research method final assignment

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian di Indonesia. Sampai era reformasi sekarang tampaknya sektor pertanian masih dan akan tetap akan merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional (Daniel, 2001). Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor ini, terutama di daerah pedesaan, profesi sebagai petani masih banyak diminati. Namun melihat kenyataan di lapangan, para petani di Indonesia kebanyakan cenderung memiliki usaha dalam skala kecil sampai menengah dan tidak terorganisir dengan baik, karena para petani tidak melihat usahanya tersebut sebagai suatu sistem bisnis (Daniel, 2001). Hal ini juga berlaku di lapangan pertanian terutama pada para petani sayuran di Desa Rurukan, Kecamatan Tomohon Utara. Kenyataan ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan para petani. Kecilnya modal kewirausahaan seorang petani menjadi penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan para petani. Modal-modal kewirausahaan itu adalah modal intelektual, modal sosial dan modal moral, modal mental, dan modal material. 1

Upload: barcelonistas13

Post on 26-Jun-2015

163 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Research Method Final Assignment

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan

perekonomian di Indonesia. Sampai era reformasi sekarang tampaknya sektor

pertanian masih dan akan tetap akan merupakan sektor penting dalam

pertumbuhan ekonomi nasional (Daniel, 2001). Hal ini dapat dilihat dari begitu

banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor ini, terutama di daerah pedesaan,

profesi sebagai petani masih banyak diminati.

Namun melihat kenyataan di lapangan, para petani di Indonesia

kebanyakan cenderung memiliki usaha dalam skala kecil sampai menengah dan

tidak terorganisir dengan baik, karena para petani tidak melihat usahanya tersebut

sebagai suatu sistem bisnis (Daniel, 2001). Hal ini juga berlaku di lapangan

pertanian terutama pada para petani sayuran di Desa Rurukan, Kecamatan

Tomohon Utara. Kenyataan ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan

para petani. Kecilnya modal kewirausahaan seorang petani menjadi penyebab

rendahnya tingkat kesejahteraan para petani. Modal-modal kewirausahaan itu

adalah modal intelektual, modal sosial dan modal moral, modal mental, dan modal

material.

Menurut Meredith (1996), berwirausaha berarti memadukan watak

pribadi, keuangan, dan sumberdaya. Keberhasilan usaha para petani ini sangat

dipengaruhi oleh peran jiwa kewirausahaan dari seorang petani untuk mengelola

semua modal kewirausahaannya yang dimilikinya baik lahan, modal (dana), bahan

dan peralatan, serta sumberdaya manusianya sendiri, sehingga terbentuk suatu

sistem usaha yang tepat dan berhasil.

1

Page 2: Research Method Final Assignment

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian

ini adalah berapa besar pengaruh modal-modal kewirausahaan terhadap tingkat

kesejahteraan hidup petani sayuran di Tomohon?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh modal-

modal kewirausahaan terhadap tingkat kesejahteraan hidup petani sayuran di Kota

Tomohon.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para petani sayuran dalam

upaya memperbaiki manajemen usahataninya guna meningkatkan kesejahteraan

hidupnya, dan menjadi acuan bagi rekan mahasiswa yang ingin melakukan

penelitian selanjutnya.

2

Page 3: Research Method Final Assignment

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan menurut Suryana (2006) adalah kemampuan kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang

menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran yang kreatif dan tindakan

inovatif demi terciptanya peluang.

Sejalan dengan pemikiran Suryana, Hirsch dan Peters (1999)

mendefinisikan kewirausahaan adalah sebuah proses menciptakan sesuatu yang

baru dan memiliki nilai dengan meluangkan seberapa besar waktu dan usaha yang

diperlukan dengan mengetahui resiko keuangan, mental dan sosial yang

menyertainya dan menerima hasilnya berupa materi, kepuasaan pribadi, dan

kebebasan menjalankan usaha.

Kewirausahaan menurut Blawatt (1998) adalah sebuah bisnis yang

bertujuan untuk berkembang, memberi keuntungan, menerapkan strategi dan

manajemen yang inovatif dan mengejar peluang-peluang baru.

2.2 Modal Kewirausahaan

Berdasarkan tulisan Suryana (2006) dan menggabungkan pandangan

Hirsch dan Peters (1999) modal-modal kewirausahaan yang menjadi kunci

sukses suatu bisnis yang harus dimiliki oleh setiap wirausaha, dibagi menjadi

empat, sebagai berikut:

1. Modal Intelektual

Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal

utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan

tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang

membentuk modal lainnya. Jelas dalam modal intelektual diperlukan latar

3

Page 4: Research Method Final Assignment

belakang pendidikan yang memadai guna menciptakan ide cemerlang. Dalam

modal intelektual dikenal dengan kompetensi inti (core competency) yaitu

kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih

keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan

(citra).

2. Modal Sosial dan Moral

Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan,

sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha memiliki etika wirausaha

seperti kejujuran, memiliki integritas, tepat janji, kesetiaan, kewajaran, suka

membantu orang lain, menghormati orang lain, warganegara yang baik dan

taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab. Modal ini sangat

dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan tumbuh wirausaha tersebut

yang membentuk pribadi wirausaha tersebut.

3. Modal Mental

Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama dan

motivasi serta pengalaman kerjanya, yang diwujudkan dalam bentuk

keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan.

4. Modal Material

Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini

terbentuk apabila seseorang memiliki ketiga jenis modal di atas.

2.3 Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan

Menurut Bounds & Lamb (1998), suatu bisnis, menghendaki banyak

pekerjaan tangan dan beberapa keahlian dasar dalam meraih sukses, yaitu:

1. Management Skills

Keahlian untuk mengorganisir dan mengontrol sumberdaya secara baik dan

tepat guna.

