review jurnal pelayanan informasi obat

21
REVIEW A. Prinsip terapi akut dan pencegahan terapi pada migraine Migrain adalah gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya sakit kepala ringan hingga berat yang seringkali berhubungan dengan gejala-gejala sistem syaraf otonom. Untuk pengobatan akut dimulai saat terasa migraine untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan serangan. Prinsipnya adalah untuk mengobati rasa sakit kepala (migrain) sedini mungkin untuk mengurangi intensitas dan durasi serangan. Pemilihan terapi juga harus didasarkan pada jenis migraine yang diderita, khasiat dan efek samping penggunaan obat, serta biaya (1) . Beberapa obat termasuk obat intravena non-steroid anti-inflamasi, parasetamol, triptans, fenotiazin, antipsikotik tipikal baru, metoklopramid dan opioid telah diusulkan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan serangan migraine (3) . Menurut artikel yang ditulis oleh Isti Suharjanti, prinsip terapi farmakologis akut serangan migrain adalah mencegah nyeri kepala yang komplet, menurunkan disabilitas, menghindari terjadinya medication overuse dan pengobatan yang tepat pada awal serangan (stratified care) dengan golongan triptan dalam dosis yang tepat dalam dosis yang tepat (7) . Pada penelitian Benjamin W. F., et al yang lain juga menguji tentang efektivitas dari metoklopramid sebagai terapi akut dengan menggunakan beberapa dosis (iv 10mg, 20mg, dan 40mg) dan kombinasi difenhidramin (25mg). Kombinasi difenhidramin ini digunakan untuk mencegah efek samping obat, yaitu kegelisahan dan meminimalkan resiko terjadinya akatisia akibat penggunaan metoklopramid. Page | 1

Upload: pertiwiintan

Post on 15-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

REVIEW

A. Prinsip terapi akut dan pencegahan terapi pada migraine

Migrain adalah gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya sakit kepala ringan hingga

berat yang seringkali berhubungan dengan gejala-gejala sistem syaraf otonom. Untuk pengobatan

akut dimulai saat terasa migraine untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan serangan.

Prinsipnya adalah untuk mengobati rasa sakit kepala (migrain) sedini mungkin untuk mengurangi

intensitas dan durasi serangan. Pemilihan terapi juga harus didasarkan pada jenis migraine yang

diderita, khasiat dan efek samping penggunaan obat, serta biaya (1). Beberapa obat termasuk obat

intravena non-steroid anti-inflamasi, parasetamol, triptans, fenotiazin, antipsikotik tipikal baru,

metoklopramid dan opioid telah diusulkan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan serangan

migraine(3). Menurut artikel yang ditulis oleh Isti Suharjanti, prinsip terapi farmakologis akut

serangan migrain adalah mencegah nyeri kepala yang komplet, menurunkan disabilitas,

menghindari terjadinya medication overuse dan pengobatan yang tepat pada awal serangan

(stratified care) dengan golongan triptan dalam dosis yang tepat dalam dosis yang tepat(7).

Pada penelitian Benjamin W. F., et al yang lain juga menguji tentang efektivitas dari

metoklopramid sebagai terapi akut dengan menggunakan beberapa dosis (iv 10mg, 20mg, dan

40mg) dan kombinasi difenhidramin (25mg). Kombinasi difenhidramin ini digunakan untuk

mencegah efek samping obat, yaitu kegelisahan dan meminimalkan resiko terjadinya akatisia

akibat penggunaan metoklopramid. Hasilnya tidak ada peningkatan efektivitas dengan

peningkatan dosis yang diberikan. Jadi, lebih baik digunakan dosis 10mg metoklopramid intravena

sebagai dosis awal untuk pengobatan migrain akut(2). Sedangkan pada artikel Linda Hershey dan

Edward Bednarczyk menyebutkan ada beberapa obat yang dapat digunakan sebagai terapi akut

pada migraine, antara lain: magnesium sulfat, metoklopramid, ketorolac, dan asam valproat. Pada

penggunaan ketorolac dapat menghambat inflamasi saraf karena ketorolac merupakan inhibitor

siklooksigenase yang dapat memulihkan sensitisasi perifer. Digunakan dosis yang lebih rendah

pada orang tua, terutama pada seseorang yang mengalami penurunan fungsi ginjal(1).

