retensi urin.docx

9
Retensi Urin A. Definisi Retensi urin merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang sudah terkumpul dalam buli-buli hingga kapasitas buli-buli terlampaui. B. Etiologi a) Supra Vesika Kelainan pada pusat berkemih di medulla spinalis b) Intra Vesika Kelemahan otot detrusor pada buli-buli Bekuan/gumpalan darah pada buli Batu buli c) Infra Vesika Obstruksi yang bisa disebabkan oleh : - Pembesaran prostat - Tumor penis - Batu uretra - Striktur uretra C. Klasifikasi 1) Retensi urin akut Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat 1

Upload: donna-williams

Post on 14-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: retensi urin.docx

Retensi Urin

A. Definisi

Retensi urin merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang sudah

terkumpul dalam buli-buli hingga kapasitas buli-buli terlampaui.

B. Etiologi

a) Supra Vesika

Kelainan pada pusat berkemih di medulla spinalis

b) Intra Vesika

Kelemahan otot detrusor pada buli-buli

Bekuan/gumpalan darah pada buli

Batu buli

c) Infra Vesika

Obstruksi yang bisa disebabkan oleh :

- Pembesaran prostat

- Tumor penis

- Batu uretra

- Striktur uretra

C. Klasifikasi

1) Retensi urin akut

Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai

rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat

berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan

keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi.

2) Retensi urin kronik

Retensi urin kronik adalah retensi urin tanpa rasa nyeri yang disebabkan oleh

peningkatan volume residu urin yang bertahap. Misalnya lama-lama tidak bisa kencing.

Pada pembesaran prostat, pembesaran sedikit-sedikit, bisa kencing sedikit tapi bukan

karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada

1

Page 2: retensi urin.docx

tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak

lancar, sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih

dengan sempurna. Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat

menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari.

D. Patofisiologi

Koordinasi persarafan saluran kemih bagian bawah

Proses berkemih akan terjadi bila otot destrusor kandung kemih berkontraksi.

Kontraksi ini disebabkan oleh aktivitas saraf parasimpatis yang dibawa oleh saraf-

saraf motorik pelvis. Sedangkan pada fase pengisian, saraf simpatis akan

menghambat kerja parasimpatis dan merelaksasi dinding kandung kemih.

Bila terjadi gangguan koordinasi dari sistem saraf parasimpatis dan saraf simpatis

maka proses berkemih akan terganggu dan dapat menyebabkan urine terperangkap

dalam buli-buli atau retensi urine.

Koordinasi antara buli-buli dan saluran uretra

Buli-buli menampung urin sebagai "reservoir". Pada fase ini otot buli-buli (detrusor)

dalam keadaan relaksasi sedangkan sfingter dalam keadaan tegang (menutup). Bila

volume urin mencapai kapasitas fisiologis (pada orang dewasa berkisar antara 250-

400 ml), akan timbul rangsangan untuk miksi, namun proses miksi masih bisa

ditangguhkan karena ditahan oleh yang bersangkutan. Bila volume urin mencapai

kapasitas maksimal (pada orang dewasa berkisar antara 500-600 ml), rangsangan

untuk miksi makin meningkat, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan proses

miksi masih bisa ditahan sementara dengan menegangkan sfingter uretra eksternum

secara sadar (otot bergaris).

Mengosongkan isinya, disebut proses miksi. Peristiwa ini memerlukan kerja sama

yang terkoordinir secara harmonis antara detrusor yang berkontraksi dan sfmgter

yang mengalami relaksasi sehingga urin memancar keluar sampai buli-buli kosong.

Pada kedua fase tersebut diatas, buli-buli mencegah pengaliran urin kembali kedalam

ureter (mencegah terjadinya refluks).

2

Page 3: retensi urin.docx

Proses miksi akan berlangsung lancar bila detrusor dan sfingter dalam keadaan baik,

berfungsi normal (terkoordinir secara harmonis) dan tidak terdapat hambatan di

uretra.

