resiliensi masyarakat yang bermukim di daerah …

33
RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH RAWAN BANJIR SKRIPSI Oleh : Aris Dian Rahmadi 201510230311192 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH

RAWAN BANJIR

SKRIPSI

Oleh :

Aris Dian Rahmadi

201510230311192

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

Page 2: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH RAWAN BANJIR

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Aris Dian Rahmadi

NIM : 201510230311192

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

Page 3: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …
Page 4: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …
Page 5: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …
Page 6: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. iv

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

RESILIENSI ............................................................................................................. 4

Aspek-aspek resiliensi ........................................................................................... 4

Faktor- faktor yang mempengaruhi resiliensi ......................................................... 5

METODE PENELITIAN .......................................................................................... 6

Rancangan Penelitian ............................................................................................ 6

Subjek Penelitian ................................................................................................... 6

Variabel dan instrumen penelitian ......................................................................... 6

Prosedur penelitian dan analisa data ...................................................................... 6

HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 8

DISKUSI ................................................................................................................... 10

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................................. 11

REFERENSI ............................................................................................................. 12

LAMPIRAN .............................................................................................................. 14

Page 7: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subjek ........................................................................................... 8

Tabel 2. Resiliensi Warga RW 05 ............................................................................... 8

Tabel 3. Resiliensi Berdasarkan Demografi ................................................................ 9

Tabel 4. Analisa Resiliensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ................................ 9

Page 8: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

iv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................... 15

LAMPIRAN 2. BLUE PRINT SKALA ...................................................................... 16

LAMPIRAN 3. OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS .......................... 16

LAMPIRAN 4. HASIL ANALISA DATA ................................................................ 17

LAMPIRAN 5. INPUT DATA .................................................................................. 19

LAMPIRAN 6. VERIFIKASI DATA DAN UJI PLAGIASI ....................................... 25

Page 9: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

1

RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH

RAWAN BANJIR

Aris Dian Rahmadi

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Perkotaan adalah lingkungan padat penduduk dan rawan terjadi banjir. Salah satu daerah yang

rawan banjir adalah Dusun Glintung RW. 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota

Malang. Masyarakat yang hidup dilingkungan rawan banjir memerlukan resiliensi agar merasa

nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui gambaran resiliensi pada

masyarakat kampung Glintung. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.

Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 220 responden. Teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling. Skala yang digunakan adalah skala hasil adaptasi Connor Davidson

Resilience Scale (CD-RISC) dengan 10 item. Teknik analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisa deskriptif untuk mengetahui resiliensi masyarakat yang bermukim

di daerah rawan banjir. Hasil penelitian menunjukkan resiliensi warga yang tinggi sebesar

69,5%. Warga yang memiliki resiliensi rendah sebesar 30,5%. Artinya, masyarakat yang

tinggal di daerah rawan banjir cenderung memiliki resiliensi tinggi.

Kata kunci : Masyarakat terdampak banjir, Resiliensi

Municipal is a densely populated environment and prone to floods. One of the flood-prone

areas is RW 5 Gintung Village Purwantoro Sub-District Blimbing District Malang City.

Communities living in flood-prone areas employ resiliency to improve their comfort. The

purpose of this study was to determine the description of resilience in the Glintung village

community. The study method was descriptive quantitative. The study subjects amounted to 220

respondents. The sampling technique used was purposive sampling. The scale utilized was the

scale adapted from the Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) of 10 items. The data

analysis technique used in the study was a descriptive analysis to discover the resiliency of

communities living in flood-prone areas. The study results show a community with a high

resiliency of 69.5%. There was a community with a low resiliency of 30.5%. This means that

people living in flood-prone areas tend to have high resilience.

Keywords : Flood-affected communities, Resiliency

Page 10: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

2

Manusia dan lingkungan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Hubungan antara kedua hal

ini sangat erat dan sulit untuk dipisahkan. Berbagai masalah yang terjadi di lingkungan pasti

akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup manusia, begitupun sebaliknya. Manusia

sering mencari tempat demi keberlangsungan hidup atau menciptakanya sehingga menjadi

nyaman. Menurut Iskandar (2013), mencari lingkungan yang cocok bagi keberlangsungan

hidup ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yaitu, sosial, ekonomi, budaya,

ekosistem sekitar. Lingkungan masyarakat yang beragam dan dinamis mangakibatkan

timbulnya berbagai tantangan. Masalah lingkungan adalah salah satunya. Kondisi alam yang

berubah-ubah, eksploitasi alam yang berlebihan mebuat ekosistem tidak stabil. Sehingga

mengakibatkan berbagai masalah di lingkungan seperti gejala alam atau bahkan bencana alam

(Nurjanah, 2011). Gejala alam yang sering di temui pada daerah perkotaan adalah banjir. Banjir

merupakan masalah yang serius yang diakibatkan oleh debit air berlebihan di sumber air, jalur

air, atau bahkan resapan air. Resiko terjadinya banjir kebanyakan diakibatkan oleh curah hujan

yang lebat, suhu yang berubah-ubah, tempat mengalirnya air yang terhambat, bendungan yang

tak mampu lagi menampung air.