2. Technical Skills

Keahlian untuk memutuskan kerja spesifik dari kegunaan suatu teknologi

yang dipergunakan.

4

Page 5: Research Method Final Assignment

3. Human Skills

Keahlian untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain baik dalam

kelompok maupun secara person to person.

4. Conceptual Skills

Keahlian dalam menggunakan segala pengetahuan dan data-data pendukung

dalam pengambilan suatu keputusan.

5. Vision

Keahlian untuk membayangkan peluang dan segala kemungkinan yang bisa

terjadi di masa depan dan menginspirasikan orang lain untuk mengikutinya.

Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mclelland (1961),

Thomas F. Zimmerer (1996), Suryana (2006) dalam bukunya Kewirausahaan,

Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, memperluas karakteristik sikap

dan perilaku wirausaha yang berhasil sebagai berikut:

1. Commitment and Determination

Seorang wirausaha harus memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk

mencurahkan semua perhatian terhadap usaha.

2. Desire for Responsibility

Seorang wirausaha harus memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan

sumberdaya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha.

3. Opportunity Obsession

Seorang wirausaha harus memiliki ambisi untuk selalu mencari peluang.

4. Tolerance for Risk, Ambiguity, and Uncertainty

Wirausaha harus tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha yang

berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan

ketidakpastian.

5. Self Confidence

Percaya diri. Wirausaha cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat

terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

6. Creativity and Flexibility

Berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk

menghadapi perubahan permintaan.

5

Page 6: Research Method Final Assignment

7. Desire for Immediate Feedback

Selalu memerlukan umpan balik dengan segera. Wirausaha selalu ingin

mengetahui hasil kinerjanya sehingga ia akan mempergunakan semua

kemampuannya dalam upaya perbaikan dan pengembangan usahanya.

8. High Level of Energy

Memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya

memiliki daya juang yang lebih tinggi dari kebanyakan orang.

9. Motivation to Excel

Memiliki dorongan untuk selalu unggul. Motivasi ini biasanya muncul dari

dalam diri sendiri dan sangat jarang dari luar diri sendiri.

10. Orientation to the Future

Berorientasi pada masa depan. Wirausaha selalu berpikir jauh ke depan demi

kemajuan usahanya.

11. Willingness to Learn from Failure

Selalu dan mau untuk belajar dari kegagalan.

12. Leadership Ability

Kemampuan seorang wirausaha dalam kepemimpinan.

Menurut Milton Rockeach (1973) yang dikutip oleh Suryana (2006)

dalam bukunya Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses, membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang

dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan objek.

Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang dijadikan

ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Watak dan perangai yang

melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang

sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang melekat

pada sistem nilai manajer. Seperti yang dikemukakan oleh Andreas A.

Danandjaja (1986), Andreas Budihardjo (1991), dan Sidharta Poespadibrata

(1993), dalam sistem nilai manajer terdapat dua kelompok nilai, yaitu: pertama,

sistem nilai pribadi, yang terdiri dari nilai primer pragmatik (tercermin lewat

watak, jiwa, dan prilaku), nilai primer moralistik (keyakinan, jaminan, martabat

6

Page 7: Research Method Final Assignment

pribadi, kehormatan, dan ketaatan), nilai primer afektif, dan nilai bauran. Kedua,

sistem nilai kelompok atau organisasi.

Sejalan dengan pendapat Milton Rockeach (1973), maka Sujuti Jahja

(1977), membagi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam dua dimensi nilai

berpasangan, yaitu:

1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan nonmateri.

2. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.

Berdasarkan pembagian nilai-nilai kewirausahaan di atas, terdapat empat

nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:

1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya

adalah berani mengambil resiko, terbuka terhadap teknologi dan

mengutamakan materi.

2. Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar

materi. Wirusaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab,

pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.

3. Wirausaha yang berorientasi pada materi dengan berpatokan pada kebiasaan

yang sudah ada, misalnya usaha dnegan perhitungan fengshui agar dapat

berhasil.

4. Wirausaha yang berorientasi nonmateri dengan bekerja berdasarkan

kebiasaan. Wirausaha model ini biasanya bergantung pada pengalaman,

memperhitungkan hal-hal mistik, etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki penting dari

kewirausahaan, yaitu:

1. Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan sesorang

dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988).

Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,

keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya.

2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang

selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,

7

Page 8: Research Method Final Assignment

ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,

energik, dan berinisiatif.

3. Keberanian Mengambil Resiko

Keberanian mengambil resiko itu bergantung pada daya tarik setiap alternatif,

kesiapan untuk mengalami kerugian (modal mental), dan kemungkinan relatif

untuk suskes atau gagal. Sedangkan, kemampuan untuk mengambil resiko itu

ditentukan oleh keyakinan pada diri sendiri, kesediaan untuk menggunakan

kemampuan, dan kemampuan untuk menilai resiko.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat: kepeloporan, keteladanan,

tampil berbeda, dan mampu berpikir maju.

5. Berorientasi ke Masa Depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif

dan pandangan ke masa depan, yang selalu mencari peluang, tidak cepat puas

dengan keberhasilan, dan mempunyai visi yang jauh ke depan.

6. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran yang baru dan

berbeda. Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan solusi

kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih

memakmurkan kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, inovasi adalah

kemampuan untuk melakukan tindakan yang baru dan berbeda.

8

Page 9: Research Method Final Assignment

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rurukan, Kecamatan Tomohon Utara,

Kota Tomohon, dengan waktu penelitian selama tiga bulan, dimulai bulan Maret

2007 hingga bulan Mei 2007.

3.2 Desain Penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara

mendalam (in depth interview) dan pengisian kuisioner. Kegiatan wawancara dan

pengisian kuisioner dilakukan terhadap para petani sayuran yang berada di Desa

Rurukan, Kecamatan Tomohon Utara, sedangkan pengumpulan data sekunder

diperoleh dari instansi terkait di Kota Tomohon. Petani sayuran yang dijadikan

sampel terdiri dari 100 orang petani.

