respon wajib pajak terhadap zakat sebagai...
TRANSCRIPT
RESPON WAJIB PAJAK TERHADAP ZAKAT SEBAGAI
PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK (studi di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
MUHAMMAD AUDI GHAFFARI
1112046100089
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Muhammad Audi Ghaffari 1112046100089 “Respon Wajib Pajak Terhadap Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi di KPP Kebayoran Baru 3).
Strata satu (S1), Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/2017M.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menjelaskan ketentuan zakat
menjadi pengurang penghasilan kena pajak terhadap wajib pajak dan untuk
menjelaskan respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran Baru Tiga.
Metode penelitian dalam penelitian ini adlaah deskriptif dan eksplanatif (analitik).
Populasi dalam penelitian ini adalah 20.863 wajib pajak KPP Kebayoran Baru 3.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak. Teknik
pengambilan sampel adalah dengan teknik insidental sampling. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana
dan uji koefisien determinasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: R Square sebesar 0,974. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (respon
wajib pajak) terhadap variabel dependen (zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak) sebesar 97,4%. Sedangkan sisanya sebesar 5,6% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini
kemungkinan seperti variabel kesadaran membayar pajak, pengetahuan peraturan
perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, dan kualitas
pelayanan.
Berdasarkan hasil uji simultan ditunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel
(36.1453 > 3,15). Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,5, yang menyatakan bahwa
variabel respon wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Nilai thitung (5.420) > ttabel
(1.66023) dan nilai signifikansi (0,00 < 0,5), bahwa variabel respon wajib pajak
(X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak. Semakin tinggi respon wajib pajak semakin tinggi pula
tingkat zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Kata Kunci : Respon Wajib Pajak, Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena
Pajak
Pembimbing : Mu’min Roup, M.A.
Daftar Pustaka : 1977- 2015 Tahun
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi rabbil‟ alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT. Yang Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Washalawatu wasalam „ala rasulillah senantiasa tercurahkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya
serta ummatnya sepanjang zaman.
Penulisan skripsi yang berjudul “Respon Wajib Pajak Terhadap Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi di KPP Kebayoran Baru 3) ”,
ditunjukkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis sehingga
dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis sayangi dan
semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran-saran dari
berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini tentu akan terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu, penulis secara
khusus menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Bapak AM Hasan Ali, M.A dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mu’min Roup, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya dan senantiasa dengan sangat sabar memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya prodi Muamalat yang
tidak bisa disebutkan satu per satu tanpa menghilangkan rasa hormatku, yang
telah membagi ilmu bermanfaat dan berbagai arahan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi
penulis memperoleh berbagai informasi dan referensi-referensi selama
penulisan skripsi.
6. Pimpinan dan staff Akademik Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan surat-menyurat dan
administrasi mengenai penulisan skripsi.
7. Terima kasih yang amat sangat untuk kedua orang tua tercinta atas kasih
sayang, perhatian, doa dan selalu memberikan motivasi serta dukungan untuk
penulis. Semoga selalu di ridhoi Allah dan kelak penulis dapat
membahagiakan kalian. Aamiin.
viii
8. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2012 terutama PSB 2012 Dan
KKN NASA, terima kasih telah menjadi bagian dalam masa perkuliahan.
Semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
9. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi atas penyelesaian
skripsi ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu. Terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT. mencatat
sebagai amal kebaikan dan membalasnya dengan yang lebih baik.
Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya
bagi penulis sendiri.
Jakarta, 21 Maret 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABLE ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 12
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 13
D. Perumusan Masalah .................................................................. 13
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 14
G. Review Studi Terdahulu ............................................................ 15
H. Kerangka Pemikiran .................................................................. 16
I. Metode Penelitian...................................................................... 18
J. Sistematika Penulisan ............................................................... 20
BAB II LANDASAN TEORI
A. Zakat .......................................................................................... 22
1. Pengertian Zakat ................................................................... 22
B. Dasar Hukum Zakat .................................................................. 23
C. Syarat Harta Wajib Zakat .......................................................... 26
D. Sasaran dan Hikmah Zakat........................................................ 28
1. Sasaran Zakat ....................................................................... 28
2. Hikmah Zakat ....................................................................... 31
x
E. Zakat Penghasilan ..................................................................... 33
1. Pajak ..................................................................................... 34
a) Pengertian Pajak .............................................................. 34
b) Dasar Hukum Pajak ......................................................... 36
c) Jenis-jenis Pajak............................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Lokasi Penelitian ...................................................... 52
B. Jenis Penelitian .......................................................................... 52
C. Metode Penelitian ...................................................................... 52
D. Variabel Penelitian .................................................................... 54
E. Populasi Dan Sampel ................................................................. 59
F. Teknik Pengumpulan Data, Jenis Dan Sumber Data................. 61
G. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 63
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 65
1. Uji Validitas ......................................................................... 66
2. Uji Reliabilitas ...................................................................... 68
3. Uji Normalitas ...................................................................... 69
4. Koefisien Determinasi .......................................................... 71
5. Uji Regresi ............................................................................ 72
6. Hipotesis ............................................................................... 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga ............ 75
1. Sejarah KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga ........................ 75
2. Visi dan Misi KPP Pratama Kebayoran Tiga ....................... 76
3. Wilayah Kerja KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga ............ 77
4. Struktur Organisasi KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga ..... 79
B. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 80
1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 80
2. Karakteristik Responden ............................................................. 80
xi
C. Hasil Pengujian Alat Ukur ........................................................ 85
1. Uji Validitas ......................................................................... 85
2. Uji Reliabilitas ...................................................................... 87
3. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 95
D. Analisis Data ............................................................................. 96
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 96
2. Uji Regresi Linear Sederhana ............................................... 97
3. Koefisien Determinasi .......................................................... 98
4. Pengujian Hipotesis .............................................................. 99
E. Implementasi Pembahasan ........................................................ 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 107
B. Saran ..........................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian ...........................................................................54
Tabel 3.1. Operasional Variabel .....................................................................55
Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ..................................................63
Tabel 3.3 Skala Likert ....................................................................................64
Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................65
Tabel 3.5 Teknik Analisis Data .....................................................................65
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Cronbach‟s Alpha .........................................69
Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Response Rate ..................................................81
Tabel 4.2 Distribusi Kuesioner Penelitian .....................................................82
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................83
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................83
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .........84
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas .........................................................................86
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Reliabilitas ...........................................................87
Tabel 4.8 Kategori Rata-Rata Jawaban Responden .......................................89
Tabel 4.9 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Respon Wajib Pajak
di KPP Pratama Kebayoran Baru 3 ................................................91
Tabel 4.10 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelaksanaan
administratif Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan
Kena Pajak di KPP Pratama Kebayoran Baru 3 ............................93
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..........................................................95
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ...............................................97
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...........................................99
Tabel 4.14 Hasil Uji Simultan F ......................................................................100
Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial (t) ........................................................................101
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi pada KPP Pratama Kebayoran Baru
Tiga Struktur Organisasi pada KPP Pratama Kebayoran Baru
Tiga tahun 2017 ...........................................................................79
Gambar 4.2 P-Plot Uji Normalitas Data Sumber : DataPrimer yang
diolah, 2017 .................................................................................96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman Agama
dengan 75% lebih rakyatnya memeluk Agama Islam, sehingga tak heran
apabila pemenuhan syariat bagi pemeluk Agama Islam memperoleh banyak
kemudahan, salah satu di antaranya ialah mengenai pembayaran zakat, hal ini
ditandai terbitnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang
ketentuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Ironisnya dengan dua aturan penarikan iuran tersebut ternyata bangsa
Indonesia belum cukup mampu menjadikan masyarakatnya terbebas dari
ancaman kemiskinan ataupun pengangguran. Jika kita lihat berdasarkan data
BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 presentase penduduk miskin
di Indonesia mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa, maka pada 2015
ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa.1
Angka tersebut di atas
sangatlah miris, apakah ini merupakan tanggung jawab penuh pemerintah
sebagai pengelola aset negara termasuk di dalamnya pajak dari rakyat,
ataukah kita masih harus banyak bercermin kepada diri kita sendiri apakah
telah tunai kewajiban kita akan zakat.
Islam merupakan Agama universal di dalamnya tidak hanya
1 http://www.republika.co.id/ artikel ini diakses tanggal 29 maret 2016
berita/koran/pareto/15/01/02/nhjny6-tantangan-kemiskinan-pada-2015
2
mengajarkan hubungan antar manusia dengan Tuhannya, namun juga
mengajarkan hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya yang
disebut muamalah Muamalah merupakan bentuk kegiatan manusia di muka
bumi dengan cara interaksi antar umat manusia, misal di bidang ekonomi.2
Ekonomi Islam, merupakan sistem ekonomi yang berlandaskan Al-
Qur’an dan sunah, yang menekankan pada nilai-nilai keadilan dan
keseimbangan. Hal ini tercermin dari perhatian yang besar terhadap kaum
yang lemah dengan menjamin dan melindungi kehidupan mereka. Islam
menginginkan agar sistem ekonomi terorganisir sedemikian rupa sehingga
harta tidak hanya dalam genggaman orang kaya saja namun merata (QS. Al-
Hasr; 7). Oleh karena itu pembagiannya haruslah merata dan adil sehingga
muncul lembaga zakat, infaq dan sodaqoh dimana orang yang kaya dapat
memberikan zakatnya kepada orang yang berhak menerimanya seperti fakir
miskin, yatim piatu, dan kaum dhuafa melalui lembaga tersebut.3
Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah terhadap sebagian
harta kaum muslimin yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan mustahik
(golongan yang berhak menerima zakat) lainnya menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh syariat Islam, sebagai tanda syukur atas nikmat Allah
dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta membersihkan diri dari
hartanya.
Oleh karena itu zakat dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan
umat Islam tidak akan mungkin diremehkan. Dalam fikih masalah zakat
2 Mas’adi, Ghufron, Fikih Muamalah Kontekstual. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2002
3 Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, Salemba Diniyah,
Jakarta, 1994, hal. 2
3
ditempatkan pada kitab kedua dari rubb al-ibadah, dengan demikian ibadah
zakat mudah diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak
dari keIslaman seseorang (ma‟lum min al-din bi al-darurah).4
Pengetahuan yang berkembang dari dahulu di masyarakat kita
mengenai zakat ialah beras yang dikeluarkan seseorang pada akhir Ramadhan
sebesar 2,5 kg (zakat fitrah), padahal di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah:
267) dan Hadist terdapat banyak sekali pengaturan harta yang wajib untuk
dikeluarkan zakatnya (zakat maal) misal zakat profesi. Di dalam Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat, disebutkan
bahwa salah satu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah hasil
pendapatan dan jasa.
Memang benar bahwa zakat atas penghasilan karyawan tidak dikenal
di zaman Rasulullah SAW, karena saat itu kaum muslimin lebih banyak
berprofesi sebagai petani/peternak dan sebagai pedagang sehingga
penghasilan seorang karyawan tidak banyak dibahas oleh ulama salaf
terdahulu. Namun bukan berarti tidak pernah ada riwayat khusus tentang
zakat profesi yang pernah diterapkan terhadap gaji/penghasilan seseorang,
contoh di zaman Umar bin Abdul Aziz yang memberi upah kepada Abu
Ubaid atas pekerjaanya di mana upah yang di terima memenuhi nishab zakat
sehingga di ambil zakat atas gaji yang di terimanya.5
Bentuk zakat baru ini
merupakan sebuah langkah maju dari hasil ijtihat para ulama sekarang.
Munculnya beberapa lembaga amil zakat baru-baru ini memberi angin
4 Ali yafie, Menggagas Fikih Sosial dari Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi
Hingga Ukhuwah,(Bandung: Mizan, 1995), cet.ke-3 h.231 5 Jurnal Laziz Al-Ikhsan, Jawa Tengah, Edisi 1 Mei 2008, hal. 12
4
segar bagi masyarakat muslim guna memenuhi kebutuhannya akan berzakat
yang merupakan implementasi dari ketakwaan seorang muslim kepada
Tuhannya, pengelolaannya pun telah mengalami banyak kemajuan sehingga
apabila hal ini terus berlanjut ditambah lagi dengan bertambah banyaknya
kesadaran masyarakat muslim untuk memenuhi kewajibannya untuk berzakat,
insya Allah akan menjadi pilar kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara.
Namun ternyata hal itu tidaklah semudah membalikan tangan, sebab
kita semua telah ketahui bahwa bangsa Indonesia bukanlah Negara Islam,
sehingga bukan zakat tetapi pajaklah yang dijadikan acuan guna melakukan
penarikan iuran kepada warganya.
Pajak yang pada awal kemunculanya lebih merupakan pemberian suka
rela dari rakyat kepada rajanya, selanjutnya berkembang menjadi pemberian
bersifat wajib berupa upeti yang ditentukan sepihak oleh Negara sehingga
pada dasarnya tidak seorangpun senang dengan pajak, namun setiap orang
wajib membayarnya sebagai konsekuensi perlindungan yang diberikan negara
kepadanya. Pajak sendiri merupakan iuran wajib berupa uang atau barang
yang di pungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.6
Oleh karena itu masyarakat sebagai obyek pajak
seharusnya mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan
pajak, mengenai asasnya, jenis atau macam pajak yang berlaku di negaranya,
cara pembayaranya serta hak dan kewajiban sebagai wajib pajak.
6 Rohmad Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco, Jakarta,
1977, hal. 22
5
Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan
terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan
ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk
membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisasi sebagian
tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh
negara.7
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, secara eksplisit diakui adanya
perbedaan antara zakat dengan pajak. Pemberlakuan dua undang-undang
tersebut memisahkan dengan tegas antara kewajiban menunaikan zakat bagi
umat Islam dan kewajiban pajak bagi wajib pajak. Namun aspek efektivitas
penarikannya bagi perekonomian, pengakuan pengeluaran zakat dalam
akuntansi pajak dan metode pengkreditan zakat atas pajak atau metode
pengkreditan pajak atas zakat. Cita-cita paling mendasar dari pembentukan
negara adalah agar negara mampu melindungi dan mensejahterakan warga
dan rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki peluang yang sama sebagai alat
negara untuk mewujudkan cita-citanya.
Membahas relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah hal
penting, karena beberapa hal berikut ini :
1. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya mensejahteraan
rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam
dan kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.
7 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h.999
6
2. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan
antara zakat dan pajak dalam beberapa hal : (a) keduanya memiliki unsur
paksaan, (b) keduanya harus di setorkan kepada lembaga masyarakat
(negara), (c) keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya
memiliki tujuan ke masyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan
keuangan.
3. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya
memiliki perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan
etikanya, dalam hal kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal
pengeluarannya, dalam ha hubungan dengan penguasa dan dalam hal
maksud dan tujuannya.8
Di tengah carut marutnya perekonomian bangsa saat ini, baik zakat
ataupun pajak menjadi masalah yang sangat mendesak (urgent) dalam peran
sertanya membangun dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara adil dan
merata. Permasalahan yang muncul disebabkan oleh adanya dualisme
kewajiban iuran yang menyebabkan umat Islam memikul kewajiban yang
lebih berat dibandingkan orang non-muslim. Di satu sisi umat Islam memiliki
kewajiban atas zakat sebagai wujud ketaqwaan kepada Allah SWT dan di sisi
lainya juga wajib atas pajak sebagai wujud kepatuhan kepada negara, hal ini
memuncul kan berbagai penafsiran dalam pelaksanaan keduanya di kalangan
umat Islam antara lain :
a. Dengan membayar kewajiban zakat dan pajak sekaligus, dengan resiko
8 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h. 99
7
jumlah harta yang di keluarkan lebih besar.
b. Dengan menyamakan begitu saja pajak dengan zakat dalam arti
membayar pajak yang diniatkan untuk zakat.
c. Dengan membayar zakat tanpa memperdulikan pajak, dengan resiko
melanggar peraturan perundang-undangan.9 Dalam kaitan ini, penetapan
UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan UU No. 36 Tahun
2008 (sebagai perubahan atas UU No.7 tahun 1983) tentang Pajak
Penghasilan dapat di pandang sebagai langkah maju menuju sinergi zakat
dan pajak. Pertama, UU No.23/2011 telah mengakui bahwa
sesungguhnya zakat adalah kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap
muslim warga negara Indonesia yang mampu. Undang-Undang ini
memang tidak menyebut hukuman bagi yang melanggar kewajiban zakat,
tetapi setidaknya pemerintah telah bertanggung jawab memberikan
perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahik dan
amil zakat. Kedua, pemerintah telah melibatkan diri lebih jauh dalam
pengelolaan zakat dengan membentuk Badan Amil Zakat (BAZ) di
berbagai tingkat kewilayahan dari kecamatan hingga nasional.
Pemerintah juga mengukuhkan dan mengawasi Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang di bentuk secara swadaya oleh masyarakat sehingga
pengelolaan dana zakat dapat lebih dipertanggung-jawabkan. Ketiga,
seperti disebutkan dalam UU No. 23/2011 bahwa zakat yang telah
dibayarkan kepada BAZ dan LAZ akan dikurangkan terhadap laba /
9 Nurdin Mhd. Ali, Zakat sebagai instrument dalam kebijakan fiscal, Jakarta ; Rajawali pers,
hal:23
8
pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Dengan
kata lain, sebagaimana yang di atur dalam keputusan Dirjen Pajak No
KEP- 542/PJ/2001 bahwa zakat atas penghasilan dapat dikurangkan atas
pengasilan netto.
Mengenai proses hingga zakat mengurangi pembayaran pajak (dalam
hal ini pajak penghasilan), hal ini sudah di atur sejak adanya UU No. 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan kemudian lebih dipertegas oleh
UU Zakat terbaru yang menggantikan UU 38/1999 yaitu UU No. 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat. Latar belakang dari pengurangan ini
dijelaskan dalam penjelasan Pasal 14 ayat (3) UU 38/1999 bahwa
pengurangan zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak adalah dimaksudkan
agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat
dan pajak. Ketentuan ini masih diatur dalam UU yang terbaru yakni dalam
Pasal 22 UU 23/2011: “Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada
BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.”
Hal ini ditegaskan pula dalam ketentuan perpajakan sejak adanya UU
No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, yakni diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a nomor
1 yang berbunyi: “Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah: bantuan
sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang di bentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak.”
