kawasan (seperti
terlihat pada gambar 7.2) yang diarahkan oleh RDTR Kota Martapura dan Penyusunan Peraturan
Zonasi (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Martapura, maka panduan rancangan masing‐
masing zona kawasan dapat dilihat pada tabel‐tabel dan gambar‐gambar di bawah ini.
VII‐2
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.1. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Martapura
VII‐2
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
VII‐4
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.1. Panduan Rancangan Sub Zona Commercial City
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Perdagangan dan Jasa Skala Nasional
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala Nasional
2
Peruntukan lahan (mikro) Pusat Perdagangan
Pusat Perdagangan jasa Sarana Umum Terbatas
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala nasional
3 KDB/ KLB/KDH KDB Maksimum 60 % KLB Minimum 2,1 KDH Minimum 20%
Untuk bangunan yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%, harus menciptakan green roof sebesar luas dasar bangunan yang berfungsi penuh sebagai daerah resapan dengan penataan sistem drainase yang baik.
4 Tinggi bangunan Maksimum 4 lantai Untuk bangunan tingkat tinggi harus memenuhi standar bangunan tingkat tinggi dan menyediakan sarana vertikal
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya
GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern dan dapat berupa superblock
7 Jalur pejalan kaki Lebar 2 – 7,50 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
8 Jalur hijau/RTH Jalur hijau berupa deretan pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving
Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
9 Parkir Setiap unit bangunan menyediakan Parkir gedung disediakan untuk
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran lahan parkir minimum 10% dari luas kapling.
Setiap bangunan bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 2 unit ruang yang dibangun.
Parkir on street secara pararel
bangunan yang berupa mall/pusat perbelanjaan atau hunian (hotel atau apartment).
10 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
11 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
12 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
13 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan irigasi Riam Kanan
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
14 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan di belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan.
15 Kran kebakaran ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air
Pemilik lahan dapat menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan
16 Persampahan Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona
Menyediakan tiang gantungan kantong sampah dgn jarak ±100m; membutuhkan bimbingan teknis dari dinas terkait
17 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
VII‐5
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.3. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Commercial City
Sumber: Analisis, 2013
Tabel 7.2. Sub Zona Urban Heritage
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Perdangan dan Jasa, Perkantoran Pemerintah
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala nasional
2
Peruntukan lahan (mikro)
Pusat Peribadatan (Mesjid Al‐Karomah)
Pusat Budaya Kesultanan Banjar Pusat Perdagangan Intan Pusat Perkantoran Pemerintah
Kabupaten Kuburan Keluarga Sultan Adam
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala nasional
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 % KDB Minimum 50% KDH Minimum 20%
.
4 Tinggi bangunan Maksimum 4 lantai Untuk bangunan tingkat tinggi harus memenuhi standar bangunan tingkat tinggi dan menyediakan sarana vertikal
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya
GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern Dapat menggunakan ornamen lokal seperti ornamen dan Denah Rumah Banjar
7 Jalur pejalan kaki Lebar 2 – 7,0 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
8 Jalur hijau/RTH Jalur hijau berupa deretan pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving
Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan
Jarak antar pohon ± 10,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
VII‐6
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 9 Parkir Setiap unit bangunan menyediakan
lahan parkir minimum 10% dari luas kapling.
Setiap bangunan bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 2 unit ruang yang dibangun.
10 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
11 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak sampah, lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
12 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
13 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan irigasi Riam Kanan
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
14 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan di belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan.
15 Kran kebakaran ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air
Pemilik lahan dapat menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan
16 Persampahan Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona
Menyediakan tiang gantungan kantong sampah dgn jarak ±100m; membutuhkan bimbingan teknis dari dinas terkait
17 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
Gambar 7.4. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Herritage
Sumber: Analisis, 2013
VII‐7
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.3. Sub Zona Martapura Orchad
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Hunian Intensitas Sedang dan Tinggi
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala internasional
2
Peruntukan lahan (mikro)
Permukiman dengan kepadatan tinggi adalah untuk pembangunan rumah susun dan apartemen dengan kepadatan bangunan 51‐100 unit per hektar
Informasi dan sosialisasi untuk berinvestasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala internasional
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 % KDB minimum 50% KDH Minimum 30%
Untuk bangunan yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%, harus menciptakan green roof sebesar luas dasar bangunan yang berfungsi penuh sebagai daerah resapan dengan penataan sistem drainase yang baik.
