resiliensi masyarakat yang bermukim di daerah …
TRANSCRIPT
RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH
RAWAN BANJIR
SKRIPSI
Oleh :
Aris Dian Rahmadi
201510230311192
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH RAWAN BANJIR
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai
Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Aris Dian Rahmadi
NIM : 201510230311192
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. iv
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
RESILIENSI ............................................................................................................. 4
Aspek-aspek resiliensi ........................................................................................... 4
Faktor- faktor yang mempengaruhi resiliensi ......................................................... 5
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 6
Rancangan Penelitian ............................................................................................ 6
Subjek Penelitian ................................................................................................... 6
Variabel dan instrumen penelitian ......................................................................... 6
Prosedur penelitian dan analisa data ...................................................................... 6
HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 8
DISKUSI ................................................................................................................... 10
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................................. 11
REFERENSI ............................................................................................................. 12
LAMPIRAN .............................................................................................................. 14
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Subjek ........................................................................................... 8
Tabel 2. Resiliensi Warga RW 05 ............................................................................... 8
Tabel 3. Resiliensi Berdasarkan Demografi ................................................................ 9
Tabel 4. Analisa Resiliensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ................................ 9
iv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................... 15
LAMPIRAN 2. BLUE PRINT SKALA ...................................................................... 16
LAMPIRAN 3. OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS .......................... 16
LAMPIRAN 4. HASIL ANALISA DATA ................................................................ 17
LAMPIRAN 5. INPUT DATA .................................................................................. 19
LAMPIRAN 6. VERIFIKASI DATA DAN UJI PLAGIASI ....................................... 25
1
RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH
RAWAN BANJIR
Aris Dian Rahmadi
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Perkotaan adalah lingkungan padat penduduk dan rawan terjadi banjir. Salah satu daerah yang
rawan banjir adalah Dusun Glintung RW. 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota
Malang. Masyarakat yang hidup dilingkungan rawan banjir memerlukan resiliensi agar merasa
nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui gambaran resiliensi pada
masyarakat kampung Glintung. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.
Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 220 responden. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Skala yang digunakan adalah skala hasil adaptasi Connor Davidson
Resilience Scale (CD-RISC) dengan 10 item. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa deskriptif untuk mengetahui resiliensi masyarakat yang bermukim
di daerah rawan banjir. Hasil penelitian menunjukkan resiliensi warga yang tinggi sebesar
69,5%. Warga yang memiliki resiliensi rendah sebesar 30,5%. Artinya, masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir cenderung memiliki resiliensi tinggi.
Kata kunci : Masyarakat terdampak banjir, Resiliensi
Municipal is a densely populated environment and prone to floods. One of the flood-prone
areas is RW 5 Gintung Village Purwantoro Sub-District Blimbing District Malang City.
Communities living in flood-prone areas employ resiliency to improve their comfort. The
purpose of this study was to determine the description of resilience in the Glintung village
community. The study method was descriptive quantitative. The study subjects amounted to 220
respondents. The sampling technique used was purposive sampling. The scale utilized was the
scale adapted from the Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) of 10 items. The data
analysis technique used in the study was a descriptive analysis to discover the resiliency of
communities living in flood-prone areas. The study results show a community with a high
resiliency of 69.5%. There was a community with a low resiliency of 30.5%. This means that
people living in flood-prone areas tend to have high resilience.
Keywords : Flood-affected communities, Resiliency
2
Manusia dan lingkungan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Hubungan antara kedua hal
ini sangat erat dan sulit untuk dipisahkan. Berbagai masalah yang terjadi di lingkungan pasti
akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup manusia, begitupun sebaliknya. Manusia
sering mencari tempat demi keberlangsungan hidup atau menciptakanya sehingga menjadi
nyaman. Menurut Iskandar (2013), mencari lingkungan yang cocok bagi keberlangsungan
hidup ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yaitu, sosial, ekonomi, budaya,
ekosistem sekitar. Lingkungan masyarakat yang beragam dan dinamis mangakibatkan
timbulnya berbagai tantangan. Masalah lingkungan adalah salah satunya. Kondisi alam yang
berubah-ubah, eksploitasi alam yang berlebihan mebuat ekosistem tidak stabil. Sehingga
mengakibatkan berbagai masalah di lingkungan seperti gejala alam atau bahkan bencana alam
(Nurjanah, 2011). Gejala alam yang sering di temui pada daerah perkotaan adalah banjir. Banjir
merupakan masalah yang serius yang diakibatkan oleh debit air berlebihan di sumber air, jalur
air, atau bahkan resapan air. Resiko terjadinya banjir kebanyakan diakibatkan oleh curah hujan
yang lebat, suhu yang berubah-ubah, tempat mengalirnya air yang terhambat, bendungan yang
tak mampu lagi menampung air.