Menurut case report yang ditulis oleh Masood Mohseni dan Farzad Fatehi ada suatu kasus

pada seorang wanita yang menderita migrain tidak mengalami penyembuhan setelah pemberian

deksametason, promethazine, metoclopramide dan meperidin. Sebelumnya, pasien telah menerima

deksametason 8 mg dan 25 mg meperidine 2 jam sebelum masuk di klinik tetapi rasa sakit tidak

Page | 1

Page 2: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

mereda. Setelah masuk, dia menerima metoclopramide 20 mg diencerkan dalam 500 mL saline

normal ditambah meperidine 25 mg dan prometazin 50 mg. Sekitar 20 menit kemudian pasien

menunjukkan gerakan tersentak-sentak di tangannya dan masih dengan keluhan sakit kepala yang

parah. Gerakan menyentak dikaitkan dengan komplikasi ekstrapiramidal metoklopramid. Dosis

subanestetik propofol bisa menjadi alternative untuk terapi migrain. Tetapi penggunaan harus hati-

hati dibawah anjuran dari dokter dikarenakan adanya potensi komplikasi(3).

Page | 2

Page 3: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

B. Perbandingan efikasi tentang terapi profilaksis dan terapi abortif pada migraine

Ketika memilih terapi akut atau pencegahan, klinisi harus mempertimbangkan respon dan

tolerabilitas pasien terhadap obat tertentu dan mereka, serta penyakit yang bisa menghambat

pilihan pengobatan. Terapi abortif atau akut dapat migrain-spesifik (misalnya, ergots dan triptans)

atau nonspesifik (misalnya, analgesik, antiemetik, obat antiinflamasi nonsteroid [NSAID], dan

kortikosteroid) dan paling efektif menghilangkan rasa sakit dan gejala pada migraine(8).

Menurut penelitian Maurizio Pompili et al menggunakan metode sistematik review

menyimpulkan bahwa dengan terapi profilaksis mampu mengoptimalkan hasil pengobatan dan

mengurangi frekuensi terjadinya migrain. Terapi profilaksis dapat menyebabkan masalah

sehubungan dengan efek samping (kelelahan, pusing, mengurangi konsentrasi, kehilangan nafsu

makan, berat badan, rambut rontok, perubahan libido, dan mengantuk), tolerabilitas, biaya,

frekuensi dosis, kepatuhan pasien, dan kegagalan untuk menyelesaikan terapi.Untuk meningkatkan

hasil jangka panjang pada terapi migrain dengan menggabungkan perawatan yang komprehensif

dan terapi pencegahan pada penderita migrain. Beberapa terapi pencegahan direkomendasikan

untuk mendukung terapi yang terkait dengan migraine, yaitu biofeedback, terapi relaksasi, dan

akupuntur. Akupuntur paling sering digunakan untuk pencegahan migrain, karena dapat

mengurangi frekuensi dan intensitas serangan migrain serta tidak memiliki efek samping (4).

Keuntungan dari kepatuhan terhadap program kesehatan mencakup tidur teratur, olahraga, dan

kebiasaan makan, berhenti merokok, dan asupan kafein yang terbatas. Intervensi perilaku, seperti

terapi relaksasi, biofeedback (sering digunakan dalam kombinasi dengan terapi relaksasi), dan

terapi kognitif, pilihan pengobatan pencegahan untuk pasien yang lebih memilih terapi nondrug(8).