4 Tinggi bangunan Maksimum 4 lantai untuk bangunan rumah susun
Dianjurkan membangun podium setinggi 3 lantai atau setara dengan 15 meter
Untuk bangunan tingkat tinggi harus memenuhi standar bangunan tingkat tinggi dan menyediakan sarana vertikal
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya
GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern Dapat menggunakan ornamen lokal seperti ornamen Melayu
7 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
8 Jalur hijau/RTH Jalur hijau berupa deretan pohon Jarak antar pohon ± 7,00 meter
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving
Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan
Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
9 Parkir Setiap unit bangunan menyediakan lahan parkir minimum 10% dari luas kapling.
Setiap bangunan bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 2 unit ruang yang dibangun.
Parkir gedung disediakan untuk bangunan yang berupa mall/pusat perbelanjaan.
10 Pagar Bangunan perumahan di jalan utama dan jalan kolektor direncanakan untuk tidak memiliki pagar
Bangunan perumahan terletak di jalan lingkungan direncanakan untuk meminimalkan pagar
Bila terdapat pagar maka sebaiknya pagar berupa tanaman
11 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
12 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
13 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
14 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
15 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan di belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan.
16 Kran kebakaran ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air
Pemilik lahan dapat menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan
17 Persampahan Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona
Menyediakan tiang gantungan kantong sampah dgn jarak ±100m; membutuhkan bimbingan teknis dari dinas terkait
18 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
VII‐8
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.5. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Martapura Orchad
Sumber: Analisis, 2013
Tabel 7.4. Sub Zona City Arcade
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Kawasan Campuran (Mixed Used)
Investasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan Kawasan Perencanaan khususnya koridor siang malam
2
Peruntukan lahan (mikro)
Rumah Toko Rumah Kantor Pusat Perbelanjaan Perkantoran Pertokoan/retail Hotel Sarana Umum Terbatas
Investasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala regional dan lokal
3 KDB/KDH KDB Maksimum 100 % KDB Minimum 50% KDH Minimum 30%
Untuk bangunan yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%, harus menciptakan green roof sebesar luas dasar bangunan yang berfungsi penuh sebagai daerah resapan dengan penataan sistem drainase yang baik.
4 Tinggi bangunan Maksimum 70 lantai Maksimum 4 lantai untuk rumah toko atau kantor toko
Maksimum 70 lantai untuk bangunan perdagangan dan jasa
Dianjurkan membangun podium setinggi 3 lantai atau setara dengan 15 meter
Untuk bangunan tingkat tinggi harus memenuhi standar bangunan tingkat tinggi dan menyediakan sarana vertikal
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya
GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern Menyediakan teras di muka
bangunan selebar 3 meter Display barang dagangan ada di
muka bangunan
Untuk bangunan sudut, perlu menyediakan ruang display di sudutnya.
Menggunakan ornamen lokal
VII‐9
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 7 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter
Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
8 Jalur hijau/RTH Jalur hijau berupa deretan pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving
Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
9 Parkir Setiap unit bangunan menyediakan lahan parkir minimum 10% dari luas kapling.
Setiap bangunan bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 2 unit ruang yang dibangun.
Parkir gedung disediakan untuk bangunan yang berupa mall/pusat perbelanjaan dan hunian (hotel atau apartment).
10 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
11 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
12 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
13 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
14 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan di belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan.
15 Kran kebakaran ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air
16 Persampahan Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona
Menyediakan tiang gantungan kantong sampah dgn jarak ±100m; membutuhkan bimbingan teknis
17 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
Gambar 7.5. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Arcade
Sumber: Analisis, 2013
VII‐10
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.5. Sub Zona City Center
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Zona Pusat Kota dan Sarana Pelayanan Jasa
2
Peruntukan lahan (mikro)
Ruang Terbuka Hijau Sarana Perkantoran dan Jasa Jalur hijau jalan
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 % KDH Minimum 60%
4 Tinggi bangunan Bangunan pendukung: 8 lantai
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan
GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
7 Jalur jogging track pada taman
Lebar 1,8 – 2,00 meter Menggunakan grass block
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
8 Vegetasi Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah
Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu
9 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
10 Perlengkapan taman Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan iklan
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan
11 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
12 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air baku air minum yang melalui saluran irigasi
Sistem sambungan perpipaan air bersih mencapai seluruh kawasan
13 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan utilitas bawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya sesuai dengan jalur ducting.