E. Manifestasi Klinis

Rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang hebat pada perut bagian bawah hingga

daerah genital

Tidak dapat BAK

Benjolan pada perut bagian bawah

Kadang-kadang urin keluar sedikit-sedikit, sering, tanpa disadari, tanpa bisa ditahan

(inkontinensi paradoksa)

F. Diagnosa

1. Anamnesa

Tidak bisa BAK atau kencing menetes /sedikit-sedikit

Nyeri dan benjolan/massa pada perut bagian bawah

Riwayat trauma:

i. Ruas tulang belakang inkoordinasi persarafan saluran kemih bagian

bawah

ii. Perut bagian bawah/panggul dapat terjadi clott retention

iii. Straddle injury patut curiga terjadinya striktur uretra

Riwayat Diabetes Melitus, curiga terjadinya neurogenic bladder

Riwayat infeksi kronis pada saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan

striktur uretra

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

a) Pasien tampak gelisah

b) Perut bagian bawah terlihat membonjol

c) Jika terdapat batu pada uretra dapat kemungkinan terlihat batu pada

meatus eksterna

Palpasi

3

Page 4: retensi urin.docx

a) Teraba benjolan/massa kistik-kenyal pada perut bagian bawah

b) Bila ditekan menimbulkan perasaan nyeri pada pangkal penis atau

menimbulkan perasaan ingin kencing yang sangat mengganggu

c) Tergantung penyebab

Teraba batu di uretra anterior sampai dengan meatus

eksternum.

Teraba dengan keras (indurasi) dari uretra pada striktura yang

panjang

Teraba pembesaran kelenjar prostat pada pemeriksaan colok

dubur

Teraba kelenjar prostat letaknya tinggi bila terdapat ruptur

total uretra posterior

Perkusi

a) Terdapat keredupan pada perkusi

b) Dari palpasi dan perkusi dapat ditetapkan batas atas buli-buli yang

penuh, dikaitkan dengan jarak antara simfisis-umbilikus

3. Pemeriksaan Penunjang

Foto polos abdomen dan genitalia

Pada foto polos akan terlihat bayangan buli-buli yang penuh dan membesar.

Selain itu dapat ditemukan adanya batu (bayangan opaque) di uretra atau

orifisium internum.

Uretrografi untuk melihat adanya striktura, kerobekan uretra, tumor uretra

Ultrasonografi untuk melihat volume buli-buli, adanya batu, adanya pembesaran

kelenjar prostat

G. Tatalaksana

Urin dapat dikeluarkan dengan cara Kateterisasi atau Sistostomi. Penanganan pada

retensi urin akut berupa : kateterisasi – bila gagal – dilakukan Sistostomi.

Kateterisasi

Kateterisasi Uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.

Jenis Kateter :

4

Page 5: retensi urin.docx

a) Menurut ukuran :

Kateter dinyatakan dalam skala cheriere’s ( French ). 1 mm = 3fr

- Dewasa ukuran 16-18F

- Anak ukuran 8F

- Infant kurang dari 6 bulan ukuran 5F

b) Menurut bentuk :

- Kateter folley : kateter yang dapat ditinggalkan dalam jangka waktu

tertentu karena terdapat balon didekat ujungnya yang dapat

dikembangkan dengan mengisi air sehingga dapat mencegah kateter

terlepas deluar dari buli. Sesuai dengan percabangannya kateter ini dibagi

2 yaitu kateter cabang 2 dan kateter cabang 3.

- Straight catheter merupakan kateter yang terbuat dari karet (lateks),

bentuknya lurus dan tanpa ada percabangan. Contoh kateter jenis ini

adalah kateter Robinson dan kateter Nelaton.

- Coude catheter yaitu kateter dengan ujung lengkung dan ramping. Kateter

ini dipakai jika usaha kateterisasi dengan memakai kateter berujung lurus

mengalami hambatan yaitu pada saat kateter masuk ke uretra pars

bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya hiperplasia prostat yang sangat

besar, atau hambatan akibat sklerosis leher buli-buli. Contoh jenis kateter

ini adalah kateter Tiemann.

Sistosomi suprapubik

i. Sistosomi trocar

Indikasi

1. Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted)

2. Terdapat kontraindikasi dilakukan kateterisasi: kerobekan uretra karena

trauma.

ii. Sistosomi terbuka

Indikasi :

1. Sama seperti indikasi sistosomi trokar

2. Bila sistostomi trokar gagal

5

Page 6: retensi urin.docx

3. Bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasi gumpalan darah, dan memasang "drain" di rongga Retzii

H. Komplikasi

1. Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan didalam

lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila keadaan ini dibiarkan

berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat aliran urin dari

ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan lambat laun

terjadi gagal ginjal.

2. Predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi, dapat

menimbulkan keadaan gawat yang serius seperti pielonefritis, urosepsis, khususnya

pada penderita usia lanjut.

I. Prognosis

Prognosis pada penderita dengan retensi urin akut akan bonam jika retensi urin ditangani

secara cepat.

6

Page 7: retensi urin.docx

7