Pada penelitian oleh Frans Dekker et al, dilakukan studi kualitatif di Belanda menggunakan

20 pasien dari klinik umum. Hasilnya kebanyakan dari pasien setuju untuk melakukan terapi

profilaksis untuk pencegahan migrain. Karena lebih dari separuh pasien ingin mengurangi

penggunaan obat penghilang rasa sakit dan meminimalkan efek samping yang terjadi. Tetapi

sebagian diantaranya masih terfokuskan terapi penggunaan obat untuk mengurangi frekuensi

migrain. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terapi profilaksis masih belum banyak

digunakan sebagai terapi pilihan utama pada migrain(5). Kebanyakan masih menggunakan terapi

obat sebagai penghilang rasa sakit. Dokter harus mampu memberikan pemahaman kepada pasien

tentang kekhawatiran serta efek yang akan terjadi terhadap terapi pencegahan ini(5).

Page | 3

Page 4: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

Untuk meringankan siklus migrain dapat dilakukan dengan pengoptimalan pengobatan dan

mengurangi frekuensi migrain, dengan cara menggabungkan terapi pencegahan dan perawatan

yang komprehensif pada penderita migrain. Terapi pencegahan yang dilakukan dapat mengurangi

kecacatan dan efek yang terjadi serta mencegah terjadinya migrain menjadi kronis(4).

Page | 4

Page 5: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

C. Perbandingkan efek samping obat tentang terapi profilaksis dan terapi abortif pada migrain

Menurut penelitian oleh Frans Dekker et al, dilakukan studi kualitatif yang lain untuk

menelusuri pendapat dai dokter mengenai obat pencegahan untuk migraine. Yang terbagi dalam 4

kelompok yang berisi masing-masing 6 dokter yang memperoleh berbagai pasien. Disebutkan

bahwa terapi profilaksis tidak memiliki efek samping yang mengganggu. Sebaliknya, terapi

profilaksis merupakan intervensi yang aman dan efektif. Tetapi hanya 5-13% pasien yang

memenuhi syarat untuk terapi profilaksis. Kelemahan dari terapi ini adalah kebanyakan pasien

enggan untuk mengambil obat untuk tujuan pencegahan. Efek yang ditakutkan terjadi dari terapi

ini adalah ketergantungan obat sehingga pasien tidak mendapatkan manfaat yang maksimal(5).

Menurut penelitian Maurizio Pompili et al,menggunakan metode sistematik review

disebutkan penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan analgesic dalam waktu jangka panjang

menyebabkan kerusakan fungsi ginjal(4). Sedangkan hasil penelitian oleh Tatyana A. et al yang

melakukan kajian literatur untuk melihat efektivitas dan tolerablitas obat terapi pencegahan pada

migrain. Didapatkan bahwa topiramate dalam dosis besar menyebabkan resiko mulut kering,

parastesia atau kelelahan, masalah mood, mual dan menurunnya berat badan. Propanolol

meningkatkan resiko diare dan mual(6).

Pada artikel Linda Hershey dan Edward Bednarczyk menyebutkan ada beberapa obat sebagai

terapi akut, antara lain magnesium sulfate (efek samping : Perubahan kondisi mental; hipotensi;

aritmia), metoclopramide (efek samping: Kegelisahan motorik, lemah, pusing, mengantuk),

ketorolac (efek samping: Mengantuk, pusing, mual, dan sakit perut), asam valproat (efek samping:

Mual, sedasi, diare). Dan obat oral sebagai terapi profilaksis, yaitu: natrium divalproex (efek

samping: Kenaikan berat badan dengan penggunaan jangka panjang; risiko teratogenik pada

pasien muda; pancreatitis dan gagal hati dalam kasus yang jarang), topiramate (efek samping:

Parestesia, mengantuk, mual ringan, anoreksia, penurunan berat badan, batu ginjal (pasien perlu

didorong untuk minum banyak air untuk mencegah batu ginjal), metoprolol dan propranolol (efek

samping: Pusing, kelelahan, impotensi, bersin)(1).