15 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
Gambar 7.6. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Center
Sumber: Analisis, 2013
VII‐11
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.6. Sub Zona City Park
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Zona Hijau dan Sarana Sosial
2
Peruntukan lahan (mikro)
Ruang Terbuka Hijau Jalur hijau jalan
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 % KDH Minimum 70%
4 Tinggi bangunan Bangunan pendukung: 4 lantai Bukan merupakan bangunan masif
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan
GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
7 Jalur jogging track pada taman
Lebar 1,8 – 2,00 meter Menggunakan grass block
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
8 Vegetasi Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah
Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu
9 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
10 Perlengkapan taman Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
11 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
12 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
13 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan utilitas bawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya sesuai dengan jalur ducting.
15 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
Gambar 7.7. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Park
Sumber: Analisis, 2013
VII‐12
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.7. Sub Zona Welcome Area
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Zona Hijau dan Sarana Sosial
2
Peruntukan lahan (mikro)
Ruang Terbuka Hijau Pintu Gerbang Landscape
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 % KDH Minimum 70%
4 Tinggi bangunan Bangunan pendukung: 4 lantai Bukan merupakan bangunan masif
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan
GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
7 Jalur jogging track pada taman
Lebar 1,8 – 2,00 meter Menggunakan grass block
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
8 Vegetasi Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah
Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu
9 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
10 Perlengkapan taman Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
11 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
12 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
13 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan utilitas bawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya sesuai dengan jalur ducting.
15 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Gambar 7.8. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Welcome Area
Sumber: Analisis, 2013
VII‐13
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Tabel 7.8. Sub Zona Garden City
No Elemen Perancangan Aturan
Aturan Wajib Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan
(makro) Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Perumahan Estate
2
Peruntukan lahan (mikro)
Ruang Terbuka Hijau Jalur hijau jalan
3 KDB/ KDH KDB Maksimum 40 % KDH Minimum 70%
4 Tinggi bangunan Bangunan pendukung: 4 lantai Bukan merupakan bangunan masif
5 GSB GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan
GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter
GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter
Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku
6 Jalur pejalan kaki Lebar 1,8 – 2,00 meter Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
jalur aksesibel
Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman
7 Jalur jogging track pada taman
Lebar 1,8 – 2,00 meter Menggunakan grass block
Jarak antar pohon ± 7,00 meter Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan
8 Vegetasi Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah
Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu
9 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang
Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter
10 Perlengkapan taman Menyediakan gerobak sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman
Fasilitas ruang terbuka publik di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner
11 Drainase Perbaikan kinerja saluran drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal
Pemilik lahan dapat menutup saluran drainase di sekitarnya
12 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum
Peningkatan kualitas air bersih Sistem sambungan perpipaan
air bersih mencapai seluruh kawasan
13 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan utilitas bawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan
Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya sesuai dengan jalur ducting.
15 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir
Sumber: Analisis 2013
Gambar 7.9. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Garden City
Sumber: Analisis, 2013
VII‐14
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
7.3 TATA BANGUNAN
Tata bangunan merupakan produk penyelenggaraan bangunan gedung beserta
lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk
pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran dan konfigurasi dari elemen‐elemen
seperti: blok, kaveling/petak lahan, bangunan serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan
yang dapat menciptakan berbagai ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman
kegiatan yang ada, terutama kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan yang
berlangsung dalam ruang publik.
Panduan tata bangunan untuk Kawasan Kawasan Perencanaan dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Blok dan kaveling/petak lahan
Penguasaan tanah oleh Kabupaten Banjar, mempengaruhi hak bagi pemilik dalam
menguasai blok dan kavelingnya. Pemilik hanya berhak atas bangunan yang dimiliki di
atas blok dan kaveling yang disewa. Pemilik tidak berhak atas ruang bersama seperti
teras atau ruang terbuka yang berada di depan bangunannya. Bagi penyewa baru,
apabila memiliki kemampuan keuangan, dapat membeli satu blok pada zona yang ada
dengan mengikuti peraturan‐peraturan yang berlaku.
Gambar 7.10. Konsep amalgamation untuk menyatukan beberapa bangunan menjadi satu
Sumber: kasus China Square dan Tanjong Rhu di Singapura
Gambar 7.11. Ilustrasi amalgamation untuk menyatukan beberapa bangunan menjadi satu di Kawasan Kawasan Perencanaan
Sumber: Analisis, 2013
Kavling yang menjadi besar karena penggabungan, diwajibkan memiliki ruang publik
berupa plaza atau taman sebesar KDB minimal yang berlaku.
2. Ketinggian dan elevasi lantai bangunan
Ketinggian bangunan diatur dalam panduan RTBL ini. Ketinggian bangunan yang berlaku
di Kawasan Kawasan Perencanaan maksimal adalah 8 (delapan) lantai. Namun demikian,
ketinggian bangunan tetap diatur sedemikian rupa sehingga tercipta ruang solid dan
void serta terbentuknya garis langit (sky line) di kawasan.
