resume dan klasifikasi w.c. krumbein dan l. l. sloss

17
RESUME DAN KLASIFIKASI MATERI SEDIMENTASI DAN STRATIGRAFI Dosen Pengampu : Dr. Widya Utama, DEA Disusun Oleh : Robi Alfaq Abdillah (3713 100 004) Dara Felisia Ardhityasari (3713 100 054) TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2015

Upload: robi-alfaq-abdillah

Post on 30-Sep-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang ditransport oleh beberapa media seperti air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Komponen penyusun sedimentasi ini adalah batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik. Proses sedimentasi yang terjadi pada batuan sedimen tersebut dibagi menjadi dua yaitu secara mekanik dan secara mekanik dan secara non mekanik (kimia dan organik). Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi. Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam saluran. Seperti lingkungan sedimen modern: channel sungai pasiran dan floodplain bervegetasi (dekat Morondava, di bagian barat Madagascar).

TRANSCRIPT

  • RESUME DAN KLASIFIKASI MATERI SEDIMENTASI DAN STRATIGRAFI

    Dosen Pengampu :

    Dr. Widya Utama, DEA

    Disusun Oleh :

    Robi Alfaq Abdillah (3713 100 004)

    Dara Felisia Ardhityasari (3713 100 054)

    TEKNIK GEOFISIKA

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    2015

  • Judul Buku

    Stratigraphy and Sedimentation

    Pengarang

    W.C. Krumbein dan L. L. Sloss

    Daftar Isi

    1. Introduction

    2. The Stratigraphic Column

    3. Stratigraphic Procedures

    4. Properties of Sedimentary Rocks

    5. Classification and Description of Sedimentary Rocks

    6. Sedimentary Processes

    7. Sedimentary Environments

    8. Stratigraphic Paleontology

    9. Sedimentary Facies

    10. Principles of Correlation

    11. Tectonic Framework of Sedimentatition

    12. Sedimentary Tectonics

    13. Stratigraphic Maps

    14. Paleogeography

    Klasifikasi Materi :

    Berdasarkan daftar isi diatas kami mengklasifikasikan buku ini kedalam tiga kelompok.

    Kelompok pertama menjelaskan tentang sedimentasi secara umum dan pengelompokan batuan

    sedimen, materi yang tergolong dalam kelompok ini antara lain, introdution, properties of

    sedimentary rock, dan classification of of sedimentary rock. Kelompok kedua dikelompokkan

    berdasarkan bagaimana sedimentasi itu bisa terbentuk, seperti faktor lingkungan dan tentang

    penjelasan kondisi geologi ketika masa lalu, isi materi dari kelompok ini antara lain sedimentary

    environments, sedimentary facies, sedimentary processes, selain tentang proses-proses

    pembentukkannya dalam kelompok ini juga kami masukkan tentang korelasi atau hubungan-

    hubungannya yaitu materi principles of correlation. Kelompok terakhir adalah kelompok yang

    lebih kedalam stratigrafi, dalam kelompok ini terdapat tectonic framework of sedimentation,

    sedimentary tectonics, stratigraphic procedures, stratigraphic column, dan stratigrahic maps.

  • Resume :

    Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang ditransport oleh beberapa media

    seperti air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Komponen penyusun sedimentasi ini adalah

    batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi baik secara mekanik

    maupun secara kimia dan organik. Proses sedimentasi yang terjadi pada batuan sedimen tersebut

    dibagi menjadi dua yaitu secara mekanik dan secara mekanik dan secara non mekanik (kimia dan

    organik). Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi antara lain :

    1. Sumber Material Batuan Sedimen

    Sifat dan komposisi batuan sedimen dipengaruhi oleh material asalnya. Komposisi

    mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi berdasarkan

    presentase mineral-mineral yang dikandungnya.

    2. Lingkungan Pengendapan

    Lingkungan pengendapan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu

    1) Lingkungan Pengendapan Continental yang merupakan lingkungan pengendapan

    yang berada di daratan atau benua

    2) Lingkungan Pengendapan Transitional yaitu lingkungan pengendapan yang

    berada di batas anara daratan dan laut

    3) Lingkungan Pengendapan Marine yang merupakan lingkungan pengendapan yang

    berada di laut

    3. Pelapukan

    Batuan asal (Source Rock) dalam proses sedimentasi akan mengalami fenomena

    pelapukan batuan. Proses pelapukan membuat beberapa perubahan pada batuan seperti

  • perubahan bentuk dari massif ke klastik atau komposisi kimia pada batuan yang berubah.