Lingkungan perkotaan adalah lingkungan yang rawan terkena banjir. Hal ini dikarenakan di
perkotaan terdapat sedikit lahan yang bisa dijadikan resapan air. Kebiasaan membuang sampah
pada sungai. Serta tatanan kota yang kurang tertata juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi. Penanganan banjir yang kompleks membutuhkan strategi yang melibatkan
berbagai elemen masyarakat. Banjir yang melanda suatu daerah dalam kurun waktu kurang dari
5 jam paska hujan turun disebut dengan banjir kilat (Nurjanah, 2011). Jika tanah
tanggul/bendungan sungai tidak kuat menahan air maka bantaran akan terkikis perlahan.
Pemukiman warga yang padat menyebabkan tertutupnya lahan, erosi dan sedimentasi
diberbagai kawasan perkotaan. Luapan sungai berbeda dengan banjir kilat. Meluapnya air
sungai biasanya terjadi musiman atau tahunan dan berlangsung selama berhari-hari.
Penebabnya adalah hilangnya tempat resapan air, hutan yang gundul. Banjir disepanjang sistem
dan anak-anak sungai, mampu membuat banjir wilayah luas dan mendorong luapan air dari
dataran rendah hingga membuat banjir meluap selain dari sungai-sungai induk yang biasa
disebut ”banjir kiriman”. Besar atau kecilnya banjr dipengaruhi beberap faktor diantaranya
kondisi tanah, vegetasi, suhu lingkungan, kepadatan bangunan serta minimnya daerah resapan
air atau alih fungsi lahan (Asdak, 2004)
Dalam permasalahan publik, data sejarah suatu daerah rawan harus selalu ada, dipelajari dan
upgrade terus menerus. Menurut Kodoati dan Sugiyanto (2002) penduduk yang beresiko
terkena banjir, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Analisis intensitas banjir, 2)
Topografi, 3) Pemetaan luas wilayah sungai (kontur sekitar sungai) kapasitas sungai untuk
menampung air, 4) Kemampuan serap tanah, 5) Pasang surut gelombang laut (kawasan
pantai/pesisir), 6) Kekerapan badai, 7) Geografi pesisir/pantai, dan 8). Kualitas air yang kurang
bagus sering di keluhkan oleh warga yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir. Hal ini
terjadi karena siklus hidrologi yang tidak bisa berjalan baik.
Kota Malang adalah salah satu kota yang memiliki banyak titik rawan banjir. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merilis peta kebencanaan banjir Kota Malang yang
dibagi lima, sesuai dengan kecamatanya. Kecamatan Belimbing terdapat di daerah Kesatrian,
Bunulrejo, Purwantoro, Pandanwangi, Belimbing, Purwodadi. Kecamatan Lowokwaru berada
pada jalan Ikan Lodan, jalan Soekarno-Hatta, jalan Borobudur, jalan Tata Surya. Kecamatan
Sukun berada pada Kelurahan Gadang, Sukun, dan Krang Besuki. Kecamatan Klojen titik
rawan banjir terdapat di Kelurahan Kasin. Kecamatan Kedungkandang yang menjadi daerah
rawan banjir adalah Lesanpuro, Madyopuro, Kedungkandang, Tlogowaru, Mergosono.
3
Salah satu daerah adalah RT 3 RW 5 kelurahan Purwantoro Kecamatan Belimbing adalah
daerah langganan banjir. Banjir terjadi dikarenakan posisi kampungnya berada sejajar aliran air
sungai. Ketika hujan melanda Malang atau Batu maka RT 3 RW 5 kelurahan Purwantoro bisa
dipastikan banjir. Hal ini pun juga menjadi tugas bagi dinas PU (Pekerjaan Umum) dalam
menangani masalah ini namun belum ada menemukan solusi yang bisa menghilangkan banjir
sepenuhnya. Adapun penanganan yang telah dilakukan meliputi pembangunan biopori,
pembuatan sumur penampungan air. Namun itu tidak menghilangkan banjir secara total hanya
mengurangi sedikit debit air yang menggenangi kampung. Hal ini terjadi dikarenakan
pembangunan kampung yang terlalu dekat dengan sungai dan juga tidak tersedianya tempat
resapan air yang memadai. Rumah penduduk yang terlalu padat juga menjadi salah satu faktor
penyebab banjir. Intensitas banjir yang tinggi membuat warga harus siap dengan kemungkinan
yang akan terjadi. Dibutuhkan persiapan yang matang dari segi psikologis dan materil.
