resensi roman salah asuhan
DESCRIPTION
untuk dibacaumumTRANSCRIPT
TUGAS BAHASA INDONESIA
RESENSI ROMAN SALAH ASUHANKarya Abdoel Moeis
Disusun Oleh :
NAMA : Muhammad Aries SetyawanNo : 20Kelas : XI IPA 1
SMA NEGERI 1 KLATENTahun Pelajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial-politik-kultural. Novel Salah Asuhan (1928) karya Abdoel Moeis, juga kelahirannya tak dapat dilepaskan dari faktor-faktor tersebut. Itulah sebabnya, usaha mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dibalik teks Salah Asuhan, penting artinya untuk menangkap amanat pengarangnya yang juga berkaitan erat dengan situasi sosial dan semangat zamannya. Pada Februari 1928, naskah Salah Asuhan dikirimkan ke Balai Pustaka. Sebelumnya novel itu pernah dimuat di harian De Express sebagai cerita bersambung. Balai Pustaka yang menerima naskah itu, tidak segera menerbitkannya, bahkan bermaksud menolaknya. Menurut kriteria Balai Pustaka. Salah Asuhan menampilkan tokoh wanita Belanda (Corrie) yang justru dapat menimbulkan citra buruk bangsa Belanda (Barat) secara keseluruhan.Pertimbangan K St Pamuntjak, salah seorang redaktur Balai Pustaka kala itu. Dari mula sampai akhir perhatian pembaca terikat olehnya. “Ia mempunyai nilai didikan besar bagi orang pribumi yang menganggap diri mereka orang-orang Eropa hanya karena dapat bicara Hollands dan adalah suatu pedoman bagi orang-orang tua pribumi dalam memberikan didikan kepada anak-anak mereka.” Begitulah dalam banyak hal Salah Asuhan condong mengangkat persoalan ketidakadilan bangsa penjajah. Hanafi laksana simbol seorang bumiputera yang lupa akan kewajibannya terhadap bangsanya sendiri.
Jelas kiranya bahwa kasus Hanafi — Corrie lebih merupakan sebuah binkai untuk menutupi kecamannya terhadap bangsa penjajah. Bangsa Timur memang memerlukan pendidikan Barat, tetapi tidak berarti bahwa semuanya harus dibaratkan.Itulah yang tampaknya menjadi sikap Abdoel Moeis dalam memandang persoalan Timur — Barat. Dunia Barat tetap dipandang penting dalam hubungannya dengan dunia pendidikan waktu itu. Akan tetapi, kemajuan yang telah diperoleh dari dunia Barat, hendaknya jangan sampai melupakan tradisi dan akar budaya tanah tumpah darah sendiri. Malahan, lewat kemajuan yang telah dicapai di dunia Barat itulah, keadaan dunia pendidikan bangsa Timur (Indonesia) justru harus lebih ditingkatkan. Persoalan itulah yang sesungguhnya menjadi amanat novel Salah Asuhan.
Bab IIIDENTITAS
I. Resensi roman salah asuhan
Data buku
1. Judul : SALAH ASUHAN
2. Pengarang. : Abdoel Moeis
. 3. Penerbit. : PT Balai Pustaka (Persero
4. tahun buku : 2009
5. Jumlah Halaman. : 262 Halaman.
6. Tebal Buku. : 1,3 Cm.
7. Harga buku : Rp 20.000,00
8. Berat Buku : 0.35 kg
9. Jenis Cover : Soft Cover
10 Dimensi (LxP) : 15 x 21 cm
Sinopsis Novel Salah Asuhan
Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan
kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil
Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya.
Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat
disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan
Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun
meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk
menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu
Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya.
Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah
Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena
cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah
juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya
diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada
apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah
dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di
Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie
dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun
sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan
Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie
dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi
dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat
menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja.
Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum
sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia
Keunggulan dan Kelemahan.