Lingkungan perkotaan adalah lingkungan yang rawan terkena banjir. Hal ini dikarenakan di

perkotaan terdapat sedikit lahan yang bisa dijadikan resapan air. Kebiasaan membuang sampah

pada sungai. Serta tatanan kota yang kurang tertata juga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi. Penanganan banjir yang kompleks membutuhkan strategi yang melibatkan

berbagai elemen masyarakat. Banjir yang melanda suatu daerah dalam kurun waktu kurang dari

5 jam paska hujan turun disebut dengan banjir kilat (Nurjanah, 2011). Jika tanah

tanggul/bendungan sungai tidak kuat menahan air maka bantaran akan terkikis perlahan.

Pemukiman warga yang padat menyebabkan tertutupnya lahan, erosi dan sedimentasi

diberbagai kawasan perkotaan. Luapan sungai berbeda dengan banjir kilat. Meluapnya air

sungai biasanya terjadi musiman atau tahunan dan berlangsung selama berhari-hari.

Penebabnya adalah hilangnya tempat resapan air, hutan yang gundul. Banjir disepanjang sistem

dan anak-anak sungai, mampu membuat banjir wilayah luas dan mendorong luapan air dari

dataran rendah hingga membuat banjir meluap selain dari sungai-sungai induk yang biasa

disebut ”banjir kiriman”. Besar atau kecilnya banjr dipengaruhi beberap faktor diantaranya

kondisi tanah, vegetasi, suhu lingkungan, kepadatan bangunan serta minimnya daerah resapan

air atau alih fungsi lahan (Asdak, 2004)

Dalam permasalahan publik, data sejarah suatu daerah rawan harus selalu ada, dipelajari dan

upgrade terus menerus. Menurut Kodoati dan Sugiyanto (2002) penduduk yang beresiko

terkena banjir, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Analisis intensitas banjir, 2)

Topografi, 3) Pemetaan luas wilayah sungai (kontur sekitar sungai) kapasitas sungai untuk

menampung air, 4) Kemampuan serap tanah, 5) Pasang surut gelombang laut (kawasan

pantai/pesisir), 6) Kekerapan badai, 7) Geografi pesisir/pantai, dan 8). Kualitas air yang kurang

bagus sering di keluhkan oleh warga yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir. Hal ini

terjadi karena siklus hidrologi yang tidak bisa berjalan baik.

Kota Malang adalah salah satu kota yang memiliki banyak titik rawan banjir. Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merilis peta kebencanaan banjir Kota Malang yang

dibagi lima, sesuai dengan kecamatanya. Kecamatan Belimbing terdapat di daerah Kesatrian,

Bunulrejo, Purwantoro, Pandanwangi, Belimbing, Purwodadi. Kecamatan Lowokwaru berada

pada jalan Ikan Lodan, jalan Soekarno-Hatta, jalan Borobudur, jalan Tata Surya. Kecamatan

Sukun berada pada Kelurahan Gadang, Sukun, dan Krang Besuki. Kecamatan Klojen titik

rawan banjir terdapat di Kelurahan Kasin. Kecamatan Kedungkandang yang menjadi daerah

rawan banjir adalah Lesanpuro, Madyopuro, Kedungkandang, Tlogowaru, Mergosono.

Page 11: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

3

Salah satu daerah adalah RT 3 RW 5 kelurahan Purwantoro Kecamatan Belimbing adalah

daerah langganan banjir. Banjir terjadi dikarenakan posisi kampungnya berada sejajar aliran air

sungai. Ketika hujan melanda Malang atau Batu maka RT 3 RW 5 kelurahan Purwantoro bisa

dipastikan banjir. Hal ini pun juga menjadi tugas bagi dinas PU (Pekerjaan Umum) dalam

menangani masalah ini namun belum ada menemukan solusi yang bisa menghilangkan banjir

sepenuhnya. Adapun penanganan yang telah dilakukan meliputi pembangunan biopori,

pembuatan sumur penampungan air. Namun itu tidak menghilangkan banjir secara total hanya

mengurangi sedikit debit air yang menggenangi kampung. Hal ini terjadi dikarenakan

pembangunan kampung yang terlalu dekat dengan sungai dan juga tidak tersedianya tempat

resapan air yang memadai. Rumah penduduk yang terlalu padat juga menjadi salah satu faktor

penyebab banjir. Intensitas banjir yang tinggi membuat warga harus siap dengan kemungkinan

yang akan terjadi. Dibutuhkan persiapan yang matang dari segi psikologis dan materil.