Dalam ketentuan pasal tersebut baru di atur secara eksplisit bahwa
9
yang tidak termasuk objek pajak adalah zakat. Sedangkan, pengurangan pajak
atas kewajiban pembayaran sumbangan untuk agama lain belum diatur ketika
itu. Hal ini memang berpotensi menimbulkan kecemburuan dari agama lain
yang juga diakui di Indonesia. Dengan dikeluarkannya UU No. 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. Pasal tersebut mengalami perubahan sehingga berbunyi: “Yang
dikecualikan dari objek pajak adalah: bantuan atau sumbangan, termasuk
zakat yang di terima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang di
bentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang di terima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang di terima oleh lembaga keagamaan
yang di bentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang di terima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya di atur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.”
Ketentuan serupa ditegaskan pula dalam Pasal 9 ayat (1) UU Pajak
Penghasilan. Selain itu, Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat
atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Boleh Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto juga menentukan: “Zakat atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi:
1) Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
10
2) Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama
Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.”
Adapun badan/lembaga yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto di atur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-15/PJ/2012 yang berlaku sejak tanggal 11 Juni 2012 yang sebelumnya di
atur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER- 33/PJ/2011, yang di
antaranya adalah: Badan Amil Zakat Nasional, LAZ Dompet Dhuafa
Republika, LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, Lembaga Sumbangan
Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI), dan Badan Dharma Dana Nasional
Yayasan Adikara Dharma Parisad (BDDN YADP)- yang keseluruhannya saat
ini berjumlah 22 badan/lembaga.
Karena semua peraturan yang telah disebutkan di atas telah berlaku
efektif, maka ketentuan pengecualian zakat atau sumbangan wajib keagamaan
dari objek pajak sudah berlaku efektif di Indonesia. Mekanisme pengurangan
zakat dari penghasilan bruto ini dapat kita temui dalam Peraturan Dirjen
Pajak No. PER-6/PJ/2011 Tahun 2011 tentang pelaksanaan pembayaran dan
pembuatan bukti pembayaran atas zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto. Contoh : Bila
anda adalah seorang karyawan atau pegawai negeri sipil, umumnya anda akan
11
melaporkan SPT Tahunan menggunakan formulir 1770 S. Anda mungkin
terbiasa mengisi formulir 1770 S ini dengan nilai yang diambil dari formulir
1721 karena umumnya isi formulir 1770 S itu sama dengan formulir 1721
anda. Hal ini tidak berlaku bila anda mencantumkan zakat dalam SPT
Tahunan anda karena pajak anda harus dihitung kembali. anda harus
menghitung sendiri pajak penghasilan yang perlu anda bayar. Bila anda
mengalami kesulitan melakukan penghitungan kembali, silakan meminta
bantuan AR (Account Representative) di KPP tempat anda menyerahkan SPT
Tahunan.
Perlu saya tegaskan bahwa yang dikurangi adalah penghasilan kena
pajak, bukan pajaknya itu sendiri. Jadi kalau Anda membayar zakat sebanyak
500 ribu rupiah, penghasilan kena pajak anda akan dikurangi 500 ribu. Pajak
anda tentunya akan berkurang, tapi bukan sebesar 500 ribu itu. Pajak Anda
akan berkurang sesuai penghitungan kembali pajak Anda.
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menetapkan 22
Badan/Lembaga sebagai penerima zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib. Nantinya, zakat atau sumbangan keagamaan ini dapat di
kurangkan dari penghasilan bruto dan bisa dijadikan pengurang pajak. Dari
sini berarti umat muslim memperoleh keringanan dalam hal pemenuhan
pembayaran keduanya yaitu zakat sebagai wujud ketaqwaan kepada Allah
SWT serta pajak sebagai wujud kepatuhan terhadap negara.
Sekarang tinggal bagaimana keseriusan negara mensosialisasi
Undang-Undang yang sudah ada, guna merangsang masyarakat muslim untuk
12
membayar pajak dengan keringanan setelah penghasilan dikurangkan untuk
zakat.
Uraian tersebut di atas mendorong penulis untuk lebih lanjut
melakukan penelitian dengan judul : “Respon Wajib Pajak Terhadap
Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (studi di Kantor
Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Baru Tiga)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak terhadap wajib pajak di indonesia?
2. Bagaimana ketentuan pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak yang dibebankan terhadap wajib pajak?
3. Bagaimana respon wajib pajak terhadap pelaksanaan administratif zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga?
4. Bagaimana pelaksanaan ketentuan UU No. 36 Tahun 2008 di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga terhadap
respon wajib pajak?
5. Bagaimana respon wajib zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak terhadap wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga?
13
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak
menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan
membatasi permasalahan ini sebagai berikut:
1. Zakat dalam skripsi ini dibatasi pada zakat mal (Zakat Harta).
2. Penghasilan kena pajak dalam skripsi ini dibatasi pada pajak penghasilan
yang dibebankan terhadap wajib pajak.
3. Respon wajib pajak terhadap zakat pengurang penghasilan kena pajak di
KPP Pratama Jakarta kebayoran baru 3.
D. Perumusan Masalah
Umat Islam diwajibkan membayar dua hal dari kewajibannya, yaitu
pajak untuk negara, dan zakat untuk mustahiq dalam agama Islam.
Masalahnya dapatkah zakat mengurangi kewajiban penghasilan kena pajak,
bagaimana ketentuannya, dan peraturan yang berlaku. Hal ini sangatlah
penting untuk di tela’ah lebih lanjut sehingga dapat memberikan pemahaman
yang utuh dan akurat kepada masyarakat.
Untuk memperjelas masalah ini, maka penulis merumuskan penelitian
ini sebagai berikut :
1. Bagaimana respon wajib pajak terhadap ketentuan pelaksanaan zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak?
2. Bagaimana respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga ?
14
3. Seberapa besar pengaruh respon wajib pajak sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini bertujuan untuk menjawab
permasalahan yang ada yaitu:
1. Untuk menjelaskan ketentuan zakat menjadi pengurang penghasilan kena
pajak terhadap wajib pajak.
2. Untuk menjelaskan respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
3. Untuk mengetahui pengaruh respon wajib pajak terhadap zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat memberikan sumbangan perbendaharaan
pustaka dalam ilmu pengetahuan tentang zakat sebagai pengurang
peghasilan kena pajak.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan menjadi acuan terhadap
terhadap penelitian selanjutnya.
15
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi penulis mengenai zakat dan pajak serta ketentuan-
ketentuan yang terdapat di dalamnya.
G. Review Studi Terdahulu
Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah di tulis oleh
mahasiswa sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi
yang akan diteliti oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai review
studi, yaitu:
1. Judul: “Pemberdayaan Zakat Modern Pada Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia.” Penulis: Abdul Barri/fakultas Syariah dan Hukum/
jurusan keadministrasian Islam/ tahun 2007. Skripsi ini membahas seputar
bagaimana pemberdayaan zakat modern pada yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia.
2. Buku hasil karya Masdar F Mas’udi yang berjudul “Agama, Keadilan,
Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam.” Inti dari tulisan ini adalah pejabaran
posisi zakat dalam struktur ke Islaman dengan mengaca pada pengalaman
12 abad, dia menyatakan bahwa ajaran zakat telah kehilangan hampir
segala-galanya sejak munculnya pandangan formalistik meskipun sudah
ada upaya untuk menyelesaikan gejala ini, namun Masdar masih
menganggapnya awet dan tak kunjung selesai.
3. Buku hasil karya M. Djamal “Membangun Ekonomi Umat Melalui
16
Pengelolaan Zakat.” Ini menginginkan pengumpulan zakat dengan sistem
administrasi pajak dan upaya untuk melepas umat islam dari kewajiban
ganda yakni kewajiban membayar zakat dan pajak.
4. Jurnal Organisasi dan Manajemen, volume 4, no 2, september 2008, 100-
112 karya Ali Muktiyanto dan Hendrian “ zakat sebagai pengurang pajak”.
5. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, vol 2, no. 1, juli 2011 karya Yuni
Sudarwati dan Nidya Waras Sayekti “Konsep Sentralisasi Sistem
Pengelolaan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat”
Dari review studi di atas dapat di ambil benang merah oleh penulis
setelah adanya Undang-undang kebijakan pengurang penghasilan kena pajak
karena telah membayar zakat, hal ini merupakan prestasi yang hendaknya
ditindak lanjuti hingga mencapai harapan ideal seperti Negara Malaysia yang
dijadikan tolak ukur yakni zakat bisa mengurangi pajak bukan penghasilan
kena pajak saja.
H. Kerangka Pemikiran
Zakat merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah pada harta
orang Islam untuk diberikan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh
Allah. Dan pajak sebagai fungsi alat negara untuk melakukan retribusi
pendapatan kekayaan berhadap-hadapan dengan fungsi zakat yang secara
subtansi terdapat beberapa kemiripan. Maka timbul Undang-Undang
pengelolaan zakat No.23 tahun 2011.
Akan tetapi, pelaksanaan Undang-Undang No.23 tahun 2011 belum
17
terealisasikan karena Undang-Undang pajak penghasilan yang berlaku saat itu
belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat. Oleh sebab itu
kemudian ditetapkan Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang perubahan
ke-4 atas Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang
berbunyi :
“Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan
sebagaimana dimaksudkan pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b kecuali zakat
penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam kepada badan Zakat nasional dan lembaga amil Zakat
orang yang di sahin oleh pemerintah”.10
Yang kemudian menjadi persoalan adalah adanya anggapan bahwa
umat Islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena
pengeluaran berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari
penghasilan yang di perolehnya. Oleh karena itu untuk keadilan sudah
selayaknya dipikirkan bagaimana agar umat Islam yang merupakan mayoritas
penduduk Indonesia ini bisa menjadi warga negara yang baik sekaligus
menjadi umat Islam yang taat. Dan salah satu cara yang telah ditempuh
adalah ditetapkannya zakat sebagai faktor pengurang dalam perhitungan
penghasilan kena pajak (PKP).11
Dan permasalahan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
baru-baru ini dikuatkan oleh Peraturan Mentrei Keuangan
NO.254/PMK.03/2010 pada tanggal 28 Desember 2010 dan Peraturan
10
Depag RI, Lahirnya UU No. 38 tahun 1999 tentang zakat Penghasilan, Jakarta : 2006 11
Sofyan idris, gerakan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat pendekatan transformati,
Jakarta, PT.Citra Putra Bangsa,1997, cet.Ke-1 hal.74
18
Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau
Sumbangan keagamaan yang bersifat wajib yang dapat dikurangkan dari
Penghasilan kena pajak pasal 1 ayat 1 (a).
I. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya suatu cara atau teknis yang
diharapkan mampu untuk menemukan, merumuskan, dan menganalisis, atau
pun memecahkan masalah-masalah dalam penelitian agar data-data yang
diperoleh lengkap, relevan, akurat dan nyata, diperlukan metode yang tepat
yang dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian sebagai berikut :
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir
induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-sehari.12
Pendekatan deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.13
b. Jenis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu
12
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). H-2 13
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2005) Cet. Ke-6 h.54
19
merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian,
subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun
metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data)14
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data/informasi tersebut digunakan teknik
penelitian sebagai berikut :
1) Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
2) Melalui literature-literature kepustakaan seperti buku, jurnal, skripsi,
tesis, majalah dan melalui media internet yang terkait dengan
penelitian.
d. Analisis Data
Analisis data penelitian ini akan dimulai dengan melakukan uji
validitas dan reabilitas pada kuesioner yang telah didapatkan dari
responden yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di
dalam kuesioner. Dari hasil kuesioner yang didapatkan akan dianalisis
menggunakan pengolahan data dengan komputer melalui program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 22.
14
Puguh Suharso, Metode Penelitian KuantitatifUntuk Bisnis: Pendekatan Filosofis dan
Praktis, (Jakarta: PT Indeks, Cet 1, 2009), h.3.
20
J. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan
untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika
penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari
sebuah laporan :
BAB I: Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Menjelaskan tentang tinjauan teoritis yang di dalamnya menguraikan
tentang : zakat yang meliputi pengertian zakat, dasar hukum zakat, syarat
harta wajib zakat, sasaran zakat, zakat pengasilan, serta Tinjauan umum
tentang pajak, penggolongan pajak serta hak dan kewajiban wajib pajak.
BAB III: Metode Penelitian
Bab ini berisi penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian,
pendekatan metode penelitian, jenis penelitian, sumber dan criteria data
penelitian, teknik pengumpulan data, subjek-subjek penelitian, teknik
pengolahan data dan metode analisis data.
BAB IV: Analisis Data dan Pembahasan
Analisis terhadap data penelitian yang telah didapatkan dideskripsikan
guna menjawab masalah penelitian. Dalam kasus analisis kita juga
menafsirkan dan menginprestasikan temuan penelitian kedalam bingkai
21
pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi teori yang ada atau menyusun
teori yang ada pada tulisan, membahas tentang kondisi zakat dan pajak di
Indonesia. Dan lebih khusus menyoroti respon wajib pajak terhadap
ketentuan pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
BAB V : PENUTUP
Menjelaskan kesimpulan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya
serta saran yang dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangsi pemikiran.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Di tinjau dari segi bahasa, kata Zakat merupakan kata dasar (mashdar)
dari Zakaa yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zakaa
berarti sesuatu itu tumbuh dan berkembang, dan seseorang itu zakaa, berarti
orang itu baik. Makna lain kata zakaa, sebagaimana digunakan dalam Al-
Qur’an adalah “suci dari dosa”. Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan
zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika
pengertian ini dihubungkan dari kata zakaa, menjadi kata "zakat", yaitu
sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia dari sebagian hak Allah SWT, untuk
disalurkan kepada fakir miskin. Dinamai demikian karena padanya ada
harapan mendapat berkah atau membersihkan jiwa atau menumbuhkannya
dengan kebaikan dan berkah.15
Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah terhadap sebagian harta
kaum muslimin yang di peruntukkan bagi fakir miskin dan mustahik
(golongan yang berhak menerima zakat) lainnya menurut ketentuan yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam, sebagai tanda syukur atas nikmat Allah dan
untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta membersihkan diri dari hartanya.
Oleh karena itu zakat dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan umat
Islam tidak akan mungkin diremehkan. Dalam fikih masalah zakat
15
Djuanda, Gustian,dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta Raja
Grafindo Persada, 2006, h. 14.
23
ditempatkan pada kitab kedua dari rubb al-ibadah, dengan demikian ibadah
zakat mudah diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak
dari keIslaman seseorang (ma‟lum min al-din bi al-darurah).16
Zakat adalah ibadah maliyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari
sisi pembangunan kesejahteraan umat.17
B. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan rukun Islam ketiga, yang wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim, yang disyari’atkan pertama kali pada bulan Syawal tahun
kedua hijriyah di Madinah. Kewajiban zakat itu bila di tinjau dari kekuatan
hukumnya sangat kuat karena mempunyai dasar hukum yang sudah pasti,
seperti tersebut dibawah ini:
1. Al Qur’an
a) Surat At Taubah; 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. 9: At-taubah:
103). Ayat ini menjelaskan bahwa makna zakat itu sendiri adalah harapan
akan adanya keberkahaan, kesucian jiwa, dan terdapat didalamnya
kebaikan.
16
Ali yafie, Menggagas Fikih Sosial dari Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi
Hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1995), cet.ke-3 h.231 17
Djuanda, Gustian dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta Raja
Grafindo Persada, 2006, h. 14.
24
b) Surat At-Taubah; 71
Setelah turunnya ayat yang mewajibkan zakat dan makna dari zakat itu
sendiri untuk diri kita pribadi zakat pun mempunyai makna dalam
kehidupan sosial bahwa apabila zakat itu berjalan maka zakat itu
sendiri akan menimbul sifat rasa tolong menolong antara si kaya dan si
miskin jadi tidak ada perbedaan umat di mata Allah karena dengan
zakat kita saling mengisi, menjaga pertolongan, dan saling kasih
sayang sekaligus mempererat hubungan antara sesama melalui zakat.
(QS.9: At-Taubah: 71).
c) Surat At Taubah; 60
Adapun ayat ini menerangkan bahwa zakat yang sudah dikeluarkan
oleh seorang Muzaki diberikan kepada orang-orang yang berhak
mendapatkan zakat tersebut dan yang di maksud orang yang berhak
menerima zakat di sini ialah 8 (delapan) golongan. (QS. 9: At-taubah:
60)
2. As Sunnah
Imam Bukhari dan Muslim telah menghimpun Hadist-hadist yang
berkaitan dengan zakat sekitar 800 hadist, termasuk beberapa di antara
hadist yang paling terkenal mengenai zakat adalah:
a) Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Umar Rosulullah bersabda: “Islam itu ditegakkan atas lima pilar:
syahadat yang menegaskan bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat,
25
menunaikan haji dan berpuasa pada bulan ramadhan” (HR
Bukahari Muslim)18
b) Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah:
“Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya
akan di bakar dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari
api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya-Al Hadits (HR
Ahmad dan Muslim)19
c) Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam buku Al Ausath dan As
Saghir dari Ali: “Allah ta’ala mewajibkan zakat pada harta orang-
orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-
orang miskin diantara merela fakir miskin itu tiadalah akan menderita
menghadapi kelaparan dan kesulitan sandang kecuali karena perbuatan
golongan dan kaya, ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti nanti
secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih”.20
3. Ijma‟
Yaitu adanya kesepakatan semua umat Islam di semua negara bahwa
zakat adalah wajib. Bahkan, para sahabat Nabi SAW sepakat untuk
membunuh orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat dan mereka
tergolong orang kafir dalam pandangan ulama.21
18
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta:
Pustaka Cerdas Zakat, 2003), h: 12 19
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994),h:193 20
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT Al Maarif, 1982), h:193 21
Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2000), hlm. 90.
26
C. Syarat Harta Wajib Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam: pertama, zakat yang
berhubungan dengan badan atau di sebut dengan zakat fitrah. Zakat fitrah
merupakan pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang
mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada malam hari raya
Idul fitri sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan
ibadah puasa. Kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat
maal.22
Dalam penulisan ini lebih memfokuskan pada zakat maal yang telah
mengalami perkembangan pada prekonomian modern.