Dipilihnya para petani sayuran yang berada di Tomohon, dengan metode

Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2005) dalam bukunya Statistika untuk

Penelitian, metode Purposive Sampling adalah metode yang digunakan untuk

menentukan beberapa sampel yang dapat mewakili populasinya, berdasarkan

tujuan tertentu.

3.3 Prosedur Penelitian

1. Melakukan survei awal di tempat penelitian.

2. Menyusun daftar data-data yang diperlukan untuk kebutuhan penelitian.

3. Mewawancarai para petani dan pengisian kuisioner, serta mengumpulkan

data-data pendukung lainnya di Instansi terkait di Kota Tomohon.

4. Pengolahan data.

5. Hasil Penelitian.

9

Page 10: Research Method Final Assignment

3.4 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Modal Pengetahuan:

Jenjang pendidikan (SD-Perguruan Tinggi).

Manajemen usaha.

2. Modal Sosial dan Modal Moral:

Jumlah anggota keluarga (family size).

Pentingnya kredibilitas dan citra usaha (kejujuran, keuletan, dan tanggung

jawab).

3. Modal Mental:

Motivasi berusaha.

Agama.

Usia usaha (dalam tahun).

4. Modal Material:

Sumber modal (kredit/pribadi/keduanya).

Tingkat pendapatan (Rupiah/bulan).

3.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik

deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisa statistik yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

sampel atau populasi sebagaimana adanya.

10

Page 11: Research Method Final Assignment

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA TOMOHON

Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah.

Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika

pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia menuliskan tentang

suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun

1850. Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan

kemasyarakatan dari tahun ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu

ibukota kecamatan di Kabupaten Minahasa.

Dekade awal tahun 2000-an masyarakat di beberapa bagian wilayah

kabupaten Minahasa melahirkan inspirasi dan aspirasi kecenderungan lingkungan

strategis baik internal maupun eksternal untuk melakukan pemekaran daerah.

Berhembusnya angin reformasi dan diimplementasikannya kebijakan otonomi

daerah, semakin mempercepat proses akomodasi aspirasi masyarakat untuk

pemekaran daerah dimaksud. Melalui proses yang panjang secara yuridis dan

pertimbangan yang matang dalam rangka akselerasi pembangunan bangsa bagi

kesejahteraan masyarakat secara luas, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa

beserta Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Minahasa merekomendasikan

aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan, Kota

Tomohon, dan Kabupaten Minahasa Utara; yang didukung oleh Pemerintah

Propinsi Sulawesi Utara. Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota

Tomohon ditetapkan Pemerintah Pusat dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2003, dan pembentukan Kabupaten Minahasa Utara melalui

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003.

Terbentuknya lembaga legislatif Kota Tomohon hasil Pemilihan Umum

Tahun 2004, menghasilkan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 22 Tahun

2005 tentang Lambang Daerah dan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 29

Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kota Tomohon. Kota Tomohon diresmikan oleh

Menteri Dalam Negeri Harry Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia

pada tanggal 4 Agustus 2003.

11

Page 12: Research Method Final Assignment

Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota hasil Pemilihan Kepala Daerah

langsung, Jefferson S. M. Rumajar, SE dan Linneke S. Watoelangkow pada

tanggal 4 Agustus 2005 oleh Pejabat Gubernur Sulut Ir. Lucky Korah, M.Si

berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri No. 131.51-494 Tahun 2005, tanggal 13

Juli 2005 (Walikota) dan No. 131.51-495 tanggal 13 Juli 2005 (Wakil Walikota).

Penjabat Walikota Tomohon berturut-turut adalah:

● Drs. Boy S. Tangkawarouw, MSc (Pejabat Walikota), 4 Agustus 2003

sampai dengan 8 Maret 2005.

● Jefry Korengkeng, SH (Pelaksana Tugas Penjabat Walikota), 8 Maret 2005

sampai dengan 17 Mei 2005.

● Nico Pelealu, SH, MSi (Pejabat Walikota), 17 Mei 2005 sampai dengan 4

Agustus 2005.

● Jefferson S.M. Rumajar, SE (Walikota definitif) dan Linneke S.

Watoelangkow (Wakil Walikota definitif), 4 Agustus 2005 - 2010.

Kota Tomohon terletak pada 101º 5’ LU dan 124º 50’ BT dengan luas

wilayah sebesar 147,2178 km² atau 14.721,78 Ha. Kota Tomohon terdiri dari lima

kecamatan dan 35 kelurahan/desa. Secara geografis Kota Tomohon dikelilingi

oleh wilayah Kabupaten Minahasa. Artinya, dari bagian utara, selatan, timur dan

barat, berbatasan langsung dengan Kabupaten Minahasa. Secara umum, Kota

Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Kota

Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lainnya yang berada di wilayah

Kabupaten Minahasa.

Jarak Kota Tomohon dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara adalah:

● Tomohon – Bitung berjarak ± 55,0 kilometer.

● Tomohon – Manado berjarak ± 22,0 kilometer.

● Tomohon – Tondano berjarak ± 15,0 kilometer.

Kota Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Kota Manado dan

pencapaian dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Kota Tondano atau

melintasi Manado. Aksesibilitas ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara

cukup lancar, melalui jalan-jalan dengan kualitas yang baik.

Wilayah Kota Tomohon memiliki karakteristik topografi yang bergunung

dan berbukit yang membentang dari utara ke selatan. Akibat kondisi topografi

12

Page 13: Research Method Final Assignment

tersebut maka pengembangan wilayah kota menjadi terbatas. Terdapat empat buah

gunung di Kota Tomohon dan dua diantaranya adalah gunung berapi yang masih

aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu dimana Gunung Lokon adalah

gunung tertinggi di Kota Tomohon, memiliki ketinggian 1.580 meter.