1. Keunggulan Novel “Salah Asuhan”.
a. Novel ini menceritakan peraturan adat istiadat yang membuat kita sadar akan
pentingnya hal tersebut.
b. Menceritakan kelakuan seorang anak terhadap Orangtuanya yang selalu kasar, hingga
pada akhirnya anak itu akan sadar.itu membuat kita menjadi belajar untuk tidak
melawan orang tua kita ,kerena apa yang diberikan orang tua kita biasa itu yang
terbaik buat hidup kita.
c. Novel ini menceritakan juga tetang seorang istri yang sabar menghadapi suami nya
dimana dia tahu bahwa suami nya tidak mencintai dirinya karena pernikahan yang
diatur orang tua.disini kita belajar menjadi istri yang tetap mencintai suami nya walau
ini menyakitkan untuk kita tapi kita harus berfikir dua kali untuk melakukan suatu
tindakan .
2. Kelemahan Novel “Salah Asuhan”.
a. Terlalu banyak bahasa yang mengandung pengertian dari bahasa lain seperti bahasa
belanda.
b. Sangat sulit untuk di simak, ini karena bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa
belanda.
c. Novel ini membuat seseorang membaca menjadi bosan .dikarenakan cerita terlalu
menjelasakan perjalanan mereka secara mendetail demana itu menbuat orang jenuh
karena hal tersebut membuang waktu untuk membacanya.
II.Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat
istiadat yang menyebabkan cinta sulit bersatu. .
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang
menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya. kedua bagian plot itu tidak akan dibahas
dalam seksi ini:
a. perkenalan
Perkenalan dalam Salah Asuhan terjadi pada ketiga bab pertama. Dalam
bab pertama Hanafi dan Corrie diperkenalkan, kemudian pada bab kedua Tuan Du
Busée diperkenalkan. Dalam bab ketiga Mariam diperkenalkan. Pada bab ketiga
tokoh utama terakhir dibicarakan, tetapi dia baru diperkenalkan pada bab delapan.
b. Timbulnya Konflik
Konflik utama Salah Asuhan, yaitu ketidakcocokan Hanafi dengan
adat setempat, ditandai dalam bab satu. Konflik ini mulai benar-benar jelas pada bab
tiga ketika Hanafi berbicara dengan Mariam; rasa bencinya terhadap
bangsaMinangkabau kelihatan jelas. Walaupun ibunya sedih akan perbuatan anaknya,
dia hanya bisa terima. Akibatnya, konflik tidak bisa cepat selesai.
c. Peningkatan konflik
Konflik meningkat selama berbab-bab, tetapi ada pula yang cepat
dipecahkan. Konflik utama dikembangkan dengan kuat pada bab tiga, tujuh, delapan,
dan sembilan. Kebencian Hanafi atas semua kebudayaan Minangkabau dicerminkan
jelas dalam gaya pembicaraannya dengan Mariam dalam bab tiga. Dalam bab
delapan, digambarkan bagaimana Hanafi suruh orang-orang yang menyiapkan
pernikahannya untuk menggunakan cara Barat.
3. Tokoh
1) Hanafi , wataknya keras kepala, kasar
a) keras kapala
“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-
cita baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)
b) kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara
bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
2) Corrine, wataknya baik, mudah bergaul
a) baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman
164, paragraf 8)
b) mudah bergaul
“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa, “buat
dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7, paragraf 2)
3) Rapiah, wataknya sabar, baik
a) sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam
dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan
beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya,
sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang.” (halaman
83, paragraf 4)
b) baik
“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak
adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik
a) sabar
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu
dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)
b) baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah!
Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119, paragraf 4)
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)
6) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh
kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu menceritakan apa
yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko
yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)
7) Syafei, wataknya berani
“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.”
(halaman 196, paragraf 8)
8) Nyonya Brom.,watak nya baik,sopan
a. Baik
“Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!”. ( halaman 6)
b. Sopan.
“Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!” kata nyonya Brom dari jauh sambil
tertawa dan mengacu-acukan raketnya kepada anak muda itu. (halaman 6)
9) Tuan Brom.,watak nya puitis,baik
a. Puitis.
Sepadan benar dengan Corrie perbandingan nyonya dengan merpati
itu. (halaman 6).
b. Baik.
Karena kelihatan olehnya Tuan dan Nyonya Brom, administrator
Afdelingsbank, bersama-sama datang menuju ke tempat bermain tenis
itu. (halaman 6)
4. Latar/setting
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
Lapangan tennis.