Menurut Al-Jaziri, ulama mazhab yang empat secara Ittifaq
(sependapat) mengatakan bahwa jenis harta yang wajib dizakatkan ada lima
macam yaitu: binatang ternak (unta, sapi, kerbau, kambing, domba), emas dan
perak, perdagangan, pertambangan, harta temuan dan pertanian.23
Sedangkan
menurut Yusuf Al-Qardhawi jenis-jenis harta yang wajib dizakati adalah:
binatang ternak, emas dan perak, hasil perdagangan, hasil pertanian, hasil
sewa tanah, madu dan produksi hewan lainnya, barang tambang dan hasil
laut, hasil investasi pabrik dan gudang, hasil pencarian dan profesi, hasil
saham dan obligasi.24
Melihat pendapat di atas maka jenis harta yang wajib dizakati
mengalami perubahan dan perkembangan. Artinya jenis-jenis harta
sebagaimana di sebut di atas masih dapat dikembangkan sesuai dengan
22
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, zakat Dan Wakaf, cet. ke-1 (Jakarta: UI
Press, 1988) 23
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Mazhab al-Arba‟ah. (beirut: Ihya Turats al-
arabi,tt) h. 596 24
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (bandung: Mizan, 1996), h. 122-123
27
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada
perkembangan dan kemajuan ekonomi dan dunia usaha.
Sedangkan dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat25
disebutkan jenis harta yang dikenai zakat, yaitu: emas dan perak, uang,
perdagangan dan perusahaan, hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil
perikanan, hasil pertambangan, hasil perternakan, hasil pendapatan dan jasa,
dan rikaz (harta temuan).
Harta kekayaan sebagaimana disebut di atas wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (mencapai nisab, kadar, dan
waktu/haul).
Syarat-syarat yang wajib zakat yaitu:26
1) Milik penuh, yaitu kekayaan yang berada di bawah kekuasaan pemilik
dan tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain.
2) Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai
potensi untuk berkembang produktif dan memberikan keuntungan atau
pendapatan.
3) Cukup nisab, yaitu jumlah minimal yang harus dikeluarkan zakatnya.
4) Lebih dari kebutuhan rutin. Maksudnya adalah sesuatu yang harus ada
untuk ketahanan hidup seperti makan, minum, pakaian, perumahan dan
sebagainya.
5) Bebas dari hutang (pemilikan sempurna). Orang yang mempunyau
hutang sebesar atau mengurangi senisab yang harus di bayar pada waktu
25
Bab IV, pasal 11(2), Undang-Undang No. 38/1999, h. 9 26
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876
28
yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut
trebebas dari zakat.
6) Berlaku satu tahun. Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut
sudah berlalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta
simpanan dan perniagaan, sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz
(barang temuan) tidak ada syarat haul.
D. Sasaran dan Hikmah Zakat
1. Sasaran Zakat27
Sasaran zakat ditujukan kepada delapan golongan atau yang disebut
asnaf (golongan). Hal ini sebagaimana diterangkan dalam al- Qur’an (QS. 9:
At-Taubah: 60). Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang sasaran zakat,
yakni bahwa zakat ditujukan kepada delapan golongan. Adapun 8 golongan
yang dimaksud adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, garim, sabilillah
dan ibn sabil.
a. Fakir dan Miskin
Fakir miskin adalah orang pertama yang di beri saham zakat oleh
Allah. Menurut Sayyid Sabiq, fakir miskin adalah orang-orang yang ada
dalam kebutuhan dan tidak mendapatkan apa yang mereka perlukan.28
Sedangkan Imam asy-Syafi’i memberikan pengertian tersendiri terhadap
fakir miskin. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan tidak
pula mempunyai mata pencaharian. Sedangkan miskin adalah orang yang
27
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), h. 189-194 28
As-Sayyid Sabiq,. Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2004) h.104
29
mempunyai harta atau mata pencaharian tetapi di bawah kucukupan.29
b. Amil zakat
Yang dimaksud amil zakat adalah orang-orang yang melaksanakan
kegiatan urusan zakat mulai dari para pungumpul sampai bendahara dan
penjaganya juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang
mencatat keluar masuknya zakat dan membagi pada mustahiqnya.30
c. Muallaf
Adapun yang dimaksud muallaf adalah mereka yang diharapkan
kecenderungan atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau
terhalangnya niat jahat mereka atas orang miskin, atau harapan akan
adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum
muslimin dari musuh.31
d. Riqab
Riqab adalah orang-orang yang memerdekakan budak. Adapun
penyaluran dana zakat pada golongan riqab masa sekarang dapat
diaplikasikan untuk membebaskan buruh-buruh kasar atau rendahan dari
belenggu majikannya yang mengeksploitasi tenaganya, atau membantu
orang-orang yang tertindak dan terpenjara, karena membela agama dan
kebenaran.
Kondisi seperti ini banyak terjadi pada zaman sekarang, apalagi
melihat kondisi perekonomian negara dan masyarakat semakin sulit
diatasi. Dengan demikian pengembangan riqab semakin luas sesuai
29
Sulaiman Rajid, Fikih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995), hal.213 30
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 546 31
Ibid., hlm. 563
30
dengan perkembangan sosial, politik dan perubahan waktu.
e. Al-Gharimah
Menurut Imam Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad, bahwa orang
mempunyai hutang terbagi dua golongan. Pertama, orang yang
mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri, dan kedua adalah
orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat.32
f. Fisabilillah
Di antara ulama dulu dan sekarang ada yang meluaskan arti
sabilillāh, tidak khusus pada jihad yang berhubungan dengan Tuhan,
tetapi ditafsirkan pada semua hal yang mencakup kemaslahatan taqarub
dan perbuatan baik, sesuai dengan penerapan arti asal kalimat tersebut.33
Menurut Zakiyah Darajat, penggunaan kata sabilillāh mempunyai
cakupan yang sangat luas, dan bentuk praktisnya hanya dapat ditentukkan
pada kondisi kebiasaan waktu.34
Kata tersebut dapat digunakan dalam
istilah jalan yang menyampaikan kepada keridaan Allah baik berupa
pengetahuan atau amal perbuatan.35
g. Ibnu sabil
Yang di maksud Ibnu Sabil menurut ulama ialah qiyasan untuk
musafir, yaitu orang yang melintas pada suatu daerah ke daerah lain
untuk melaksanakan suatu hal yang baik, tidak untuk kemaksiatan.
32
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 545 33
Ibid., hlm. 611 34
Zakiyah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama, 1991), hlm. 82 35
As-Sayyid Sabiq,. Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2004) h. 172
31
Menurut golongan Syafi’i ada dua macam, yaitu: orang yang akan
berpergian dan yang sedang dalam perjalanan, merek berhak meminta
bagian zakat meskipun ada yang menghutanginya dengan cukup.
Menurut golongan ini ibnu sabil di beri dana zakat untuk nafkah,
perbekalan dan apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan.36
Zakiyah Darajat memasukkan dalam golongan ini
adalah para penuntut ilmu yang jauh dari orang tua dan kehabisan bekal
dalam rantauannya.37
2. Hikmah Zakat
Dalam setiap ajaran yang diperintahkan pada manusia mengandung
suatu hikmah yang sangat berguna bagi orang yang melakukannya.
Demikian pun dengan zakat, Hasbi Ash-Shiddiqy membagi hikmah zakat
atas 4 sisi, yaitu hikmah bagi pihak pemberi zakat, pihak penerima zakat
(mustahiq), gabungan antara keduanya dan hikmah yang khusus dari
Allah.38
Sementara Wahbi Sulaiman Goza menambahkan dari segi
ekistensi harta benda itu sendiri, serta hikmah bagi pemberi zakat dan
pihak masyarakat pada umumnya.39
a. Hikmah bagi Muzakki
Jika seseorang melaksanakan kewajiban zakat, maka dia berarti
telah melakukan tindakan preventif bagi terjadinya kerawanan sosial
36
Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaf an-Nawawi, Al-Majmu‟ Syarh al- Muhazzab.
Vol. hlm. 227 37
Zakiyah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama, 1991), hlm. 82 38
Hasbi ash-Shidieqy, Kuliah Ibadah Ditinjau Dari segi Hukum dan Hikmah,cet. Ke-1,
(Jakarta: bulan Bintang, 1963), hlm. 232 39
Wahbi Sulaiman Goza, Az-Zakah wa Ahkamuhu, (Beirut: Muassasah ar- Risalah,1978),
hlm.15-20
32
yang umumnya dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan ketidakadilan
seperti terjadinya pencurian, perampokan, maupun kekerasan yang
diakibatkan oleh kekayaan.
b. Hikmah bagi Mustahiq
Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan
para mustahiq akan tetapi memberi kecukupan dan kesejahteraan
kepada mereka dengan cara memperkecil penyebab kehidupan
mereka menjadi miskin.
c. Hikmah keduanya
Zakat sebagai suatu kewajiban dan kebutuhan bagi seorang
muslim yang beriman. Menghilangkan rasa kikir bagi pemilik harta
serta membersihkan sikap dengki dan iri hati bagi orang-orang yang
kurang.
Keberhasilan zakat dalam mengurangi perbedaan kelas dan
berhasilnya dalam mewujudkan pendekatan dari kelas-kelas dalam
masyarakat, otomatis akan menciptakan suasana aman dan tentram
yang melindungi seluruh masa. Dengan demikian akan
menyebabkan tersebarnya keamanan masyarakat dan berkurangnya
tindakan kriminalitas.
d. Hikmah kekhususan dari Allah
Dari segi kepentingan harta benda yang dizakati, akan
memberikan suatu jaminan untuk membentengi harta kekayaan
tersebut dari kebinasaan dan memberikan keberkatan serta kesucian
33
dari kotoran dan subhat. Hal ini dirasa adanya balasan kebaikan dari
Allah, dengan mengabulkan do’a dari para penerima zakat yang
telah memberikan bantuan. ( QS At-Taubah (9): 103).
e. Hikmah dari eksistensi harta
Menjaga dan memelihara harta dari para pendosa, pencuri,
sehingga kehidupan di lingkungan masyarakat menjadi tentram tanpa
ada rasa ketakutan dan kekhawatiran menjaga harta mereka.
E. Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan atau profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi tersebut
misalnya pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis,
dan wiraswasta.
Adapun orang orang yang mensyariatkan zakat profesi memiliki alasan
sebagai berikut: Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian,
peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak
dikenal pada masa generasi terdahulu. Oleh karena itu pembahasan mengenai
tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang setara
dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil
profesi terbebas dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan
terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan
kepada golongan yang membutuhkan.
Penghasilan profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini,
berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena
34
itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu
2,5% dari seluruh penghasilan kotor. Hadits yang menyatakan kadar zakat
emas dan perak adalah: “Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah
mencapai satu tahun, maka zakatnya setengah dinar (2,5%)” (HR. Ahmad,
Abu Dawud dan Al- Baihaqi).
1. Pajak
a) Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan
kekayaan pertikelir kesektor) berdasarkan Undang-Undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (tegen prestatie)
yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum (publieke uitgaven).40
Pajak menurut para ahli keuangan ialah kewajiban yang
ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara
sesuai dengan ketentuan, tanpa dapat prestasi kembali dari negara, dan
hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu
pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik,
dan tujuan-tujuan lain.41
Menurut pengertian syari’ah, secara bahasa pajak dalam bahasa
arab disebut dengan Dharibah,42
yang berarti mewajibkan,
menetapkan, menentukan. Para ulama memakai ungkapan dharibah
40
Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta:
Libert 1992) h.57 41
Yusuf QardHawi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988) h.999 42
Gazy Inayah, Al- Iqtishad az- Zakah wa az- Dharibah Op.cit, h.24 dan Qardhawi, Fiquz
Zakah, Op.cit, h1001
35
untuk menyebut harta yang di pungut sebagai kewajiban.
Tiga ulama mendefinisikan pajak, yaitu Yusuf Qardhawi dalam
kitabnya Fiqh az- Zakah, Gazi Inayah dalam kitabnya Al- Iqtishad az-
Zakah wa az-Dharibah, yang secara ringkas dijelaskan sebagai berikut:
1) Yusuf Qardhawi berpendapat:
Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib
pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan
ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara, dan
hasilnya untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum di
satu pihak dan untuk merealisasi sebagai tujuan ekonomi, sosial,
politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.
2) Gazi Inayah berpendapat:
Pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang
ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat
mengikat tanpa adanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah
ini sesuai dengan kemampuan pemilik harta dan dialokasikan
untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk
memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.
Dari pemaparan di atas maka zakat dan pajak sama-sama
kewajiban yang harus dilaksanakan namun dualisme pemungutan
ini pada gilirannya tentu akan menyulitkan pemilik harta atau
pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan dualisme sistem ini
potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam konteks
36
mensejahterakan rakyat.
Akan tetapi Undang-Undang perpajakan No. 36 tahun 2008
merumuskan pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:
“Pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau
perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang di
terima atau di peroleh selama satu tahun”.43
b) Dasar Hukum Pajak
Hukum pajak adalah sebagai hukum positif merupakan bagian
hukum nasional yang berlaku dengan memiliki sumber hukum. Akan
tetapi sumber hukum yang dimiliki oleh hukum pajak bersumber pada
hukum tertulis yang berkaitan di bidang perpajakan karena keberadaan
hukum pajak hanya di dukung oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan sebagai produk legislatif untuk lebih jelasnya mengenai
sumber hukum pajak dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 607/KMK.04/1994 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak, tanggal 21
Desember 1994.
3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 542/KMK.04/2000 Tentang
43
Redaksi PT. Ichtar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang- Undangan RI,
(Jakarta: PT. Intermasa, 1989)
37
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Dan
Pengurangan atau Penghapusan Ketetapan Pajak. Tanggal 22
Desember 2000.
4) Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-18/PJ.24/1995 Tentang
Perubahan atas Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-05/PJ.24/1995
Tanggal 3 Februari 1995 Tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan
Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Tanggal 5 Mei 1995.
5) Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 tata cara
pembebanan zakat atau sumbangan keagaman yang sifatnya wajib
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 98, tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia 5148).44
c) Jenis-jenis Pajak45
Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis
pajak, yang di bagi kedalam perbedaan pajak menurut golongan,
perbedaan pajak menutut sifatnya dan perbedaan pajak menurut
lembaga pemungutannya, adapun semua itu dapat diuraikan sebagai
44
http://ketentuan.pajak.go.id/ diakses pada 4 November 2016 45
Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta:
Liberty,1992), h.9-10
38
berikut:
1) Menurut golongannya pajak di bagi menjadi dua, yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Berikut ini diuraikan
pengertian masing-masing:
a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus di pikul
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak penghasilan.
b) Pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya
dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen.
Adapun dalam pengertian administratif pajak tidak langsung
adalah pajak yang di pungut setiap terjadi peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak misalnya
terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contoh: pajak
pertambahan nilai dan bea materai.
2) Menurut sifatnya pajak di bagi menjadi dua yaitu pajak subjektif
dan pajak objektif berikut ini diuraukan pengertian masing-
masing:
a) Pajak subjektif (bersifat perorangan) adalah pajak yang
memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak
untuk memetapakan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan
yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan
materialnya. Contoh: pajak penghasilan orang pribadi,
hubungan antara pajak dan wajib pajak langsung oleh karena
39
besarnya pajak penghasilan yang harus di bayar tergantung
pada besarnya penghasilan sesorang.
b) Pajak objektif (bersifat kebendaan) adalah pajak objektif
pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa benda
dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
3) Menurut lembaga pemungutannya pajak di bagi menjadi dua
yaitu pajak negara dan pajak daerah, berikut ini diuraikan
pengertian masing-masing:
a) Pajak negara adalah pajak yang di pungut pemerintah pusat
yang penyelengaraanya dilaksanakan oleh departemen
keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga negara pada umumnya. Contoh :
- Pajak penghasilan adalah merupakan salah satu pajak
negara memiliki objek yang dapat dikenakan pajak, yakni
“penghasilan”. Adapun pengertian penghasilan menurut
pasal 4 ayat (1) UU PPh adalah setiap 37 tambahan
kemampuan ekonomi yang di terima atau di peroleh wajib
pajak baik yang berasal di Indonesia maupun yang di luar
Indonesia.
- PPN (pajak pertambahan nilai) secara tegas di atur dalam
UU PPN, yang menyatakan bahwa pajak pertambahan
nilai dikenakan atas pajak penjualan atas barang mewah
40
penyerahan jasa dan ekspor barang pengusaha.
- Pajak bumi dan bangunan, keduanya dapat berdiri sendiri
atau secara bersama-sama sebagai objek yang dapat
dikenakan pajak bumi dan bangunan adapun yang di
maksud dengan bumi itu sendiri meliputi bagian dalam
bumi seperti tanah, perairan pedalaman serta laut
daerah Indonesia, dan yang di maksud bangunan itu
sendiri adalah bangunan yang berdiri di atas permukaan
bumi seperti hotel, pabrik jalan tol dan lain-lain.
- Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen
yang digunakan oleh orang pribadi atau badan dalam lalu
lintas hukum.
b) Pajak daerah adalah pajak-pajak yang di pungut oleh
daerah, kabupaten maupun kota madya berdasarkan peraturan
daerah masing-masing dan hasilnya untuk pembiayaan rumah
tangga daerah masing-masing. Contoh : pajak kendaraan
bermotor, pajak radio, dan pajak pembangunan.
d) Hak dan Kewajiban Wajib Pajak46
Kewajiban pajak itu timbul setelah memenuhi dua syarat, yaitu :
pertama, kewajiban pajak subyektif ialah kewajiban pajak yang
melihat orangnya. Misalnya: semua orang atau badan hukum yang
berdomisili di Indonesia memenuhi kewajiban pajak subyektif.
46
http://www.pajak.go.id/content/buku-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak-2011 di akses pada
19 November 2016
41
Kedua, kewajiban pajak obyektif ialah kewajiban pajak yang melihat
pada hal-hal yang dikenakan pajak. Misalnya: orang atau badan
hukum yang memenuhi kewajiban pajak kekayaan adalah orang yang
punya kekayaan tertentu, yang memenuhi kewajiban pajak kendaraan
ialah orang yang punya kendaraan bermotor dan sebagainya.
Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang
perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga
negara pembayar pajak, maka Undang-Undang perpajakan yaitu
Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
mengakomodir mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak.
1) Kewajiban wajib pajak :
a) Kewajiban mendaftarkan diri
Sesuai dengan sistem self assessment maka wajib pajak
mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke KPP atau
KP2KP yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan
Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Di samping melalui KPP atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga
dapat dilakukan melalui eregistration (ereg), yaitu suatu cara
pendaftaran NPWP melalui media elektronik online (internet).
b) Kewajiban pembayaran, pemotongan/pemungutan, dan
pelaporan pajak
Wajib pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya harus sesuai dengan sistem self
42
assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.
c) Kewajiban dalam hal diperiksa
Untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, Direktur jenderal pajak dapat
melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak. Pelaksanaan
pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi
pengawasan terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah :
1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan
sesuai dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis
Pemeriksaan Kantor.
2) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk
data yang di kelola secara elektronik, yang berhubungan
dengan penghasilan yang di peroleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.