Arahan untuk bangunan tinggi di atas 8 lantai, sebaiknya menggunakan podium sesuai
dengan komposisi, proporsi dan estetika bangunan. Elevasi (ketinggian lantai bangunan)
dibuat lebih tinggi dari permukaan jalan.
BIGGER is BETTER
Sometimes, it is better to join small, fragmented plots of land into bigger plots. This way, we can build larger developments with the same amount of land. This strategy also helps to revitalise mature areas such as China Square and Tanjong Rhu. (URA-Singapore)
VII‐15
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.11. Konsep bangunan tingkat tinggi di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2013
Untuk bangunan tingkat tinggi, hendaknya mengikuti standar yang berlaku baik itu
Undang‐Undang Bangunan Gedung, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, Pedoman
Teknis Rumah dan Bangunan Tahan Gempa, maupun Peraturan Daerah tentang
Bangunan Gedung yang berlaku.
Persyaratan yang wajib dipenuhi untuk bangunan tingkat tinggi adalah yang
menyangkut: asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian
bangunan gedung dengan
lingkungannya. Persyaratan yang wajib dipenuhi antara lain adalah: sarana sirkulasi
vertikal, sarana parkir di dalam bangunan, sarana keselamatan bangunan seperti tangga
kebakaran, jalur evakuasi dan lain‐lain.
Gambar 7.12. Ilustrasi ketinggian bangunan dan garis langis (sky line) di Kawasan Kawasan Perencanaan
Sumber: Analisis, 2012
3. Jarak kemunduran (set back) bangunan
Untuk menciptakan suatu kawasan yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki, maka
semua bangunan harus memiliki jarak kemunduran bangunan minimal 3 meter. Jarak ini
VII‐16
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
dapat digunakan sebagai tempat berinteraksi sosial, baik sebagai tempat makan maupun
pejalan kaki.
Jarak mundurnya bangunan ini harus difasilitasi dengan sistem arcade atau di bawah
balkon lantai dua. Jarak mundurnya bangunan juga harus difasilitasi dengan pemberian
teras yang aman, tidak licin bagi pejalan kaki.
Gambar 7.13. Ilustrasi kemunduran bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2013
4. Ekspresi Arsitektur Bangunan
Bangunan yang ditampung di dalam kawasan perencanaan terdiri dari bangunan
komersial berupa pusat perbelanjaan, pusat grosir, kantor sewa, bangunan residensial
seperti hotel, apartemen, rumah susun dan juga kantor pelayanan pemerintah.
Bangunan ada yang terletak di sudut jalan maupun bukan sudut jalan.
Ekspresi Arsitektur Bangunan perlu ditata untuk menciptakan karakter yang kuat
terhadap Kawasan Kawasan Perencanaan. Kawasan yang berfungsi sebagai pusat
perdagangan dan jasanya Kabupaten Banjar ini akan menggunakan tipologi bangunan
modern namun pada beberapa bangunan pelayanan umum, tetap menggunakan
ornamen lokal yang berlaku.
VII‐17
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.14. Arahan Fasade bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan
Sumber: Analisis, 2012
Untuk bangunan sudut, diarahkan memiliki penampilan yang menarik atau berbeda dari
bangunan yang non sudut. Penampilan tersebut bisa dilakukan dengan membedakan
warna, bahan material maupun penyelesaian struktur bangunannya.
Gambar 7.15. Arahan penanganan bangunan sudut di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2012
Tabel 7.9. Ilustrasi Arahan Penataan di Kawasan Perencanaan
VII‐18
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
VII‐19
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
Untuk bangunan sudut, sisi bangunan yang tidak menghadap jalan/koridor utama, harus
memiliki bukaan yang berfungsi sebagai etalase dan diberi penerangan yang memadai
dengan ilustrasi sebagai berikut:
VII‐20
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.10. Arahan penanganan bangunan sudut, sisi yang menghadap bukan jalan utama
Sumber: Analisis, 2012
7.4 SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan
sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem
dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan
penghubung.
Jenis jalan yang terdapat di kawasan perencanaan adalah Arteri Primer dan jalan Kolektor
Sekunder serta jalan lokal. Di kawasan perencanaan lebih utama mengatur Sistem jaringan jalur
penghubung terpadu (pedestrian linkage), yaitu rancangan sistem jaringan berbagai jalur
penghubung yang memungkinkan menembus beberapa bangunan atau pun beberapa kaveling
tertentu dan dimanfaatkan bagi kepentingan jalur publik. Jalur penghubung terpadu ini
dibutuhkan terutama pada daerah dengan intensitas kegiatan tinggi dan beragam, seperti pada
area komersial lingkungan permukiman atau area fungsi campuran (mixed‐used). Jalur
penghubung terpadu harus dapat memberikan kemudahan aksesibilitas bagi pejalan kaki.