“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya,
masih sunyi” (hal.1, paragraf 1)
Minangkabau
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi
sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan
tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.” (halaman 23, paragraf 3)
“Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di
Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23, paragraf 4)
Betawi
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman
103, Paragraf 2)
Semarang
“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan bukan
buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah berangkat. Seketika
itu ia berkata hendak menurutkan keSemarang.” (halaman 186, paragraf 8)
Surabaya
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama
Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)
Kota Solok
“Aku tahu buat diriku sendiri, meskipun esok atau lusa di kota solok ini sudah lazim
berjalan berkeliaran memakai baju renang”(halaman 3,paragraf 12)
Tanah pulau sumatera
“Tetapi dalam pergaulan Bangsamu, apabila di tanah Sumatera ini,
lain keadaannya”.(halaman 3)
Di muka tangga rumah
“Demikian pulalah terjadi pada hari itu. Hanafi berjabatan tangan dengan Carrie di
muka tangga rumah Tuan du Bussee”.(halaman 8)
.Kebun
“Lima hari lagi engkau akan mendiami kota ini, setiap hari kita duduk bersama- sama
di dalam kebun saja-apakah salah nya bergaya sekali ini di beranda muka rumahku?
Dan aku tidak tinggal membujang melainkan beserta ibuku”.(halaman 8)
Jalan Besar
“Janganlah lupa, kita ada di jalan besar, dan belum sampai ke sana Tuan!”.(halaman
8 )
Hutan Belukar.
“Meskipun umurnya sudah enam puluh tahun, tapi tidak ada hutan belukar yang tidak
dimasuki, tak ada gunung tinggi yang tidak terdaki”. (halaman 9)
Pelabuhan teluk bayur .
“itulah sebabnya kama berumur enam belas tahun ,barulah corie dengan ayahnya
bercerai di pelabuahan teluk bayur, buat berlayar.”(halaman10)
Sekolah Mulo .
“Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pulalah hati ayahnya antara dia
mengirimkan dia ke padangKesekolah Mulo atau Betawi ke HBS”.(halaman 10)
Sekolah HBS.
“Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pulalah hati ayahnya antara dia
mengirimkan dia ke padangKesekolah Mulo atau Betawi ke HBS”.(halaman 10)
Sungai Ciliwung.
“Bagi anak muda yang hendak menghayutkan diri ke sungai ciliwung, jangan lupa
menutup kepalamu dengan topi mandi”.(halaman 11)
Jalan Gunung Sari
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!”(halaman
103)
5. Diksi
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena
banyak terdapat bahasa Belanda dan bahasa melayu yang sukar untuk dimengerti .
6. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :
1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari
bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah
adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita.
2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh
pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.
7 . Ending atu akhir cerita
“Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit
Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan
sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang kembali ke kampung
halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan
hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat
(racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.”
8. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu
menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.
9. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk
diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat bahasa
Belanda. Pada novel ini juga terdapat :
a). Peribahasa
“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku
itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25,paragraf 3)
b) Majas perbandingan (perumpamaan)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna
sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)
III Analisis Unsur Ekstrinsik
a. Latar belakang penciptaan karya sastra
Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut
pandang orang ketiga.
b. Sejarah dan latar belakang pengarang
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli – wafat di
Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan
wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran,
sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia
juga pernah menjadi anggota VolksraaSetelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah
rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai
selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.
Abdoel Moeis lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli wafat di
Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun.
Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi danlam roman Salah Asuhan, Abdoel Moeis
mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan dan daratan. Dalam
roman tersebut soal adat masih disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali.
Beberapa karyanya berupa roman adalah Surapati, Robert anak Surapati dan Pertemuan
Jodoh.
.
c. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan.
Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial masyarakat
pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat istiadatnya.
d. Nilai moral
Sedang pekerjaan yang disangka tidak menggangu kesenangan orang lain itu pun
boleh jadi akan melanggar kesopanan.
Ditanah Arab perempuan menutup badan sampai ke muka-muka.