Khusus untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak wajib
memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau
mengunduh data yang di kelola secara elektronik.
3) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang
yang di pandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna
43
kelancaran pemeriksaan.
4) Menyampaikan tanggapan secara tertulias atas surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
5) Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang di buat oleh
akuntan publik khususnya untuk jenis pemeriksaan kantor.
6) Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang
diperlukan.
d) Kewajiban memberi data
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya
di atur pada Pasal 35A UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah di
rubah dengan UU Nomor 16 Tahun 2009.
2) Hak wajib pajak:
a) Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Dalam hal pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak
ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak, atau dengan kata lain
pembayaran pajak yang di bayar atau di potong atau di pungut
lebih besar dari yang seharusnya terutang, maka wajib pajak
mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan tersebut.
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan di terima
44
secara lengkap.
Untuk wajib pajak masuk kriteria wajib pajak patuh,
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN sejak
permohonan di terima. Perlu diketahui pengembalian ini
dilakukan tanpa pemeriksaan.
Wajib pajak dapat melakukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak melalui dua cara: pertama, melalui
Surat Pemberitahuan (SPT), kedua, dengan mengirimkan surat
permohonan yang ditujukan kepada kepala Kantor Pelayanan
Pajak (KKP). Apabila Direktorat Jenderal Pajak terlambat
mengembalikan kelebihan pembayaran yang semestinya
dilakukan, maka wajib pajak berhak menerima bunga 2% per
bulan maksimum 24 bulan.
b) Hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
dengan tujuan menguji kepatuhan wajib pajak dan tujuan lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam hal dilakukan pemeriksaan, wajib pajak berhak:
1) Meminta Surat Perintah Pemeriksaan
2) Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa
3) Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan
pemeriksaan
45
4) Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan
SPT
5) untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dalam batas waktu yang ditentukan.
c) Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan
peninjauan kembali
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat
ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi
kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika wajib pajak tidak
sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat ketetapan
tersebut. Selanjutya apabila belum puas dengan keputusan
keberatan tersebut maka wajib pajak dapat mengajukan banding.
Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam
sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
d) Hak-hak kerahasiaan bagi wajib pajak
1) Hak Kerahasiaan Bagi Wajib Pajak
Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapat
perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang
telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam
rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Di samping itu
pihak lain yang melakukan tugas di bidang perpajakan juga
dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak, termasuk
46
tenaga ahli, sepert ahli bahasa, akuntan, pengacara yang
ditunjuk oleh Jenderal pajak untuk membantu pelaksanaan
Undang-Uundang perpajakan.
Kerahasiaan wajib pajak antara lain :
a) Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen
lainnya yang dilaporkan oleh wajib pajak.
b) Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.
c) Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
2) Hak Untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran
Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, wajib pajak dapat
mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.
3) Hak Untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan
Dengan alasan tertentu, wajib pajak dapat menyampaikan
perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh badan
maupun PPh Orang pribadi.
4) Hak Untuk Pengurangan PPh Pasal 25
Dengan alasanalasan tertentu, wajib pajak dapat
mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25.
5) Hak Untuk Pengurangan PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan)
Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi
47
tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek
pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya serta dalam hal
objek pajak yang terkena bencana alam dan juga bagi wajib
pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran
pembela kemerdekaan, dapat mengajukan permohonan
pengurangan atas pajak terutang. Khusus untuk Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang sudah
dialihkan ke Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten), pengurusan
untuk pengurangan PBB tidak lagi di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tetapi di Kantor Dinas Pendapatan Kota/kabupaten
setempat.
6) Hak Untuk Pembebasan Pajak
Dengan alasanalasan tertentu, wajib pajak dapat
mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/
pemungutan Pajak Penghasilan.
7) Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak
Wajib pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu
sebagai wajib pajak patuh dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu
paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak
tanggal permohonan.
48
8) Hak Untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan
Di bidang PPN, untuk barang kena pajak tertentu atau
kegiatan tertentu diberikan fasilitas pembebasan PPN atau PPN
tidak di pungut. BKP tertentu yang dibebaskan dari pengenaan
PPN antara lain Kereta api, Pesawat udara, Kapal laut, Buku
buku, perlengkapan TNI/POLRI yang di impor maupun yang
penyerahannya di dalam daerah pabean oleh wajib pajak
tertentu. Perusahaan yang melakukan kegiatan di kawasan
tertentu seperti kawasan berikat mendapat fasilitas PPN tidak di
pungut antara lain atas impor dan perolehan bahan baku.
e) Perbandingan Antara Zakat dan Pajak
Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenai
pengertian pajak dan zakat maka diantara kedua terdapat
pesamaan dan perbedaan keduanya. Adapun persamaan antara
zakat dan pajak adalah:
1) Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk
menghasilkan pajak, juga terdapat dalam zakat yang harus
di bayar tiap tahunnya.47
Bila sorang muslim terlambat
membayar zakat, karena keimanan dan keislamannnya
belum kuat, disini Islam akan memaksanya, bahkan
memerangi mereka yang enggan
membayar zakat, bila mereka punya kekuatan.
47
Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), H.175
49
2) Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat
atau negara, pusat maupun daerah, maka zakat pun
demikian, karena pada dasarnya zakat itu harus diserahkan
kepada pemerintah sebagai badan yang di sebut dalam
Alqur’an yaitu amil zakat.
3) Diantara ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan
tertentu. Pada wajib pajak menyerahkan pajaknya selaku
anggota masyarakat. Wajib pajak hanya memperoleh
berbagai fasilitas untuk dapat melangsungkan kegiatan
usahanya. Demikian halnya dalam zakat. Wajib zakat tidak
memperoleh suatu imbalan. Mereka membayar zakat
sebagai muslim dan hanya memperoleh perlindungan,
penjagaan dan solidaritas dari masyarakat. Wajib zakat
harus memberikan hartanya untuk menolong masyarakat
dan membantu mereka dalam menangulanggi kemiskinan,
kelemahan dan penderitaan hidup dan demi tegaknya
kalimat Allah dan kebenaran di muka bumi tanda mendapat
prestasi kembali atas pembayaran zakatnya.
4) Apabila pajak pada zaman modern mempunyai tujuan
kemasyarakatan, ekonomi, dan politik di samping tujuan
keuangan, maka zakat itu mempunyai tujuan yang lebih
jauh dan jangkawan yang lebih luas dan sangat besar
50
pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.48
Adapun beberapa perbedaan antara zakat dan pajak adalah:
1. Zakat mengandung arti suci, tumbuh dan berkah. Orang
yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih dari sifat kikir,
tamak, hartanya tidak kotor lagi karena hak orang telah
disisihkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Harta yang dizakati itu membawa berkah, dan tumbuh
berkembang dari pengertian zakat tersebut sehingga timbul
dari muzakki bahwa zakat itu bukan sebuah perintah semata
akan tetapi keharusan bagi muzakki untuk mengeluarkannya
agar harta yang dia memiliki terdapat keberkahaan dan
kesucian di dalamnya. Sedangkan pajak artinya hutang,
pajak tanah, upeti dan sebagainya yang wajib di bayar,
sehingga kesan pajak adalah beban berat yang dipaksakan
walaupun hasil pajak itu di manfaatkan untuk pembangunan
dan kepentingan negara.
2. Zakat ialah ibadah yang diwajibkan kepada umat muslim
sebagai tanda bersyukur kepada Allah, dan mendekatkan
diri kepada-Nya. Sedangkan pajak adalah kewajiban atas
muslim ataupun non muslim yang tidak dikaitkan dengan
ibadah. Berbeda dengan zakat, harus diniatkan
mengeluarkan zakat itu, sedangkan pajak tidak memerlukan
48
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991 ), h.999-1000
51
niat, apalagi non muslim.
3. Zakat ketentuannya dari Allah dan rasul-Nya yaitu
penentuan nisab dan penyalurannya, sedangkan pajak
sangat bergantung kepada kebijakan pemeritah. Orang yang
dikenakan pajak belum tentu membayar zakat karena zakat
ada patokan nisabnya yang berlaku, sedangkan pajak bisa
dimunculkan dan mungkin dihapuskan.
4. Zakat adalah kewajiban yang bersifat permanen, terus
menerus berjalan selama hidup dan kewajiban
mengeluarkan zakat tidak dihapuskan oleh siapapun.
berbeda dengan pajak yang bisa di tambah, dikurangi dan
bahkan dihapuskan sesuai dengan kepentingan negara.
5. Pos-pos penyaluran zakat sudah di jelaskan dalam Al-
qur’an dan diikuti oleh amal perbuatan Rasulullah dan para
sahabat. Pos-pos pengeluarannya lebih terbatas bila
dibandingkan dengan pajak yang cakupannya lebih umum.
6. Wajib pajak berhubungan dengan pemerintah dan
adakalanya orang menghindar dari kewajiban membayar
pajak. Berbeda dengan zakat orang yang wajib zakat
langsung berhubungan dengan Allah.
7. Maksud dan tujuan zakat mengadung pembinaan spiritual
dan moral yang lebih tinggi dari maksud dan tujuan pajak.49
49
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah ,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.63
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini mengenai respon wajib pajak terhadap zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak studi kasus di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Kebayoran Baru Tiga yang akan dilakukan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Kebayoran Baru Tiga.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
eksplanatif-asosiatif. Penelitian dilakukan dengan mencari tahu sebab
akibat atau hubungan antara dua atau lebih variabel dalam penelitian
tersebut. (Kriyantono, 2012)50
Penelitian eksplanatif mencari atau menguji suatu kaitan antara
variabel-variabel yang dihipotesiskan, di antara hipotesis yang ditentukan
akan ada hipotesis yang akan dicari kebenarannya. Dalam hipotesis, akan
dijelaskan pengaruh antara variabel-variabel yang telah ditentukan
tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa suatu variabel
mempengaruhi variabel lainnya atau tidak sama sekali.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah survei, yaitu metode penelitian dengan
menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya
50
Kriyantono, Rachmat.2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Malang: Kencana Prenada
Media Group.2012) hal 59-60
53
adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang di
anggap mewakili populasi tertentu.51
Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan
eksplanatif (analitik). Pembagian ini berdasarkan pada tataran atau cara
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan jumlah variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini, jenis survei yang digunakan adalah survei eksplanatif,
dimana jenis survei ini digunakan bila ingin mengetahui mengapa situasi atau
kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi terjadinya sesuatu.
Unit analisis yang digunakan adalah individu (Wajib Pajak KPP
Kebayoran Baru Tiga), Time Horizon yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi cross sectional, yang merupakan suatu bentuk pengumpulan data
yang hanya dilakukan dalam satu kurun waktu, dan tempat tertentu.
Desain penelitian dibawah ini di buat berdasarkan tujuan penelitian.
Sesuai dengan tujuannya masing-masing, dengan menggunakan jenis
penelitian eksplanatif yang lebih dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh
antar variabel yaitu Respon Wajib Pajak Terhadap Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui
penyebaran kuesioner, dengan membagikan beberapa pernyataan kepada
responden untuk mendapatkan respon atau tanggapan yang diinginkan, demi
terkumpulnya data penelitian.
51
Kriyantono, Rachmat.2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Malang: Kencana Prenada
Media Group.2012) hal 59-60
54
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tujuan
Penelitian
Jenis
Penelitian
Metode
Penelitian
Unit Analisis Time
Horizon
T-1
Eksplanatif
-Asosiatif
Kuesioner
Wajib Pajak
Kebayoran Baru
Tiga
Cross
Sectional
T-2
Eksplanatif
-Asosiatif
Kuesioner
Wajib Pajak
Kebayoran Baru
Tiga
Cross
Sectional
Sumber : Hasil olah data (2017)
Keterangan :
T-1 :Untuk mengetahui respon wajib pajak terhadap ketentuan
pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
T-2 :Untuk mengetahui respon wajib pajak terhadap pelaksanaan
administratif zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di
kantor pelayanan pajak (kpp) pratama Kebayoran Baru Tiga.
D. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, terdapat variabel yang ingin diukur atau dicari
tahu. Variabel merupakan suatu obyek yang memiliki sifat yang berlainan
atau berbeda dan dapat di ukur52
. Dengan kata lain, variabel dalam penelitian
merupakan suatu konsep yang telah ditentukan dan berdasarkan teori yang
sudah ada yang ingin diukur kebenarannya. Dalam penelitian ini, terdapat
satu jenis variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas, merupakan variabel yang menjadi salah satu sebab
yang dapat mempengaruhi atau mengubah variabel lainnya atau variabel
52
Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi.Yogyakarta. UPP Amp YKPN. 2001. hal 5
55
terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Respon wajib pajak.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya atau variabel bebas, sehingga menjadi akibat dari sebab
variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Zakat sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak.
Tabel 3.1. Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Respon
Wajib Pajak
(X)
Selama ini saudara/i menyadari akan
pentingnya pajak
Skala Likert
Saudara/i merasa bahwa sudah
sepantasnya keterlambatan membayar
pajak tidak diampuni dan harus
dikenakan bunga
Saudara/i memahami tentang sistem
perpajakan yang berlaku.
Saudara/i dalam melaporkan kewajiban
untuk membayar pajak
Setelah saudara/i terdaftar sebagai
Wajib Pajak saudara/i wajib membayar
dan melaporkan pajak
Enggan membayar pajak karena takut
uang pajaknya disalahgunakan
Membayar pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara
Penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan pajak dapat merugikan
negara.
56
Sanksi administrasi berupa denda 50%
dari pajak yang kurang dibayar, apabila
pengisian SPT (Surat Pemberitahuan)
dilakukan dengan tidak benar.
Membayar kekurangan pajak
penghasilan sebelum dilakukan
pemeriksaan dari aparat pajak
Petugas pajak bersikap ramah dan
sopan dalam melayani setiap Wajib
Pajak.
Kualitas pelayanan yang memuaskan
akan membuat Wajib Pajak merasa
tertolong dan menguntungkan dalam
hal waktu dan pelayanan
Fasilitas Call Center atau Kring Pajak
adalah salah satu sarana bertanya
Wajib Pajak selain datang ke
DPPKAD.
Petugas pajak memberikan informasi
dan penjelasan dengan jelas dan mudah
dimengerti oleh Wajib Pajak serta
memberikan solusi yang tepat.
Dalam penyelenggaraan pajak, sejauh
ini sederhana berkapasitas untuk
mengarahkan tanpa mempengaruhi
Wajib Pajak
Saya akan tetap membayar pajak
walaupun masyarakat disekitar saya
tidak mau bayar pajak.
Saya pernah mendapatkan sosialisasi
pajak dari kantor pajak setempat
Masyarakat di sekitar rumah saya telah
melaksanakan kewajiban pajak dengan
benar.
Masyarakat telah mengetahui bahwa
dalam Undang- Undang perpajakan,
bagi Wajib Pajak yang terlambat atau
tidak membayar pajak dapat diberikan
sanksi administrasi (denda) dan sanksi
57
pidana (penjara).
Pajak bersifat memaksa sehingga
apabila terjadi pelanggaran maka akan
dikenakan sanksi.
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Zakat
Sebagai
Pengurang
Penghasilan
Kena Pajak
(Y)
Dalam UU Pengelolaan Zakat terdapat Pasal yang
mengatur bahwa zakat yang dibayar melalui
BAZ/LAZ dapat dijadikan pengurang Penghasilan
Kena Pajak.
Skala Likert
Sumber Informasi Zakat Pengurang Setoran
pajak terutang
Waktu Mengetahui Informasi Zakat Pengurang
Setoran Pajak Terutang
Tempat Menyerahkan SPT
Membayar Zakat Sekaligus Membayar Pajak
Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang Pajak Orang
Pribadi
Wajib Pajak Melakukan Perhitungan Sendiri
Zakat Sebagai Pengurang Pajak
Zakat Dianggap Sebagai Biaya (Expense)
Merasakan Manfaat Penerapan Zakat sebagai
Pengurang Pajak
Zakat mengurangi beban pajak
Pengurangan Zakat dari Penghasilan Kena Pajak
tidak dapat dilakukan apabila zakat tidak dibayar
melalui BAZ/LAZ yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah.
Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Pajak dapat
meningkatkan penerimaan baik zakat maupun
58
pajak secara bersamaan (simultan).
Kebijakan Zakat sebagai tax credit bisa
diterapkan di Indonesia karena telah diterapkan
di negara lain seperti Malaysia dan Pakistan
Sistem Pemungutan Zakat dan Pajak yang
dikelola secara terpadu (terintegrasi) akan
meningkatkan motivasi seseorang dalam
membayar zakat dan pajak.
Antara zakat dan pajak, keduanya memiliki
kesamaan dalam obyek, subyek, fungsi dan
tujuan
Sosialisasi UU dan Peraturan Perpajakan
terhadap zakat yang dilakukan oleh petugas
pajak akan meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak antara lain dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib
Pajak.
Selama ini saya telah membayarkan zakat profesi
atas penghasilan yang saya peroleh
Diantara perbedaan antara pajak dan zakat
adalah Nishab (Ukuran Minimal). Nishab zakat
memiliki ukuran tetap sedangkan pajak berubah-
ubah sesuai dengan anggaran belanja negara.
Zakat dan Pajak merupakan kewajiban ganda
bagi seorang muslim.
E. Populasi Dan Sampel
59
1. Populasi
Menurut Sugiyono dalam Kriyantono,53
populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi disebut juga sebagai kumpulan objek riset. Dengan kata
lain, populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang berperan penting
dalam suatu penelitian. Namun, di dalam populasi terdapat beberapa
elemen yang dapat dipilih sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan.
Populasi pada penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP
Kebayoran Baru Tiga. Jumlah wajib pajak tercatat sebanyak 20.863 wajib
pajak. Wajib pajak orang pribadi adalah subjek pajak yang dikenakan
kewajiban perpajakan yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar negeri, wajib pajak orang pribadi tidak melihat umur dan
juga jenjang sosial ekonomi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang di ambil dari populasi
53
Kriyantono, Rachmat.2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Malang: Kencana Prenada
Media Group.2012) hal 59-60
60
harus betul-betul representatif (mewakili).54
Ada dua macam teknik pengambilan sampel:
a. Probability sampling
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik
sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau
kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.
Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan
sampel yang representatif.
b. Nonprobability sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut
pertimbangan pakar. Teknik ini bersifat subjektif.
Sampel ditentukan dengan menggunakan suatu teknik yaitu
teknik sampling. Adapun teknik sampling yang digunakan untuk
pengambilan sampel adalah insidental sampling. Teknik ini merupakan
salah satu teknik nonprobability sampling dimana teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sampel,
bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.55
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 10% atau 0,1.