Peristiwa traumatik yang kerap terjadi adalah gejala alam yang terus menghantui warga.
Ketahanan terhadap situasi yang buruk dan juga selalu memiiki psikologi yang positif. Banjir
dengan intenitas tinggi membuat warga sering merasakan khawatir dengan keadaan barang dan
juga susah untuk beraktifitas. Banyak warga yang beranggapan ini adalah sepenuhnya
kesalahan dari pemerintah yang tidak bisa menanggulangi masalah ini. Dalam seminggu
minimal 2 kali terjadi banjir, hujan yang terjadi lebih dari 30 menit bisa dipastikan akan terjadi
banjir.
Menurut Norris (2007) resiliensi adalah sebuah proses adaptasi setelah stres, gangguan, atau
kemalangan. Masyarakat yang memiliki resiliensi bisa dilihat dari 4 faktor utama yaitu : 1)
Perkembangan ekonomi yang berjalan stabil dengan ekuitas distribusi yang tidak terganggu dan
dapat mengurangi kesenjangan ekonomi. 2) Lingkungan Sosial yang saling mendukung agar
terciptanya relasi yang dekat secara emosional antar individu maupun kelompok. 3) Informasi
bersumber dari media terpercaya. Komunikasi antar sesama dilandasi oleh rasa percaya. 4)
kompetensi masyarakat yang berorientasi kolektif & kolegial dalam memecahkan masalah serta
pengambilan keputusan.
Menurut Mc.Cubbin (2001) resiliensi memiliki dua faktor yang dapat mempengaruhi indvidu
diantaranya, Internal protective factor adalah faktor yang bersumber dari individu meliputi
regulasi emosi, efikasi diri, mengatasi permasalahan, harga diri dan optimis, External protective
factor adalah faktor yang berasal dari luar meliputi dukungan sosial dan dukungan keluarga.
Kedua faktor tersebut yang akan mempengaruhi individu dalam pembentukan resiliensi.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang tahun tahun 2018.
Jalan S. Parman I RW 05 kelurahan Purwantoro termasuk ke zona merah daerah banjir. Banjir
rawan terjadi dikarenakan permukaan sungai sejajar dengan dataran pemukiman warga. Sungai
yang berada di kawasan RW 05 adalah sungai yang berasal dari sungai brantas. Anak sungai
brantas tersebut aliranya berasal dari Kota Batu. Jika Kota Batu mengalami hujan maka bisa
dipastikan kawasan RW 05 mengalami banjir. RT 03 & RT 02 adalah kawasan yang paling
sering terkena banjir karena posisinya berada disamping. Penanganan yang dilakukan harus
cepat dan tanggap. Bila terjadi banjir akan dikomunikasikan melalui HT (Handy Talky), dan
seluruh lapisan masyarakat yang berada disana harus ikut berpartisipasi. Evakuasi warga yang
paling utama dan dilanjutkan dengan evakuasi barang. Proses menyurutkan air dengan cara
disedot menggunakan mesin diessel. Penanganan hingga air surut minimal memakan waktu 2
jam, tergantung dengan volume air yang menggenang. Warga disana saling bergotong royong
saat terjadi bencana banjir, meskipun itu terjadi pada malam hari. Air yang menggenang
setinggi 10-30 cm warga masih beraktifitas seperti biasanya. Jika air sudah melebihi 50 cm
banyak warga yang susah untuk beraktifitas. Untuk kebijakan yang akan diambil oleh
4
pemerintah adalah dengan memperdalam sungai disekitaran kampung. Namun kebijakan itu
akan dilaksanakan di tahun 2022.
Kejadian bencana alam dapat membuat dampak yang signifikan baik fisik, psikologi, maupun
sosial. Akibat besarnya dampak yang ditimbulkan, diperlukan upaya secara menyeluruh untuk
penanggulangan bencana baik fisik, psikis, maupun sosial. Oleh karena itu perlu sekali untuk
mengembangkan masyarakat yang memiliki kemampuan mengorganisasi, belajar dan
beradaptasi dalam menghadapi bencana. Menurut Ehreinreich (dalam Puteri 2018), terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan seseorang terhadap bencana, yaitu semakin tinggi
tingkat keparahan bencana dan tingkat kengerian pengalaman yang dialami, maka akan
semakin besar juga efek psikologi yang akan dirasakan oleh seseorang. Resiliensi merupakan
salah satu konsep psikologi yang menjelaskan tentang kemampuan tersebut.