Peristiwa traumatik yang kerap terjadi adalah gejala alam yang terus menghantui warga.

Ketahanan terhadap situasi yang buruk dan juga selalu memiiki psikologi yang positif. Banjir

dengan intenitas tinggi membuat warga sering merasakan khawatir dengan keadaan barang dan

juga susah untuk beraktifitas. Banyak warga yang beranggapan ini adalah sepenuhnya

kesalahan dari pemerintah yang tidak bisa menanggulangi masalah ini. Dalam seminggu

minimal 2 kali terjadi banjir, hujan yang terjadi lebih dari 30 menit bisa dipastikan akan terjadi

banjir.

Menurut Norris (2007) resiliensi adalah sebuah proses adaptasi setelah stres, gangguan, atau

kemalangan. Masyarakat yang memiliki resiliensi bisa dilihat dari 4 faktor utama yaitu : 1)

Perkembangan ekonomi yang berjalan stabil dengan ekuitas distribusi yang tidak terganggu dan

dapat mengurangi kesenjangan ekonomi. 2) Lingkungan Sosial yang saling mendukung agar

terciptanya relasi yang dekat secara emosional antar individu maupun kelompok. 3) Informasi

bersumber dari media terpercaya. Komunikasi antar sesama dilandasi oleh rasa percaya. 4)

kompetensi masyarakat yang berorientasi kolektif & kolegial dalam memecahkan masalah serta

pengambilan keputusan.

Menurut Mc.Cubbin (2001) resiliensi memiliki dua faktor yang dapat mempengaruhi indvidu

diantaranya, Internal protective factor adalah faktor yang bersumber dari individu meliputi

regulasi emosi, efikasi diri, mengatasi permasalahan, harga diri dan optimis, External protective

factor adalah faktor yang berasal dari luar meliputi dukungan sosial dan dukungan keluarga.

Kedua faktor tersebut yang akan mempengaruhi individu dalam pembentukan resiliensi.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang tahun tahun 2018.

Jalan S. Parman I RW 05 kelurahan Purwantoro termasuk ke zona merah daerah banjir. Banjir

rawan terjadi dikarenakan permukaan sungai sejajar dengan dataran pemukiman warga. Sungai

yang berada di kawasan RW 05 adalah sungai yang berasal dari sungai brantas. Anak sungai

brantas tersebut aliranya berasal dari Kota Batu. Jika Kota Batu mengalami hujan maka bisa

dipastikan kawasan RW 05 mengalami banjir. RT 03 & RT 02 adalah kawasan yang paling

sering terkena banjir karena posisinya berada disamping. Penanganan yang dilakukan harus

cepat dan tanggap. Bila terjadi banjir akan dikomunikasikan melalui HT (Handy Talky), dan

seluruh lapisan masyarakat yang berada disana harus ikut berpartisipasi. Evakuasi warga yang

paling utama dan dilanjutkan dengan evakuasi barang. Proses menyurutkan air dengan cara

disedot menggunakan mesin diessel. Penanganan hingga air surut minimal memakan waktu 2

jam, tergantung dengan volume air yang menggenang. Warga disana saling bergotong royong

saat terjadi bencana banjir, meskipun itu terjadi pada malam hari. Air yang menggenang

setinggi 10-30 cm warga masih beraktifitas seperti biasanya. Jika air sudah melebihi 50 cm

banyak warga yang susah untuk beraktifitas. Untuk kebijakan yang akan diambil oleh

Page 12: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

4

pemerintah adalah dengan memperdalam sungai disekitaran kampung. Namun kebijakan itu

akan dilaksanakan di tahun 2022.

Kejadian bencana alam dapat membuat dampak yang signifikan baik fisik, psikologi, maupun

sosial. Akibat besarnya dampak yang ditimbulkan, diperlukan upaya secara menyeluruh untuk

penanggulangan bencana baik fisik, psikis, maupun sosial. Oleh karena itu perlu sekali untuk

mengembangkan masyarakat yang memiliki kemampuan mengorganisasi, belajar dan

beradaptasi dalam menghadapi bencana. Menurut Ehreinreich (dalam Puteri 2018), terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan seseorang terhadap bencana, yaitu semakin tinggi

tingkat keparahan bencana dan tingkat kengerian pengalaman yang dialami, maka akan

semakin besar juga efek psikologi yang akan dirasakan oleh seseorang. Resiliensi merupakan

salah satu konsep psikologi yang menjelaskan tentang kemampuan tersebut.