Sirkulasi yang direncanakan di kawasan perencanaan mempertimbangkan rencana sistem
transportasi kota yang telah direncanakan dala dokumen RDTR Kawasan Perencanaan. Sirkulasi
di kawasan perencanaan mengakomodasi atau berhubungan dengan rencana pembangunan
Jaringan jalan yang ada.
Panduan sirkulasi dan jalur penghubung juga memberi arahan pada sarana penunjangnya seperti:
jembatan penyeberangan orang, halte angkutan umum dan tempat parkir. Jembatan
penyeberangan orang yang mengubungkan antara Kawasan Perencanaan.Untuk fasilitas parkir,
terdiri dari dua macam yaitu on street dan parkir gedung.
Penyediaan halte adalah untuk naik turun penumpang yang menggunakan kendaraan umum.
Halte dirancang sedemikian rupa sehingga menarik, sesuai dengan fungsinya dan memberi
kenyamanan bagi pengguna. Di Kawasan Perencanaan disediakan 4 – 5 halte kendaraan umum
yang letaknya berada di jalan kolektor (seperti terlihat pada gambar 7.17 dalam bab ini.
Gambar 7.11. Ilustrasi halte kendaraan umum
Sumber: Analisis, 2013
VII‐21
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
7.5 SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak
sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang
arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan
desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik
secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter
terbuka sehingga mudah diakses sebesar‐besarnya oleh publik.
Manfaat penataan sisten Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan ruang kota melalui penciptaan lingkungan yang aman,
nyaman, sehat, menarik dan berwawasan ekologis.
2. Mendorong terciptanya kegiatan publik sehingga tercipta integrasi ruang sosial
antarpenggunanya.
3. Menciptakan estetika, karakter dan orientasi visual dari suatu lingkungan.
4. Menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi pada kepentingan pejalan kaki.
5. Mewujudkan lingkungan yang nyaman, manusiawi dan berkelanjutan.
Rencana ruang terbuka di Kawasan Kawasan Perencanaan terdiri dari: ruang terbuka
umum, ruang terbuka privat, ruang terbuka privat yang dapat diakses umum serta area
jalur hijau. Ruang terbuka umum yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, bebas dan
mudah diakses publik karena bukan milik pihak tertentu. Ruang terbuka privat yaitu
ruang yang karakter fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh
pemilik, pengguna atau pihak tertentu. Sedangkan ruang terbuka privat yang dapat
diakses oleh umum yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah
diakses oleh publik meskipun milik pihak tertentu, karena telah didedikasikan untuk
kepentingan publik sebagai hasil kesepakatan antara pemilik dan pihak
pengelola/pemerintah daerah setempat, di mana pihak pemilik mengizinkan lahannya
digunakan untuk kepentingan publik, dengan mendapatkan kompensasi berupa
insentif/disinsentif tertentu, tanpa mengubah status kepemilikannya.
Ruang terbuka umum diarahkan pada beberapa lokasi eksisting yang berfungsi sebagai
taman serta mengarahkan pembentukan pusat/plaza taman (central park) pada zona
hunian intensitas tinggi dan menata jalur hijau taman di sekitar Koridor Siang Malam,
Koridor Boulveard Art dan Kampung Bule. Ruang terbuka umum juga disediakan di
kawasan jalur hijau jalan dan jalur hijau saluran drainase. Penataan ruang terbuka umum
ini harus mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau yang saat ini lebih banyak
digunakan untuk berdagang (pedagang kaki lima).
Ruang terbuka privat diarahkan untuk menciptakan taman vertikal serta taman di atas
atap, khususnya pada bangunan komersial. Taman di atas atap harus dapat berfungsi
sebagai serapan air dengan menggunakan sistem pembuangan air hujan yang baik dan
memperhitungkan teknologi.
Ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum adalah ruang terbuka hijau
bersama yang terletak di antara dua bangunan dengan fungsi yang berbeda
(amalgamated). Di Kawasan Kawasan Perencanaan, diarahkan pada ruang di antara
Hotel Formosa dengan Lucky Plaza dan di antara Hotel Formosa dengan Centre Point.