Bagi warga yang mengalami bencana, resiliensi sangatlah penting. Bencana yang ekstrem
dapat membuat seseorang merasa depresi, cemas, stres, dan somatisasi. Individu yang
memiliki resiliensi akan bisa berfikir secara jernih untuk bisa bertahan dilingkungan tersebut,
sehingga dapat mengolah kognitif serta afektif secara positif terhadap hal yang
dihadapinya. Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi,
mengatasi masalah, bertahan dari musibah dalam kondisi fungsional meneurut Plump (dalam
Poegoeh 2016).
Berdasarkan penelitian Gowan, Sloan (2014) mengungkapkan bahwa resiliensi dan
pengalaman seseorang terhadap bencana sangat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan
ketika bencana itu datang berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya. Hal ini perlu
ditinjau kembali untuk dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kesiapsiagaan warga
terhadap bencana kedepannya.
Menurut paparan diatas dapat diketahui bahwa individu ingin memiliki tempat tinggal di
lingkungan yang nyaman. Warga yang tinggal di daerah rawan banjir perlu memiliki resiliensi.
Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui gambaran resiliensi pada
masyarakat yang tinggal di Glintung. Manfaat dalam penelitian ini adalah dapat menjadi
tambahan informasi psikologi sosial serta dapat menjadi acuan untuk mengambil tindakan
untuk menyikapi adanya bencana banjir yang berdampak pada resiliensi setiap individu.
Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan individu dalam merespon keadaan sulit secara sehat dan mampu
tetap produktif walaupun pada kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. (Reivich & Shatte,
2002) Selain itu (Cannor & Davidson, 2003) mendefinisikan resiliensi adalah sebuah
kemampuan personal seseorang yang dapat berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam
hidup. Definisi lain oleh (Mc.Cubbin, 2001) resiliensi adalah konstruk psikologi yang
dikemukakan oleh para ahli behavioral agar mengetaui, mendifinisikan, dan mengukur
kapasistas individu bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan (adverse condition)
dan mengetahui individu kembali pulih (recovery) dari kondisi tekanan.
Aspek-Aspek Resiliensi
Cannor & Davidson (2003) menjelaskan lima aspek dari resiliesi adalah
1) Kompetensi personal, kepercayaan, standar yang tinggi dan keuletan yang akan
mendukung individu untuk terus maju terhadap tujuan disaat mengalami tekanan.
2) Toleransi terhadap efek negatif, serta kuat menghadapi stres, berkaitan dengan
ketenangan dan coping terhadap stress.
5
3) Menerima perubahan secara positif dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain.
4) Pengendalian diri berfokus pada kontrol mecapai tujuan serta berkemampuan
mendapatkan dukungan sosial.
5) Pengaruh spriritual ialah kepercayaan individu terhadap Tuhan dan nasib.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi
Menurut Ahern (dalam Kawitri 2019), faktor yang mempengaruhi resiliensi dibagi menjadi dua
yaitu, faktor pendukung dan faktor resiko. Faktor pendukung ialah individual, keluarga,
komunitas dan budaya. Faktor resiko adalah kejadian katastropik (perceraian, kematian
keluarga, dan bencana alam), kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung, hidup
dilingkungan yang rawan terjadi kekerasan, dan peningkatan dari beberapa risiko. Menurut
Reivich dan Shatte (dalam Audhina, M 2017), terdapat tujuh kemampuan yang dapat
membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian optmistimisme, empati, causal
analysis, efikasi diri, dan reaching out. Pada dasarnya setiap individu mempunyai semua faktor
resilien diatas, tetapi yang membedakan satu individu dengan yang lainnya adalah bagaimana
individu tersebut mempergunakan dan memaksimalkan faktor faktor dalam dirinya sehingga
dapat menjadi kemampuan yang membantu individu untuk mengahadapi kesulitan yang
dialami dan mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan stres dalam masa pemulihan dan dapat
memberikan kemampuan agar bisa bangkit lebih baik dari keadaan sebelumnya.