Penduduk Kota Tomohon pada tahun 2004 dalam Draft Kota Tomohon

Dalam Angka Tahun 2005 berjumlah sebanyak 86.997 jiwa. Jumlah ini mencakup

penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun penduduk yang tidak bertempat

tinggal tetap. Tabel di bawah memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan

perempuan di tiap kecamatan.

4.1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2004

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2004

Jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tomohon Utara 12.137 11.821 23.958

2. Tomohon Timur 4.954 4.753 9.707

3. Tomohon Barat 9.489 9.945 19.434

4. Tomohon Tengah 6.778 6.432 13.210

5. Tomohon Selatan 10.578 10.110 20.688

Jumlah 43.936 43.061 86.997

(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 BPS & Bappeda Kota Tomohon)

Komposisi penduduk yang dirinci menurut jenis kelamin di Kota

Tomohon memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari

jumlah penduduk perempuan dengan angka ratio mencapai 102. Dari kelima

kecamatan hanya satu kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit

yaitu di Kecamatan Tomohon Tengah. Data estimasi hasil Survey Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) menunjukan Penduduk Tomohon pada tahun 2003 sebanyak

83.544 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,79% pertahun

13

Page 14: Research Method Final Assignment

(pertumbuhan penduduk sebelum tahun 2003). Secara umum apabila dihitung

sejak tahun 2000 maka angka pertumbuhan rata-rata penduduk di Kota Tomohon

(2000-2004) adalah 3,31 %.

Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat

Tomohon terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya

masyarakat di Kota Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan adat

istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam sebuah

lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat ini,

yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan bahkan pada kondisi asli tidak

memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Pola

pengelompokan berdasar ikatan kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas dalam

permukiman.

Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada

umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan

Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar

dan membudaya di kalangan masyarakat Minahasa. Budaya tersebut sampai saat

ini masih terjaga dan terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan

sikap suka membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang

merupakan rangkaian dari ‘mapalus’ seperti memakai alat tiup ketika mengajak

kelompok untuk ber’mapalus’ sudah mulai hilang. Perlahan keaslian mulai

terkikis dengan modernisasi.

Selain budaya gotong royong (MAPALUS) masyarakat Kota Tomohon

juga memiliki tari daerah seperti tari Kabasaran, tari Maengket,dan mempunyai

musik kolintang dan musik bambu. Selain itu, salah satu hasil kebudayaan lainnya

adalah bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga menggunakan

bahasa daerah Minahasa. Seperti diketahui di Minahasa terdiri dari delapan

macam jenis bahasa daerah yang dipergunakan oleh delapan etnis yang ada,

seperti Tountemboan, Toulour, Tombulu, dll. Bahasa daerah yang paling sering

digunakan di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah

Tomohon termasuk dalam etnis Tombulu. Selain bahasa percakapan di atas,

ternyata ada juga masyarakat di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para

14

Page 15: Research Method Final Assignment

orang tua yang menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda

serta sekolah-sekolah jaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini,

semakin hari masyarakat yang menguasai dan menggunakan Bahasa Belanda

tersebut semakin berkurang seiring dengan semakin berkurangnya masyarakat

berusia lanjut.

15

Page 16: Research Method Final Assignment

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kegiatan Perekonomian Kota Tomohon

Sebenarnya perdagangan bukan hal baru bagi Tomohon. Sejak masih

bergabung dengan Minahasa, pedagang di Tomohon selalu tercatat terbanyak di

antara kecamatan-kecamatan lain. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 jumlah

pedagang di Tomohon 554 orang. Bandingkan dengan Tondano, ibu kota

Kabupaten Minahasa, ada 401 pedagang. Meski hanya satu pasar di Tomohon,

jumlah ruko setidaknya ada 12 di sepanjang jalan raya Tomohon–Tondano.

Selain pedagang lokal, banyak pedagang asal Minahasa dan Gorontalo.

Seperti dilakukan petani durian dari Sonder, Minahasa. Mereka lebih senang

berdagang durian di Tomohon daripada di Tondano atau Manado karena lebih

menguntungkan. Selain itu, jarak Sonder-Tomohon lebih dekat dibandingkan

dengan Sonder ke Manado atau Tondano.

Perdagangan di Tomohon juga terkenal sampai Tondano. Mayoritas

pembeli berasal dari Tondano, selain penduduk Tomohon. Jarak yang sekitar 12

kilometer atau 15 menit perjalanan dari Tondano membuat penduduk Tondano

lebih senang belanja ke Tomohon. Selain itu, kualitas dan kuantitas barang yang

diperdagangkan juga lebih banyak dan bervariasi. Agaknya, faktor kedekatan

dengan Manado membuat distribusi perdagangan dan jasa di Tomohon lebih

lancar.

Kegiatan perdagangan lebih diuntungkan dengan fungsi Tomohon sebagai

kota pendidikan dan daerah wisata. Sekurang-kurangnya enam perguruan tinggi

negeri dan swasta berlokasi di Tomohon. Menjamurnya perdagangan dan jasa

penunjang pendidikan seperti wartel, warnet, fotokopi, rumah kos, dan perbankan

tidak dapat dihindari. Begitu juga sebagai daerah wisata, predikat ini memicu

munculnya hotel dan restoran yang sudah berkembang sejak dulu. Namun, saat ini

belum tersedia hotel berbintang. Tomohon hanya difasilitasi 21 hotel kelas melati

yang kebanyakan berlokasi di lereng-lereng pegunungan. Hal ini juga membuat

sekitar 28 persen penduduk Tomohon bekerja di sektor jasa.