    Ada tiga macam pelapukan yang dialami oleh batuan antara lain pelapukan fisik, kimia

    dan biologi.

    1) Pelapukan Fisik

    Pelapukan fisik merubah ukuran butir dari batuan, luas permukaan dan volume

    total dari batuan tersebut tanpa adanya perubahan pada komposisinya.

    2) Pelapukan Kimia

    Pelapukan kimia menyebabkan perubahan total secara fisik dan kimia dengan

    meningkatnya volume total batuan tersebut disebabkan oleh rendahnya nilai

    densitas yang ada karena komponen batuan dan porositas tambahan.

    3) Pelapukan Biologi

    Hampir sama dengan pelapukan kimia namun terdapat perubahan dalam

    komposisi kimiawi serta memiliki kontribusi yang rendah terhadap tanah

    dibandingkan dengan pelapukan kimia

    4. Pengangkutan (Transportasi)

    Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan

    yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung,

    terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk

    dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen

    akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.

    5. Pengendapan

    Pengendapan pada proses sedimentasi terjadi ketika ada arus yang menurun hingga

    berada di bawah titik daya angkut. Biasanya terjadi di laut, sungai, cekungan-cekungan,

    dsb.

    6. Kompaksi

    Terjadi karena adanya gaya berat dari material-material sedimen sehingga volume

    menjadi berkurang dan fluida yang mengisi pori akan berpindah ke atas

    7. Lithifikasi dan Sementasi

    Bila terjadi litifikasi secara terus menerus akan terjadi pengompakan terhadap material-

    material sedimen sehingga meningkatnya proses litifikasi tersebut disertai dengan

  • sementasi. Sementasi tersebut terjadi pada material-material semen yang terikat oleh

    unsur-unsur mineral yang mengisi pori-pori.

    8. Replacement dan Rekristalisasi

    Proses replacement merupakan proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelaarutan

    kimia hingga terbentuk mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan

    kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen akibat pengaruh temperature dan tekanan

    yang relative rendah.

    9. Diagenesis

    Diagenesis merupakan proses perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung

    baik di tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh perubahan

    secara kimia dan fisika.

    Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi pada

    batuan sedimen meliputi :

    a. Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi batu dengan cara deskripsi

    batuan inti yang dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon.

    b. Menjelaskan perkembangan batu dalam kolom atau suatu wadah (Sequence Stratigraphy)

    c. Menggambarkan lithology dari batuan lalu menganalisis isotop dari batu tersebut

    termasuk penggunaan penanggalan radiometric untuk menentukan usia batu dengan

    kemiripannya dengan daerah sumber.

  • Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika

    dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh

    karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh,

    lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran yang membawa dan mengendapkan material

    pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam saluran. Seperti lingkungan sedimen modern: channel

    sungai pasiran dan floodplain bervegetasi (dekat Morondava, di bagian barat Madagascar).

    Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah

    banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah

    tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel

    dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang

    terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis

    batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.

    Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering

    digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan

    kondisi terbentuknya. Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua

  • karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam

    menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi

    lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai

    jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang

    terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai

    laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan

    lingkungan pengendapan. Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk

    menentukan kondisi lingkungan ketika sedimen terakumulasi.

    Untuk menentukan lingkungan sedimen modern dan tua bisa dilihat dari lingkungan

    sedimen modern dan tua. Kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang bekerja dalam setiap

    tempat dan setiap waktu adalah hal unik, produk proses-proses ini jenisnya tak terhingga. Dari

    sudut pandang ilmu pengetahuan objektif, proses yang menentukan pembentukan batuan

    sedimen harus diteliti berurutan untuk menentukan proses fisika yang terdapat di dalam

    lingkungan, sifat kimiawi air, dan sebagainya. Untuk tujuan pelatihan kita dapat

    mempertimbangkan sejumlah lingkungan prinsip yang memiliki karakterisitk yang dapat

    dikenali. Kategori-kategori lingkungan ini terdiri dari anggota-anggota terakhir dan berada di

    sepanjang spektrum setting pengendapan. Kemungkinan keberagaman dari karakter tipikal

    lingkungan tertentu tidak ada habisnya dan juga mungkin ada situasi peralihan atau menengah

  • (intermediate) di antara dua setting. Bahaya kesalahan interpretasi (pigeon-holing) harus selalu

    dijaga dalam pikiran kita: suatu rangkaian batupasir tipis dan lapisan batulumpur mungkin

    memiliki karakter umum pengendapan dalam setting laut dalam tapi kehadiran rekahan-rekahan

    (dessication crack) dalam batulumpur akan menjadi bukti jelas bahwa singkapan tersebut adalah

    singkapan darat (subaerial), tidak konsekuen dengan pembentukan di dalam air dalam.