Bagi penyewa bangunan yang menyediakan ruang terbuka privat yang dapat diakses
oleh umum, tentunya akan diberikan insentif dari Pemerintah Kabupaten Banjar.
Tabel 7.6. Ilustrasi Arahan Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau di Kawasan Kawasan Perencanaan
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
VII‐22
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
Gambar 7.12. Ilustrasi ruang terbuka privat salah satu bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan
Sumber: Analisis, 2013
VII‐23
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
7.6 TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen‐elemen kawasan yang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.
Manfaat dari penataan tata kualitas lingkungan adalah:
1. Mencapai kualitas lingkungan kehidupan manusia yang aman, nyaman, sehat dan
menarik, serta berorientasi kepada lingkungan mikro.
2. Menyatukan kawasan sebagai sistem lingkungan yang berkualitas dengan pembentukan
karakter dan identitas lingkungan yang spesifik.
3. Mengoptimalkan kegiatan publik yang diwadahinya sehingga tercipta integrasi ruang
sosial antarpenggunanya, serta menciptakan lingkungan yang berkarakter dan berjati
diri.
4. Menciptakan estetika, karakter, dan orientasi visual, dari suatu lingkungan.
5. Menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki.
Komponen penataan terdiri dari konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, wajah
jalan (streetscape) yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar.
Pengaturannya terdiri dari atas: wajah penampang jalan dan bangunan, perabot jalan, jalur dan
ruang bagi pejalan kaki, tata hijau pada penampang jalan, elemen tata informasi dan rambu
pengarah, elemen papan reklame.
Berikut ini panduan beberapa komponen penataan tata kualitas lingkungan untuk Kawasan
Kawasan Perencanaan:
1. Wajah jalan
Wajah jalan diprioritaskan pada penataan koridor yaitu seluruh sub zona prioritas di
kawasan perencanaan. Koridor urban heritage berisi kegiatan perdagangan dan jasa
kuliner dan tempat ibadah. Ilustrasi wajah jalan dapat dilihat juga Jalur pejalan kaki
dan pengendara sepeda
Sirkulasi di Kawasan Kawasan Perencanaan lebih mengutamakan jalur pejalan kaki dan
sepeda (meminimalkan kendaraan bermotor). Jalur pejalan kaki ditata di sepanjang
koridor dan pedestrian, diikuti lokasi‐lokasi lain di dalam kawasan perencanaan. Jalur
pejalan kaki memiliki lebar yang distandarkan yaitu antara 2 – 7,5 meter. Jalur pejalan
kaki dilengkapi dengan fasilitas bagi diffabel dan juga kelengkapan perabot jalan
seperti bangku taman, lampu taman, lampu jalan dan papan iklan. Berikut akan
ditampilkan ilustrasi jalur pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Gambar 7.14. Ilustrasi Jalur Pejalan Kaki
Sumber: Analisis, 2012
VII‐24
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.14. Ilustrasi Jalur sepeda
Sumber: Analisis, 2013
2. Papan Iklan dan Rambu Pengarah
Sebagai kawasan dengan fungsi perdagangan, tentunya tidak lepas dari iklan. Untuk
menata kawasan menjadi lebih baik, maka papan iklan baik di bangunan maupun di
jalan perlu diarahkan.
Papan iklan pada bangunan dibuat menarik, diletakan di muka bangunan di atas lantai
satu. Papan iklan di tepi jalan dapat diletakkan bersama dengan lampu jalan. Bahan
yang digunakan adalah bahan yang mudah didapat dengan disain yang menarik.
Penataan iklan dengan billboard harus dilengkapi lampu dan dinas terkait diharapkan
dapat memberi insentif bagi vendor atau pemilik yang memasang lampu dengan daya
listrik yang diusahakan sendiri (swadaya).
Gambar 7.15. Ilustrasi papan iklan pada bangunan Sumber: Analisis, 2013
VII‐25
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.16. Ilustrasi papan iklan di jalan
Sumber: Analisis, 2013
3. Perabot Jalan
Perabot jalan yang ditata di kawasan ini terdiri dari bangku taman, tempat sampah,
lampu jalan, lampu taman, halte dan juga gerbang kawasan sebagai penanda. Disain
perabot jalan disesuaikan dengan tema kawasan dan bangunan yang bercorak modern.
Berikut arahan mengenai perabot jalan yang terdapat di Kawasan Kawasan
Perencanaan.