16

Page 17: Research Method Final Assignment

Tidak hanya perdagangan lokal yang berkembang. Perdagangan luar

negeri pun cukup berkembang. Hal ini dipicu oleh industri rumah panggung yang

cukup berkembang di Desa Woloan.

Kenyataan di atas, membuat hampir setiap jenis produk dapat

diperdagangkan dan mampu meraih sukses di Kota Tomohon. Hal ini pun berlaku

bagi pemasaran hasil produksi sektor pertanian khususnya sayur-sayuran.

Kegairahan perekonomian di Kota Tomohon memberikan peluang yang terbuka

lebar bagi petani sayuran untuk memasarakan hasil pertaniannya dengan harga

terjangkau.

5.2Gambaran Umum Kehidupan Petani Sayuran di Kota Tomohon

Secara garis besar yang diketahui, bahwa hampir 30 persen penduduk

Kota Tomohon bermata pencarian sebagai petani, baik petani buah-buahan

maupun petani sayuran, serta yang paling ngetop saat ini adalah petani tanaman

hias. Dengan keragaman jenis usahataninya, dapat dilihat hingga saat ini

kehidupan para petani tidak dapat dikatakan makmur. Salah satu penyebabnya

adalah budaya yang mendidik masyarakat untuk hidup tidak hemat. Akibatnya,

banyak masyarakat terutama di kalangan para petani khususnya petani sayuran

tidak mengerti pentingnya modal-modal kewirausahaan merupakan salah satu

kunci keberhasilan dalam usahataninya selain faktor keberuntungan.

Begitu kuatnya pengaruh adat-istiadat Minahasa, membuat para petani

sayuran di Kota Tomohon memiliki gaya hidup “manja”, hal ini terlihat dari

kebiasaan berpesta pora, pendidikan tidak menjadi prioritas hidup, dan pola hidup

konsumtif demi pamor atau gengsi pribadi, menjadi imej yang sulit dilepas dari

penduduk Minahasa, khususnya dalam penelitian ini adalah para petani sayuran,

menyebabkan tingkat kesejahteraannya tergolong rendah dan tidak maju-maju.

Sebenarnya, para petani sayuran tersebut memiliki semangat dan kerja

keras terhadap pekerjaannya, namun pola hidup mewah dan konsumtif serta tidak

adanya kemampuan dan jiwa kewirausahaan dalam mengelola keuangan dan

usahataninya membuat hidup mereka tidak mengalami kemajuan. Dari segi

tingkat kesejahteraan tergolong pas-pasan malah cenderung rendah. Hal ini

17

Page 18: Research Method Final Assignment

diperburuk dengan tidak adanya niat dari para petani tersebut untuk memperbaiki

taraf hidup mereka, keluar dari zona pas-pasan menuju tingkat kesejahteraan yang

lebih baik lagi.

5.3 Analisa Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon

Seperti yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, yang termasuk

dalam modal intelektual adalah semua ide, kreativitas dan inovasi yang betolak

dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja serta kemampuan seorang

wirausaha dalam bisnisnya. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah

dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

5.3.1 Tabel Data Tingkat Pendidikan Para Petani Sayuran di Tomohon

NO. PETANI TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAHSD SMP SMA PT

1. Wortel 25 20 10 5 602. Kubis 20 12 7 1 403. Bawang Daun 14 10 4 2 304. Sawi Putih 14 19 6 1 40

JUMLAH 73 61 27 9 170

Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa sebagian besar petani sayuran di

Kota Tomohon memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak cukup baik.

Hal ini terlihat jelas pada data tabel, menunjukkan bahwa kebanyakan petani

sayuran terutama di Desa Rurukan, hanya lulusan SD-SMP yaitu dengan poin 73

untuk lulusan SD yang jika dipersentasekan memiliki nilai sebesar 43%, untuk

tingkat pendidikan SMP dengan 61 poin dan besar angka persentasenya adalah 36

%. Sedangkan untuk petani lulusan SMA sekitar 16% atau dengan poin 27, dan

petani dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi (PT) sangat kurang petani

sayuran yang mencapai tingkat pendidikan ini walaupun masih ada dengan jumlah

yang sangat minim, yaitu dengan 9 poin, yang jika dipersentasekan adalah sebesar

5%. Hal ini menyimpulkan bahwa benar, petani sayuran di Kota Tomohon tidak

menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam hidup mereka, dan

18

Page 19: Research Method Final Assignment

pendidikan belum merupakan kebutuhan hidup yang mendesak, serta pendidikan

masih terkesan mahal dan buang-buang waktu. Yang penting bagi mereka adalah

kekuatan fisik dan jasmani yang sehat serta mampu untuk menggarap lahan guna

menghasilkan uang. Sehingga tanpa disadari para petani sayuran telah

melewatkan kesempatan untuk memiliki modal kewirausahaan terpenting yaitu,

pengetahuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat mengefisienkan

alokasi usmberdaya yang dipakai. Hal ini menyebabkan, tidak adanya kreativitas

dan inovasi atau terobosan yang dapat dilakukan petani guna meningkatkan

produktivitas produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan

keluarganya.

5.3.2 Tabel Data Manajemen Finansial Petani Sayuran

NO. PETANI MANAJEMEN FINANSIAL JUMLAHYA KADANG-

KADANGTIDAK

1. Wortel 15 25 20 602. Kubis 10 12 18 403. Bawang Daun 4 10 16 304.. Sawi Putih 9 10 21 40

JUMLAH 38 57 75 170

Berdasarkan data di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa para petani sayuran di Desa Rurukan, belum memiliki

kemampuan manajemen yang baik terutama manajemen finansial untuk mengatur

arus kas dalam usahatani yang dijalankan. Sebesar 44% dari responden menjawab

bahwa mereka tidak mengontrol arus kas dengan pembuatan pembukuan, 34%

responden menjawab kadang-kadang membuat pembukuan apabila ada waktu dan

jika tidak lupa, dan sebanyak 22% responden menjawab harus selalu membuat

pembukuan sebagai kontrol terhadap arus kas dan usahanya. Hal ini sangat

berkaitan dengan tingkat intelektual dari petani tersebut yang diindikasikan pada

faktor tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para petani, seperti pembahasan

pada tabel sebelumnya.