54
Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi.Yogyakarta. UPP Amp YKPN. 2001. hal 5 55
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, ( Yogyakarta, YPFP UGM, 1997) hal. 136
61
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e2
= Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
= 99,522 dibulatkan menjadi 100 orang responden.
Berdasarkan teknik tersebut maka disebarkan kuisioner
sebanyak 100 untuk kuesioner yang disebar ke wajib pajak KPP
Kebayoran Baru Tiga.
F. Teknik Pengumpulan Data, Jenis Dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Penelitian ini memerlukan data atau keterangan yang diperoleh
melalui teknik pengumpulan data. Data yang dikumpulkan yaitu data primer
dan data sekunder yang akan dijabarkan sebagai berikut :
62
1. Jenis Data
a. Data primer, merupakan data mentah yang diperoleh secara langsung
melaluipenyebaran kuesioner dengan pihak yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang dilakukan, kemudian akan di olah untuk tujuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
b. Data sekunder, merupakan sumber data yang sudah dikumpulkan dan
digunakan oleh pihak pertama berupa studi kepustakaan yang
berbentuk antara lain buku literatur, teori-teori, maupun catatan-
catatan yang berhubungan dengan rumusan masalah, seperti gambaran
umum perusahaan, struktur organisasi internal, dan lain sebagainya.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua macam sumber data, yaitu :
a. Responden
Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang digunakan untuk
menghimpun data. Untuk data primer, penelitian ini menggunakan
sumber data dari responden. Responden yang dimaksudkan disini
adalah wajib pajak KPP Kebayoran Baru Tiga pada bulan Januari
2017.
b. Wilayah
Untuk sumber data sekunder, penelitian menggunakan data dari KPP
Kebayoran Baru Tiga seperti sejarah KPP, visi misi KPP, struktur
organisasi.
63
Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Tujuan
Penelitian
Analisis Data Data
Jenis Sumber
T - 1
Bagaimana respon wajib pajak terhadap
ketentuan pelaksanaan zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak
Data
Kuantitatif
Primer-
Kuesioner
T- 2
Bagaimana respon wajib pajak terhadap
pelaksanaan administratif zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak di kantor
pelayanan pajak (kpp) pratama Kebayoran
Baru 3
Data
Kuantitatif
Primer-
Kuesioner
Sumber : Hasil olah data (2016)
G. Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden untuk memperoleh informasi yang
dijadikan data penelitian. Tujuan dari pengumpulan data menggunakan
kuesioner adalah agar penelitian dapat memperoleh informasi dengan lengkap
berhubungan dengan masalah atau fenomena yang di angkat dalam
penelitian.56
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei yang mana
menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data. Survei yang dilakukan ini
ditujukan kepada wajib pajak KPP Kebayoran Baru Tiga pada hari Senin
tanggal 3 - 17 Februari 2017, dari pukul 10.00 – 15.00 WIB.
Kuesioner disebarkan kepada 100 responden yang merupakan wajib
pajak KPP Kebayoran Baru Tiga.
56
Rachmat Kriyantono, Teknik praktis riset komunikasi, (Malang: Kencana Prenada Media
Group.2012) hal 136
64
2. Skala Instrumen
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala instrumen Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.57
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai yang sangat negatif.
Responden akan diberikan jawaban dalam bentuk pernyataan dengan skor
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skala Likert
Keterangan Penilaian
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
Sumber : (Sugiyono,2012)
3. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala
pengukuran interval. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak
antara satu data dengan data lainnya adalah mempunyai bobot atau jarak
atau interval yang sama (Kriyantono)58
Skala pengukuran interval menggunakan konsep jarak (interval)
yang sama karena tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai awal
57
Sukandar, Rumidi, “Metodologi Penelitian Petunjuk praktik Untuk Peneliti Pemula”,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), hlm. 71-72. 58
Kriyantono, Rachmat.2012 hlm.136
65
perhitungan (Ruslan, 2006).59
Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Data
Tujuan
Penelitian
Kuesioner
Skala
Instrumen
Skala
Pengukuran
T - 1 100 Likert Interval
T - 2 100 Likert Interval
Sumber : Hasil olah data (2016)
H. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini akan dimulai dengan melakukan uji
validitas dan reabilitas pada kuesioner yang telah didapatkan dari responden
yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam
kuesioner. Dari hasil kuesioner yang didapatkan akan dianalisis menggunakan
pengolahan data dengan komputer melalui program SPSS (Statistical Product
and Service Solution) versi 20.
Tabel 3.5 Teknik Analisis Data
Tujuan Teknik Analisis
T-1 Regresi sederhana
T-2 Regresi sederhana
Sumber : Hasil olah data (2017)
59
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Penerbit
Rajawali Pers, Jakarta.hlm 145
66
1. Uji Validitas
Menurut Kriyantono60
validitas dimaksudkan untuk menyatakan
sejauh mana instrument akan mengukur apa yang ingin di ukur. Misalnya,
instrument yang digunakan adalah kuesioner. Uji validitas berkaitan
dengan kebenaran, maksudnya adalah apakah pengukuran yang digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur, dan sejauh mana inferensi
dapat di buat dari nilai-nilai hasil pengujian dan pengukuran lainnya.
Dalam uji validitas suatu skala pengukuran dikatakan valid jika
butir-butir pertanyaan dalam kuesioner dapat mendefinisikan suatu
variabel. Untuk menghitung validilitas menggunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment.
Dasar pengambilan keputusan pada uji validilitas adalah sebagai
berikut:
1. Uji validitas bertujuan untuk melihat kelayakan butir-butir dari
pernyataan pada suatu kuesioner.
2. Jika r hitung >r tabel, maka butir soal dinyatakan valid.
3. Jika r hitung <r table, maka butir soal dinyatakan tidak valid
Untuk menguji validilitas butir dapat dilakukan dengan program SPSS
22, dengan langkah-langkah berikut :
1. Menentukan hipotesis
Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor
Ha =Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor
60
Kriyantono, Rachmat.2012. hlm. 162
67
2. Mencari r hasil
a. Masukan data jawaban responden untuk di olah dengan
software SPSS 22.
b. Pilih menu “analyze”, pilih sub menu “scale”, pilih
“realibility analyze”.
c. Kemudian kolom item isi dengan variabel yang ingin di hitung.
d. Pada bagian “model”, biarkan pilihan pada “Alpha”.
e. Klik tombol “statistic”. Pada bagian “deskriptive for” pilih
semuanya (Item, Scale, Scale of item deleted).
f. Kemudian ok, dan hasilnya pun akan muncul. Disini rhasil
untuk tiap item bisa di lihat pada output kolom Corrected Item-
Total Corelation pada tampilan software SPSS 22.
3. Mengambil Keputusan
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika rhasil positif, dan rhasil > rtabel, maka butiran
pernyataan tersebut valid.
b. Jika rhasil tidak positif, dan rhasil < rtabel, maka butiran
pernyataan tersebut tidak valid.
Jika instrumen pernyataan yang tidak valid, maka
instrumen tersebut di buang lalu di uji validilitas kembali.
Setelah pernyataan dinyatakan valid, selanjutnya akan di uji
reliabilitas.
68
2. Uji Reliabilitas
Alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara
konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala
yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung
arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat
diandalkan dan tetap/konsisten (Kriyantono, 2012).61
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu
pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya.
Pada program SPSS akan di bahas untuk di uji yang sering digunakan
dalam penelitian yakni metode Alpha (Cronbach‟s).
Langkah yang dilakukan untuk uji reliabilitas dengan SPSS 22
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya.
Ha = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit
faktornya.
2. Menentukan nilai rtabel
Pada program SPSS, metode ini dilakukan dengan metode
Cronbach‟s Alpha, dimana suatu kuesioer di anggap realiabel
apabila Cronbcah‟s Alpha> 0,6. (Triton, 2006)
3. Mencari rhasil
61
Kriyantono, Rachmat.2012. hlm. 178
69
Disini rhasil adalah angka Alpha (terletak di akhir output) dari
tampilan software SPSS.
4. Mengambil kesimpulan
a. Jika r Alpha positif, dan r Alpha > rtabel, maka butir
pernyataan tersebut Realiabel.
b. Jika r Alpha tidak positif, dan r Alpha < rtabel, maka butir
pernyataan tersebut tidak reliabel.
Menurut Triton (Triton, 2006)62
, tingkat reliabilitas dengan
metode Alpha Cronbach‟s diukur berdasarkan skala Alpha 0 sampai
1. Apabila skala tersebut dikelompokan ke dalam lima kelas dengan
range yang sama, maka ukuran kemantapan Apha dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Cronbach‟s Alpha
0,00 - 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 - 0,40 Sedikit Reliabel
> 0,40 - 0,60 Cukup Reliabel
> 0,60 - 0,80 Reliabel
> 0,80 - 1,00 Sangat Reliabel
Sumber Data: Siregar (2013)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang di
distribusi normal atau tidak normal. Dengan kata lain, uji normalitas
mengukur keaslian data yang diperoleh dari responden. Menurut
62
Triton, 2006.Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm.68
70
Sunyoto (2007)63
, uji normalitas akan menguji data variabel bebas atau
tidak terpengaruh (X) dan data variabel tidak bebas atau terpengaruh
(Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan alat tes
Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada SPSS 20 dengan tingkat
signifikan sebesar 5% atau 0,05. Dasar pengambilan keputusan pada
uji normalitas ini adalah dengan langkah sebagai berikut:
1. Pilih menu “Analyze” – “Descrptive Statistic” – “Explore”
2. Masukan variabel yang akan di uji sebarannya ke dalam kotak
“Dependent List”. Setelah itu klik tombol “Plots” yang akan
memunculkan dialog box kedua seperti ini.
3. Dalam dialog ini kita memilih opsi “Normality plots with tests”,
kemudian klik “Continue” dan “ok”.
Dan untuk melihat hasil perhitungan uji normalitas sebagai berikut:
a. Output Deskriptif : jika ratio Skewness dan Kurtosis tidak melebihi
angka 2, maka dapat dikatakan distribusi data adalah normal
b. Output Test of Normality: dimana hasil Sig > dari 0,05, maka
dikatakan normal
c. Grafik normal Q-Q Plots: terdapat garis lurus dari kiri ke kanan
atas. Garis ini berasal dari nilai Z. Jika suatu distribusi data normal,
maka data akan tersebar di sekeliling garis.
63
Danang Sunyoto.2007. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Ringkasan dan.
Kasus.Yogyakarta: Amara Books. hlm. 23
71
Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas ini adalah sebagai
berikut:
a. Jika Sig > 0.05, maka data berdistribusi normal.
b. Jika Sig < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.
4. Koefisien Determinasi
Menurut Siregar (2013)64
, koefisien determinasi adalah
sejumlah angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh satu
variabel bebas atau lebih terhadap variabel tidak bebas (Y).
Rumus:
KD = (r)2 x 100%
Sumber Data: (Siregar, 2013)
Dimana:
KD = Nilai koefisien determinan
r = Nilai koefisien korelasi
Hipotesis:
Ho1 : Bagaimana respon wajib pajak tidak terdapat pengaruuh
signifikan terhadap pelaksanaan administratif zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
64
Syofian Siregar, 2013, Statistik Deskriptif Untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers.hlm.
156
72
Ha1 : Bagaimana respon wajib pajak terdapat pengaruh signifikan
terhadap pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau 0,05 ≤ Sig, maka Ho di terima dan Ha di tolak,
artinya tidak signifikan. Jika nilai probabilitas 0,1 lebih besardari nilai
probabilitas Sig atau 0,05 >Sig, maka Ho di tolak dan Ha di terima,
artinya signifikan.
5. Uji Regresi
Menurut Siregar (2013)65
, regresi merupakan salah satu alat
ukur yang digunakan dalam memprediksi permintaan yang ada di
masa yang akan datang dengan menggunakan data yang ada di masa
lalu. Dengan regresi linier, maka kita juga dapat mengetahui
pengaruh dari variabel bebas ke variabel tidak bebas. Regresi linier
terbagi menjadi dua, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier
berganda. Pada penelitian ini menggunakan perhitungan regresi linier
sederhana.
Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan suatu nilai
variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel
65
Syofian Siregar, 2013, hlm 158
73
independen (Priyatno, 2009)66
. Analisis regresi dalam penelitian ini
dilakukan dengan dua cara yaitu regresi linier sederhana. Dalam
penelitian ini, untuk dapat mengetahui pengaruh antara variabel X
terhadap Y dan hubungan X terhadap Y, menggunakan regresi linier
sederhana dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah :
Y = a + b X
Keterangan :
Y = variabel dependen
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = variabel independen
6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,
2012)67
. Hipotesis dalam penelitian ini ada satu, yaitu :
Ho1 : Bagaimana respon wajib pajak tidak terdapat pengaruuh
signifikan terhadap pelaksanaan administratif zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
66
Duwi Priyatno, 2009. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian
dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Gaya Media, Yogyakarta. hlm 123 67
Sugiyono, 2012.hlm 184
74
Ha1 : Bagaimana respon wajib pajak terdapat pengaruh signifikan
terhadap pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
1. Sejarah KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl.K.H
Ahmad Dahlan No.14A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. KPP Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga masuk dalam lingkup Kanwil DJP Jakarta
Selatan dan merupakan pecahan dari KPP Pratama Jakarta Kebayoran
Baru Satu dengan (Saat Mulai Beroperasi) SMO terhitung mulai 1 Oktober
2007. Pada tahun 2008 KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga mengadakan
renovasi gedung guna meningkatkan kenyamanan bagi pegawai KPP
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dan Wajib Pajak. Selain itu
memang di anggap perlu diadakan penataan ulang ruangan-ruangan yang
ada agar sesuai dengan struktur organisasi yang baru agar sesuai
modernisasi Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga merupakan salah satu instansi vertikal di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang telah menerapkan sistem
administrasi perpajakan modern sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 31/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu perubahan yang
terjadi pada penerapan sistem administrasi perpajakan moderen adalah
penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak
76
Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak (KARIKPA) menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
2. Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Tiga
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga memiliki visi dan misi
yang sama dengan Direktorat Jenderal Pajak. Visi dari KPP Pratama
Kebayoran Baru Tiga adalah: Menjadi institusi pemerintah yang
menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif,
efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme
yang tinggi.
Misi dari KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga adalah:
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan
yang efektif dan efisien.
Tugas Pokok dari KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan
pemeriksaan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi
dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga menjalankan fungsi:
a. Mengumpulkan, mencari dan mengolah data, mengamati potensi
77
perpajakan serta menyajikan informasi perpajakan;
b. Mengumpulkan, mencari dan mengolah data, mengamati potensi
perpajakan serta menyajikan informasi perpajakan;
c. Menetapkan dan menerbitkan produk hukum perpajakan;
d. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan,
e. Menerima dan mengolah surat pemberitahuan, serta menerima
surat lainnya;
f. Melakukan penyuluhan perpajakan;
g. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak;
h. Melaksanakan esktensifikasi;
i. Menatausahakan piutang dan melaksanakan penagihan pajak;
j. Melaksanakan pemeriksaan pajak;
3. Wilayah Kerja KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga meliputi
tiga kelurahan dikecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, yaitu
meliputi:
a. Kelurahan Gunung
Kelurahan Gunung merupakan kawasan yang memiliki potensi pajak
paling banyak di sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi.
Berdasarkan data statistik, tercatat 5528 Wajib Pajak Orang Pribadi dan
1000 Wajib Pajak Badan. Kelurahan Gunung ditangani oleh Seksi
Pengawasan dan Konsultasi III.
78
b. Kelurahan Melawai
Kelurahan Melawai merupakan kawasan yang memiliki paling banyak
Wajib Pajak Badan dibandingkan dengan kelurahan Gunung dan
Petogogan. Berdasarkan data yang penulis peroleh, tercatat sebanyak
3562 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2949 Wajib Pajak Badan di
Kelurahan Melawai. Hal ini dikarenakan kawasan Melawai merupakan
kawasan niaga yang banyak bergerak pada sektor industri pengolahan.
Itulah salah satu alasan mengapa kawasan Melawai ditangani oleh dua
Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Kelurahan Melawai blok 1, 2, 3, 5, 6,
dan 7 ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi II dan untuk
kelurahan Melawai blok 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 ditangani oleh Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV.
c. Kelurahan Petogogan
Kelurahan Petogogan merupakan kawasan yang memiliki Wajib Pajak
Orang Pribadi terbanyak dibandingkan dengan Kelurahan Melawai dan
Gunung. Kawasan ini didominasi oleh sektor usaha real estate, usaha
persewaan, dan pasar perusahaan karena di wilayah ini terdapat apartemen
dan pemukiman mewah. Tercatat sebesar 5544 Wajib Pajak Orang Pribadi
dan 1167 Wajib Pajak Badan di wilayah ini. Kelurahan Petogogan
ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.
Dalam administrasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga tercatat
19.750 Wajib pajak, sebagian besar adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mencapai 74% diikuti badan yang memiliki prosentase hanya sebesar
79
26%.
4. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
Salah satu perubahan mendasar pada penerapan sistem administrasi
perpajakan modern yaitu pembangunan struktur organisasi dibangun
berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak.
Struktur organisasi yang baru dirancang berdasarkan fungsi, yaitu :
a. Fungsi pelayanan (Seksi Pelayanan serta Seksi Pengawasan dan
Konsultasi)
b. Fungsi penegakan hukum (Seksi Pemeriksaan dan Seksi Penagihan), dan
c. Fungsi pendukung (Sub Bagian Umum serta Seksi Pengolahan Data dan
Informasi).
Gambar 4.1
Bagan struktur organisasi pada KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga
Struktur Organisasi pada KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga tahun 2017
adalah sebagai berikut:
80
Kepala Kantor : Wahyu Widodo R
Kasubbag Umum : Rosita
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi : Ferdinan
Kepala Seksi Pelayanan : Syukur Mujiono
Kepala Seksi Penagihan : Leonard R Sidabutar
Kepala Seksi Pemeriksaan : Christian Luther p
Kepala Seksi Waskon I : Sukar Naibaho
Kepala Seksi Waskon II : M Kusniawan
Kepala Seksi Waskon III : Sofianto
Kepala Seksi Waskon IV : Moch. Agus Subekti
Kepala Seksi Ekstensifikasi : Emik Sofia
Kelompok Fungsional Pemeriksa
Supervisor : Arif M
Deni Achmad
Fungsional : Andi Prasetyo,
M Idham, Kidak,
Lusi, Rochayati,
Arif, Ali, Dadang,
Sri Sasongko
B. Hasil dan Pembahasan
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Berdasarkan data yang terkumpul dalam penelitian ini melalui
kuesioner yang dibagikan kepada sebanyak 100 responden yaitu responden
wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
mulai tanggal 3 februari sampai dengan 17 februari 2017 dan kuesioner
yang kembali sebanyak 100 responden, sehingga kuesioner yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden.