6
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Azwar
(2018) adalah metode yang menekankan pada data-data kuantitatif (angka) yang dikumpulkan
dalam prosedur pengukuran dan diolah dengan metode analisis statiska. Jenis kuantitatif yang
digunakan berjenis deskriptif. Kuantitatif deskriptif bertujuan menyajikan secara sistematika
dan akurat fakta serta karakteristik tentang populasi atau bidang kajian tertentu. Penelitian ini
juga menggambarkan situasi dan kejadian. Data yang dikumpulkan hanya bersifat deskriptif
sehingga tidak mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari
implikasi (Azwar, 2012). Penggunaan analisa kuantitatif deskriptif agar eksplorasi data secara
kuantitatif pada penelitian dengan satu variabel resiliensi yang dilakukan pada salah satu daerah
rawan banjir di Kota Malang.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah 220 warga yang bermukim daerah yang terdampak banjir dan
aktif dalam kegiatan organisasi sosial di RW 05 Dusun Glintung Kelurahan Purwantoro.
Kawasan RW 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Menurut data
penduduk, Dusun Glintung memiliki 220 orang yang memenuhi kriteria. Kriteria subjek
penelitian yaitu: warga yang berdomisili minimal 2 tahun di RW 5 Dusun Glintung, serta usia
17-40 tahun. Jumlah subjek dari keseluruhan populasi yang berdomisili di daerah tersebut lebih
dari 2 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu Resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan
individu dalam merespon keadaan sulit secara sehat dan mampu tetap produktif walaupun pada
kondisi yang dapat memicu terjadinya stress. Skala yang digunakan adalah skala hasil adaptasi
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Connor Davidson (2016) CD-RISC dengan 10
item reliabilitas skala CD-RISC sebesar 0.79 dan indeks validitas 0.446-0.822. Penelitian
Berdasarkan pada lima aspek yang terdiri dari kompetensi personal, toleransi terhadap
kompetensi negatif, menerima perubahan secara positif, pengendalian diri dan pengaruh
spiritual. Skala tersebut terdiri dari 10 item dan merupakan skala likert dengan menggunakan
format 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Sesuai. Terdapat dua macam pertanyaan dalam skala tersebut, yaitu
mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Penilaian untuk jawaban yang
tergolong kedalam katagori favorable, subjek memperoleh skor 1 jika menjawab sangat tidak
sesuai (STS), skor 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), skor 3 jika menjawab netral (N), skor 4
menjawab sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Sebaliknya, untuk kategori unfavorable subjek
memperoleh skor 5 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), skor 4 jika menjawab tidak sesuai
(TS), skor 3 jika menjawab netral (N), skor 2 menjawab sesuai (S), dan skor 1jika menjawab
Sangat Sesuai (SS).
Prosedur Penelitian dan Analisa Data
Penelitian yang akan dilakukan mempunyai tiga prosedur utama yaitu; (1) persiapan, pada tahap
ini peneliti membuat judul berdasarkan dari fenomena yang terjadi di lapangan. Kemudian
peneliti mengonsultasikan judul tersebut kepada dosen pembimbing. Setelah judul disetujui
oleh dosen pembimbing, peneliti kemudian membuat rumusan masalah dan teori yang akan
digunakan. Selanjutnya peneliti menentukan instrumen yang sejalan dengan teori, serta
menentukan populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel serta teknik pengumpulan data.
7
Langkah berikutnya peneliti mengajukan persetujuan kepada dosen pembimbing mengenai alat
ukur yang akan digunakan. Setelah alat ukur disetujui, peneliti akan mengambil data secara
langsung di lapangan. (2) pelaksanaan, pada tahap ini peneliti akan menyebarkan skala kepada
warga yang bermukim di daerah rawan banjir. Alat ukur mulai disebarkan pada tanggal 26
januari 2020 sampai dengan tanggal 16 Februari 2020. Alat ukur disebarkan kepada subjek
yang ditemui oleh peneliti dan mengacu kepada karakteristik sampel yang telah ditentukan. (3)
terakhir, pada tahap analisa peneliti akan menganalisa hasil yang telah didapatkan dari
penyebaran skala, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
deskriptif serta tabulasi silang menggunakan aplikasi statistik SPSS 23.0 yang bertujuan untuk
mengetahui frekuensi subjek sesuai dengan demografi dan skala penelitian serta untuk
menggambarkan resiliensi yang dimiliki oleh subjek penelitian.