Gambar 7.17. Ilustrasi lampu jalan dengan panel surya
Gambar 7.18. Ilustrasi lampu taman
VII‐26
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.19. Ilustrasi bangku taman
Sumber: Analisis, 2013
Gambar 7.20. Ilustrasi tempat sampah
Sumber: Analisis, 2013
Gambar 7.21. Ilustrasi halte
Sumber: Analisis, 2013
VII‐27
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
4. Penataan Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima (PKL) banyak ditemukan di kawasan perencanaan. Pemerintah
Kabupaten Banjar melalui Dinas Perindustrian mengijinkan atau memfasilitasi adanya
pedagang kaki lima di kawasan. Namun demikian, Pemerintah Kabupaten Banjar harus
mengarahkan atau melokalisasi PKL dalam suatu tempat yang diijinkan (di median
jalan, di boulevard art dan juga bekerja sama dengan pihak penyewa lahan).
Operasional atau jam kerja PKL harus ditentukan berikut harga sewa untuk
kebersihan/pengelola. Harga sewa harus mencapai kata sepakat agar pihak PKL tidak
dirugikan.
Tabel 7.7. Ilustrasi Arahan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Perencanaan
SEBELUM (BEFORE) SESUDAH (AFTER)
Gambar 7.22. Ilustrasi PKL di median jalan yang diijinkan dengan pengaturan jam operasional
Sumber: Analisis, 2013
Gambar 7.23. Ilustrasi PKL di lahan milik swasta dengan pengaturan jam operasional hanya pagi hari Sumber: Analisis, 2013
VII‐28
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
7.7 SISTEM PRASARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air
limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon,
sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.
Manfaat yang didapat dari penataan ini adalah:
1. Meningkatkan kualitas kawasan perencanaan yang menjamin tersedianya ukungan
konkret terhadap kegiatan‐kegiatan fisik yang ada.
2. Mencapai keseimbangan antara kebutuhan dan daya dukung lingkungan sehingga
terwujud sistem keberlanjutan (sustainability) pada lingkungan.
Prasarana dan utilitas lingkungan yang akan diatur terdiri dari: sistem jaringan air bersih, sistem
jaringan air kotor, sistem jaringan drainase, sistem jaringan persampahan, sistem jaringan listrik,
sistem jaringan telepon, sistem pemadam kebakaran, sistem jaringan jalur penyelamatan atau
evakuasi.
1. Sistem jaringan air bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih Kawasan Kawasan Perencanaan dilayani dengan
reservoir distribusi Bukit Senyum. Pengembangan konsep air minum untuk kawasan
Kawasan Perencanaan direncanakan akan mengambil tambahan air bakunya dari Waduk
Riam Kanan dan Sungai Martapura. Konsep penekanan pada kawasan ini adalah
pengembangan sistem jaringan yang ada dengan penambahan jaringan yang baru.
Sehingga proses perencanaan dan pengembangan sistem jaringan air minum di kawasan
ini tidak harus memulai dari awal.
2. Sistem jaringan drainase
Secara umum konsep jaringan drainase di Kawasan Kawasan Perencanaan adalah
mengoptimalkan sistem jaringan yang ada, dan dibarengi dengan rencana
pengembangan sistem jaringan drainase yang baru. Adapun untuk konsep jaringan
drainase yang baru, aliran dari air permukaan dialirkan menuju saluran‐saluran yang
disiapkan yang diarahkan menuju saluran utama (Primer). Saluran primer ini, selain
sebagai pusat masuk air limpasan aliran permukaan, juga berungsi sebagai pengendali
banjir.
3. Sistem jaringan persampahan
Konsep pengembangan sistem pengelolaan sampah di kawasan adalah konsep 3R
(Reduce‐Reuse‐Recycle) akan menjadi jiwa di dalam setiap tahapan operasi pengelolaan
sampah di dalam kawasan.
Arah pengembangan pengelolaan sampah setiap wilayah pelayanan adalah :
a. Setiap wilayah akan dilengkapi dengan unit tempat pengelolaan sampah sementara
(TPSS),
b. Setiap unit tempat pengelolaan sampah sementara (TPSS) dilengkapi dengan unit
pengolahan sampah organic dan anorganik
c. Masing‐masing unit pengelolaan sampah organic dan anorganik akan diproses lebih
lanjut di Tempat pemrosesan akhir sampah (TPAS) dan sisa hasil proses pengelolaan
(residu) dikelola menuju landfill TPAS.