2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian berupa data dari jawaban responden yang di olah
menggunakan alat analisis yang ada di dalam statistik. Data yang diperoleh
81
ini berasal dari jawaban responden. Kriteria penilaian dari response rate
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Kriteria Penilaian Response Rate
No Respon Rate Kriteria
1 ≥ 85% Excellent
2 70% - 85% Very Good
3 60% - 69% Acceptable
4 51% - 59% Questionable
5 ≤ 50% Not Scientifically
AAcceptable
Sumber: Yang dan Miller (2008:231)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas tingkat pengembalian kuesioner
(response rate) yang paling tinggi adalah sebesar diatas 85% yang artinya
kuesioner yang kembali masuk dalam kriteria excellent (sempurna),
kemudian response rate sebesar 70%-85% yang artinya kuesioner yang
kembali masuk dalam kriteria very good (sangat baik), setelah itu response
rate sebesar 60%-69% yang artinya kuesioner yang kembali masuk dalam
kriteria acceptable (dapat diterima) dan untuk response rate 51%-59%
yang artinya kuesioner yang kembali masuk dalam kriteria Questionable
(diragukan). Tingkat pengembalian kuesioner yang paling rendah adalah
sebesar kurang dari 50% yang artinya kuesioner yang kembali masuk
dalam kriteria Not Scientifically Acceptable (Penelitian tidak dapat di
terima). Penjelasan mengenai total kuesioner yang disebarkan, total
kuesioner yang kembali dan tingkat pengembalian (response rate) adalah
sebagai berikut:
82
Rincian distribusi kuesioner dalam penelitian disajikan dalam table
4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi Kuesioner Penelitian
Keterangan Kuesioner Jumlah Keterangan Lain
Kuesioner yang Disebar 100 Sampel
Kuesioner yang Tidak Kembali 0
Kuesioner yang Kembali 100
Tingkat Pengembalian (Response
Rate) (100/100 x 100%)
100
Sumber : Data Primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, tingkat pengembalian kuesioner
(response rate) adalah sebesar 100%, yang didapatkan dan di hitung dari
persentase jumlah kuesioner yang kembali (100 kuesioner) di bagi jumlah
kuesioner yang disebarkan (100 kuesioner). Tingkat pengembalian
kuesioner (response rate) sebesar 100% dari jumlah sampel dan termasuk
kriteria excellent (sangat baik), artinya tingkat pengembalian kuesioner
(response rate) dapat di terima dan hasil jawaban kuesioner dapat di olah,
karena response rate lebih besar dari krieria acceptable (dapat di terima)
yaitu sebasar 60-69% (Yang dan Miller, 2008:231).
Data kuesioner tersebut memiliki variasi data yang didasarkan pada
beberapa karakteristik. Untuk mengetahui karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir dapat di lihat pada
tabel berikut ini:
83
a) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 41 42.71%
Perempuan 59 57.29%
Jumlah 100 100%
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Pada tabel 4.2 memperlihatkan data responden berdasarkan jenis
kelamin, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari 41
orang laki-laki dan 59 perempuan atau 42.71% laki-laki dan 57.29%
perempuan. Hal ini disebabkan responden yang berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak jumlahnya pada saat pembagian kuisioner pada respon wajib
pajak di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran 3.
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pendapatan perbulan Frekuensi Persentase
20 – 30 tahun 24 12.50%
31 – 40 tahun 23 36.46%
41 – 50 tahun 28 17.71%
Diatas 50 tahun 25 17.71%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data Primer yang diolah, 2017
Untuk mengetahui karakteristik responden respon wajib pajak
berusia antara 20- 30 tahun sebesar 12,50%, responden yang berusia 31-40
tahun sebesar 36,46%, responden yang berusia 41-50 tahun sebesar
17,71%, dan responden yang berusia diatas 50 tahun sebesar 17,71%,
84
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini adalah berusia 41-50 tahun. Hal ini disebabkan responden
yang berusia 41-50 tahun lebih banyak jumlahnya pada saat pembagian
kuesioner pada respon wajib pajak di wilayah Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kebayoran Baru 3.
c) Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SMA 12 12.50%
Diploma 35 36.46%
Sarjana 17 17.71%
Magister 21 17.71%
Doktor 15 16.61%
Jumlah 100 100%
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Untuk mengetahui karakteristik responden respon wajib pajak
dengan latar belakang pendidikan SMA sebesar 12,50%, responden
dengan latar belakang pendidikan Diploma sebesar 36,46%, responden
dengan latar belakang pendidikan Sarjana sebesar 17,71%, responden
dengan latar belakang pendidikan Magister sebesar 17,71%, dan
responden dengan latar belakang pendidikan Doktor sebesar 16,61%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian
ini adalah responden dengan latar belakang pendidikan Diploma. Hal ini
disebabkan responden dengan latar belakang pendidikan Diploma lebih
banyak jumlahnya pada saat pembagian kuisioner pada respon wajib pajak
85
di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru Tiga.
C. Hasil Pengujian Alat Ukur
Sebelum data hasil penelitian di olah, terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap alat ukur penelitian untuk membuktikan alat ukur
(kuisioner) yang digunakan memiliki kesahihan (validity) dan keandalan
(reliability). Hasil pengujian validitas dan reabilitasdiuraikan sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Digunakan untuk menguji apakah kuesioner tersebut valid atau
tidak. Kuesioner dinyatakan valid apabila pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner mampu menunjukan sesuatu yang akan di ukur dalam kuesioner
tersebut antara skor masing–masing item dalam kuesioner dengan total
skor yang ingin di ukur dengan asumsi : Jika nilai r hitung > r tabel maka
kuesioner dinyatakan valid. Jika nilai r hitung < r tabel maka kusioner
dinyatakan tidak valid.
Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antar skor
masing – masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin di
ukur yaitu menggunakan Coefficient Correlation Pearson dalam SPSS.
Jika nilai signifikansin (P Value) > 0,05 maka tidak terjadi hubungan
yang signifikan.
86
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas
Variabel Pernyataan Rhitung Rtabel Ket
Respon Wajib Pajak
(X)
Q1 .612 0,197 Valid
Q2 .346 0,197 Valid
Q3 .206 0,197 Valid
Q4 .402 0,197 Valid
Q5 .431 0,197 Valid
Q6 .301 0,197 Valid
Q7 .433 0,197 Valid
Q8 .394 0,197 Valid
Q9 .711 0,197 Valid
Q10 .593 0,197 Valid
Q11 .316 0,197 Valid
Q12 .651 0,197 Valid
Q13 .551 0,197 Valid
Q14 .670 0,197 Valid
Q15 .668 0,197 Valid
Q16 .703 0,197 Valid
Q17 .760 0,197 Valid
Q18 .759 0,197 Valid
Q19 .661 0,197 Valid
Q20 .621 0,197 Valid
Q21 .662 0,197 Valid
Q22 .406 0,197 Valid
Q23 .276 0,197 Valid
Q24 .234 0,197 Valid
Q25 .474 0,197 Valid
Q26 .275 0,197 Valid
Q27 .459 0,197 Valid
Q28 .557 0,197 Valid
Q29 .731 0,197 Valid
Q30 .574 0,197 Valid
Q31 .295 0,197 Valid
Q32 .586 0,197 Valid
Q33 .550 0,197 Valid
Q34 .679 0,197 Valid
Q35 .690 0,197 Valid
Q36 .694 0,197 Valid
Q37 .747 0,197 Valid
Q38 .782 0,197 Valid
87
Q39 .655 0,197 Valid
Q40 .618 0,197 Valid
DF = 100-2 = 98, rtabel = 1,97
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Tabel 4.5 terlihat bahwa semua butir pernyataan untuk variabel yang
memiliki respon wajib pajak dan zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak berada pada rtabel yaitu 0,197, maka dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam penelitian ini valid. Hal ini berarti bahwa semua item
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapakan
sesuatu yang di ukur pada kuesioner tersebut.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika
jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu.
Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach. Kriteria
reliabilitas yang digunakan adalah apabila nilai hasil hitung uji
reliabilitas lebih atau sama dengan 0,6.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Respon Wajib Pajak (X) 0,874 Reliabel
Zakat sebagai penguran
penghasilan kena pajak
0,902 Reliabel
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
88
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha pada
taraf kesalahan 5% dengan n = 100 diperoleh harga rtabel = 0,197. Karena
koefisien reliabilitas dari kedua variabel tersebut lebih besar dari nilai
rtabel, dan lebih dari 0,6 maka kuesioner dapat dinyataan reliabel dan
dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
3. Hasil Responden Berdasarkan Kuesioner Mengenai Respon Wajib
Pajak di KPP Kebayoran Baru 3
Deskripsi jawaban hasil responden dilakukan dengan
menghitung nilai rata-rata (mean) jawaban responden terhadap masing-
masing pernyataan dan secara keseluruhan yang diuraikan ddalam
lembar kuesioner yang di lihat dari sisi sistem administrasi perpajakan
dan etika penggelapan pajak. Dalam mengkategorikan jawaban-
jawaban dari seluruh responden, peneliti menggunakan interval kelas
yang dicari dengan rumus sebagai berikut:
Dari hasil interval kelas 0,75 tersebut kemudian disusun
kriteria rata-rata responden yang disajikan pada tabel 4.8 berikut ini:
89
Tabel 4.8
Kategori Rata-Rata Jawaban Responden
Interval Keterangan
1,00 ≤ n ≤ 1,75 Sangat Tidak Setuju/Sangat Buruk
1,75≤ n ≤ 2,50 Tidak Setuju/Buruk
2,50 ≤ n ≤3,25 Setuju/Baik
3,25≤ n ≤4.00 Sangat Setuju/Sangat Baik
Tabel 4.8 menunjukkan kategori jawaban responden
berdasarkan dari hasil rata-rata jawaban responden. Berikut adalah
penjelasan mengenai tabel 4.9 diatas:
a) Apabila skor rata-rata responden berada pada skor 1,00 sampai
dengan 1,75 artinya responden menilai dengan sangat tidak setuju
atas pernyataan yang diajukan atau berarti responden menilai
pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka
alami.
b) Apabila skor rata-rata responden berada pada skor 1,75 sampai
dengan 2,50 artinya responden menilai tidak setuju atas pernyataan
yang diajukan atau berarti responden menilai pernyataan tersebut
belum sesuai dengan kenyataan yang ada yang mereka alami.
c) Apabila skor rata-rata responden berada pada skor 2,50 sampai
dengan 3,25 artinya responden menilai setuju atas pernyataan yang
diajukan atau berarti responden menilai pernyataan tersebut telah
sesuai dengan kenyataan yang ada.
d) Apabila skor rata-rata responden berada pada skor 3,25 sampai
dengan 4,00 artinya responden menilai sangat setuju atas
90
pernyataan yang diajukan atau berarti responden menilai bahwa
pernyataan tersebu sangat sesuai dengan kenyataan yang mereka
alami.
4. Rekap Kuesioner Berdasarkan Persepsi Dari Respon Wajib Pajak
Pada kuesioner mengenai sistem administrasi perpajakan,
peneliti mengajukan delapan pernyataan yang diteliti. Delapan
pernyataan tersebut bertujuan bagaimana pendapat responden dari
respon wajib pajak, apakah respon wajib pajak sudah dijalankan
dengan baik serta dihubungkan dengan etika penggelapan perpajakan
yang terjadi. Hasil perhitungan skor kuesioner berdasarkan respon
wajib pajak disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut:
91
Tabel 4.9
Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Respon Wajib Pajak di
KPP Pratama Kebayoran Baru 3
No Pernyataan Rata-Rata
1 Selama ini Bapak/Ibu menyadari akan pentingnya
pajak
3.90
2 Bapak/Ibu merasa bahwa sudah sepantasnya
keterlambatan membayar pajak tidak diampuni
dan harus dikenakan bunga
3.97
3 Bapak/Ibu memahami tentang sistem perpajakan
yang berlaku.
3.62
4 Bapak/ibu dalam melaporkan kewajiban untuk
membayar pajak
3.68
5 Setelah Bapak/Ibu terdaftar sebagai Wajib Pajak
Bapak/Ibu wajib membayar dan melaporkan
pajak
3.90
6 Enggan membayar pajak karena takut uang
pajaknya disalahgunakan
4.06
7 Membayar pajak merupakan bentuk partisipasi
dalam menunjang pembangunan negara
4.00
8 Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan
pajak dapat merugikan negara.
3.63
9 Sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak
yang kurang dibayar, apabila pengisian SPT
(Surat Pemberitahuan) dilakukan dengan tidak
benar.
4.07
10 Membayar kekurangan pajak penghasilan
sebelum dilakukan pemeriksaan dari aparat pajak
3.38
11 Petugas pajak bersikap ramah dan sopan dalam
melayani setiap Wajib Pajak.
3.93
12 Kualitas pelayanan yang memuaskan akan
membuat Wajib Pajak merasa tertolong dan
menguntungkan dalam hal waktu dan pelayanan
4.21
13 Fasilitas Call Center atau Kring Pajak adalah
salah satu sarana bertanya Wajib Pajak selain
datang ke DPPKAD.
4.08
14 Petugas pajak memberikan informasi dan
penjelasan dengan jelas dan mudah dimengerti
oleh Wajib Pajak serta memberikan solusi yang
tepat
4.01
15 Dalam penyelenggaraan pajak, sejauh ini
sederhana berkapasitas untuk mengarahkan tanpa
mempengaruhi Wajib Pajak
3.88
92
16 Saya akan tetap membayar pajak walaupun
masyarakat disekitar saya tidak mau bayar pajak.
3.88
17 Saya pernah mendapatkan sosialisasi pajak dari
kantor pajak setempat
4.09
18 Masyarakat di sekitar rumah saya telah
melaksanakan kewajiban pajak dengan benar.
4.16
19 Masyarakat telah mengetahui bahwa dalam
Undang- Undang perpajakan, bagi Wajib Pajak
yang terlambat atau tidak membayar pajak dapat
diberikan sanksi administrasi (denda) dan sanksi
pidana (penjara).
3.93
20 Pajak bersifat memaksa sehingga apabila terjadi
pelanggaran maka akan dikenakan sanksi.
3.92
Total Mean 3.91
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Dari pengolahan kuesioner yang telah diuraikan berdasarkan table 4.9
diatas memperoleh skor rata-rata untuk keseluruhan dari sepuluh pernyataan
tersebut sebesar 3,91. Dapat diartikan bahwa secara umum skor rata-rata
untuk tanggapan yang diberikan oleh responden atas pernyataan yang terdapat
dalam kuesioner termasuk dalam kategori sangat setuju/sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa respon wajib pajak KPP Pratama Kebayoran Baru 3
menilai baik mengenai pajak yang telah ditetapkan sekarang ini, apalagi
dengan sistem online yang telah diperkenalkan. Meskipun pada awalnya
respon wajib pajak masih belum memahami bagaimana proses dalam sistem
online tersebur, namun dapat ditargetkan bahwa hal ini akan lebih membantu
respon wajib pajak dalam mengurus perpajakannya.
5. Rekap Kuesioner Berdasarkan Pelaksanaan Administratif Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Terdapat dua puluh pernyataan yang diajukan peneliti didalam
93
kuesioner pada saat wawancara dilakukan, yaitu mengenai pelaksanaan
administrative zakat sebagai pegurang penghasilan kena pajak. Dalam
pernyataan tersebut, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui
bagaimana pendapat wajib pajak mengenai pelaksanaan administrative
zakat sebagai pegurang penghasilan kena pajak. Hasil perhitungan skor
kuesioner berdasarkan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
disajikan pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10
Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelaksanaan administratif
Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di
KPP Pratama Kebayoran Baru 3
No Pernyataan Rata-Rata
1 Dalam UU Pengelolaan Zakat terdapat Pasal
yang mengatur bahwa zakat yang dibayar
melalui BAZ/LAZ dapat dijadikan pengurang
Penghasilan Kena Pajak.
3.90
2 Sumber Informasi Zakat Pengurang Setoran
Pajak Terutang ganti soalnya ga bahas pajak
terutang
3.97
3 Waktu Mengetahui Informasi Zakat Pengurang
Setoran Pajak Terutang
3.62
4 Tempat Menyerahkan SPT 3.67
5 Membayar Zakat Sekaligus Membayar Pajak 3.90
6 Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang Pajak Orang
Pribadi
4.06
7 Wajib Pajak Melakukan Perhitungan Sendiri
Zakat Sebagai Pengurang Pajak
4.00
8 Zakat Dianggap Sebagai Biaya (Expense) 4.10
9 Merasakan Manfaat Penerapan Zakat sebagai
Pengurang Pajak
4.07
10 Zakat mengurangi beban pajak 3.38
94
11 Pengurangan Zakat dari Penghasilan Kena Pajak
tidak dapat dilakukan apabila zakat tidak dibayar
melalui BAZ/LAZ yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah.
3.93
12 Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Pajak dapat
meningkatkan penerimaan baik zakat maupun
pajak secara bersamaan (simultan).
4.21
13 Kebijakan Zakat sebagai tax credit bisa
diterapkan di Indonesia karena telah diterapkan di
negara lain seperti Malaysia dan Pakistan
4.08
14 Sistem Pemungutan Zakat dan Pajak yang
dikelola secara terpadu (terintegrasi) akan
meningkatkan motivasi seseorang dalam
membayar zakat dan pajak.
4.01
15 Antara zakat dan pajak, keduanya memiliki
kesamaan dalam obyek, subyek, fungsi dan
tujuan
3.88
16 Sosialisasi UU dan Peraturan Perpajakan
terhadap zakat yang dilakukan oleh petugas pajak
akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
3.88
17 Kepatuhan Wajib Pajak antara lain dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib
Pajak.
4.09
18 Selama ini saya telah membayarkan zakat
profesi atas penghasilan yang saya peroleh
4.16
19 Diantara perbedaan antara pajak dan zakat adalah
Nishab (Ukuran Minimal). Nishab zakat memiliki
ukuran tetap sedangkan pajak berubah- ubah
sesuai dengan anggaran belanja negara.
3.93
20 Zakat dan Pajak merupakan kewajiban ganda
bagi seorang muslim.