8
HASIL PENELITIAN
Subjek adalah warga RW 05 Kelurahan Purwantoro yang bermukim pada daerah rawan banjir
lebih dari 2 tahun dengan usia 17 sampai 40 tahun. Total subjek dalam penelitian ini berjumlah
220 orang. Berikut adalah gambaran umum subjek penelitian. Seperti jenis kelamin & usia.
Tabel 1. Deskripsi Subjek
Kategori Frekuensi (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 106 48.8%
Perempuan 114 51.2%
Usia
17-29 Tahun 123 55.9%
30-40 Tahun 97 44.1%
Berdasarkan Tabel 1, deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin laki-laki 48.8% dan
perempuan 51.2%. Bila dilihat berdasarkan usia subjek dengan rentang usia 17-29 yaitu 55.9%
serta 30-40 tahun sebesar 44.1%.
Tabel 2. Resiliensi Warga RW 05
Kategori Frekuensi (%)
Keseluruhan
Warga 05
Tinggi 153 69.5%
Rendah 67 30.5%
Jumlah 220 100%
Pada tabel 2 di ketahui bahwa tingkat resiliensi warga RW 05 yang di teliti memiliki tingkat
resiliensi yang rendah dengan persentase 30.5% dan pada data diatas warga RW 05 juga bisa
dilihat bahwa tingkat resiliensi yang tinggi dengan persentase 69.5%.
9
Tabel 3. Resiliensi Berdasarkan Demografi
Kategori Resiliensi
Tinggi % Rendah %
Jenis kelamin
Laki-laki 76 71.7% 30 28.3%
Perempuan 77 67.5% 37 32.5%
Usia
17-29 Tahun 80 65.0% 43 35.0%
30-40 Tahun 73 75.3% 24 24.7%
Berdasarkan table 3, pada kategori jenis kelamin perempuan memiliki tingkat resiliensi yang
cenderung rendah dengan persentase 67.5%, hal ini bertolak belakang dengan tingkat resiliensi
pada laki-laki yang cenderung tinggi dengan persentase 71.7%. Pada kategori usia di ketahui
bahwa warga yang berumur 17-30 tahun cenderung memiliki resiliensi yang rendah dengan
persentase 65.0% hal sama juga terjadi di warga yang berumur 30-40 tahun dengan persentase
75.3% yang cendrung memiliki resiliensi tinggi.
Tabel 4. Analisa Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Resiliensi
Mean
Jenis Kelamin
Laki-laki 41.0943
Perempuan 40.8684
Usia
17-29 Tahun 40.4553
30-40 Tahun 41.6392
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa dari data nilai mean terlihat perbedaan nilai antara
warga yang berusia 17-29 tahun dan 30-40 tahun, dengan nilai mean warga berusia 30-40 tahun
yang lebih tinggi yaitu 41.6392. Selain itu jika melihat dari data mean jenis kelamin maka
terlihat perbedaan nilai antara warga yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan
nilai mean warga berjenis kelamin laki-laki yang lebih tinggi yaitu 41.0943.
10
DISKUSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi pada warga yang aktif di
organisasi social, yang bermukim di daerah rawan banjir yang ditinjau dari usia subjek dan jenis
kelamin. Jika kita melihat hasil mean dari usia maka terlihat perbedaan nilai antara warga yang
berusia 17-29 tahun dan 30-40 tahun, dengan nilai mean warga berusia 30-40 tahun yang lebih
tinggi yaitu 41.6392. Pada penelitian sebelumnya usia tidak ada perbedaan yang terlalu jauh
terhadap resiliensi warga yang bermukim didaerah rawan bencana. Sedangkan jika kita melihat
hasil mean dari jenis kelamin maka terlihat perbedaan nilai antara warga yang berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan, dengan nilai mean warga berjenis kelamin laki-laki yang lebih tinggi
yaitu 41.0943. Penelitian ini menggunakan 220 responden sebagai subjek.