Bagi warga yang mengalami bencana, resiliensi sangatlah penting. Bencana yang ekstrem

dapat membuat seseorang merasa depresi, cemas, stres, dan somatisasi. Individu yang

memiliki resiliensi akan bisa berfikir secara jernih untuk bisa bertahan dilingkungan tersebut,

sehingga dapat mengolah kognitif serta afektif secara positif terhadap hal yang

dihadapinya. Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi,

mengatasi masalah, bertahan dari musibah dalam kondisi fungsional meneurut Plump (dalam

Poegoeh 2016).

Berdasarkan penelitian Gowan, Sloan (2014) mengungkapkan bahwa resiliensi dan

pengalaman seseorang terhadap bencana sangat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan

ketika bencana itu datang berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya. Hal ini perlu

ditinjau kembali untuk dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kesiapsiagaan warga

terhadap bencana kedepannya.

Menurut paparan diatas dapat diketahui bahwa individu ingin memiliki tempat tinggal di

lingkungan yang nyaman. Warga yang tinggal di daerah rawan banjir perlu memiliki resiliensi.

Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui gambaran resiliensi pada

masyarakat yang tinggal di Glintung. Manfaat dalam penelitian ini adalah dapat menjadi

tambahan informasi psikologi sosial serta dapat menjadi acuan untuk mengambil tindakan

untuk menyikapi adanya bencana banjir yang berdampak pada resiliensi setiap individu.

Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan individu dalam merespon keadaan sulit secara sehat dan mampu

tetap produktif walaupun pada kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. (Reivich & Shatte,

2002) Selain itu (Cannor & Davidson, 2003) mendefinisikan resiliensi adalah sebuah

kemampuan personal seseorang yang dapat berkembang dalam menghadapi kesulitan dalam

hidup. Definisi lain oleh (Mc.Cubbin, 2001) resiliensi adalah konstruk psikologi yang

dikemukakan oleh para ahli behavioral agar mengetaui, mendifinisikan, dan mengukur

kapasistas individu bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan (adverse condition)

dan mengetahui individu kembali pulih (recovery) dari kondisi tekanan.

Aspek-Aspek Resiliensi

Cannor & Davidson (2003) menjelaskan lima aspek dari resiliesi adalah

1) Kompetensi personal, kepercayaan, standar yang tinggi dan keuletan yang akan

mendukung individu untuk terus maju terhadap tujuan disaat mengalami tekanan.

2) Toleransi terhadap efek negatif, serta kuat menghadapi stres, berkaitan dengan

ketenangan dan coping terhadap stress.

Page 13: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

5

3) Menerima perubahan secara positif dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain.

4) Pengendalian diri berfokus pada kontrol mecapai tujuan serta berkemampuan

mendapatkan dukungan sosial.

5) Pengaruh spriritual ialah kepercayaan individu terhadap Tuhan dan nasib.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi

Menurut Ahern (dalam Kawitri 2019), faktor yang mempengaruhi resiliensi dibagi menjadi dua

yaitu, faktor pendukung dan faktor resiko. Faktor pendukung ialah individual, keluarga,

komunitas dan budaya. Faktor resiko adalah kejadian katastropik (perceraian, kematian

keluarga, dan bencana alam), kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung, hidup

dilingkungan yang rawan terjadi kekerasan, dan peningkatan dari beberapa risiko. Menurut

Reivich dan Shatte (dalam Audhina, M 2017), terdapat tujuh kemampuan yang dapat

membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian optmistimisme, empati, causal

analysis, efikasi diri, dan reaching out. Pada dasarnya setiap individu mempunyai semua faktor

resilien diatas, tetapi yang membedakan satu individu dengan yang lainnya adalah bagaimana

individu tersebut mempergunakan dan memaksimalkan faktor faktor dalam dirinya sehingga

dapat menjadi kemampuan yang membantu individu untuk mengahadapi kesulitan yang

dialami dan mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan stres dalam masa pemulihan dan dapat

memberikan kemampuan agar bisa bangkit lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Page 14: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

6

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Azwar

(2018) adalah metode yang menekankan pada data-data kuantitatif (angka) yang dikumpulkan

dalam prosedur pengukuran dan diolah dengan metode analisis statiska. Jenis kuantitatif yang

digunakan berjenis deskriptif. Kuantitatif deskriptif bertujuan menyajikan secara sistematika

dan akurat fakta serta karakteristik tentang populasi atau bidang kajian tertentu. Penelitian ini

juga menggambarkan situasi dan kejadian. Data yang dikumpulkan hanya bersifat deskriptif

sehingga tidak mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari

implikasi (Azwar, 2012). Penggunaan analisa kuantitatif deskriptif agar eksplorasi data secara

kuantitatif pada penelitian dengan satu variabel resiliensi yang dilakukan pada salah satu daerah

rawan banjir di Kota Malang.

Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah 220 warga yang bermukim daerah yang terdampak banjir dan

aktif dalam kegiatan organisasi sosial di RW 05 Dusun Glintung Kelurahan Purwantoro.

Kawasan RW 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Menurut data

penduduk, Dusun Glintung memiliki 220 orang yang memenuhi kriteria. Kriteria subjek

penelitian yaitu: warga yang berdomisili minimal 2 tahun di RW 5 Dusun Glintung, serta usia

17-40 tahun. Jumlah subjek dari keseluruhan populasi yang berdomisili di daerah tersebut lebih

dari 2 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu Resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan

individu dalam merespon keadaan sulit secara sehat dan mampu tetap produktif walaupun pada

kondisi yang dapat memicu terjadinya stress. Skala yang digunakan adalah skala hasil adaptasi

dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Connor Davidson (2016) CD-RISC dengan 10

item reliabilitas skala CD-RISC sebesar 0.79 dan indeks validitas 0.446-0.822. Penelitian

Berdasarkan pada lima aspek yang terdiri dari kompetensi personal, toleransi terhadap

kompetensi negatif, menerima perubahan secara positif, pengendalian diri dan pengaruh

spiritual. Skala tersebut terdiri dari 10 item dan merupakan skala likert dengan menggunakan

format 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Sesuai. Terdapat dua macam pertanyaan dalam skala tersebut, yaitu

mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Penilaian untuk jawaban yang

tergolong kedalam katagori favorable, subjek memperoleh skor 1 jika menjawab sangat tidak

sesuai (STS), skor 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), skor 3 jika menjawab netral (N), skor 4

menjawab sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Sebaliknya, untuk kategori unfavorable subjek

memperoleh skor 5 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), skor 4 jika menjawab tidak sesuai

(TS), skor 3 jika menjawab netral (N), skor 2 menjawab sesuai (S), dan skor 1jika menjawab

Sangat Sesuai (SS).

Prosedur Penelitian dan Analisa Data

Penelitian yang akan dilakukan mempunyai tiga prosedur utama yaitu; (1) persiapan, pada tahap

ini peneliti membuat judul berdasarkan dari fenomena yang terjadi di lapangan. Kemudian

peneliti mengonsultasikan judul tersebut kepada dosen pembimbing. Setelah judul disetujui

oleh dosen pembimbing, peneliti kemudian membuat rumusan masalah dan teori yang akan

digunakan. Selanjutnya peneliti menentukan instrumen yang sejalan dengan teori, serta

menentukan populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel serta teknik pengumpulan data.

Page 15: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

7

Langkah berikutnya peneliti mengajukan persetujuan kepada dosen pembimbing mengenai alat

ukur yang akan digunakan. Setelah alat ukur disetujui, peneliti akan mengambil data secara

langsung di lapangan. (2) pelaksanaan, pada tahap ini peneliti akan menyebarkan skala kepada

warga yang bermukim di daerah rawan banjir. Alat ukur mulai disebarkan pada tanggal 26

januari 2020 sampai dengan tanggal 16 Februari 2020. Alat ukur disebarkan kepada subjek

yang ditemui oleh peneliti dan mengacu kepada karakteristik sampel yang telah ditentukan. (3)

terakhir, pada tahap analisa peneliti akan menganalisa hasil yang telah didapatkan dari

penyebaran skala, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

deskriptif serta tabulasi silang menggunakan aplikasi statistik SPSS 23.0 yang bertujuan untuk

mengetahui frekuensi subjek sesuai dengan demografi dan skala penelitian serta untuk

menggambarkan resiliensi yang dimiliki oleh subjek penelitian.

Page 16: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

8

HASIL PENELITIAN

Subjek adalah warga RW 05 Kelurahan Purwantoro yang bermukim pada daerah rawan banjir

lebih dari 2 tahun dengan usia 17 sampai 40 tahun. Total subjek dalam penelitian ini berjumlah

220 orang. Berikut adalah gambaran umum subjek penelitian. Seperti jenis kelamin & usia.