3.92
Total Mean 3.93
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Dari pengolahan kuesioner pada tabel 4.10 di atas diketahui
tanggapan para responden mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak, jika dilihat dari nilai rata-rata sebesar 3,93 maka dapat
diartikan mengarah ke skor sangat setuju atau sangat baik. Dalam
pengertian bahwa responden mengetahui bahwa pemerintah telah
95
mengeluarkan undang-undang no.23 tahun 2011 tentang pengolahan
zakat, begitupun undang-undang pajak telah disesuaikan agar zakat dapat
dikurangkan atas penghasilan kena pajak dengan tujuan umat muslim di
Indonesia tidak membayar beban ganda.
6. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data. Statistik deskriptif berkaitan dengan
pengumpulan dan peringkat data, yang menggambarkan karakteristik
sampel yang digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi
yang melakukan pekerjaan bebas terdaftar di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga. Analisis ini menjelaskan karakteristik target
populasi terutama mencakup mean, nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan
nilai maksimum serta standar deviasi.
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Respon Wajib Pajak 100 3.10 4.67 3.9143 .39927
Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak
100
3.05
4.75
3.9380
.42481
Valid N (listwise) 100
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Tabel 4.11 menjelaskan pada variabel respon wajib pajak jawaban
minimum responden sebesar 3,10 dan maksimum sebesar 4,67 dengan
96
rata-rata (mean) total jawaban 3,91 dan standar deviasi 0,39927. Variabel
zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak jawaban minimum
responden 3,10 dan maksimum sebesar 4,75 dengan rata-rata (mean) total
jawaban 3,93 dan standar deviasi 0,42481. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas data dari penelitian ini cukup baik, karena nilai mean lebih besar
dari nilai standar deviasi yang mengindikasikan bahwa standar error dari
setiap variabelnya kecil.
D. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi
yang normal pengujian ini dilakukan dengan melakukan pembuatan
grafik (nomal probability plot). Uji normalitas data dilakukan
dengan menggunakan histogram standardized residual dan P-P Plot
standardized residual yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.2 P-Plot Uji Normalitas Data
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
97
Dari hasil perhitungan uji asumsi normalitas melalui Normal
Probability P-P Plot dapat diketahui bahwa data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga keseluruhan data
tersebut dinyatakan memiliki distribusi normal atau memiliki sebaran
data yang normal.
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi bermaksud menguji hubungan fungsional yang
terjadi antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen.
Hal ini dimaksuskan agar dapat diketahui nilai estimasi variabel
dependen yang dihasilkan atas pengaruh variabel independen. Hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Setelah semua variabel dimasukkan, penyelesaian model regresi
linier berganda dilakukan dengan bantuan Program SPSS for Windows
Release 22.0 dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.480 .458
.580
3.234 .002
x .650 .120 5.420 .000
a. Dependent Variable: y
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
98
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari
persamaan regresi. Dari output didapatkan model persamaan regresi:
Y= α + β1X1 + 0
Y = 1,480 + 0,650 X
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai konstanta
(a) adalah 1,480 menunjukkan bahwa jika nilai variabel respon wajib pajak
(X) : 0, maka zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (Y) sebesar
1,480. Dan koefisien regresi yang didapat adalah 0,650 menunjukkan
bahwa setiap penambahan 1 nilai media respon wajib pajak maka zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak akan meningkat sebesar 0,650.
Tanda (+) dalam persamaan regresi di atas menandakan bahwa respon
wajib pajak memiliki hubungan yang positif terhadap zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (respon wajib pajak) terhadap variabel dependen (zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak). Ini menunjukkan seberapa
besar persentase variasi variabel dependen, koefisien dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
99
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), x
Sumber : DataPrimer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.9 Model Summary, diperoleh nilai R Square
sebesar 0,974. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan
pengaruh variabel independen (respon wajib pajak) terhadap variabel
dependen (zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak) sebesar
97,4%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
(respon wajib pajak) mampu menjelaskan sebesar 97,4% variansi
variabel dependen (zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak).
Sedangkan sisanya sebesar 5,6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini (Siregar
2013), kemungkinan seperti variabel kesadaran membayar pajak,
pengetahuan peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas
sistem perpajakan, dan kualitas pelayanan.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan F
Uji serempak atau uji F merupakan uji secara bersama-
sama untuk menguji sigifikansi pengaruh variabel respon wajib pajak
secara bersama-sama terhadap variabel zakat sebagai pengurang
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .987a .974 .973 .06937
100
penghasilan kena pajak (Y). Uji F dilakukan dengan membandingkan
Fhitung dengan Ftabel.
Tabel 4.14
Hasil Uji Simultan F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.394 1 17.394 36.1453 .000b
Residual .472 98 .005
Total
17.866
99
a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x
Sumber : Data Primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji simultan dari tabel 4.10 ditunjukkan bahwa
Fhitung sebesar 36.1453, sedangkan hasil Ftabel pada tabel distribusi
dengan tingkat kesalahan 5% adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti Fhitung
> Ftabel (36.1453 > 3,15). Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,5. Dengan
arah koefisien positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa variabel respon wajib pajak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa respon wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak. Dengan demikian semakin tinggi respon wajib pajak maka semakin
tinggi pula tingkat zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
tersebut.
101
5. Pengujian Parsial (Uji t)
Pengujian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh secara terpisah
dari masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
berdasarkan hasil regresi yang ada pada tabel 4.33 uji t dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dengan tingkat kesalahan 5%
yakni 1.66023. Apabila t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan variabel
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan.
Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.480 .458
.580
3.234 .002
x .650 .120 5.420 .000
a. Dependent Variable: y
Sumber : Data Primer yang diolah, 2017
Nilai thitung untuk variabel ini sebesar 5.420. Sementara itu nilai pada
tabel distribusi 5% sebesar 1.67065. Maka thitung (5.420) > ttabel (1.66023)
dan nilai signifikansi (0,00 < 0,5) Maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat dikatakan bahwa variabel respon wajib pajak (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Semakin tinggi respon wajib pajak semakin tinggi pula tingkat zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
102
E. Implementasi Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.9 yang telah diuraikan di atas terdapat dua hal
yang perlu di bahas. Rata-rata responden memang menilai setuju dengan
menyadari akan pentingnya pajak, keterlambatan membayar pajak tidak
diampuni dan harus dikenakan bunga, sistem perpajakan yang berlaku,
kewajiban untuk membayar pajak, membayar pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan Negara, Sanksi administrasi
berupa denda 50% dari pajak yang kurang dibayar, apabila pengisian SPT
(Surat Pemberitahuan) dilakukan dengan tidak benar dan aplikasi tersebut
yaitu e-spt, e-ragistration, e-filing, e-billing, e-faktur, VAT Refund dalam
pengertian aplikasi ini dapat membantu respon wajib pajak dalam mengurus
perpajakannya. Hal ini ditegaskan oleh responden yang kami peroleh yaitu Ibu
Hosiyah yang berpendapat bahwa kesadaran membayar pajak dalam mengurus
perpajakanya karena yang telah diketahui bahwa prosedur perpajakan wajib
pajak telah disederhanakan oleh petugas pajak.
Dalam penelitian ini keakuratan SPPT menguji terkait seberapa tinggi
respon wajib pajak terkait keakuratan data dan peran SPPT dalam
menyampaikan informasi mengenai pajak terutangnya. SPPT juga sangat
berperan dalam proses pembayaran PBB P-2 karena SPPT memberitahukan
terkait jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, dimana jumlah
pajak tersebut telah ditetapkan melalui Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) oleh pihak fiskus. SPOP tersebut didisi oleh wajib pajak sendiri tetapi
pihak fiskus juga melakukan verifikasi di lapangan, agar data dalam SPOP
103
akurat.
Hasil Uji Hipotesis menunjukkan bahwa variabel respon Wajib Pajak
memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,560 dan nilai signifikansi 0,000 (0,000
< 0,05) maka Ha di terima terdukung secara statistik. Artinya respon Wajib
Pajak berpengaruh positif terhadap pelaksanaan administrative zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
Dari hasil uji F memperlihatkan bahwa variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu respon Wajib Pajak layak menguji
terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak sebagai variabel
dependennya. Hal tersebut ditunjukkan dari besarnya Fhitung > Ftabel
(36.1453 > 3,15). Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,5. Dengan arah koefisien
positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
variabel respon wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Hasil ini menunjukkan bahwa respon Wajib Pajak merupakan salah
satu faktor penentu seberapa siap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak yang memiliki kesadaran yang tinggi
dapat meningkatkan ketertiban pajak, artinya Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki kesadaran yang tinggi dapat meningkatkan kepatuhan perpajakan
baik dalam hal transaksi pembayaran pajak maupun pelaporan pajaknya.
Peningkatan kesadaran Wajib Pajak ini juga tak lepas dari peran pemerintah
dalam melakukan sosialisasi perpajakan, hal ini menjadi salah satu faktor
meningkatnya kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
104
perpajakannya. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa banyak
masyarakat khususnya di daerah Kebayoran Baru 3 yang memiliki kesadaran
akan pentingnya membayar pajak, dimana penerimaan pajak akan digunakan
untuk pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
serta perbaikan sarana publik lainnya. Selain itu, di dalam instansi
pemerintahan banyak pegawai atau staff yang secara otomatis telah dipotong
pajak dari gaji per bulan, ada juga dalam sektor BUMN dan pihak
swasta secara otomotis telah dipotong pajak dari gaji terhadap karyawan,
kemudian Sikap religiusitas Wajib Pajak merupakan salah satu faktor penentu
seberapa siap respon Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Jika Wajib Pajak memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka akan semakin
meningkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Selain itu, dengan tingginya religiusitas seseorang maka dapat
mencegah perilaku yang menyimpang. Dari hasil penelitian dapat dikatakan
bahwa Respon Wajib Pajak telah memiliki kesadaran dan tanggung jawab
yang tinggi akan kewajiban perpajakannya. Kewajiban membayar pajak ini
juga telah dijelaskan dalam Q.S At-Taubah ayat 29 bahwa orang-orang yang
telah diberi kitab dianjurkan membayar jizyah (pajak) dengan patuh dan
tunduk. Jadi jika Wajib Pajak melakukan tindakan tidak patuh terhadap pajak,
maka Wajib Pajak tersebut harus mempertanggung jawabkannya kepada
Tuhan.
Dengan adanya perundang-undangan tentang zakat dan pajak
penghasilan, pasti akan mempunyai konsekuensi dalam pelaksanaannya.
105
Dalam UU Pajak Penghasilan terkandung konsekuensi baik hak dan
kewajiban maupun sanksi terhadap wajib pajak apabila terjadi suatu
pelanggaran terhadap UU Pajak Penghasilan. Hukum zakat telah jelas
konsekuensinya, dalam Al-Qur’an Surat AlBaqarah 2: 43 “Dirikanlah shalat
dan bayarkanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku”. Serta
hadist Nabi yaitu: “….. Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukanNya, dan mendirikan shalat wajib dan menunaikan zakat yang
difardhukan, dan berpuasa di bulan Ramadhan “. (HR Bukhari-Muslim dari
Abu Hurairah). Sedangkan pengelolaan zakat, dalam Undang-undang tersebut
disebutkan salah satu konsekuensinya yaitu pengenaan sanksi apabila dalam
pengelolaan zakat tidak sesuai dengan ketentuan (pasal 21 ayat 1 s.d. 3 UU
No. 38 tahun 1999). Untuk menegaskan hukum zakat dan hukum pajak, maka
MUI menegaskan kewajiban kedua hukum tersebut. Untuk mengetahui bahwa
pembayaran zakat tersebut dibayarkan melalui BAZ atau LAZ yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah maka dibuat bukti setoran zakat. Wajib pajak
(muzakki) melaporkan bukti setoran zakat dalam SPT Tahunan yang harus
dilaporkan paling lambat tanggal 31 Maret setelah tahun pajak berakhir.
Apabila wajib pajak itu orang pribadi maka melaporkannya dalam SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi (form 1770), sedangkan apabila wajib pajak
berbentuk perusahaan atau badan usaha dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh
Badan (form 1771), yang di dalamnya terdapat kolom yang secara khusus
memuat/menampung zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP).
Untuk pengamanan bukti setoran zakat, formulir tersebut mempunyai
106
pengamanan khusus (security paper) dan coding paper sehingga tidak mudah
dipalsukan. Formulir dan bukti pembayaran zakat dapat mudah diperoleh dan
tersedia di seluruh BAZ dan LAZ, KPP.KP4 dan tempat pembayaran zakat
(bank) yang sah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon wajib pajak terhadap
zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga. Responden dalam penelitian ini
berjumlah 100 orang wajib pajak wilayah Kebayoran Baru yang terdaftar di
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga. Data yang di ambil berdasarkan
dari hasil kuesioner yang diisikan kepada para responden dan di analisa
dengan menggunakan model regresi sederhana maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Respon wajib pajak sudah cukup baik. Artinya respon wajib pajak cukup
dimengerti bagaimana masyarakat yang memiliki kewajiban membayar
pajak secara berkala guna pembangunan negara khususnya pembangunan
masyarakat luas. Selain itu semakin tinggi tingkat respon wajib pajak
dalam membayar pajak maka semakin tinggi pula tingkat kemauan
membayar pajak. Selain itu, pengetahuan tentang perpajakan juga sangat
penting bagi wajib pajak, karena dengan adanya pengetahuan tentang
perpajakan maka akan semakin meningkatkan kepdulian wajib pajak
terhadap pembangunan negara. Tanpa adanya pengetahuan, wajib pajak
akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi SPT dan
membayar pajak sehingga dapat menghambat wajib pajak itu sendiri untuk
108
memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini pada akhirnya membentuk persepsi
yang baik oleh wajib pajak mengenai perpajakan.
2. Dengan adanya Undang-Undang No.36 tahun 2008 zakat dapat menjadi
pengurang penghasilan kena pajak sehingga dapat mengurangi beban
ganda kewajiban yang harus di bayar. Dan adanya Undang-Undang zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak dinilai sudah maju namun
pelaksanaanya nampak belum begitu maksimal mengingat beberapa
kelemahan antara lain dari segi sosialisasi banyak masyarakat yang belum
mengetahui adanya undang-undang tersebut khususnya masyarakat
Kebayoran Baru Tiga.
3. Berdasarkan nilai R Square sebesar 0,974. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase sumbangan pengaruh variabel independen (respon wajib pajak)
terhadap variabel dependen (zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak) sebesar 97,4%. Sedangkan sisanya sebesar 5,6% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini (Siregar 2013), kemungkinan seperti variabel kesadaran
membayar pajak, pengetahuan peraturan perpajakan, persepsi yang baik
atas efektifitas sistem perpajakan, dan kualitas pelayanan.
B. Saran
Adapun saran yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pihak
terkait yang senantiasa dihadapkan pada usaha ekstensifikasi dan
109
intensifikasi pajak. Perlu disosialisasikan sikap sadar membayar pajak agar
masyarakat mau untuk membayar pajak. Sosialisasi ini dapat melalui iklan
di televisi, radio maupun surat kabar serta media lainnya. Perlu secara
berkala Direktorat Jenderal Pajak mengadakan acara yang mendidik serta
menghibur masyarakat agar memiliki kesadaran untuk membayar
kewajiban perpajakan.
2. Tidak perlu adanya perubahan administrative dari Undang-Undang No 36
Tahun 2008 dan undang-Undang Zakat No.23 tahun 2011 tentang pajak
penghasilan agar berubah yang awalnya zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak menjadi zakat sebagai pengurang zakat.
3. Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yang mempengaruhi
zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, sehingga penulis
mengharapkan partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak.
110
DAFTAR PUSTAKA
Ali yafie, 1995. Menggagas Fikih Sosial dari Sosial dari Soal Lingkungan Hidup
Asuransi Hingga Ukhuwah,(Bandung: Mizan), cet.ke-3
Ali yafie, 1995. Menggagas Fikih Sosial dari Sosial dari Soal Lingkungan Hidup
Asuransi Hingga Ukhuwah,(Bandung: Mizan, 1995), cet.ke-3 h.231
As-Sayyid Sabiq,. 2004. Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara)
Basrowi dan Suwandi, 2004. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka
Cipta).
Danang Sunyoto.2007. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Ringkasan
dan Kasus.Yogyakarta: Amara Book.
Djuanda, Gustian,dkk, 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan,
Jakarta Raja Grafindo Persada.
Duwi Priyatno, 2009. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Gaya
Media, Yogyakarta.
Gazy Inayah, Al- Iqtishad az- Zakah wa az- Dharibah Op.cit, h.24 dan Qardhawi,
Fiquz Zakah, Op.cit.
Ghufron, Mas’adi, 2002, Fikih Muamalah Kontekstual. PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Hasbi ash-Shidieqy, 1963. Kuliah Ibadah Ditinjau Dari segi Hukum dan
Hikmah,cet. Ke-1, (Jakarta: bulan Bintang)
Kriyantono, Rachmat.2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Malang: Kencana
Prenada Media Group.
M.Ali Hasan, 2002. Masail Fiqhiyah ,2002. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)
Moh. Nazir, 2005. Metode Penelitian, (Bogor; Ghalia Indonesia) Cet. Ke-6.
Mudrajad Kuncoro, 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi. Yogyakarta. UPP Amp YKPN.
Muhammad Daud Ali, 1988. Sistem Ekonomi Islam, zakat Dan Wakaf, cet. ke-1
(Jakarta: UI Press)
111
Muhammad Jawad Mughniyah, 2007. Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera).
Muhammad, 1994. Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer,
Salemba Diniyah, Jakarta.
Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaf an-Nawawi, Al-Majmu‟ Syarh al-
Muhazzab. Vol. hlm. 227
Najuddin, 2002. Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya)
Nurdin Mhd. Ali, Zakat sebagai instrument dalam kebijakan fiscal, Jakarta ;
Rajawali pers.
Qardhawi, Yusuf, 1988. Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa)
Rahmat Soemitro, 1992. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,
(Yogyakarta: Liberti)
Redaksi PT. Ichtar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang- Undangan
RI, (Jakarta: PT. Intermasa, 1989)
Rohmad Soemitro, 1977. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,
Eresco, Jakarta.
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi,
Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT Al Maarif, 1982
Sofyan, Idris, 1997. Gerakan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat
pendekatan transformati, Jakarta, PT.Citra Putra Bangsa,cet.Ke-1
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Suharso, Puguh, 2009. Metode Penelitian KuantitatifUntuk Bisnis: Pendekatan
Filosofis dan Praktis, (Jakarta: PT Indeks, Cet 1).