Dari data tersebut dihasilkan, penelitian ini dapat terlihat bahwa tingkat resiliensi warga RW
05 yang di teliti memiliki tingkat resiliensi yang rendah dengan persentase 30.5% dan pada data
diatas warga RW 05 juga bisa dilihat bahwa tingkat resiliensi yang tinggi dengan persentase
69.5%. Individu yang memiliki resiliensi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Dalam
penelitian ini kategori jenis kelamin perempuan memiliki tingkat resiliensi yang cenderung
rendah dengan persentase 67.5%, hal ini bertolak belakang dengan tingkat resiliensi pada laki-
laki yang cenderung tinggi dengan persentase 71.7%. Pada kategori usia di ketahui bahwa
warga yang berumur 17-30 tahun cenderung memiliki resiliensi yang rendah dengan persentase
65.0% hal sama juga terjadi di warga yang berumur 30-40 tahun dengan persentase 75.3% yang
cendrung memiliki resiliensi tinggi. Hasil dari penelitian dari Budi Satria dan Mutia Sari (2017)
dengan jumlah responden 100, yang terdiri dari usia 17-25 tahun sebanyak 5%, usia 26-35 tahun
sebanyak 46%, usia 36-45 tahun sebanyak 20%, usia 46-55 sebanyak 20%, usia 56-65 sebanyak
7%, usia 65 keatas sebanyak 2%. Berdasarkan frekuensi jenis kelamin laki-laki sebanyak 41%
sedangkan perempuan sebanyak 59%. Dari hasil itu adalah yang memiliki resiliensi tinggi
sebesar 63% dan yang resiliensi rendah sebesar 37%.
Bagi warga yang mengalami bencana, resiliensi sangatlah penting. Bencana yang ekstrem dapat
membuat seseorang merasa depresi, cemas, stres, dan somatisasi. Individu yang memiliki
resiliensi akan bisa berfikir secara jernih untuk bisa bertahan dilingkungan tersebut, sehingga
dapat mengolah kognitif serta afektif secara positif terhadap hal yang dihadapinya.
Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi, mengatasi
masalah, bertahan dari musibah dalam kondisi fungsional Plump (dalam Poegoeh 2016).
Berdasarkan penelitian Mahardika (2017) dengan judul resiliensi pada remaja dengan orang tua
bercerai, terdapat dua kelompok subjek yaitu remaja laki-laki dan perempuan. Tingkat resiliensi
remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. Grothberg (1999)
berpendapat, resiliensi seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat usia, perkembangan,
intensitas dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menyenangkan dan seberapa besar
dukungan social yang diperoleh dalam pembentukan resiliensi seseorang.
Kekurangan dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kantor Desa mengenai Kepala
Keluarga (KK) yang berada di RW 05 dan ketika dilapangan orang yang bersangkutan ternyata
sudah tidak menetap di kampung tersebut. Subjek penelitian tidak mencakup seluruh warga
kampung, hanya pada usia 17-40 tahun. Kelebihan dari penelitian ini adalah sebagai referensi
dalam pengembangan kampung kedepanya, sehingga warga yang bermukim dilingkungan
rawan bencana bisa resilien terhadap keadaan.
11
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan dari penelitian ini adalah warga yang bermukim didaerah rawan banjir memiliki
resiliensi yang tinggi. Berdasarkan demografi terdapat perbedaan antara jenis kelamin tetapi
tidak terlalu berbeda jauh yaitu laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, namun dari segi usia
ada perbedaan antara usia 17-29 tahun dan 30-40 tahun. Usia 17-29 tahun memiliki resiliensi
yang lebih rendah dibandingkan usia 30-40 tahun. Implikasi pada penelitian ini adalah referensi
bagi komunitas sosial yang berkegiatan di daerah tersebut seperti karang taruna, kelompok
pemerhati lingkungan, pemuda-pemudi agar bisa meningkatkan sumberdaya manusia.
Pengembangan yang terintegritas bagi warga bermukim di daerah rawan banjir agar dapat bisa
mencakup semua lapisan masyarakat yang terdampak secara langsung. Implikasi bagi peneliti
selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian resiliensi sebagai intervensi untuk
masyarakat rawan banjir. Bagi peneliti selanjutnya dapat menilai subjek secara objektif
(peneliti bukan sebagai subjek penelitian atau outsider).
12
REFERENSI
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan pengolahan daerah aliran sungai. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Audhina, M (2017). Perbedaan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja dengan orang
tua yang bercerai. Jurusan Psikologi Fakultas Pendidikan Psikologi UM. Malang.
Azwar, S. (2018). Reliabilitas dan validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakrta. Pustaka Pelajar.
Cole, P.M., Martin, S.E., & Dennis, T.A. (2004). Emotion regulation as a scientific construct
methodological challenges and directions for child development research. Child
development, 75(2), 317-333.
Connor, K. M., & Davidson, J. R. (2003). Development of a new resilience scale: The Connor
Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and anxiety, 18(2), 76-82.
Gowan, Monica E, Ray C Kirk & Jeff A. S. (2014). Building resiliency: A cross-sectional study
examining relationships among health-related quality of life, well-being, and disaster
preparedness. Journal Health and Quality of Life Outcomes 12, 85.