Nilai adapt istiadat
Adat istiadat pada saat itu tidak memperbolehkan seorang waita atau pria
yang berbeda bangasa bersatu dalam cinta atu saling mencintai.dan hormati orang
tua kita karena apa yang dikehendaki nya akn berbuah manis pada kita .
Nilai pendidikan
Kepindahan corrie ke semarang untuk meneruskan pendidikan nya disana
memotivasi anak bangsa untuk terus belajar merai ilmu dan prestasi
Nilai sejarah
Diskriminasi kelas sosial di cerita ini sangat terlihat. Contohnya perbedaan
terhadap bangsa pribumi dan Eropa. Di kalangan pribumi pun terjadi diskriminasi
terhadap masyarakatnya sendiri. Di zaman ini ada golongan orang yang disebut
”bujang”. Yaitu pembantu yang mengabdikan seumur hidupnya kepada sang
majikan. Ini mirip dengan perbudakan yang terjadi di zaman feodal. ”Bujang”
yang terdapat dalam Salah Asuhan adalah Simin, bujangnya keluarga du Bussee,
dan Buyung, bujangnya keluarga Hanafi.
Nilai sastra dari segi linguisticBahasa resmi sewaktu penjajahan Belanda adalah bahasa Belanda. Jadi
tidaklah aneh dipakai bahasa-bahasa Belanda dalam percakapan sehari-hari. Contohnya:“Perkawinan di negeri kita ialahbandelstransacties belaka dan akan mengganggu moral segala orang yang sudah mempelajariWestersche beschaving.” (halaman 32 paragraf 4)”
“Dag Corrie, bersuka-sukalah anakku!” (hal. 42 par. 8)”“Hingga ini ke atas, sebelum aku bersuami, namaku ialah Juffrouw du
Bussee, kalau sudah kawin Mevrouwini atau itu.” (hal.57 par. 5)”
V. Relevansi dengan zaman sekarang.
Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan
seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak
yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh
ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya
sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.
BAB III
PENUTUP
kesimpulanKehidupan sosial yang tergambarkan dalam novel Salah Asuhan adalah
kehidupan pribumi pada masa penjajahan Belanda. Sisi kehidupan pribumi yang diambil adalah ketika seorang pribumi melewati ”garis kepribumiannya” dan berusaha menjadi sejajar dengan bangsa Eropa. Yang terjadi pada kehidupan sosial pribumi yang seperti itu –seperti yang dialami oleh Hanafi—adalah pengucilan dari kedua belah pihak. Baik dari pribumi sendiri yang memang dihindari oleh Hanafi, maupun dari pihak bangsa Eropa sendiri yang memang memandang pribumi rendah. Apalagi jika pribumi itu berusaha ”meniru-niru” atau menjadikan diri mereka sejajar. Hal itu dianggap kesombongan oleh bangsa Eropa.
Bangsa Eropa dan pribumi digambarkan dalam Salah Asuhan dapat berteman bahkan menjalin hubungan cinta. Tetapi seperti yang dialami Hanafi, pertemanan dengan bangsa Eropa itu tidak semurni dengan darah dan daging sendiri. Kawin campur antara bangsa Eropa dan pribumi pun mendapatkan tentangan dari kedua belah pihak.
Namun,kehidupan sosial yang ditampilkan dalam Salah Asuhan memiliki
perbedaan dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini. Sekarang ini tidak
lagi ada diskriminasi kelas terhadap pribumi. Perkawinan campur antar bangsa pun
bukanlah lagi hal yang bersifat tabu.Oleh karena kemampuan dan keberanian Abdoel Moeis itu Salah Asuhan patut
dibaca berkali-kali dan diartikan sebagai perjuangan rahasia bangsa Indonesia. Apalagi, pesan dalam novel ini agar tidak berubah menjadi yang bukan-bukan sangat penting kala kini karena globalisasi dan kehilangan kebudayaan tradisional
saranDalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan
seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak
yang durhaka pada ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang
melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga
bersikap demikian yang masih melawan orang tua nya.
Daftar pustaka
Moeis, Abdoel. 2009. Salah Asuhan. Catatan ketiga puluh sembilan. Jakarta: BalaiPustaka.