Konsep Pengelolaan Sampah di Kawasan Martapura Kota di atas diilustrasikan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 7.24. Ilustrasi Konsep Pengelolaan Sampah Kawasan Martapura Kota
VII‐29
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Konsep pengelolaan sampah di kawasan studi dilakukan melalui proses pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan.
a. Pewadahan
Disiapkan secara swadaya, kecuali untuk bangunan dan ruang publik;
Mudah dioperasikan;
Tidak permanen, kecuali untuk bangunan publik dan ruang terbuka.
b. Pengumpulan
Rotasi, 3 kali/hari;
Menggunakan peralatan yang memiliki daya jelajah yang cukup tinggi.
c. Pemindahan
Ditempatkan di pusat timbulan sampah namun jauh dari rumah tinggal/bangunan;
Desain artistik dan mampu meminimalkan kesan jorok dan sebaran bau;
Berupa kontainer.
d. Pengangkutan
Sampah harus tertutup selama pengangkutan;
Menggunakan lebih banyak truk berupa amroll dengan kontainer;
Penggunaan dump truck untuk pelayanan door to door.
Gambar 7.25. Sistem pembuangan sampah
Sumber: Analisis Konsultan 2013
4. Sistem jaringan listrik
Untuk meningkatkan nilai estetika kawasan, maka pengembangan jaringan listrik
kawasan diintegrasikan melalui jaringan kabel bawah tanah. Pada lingkungan yang harus
dilayani dengan jaringan kabel udara dan agar perletakkan kabel ini tidak menganggu
estetika lingkungan maka perletakkan jaringan listrik diarahkan dikembangkan di
belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak
mengganggu keindahan lingkungan. Selain itu dapat juga diupayakan dengan mendesain
tiang listrik sehingga dapat menjadi unsur keindahan kota yang menarik.
VII‐30
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
Gambar 7.26. Arahan lampu panel surya
Sumber: Analisis Konsultan 2013
Gardu listrik/power house ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala
ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan.
Gambar 7.27. Arahan desain selubung power house/gardu listrik
Sumber: Analisis Konsultan 2013
Gambar 7.28. Arahan perletakan utilitas pada bangunan
Sumber: Analisis Konsultan 2013
VII‐31
PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA
5. Sistem jaringan telepon
Konsep pengembangan dan penyediaan sistem telekomunikasi dan IT diarahkan melalui:
a. Penyediaan jaringan telepon dan sistem pertelekomunikasian yang mampu
menjangkau seluruh masyarakat dan mampu melayani kebutuhan telekomunikasi
bagi sektor jasa, perdagangan, industri, dan perkantoran. Jaringan telekomunikasi
yang disediakan harus memiliki cakupan layanan (coverage) yang luas dengan
kapasitas yang memadai.
b. Membangun ’cyber center/building’ pada Pusat Jasa KPBPB (MICE), yang
menyediakan fasilitas co‐location bagi operator/penyelenggara telekomunikasi,
penyelenggara jaringan telekomunikasi, dan jasa telekomunikasi serta value added
service lainnya.
c. Teknologi telekomunikasi yang digunakan : mulai dari analog, digital, GSM, CDMA,
VOIP, dll. disesuaikan dengan karakteristik kawasan yang dilayani.
d. Pengembangan tarif telepon dan akses internet yang kompetitif dan terjangkau
oleh pengguna.
e. Penyediaan akses internet cepat melalui broadband access di lokasi‐lokasi strategis,
terutama di Pusat Jasa dan Perdagangan disertai dengan penetrasi pengguna
internet dan pertumbuhan kepemilikan/ketersediaan fasilitas komputer yang cukup
tinggi. Menjadikan masyarakat yang tinggal di Kawasan Perencanaan khususnya dan
pada umumnya, sebagai masyarakat yang memiliki tingkatan ’IT literacy’ yang tinggi
atau masyarakat yang ’IT minded’ yang ditunjukkan dengan munculnya/tumbuhnya
komunitas‐komunitas IT di kawasan ini.
6. Sistem pemadam kebakaran
Kran Kebakaran, pengadaan kran kebakaran pada kawasan perencanaan, dengan jarak
200 m/kran kebakaran. Pembangunan kran kebakaran perlu dilengkapi dengan
pengadaan air yang memadai.
Gambar 7.29. Arahan pemasangan hidran kebakaran
Sumber: Analisis Konsultan 2013
7. Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi
Jalur evakuasi terdiri dari jalur di dalam
bangunan dan di luar bangunan. Untuk jalur
di dalam bangunan perlu memperhatikan
apa yang diamanatkan pada Undang‐Undang
No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung. Sedangkan, jalur evakuasi di luar
bangunan perlu direncanakan dan disesuaikan dengan bencana yang sering terjadi di
Kawasan Martapura Kota(banjir dan gempa). Penetapan dan penandaan jalur evakuasi
harus jelas dan dapat dimengerti oleh masyarakat.