    Cara untuk membahas lingkungan pengendapan adalah memulainya dari daerah

    pegunungan dimana pelapukan dan erosi menghasilkan detritus klastik, dan turun hingga dasar

    laut dalam. Karakter lingkungan kontinen, pantai (coastal) dan laut dangkal diantaranya

    dipengaruhi oleh suplai detritus klastik, curah hujan, temperatur, produktivitas biogenik,

    topografi di darat dan batimetri di laut. Beberapa proses mungkin sangat umum dalam banyak

    lingkungan yang berbeda: pengendapan dari suspensi material berbutir halus membentuk lapis

    lumpur yang mungkin terdapat di atas floodplain, di dalam danau, laguna, teluk tersembunyi

    (sheltered bays), setting paparan bagian luar dan laut terdalam. Proses-proses yang unik untuk

    setting tertentu: aliran bolak-balik (reversal) reguler berkaitan dengan aksi tidal adalah ciri unik

    lingkungan laut dangkal dan pantai. Secara umum, kombinasi proses-proses dapat merupakan

    karakter tiap-tiap setting pengendapan. Asosiasi proses-proses pengendapan dapat merupakan

    karakteristik lingkungan pengendapan yang berbeda dan memperkenankan kita mengenali

    sejumlah kategori lingkungan utama.

    Setelah mengetahui proses sedimentasi yang dialami oleh batuan yang ada di permukaan

    batuan maka kita bisa menganalisa hubungan dan kejadian di batuan tersebut dalam dimensi

    ruang dan waktu geologi. Dari hasil analisa tersebut maka bisa dibandingkan atau dikorelasikan

    antar lapisan yang berbeda untuk dikembangkan lebih lanjut mengenai litologi, kandungan fosil

    dan umur relative dan absolut batuan itu. Korelasi Stratigrafi adalah menghubungkan titik-titik

    kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan

    kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan dari korelasi stratigrafi adalah untuk mengetahui

    persebaran lapisan-lapisan batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan

    demikian dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya. Berikut ini

    adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain: (1). Korelasi

    Litostratigrafi, (2). Korelasi Biostratigrafi, (3). Korelasi Kronostratigrafi

    1. Korelasi Lithostratigrafi

  • Menghubungkan lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis

    litologinya. Dengan catatan bahwa satu lapis batuan adalah satu satuan waktu

    pengendapan.

    Penjelasan :

    1. Korelasi dimulai dari bagian bawah dengan melihat litologi yang sama.

    2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis litologi yang

    sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna hitam).

    3. Konglomerat pada Sumur-1 dikorelasikan dengan konglomerat pada Sumur-2,

    demikian juga antara batupasir dan batugamping di Sumur-1 dengan batupasir dan

    batugamping dan lempung di Sumur-2.

    4. Sebaran breksi di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian.

    5. Kemudian dilanjutkan antara napal dan lempung di Sumur-1 dengan napal dan

    lempung di Sumur-2.

    2. Korelasi Biostratigrafi

    Menghubungkan lapisan-lapisan batuan didasarkan atas kesamaan kandungan dan

    penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan. Dalam korelasi biostratigrafi dapat

    terjadi jenis batuan yang berbeda memiliki kandungan fosil yang sama.

  • Penjelasan :

    1. Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan dan

    persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis warna hitam).

    2. Kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-1 sama dengan

    kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batulempung yang ada

    di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di Sumur-2.

    3. Batupasir pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil K sedangkan pada Sumur-2,

    batupasir juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil K. Dengan demikian lapisan

    batupasir pada Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan batupasir pada Sumur-2.

    4. Kandungan dan sebaran fosil pada lempung di Sumur-1 sama dengan kandungan

    dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga lempung yang ada di Sumur-1

    dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.

  • 3. Korelasi Kronostratigrafi

    Menghubungkan lapisan lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan umur

    geologinya.

    Penjelasan :

    1. Korelasikan/bubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada

    (Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis

    kesamaan umur geologi)

    2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan berada pada

    umur yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat pada

    Sumur-2, dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu Miosen Bawah.

    3. Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir pada

    Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping pada Sumur-2 dapat

    dikorelasikan.

    4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar

    diwakili oleh garis warna merah).

    Prinsip dasar yang digunakan pada stratigrafi berdasarkan dari Nicolas Steno yang

    membuat empat prinsip tentang konsep dasar perlapisan dan dikenal dengan Stenos Law. Empat

    prinsip tersebut antara lain :

    1) Prinsip Superposisi

    Pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa

    yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu

    terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya.-Steno, 1669

  • Dalam suatu urutan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada

    diatas lapisan yang lebih tua.