Page | 5

Page 6: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

Nama peneliti Linda A. Hershey,Edward M. Bednarczyk,

Tahun 2012

Judul Treatment of Headache in the Elderly

Metopel (bila

papper) detail

-

Hasil -

Kesimpulan Agen oral yang direkomendasikan untuk pencegahan migrain pada orang dewasa

yang lebih tua termasuk natrium divalproex, topiramate, metoprolol, dan

propranolol. Agen oral yang dapat mencegah sakit kepala hypnic termasuk kafein

dan lithium. Sakit kepala disertai batuk indometasin atau acetazolamide

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3553408/pdf/

11940_2012_Article_2 05 pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Benjamin W. Friedman, Laura Mulvey, David Esses, Clemencia Solorzano, Joseph

Paternoster, Richard B. Lipton, and E. John Gallagher

Tahun 2011

Judul Metoclopramide for acute migraine: a dose-finding randomized clinical trial

Metopel (bila Percobaan klinis membandingkan tiga dosis metoclopramide parenteral untuk

Page | 6

Page 7: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

papper) detail pengobatan migrain akut. Tidak ada kelompok plasebo. Pasien dewasa berumur

kurang dari 70 tahun dan megalami migrain akut tanpa aura. Jika sakit kepala akut

memenuhi kriteria migrain dengan pengecualian berlangsung lama (> 72 jam) atau

durasi cukup (<4 jam) mereka dimasukkan dalam penelitian ini. Perlakuan dibagi

menjadi 3 kelompok. Kelompok 1, Metoklopramid 10mg + diphenhydramine

25mg, infus intravena selama 20 menit. Kelompok 2, Metoklopramid 20mg +

diphenhydramine 25mg, infus intravena selama 20 menit. Kelompok 3,

Metoklopramid 10mg + diphenhydramine 25mg, infus intravena selama 30 menit.

Setelah melakukan persetujuan, dilakukan penilaian nyeri singkat. Kemudian

diberikan obat yang diteliti sebagai infus antara waktu nol dan dua puluh menit.

Penelitian kembali setiap tiga puluh menit untuk memastikan tingkat sakit kepala

subjek. Pada satu jam dan dua jam setelah pemberian obat, peneliti meminta

serangkaian lebih rinci dari sepuluh pertanyaan tentang nyeri, keterbatasan

fungsional, dan efek samping. Jika diperlukan obat penghilang rasa sakit lebih pada

atau setelah satu jam, mereka diberikan obat tambahan pada kebijaksanaan dokter

yang merawat.

Hasil 356 pasien secara acak. Pada satu jam, mereka yang menerima 10mg ditingkatkan

dengan rata-rata 4,7 poin NRS (95% CI: 4.2, 5.2); mereka yang menerima 20mg

ditingkatkan dengan 4,9 (95% CI: 4.4, 5.4), dan mereka yang menerima 40mg

meningkat sebesar 5,3 (95% CI: 4.8, 5.9). Tingkat nyeri setelah 48 jam pada

kelompok 10mg, 20mg, dan 40mg adalah: 16% (95% CI: 10,24%), 20% (95% CI:

14,28%), dan 21% (95% CI: 15,29%). Efek samping yang sering terjadi adalah rasa

mengantuk, yang mengalami gangguan fungsi 17% (95% CI: 13,21%) dari

populasi penelitian secara keseluruhan. Akatisia dirasakan di 33 pasien. Rasa

mengantuk dan akatisia yang merata di seluruh 3 kelompok penelitian.

Kesimpulan Pemberian metoclopramide parenteral dalam dosis lebih besar dari 10 mg tidak

lebih berkhasiat untuk pengobatan migrain akut dibandingkan standar dosis 10 mg.

Oleh karena itu, dosis 10mg metoclopramide intravena sebagai dosis awal untuk

pengobatan migrain akut.

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3341930/pdf/nihms287020.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Page | 7

Page 8: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

Nama peneliti Masood Mohseni, Farzad Fatehi

Tahun 2012

Judul Propofol Alleviates Intractable Migraine Headache; A Case Report

Metopel (bila

papper) detail

-

Hasil -

Kesimpulan Pasien menderita migrain tidak mengalami penyembuhan setelah pemberian

deksametason, promethazine, metoclopramide dan meperidin. Nyeri pada pasien ini

selain laporan kasus sebelumnya menunjukkan bahwa dosis subanesthetic propofol

dapat menjadi alternatif untuk terapi lainnya untuk migrain akut

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3821117/pdf/aapm-02-94.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Maurizio Pompili, Gianluca Serafini, Marco Innamorati, Giulia Serra, Giovanni

Dominici, Juliana Fortes-Lindau, Monica Pastina, Ludovica Telesforo, David

Lester

Paolo Girardi, Roberto Tatarelli, Paolo Martellett.