Grotberg, E. H. (1999). Tapping Your Inner Strength : How to Find the Resilience to Deal with
Anything. Oakland, CA : New Harbinger Publications, Inc.
Iskandar, Z. (2013). Psikologi lingkungan: Metode dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Kawitri, A.Z. (2019). Self-Compassion dan Resiliensi pada Remaja Panti Asuhan. Jurnal
Psikogenesis, 7 (1), 76-83.
Kodoatie, R.J., & Sugiyanto. (2002). Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam
perspektif lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
McCubbin, L. (2001). Challenges to the definition of resilience.
Norris, FH & Stevens, SP. (2007). Community resilience and the principles of mass trauma
intervention. Psychiatry: Interpersonal and Biological Processes 70(4), 320–328
Nurjanah, D. K. (2011). Manajemen bencana. Jakarta. ALFABETA
Poegoeh, D.P. (2016). Peran Dukungan Sosial dan Regulasi Emosi Terhadap Resiliensi
Keluarga Penderita Skizofrenia. INSAN. 01 (01), 12-21.
Puteri, R.K (2018). Hubungan Antara Khusnuzon dan Resiliensi pada Penyitas Bencana
Longsor. Fakutas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
13
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life's
inevitable obstacles. Broadway Books.
Sarwono, S. W. (2016). Psikologi lingkungan dan pembangunan edisi 2. Jakarta. Mitra Wacana
Media
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung. Alfabeta.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Assalamualaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Aris Dian Rahmadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2015 yang sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan
skripsi. Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner dibawah ini. Adapun kriteria subjek
penelitian adalah 1. Warga RW 05 Glintung Kelurahan Purwantoro
2. Berdomisili lebih dari 2 tahun di RW 05 Glintung Kelurahan Purwantoro
3. Usia 17-40 tahun kuesioner ini tidak terdapat jawaban benar atau salah, sehingga dimohon untuk mengisi sesuai dengan
anda saat ini. Hasil kuesioner bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaannya saya ucapkan terimakasih dan selamat mengerjakan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Nama/inisial :
Jenis Kelamin : P / L Usia :
Suku :
Agama :
Profesi : Pendidikan terakhir :
No. Pernyataan Sangat
Sesuai Sesuai Netral
Tidak
Sesuai
Sangat
Tidak
Sesuai
1. Saya mampu beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi
2. Siap menghadapi segala sesuatu yang
mungkin terjadi
3. Segala sesuatu tampak menyenangkan
4. Stres menjadikanku lebih kuat
5. Berusaha bangkit setelah mengalami peristiwa
tidak mengenakan
6. Percaya dapat mencapai tujuan walaupun ada
halangan
7. Saya dapat tetap fokus meskipun berada
dalam keadaan tertekan
8. Tidak mudah berkecil hati atas kegagalan
yang terjadi
9. Percaya pada diri sendiri sebagai orang yang
kuat untuk menghadapi tantangan
10. Mampu mengatasi perasaan tidak enak
16
Lampiran 2 Blue Print Skala
Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas
17
Lampiran 4 Hasil Analisa Data
Jenis Kelamin
Usia
Resiliensi warga RW05
Resiliensi Berdasarkan Demografi
Laki laki
18
Perempuan
Usia 17-29
Usia 30-40
Analisa Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Jenis kelamin
19
Usia
Lampiran 5 Input Data
20
21
22
23
24
25
Lampiran 6 Verifikasi Data dan Uji Plagiasi
SURAT KETERANGAN
No: E.6.a/43/Lab-
Psi/UMM/I/2021
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan dibawah ini Tim Divisi Psikometri Laboratorium Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa
mahasiswa tersebut dibawah ini:
Nama : Aris Dian Rahmadi
NIM : 201510230311192
Dosen Pembimbing : 1) Zainul Anwar, M.Psi 2) Alifah Nabilah Masturah, M.A
Yang bersangkutan telah melakukan :
1. Verifikasi
Analisa Data
Hasil:
Lulus/Perbaikan
2. Cek Plagiasi
Hasil: Lulus/Perbaikan
Dengan keterangan sebagai berikut:
No Judul Skripsi Batas
Maksimal Hasil
1 Resiliensi Masyarakat yang Bermukim di
Daerah Rawan Banjir 25% 24%
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 18
Januari 2021
Petugas Cek
Navy Tri Indah Sari