    2) Prinsip of Initial Horizontality

    Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap horizon, pada

    awalnya paralel terhadap horizon-Steno, 1669

    Jika lapisan terendapkan secara horizintal dan kemudian terdeformasi menjadi

    beragam posisi.

    3) Lateral Continuity

    Material yang membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus pada

    permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada

    saat mengalami transportasi.-Steno, 1669

    Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan

    berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang.

  • 4) Principle of Cross Cutting Relationship

    Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti

    terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk.-Steno, 1669

    Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan

    selalu berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya.

    Lalu ada hukum yang menjelaskan tentang hubungan fosil antar perlapisan atuan yaitu

    Law of Faunal Succession yang menerangkan bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam data

    rekaman stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejarah geologi

    yang pernah dilaluinya. Dan juga konsep biozone yang membantu untuk pembuatan kolom

    stratigrafi yaitu satu unitskala kecil yang mengandung semua lapisan yang diendapkan selama

    eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu. Bukan hanya konsep biozone namun stratigrafi

    mempunyai beberapa unsur penting yaitu

  • 1. Unsur batuan

    Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian

    litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan

    batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen

    mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk

    stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi

    arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari

    kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.

    Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat

    dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan

    yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling

    berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.

    2. Unsur perlapisan

    Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang

    memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses

    sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses

    pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer

    berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses

    pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

    Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga

    kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlay)

    yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.

    Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut

    terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

    Output dari stratigrafi itu sendiri yaitu terbentuknya kolom stratigrafi yang

    menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan

    mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan,

    serta genesa pembentukan batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu

    kolom stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan

    ahli geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi biasanya

    tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan

  • Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan

    Lingkungan Pengendapan. Fungsi dari kolom stratigrafi adalah

    1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal,

    yang dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkan

    ketepatan dari pemetaan geologi yang dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran

    tadi.

    2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom tersebut serta

    sejarah geologi sepanjang waktu pembentukan kolom tersebut.

    3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.

    4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah

    tersebut.

    5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari seluruh satuan

    yang ada ataupun sebagian dari satuan yang terpilih, misalnya saja :

    a. lapisan batupasir yang potensial sebagai reservoir.

    b. lapisan batubara.

    c. lapisan yang kaya akan fosil tertentu.

    d. Lapisan bentonit dan lain-lain

  • Di dalam suatu layer batuan dibedakan kembali strata lain yang terletak di atas atau di

    bawahnya. Di dalam tubuh batuan tersebut terdapat kombinasi karakteristik yang khas dari segi

    litologi, struktur sedimen dan biologi yang berbeda dari batuan di bawah atas dan sekelilingnya.

    Perbedaan tersebut dinamakan fasies. Fasies sedimen merupakan produk dari proses

    pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Fasies yang

    diinterpretasikan biasa disebut dengan model fasies yaitu suatu model umum dari suatu system

    pengendapan yang khusus. Model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan

    bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan

    untuk mendefinisikan lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di

    sebuah fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies

    fluvial asosiasi.Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke

    atas. Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream

    berenergi tinggi.

    Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan yaitu

    lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan

    kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena

    itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh,

    lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan

    material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel.

    Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah

    banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah

    tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel

    dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang

    terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis

    batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.

    Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering

    digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan

    kondisi terbentuknya. Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua

    karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam

    menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi

  • lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai

    jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang

    terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai

    laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan

    lingkungan pengendapan.

    Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi

    lingkungan ketika sedimen terakumulasi. Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam

    beberapa variasi yaitu :

    1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat

    khas dari setting pengendapan.

    2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun.

    3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi

    dari daerah yang berdekatan.

    4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi

    pertumbuhan sedimen secara konstan untukmembentuk pengendapan yang khas.

    Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan

    biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur

    khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies

    sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan

    karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan

    yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.

    Pemanfaatan

    Pengelompokkan yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat yang berguna untuk

    sesama. Pemanfaatan yang diharapkan yaitu dengan adanya pengelompokkan materi seperti ini

    diharapkan pembaca akan lebih cepat memahami apa yang disampaikan oleh buku itu. Selain itu,

    manfaat lain yang dapat diambil adalah ketika kita akan membuat sebuah peta stratigrafi kita

    lebih mudah mendapatkan refrensi terutama hal-hal penting yang harus dipersiapkan.