Tabel 1. Deskripsi Subjek

Kategori Frekuensi (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 106 48.8%

Perempuan 114 51.2%

Usia

17-29 Tahun 123 55.9%

30-40 Tahun 97 44.1%

Berdasarkan Tabel 1, deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin laki-laki 48.8% dan

perempuan 51.2%. Bila dilihat berdasarkan usia subjek dengan rentang usia 17-29 yaitu 55.9%

serta 30-40 tahun sebesar 44.1%.

Tabel 2. Resiliensi Warga RW 05

Kategori Frekuensi (%)

Keseluruhan

Warga 05

Tinggi 153 69.5%

Rendah 67 30.5%

Jumlah 220 100%

Pada tabel 2 di ketahui bahwa tingkat resiliensi warga RW 05 yang di teliti memiliki tingkat

resiliensi yang rendah dengan persentase 30.5% dan pada data diatas warga RW 05 juga bisa

dilihat bahwa tingkat resiliensi yang tinggi dengan persentase 69.5%.

Page 17: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

9

Tabel 3. Resiliensi Berdasarkan Demografi

Kategori Resiliensi

Tinggi % Rendah %

Jenis kelamin

Laki-laki 76 71.7% 30 28.3%

Perempuan 77 67.5% 37 32.5%

Usia

17-29 Tahun 80 65.0% 43 35.0%

30-40 Tahun 73 75.3% 24 24.7%

Berdasarkan table 3, pada kategori jenis kelamin perempuan memiliki tingkat resiliensi yang

cenderung rendah dengan persentase 67.5%, hal ini bertolak belakang dengan tingkat resiliensi

pada laki-laki yang cenderung tinggi dengan persentase 71.7%. Pada kategori usia di ketahui

bahwa warga yang berumur 17-30 tahun cenderung memiliki resiliensi yang rendah dengan

persentase 65.0% hal sama juga terjadi di warga yang berumur 30-40 tahun dengan persentase

75.3% yang cendrung memiliki resiliensi tinggi.

Tabel 4. Analisa Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Resiliensi

Mean

Jenis Kelamin

Laki-laki 41.0943

Perempuan 40.8684

Usia

17-29 Tahun 40.4553

30-40 Tahun 41.6392

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa dari data nilai mean terlihat perbedaan nilai antara

warga yang berusia 17-29 tahun dan 30-40 tahun, dengan nilai mean warga berusia 30-40 tahun

yang lebih tinggi yaitu 41.6392. Selain itu jika melihat dari data mean jenis kelamin maka

terlihat perbedaan nilai antara warga yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan

nilai mean warga berjenis kelamin laki-laki yang lebih tinggi yaitu 41.0943.

Page 18: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

10

DISKUSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi pada warga yang aktif di

organisasi social, yang bermukim di daerah rawan banjir yang ditinjau dari usia subjek dan jenis

kelamin. Jika kita melihat hasil mean dari usia maka terlihat perbedaan nilai antara warga yang

berusia 17-29 tahun dan 30-40 tahun, dengan nilai mean warga berusia 30-40 tahun yang lebih

tinggi yaitu 41.6392. Pada penelitian sebelumnya usia tidak ada perbedaan yang terlalu jauh

terhadap resiliensi warga yang bermukim didaerah rawan bencana. Sedangkan jika kita melihat

hasil mean dari jenis kelamin maka terlihat perbedaan nilai antara warga yang berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan, dengan nilai mean warga berjenis kelamin laki-laki yang lebih tinggi

yaitu 41.0943. Penelitian ini menggunakan 220 responden sebagai subjek.

Dari data tersebut dihasilkan, penelitian ini dapat terlihat bahwa tingkat resiliensi warga RW

05 yang di teliti memiliki tingkat resiliensi yang rendah dengan persentase 30.5% dan pada data

diatas warga RW 05 juga bisa dilihat bahwa tingkat resiliensi yang tinggi dengan persentase

69.5%. Individu yang memiliki resiliensi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Dalam

penelitian ini kategori jenis kelamin perempuan memiliki tingkat resiliensi yang cenderung

rendah dengan persentase 67.5%, hal ini bertolak belakang dengan tingkat resiliensi pada laki-

laki yang cenderung tinggi dengan persentase 71.7%. Pada kategori usia di ketahui bahwa

warga yang berumur 17-30 tahun cenderung memiliki resiliensi yang rendah dengan persentase