19

Page 20: Research Method Final Assignment

5.4 Analisa Pengaruh Modal Sosial dan Moral Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon

Dalam modal sosial dan modal moral, hal yang sangat penting adalah

perdan keluarga dan lingkungan sosial yang dipadukan dengan etika yang berlaku

dalam masyarakat, guna menilai kepribadian dan etika seorang wirausaha guna

menciptakan citra, dalam hal ini adalah citra petani sayuran di Kota Tomohon itu

sendiri. Di bawah ini disajikan dalam bentuk tabel data variabel peneletian dari

kedua modal kewirausahaan ini yang telah dianalisis, yaitu latar belakang

keluarga dan family size, kesadaran akan pentingnya kredibilitas dan citra usaha.

5.4.1 Tabel Data Ukuran Keluarga (Family Size) Petani Sayurandi Tomohon

NO. PETANI UKURAN KELUARGA JUMLAHKECIL SEDANG BESAR

1. Wortel 12 20 28 602. Kubis 7 13 20 403. Bawang Daun 10 10 10 304.. Sawi Putih 8 14 18 40

JUMLAH 37 57 76 170

Berdasarkan tabel data di atas diperoleh bahwa sebagian besar para petani

sayuran di Kota Tomohon memiliki ukuran keluarga yang sedang sampai ukuran

keluarga besar. Hal ini terlihat berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

yaitu, sebesar 34% para petani memiliki ukuran keluarga kategori sedang, dan

sebesar 45% petani sayuran di Desa Rurukan memiliki ukuran keluarga kategori

besar. Untuk ukuran keluarga kategori kecil terdapat sebesar 22%.Dimana, jumlah

anggota keluarga 3-4 orang adalah jenis ukuran keluarga kecil, jumlah anggota

keluarga 5-6 orang adalah jenis ukuran keluarga sedang, dan untuk ukuran

keluarga yang besar adalah lebih dari enam orang anggota keluarga.

jenis ukuran keluarga besar ini cenderung membuat para petani termotivasi untuk

memcari penghasilan yang cukup bahkan lebih baik lagi untuk memenuhi

kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya, sayangnya tidak didukung dengan modal

intelektual yang memadai.

20

Page 21: Research Method Final Assignment

5.4.2 Tabel Data Kesadaran Petani akan Pentingnya Kredibilitas dan Citra Usaha

NO. PETANI KESADARAN AKAN KREDIBILITAS DAN CITRA

USAHA

JUMLAH

RENDAH SEDANG TINGGI1. Wortel 14 16 30 602. Kubis 10 15 15 403. Bawang Daun 9 11 10 304.. Sawi Putih 8 13 19 40

JUMLAH 41 55 74 170

Berdasarkan data di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,

sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian di Tomohon, para petani

sayuran dari Desa Rurukan sangat menjujung tinggi kejujuran berusaha,

kepercayaan dan loyalitas pelanggannya. Sehingga, para petani akan

menggunakan cara yang tepat guna menjaga kredibilitas dan citra usahanya agar

tetap baik. Sebanyak 43,53% dari responden menjawab bahwa mereka memiliki

kesadaran yang tinggi terhadap kredibilitas dan citra usaha agar senantiasa terjaga

dengan baik, kemudian sebanyak 32,35% dari responden memiliki tingkat

kesadaran sedang terhadap parameter ini, dan sebanyak 24,12% dari responden

memiliki tingkat kesadaran yang rendah terhadap pentingnya kredibilitas dan citra

usaha harus senantiasa terjaga dengan baik.

21

Page 22: Research Method Final Assignment

5.5 Analisa Pengaruh Modal Mental Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon

Modal mental yang diperlukan dalam kewirausahaan adalah motivasi dan

landasan agama yang melandasi setiap langkah seseorang dalam menjalankan

bisnisnya, baik dalam merespon peluang/tantangan, tetapi juga dalam rangka

menghadapi resiko yang mungkin terjadi dalam bisnisnya.

5.5.1 Tabel Data Agama yang Dianut Petani Sayuran di Tomohon

NO. PETANI AGAMA YANG DIANUT JUMLAHBUD. KAT. KRIS. ISL. HIN.

1. Wortel - 25 25 10 - 602. Kubis - 30 15 5 - 403. Bawang Daun - 13 10 7 - 304. Sawi Putih - 15 12 13 - 40

JUMLAH 0 73 62 35 0 170

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Lurah tempat domisili

masing-masing petani sayuran diperoleh bahwa mayoritas para petani sayuran

memeluk agama Kristen Katolik yaitu sebanyak 73 orang dari responden atau

sekitar 42,94%, kemudian sebanyak 62 petani beragama Kristen Protestan

(36,47%), sebanyak 35 petani beragama Islam (20,59%). Hal ini mempengaruhi

kesiapan mental dan motivasi seseorang dalam menjalankan usahanya, yang

diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk mengambil resiko dan tantangan,

yang diaplikasikan dengan caranya masing-masing berlandaskan ajaran agamanya

masing-masing.

