review jurnal korosi - dewi lestari natalia
DESCRIPTION
korosiTRANSCRIPT
Dewi Lestari Natalia (1006704530)Kelompok VI Paper Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Intergranular and Pitting Corrosion Susceptibilities of a Supermartensitic Stainless Steel
Weldment
J.M. Aquino, C.A. Della Rovere, and S.E. Kuri
Supermartensitic stainless steel (SMSS) muncul peratama kali pada 1990 sebagai
alternatif untuk baja karbon konvensional dan duplex stainless steel. SMSS memiliki dua
keuntungan utama, yaitu low cost dan ketahanan terhadap korosi. Karakteristik utama dari
SMSS adalah karbon rendah dengan kadar sampai 0,01%, lalu mengandung 6% nikel, dan 3%
molibdenum. Tingkat karbon yang rendah ini dapat meningkatkan sifat mampu las material
dan menyebabkan penurunan presipitat, terutama pada kromium karbida. Oleh sebab itu,
diharapkan material yang lebih tahan korosi untuk mencegah Intergranular Stress Corrosion
Cracking (IGSCC), yang merupakan masalah paling umum pada Martensitic Stainless Steel
(MSS).
Dalam sambungan las, proses presipitasi kemungkinan terjadi di HAZ. Endapan
karbida juga terjadi sebagai akibat dari kombinasi dari matriks karbon jenuh dan efek
tempering dari pengelasan berikutnya. Endapan kromium karbida dan jenis presipitat
lainnya seperti Fe2Mo serta inklusi pada stainless steel, menyebabkan kerentanan serangan
korosi, khususnya, korosi intergranular. Korosi intergranular merupakan proses selektif yang
terjadi di daerah sensitasi sebagai akibat dari tidak memadainya perlakuan panas serta
pengelasan suhu tinggi. Jenis lain dari proses sensitisasi mengacu pada sensitisasi pada
martensit induksi yang disebabkan oleh endapan karbida kromium dalam batas lath-
martensite. Hal ini mengarah terhadap serangan korosi intergranular. Selain itu, korosi
pitting juga dapat dipengaruhi oleh chromium-depleted zone serta inklusi dari kedekatan
sulfida mangan (Mns).
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur degree of
sensitization (DOS) melalui teknik double loop-electrochemical potentiokinetic reactivation
(DL-EPR) sekaligus mengukur korosi pitting melalui kurva polarisasi dari lasan SMSS.
Pengukuran elektrokimia dilakukan untuk sampel base metals (BM), HAZ, dan weld metals
Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUIPage 1
Dewi Lestari Natalia (1006704530)Kelompok VI Paper Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
(WM) dari lasan SMSS high alloy, yang dilas dengan elektron beam dalam ruang vakum
rendah. Sampel diberikan persiapan pengujian seperti gambar 1.
Gambar 1. Sistematik pengujian sampel
Perlakuan panas adalah parameter mendasar ketika mempertimbangkan ketahanan
korosi. BM menunjukkan derajat sensitasi tertinggi dan terjadi serangan korosi yang intensif
pada mikrostrukturnya. Sedangkan WM tidak rentan terhadap serangan korosi intergranular
sebagai hasil dari proses pemadatannya. Sampel HAZ menunjukkan intensif presipitat dekat
garis fusi, di mana fasa δ-ferit bernukleus dan tumbuh sedangkan di bagian tengah HAZ,
precipitate berkurang. Hal ini menunjukan bahwa HAZ rentan terhadap precipitat.
Korosi pitting dan DOS menunjukan perilaku korosi yang hampir sama pada setiap
area pengelasan. Sampel HAZ memiliki potensi pitting tertinggi hasil dari pelarutan ulang
kromium karbida. Pitting pada sampel menunjukkan nukleasi acak dan pertumbuhan yang
berbeda dalam setiap daerah lasan. Dalam penelitian ini ditemukan sebuah kecenderungan
terbalik antara potensi pitting dan DOS diperoleh. Rendahnya tingkat sensitasi
menyebabkan potensi pitting yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pitting
bernukleasi secara istimewa (acak) pada sampel dengan kandungan chromium-depleted
zones yang tinggi.
Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUIPage 2