65.0% hal sama juga terjadi di warga yang berumur 30-40 tahun dengan persentase 75.3% yang

cendrung memiliki resiliensi tinggi. Hasil dari penelitian dari Budi Satria dan Mutia Sari (2017)

dengan jumlah responden 100, yang terdiri dari usia 17-25 tahun sebanyak 5%, usia 26-35 tahun

sebanyak 46%, usia 36-45 tahun sebanyak 20%, usia 46-55 sebanyak 20%, usia 56-65 sebanyak

7%, usia 65 keatas sebanyak 2%. Berdasarkan frekuensi jenis kelamin laki-laki sebanyak 41%

sedangkan perempuan sebanyak 59%. Dari hasil itu adalah yang memiliki resiliensi tinggi

sebesar 63% dan yang resiliensi rendah sebesar 37%.

Bagi warga yang mengalami bencana, resiliensi sangatlah penting. Bencana yang ekstrem dapat

membuat seseorang merasa depresi, cemas, stres, dan somatisasi. Individu yang memiliki

resiliensi akan bisa berfikir secara jernih untuk bisa bertahan dilingkungan tersebut, sehingga

dapat mengolah kognitif serta afektif secara positif terhadap hal yang dihadapinya.

Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi, mengatasi

masalah, bertahan dari musibah dalam kondisi fungsional Plump (dalam Poegoeh 2016).

Berdasarkan penelitian Mahardika (2017) dengan judul resiliensi pada remaja dengan orang tua

bercerai, terdapat dua kelompok subjek yaitu remaja laki-laki dan perempuan. Tingkat resiliensi

remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. Grothberg (1999)

berpendapat, resiliensi seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat usia, perkembangan,

intensitas dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menyenangkan dan seberapa besar

dukungan social yang diperoleh dalam pembentukan resiliensi seseorang.

Kekurangan dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kantor Desa mengenai Kepala

Keluarga (KK) yang berada di RW 05 dan ketika dilapangan orang yang bersangkutan ternyata

sudah tidak menetap di kampung tersebut. Subjek penelitian tidak mencakup seluruh warga

kampung, hanya pada usia 17-40 tahun. Kelebihan dari penelitian ini adalah sebagai referensi

dalam pengembangan kampung kedepanya, sehingga warga yang bermukim dilingkungan

rawan bencana bisa resilien terhadap keadaan.

Page 19: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan dari penelitian ini adalah warga yang bermukim didaerah rawan banjir memiliki

resiliensi yang tinggi. Berdasarkan demografi terdapat perbedaan antara jenis kelamin tetapi

tidak terlalu berbeda jauh yaitu laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, namun dari segi usia

ada perbedaan antara usia 17-29 tahun dan 30-40 tahun. Usia 17-29 tahun memiliki resiliensi

yang lebih rendah dibandingkan usia 30-40 tahun. Implikasi pada penelitian ini adalah referensi

bagi komunitas sosial yang berkegiatan di daerah tersebut seperti karang taruna, kelompok

pemerhati lingkungan, pemuda-pemudi agar bisa meningkatkan sumberdaya manusia.

Pengembangan yang terintegritas bagi warga bermukim di daerah rawan banjir agar dapat bisa

mencakup semua lapisan masyarakat yang terdampak secara langsung. Implikasi bagi peneliti

selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian resiliensi sebagai intervensi untuk

masyarakat rawan banjir. Bagi peneliti selanjutnya dapat menilai subjek secara objektif

(peneliti bukan sebagai subjek penelitian atau outsider).

Page 20: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

12

REFERENSI

Asdak, C. (2004). Hidrologi dan pengolahan daerah aliran sungai. Yogjakarta: Gadjah Mada

University Press.

Audhina, M (2017). Perbedaan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja dengan orang

tua yang bercerai. Jurusan Psikologi Fakultas Pendidikan Psikologi UM. Malang.

Azwar, S. (2018). Reliabilitas dan validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakrta. Pustaka Pelajar.

Cole, P.M., Martin, S.E., & Dennis, T.A. (2004). Emotion regulation as a scientific construct

methodological challenges and directions for child development research. Child

development, 75(2), 317-333.

Connor, K. M., & Davidson, J. R. (2003). Development of a new resilience scale: The Connor

Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and anxiety, 18(2), 76-82.

Gowan, Monica E, Ray C Kirk & Jeff A. S. (2014). Building resiliency: A cross-sectional study

examining relationships among health-related quality of life, well-being, and disaster

preparedness. Journal Health and Quality of Life Outcomes 12, 85.

Grotberg, E. H. (1999). Tapping Your Inner Strength : How to Find the Resilience to Deal with

Anything. Oakland, CA : New Harbinger Publications, Inc.