22

Page 23: Research Method Final Assignment

5.5.2 Tabel Data Usia Usahatani Petani Sayuran

NO. PETANI USIA USAHA JUMLAH< 5 Thn 5 – 10

Thn> 10 Thn

1. Wortel 10 12 38 602. Kubis 5 9 26 403. Bawang Daun 6 11 13 304.. Sawi Putih 8 12 20 40

JUMLAH 29 44 97 170

Melalui data usia usahatani para petani usahatani di Desa Rurukan ini,

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pengalaman dan ketekunan para petani

dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa

sebesar 17,6% usia usahatani responden berumur kurang dari lima tahun, sebesar

25,88% usia usahatani respnden berkisar antara lima tahun hingga 10 tahun, dan

sebanyak 57,06% dari responden memiliki usia usahatani berumur lebih dari 10

tahun. Data ini menunjukkan tidak hanya pengaruh ajaran agama yang

menentukan motivasi petani dalam berusaha, juga pengalaman kerja dari petani

itu juga turut menjadi indikator yang penting dalam kemajuan usahataninya.

5.6 Analisa Pengaruh Modal Material Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon

Modal material yang dimaksudkan dalam modal kewirausahaan ini adalah

modal dalam bentuk uang atau barang. Sumber modal dapat melalui dana pribadi

maupun melalui pinjaman dari Bank, atau lembaga keuangan lainnya. Data yang

telah diperoleh adalah sebagai berikut:

23

Page 24: Research Method Final Assignment

5.6.1 Tabel Data Sumber Permodalan Petani Sayuran di Tomohon

NO. PETANI SUMBER MODAL JUMLAHPRIBADI PINJAMAN KEDUANYA

B R LL1. Wortel 10 9 20 6 15 602. Kubis 7 8 10 5 10 403. Bawang Daun 9 4 7 3 7 304. Sawi Putih 11 8 9 3 9 40

JUMLAH 37 29 46 17 41 170

Berdasarkan data diatas dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh

data bahwa mayoritas petani sayuran di Desa Rurukan menggunakan sumber

modal melalui pinjaman (54,12%) terutama kepada rentenir dnegan persentase

sebesar 27,06%. Petani yang membiayai usahataninya melalui modal pribadi

ternyata sedikit hanya sekitar 21,76%. Sedangkan petani yang menggunakan

kombinasi sumber modal untuk usahataninya, yaitu modal pribadi dan pinjaman

dengan persentase sebesar 24,12%. Selain meminjam modal dari rentenir, para

petani juga memperoleh pinjaman modal dari Bank yaitu sekitar 17,06%, dan juga

dari lembaga keuangan lain, misalnya dari pegadaian dengan persentase sebesar

10%.

5.6.2 Tabel Data Tingkat Pendapatan Petani (Rupiah/Bulan)

NO. PETANI TINGKAT PENDAPATAN JUMLAH≤ 5 JUTA 5,5 – 10

JUTA≥ 10 JUTA

1. Wortel 22 20 18 602. Kubis 20 10 10 403. Bawang Daun 17 10 3 304. Sawi Putih 19 15 6 40

JUMLAH 78 55 37 170

Tabel data di atas menunjukkan, bahwa mayoritas petani sayuran di Desa

Rurukan ini mempunyai tingkat pendapatan di bawah lima juta Rupiah tiap

bulannya (45,88%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan para petani

sayuran di Desa ini masih sangat rendah, mengingat kebutuhan hidup yang

24

Page 25: Research Method Final Assignment

semakin membumbung tinggi harganya. Selanjutnya untuk petani dengan tingkat

kesejahteraan sedikit lebih baik adalah para petani dengan pendapatan per

bulannya sekitar 5,5 sampai 10 juta Rupiah yaitu sekitar 32,55%, sedangkan

petani dengan pendapatan di atas 10 Juta Rupiah per bulan adalah sebesar

21,76%.

25

Page 26: Research Method Final Assignment

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap petani sayuran

di Desa Rurukan selama kurang lebih tiga bulan, diperoleh data hasil bahwa

memang benar tingkat kesejahteraan para petani khususnya para petani sayuran di

di desa ini tergolong rendah. Kesimpulan lainnya bahwa seharusnya modal-modal

kewirausahaan seperti modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental,

dan modal material berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan

kehidupan petani sayuran di Desa Rurukan, Kecamatan Tomohon. Sayangnya,

adat-istiadat dan budaya hidup mewah yang terlampau kuat mengakar dalam

tatanan hidup kemasyarakatan yang membuat petani sayuran di Desa tersebut

tidak menyadari peran penting dari kunci sukses dalam berusaha, yaitu modal-

modal kewirausahaan tersebut dan cenderung “manja”. Para petani tidak

memprioritaskan pendidikan guna memperkaya modal intelektualnya dan sebagai

kebutuhan yang mendesak, hal ini dapat dilihat pada hasil analisis data bahwa

sebesar 43% para petani hanya lulusan SD, lulusan SMP sekitar 36%, sedangkan

lulusan SMA dan PT hanya sebesar 16% dan 5%. Para petani juga tidak memiliki

kemampuan untuk melaksanakan manajemen yang baik terhadap usahataninya,

hal ini terbukti dengan hanya sekitar 22% dari responden yang selalu membuat

pembukuan untuk mengatur keuangannya, dan sekitar 44% tidak membuat

pembukuan untuk usahataninya, serta sebesar 34% yang hanya kadang-kadang

membuatnya. Selain itu dalam sumber modal (dana) pun sebagian besar petani

lebih memilih untuk meminjam dananya kepada para rentenir yang berada di

desanya walaupun bunganya jauh lebih besar (27,06%) ketimbang mengambil

kredit di Bank dengan bunga yang lebih rendah terlebih pada saat ini karena

adanya program revitalisasi pertanian yang memungkinkan petani memperoleh

kredit lebih mudah dan terjangkau. Selain itu, berdasarkan wawancara yang telah

dilakukan diperoleh data bahwa, para petani sayuran tersebut sangat kurang dalam

26

Page 27: Research Method Final Assignment

kemampuan manajemennya, terutama untuk manajemen keuangan, sehingga

alokasi dana tidak tepat dari segi jumlah dana dan dari segi pos-pos alokasinya

dan oleh karena pola hidup mewahnya sehingga dana yang seharusnya untuk

kelangsungan usahataninya dipergunakan untuk hal-hal lain yang lebih bersifat

temporari konsumtif. Hal ini menjadi salah satu penyebab ridak berkembanganya

usahataninya, karena kredit yang diperoleh tidak dapat dikembalikan. Kehidupan

sosial setiap petani pastinya berbeda, tapi memiliki peran tersendiri dalam

menentukan performa usahatani tersebut.Hasilnya, taraf hidup mereka tidak

berubah ke arah yang lebih baik, malah cenderung mengalami penurunan yang

berakibat pada kemiskinan.