Sukandar, Rumidi, 2004. “Metodologi Penelitian Petunjuk praktik Untuk Peneliti
Pemula”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sulaiman Rajid, Fikih Islam, 1995. (Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995)
Sutrisno Hadi, 1997. Metodologi Research II, ( Yogyakarta, YPFP UGM, 1997
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 2003. 1001 Masalah Dan
Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas Zakat)
112
Syofian Siregar, 2013, Statistik Deskriptif Untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali
Pers.
Triton, 2006.Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wahbah al-Zuhayly, 2000. Zakat Kajian Berbagai Mazhab.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wahbi Sulaiman Goza, 1997. Az-Zakah wa Ahkamuhu, (Beirut: Muassasah ar-
Risalah)
Yusuf Qardhawi, 1991. Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera)
Zakiyah Darajat, 1991. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Jakarta: Yayasan
Pendidikan Islam Ruhama)
Sumber Lain:
Jurnal Laziz Al-Ikhsan, Jawa Tengah, Edisi 1 Mei 2008
Depag RI, Lahirnya UU No. 38 tahun 1999 tentang zakat Penghasilan, Jakarta :
2006
Bab IV, pasal 11(2), Undang-Undang No. 38/1999.
http://www.republika.co.id/artikel ini diakses tanggal 29 maret 2016
berita/koran/pareto/15/01/02/nhjny6-tantangan-kemiskinan-pada-2015
http://ketentuan.pajak.go.id/ diakses pada 4 November 2016
http://www.pajak.go.id/content/buku-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak-2011 di
akses pada 19 November 2016
LAMPIRAN 1
KUISIONER RESPONDEN
Saya Muhammad Audi Ghaffarimahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Jakarta, saya meminta kesidaan waktu
saudara/i ditengah kesibukan dan keterbatasan waktu yang saudara/i miliki.
Adapun maksud saya memberikan kuisioner ini adalah dengan tujuan
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul RESPON WAJIB PAJAK
TERHADAP PELAKSANAAN ADMINISTRATIF ZAKAT SEBAGAI
PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK (KPP) PRATAMA KEBAYORAN BARU 3. Saya mohon saudara/i dapat
mengisi sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kerahasiaan identitas serta
respon atau kuisioner dari hasil penelitian ini dijamin dan hanya dipergunakan
untuk kepentingan akademis. Atas kesediaan dan kerjasama saudara/i saya
ucapkan terimakasih.
I. Petunjuk Pengisian
Responden yang terhormat, bersama ini saya mohon kesediaan
Saudara/i untuk mengisi data kuesioner yang diberikan. Informasi yang
Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi saya. Oleh karena itu kepada
responden, saya sebagai penulis mengharapkan:
1. Saudara/i menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya, dan
perlu diketahui bahwa jawaban Anda tidak berhubungan dengan benar
atau salah
2. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda check (√) pada salah satu
jawaban yang paling sesuai menurut Saudara/i.
3. Setelah melakukan pengisian, mohon Anda menyerahkan kepada
pemberi kuesioner
II. Identitas Responden
Berilah tanda silang (X) pada huruf yang mewakili jawaban Saudara (9
Pertanyaan).
1. Jenis Kelamin :
2. Usia:
3. Pendidikan Terakhir:
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER :
Berilah tanda ( ) untuk mengisi jawaban dari pernyataan – pernyataan di bawah
ini.
A. Respon Wajib Pajak (X)
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
N : Netral
N
o
.
PERNYATAAN S
S
S N T
S
S
T
S
1
.
Selama ini Bapak/Ibu menyadari akan
pentingnya pajak
2
.
Bapak/Ibu merasa bahwa sudah sepantasnya
keterlambatan membayar pajak tidak diampuni
dan harus dikenakan bunga
3
.
Bapak/Ibu memahami tentang sistem
perpajakan yang berlaku.
4
.
Bapak/ibu dalam melaporkan kewajiban untuk
membayar pajak
5
.
Setelah Bapak/Ibu terdaftar sebagai Wajib Pajak
Bapak/Ibu wajib membayar dan melaporkan
pajak
6
.
Enggan membayar pajak karena takut uang
pajaknya disalahgunakan
7
.
Membayar pajak merupakan bentuk partisipasi
dalam menunjang pembangunan negara
8
.
Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan
pajak dapat merugikan negara.
9
.
Sanksi administrasi berupa denda 50% dari
pajak yang kurang dibayar, apabila pengisian
SPT (Surat Pemberitahuan) dilakukan dengan
tidak benar.
1
0
.
Membayar kekurangan pajak penghasilan
sebelum dilakukan pemeriksaan dari aparat
pajak
1
1
.
Petugas pajak bersikap ramah dan sopan dalam
melayani setiap Wajib Pajak.
1
2
.
Kualitas pelayanan yang memuaskan akan
membuat Wajib Pajak merasa tertolong dan
menguntungkan dalam hal waktu dan pelayanan
1
3
.
Fasilitas Call Center atau Kring Pajak adalah
salah satu sarana bertanya Wajib Pajak selain
datang ke DPPKAD.
1
4
.
Petugas pajak memberikan informasi dan
penjelasan dengan jelas dan mudah dimengerti
oleh Wajib Pajak serta memberikan solusi yang
tepat
1
5
.
Dalam penyelenggaraan pajak, sejauh ini
sederhana berkapasitas untuk mengarahkan
tanpa mempengaruhi Wajib Pajak
1
6
.
Saya akan tetap membayar pajak walaupun
masyarakat disekitar saya tidak mau bayar
pajak.
1
7
.
Saya pernah mendapatkan sosialisasi pajak dari
kantor pajak setempat
1
8
.
Masyarakat di sekitar rumah saya telah
melaksanakan kewajiban pajak dengan benar.
1
9
.
Masyarakat telah mengetahui bahwa dalam
Undang- Undang perpajakan, bagi Wajib Pajak
yang terlambat atau tidak membayar pajak
dapat diberikan sanksi administrasi (denda) dan
sanksi pidana (penjara).
2
0
.
Pajak bersifat memaksa sehingga apabila terjadi
pelanggaran maka akan dikenakan sanksi.
B. Pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak (Y)
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
N : Netral
N
o
.
PERNYATAAN S
S
S N T
S
S
T
S
1
.
Dalam UU Pengelolaan Zakat terdapat Pasal yang
mengatur bahwa zakat yang dibayar melalui
BAZ/LAZ dapat dijadikan pengurang
Penghasilan Kena Pajak.
2
.
Sumber Informasi Zakat Pengurang Setoran Pajak
Terutang ganti soalnya ga bahas pajak terutang
3
.
Waktu Mengetahui Informasi Zakat Pengurang
Setoran Pajak Terutang
4
.
Tempat Menyerahkan SPT
5
.
Membayar Zakat Sekaligus Membayar Pajak
6
.
Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang Pajak Orang
Pribadi
7
.
Wajib Pajak Melakukan Perhitungan Sendiri
Zakat Sebagai Pengurang Pajak
8
.
Zakat Dianggap Sebagai Biaya (Expense)
9
.
Merasakan Manfaat Penerapan Zakat sebagai
Pengurang Pajak
1
0
.
Zakat mengurangi beban pajak
1
1
.
Pengurangan Zakat dari Penghasilan Kena Pajak
tidak dapat dilakukan apabila zakat tidak dibayar
melalui BAZ/LAZ yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah.
1
2
Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Pajak dapat
meningkatkan penerimaan baik zakat maupun
pajak secara bersamaan (simultan).
1
3
.
Kebijakan Zakat sebagai tax credit bisa
diterapkan di Indonesia karena telah diterapkan di
negara lain seperti Malaysia dan Pakistan
1
4
.
Sistem Pemungutan Zakat dan Pajak yang
dikelola secara terpadu (terintegrasi) akan
meningkatkan motivasi seseorang dalam
membayar zakat dan pajak.
1
5
.
Antara zakat dan pajak, keduanya memiliki
kesamaan dalam obyek, subyek, fungsi dan tujuan
1
6
.
Sosialisasi UU dan Peraturan Perpajakan terhadap
zakat yang dilakukan oleh petugas pajak akan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
1
7
.
Kepatuhan Wajib Pajak antara lain dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib
Pajak.
1
8
.
Selama ini saya telah membayarkan zakat profesi
atas penghasilan yang saya peroleh
1
9
Diantara perbedaan antara pajak dan zakat adalah
Nishab (Ukuran Minimal). Nishab zakat memiliki
. ukuran tetap sedangkan pajak berubah-ubah
sesuai dengan anggaran belanja negara.
2
0
.
Zakat dan Pajak merupakan kewajiban ganda bagi
seorang muslim.
FREQUENCIES VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:19:15 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.05
Elapsed Time 00:00:00.05
[DataSet0]
Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7
N Valid 100 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14
N Valid 100 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21
N Valid 100 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28
N Valid 100 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35
N Valid 100 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
p36 p37 p38 p39 p40
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table p1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
netral 18 18.0 18.0 22.0
setuju 62 62.0 62.0 84.0
sangat setuju 16 16.0 16.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 5 5.0 5.0 5.0
netral 7 7.0 7.0 12.0
setuju 74 74.0 74.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 10 10.0 10.0 10.0
netral 31 31.0 31.0 41.0
setuju 46 46.0 46.0 87.0
sangat setuju 13 13.0 13.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 15 15.0 15.0 15.0
netral 10 10.0 10.0 25.0
setuju 67 67.0 67.0 92.0
sangat setuju 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 23 23.0 23.0 24.0
setuju 61 61.0 61.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
netral 23 23.0 23.0 27.0
setuju 36 36.0 36.0 63.0
sangat setuju 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 20 20.0 20.0 21.0
setuju 57 57.0 57.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 p8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 25 25.0 25.0 25.0
netral 9 9.0 9.0 34.0
setuju 44 44.0 44.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 14 14.0 14.0 15.0
setuju 62 62.0 62.0 77.0
sangat setuju 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
tidak setuju 8 8.0 8.0 12.0
netral 43 43.0 43.0 55.0
setuju 36 36.0 36.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 19 19.0 19.0 19.0
setuju 69 69.0 69.0 88.0
sangat setuju 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 10 10.0 10.0 10.0
setuju 59 59.0 59.0 69.0
sangat setuju 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 10 10.0 10.0 10.0
setuju 72 72.0 72.0 82.0
sangat setuju 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 16 16.0 16.0 16.0
setuju 67 67.0 67.0 83.0
sangat setuju 17 17.0 17.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 31 31.0 31.0 31.0
setuju 50 50.0 50.0 81.0
sangat setuju 19 19.0 19.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
netral 22 22.0 22.0 28.0
setuju 50 50.0 50.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 p17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
netral 5 5.0 5.0 11.0
setuju 63 63.0 63.0 74.0
sangat setuju 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 11 11.0 11.0 11.0
setuju 62 62.0 62.0 73.0
sangat setuju 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 36 36.0 36.0 36.0
setuju 35 35.0 35.0 71.0
sangat setuju 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 p20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 34 34.0 34.0 34.0
setuju 40 40.0 40.0 74.0
sangat setuju 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p21
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
netral 18 18.0 18.0 22.0
setuju 62 62.0 62.0 84.0
sangat setuju 16 16.0 16.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p22
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 5 5.0 5.0 5.0
netral 7 7.0 7.0 12.0
setuju 74 74.0 74.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p23
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 10 10.0 10.0 10.0
netral 31 31.0 31.0 41.0
setuju 46 46.0 46.0 87.0
sangat setuju 13 13.0 13.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p24
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 10 10.0 10.0 10.0
netral 27 27.0 27.0 37.0
setuju 49 49.0 49.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p25
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 23 23.0 23.0 24.0
setuju 61 61.0 61.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p26
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
netral 23 23.0 23.0 27.0
setuju 36 36.0 36.0 63.0
sangat setuju 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p27
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 20 20.0 20.0 21.0
setuju 57 57.0 57.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p28
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
netral 9 9.0 9.0 13.0
setuju 60 60.0 60.0 73.0
sangat setuju 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p29
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
netral 14 14.0 14.0 15.0
setuju 62 62.0 62.0 77.0
sangat setuju 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p30
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
tidak setuju 8 8.0 8.0 12.0
netral 43 43.0 43.0 55.0
setuju 36 36.0 36.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p31
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 19 19.0 19.0 19.0
setuju 69 69.0 69.0 88.0
sangat setuju 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p32
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 10 10.0 10.0 10.0
setuju 59 59.0 59.0 69.0
sangat setuju 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p33
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 10 10.0 10.0 10.0
setuju 72 72.0 72.0 82.0
sangat setuju 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p34
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 16 16.0 16.0 16.0
setuju 67 67.0 67.0 83.0
sangat setuju 17 17.0 17.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 31 31.0 31.0 31.0
setuju 50 50.0 50.0 81.0
sangat setuju 19 19.0 19.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
netral 22 22.0 22.0 28.0
setuju 50 50.0 50.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
netral 5 5.0 5.0 11.0
setuju 63 63.0 63.0 74.0
sangat setuju 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p38
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 11 11.0 11.0 11.0
setuju 62 62.0 62.0 73.0
sangat setuju 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p39
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 36 36.0 36.0 36.0
setuju 35 35.0 35.0 71.0
sangat setuju 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p40
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid netral 34 34.0 34.0 34.0
setuju 40 40.0 40.0 74.0
sangat setuju 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
DESCRIPTIVES VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptives Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:19:24 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used. Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=p1 p2 p3
p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
p1 100 2 5 3.90 .704 p2 100 2 5 3.97 .643 p3 100 2 5 3.62 .838 p4 100 2 5 3.68 .827 p5 100 2 5 3.90 .644 p6 100 2 5 4.06 .874 p7 100 2 5 4.00 .682 p8 100 2 5 3.63 1.089 p9 100 2 5 4.07 .640 p10 100 1 5 3.38 .908 p11 100 3 5 3.93 .555 p12 100 3 5 4.21 .608 p13 100 3 5 4.08 .526 p14 100 3 5 4.01 .577 p15 100 3 5 3.88 .700 p16 100 2 5 3.88 .820 p17 100 2 5 4.09 .740 p18 100 3 5 4.16 .598 p19 100 3 5 3.93 .807 p20 100 3 5 3.92 .774 Valid N (listwise) 100
DESCRIPTIVES VARIABLES=p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptives Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:19:41 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used. Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=p21 p22
p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.09
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
p21 100 2 5 3.90 .704 p22 100 2 5 3.97 .643 p23 100 2 5 3.62 .838 p24 100 2 5 3.67 .842
p25 100 2 5 3.90 .644 p26 100 2 5 4.06 .874 p27 100 2 5 4.00 .682 p28 100 2 5 4.10 .718 p29 100 2 5 4.07 .640 p30 100 1 5 3.38 .908 p31 100 3 5 3.93 .555 p32 100 3 5 4.21 .608 p33 100 3 5 4.08 .526 p34 100 3 5 4.01 .577 p35 100 3 5 3.88 .700 p36 100 2 5 3.88 .820 p37 100 2 5 4.09 .740 p38 100 3 5 4.16 .598 p39 100 3 5 3.93 .807 p40 100 3 5 3.92 .774 Valid N (listwise) 100
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:20:05 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Matrix Input Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing. Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.01
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.874 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
p1 74.40 57.717 .612 .864 p2 74.33 60.870 .346 .873 p3 74.68 61.351 .206 .879 p4 74.62 64.097 -.002 .886 p5 74.40 60.040 .431 .870 p6 74.24 59.922 .301 .876 p7 74.30 59.727 .433 .870 p8 74.67 61.961 .094 .889 p9 74.23 57.452 .711 .862 p10 74.92 55.893 .593 .864 p11 74.37 61.690 .316 .873 p12 74.09 58.345 .651 .864 p13 74.22 59.992 .551 .868 p14 74.29 58.511 .670 .864 p15 74.42 57.196 .668 .862 p16 74.42 55.499 .703 .860 p17 74.21 55.804 .760 .859 p18 74.14 57.516 .759 .861 p19 74.37 56.114 .661 .862 p20 74.38 56.905 .621 .863
RELIABILITY /VARIABLES=p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:20:21 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none>
Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Matrix Input Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing. Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY /VARIABLES=p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.902 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
p21 74.86 64.223 .662 .894 p22 74.79 67.481 .406 .901 p23 75.14 67.677 .276 .906 p24 75.09 68.224 .234 .907 p25 74.86 66.788 .474 .899 p26 74.70 67.465 .275 .906 p27 74.76 66.608 .459 .899 p28 74.66 65.217 .557 .897 p29 74.69 64.277 .731 .893 p30 75.38 63.086 .574 .897 p31 74.83 69.153 .295 .903 p32 74.55 66.028 .586 .897 p33 74.68 67.169 .550 .898 p34 74.75 65.503 .679 .895 p35 74.88 63.965 .690 .893 p36 74.88 62.511 .694 .893 p37 74.67 62.870 .747 .892 p38 74.60 64.323 .782 .892 p39 74.83 63.132 .655 .894 p40 74.84 63.934 .618 .895
COMPUTE x=MEAN(p1,p2,p3,p4,p5,p5,p6,p7,p8,p9,p10,p11,p12,p13,p14,p15,p16,p17,p18,p19,p20). EXECUTE. COMPUTE y=MEAN(p21,p22,p23,p24,p25,p26,p27,p28,p29,p30,p31,p32,p33,p34,p35,p36,p37,p38,p39,p40). EXECUTE. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT y /METHOD=ENTER x /SCATTERPLOT=(y ,*ZPRED) /RESIDUALS NORMPROB(ZRESID).
Regression
Notes
Output Created 20-FEB-2017 15:23:39 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT y /METHOD=ENTER x /SCATTERPLOT=(y ,*ZPRED) /RESIDUALS NORMPROB(ZRESID).
Resources Processor Time 00:00:03.15
Elapsed Time 00:00:02.69
Memory Required 2156 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
568 bytes
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 xb . Enter
a. Dependent Variable: y b. All requested variables entered.
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .987a .974 .973 .06937
a. Predictors: (Constant), x b. Dependent Variable: y
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.394 1 17.394 3614.533 .000b
Residual .472 98 .005 Total 17.866 99
a. Dependent Variable: y b. Predictors: (Constant), x
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.480 .458 3.234 .002
x .650 .120 .580 5.420 .000
a. Dependent Variable: y
Residuals Statistics
a
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 3.0781 4.7279 3.9380 .41916 100 Residual -.07802 .17198 .00000 .06902 100 Std. Predicted Value -2.051 1.884 .000 1.000 100
Std. Residual -1.125 2.479 .000 .995 100
a. Dependent Variable: y
Charts
Tabel UJI F
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk
penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.77
95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.82 1.80 1.77
96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.81 1.79 1.76
106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
Tabel Uji t
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598