Iskandar, Z. (2013). Psikologi lingkungan: Metode dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kawitri, A.Z. (2019). Self-Compassion dan Resiliensi pada Remaja Panti Asuhan. Jurnal

Psikogenesis, 7 (1), 76-83.

Kodoatie, R.J., & Sugiyanto. (2002). Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam

perspektif lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

McCubbin, L. (2001). Challenges to the definition of resilience.

Norris, FH & Stevens, SP. (2007). Community resilience and the principles of mass trauma

intervention. Psychiatry: Interpersonal and Biological Processes 70(4), 320–328

Nurjanah, D. K. (2011). Manajemen bencana. Jakarta. ALFABETA

Poegoeh, D.P. (2016). Peran Dukungan Sosial dan Regulasi Emosi Terhadap Resiliensi

Keluarga Penderita Skizofrenia. INSAN. 01 (01), 12-21.

Puteri, R.K (2018). Hubungan Antara Khusnuzon dan Resiliensi pada Penyitas Bencana

Longsor. Fakutas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta

Page 21: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

13

Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life's

inevitable obstacles. Broadway Books.

Sarwono, S. W. (2016). Psikologi lingkungan dan pembangunan edisi 2. Jakarta. Mitra Wacana

Media

Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.

Bandung. Alfabeta.

Page 22: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

14

LAMPIRAN

Page 23: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

15

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Assalamualaikum Wr. Wb

Perkenalkan nama saya Aris Dian Rahmadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2015 yang sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan

skripsi. Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner dibawah ini. Adapun kriteria subjek

penelitian adalah 1. Warga RW 05 Glintung Kelurahan Purwantoro

2. Berdomisili lebih dari 2 tahun di RW 05 Glintung Kelurahan Purwantoro

3. Usia 17-40 tahun kuesioner ini tidak terdapat jawaban benar atau salah, sehingga dimohon untuk mengisi sesuai dengan

anda saat ini. Hasil kuesioner bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas kesediaannya saya ucapkan terimakasih dan selamat mengerjakan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Nama/inisial :

Jenis Kelamin : P / L Usia :

Suku :

Agama :

Profesi : Pendidikan terakhir :

No. Pernyataan Sangat

Sesuai Sesuai Netral

Tidak

Sesuai

Sangat

Tidak

Sesuai

1. Saya mampu beradaptasi dengan perubahan

yang terjadi

2. Siap menghadapi segala sesuatu yang

mungkin terjadi

3. Segala sesuatu tampak menyenangkan

4. Stres menjadikanku lebih kuat

5. Berusaha bangkit setelah mengalami peristiwa

tidak mengenakan

6. Percaya dapat mencapai tujuan walaupun ada

halangan

7. Saya dapat tetap fokus meskipun berada

dalam keadaan tertekan

8. Tidak mudah berkecil hati atas kegagalan

yang terjadi

9. Percaya pada diri sendiri sebagai orang yang

kuat untuk menghadapi tantangan

10. Mampu mengatasi perasaan tidak enak

Page 24: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

16

Lampiran 2 Blue Print Skala

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas

Page 25: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

17

Lampiran 4 Hasil Analisa Data

Jenis Kelamin

Usia

Resiliensi warga RW05

Resiliensi Berdasarkan Demografi

Laki laki

Page 26: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

18

Perempuan

Usia 17-29

Usia 30-40

Analisa Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Jenis kelamin

Page 27: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

19

Usia

Lampiran 5 Input Data

Page 28: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

20

Page 29: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

21

Page 30: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

22

Page 31: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

23

Page 32: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

24

Page 33: RESILIENSI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH …

25

Lampiran 6 Verifikasi Data dan Uji Plagiasi

SURAT KETERANGAN

No: E.6.a/43/Lab-

Psi/UMM/I/2021

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang bertanda tangan dibawah ini Tim Divisi Psikometri Laboratorium Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa

mahasiswa tersebut dibawah ini:

Nama : Aris Dian Rahmadi

NIM : 201510230311192

Dosen Pembimbing : 1) Zainul Anwar, M.Psi 2) Alifah Nabilah Masturah, M.A

Yang bersangkutan telah melakukan :

1. Verifikasi

Analisa Data

Hasil:

Lulus/Perbaikan

2. Cek Plagiasi

Hasil: Lulus/Perbaikan

Dengan keterangan sebagai berikut:

No Judul Skripsi Batas

Maksimal Hasil

1 Resiliensi Masyarakat yang Bermukim di

Daerah Rawan Banjir 25% 24%

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 18

Januari 2021

Petugas Cek

Navy Tri Indah Sari