Tahun 2010

Judul Patient outcome in migraine prophylaxis: the role of psychopharmacological agents

Metopel (bila

papper) detail

Sebuah tinjauan sistematis dari uji klinis yang paling relevan tentang migrain dan

epidemiologi, physiopathology, komorbiditas, dan pengobatan profilaksis (medis

dan nonmedis) dilakukan dengan menggunakan "Medline, PsychINFO, Embase,

CINAHL, dan database Pubmed" 1973-2009. Untuk memaksimalkan peluang

untuk menemukan percobaan. Kami membatasi riset kami untuk artikel dalam

bahasa Inggris, menggunakan sebagai kata kunci ketentuan sebagai berikut:

“migraine epidemiology,” “migraine pathophisiology,” “migraine comorbidity,”

“migraine treatment,” “migraine prevention,” “migraine AND disorders,”

“migraine AND prophylaxis,” “migraine AND psychiatric disorders,’’ and

“migraine AND outcome”. Pencarian data kami fokus pada pengobatan jangka

panjang migrain. Sekitar 110 percobaan bertemu kami kriteria inklusi dan

Page | 8

Page 9: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

dimasukkan dalam review.

Hasil Pengobatan farmakologis yang paling efektif untuk profilaksis migrain adalah

propranolol dan antikonvulsan seperti topiramate, asam valproik, dan amitriptyline.

Perawatan nonmedis seperti akupunktur, biofeedback, dan melatonin juga telah

diusulkan. Neurostimulation perifer telah disarankan untuk pengobatan sakit kepala

harian kronis yang tidak merespon profilaksis dan untuk pengobatan sakit kepala

primer yang resistan terhadap obat. Sebagian besar agen farmakologis yang tersedia

saat ini memiliki khasiat yang terbatas dan dapat menyebabkan efek buruk bila

digunakan dalam jangka panjang.

Kesimpulan Mengoptimalkan hasil pengobatan dan mengurangi frekuensi kejadian dapat

membantu untuk meringankan siklus migrain. Beberapa studi telah

mengidentifikasi pentingnya farmakoterapi dalam profilaksis migrain.

Menggabungkan perawatan yang komprehensif dan terapi pencegahan pada

penderita migrain dewasa mungkin strategi yang paling tepat untuk meningkatkan

hasil akhir jangka panjang. Sebuah pencegahan cukup sangat penting untuk

mengurangi kecacatan dan mencegah evolusi migrain menjadi penyakit progresif

kronis.

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3417910/pdf/prom-1-107.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Frans Dekker, Arie Knuistingh Neven, Boukje Andriesse, David Kernick, Ria Reis,

Michel D Ferrari, Willem JJ Assendelft

Tahun 2012

Judul Prophylactic treatment of migraine; the patient’s view, a qualitative study