5.2 Saran

Bagi pemerintah, dapat melakukan sosialisai dan pelatihan serta

penyuluhan dengan melibatkan para penyuluh yang berkompeten dan profesional

dalam bidangnya guna mempercepat proses perbaikan tersebut. Selain itu,

pemerintah setempat dapat mendorong dan memotivasi para petani dengan

bantuan dan penyaluran kredit dengan bunga terjangkau, terutama pada saat

sekarang ini dengan program revitalisasi pertanian, pemerintah dan Bank, serta

koperasi di daerah setempat agar dapat bekerjasama dalam memudahkan

penyaluran kredit tersebut, serta mendidik petani untuk hidup hemat dan mulai

melepas budaya yang keliru, yaitu pola hidup mewah, serta menciptakan pasar

bagi pemasaran hasil produksi para petani sayuran yang kondusif dan kontinu. Di

pihak petani sendiri, harus memiliki tekad bulat dan kerja keras guna mampu

meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Bagi masyarakat luas dan lembaga-

lembaga terkait, sudah sepatutnya mendukung kesuksesan misi ini, dengan saling

membantu dengan ikhlas tanpa saling menyulitkan

27

Page 28: Research Method Final Assignment

DAFTAR PUSTAKA

Blawatt, Ken R. 1998. Entrepreneurship: Process and Management. Prentice Hall. Ontario.

Bounds & Lamb. 1998. Business. South Western College Publishing. Ohio.

Hirsch, Robert D., Michael P. Peters. 1999. Entreperneurship 4th edition. McGraw-Hill. Boston.

Jahja, Sujuti. 1997. Penelitian tentang Kewirausahaan dalam Rangka Pengembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan. Makalah Seminar Nasional. Ex. 4,6. IKOPIN. Jatinagor.

Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.

Moehar, Daniel. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Poespadibrata, Sidharta. 1993. Sistem Nilai, Kepercayaan, dan Kepemimpinan Manajer Madya dalam Konteks Budaya Organisasi. Disertasi UNPAD. Bandung.

Rockeach, Milton N. 1973. The Nature of Human Value. The Free Press. McMillan Publ. Co., Inc. New York.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Kompas. (2005). Kota Tomohon. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/20/otonomi/810119.htm. Retrieved 8 Juni 2007. 13:23:31.

28

Page 29: Research Method Final Assignment

LAMPIRAN

Persentase Tingkat Pendidikan Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:

1) Tingkat Pendidikan SD:

73— x 100% = 43%170

2) Tingkat Pendidikan SMP:

61— x 100% = 36%170

3) Tingkat Pendidikan SMA:

27— x 100% = 16 %170

4) Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi (PT): 9— x 100% = 5 %170

Persentase Tingkat Manajemen Finansial Para Petani Sayuran di Desa

Rurukan:

1) Selalu Membuat Pembukuan:

38— x 100% = 22%170

2) Kadang Membuat Pembukuan:

5— x 100% = 34%170

3) Tidak Membuat Pembukuan:

75— x 100% = 44 %170

29

Page 30: Research Method Final Assignment

Persentase Ukuran Keluarga Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:

1) Ukuran Keluarga Kecil

37— x 100% = 22 %170

2) Ukuran Keluarga Sedang

57— x 100% = 34 %170

3) Ukuran Keluarga Besar

76— x 100% = 45 %170

Persentase Kesadaran akan Kredibilitas dan Citra Usaha Para Petani Sayuran Di Desa Rurukan:

1) Tingkat Kesadaran Rendah

41— x 100% = 24,12 %170

2) Tingkat Kesadaran Sedang

55— x 100% = 32,35 %170

3) Tingkat Kesadaran Tinggi

74— x 100% = 43,53 %170

Persentase Agama yang Dianut Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:

1) Katolik

73— x 100% = 42,94 %170

2) Kristen

62— x 100% = 36,47 %170

30

Page 31: Research Method Final Assignment

3) Islam

35— x 100% = 20,59 %170

Persentase Usia Usahatani Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:

1) Kurang dari 5 Tahun:

29— x 100% = 17,6 %170

2) 5 – 10 Tahun:

44— x 100% = 25,88 %170

3) Lebih dari 10 Tahun:

97— x 100% = 57,06 %170

Persentase Sumber Modal Usaha Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:

1) Modal Pribadi:

37— x 100% = 21,76 %170

2) Pinjaman Bank:

29— x 100% = 17,06 %170

3) Pinjaman Rentenir:

46— x 100% = 27,06 %170

4) Pinjaman Lain-lain:

17— x 100% = 10 %170

5) Total Modal Pinjaman:

92— x 100% = 54,12 %170

31

Page 32: Research Method Final Assignment

6) Kombinasi Modal Pribadi dan Modal Pinjaman:

41— x 100% = 24,12 %170

Persentase Tingkat Pendapatan Para Petani Sayuran di Desa Rurukan (per Bulan):

1) Kurang Lebih sama dengan 2 Juta Rupiah:

78— x 100% = 45,88 %170

2) 2,5 – 5 Juta Rupiah:

55— x 100% = 32,35 %170

3) Lebih dari 5 Juta Rupiah:

37— x 100% = 21,76 %170

32