Metopel (bila

papper) detail

Sebuah studi kualitatif dalam praktek umum di Belanda dengan 20 pasien direkrut

dari klinik umum perkotaan dan pedesaan. Tiga kelompok dengan 6-7 pasien

migrain per kelompok (2 kelompok perempuan dan 1 kelompok laki-laki). Semua

peserta pasien migrain menurut IHS (International Headache Society); memiliki

pengalaman dengan obat profilaksis. Semua kelompok dianalisis menggunakan

analisis tematik umum. Dipilih pasien berdasarkan diagnosis migrain dan semua

pasien menggunakan obat yang diresepkan untuk pengobatan akut. Tiga belas

pasien telah berkonsultasi dengan dokter atau ahli saraf untuk migrain mereka (2

Page | 9

Page 10: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

kelompok). Kelompok ketiga, yang terdiri dari 7 perempuan dari daerah pedesaan,

direkrut oleh seorang peneliti menyelidiki perilaku konsumen. Dalam kelompok ini

masing-masing peserta didekati melalui telepon dan dipilih jika mereka memiliki

migrain sesuai kriteria IHS. peneliti membuat perbandingan dengan data nasional

tentang pasien migrain dalam praktek umum, mengenai tingkat keparahan dan

frekuensi migrain, komposisi tiga kelompok berhubungan baik dengan karakteristik

rata-rata pasien migrain dalam praktek umum Belanda. Pertemuan tiap kelompok

berada di ruangan yang saling bersebelahan. Moderator menggunakan panduan

wawancara khusus disiapkan, dimulai dengan pengantar dan pengenalan, diikuti

oleh diskusi tentang karakteristik pasien migraine. Data kuantitatif yang tercantum

dalam bagian hasil didasarkan pada daftar topik ini. Semua sesi yang direkam

secara digital pada DVD.

Hasil Keputusan pasien pada pengobatan profilaksis adalah tergantung pada pengalaman

dan perspektif, dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu konteks aktif atau

pasif dalam mengambil inisiatif untuk memulai profilaksis; menilai keuntungan

dan kerugian dari profilaksis; kepuasan dengan pengobatan migrain saat ini;

hubungan dengan dokter dan perasaan untuk didengar; dan langkah-langkah

diambil sebelumnya untuk mencegah migrain.

Kesimpulan Keputusan untuk memulai profilaksis didasarkan pada kompleks pertimbangan dari

perspektif pasien (misalnya beban yang dirasakan saat migrain, manfaat yang

diharapkan atau kerugian, interaksi dengan kerabat, kolega dan dokter). Oleh

karena itu, ketika menasihati pasien migrain tentang profilaksis, pendapat mereka

harus diperhitungkan. Pasien harus terbuka untuk saran dan informasi dan

intervensi harus ditawarkan pada saat yang tepat dalam proses migrain.

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3359207/pdf/1471-2296-13-13.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Tatyana A. Shamliyan,, Jae-Young Choi, Rema Ramakrishnan, Jennifer Biggs

Miller, Shi-Yi Wang, Frederick R. Taylor, and Robert L. Kane.

Tahun 2013

Judul Preventive Pharmacologic Treatments for Episodic Migraine in Adults

Metopel (bila Sumber dan pencarian data. Kami mencari database termasuk Medline®,

Page | 10

Page 11: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

papper) detail Cochrane Library, situs FDA, dan portal Clinical Trials Registry Organisasi

Kesehatan Dunia Internasional untuk menemukan publikasi bahasa Inggris sampai

20 Mei 2012.

Studi Seleksi. Tiga peneliti menentukan kelayakan studi. Setiap judul dan abstrak

telah diperiksa oleh setidaknya dua peneliti, dan perbedaan pendapat diselesaikan

melalui diskusi.

Ekstraksi Data. Untuk setiap percobaan, satu reviewer diambil data dan resensi

kedua memeriksa data yang abstrak untuk akurasi menggunakan form standar.

Risiko Bias. Kami mengevaluasi risiko bias dalam studi individu: (1) acak subyek

pada kelompok perlakuan; (2) menutupi status pengobatan kepada para peserta dan

peneliti; (3) kecukupan alokasi perahasiaan; (4) kecukupan pengacakan sebagai

estimasi berdasarkan kesamaan subjek dalam kelompok perlakuan dengan

demografi dan dengan frekuensi dan tingkat keparahan migrain; (5) merencanakan

dan melaksanakan prinsip pengobatan; dan 6) pelaporan hasil akhir selektif jika

dibandingkan dengan artikel 'protokol (bila tersedia)

Data Sintesis dan Analisis. Menggunakan Meta-Analyst43 dan software

STATA®44 pada tingkat kepercayaan 95%

Menilai Penerapan. Kami memperkirakan penerapan penduduk dengan

mengevaluasi karakteristik awal subjek dalam penelitian observasional dan uji

klinis

Hasil Dari 5244 referensi diambil, 215 publikasi dari RCT disediakan sebagian besar

bukti yang rendah-kekuatan karena risiko bias dan ketidaktepatan. RCT memeriksa

59 obat dari 14 golongan obat. Semua obat yang disetujui, termasuk topiramate (9

RCT), divalproex (3 RCT), timolol (3 RCT), dan propranolol (4 RCT); beta

blockers offlabel metoprolol (4 RCT), atenolol (1 RCT), nadolol (1 RCT), dan

acebutolol (1 RCT); angiotensin converting enzyme inhibitor kaptopril (1 RCT)

dan lisinopril (1 RCT); dan angiotensin II receptor blocker candesartan (1 RCT),

mengungguli plasebo dalam mengurangi frekuensi migrain bulanan oleh ≥50%

pada 200 400 pasien per 1.000 diobati. Efek samping yang mengarah ke

penghentian pengobatan (68 RCT) yang lebih besar dengan topiramate, off-label

antiepilepsi, dan antidepresan dibandingkan dengan plasebo.

Kesimpulan Obat yang disetujui dicegah frekuensi migrain episodik dengan ≥50% dengan tidak

Page | 11

Page 12: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Eksplorasi jaringan meta-analisis

menunjukkan bahwa angiotensin menghambat off-label obat dan beta-blocker.

Referensi http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3744311/pdf/

11606_2013_Article_2433.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Isti Suharjanti

Tahun 2013

Judul Strategi Pengobatan Akut Migren

Metopel (bila

papper) detail

-

Hasil -

Kesimpulan Terapi farmakologi migren akut ditujukan untuk menghentikan proses migren

secara menyeluruh dengan cepat dan konsisten. Gunakan stratifi ed care

menggunakan golongan triptan dengan dosis dan formula optimal pada kunjungan

awal kasus berat. Apabila golongan triptan tidak mengurangiserangan dalam waktu

2-3 jam, atau menyebabkan efek samping, ganti dengan triptan urutan ke tiga.

Pertimbangkan menambah golongan NSAID dosis tinggi untuk meningkatkan

efektivitas kerja triptan.

Referensi http://www.kalbemed.com/Portals/6/CME%20201Strategi%20Pengobatan

%20Migren%20Akut.pdf

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

Nama peneliti Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G.

Page | 12

Page 13: Review jurnal Pelayanan Informasi Obat

Wells, L. Michael Posey

Tahun 2012

Judul Headache Disorders

Metopel (bila

papper) detail

-

Hasil -

Kesimpulan -

Referensi Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th Edition, McGraw-Hill

Penilaian paper Baik, kurang baik, cukup baik

DAFTAR PUSTAKA

1. Hershey, L.A., Bednarczyk, E.M., 2013, Treatment of Headache in the Elderly, Current

Treatment Options in Neurology (2013) 15:56–62.

2. Benjamin, W. F., et al, Metoclopramide for acute migraine: a dose-finding randomized

clinical trial, Ann Emerg Med. 2011 May ; 57(5): 475–82 ………1

3. Mohseni, M., Fatehi, Farzad., 2012, Propofol Alleviates Intractable Migraine Headache;

A Case Report, Anesth Pain. 2012;2(2): 94-96

4. Pompili, M., Serafini, G., et al, 2010, Patient outcome in migraine prophylaxis: the role of

psychopharmacological agents, 2010:1 107–118 ………2

5. Dekker, Frans., et al, 2012, Prophylactic treatment of migraine; the patient’s view, a

qualitative study, BMC Family Practice 2012, 13:13………19

6. Tatyana A., et al, 2013, Preventive Pharmacologic Treatments for Episodic Migraine in

Adults, April 17, 2013

7. Suharjanti, Isti., 2013, Strategi Pengobatan Akut Migren, CDK-201/ vol. 40 no. 2, th. 2013

8. Dipiro, T. J., et al, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th Edition,

McGraw-Hill, 1009,

Page | 13